Yang Tinggal di Dekat Masjid Hendaknya Shalat di Masjid

Wakil Wali Faqih di provinsi Semnan mengatakan, “Orang-orang yang tinggalnya di dekat masjid hendaknya melaksanakan shalat berjama’ah di masjid.”

Ayatullah Sayid Muhammad Syahceraghi pada acara peringatan Hari Pembangunan Masjid di propinsi Semnan mengatakan, “Orang yang dianggap sebagai tetangga masjid, yakni yang tinggalnya dekat dengan masjid, adalah orang yang rumahnya sekiranya jika muadzin mengumandangkan adzan tanpa loud speaker dia bisa mendengarnya.”

Beliau menambahkan, “Jika tetangga masjid mengerjakan shalatnya di dalam rumahnya masing-masing maka shalatnya tidaklah sempurna.”

Ayatullah Sayid Muhammad Syahceraghi begitu menekankan shalat di awal waktunya dengan berkata, “Shalat di awal waktu adalah ibadah yang sangat ditekankan dalam agama. Keuntungan shalat di masjid adalah kita bisa mengerjakan shalat tepat pada waktunya masing-masing.”

Sebagaimana yang dijelaskan dalam agama kita, dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan riwayat-riwayat dari Ahlul Bait as, shalat merupakan tiang agama. Jika tiang agama tidak tegak, maka agama pasti bakal runtuh karenanya. Beliau menjelaskan, “Jika shalat kita diterima Allah swt maka amal-amal ibadah kita yang lainnya pasti juga akan Ia terima. Namun jika tidak, maka bagaimana mungkin Allah swt menerima amal-amal ibadah lainnya sedangkan shalat itu adalah tiang agama?”

Dengan mengibaratkan shalat sebagai tiang agama, logikanya adalah jika tiang suatu bangunan tidak kokoh maka seperti apapun bentuk dan megahnya bangunan tersebut tidaklah ada artinya, karena pasti akan roboh seketika.

Ayatullah Syahceraghi menyatakan, “Di dalam masjid kita tidak hanya bisa beribadah saja, namun kita bisa berdiskusi dan mendapatkan solusi untuk segala macam permasalahan kehidupan kita; sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan Ahlul Bait as.”

(Shabestan/ABNS)