Pesan Rahbar

Home » » Memahami Penyebab Bayi Menangis

Memahami Penyebab Bayi Menangis

Written By Unknown on Thursday, 12 October 2017 | 14:14:00


Riset menunjukkan bahwa orang tua yang takut memanjakan bayinya biasanya justru menghasilkan anak yang manja. Dengan membiarkan terlalu lama menangis, orang tua jadi terbiasa pada tangisan bayi, selain juga menjauhkan dirinya dari bayinya. Kepercayaan bayi mulai terkikis, sehingga membuatnya cepat menangis, dan juga akan lebih lama untuk menenangkannya. Tak hanya itu, si kecil juga bisa tumbuh jadi anak yang merasa tidak aman, selalu menuntut agar keinginannya segera dipenuhi, dan selalu tergantung pada orang tua.


Mengapa, ya, bayi selalu menangis? Apa yang harus dilakukan orang tua untuk menghentikan tangisnya?

Memiliki bayi memang menyenangkan, tapi tak jarang juga membuat kita cemas. Apalagi pada saat ia terus-terusan menangis tanpa kita tahu sebabnya. Kita pun jadi panik, ada apakah dengan bayi kita? Apakah yang dirasakannya? Apakah ada sesuatu yang salah? Dan seribu pertanyaan lainnya.

Beberapa bayi memang menangis lebih sering daripada yang lainnya, bahkan ketika mereka benar-benar dalam keadaan sehat dan orang tuanya mempunyai pengalaman menangani bayi sekalipun. Menurut hasil penelitian, bayi memang menghabiskan sebagian besar waktunya dalam sehari untuk menangis.

Namun, jika Anda menganggap bahwa bayi memang menangis 24 jam sehari, itu tak seluruhnya benar. Pasalnya, jika Anda rekam, tangisannya tidak terjadi terus-menerus, kok. Hanya, mungkin karena frustrasi tangisannya yang tak kunjung henti, Anda lalu merasa si kecil tak pernah berhenti menangis.

Normalnya, berapa lama sih, sebenarnya bayi menangis? Pendapat ahli sangat bervariasi. Episode menangis mulai terjadi sekitar 3 minggu dari usianya, dan mencapai puncaknya sekitar usia 6 minggu, lalu berkurang secara signifikan antara 3-4 bulan.

Menangis biasanya terjadi pada jam makan, yaitu jam 7.00, 12.00, antara jam 5 dan 6 pagi, dan sebagian besar di jam makan malam. Beberapa riset mengatakan, bayi menangis rata-rata sejam seperempat per harinya, ahli lain berpendapat 2-4 jam bayi menangis per harinya itulah yang normal.

Apa pun yang normal menurut riset tersebut barangkali tetap mengkhawatirkan Anda, kaum ibu yang punya bayi. Namun, ada penelitian yang mengemukakan bahwa kaum ibu di Asia dan Afrika biasa mendekap dan menggendong anaknya sepanjang hari sambil melakukan aktivitasnya. Bahkan tidur pun bersamanya. Sementara di Amerika, bayi biasanya ditinggalkan dalam boks bayi, car seat, ataupun di kereta dorong. Ternyata, berdasarkan penelitian tersebut, bayi yang tidak selalu berada di sisi orangtuanya lebih sering menangis dibandingkan apa yang dilakukan di Asia dan Afrika.


BUTUH SATU SETENGAH MENIT

Pertanyaan yang kerap terjadi, haruskah kita memanjakan bayi dengan membawanya terlalu sering dan menjawab tangisannya terlalu cepat? Kadang Anda menghentikan kebiasaan untuk segera menggendong kala ia menangis. Tetapi yang terjadi, bayi Anda malah akan menangis lebih lama lagi dan lebih keras.

Riset menunjukkan bahwa orang tua yang takut memanjakan bayinya biasanya justru menghasilkan anak yang manja. Dengan membiarkan terlalu lama menangis, orang tua jadi terbiasa pada tangisan bayi, selain juga menjauhkan dirinya dari bayinya. Kepercayaan bayi mulai terkikis, sehingga membuatnya cepat menangis, dan juga akan lebih lama untuk menenangkannya. Tak hanya itu, si kecil juga bisa tumbuh jadi anak yang merasa tidak aman, selalu menuntut agar keinginannya segera dipenuhi, dan selalu tergantung pada orang tua.

Yang jelas, semakin lama orang tua menjawab tangisan bayi, semakin lama pula ia dapat menenangkannya. Waktu paling lama untuk menjawab tangisan bayi adalah satu setengah menit. Lebih dari itu, maka waktu yang dibutuhkan untuk mendiamkan tangisannya bisa meningkat jadi 3, 4 atau bahkan 5 kalinya.


BELUM TENTU KOLIK

Bayi yang terus-terusan menangis pasti kolik? Zaman dulu, orang mengatakan bayi menangis terus-menerus karena perutnya sakit. Nama kolik berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolikos, kata sifat dari kolon yang berarti usus.

Sebagian besar orang tua mengasumsikan bayinya sakit perut sebab mereka suka menendang-nendang kakinya kala menangis. Padahal, bayi akan melakukan hal demikian jika ada bagian tubuhnya yang sakit. Terlebih, bayi juga belum dapat melokalisasi sakitnya. Di bagian mana pun sakitnya, bayi akan mengatakan berasal dari perutnya.

Namun, jika bayi menangis terus-menerus dan Anda harus bisa menenangkannya kala dibaringkan di tangan Anda dan Anda urut perutnya, maka boleh di katakan bahwa bayi Anda menangis karena ada masalah di pencernaannya.


JANGAN TIDUR TERPISAH

Banyak orang tua yang tidur terpisah dari bayinya. Mereka mengaku lebih bisa tidur jika bayinya berada di tempat lain. Padahal, belum tentu tidur sang ibu tambah nyenyak. Mendengar tangisan bayi, biasanya si ibu pun segera bangun, dan berjalan ke kamar anak, lalu menyusuinya. Bayi tertidur dalam buaian ibunya. Setelah meletakkan bayi ke boks, ibu akan kembali ke kamarnya dan tidur kembali.

Saat bayi lapar dan terbangun, ia mendapati dirinya sendirian. Bayi pun akan kembali menangis. Mau enggak mau, si ibu pun kembali harus bangun dan menidurkan bayinya kembali. Kejadian ini terus terulang dan terulang.

Bukankah cara ini justru membuat orang tua jadi kurang tidur dibandingkan bila bayinya berada dalam ranjang yang sama dengannya? Menyusui dapat dilakukan tanpa ia harus beranjak dari tempat tidur. Hasil penelitian menunjukkan, orang tua yang tidur dengan bayinya justru akan mengurangi frekuensi bangun si bayi di malam hari. Dengan demikian, orang tua pun bisa istirahat lebih banyak lagi, bukan?

Dengan tidur bersama buah hati, Anda menolong ia menghemat energinya yang akan digunakan untuk pertumbuhan emosi dan fisiknya, sekaligus juga menghemat energi Anda.


KENAPA BAYI MENANGIS?

1. Cobalah teliti, barangkali ia kedinginan. Udara yang dingin dapat menyebabkan infeksi telinga pada tahap awal. Tentu saja, telinga yang terinfeksi menyebabkan bayi kesakitan.
2. Reaksi terhadap vaksinasi juga akan menyebabkan bayi menangis. Apalagi dibarengi keharusan makan makanan padat untuk pertama kalinya.
3. Bisa saja ia takut ditinggal Anda yang kembali bekerja. Bagaimanapun, ia selalu ingin selama mungkin bersama Anda.


Referensi:

Tabloid Nova

(ABNA/Dokter-Sehat/Tebyan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: