Mari kita bimbing putra putri kita untuk menjauhi perilaku sombong dan membanggakan diri, agar mereka dapat tumbuh menjadi manusia yang dapat menghargai kelebihan dan kekurangan orang lain.
Sombong merupakan benih penyakit hati, yang lama-lama bisa membuat pelakunya merasa tinggi hati alias merasa paling......dst. Bila tidak diterapi akan mengganggu perkembangan mental anak di kemudian hari. Budi, seorang anak laki-laki SD kelas 3 baru saja memenangkan sebuah mendali sebagai pembaca terbaik di kelas. Terbuai oleh kesombongan, ia menyombongkan diri dihadapan pembantu rumah, "Bibi, coba lihat, jika mau Bibi dapat membaca sebaik saya." Pembantu itu mengambil buku, memandangnya, dan akhirnya berkata dengan terbata-bata, "Nak Budi, saya tidak bisa membaca."
Sombong seperti burung merak, anak kecil itu lari ke ruangan keluarga dan berteriak kepada ayahnya, "Yah, Bibi tidak bisa membaca, sedangkan saya meski baru berumur 8 tahun, saya sudah dapat medali untuk kehebatan membaca. Saya ingin bagaimana sih perasaannya, memandang buku tapi tidak bisa membaca."
Tanpa berkata sepatah pun, ayahnya berjalan menuju rak buku, mengambil satu buku, dan memberinya ke Budi dan berkata, "Bibi merasa seperti ini." Buku itu ditulis dalam bahasa Jerman dan Budi tidak bisa membaca satu kata pun.
Anak laki-laki itu tidak akan pernah melupakan pelajaran itu sekejap pun. Bila perasaan sombong datang, dia dengan tenang akan mengingatkan dirinya, "Ingat, kamu tidak bisa membaca dalam bahasa Jerman." Mari kita bimbing putra putri kita untuk menjauhi perilaku sombong dan membanggakan diri, agar mereka dapat tumbuh menjadi manusia yang dapat menghargai kelebihan dan kekurangan orang lain.
(Zoombastic/ABNA/Tebyan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email