Amien Rais
Amien Rais: “Sunnah dan Syi’ah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam.
Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah):“Sunnah dan Syi’ah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam “(satuislam.wordpress.com)
Jumat, 20 Juli 2007
baca juga :
Amien
Rais : “tradisi intelektual dan berfikir di Iran itu tidak pernah
berhenti, di perpustakaan di Iran pun juga 80% lebih buku-bukunya itu
karangan sunni. Jadi mengapa orang sunni itu alergi kepada syiah dan
sementara syiah juga alergi kepada sunni”
baca juga :
Amien
Rais : “Islam di tangan tokoh-tokoh ulama syiah itu menjadi lain, Islam
yang moving Islam yang menggerakkan yang merubah gitu dan itu yang saya
kira yang kita perlukan. Jadi dari sunni nggak usah malu untuk belajar
dari syiah”
Pada pembukaan Konferensi 6 BKPPI se-Timur Tengah ini digelar juga
empat orasi ilmiah dan diskusi dengan mengusung berbagai tema. Orasi
ilmiah pertama dari Prof. Amien Rais sekaligus seremonial pembukaan
acara konferensi BKPPI kali ini diiringi dengan pembacaan doa. Dalam
orasinya mantan ketua MPR ini menjelaskan bahwa mengapa bangsa Indonesia
yang sesungguhnya kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya
ini justeru masih tertinggal jauh dibanding Negara-negara lainnya, ia
mengatakan karena Indonesia selama ini telah kehilangan kemandiriannya.
Hilangnya kemandirian ini lanjut Amien, berdampak pada hilangnya juga
kebanggaan nasional. Orang Indonesia di luar negeri malu untuk mengaku
sebagai orang Indonesia ketika ditanya orang asing. Pada akhirnya karena
kemandirian dan kebanggaan terhadap bangsa sudah hilang maka
pelan-pelan kedaulatan bangsa pun akan hilang. Inilah masalah yang
paling fundamental tambahnya, dan diperlukan keberanian dari para
pemimpin bangsa untuk bersikap tegas terhadap Negara-negara asing yang
berusaha melakukan korporatografi kepada Indonesia yang menjadi penyebab
hilangnya kedaulatan ekonomi bangsa ini.
Dr. Bambang Pranowo staff Menhan yang menggantikan Juwono Sudarsono
yang tidak bisa memnuhi undangan panitia konferensi menyoroti masalah
posisi Indonesia di tengah percaturan politik dunia dengan berbagai
ancaman dan tantangannya seperti globalisasi, perdagangan bebas dan
perubahan-perubahan social kemasyarakatan yang terjadi di tengah
masyarakat Indonesia membuktikan pentingnya rasa nasionalisme dan
kecintaan terhadap bangsa sebagai sebuah kekayaan yang perlu
dipertahankan.
Sementara itu Husein Heryanto dosen ICAS lebih banyak mengupas
masalah pentingnya budaya dan system nilai masyarakat sebagai sebuah
benteng kokoh pertahanan Indonesia.
Konferensi kali ini diisi pula oleh orasi ilmiah lain dari Dr.
Mashitoh Chusnan dari DEPDIKNAS yang menggantikan Menteri Pendidikan
Bambang Sudibyo yang berhalangan hadir. Dr Mashitoh menyinggung masalah
Human Development Index (HDI) Negara -negara Islam yang lemah khususnya
Indonesia yang saat ini berada pada peringkat 112 dari 175 negara dunia.
Umat Islam di Negara-negara berkembang menurut Dr Mashitoh itu miskin,
bodoh dan dijajah secara ekonomi, pada saat yang sama Negara-negara
Islam yang kaya minyak masih di bayangi masalah hedonisme sehingga belum
bisa mengangkat SDM muslim oleh karena itu lanjutya Negara-negara
muslim termasuk Indonesia dituntut harus segera menguasai IPTEK dan
penguasaan dalam bidang ekonomi sehingga bisa lepas dari keterjajahan
ekonomi Negara-negara barat.
Hadir dalam konferensi beberapa rektor dari universitas kenamaan
Islam di Indonesa, Pof.DR.HM Ridwan Nasir.MA [Rektor IAIN Sunan Ampel,
Surabaya], Prof. DR. Abdul Jamil [Rektor IAIN Wali Songo, Semarang],
Prof. DR. Fuad Amsyari.Phd [Guru Besar Universitas Airlangga/ UNAIR,
Surabaya] yang dalam konferensi kali ini berkesempatan menyampaikan
orasi, lebih banyak menyoroti masalah alumni Timur Tengah yang masih
dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia seperti diungkapkan
oleh Rektor IAIN Wali Songo Semarang Prof. Abdul Jamil.“Alumni timur
tengah yang pulang ke Indonesia merupakan sebuah resources bagi bangsa
tetapi pertanyaannya adalah apakah mereka mampu mengambil posisi dalam
proses national building berbekal ilmu-ilmu keislaman yang dikantongi
dari timur tengah, ditambah lagi dengan stigma sebagian orang yang
mengatakan alumni timur tengah itu pikirannya belum bisa diajak untuk
maju”. Demikian statemen beliau dalam salah satu diskusi yang dipandu
oleh Muladi Mughni (delegasi Pakistan).
Sementara itu Purkon Hidayat, perwakilan HPI Iran yang satu meja
diskusi dengan para rector tersebut lebih banyak menyinggung masalah
pola pemikiran barat yang masuk ke wilayah-wilayah pemikiran Islam dan
menghegemoni kerangka pemikiran banyak pemikir Islam kemudian menawarkan
sebuah solusi atas masalah ini dengan memeprkenalkan figure dan
pengalaman Imam Khomeini.
Indonesia Masih Gerbong, Belum Bisa Jadi Lokomotif.
Amien Rais beserta keluarga tiba di Iran Minggu 15 Juli 2007 memenuhi
undangan Panitia Pelaksana Konferensi BKPPI Se Timur Tengah dan
sekitarnya untuk mengisi orasi ilmiah di acara konferensi ini dan
sekaligus membukanya. Amien Rais dalam pembukaan konferensi yang
bertemakan “Membangun Kemandirian Bangsa Menuju Indonesia yang
Berkeadilan” mengatakan bahwa kewajiban membangun dan merekonstruksi
bangsa dan negara pada hakikatnya adalah kewajiban keagamaan dan bukan
sekedar kewajiban kewarganegaraan, politik atau keduniaan. “Saya tidak
setuju dengan teman yang mengatakan biarlah di dunia ini kita umat Islam
menjadi umat pinggiran, umat kalahan dan bangsa-bangsa muslim itu
menjadi bangsa pelengkap penderita tapi insyaallah di akhirat kita
berbondong-bondong masuk surga, saya kira itu pikiran yang ngawur. Itu
adalah manifestation of defeatation, itu adalah manifestasi
kebangkrutan, kekalahan, kepecundangan, tidak mau berjuang dan kemudian
agama dijadikan opium, dijadikan pelipur lara dan dijadikan candu
penenang”. “Sebenarnya kalau kita bergerak membangun bangsa sesungguhnya
itu kewajiban qur’aniah dan kewajiban keagamaan kita”. tegasnya.
Bangsa Indonesia sudah sejak lama ingin membangun dirinya, tetapi
sampai sejauh ini belum dianggap berhasil dibandingkan negara-negara
Asia lainnya yang dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir telah
mengalami kemajuan yang cukup pesat seperti India dan Cina. Padahal
menurut Amien negara-negara tersebut adalah negara yang tidak beragama
dan jelas bukan negara muslim, selain itu negara kita memiliki sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Tetapi mengapa
Indonesia tidak maju-maju juga. Indonesia ini masih gerbong belum bisa
menjadi lokomotif, tegasnya. Pertanyaan mengapa Indonesia masih belum
bisa sejajar dengan negara-negara lain menurut Amien Rais ada tiga
faktor yang menyebabkannya. “Sesuai dengan tema konferensi kita kali
ini, selama ini kita sudah agak lama kehilangan kemandirian, jadi self
confidence sudah agak lama hilang dari khazanah bangsa Indonesia baik
masyarakat umum dan mungkin juga sampai ke pemimpinnya”.
Menurut Amien sebuah bangsa yang telah kehilangan kemandiriannya akan
kehilangan juga kebanggaan nasional, jika kedua komponen ini telah
hilang maka kehilangan kedaulatan bangsa menjadi sesuatu yang tidak
begitu terasa lagi. Ini adalah masalah bottom line, masalah yang paling
fundamental, gara gari kita kehilangan kemandirian dan kebanggaan
nasional sebenarnya pelan-pelan kita kehilangan kedaulatan nasional di
berbagai dimensi kehidupan”. Kedaulatan ekonomi Indonesia adalah salah
satu kedaulatan bangsa yang mulai hilang dan memiliki contoh yang
mencolok pada kasus Indonesia, dijualnya berbagai asset nasional,
pertambangan-pertambangan yang keuntungannya justeru dikuasai asing dan
berbagai indikator lain yang menguatkan hal tersebut.
Arsip Konferensi BK-PPI se-Timur Tengah di Qom Iran (Selasa, 17 Juli 2007).
Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah.
Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah :“ Caranya terus menjaga persamaan sesama Umat Islam, bukan mencari perbedaannya,”(republika.co.id)
Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Slamet Effendy Yusuf membantah keras, jika Fatwa MUI merupakan pemicu
kekerasan terhadap Ahmadiyah di berbagai tempat.“Sejak awal, MUI tidak
pernah mentolerir kekerasan. Namun sikap MUI jelas, bahwa Ahmadiyah itu
aliran sesat, di luar Islam. Bukan hanya Bahtsul Matsail NU yang menilai
Ahmadiyah sesat, tapi ormas Islam seperti Muhammadiyah, Persis, bahkan
ulama di dunia pun menilai Ahmadiyah sebagai ajaran yang menyesatkan,”
ujar Slamet yang juga Ketua PBNU ini menanggapi Insiden Ciekusik,
Pandeglang, Banten, usai Diskusi “Peluang Kita Memperbaiki Wajah
Kebebasan Beragama” di kantor Kontras, Jakarta, Senin (7/2/2011).
Menurut A’la.
Menurut A’la, jika Syiah dianggap sesat maka sama artinya dengan
tidak mengganggap negara Iran sebagai negara Islam. “Iran itu mayoritas
Syiah dan dianggap negara Islam. Apa kita akan mengingkari hal itu,”
ujarnya.
Memang terdapat banyak aliran dalam Syiah, namun dari kacamata A’la,
di dunia ini hanya mengakui satu aliran Syiah yang sesat yaitu Syiah
Ghulam. Sedangkan yang ada di Indonesia, kata A’la, bukanlah aliran
Ghulam.
A’la juga minta ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama serta Majelis
Ulama Indonesia (MUI) tak gampang melabeli sesat kepada aliran tertentu.
Selain itu, A’la juga minta seluruh tokoh masyarakat mampu
menciptakan kedamaian di tengah masyarakat. Seorang tokoh yang hanya
menebarkan kebencian untuk memaksakan suatu keyakinan merupakan tokoh
yang tak mengetahui hakikat dari Islam itu sendiri.
A’la lantas menukil salah satu ayat dari surat Yunus ayat 99 yang
berbunyi. “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang
di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya
mereka menjadi beriman semua?”.
A’la juga minta pemerintah tak gegabah dalam merelokasi warga Syiah
Sampang. “Relokasi malah akan menjadikan Syiah eksklusif, dan ini justru
bahaya.”.
Konflik yang melibatkan Syiah, tambah A’la, mayoritas bukan karena
perbedaan keyakinan melainkan adanya faktor lain, seperti faktor politik
maupun konflik keluarga. Dia mencontohkan terbunuhnya Husain bin Ali,
serta peperangan antara Muawiyah dan Ahlul Bait yang semuanya bernuansa
politik.
Karenanya, konflik antara Syiah dan warga Sampang diduga juga bukan
karena adanya perbedaan keyakinan. “Kan sebentar lagi ada Pilkada, saya
tidak bermaksud mengecilkan masalah, tapi faktor politik seringkali
memicu,” tutur A’la.
Apalagi antara Syiah dan NU, kata A’la pula, sebenarnya memiliki
banyak ritual yang sama. Ritual pujian ala NU, misalnya, adalah meniru
ritual ala Syiah.
Tetapi Islam juga mengajarkan bahwa perbedaan juga rahmat. Jangan
mudah saling mengkafirkan atau begitu mudah menuduh sesat dan
mengabaikan perbedaan yang sudah ditakdirkan pada ummat Islam. Dakwah
Islam tidaklah dengan kekerasan tetapi dengan bil hikmah.
Pihaknya menegaskan, Syiah Sampang itu bukanlah aliran sesat.
Pasalnya, masalah keyakinan Syiah itu sudah klir dan tidak sesat. Syiah
dianggap sebagai bagian dari Islam, seperti halnya Sunni.
“Jika dianggap Syiah sesat, maka sama artinya dengan tidak
mengganggap negara Iran sebagai negara Islam. Iran itu mayoritas Syiah
dan dianggap negara Islam. Apa kita semua akan mengingkari hal itu,”
ujarnya.
Memang ada banyak aliran dalam Syiah, namun dari pandangan dirinya,
di dunia ini hanya mengakui satu aliran Syiah yang sesat yaitu Syiah
Ghulam. Dan yang ada di Indonesia, katanya bukanlah aliran Ghulam.
Pihaknya juga meminta ormas islam seperti NU dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) tak gampang memberi labe atau fatwa sesat kepada aliran
tertentu.
Selain itu, pihaknya meminta seluruh tokoh masyarakat mampu
menciptakan kedamaian di tengah masyarakat. Seorang tokoh yang hanya
menebarkan kebencian untuk memaksakan suatu keyakinan, dinilai merupakan
tokoh yang tak mengetahui hakikat dari Islam itu sendiri.
Pernyataan Prof. Dr. KH. Umar Shihab
Untuk mengetahui lebih jauh pandangan Prof. Dr. KH. Umar Shihab,
berikut ini kami melakukan wawancara singkat dengan beliau. Dengan
harapan, semoga kerukunan beragama dan bermazhab di tanah air tercinta
berjalan dengan baik dan tidak terjadi kekerasan yang mengatasnamakan
agama dan mudah-mudahan tercipta suasana saling memahami dan ukhuwah
islamiah antara pelbagai mazhab Islam.
Setelah melihat Iran dari dekat, bagaimana pandangan dan kesan Anda?
Iran merupakan tempat perkembangan pengetahuan, khususnya pengetahuan
agama. Ini ditandai dengan banyaknya perpustakaan besar di sana-sini.
Sekiranya saya masih muda, niscaya saya akan belajar di sini.
Beberapa bulan yang lalu adik saya,
Quraish Shihab,
juga datang ke Iran guna memenuhi undangan Lembaga Pendekatan Mazhab
Islam. Sepengetahuan saya, hanya Iran satu-satunya negara yang secara
resmi memiliki lembaga yang peduli terhadap persatuan antara
mazhab-mazhab Islam. Iran secara getol menyerukan persatuan antara
sesama umat Islam, apapun mazhab mereka. Kalau saja negara-negara Islam
meniru strategi pendekatan mazhab yang dilakukan Iran niscaya tidak ada
pengkafiran, dan kejayaan dan kemenangan Islam akan terwujud.
Bagaimana seharusnya kita menyikapi isu ikhtilaf antara Syiah dan Ahlussunah?
Saya orang suni, tapi saya percaya Syiah juga benar. Sebagaimana saya percaya bahwa mazhab
Hanafi dan
Maliki
juga benar. Saya tidak mau disebut sebagai pembela Syiah, tapi saya
pembela kebenaran. Jangankan mentolerir kekerasan antarmazhab yang MUI
tidak pernah mengeluarkan “fatwa sesat dan kafir” terhadap mazhab
tersebut, kepada Ahmadiah yang kita fatwakan sebagai ajaran sesat pun
kita tidak mengizinkan dilakukannya kekerasan terhadap mereka.
Kita tidak boleh gampang mengecap kafir kepada sesama muslim hanya karena masalah
furu’iah (masalah cabang/tidak utama). Antara Syafii dan Maliki terdapat perbedaan, meskipun
Imam Malik
itu guru Imam Syafii. Ahmadiah kita anggap sesat karena mengklaim ada
nabi lain sesudah Nabi Muhammad saw, sedangkan mazhab ahlulbait (Syiah)
dan ahlusunah sama meyakini tidak ada nabi lain sesudah Nabi Muhammad
saw.
Perbedaan itu hal yang alami dan biasa. Imam Syafii, misalnya,
meletakkan tangannya di atas dada saat melaksanakan salat. Namun saat
berada di Mekkah—untuk menghormati Imam Malik—beliau meluruskan
tangannya dan tidak membaca kunut dalam salat subuhnya. Orang yang
sempit pengetahuannya yang menyalahkan seseorang yang tangannya lurus
alias
tidak bersedekap dalam salatnya.
Sebagian kalangan menganggap Syiah sebagai mazhab sempalan dan tidak termasuk mazhab Islam yang sah? Bagaimana pendapat Anda?
Orang yang menganggap Syiah sebagai mazhab sempalan tidak bisa
disebut sebagai ulama. Syiah dan ahlusunah tidak boleh saling
menyalahkan. Masing-masing ulama kedua mazhab tersebut memiliki dalil.
Syiah dan ahlusunah mempunyai Tuhan, Nabi, dan Alquran yang sama. Orang
yang mengklaim bahwa Syiah punya Alquran yang berbeda itu hanya fitnah
dan kebohongan semata.
Saudara Prof. Muhammad Ghalib (Guru Besar Tafsir dan Sekretaris MUI
Sulsel, Makassar yang ikut bersama beliau ke Iran) akan membawa Alquran
cetakan Iran yang konon katanya berbeda itu ke tanah air. Saya sangat
kecewa kalau ada salah satu ulama mazhab membenarkan mazhabnya sendiri
dan tidak mengapresiasi mazhab lainnya. Salat yang dilakukan oleh
orang-orang Syiah sama dengan salat yang dipraktikkan Imam Malik.
Apa pesan Anda terhadap kami sebagai pelajar-pelajar agama?
Pesan pertama dan utama saya, peliharalah persatuan dan kesatuan
antara umat Islam. Banyak ayat dalam Alquran yang mengecam perpecahan
dan perselisihan di antara sesama umat Islam, seperti usaha menyebarkan
fitnah dan percekcokan di tubuh umat Islam dll. Kita harus menjadi
pelopor persatuan dan tidak membiarkan perpecahan terjadi di tubuh umat
Islam. Contoh ideal persatuan dan persaudaraan antara sesama muslim
adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. saat mempersaudarakan
antara kaum Muhajirin dan Ansar.
Pesan kedua, persatuan yang ditekankan dalam ajaran Islam bukan
persatuan yang pura-pura atau untuk kepentingan sesaat, namun persatuan
yang bersifat kontinu dan sepanjang masa. Kita tidak boleh terjebak
dalam fanatisme buta. Saya saksikan sendiri di Iran, khususnya di Qom,
banyak orang-orang alim yang sangat toleran. Saya tahu persis di Iran
ada usaha serius untuk mendekatkan dan mencari titik temu antara
mazhab-mazhab Islam yang tidak ditemukan di tempat lain.
Saya mengunjungi perpustakaan di
Qom
dan saya melihat usaha keras para ulama di bidang pendekatan antara
mazhab Islam. Saya tekankan bahwa setiap ulama mazhab memiliki dalil
atas setiap pendapatnya dan pihak yang berbeda mazhab tidak boleh
menyalahkannya begitu saja. Sebagai contoh, kalangan ulama berbeda
pendapat berkaitan dengan hukum mabit (bermalam) di Mina. Ada yang
mewajibkannya dan ada pula yang menganggapnya sunah. Jangankan antara
Syiah dan ahlusunah, antara sesama internal ahlusunah sendiri pun
terdapat perbedaan, misalnya antara Syafii dan Hanafi. Jadi, perpecahan
itu akan melemahkan kita sebagai umat Islam.
Pesan ketiga, sebagai pemuda, jangan berputus asa. Allah Swt.
memerintahkan kita untuk tidak berputus asa. Belajarlah
bersungguh-sungguh karena menuntut ilmu itu suatu kewajiban. Hormatilah
guru-guru Anda karena mereka adalah ibarat orang tua bagi Anda.
Menghormati guru sama dengan menghormati orang tua Anda. Harapan kita
dan umat Islam terhadap Anda begitu besar. Kami berterima kasih atas
semua pihak yang membantu Anda di sini, terutama guru-guru Anda.
Saya menghimbau para pelajar Indonesia di Iran—setelah mereka
pulang—hendaklah mereka menjadi dai-dai yang menyerukan persatuan di
antara umat. Islam menekankan persatuan sesama muslim dan tidak
menghendaki timbulnya fitnah, seperti apa yang dilakukan oleh Rasul saw.
saat beliau memerintahkan untuk menghancurkan Masjid Dirar. Karena
tempat itu dijadikan pusat penyebaran fitnah dan usaha untuk memecah
belah umat.
Seringkali karena fanatisme, kita melupakan persatuan. Orang yang
memecah belah umat patut dipertanyakan keislamannya. Sebab, orang
munafiklah yang bekerja untuk memecah belah umat. Dan orang-orang
seperti ini sepanjang sejarah pasti ada dan selalu ada hingga hari ini.
Sejak kecil saya bercita-cita untuk mempersatukan sesama umat Islam. Dan
di akhir hayat saya, saya tidak ingin melihat lagi perpecahan dan
pengkafiran sesama Islam.
KH Nur Iskandar Sq (Ketua Dewan Syuro PPP):“ Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah, ”
Rhoma Irama ( Seniman dan Mubaligh ):“Tuhan
kita sama, nabi kita sama, kiblat kita sama, sholat kita sama, puasa
kita sama, zakat kita sama, haji kita sama, kenapa harus saling
mengkafirkan” (tempo.co).
Rektor IAIN Sunan AmpelProf Dr Abd A’la Surabaya.
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya,
Prof. Dr. Abd A’la menegaskan bahwa aliran Syiah yang dianut warga
Sampang bukanlah aliran sesat. “Masalah keyakinan Syiah itu sudah clear, tidak sesat, Syiah bagian dari Islam,” kata A’la kepada Tempo, Minggu, 27 Agustus 2012.
Para pembaca….
Ulama dari Indonesia yang meneliti Syi’ah di antaranya adalah Prof
Dr H Abu Bakar Atjeh (beliau adalah seorang ahlu sunnah) yang karyanya
diterbitkan dengan judul “Syi’ah Rasionalisme dalam Islam” yang dalam
bukunya beliau mengutip pendapat Prof. Hamka yang menyebutkan bahwa
madzhab Syafi’i yang dianut mayoritas muslim Indonesia lebih dekat
dengan madzhab Syi’ah. Dalam bukunya tidak disebutkan peran Abdullah bin
Saba’ dalam pendirian Islam, malah beliau menunjukkan bahwa syi’ah
dilahirkan oleh Rasulullah S.A.W.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie
Ketua DPR: Aliran Syiah Tidak Sesat
Senin, 27 Agustus 2012 | 14:40
Marzuki Ali (Ketua DPR RI):“ Syi’ah
itu mahzab yang diterima di negara manapun diseluruh dunia, dan tidak
ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syi’ah adalah aliran
sesat “(okezone.com)
Ketua DPR RI Marzuki Alie menegaskan, aliran syiah di Indonesia bukan
aliran sesat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa
bahwa aliran ini tidak sesat.
Hal itu dikatakan Marzuki Alie di Jakarta, Senin (27/8), menjawab pers terkait kerusuhan di Sampang, Madura, Jawa Timur.
Menurut Marzuki, kalau MUI sudah mengeluarkan fatwa itu tidak sesat,
maka persoalan sekarang adalah kenapa masih muncul konflik? Itu pasti
sosialisasi keputusan MUI yang masih kurang.
“Itu tugas Kementerian Agama dan MUI,” katanya. Kalau pun sosialisasi
sudah dilakukan dan masih juga konflik terulang, kata dia, maka pasti
ada yang salah di tahapan sosialisasinya.
|
Add caption |
Taushiyah Sesepuh Bangsa Prof.Dr.KH. Ali Yafie Untuk Umat Islam
KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia):“Dengan
tergabungnya Iran yang mayoritas bermazhab Syiah sebagai negara Islam
dalam wadah OKI tersebut, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam.
Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang
tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara
Islam.”(tempointeraktif).
Muhammad Jusuf Kalla.
10th Vice President of Indonesia
Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI):
“ Harus ada toleransi terhadap perbedaan karena perbedaan adalah rahmat ” (tempo.co).
MAHFUD MD TERIMA CEDERA MATA DARI JAKOB OETAMA -
Mahfud MD: Madura Rukun, Salawat Sunni Pun Sebut Syiah.
Muhammad Mahfud MD (Ketua MK):“ Kalau
saya mengatakan semua keyakinan itu tidak boleh diintervensi oleh
negara. Keyakinan itu tak boleh diganggu orang lain, kecuali dia
mengganggu keyakinan orang lain,”(Okezone.com).
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD lahir dan dan
besar di pondok pesantren di Madura. Sejak kecil hingga dirinya kini
menjadi tokoh nasional, tak pernah ada konflik Sunni dan Syiah di
Madura.
Kini Mahfud pun heran, kenapa ada konflik Syiah dan Sunni di Madura.
Saking rukunnya, warga Sunni pun saat bersalawat juga menyebut ahlul
bayt (keluarga Nabi Muhammad SAW) yang selama ini dipercaya oleh Syiah
sebagai penerus kekhalifahan.
“Saya orang Madura, sejak bayi hingga umur 16 tahun saya hidup dan
besar di Madura. Dari dulu tidak ada konflik Sunni dan Syiah. Itu baru
muncul 2010. Di Madura tidak pernah dipermasalahkan aliran-aliran itu.
Semuanya hidup berdampingan secara damai. Di Madura juga ada gereja,
kelenteng. Dari dulu orang Madura berbeda-beda agama dan aliran, tapi
tidak ada apa-apa,” ujar Mahfud MD saat memberi ceramah dalam acara
Halal Bihalal Karyawan Kompas Gramedia di Halaman Gedung Oranye Kompas
Gramedia, Jakarta, Kamis (6/9/2012).
Ditambahkan Mahfud, orang Madura baru marah jika istrinya digoda
orang lain. “Selama ini tidak ada apa-apa. Yang masalah, kalau istri
diganggu orang,” ujar Mahfud sambil tersenyum.
Menurut Mahfud, konflik Syiah dan Sunni di Madura itu terjadi baru
belakangan ini. Mahfud yang besar di pondok pesantren, menceriterakan
hidup rukunnya Syiah dan Sunni yang sampai digunakan dalam salawat.
“Saat bersalawat, orang Sunni juga mengakui (kekhalifahan) Syiah.
Contohnya ahlul bayt itu kerap disebut dalam salawat. Dan selama ini
enggak apa-apa,” jelas Mahfud.
Bahkan dalam doa warga Sunni di Madura juga menyebut detail keturunan
Nabi Muhammad yang dipercaya menjadi khalifah. “Itu enggak apa-apa,
tidak ada masalah selama ini,” lanjut Mahfud.
Seperti diketahui, kaum Sunni mengakui bahwa khulafur rasyidin atau
empat khalifah yakni Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman Bin Affan dan
Ali Bin Abi Thalib. Sedangkang kaum Syiah hanya mengakui Ali Bin Abi
Thalib sebagai khalifah. Kaum Syiah menganggap, penerus sah kepemimpinan
Muhammad SAW adalah Ali dan lalu diteruskan imam yang suci dari
kalangan Ahlul Bayt (keluarga Nabi Muhammad SAW).
Menurut dia, masalah keyakinan tidak boleh diintervensi oleh pihak manapun, termasuk negara sekalipun.
“Kalau saya mengatakan semua keyakinan itu tidak boleh diintervensi
oleh negara. Keyakinan itu tak boleh diganggu orang lain, kecuali dia
mengganggu keyakinan orang lain,” jelasnya.
Menurut Mahfud MD budaya NU mengamalkan ajaran Syiah seperti Ahlul
Kisa (Keutamaan Rasulullah, Sayyidah Fatimah, Sayidina Ali b. Abi
Thalib, Sayidina Hasan dan Sayidina Husayn) yang menjadi hafalan
masyarakat Sampang dan NU pada umumnya.
Ayatullah Ali Taskhiri dan Syekh MolaviEshak Madani mengapit Prof. Dr. Umar Shihab
Fatwa Politik.
fatwa MUI Pusat tahun 1984 tentang bahaya Syiah sebagai sebagai
fatwa berbau politik. Alasannya, 5 tahun sebelumnya Iran baru saja
melakukan revolusi dan Indonesia takut revolusi itu akan ke negaranya.
“MUI tahun 1984 keluarkan fatwa untuk waspadai Syiah, jelas itu
adalah suatu konotasi politik. Fatwa MUI Pusat adalah fatwa politik,”
terangnya.
“Slamet Effendi (Ketua PBNU dan Ketua MUI Pusat, red) di Depdagri
menjelaskan latar belakang fatwa waspada Syiah yang dikeluarkan pada
tahun 1984. Sebab baru saja Iran itu revolusi dan Indonesia takut
revolusi itu akan ke negaranya,” jelasnya tambahnya.
Saat bertemu dengan para pelajar Indonesia di Qom (Selasa, 13 Oktober 2009) beliau tidak bisa menyembunyikan rasa harunya ketika mendapatkan kesempatan dan taufik dari
Allah Swt. untuk berziarah pertama kalinya ke makam kakek beliau,
Imam Ali ar-Ridha. Bagi beliau, sosok
Imam Ridha adalah teladan bagi seluruh umat Islam.
Tokoh Islam yang sejak kecil bercita-cita untuk mempersatukan barisan
kaum Muslimin ini menghimbau para pelajar Indonesia di Iran supaya
menjadi dai-dai yang menyerukan persatuan dan menghindari timbulnya
perpecahan di tengah umat Islam. Beliau sangat anti terhadap gerakan takfiriah (usaha mengkafirkan sesama muslim) hanya karena perbedaan masalah furu’ (masalah cabang alias tidak prinsip). Beliau sangat mengapresiasi upaya
serius ulama-ulama Iran di bidang pendekatan antara pelbagai mazhab
Islam.
Daerah penyebaran
Fokus daerah penyebaran ajaran Syi'ah aliran Itsna Asyariyyah berada di
Iran,
Irak,
Azerbaijan, dan
Bahrain.
Daerah-daerah ini merupakan penyumbang terbesar pengikut ajaran Syi'ah
Itsna Asyariyyah. Daerah lain yang juga terdapat banyak pengikut Syi'ah
Itsna Asyariyyah berada di wilayah
Teluk Persia dan di
Lebanon. Pengikut Syi'ah juga terdapat di
Arab Saudi, yang notabene penduduk Arab Saudi beraliran
Sunni Wahabi. Pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah di Arab Saudi terpusat di beberapa kota seperti
Qatif,
Madinah dan di
Al-Hasa'. Selain itu, pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah juga dapat ditemui di
Muskat,
Oman dan di negara-negara yang terdapat di
Asia Selatan.
Jumlah pengikut.
Lokasi kerajaan Safawi, sebuah kerajaan dengan mayoritas penduduk Islam Syi'ah
Menurut
Ensiklopedia Britannica,
terdapat 60-80 juta (40 juta di antaranya adalah pengikut Syi'ah Itsna
Asyariyyah) pengikut Syi'ah di seluruh dunia. Sedangkan menurut
Ensiklopedia Kristen Internasional, diyakini bahwa jumlah pengikut
Syi'ah adalah 135 juta di seluruh dunia.
Berikut ini adalah detail dari jumlah pengikut Syi'ah berdasarkan negara asal, menurut
2008 World Factbook:
- Iran dengan jumlah sebanyak 58 juta pengikut Syi'ah
- Irak dengan jumlah sebanyak 17-18 pengikut Syi'ah.
- Afganistan dengan jumlah sebanyak 6 juta pengikut Syi'ah.
- Azerbaijan dengan jumlah sebanyak 5 juta pengikut Syi'ah.
- Kuwait dengan jumlah sebanyak 400 ribu pengikut Syi'ah.
- Bahrain dengan jumlah sebanyak 400 ribu pengikut Syi'ah.
- Lebanon dengan jumlah sebanyak 1.2 juta pengikut Syi'ah.
- Arab Saudi dengan jumlah sebanyak 1.5 sampai 2 juta pengikut Syi'ah.
- Pakistan dengan jumlah sebanyak 33 juta pengikut Syi'ah.
- India dengan jumlah sebanyak 30 juta pengikut Syi'ah.
- Tajikistan dengan jumlah sebanyak 306 ribu pengikut Syi'ah
- Turkmenistan dengan jumlah sebanyak 185 ribu pengikut Syi'ah.
- Uzbekistan dengan jumlah sebanyak 1.4 juta pengikut Syi'ah.
- Kirgizstan dengan jumlah sebanyak 117 ribu pengikut Syi'ah.
- Kazakhstan dengan jumlah sebanyak 355 ribu pengikut Syi'ah.
- Rusia dengan jumlah sebanyak 1.2 juta pengikut Syi'ah.
Berdasarkan jumlah di atas, dapat dihitung dan totalnya mencapai 158
juta pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah dan Syi'ah Isma'iliyyah di seluruh
dunia. Dengan adanya pengikut Syi'ah Isma'iliyyah yang hanya berkisar
35 juta di seluruh dunia, maka didapatkan bahwa pengikut Syi'ah Itsna
Asyariyyah di seluruh dunia berjumlah 123 juta pengikut. Perkiraan
terakhir bahwa pengikut Syi'ah berjumlah 170 juta orang di seluruh
dunia.
[41]
Referensi
- ^ Imam Muslim (translated by Aftab Shahryar) (2004). Sahih Muslim Abridged. Islamic Book Service. ISBN 81-7231-592-9.
- ^ http://www.albayyinat.net/jwb5ta.html
- ^ نهجنا في الحياة من المهم إلى الممات للميرزا حسن ال عصفور
- ^ عقائد الإمامية لمحمد جواد مغنية
- ^ Gelar
Imam dalam bahasa Arab digunakan karena bahasa Arab adalah bahasa
liturgi dalam agama Islam Syi'ah sedangkan gelar dalam bahasa Turki
berasal dari pengikut ajaran Alawiyyah Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa. Gale Group. 2004. ISBN 978-0-02-865769-1.
- ^ a b c d e Nasr, Seyyed Hossein. "Ali". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-10-12.
- ^ a b c d e f g h i j k l Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa. Gale Group. 2004. ISBN 978-0-02-865769-1.
- ^ Tabatabae (1979), pp.190-192
- ^ Tabatabae (1979), p.192
- ^ a b "Hasan". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979), pp.194-195
- ^ Madelung, Wilferd. "Hasan ibn Ali". Encyclopedia Iranica. Diakses 2008-03-23.
- ^ Tabatabae (1979), p.195
- ^ a b c d "al-Husayn". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979), pp.196-199
- ^ Calmard, Jean. "Husayn ibn Ali". Encyclopedia Iranica. Diakses 2008-03-23.
- ^ a b c d Madelung, Wilferd. "'ALÈ B. AL-HUOSAYN". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
- ^ a b c d e Tabatabae (1979), p.202
- ^ a b c d e Madelung, Wilferd. "AL-BAQER, ABU JAFAR MOHAMMAD". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979), p.203
- ^ a b c d e f Tabatabae (1979), p.203-204
- ^ Reseach Committee of Strasburg University, Imam Jafar Ibn Muhammad As-Sadiq A.S. The Great Muslim Scientist and Philosopher, translated by Kaukab Ali Mirza, 2000. Willowdale Ont. ISBN 0-9699490-1-4.
- ^ "Wasil ibn Ata". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
- ^ a b Madelung, Wilferd. "'ALÈ AL-HAÚDÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-09.
- ^ a b c d e Tabatabae (1979), p.205
- ^ Tabatabae (1979) p. 78
- ^ Sachedina (1988), pp.53-54
- ^ a b c d e f Tabatabae (1979), pp.205-207
- ^ a b c d e Tabatabae (1979), p. 207
- ^ a b c d e f Madelung, Wilferd. "'ALÈ AL-HAÚDÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979), pp.208-209
- ^ a b c d Halm, H. "'ASKARÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
- ^ Tabatabae (1979) pp. 209-210
- ^ Tabatabae (1979), pp.209-210
- ^ "Muhammad al-Mahdi al-Hujjah". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
- ^ a b c d Tabatabae (1979), pp.210-211
- ^ Tabatabae (1979), pp. 211-214
- ^ العلامة المُحقق آية الله الشيخ جعفر السبحاني : أصول الحديث وأحكامه : 19
- ^ العلامة الدكتور الشيخ عبد الهادي الفضلي : أصول الحديث : 223
- ^ العلامة
الدكتور الشيخ عبد الهادي الفضلي : أصول علم الرجال : 11 ، الطبعة الثانية
، سنة : 1416 هجرية ، مؤسسة أم القرى للتحقيق والنشر
- ^ نهجنا في الحياة من المهد إلى الممات للميرزا حسن ال عصفور