Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Umar Shihab. Show all posts
Showing posts with label Umar Shihab. Show all posts

Syiah Senang Atas Pemblokiran Situs Islam Yang Anti Syiah


Pemimpin Syiah di Sampang, Madura, Iklil Almilal, mendukung pemblokiran situs-situs yang diduga menyiarkan paham radikal seperti ISIS. Sebab sebagian dari situs yang ditutup itu sering mengadu domba umat Islam.

“Saya dukung itu. Sebagian dari situs yang diblokir itu sering menjelek-jelekkan paham lain. Mereka sebagian mengatasnamakan Sunni dan menjelekkan Syiah. Padahal Syiah itu menganggap Sunni saudara,” ujarnya kepada Okezone, Rabu (1/4/2015).

Ia mencontohkan, salah satu situs yang sering mengadu domba umat Islam adalah arrahman.com. Situs ini dinilai sering memuat materi yang memicu konflik. Situs ini pernah mengkafirkan Islam yang tidak sepaham dengan suni.

“Makanya untuk mencegah konflik blokir saja. Saya tidak mengerti tujuan mereka memuat materi-materi radikal. Saya yakin penulisnya bukan suni, tapi mengatasnakan suni,” ujar tutur Iklil.

AJI: Situs Islam yang Diblokir Bukan Karya Jurnalistik

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menilai situs-situs Islam yang diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkiminfo) tidak memuat karya jurnalistik. Sebab materi yang dimuat tidak memenuhi kaidah jurnalistik.

“Itu kan saya lihat mereka mengutip Alquran misalnya. Tapi tidak ada cover both side. Itu tidak memenuhi unsur-unsur jurnalistik,” ujar Kepala Bidang Hubungan Eksternal AJI, Eko Maryadi kepada Okezone, Rabu (1/4/2015).

PERMINTAAN BNPT kepada Kementerian Kominfo agar menutup dan memblokir via DNS sejumlah website Media Islam Online semakin menunjukkan adanya situs situs yang memfitnah “Syiah berpotensi menggulingkan pemerintah”.

Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Pusat si Athian Ali M. Da’i, MA merupakan provokator yang kerap memfitnah Syi’ah hendak melakukan revolusi.. Bagaimana akal sehat membenarkan segelintir Syi’ah menggulingkan mayoritas sunni di Indonesia… Paranoid adalah wujud radikalisme.. Ada sekitar 7 web yang diblokir tersebut adalah web anti syiah.

Yang sebenar sebenarnya adalah : “Radikalis wahabi melakukan gerakan anti syi’ah dengan mengatas namakan AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH  demi merebut kantong kantong Nahdlatul Ulama (NU)”.


PERMINTAAN BNPT kepada Kementerian Kominfo agar menutup dan memblokir via DNS sejumlah website Media Islam Online semakin menunjukkan adanya situs situs yang memfitnah “Syiah berpotensi menggulingkan pemerintah”.

Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Pusat si Athian Ali M. Da’i, MA merupakan provokator yang kerap memfitnah Syi’ah hendak melakukan revolusi.. Bagaimana akal sehat membenarkan segelintir Syi’ah menggulingkan mayoritas sunni di Indonesia… Paranoid adalah wujud radikalisme.. Ada sekitar 7 web yang diblokir tersebut adalah web anti syiah.

Yang sebenar sebenarnya adalah : “Radikalis wahabi melakukan gerakan anti syi’ah dengan mengatas namakan AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH  demi merebut kantong kantong Nahdlatul Ulama (NU)”.

Pemimpin Syiah di Sampang, Madura, Iklil Almilal, mendukung pemblokiran situs-situs yang diduga menyiarkan paham radikal seperti ISIS. Sebab sebagian dari situs yang ditutup itu sering mengadu domba umat Islam.
“Saya dukung itu. Sebagian dari situs yang diblokir itu sering menjelek-jelekkan paham lain. Mereka sebagian mengatasnamakan Sunni dan menjelekkan Syiah. Padahal Syiah itu menganggap Sunni saudara,” ujarnya, Rabu (1/4/2015).

Ia mencontohkan, salah satu situs yang sering mengadu domba umat Islam adalah arrahman.com. Situs ini dinilai sering memuat materi yang memicu konflik. Situs ini pernah mengkafirkan Islam yang tidak sepaham dengan suni.

“Makanya untuk mencegah konflik blokir saja. Saya tidak mengerti tujuan mereka memuat materi-materi radikal. Saya yakin penulisnya bukan suni, tapi mengatasnakan suni,” ujar tutur Iklil.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah meminta penyedia layanan internet (ISP) untuk memblokir 19 situs penggerak paham radikalisme.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kominfo, Ismail Cawidu, Senin 30 Maret 2015, menjelaskan pemblokiran tersebut atas permintaan dari Badan Nasional Penanggulangan terorisme (BNPT).
“Kemarin BNPT minta, dan pagi ini kami sudah kirim permintaan pemblokiran ke ISP,” ujar Cawidu kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon.

Dari 19 situs penggerak radikalimse terdapat beberapa situs yang sudah cukup familiar yaitu, arrahmah.com, voa-islam.com.

Sebelumnya, melalui surat nomor 149/K.BNPT/3/2015, BNPT meminta 19 situs diblokir karena dianggap sebagai situs penggerak paham radikalisme dan sebagai simpatisan radikalisme.

Berikut daftar lengkap 19 situs yang diminta diblokir:
1. arrahmah.com
2. voa-islam.com
3. ghur4ba.blogspot.com
4. panjimas.com
5. thoriquna.com
6. dakwatuna.com
7. kafilahmujahid.com
8. an-najah.net
9. muslimdaily.net
10. hidayatullah.com
11. salam-online.com
12. aqlislamiccenter.com
13. kiblat.net
14. dakwahmedia.com
15. muqawamah.com
16. lasdipo.com
17. gemaislam.com
18. eramuslim.com
19. daulahislam.com

BNPT : Membid’ahkan Kelompok Lain Masuk Radikalisme

Mustofa Nahra : Semua Situs Yang Diblokir Punya Kesamaan Anti Syiah

Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya melihat keanehan dalam penutupan situs-situs Islam. Mustofa melihat, semua situs yang diblokir pemerintah memiliki kesamaan melawan ideologi Syiah.

“Yang aneh  dari semua tujuh website maupun 22 website lainnya  melawan satu kelompok sama, selama ini yang saya lihat, yaitu kelompok yaitu Syiah,” ungkap Mustafa di acara LIVE TV ONE

di acara Kabar Indonesia Pagi TVOne ada diskusi tentang pemblokiran situs media Islam. Ketiga narasumber yang hadir adalah Budi Marta Saudin (Pemred GemaIslam.com) , Mustofa Nahrawardaya ( Anggota MPI PP Muhammadiyah ) dan Irfan Idris (Jubir BNPT).
 
Pak Irfan Idris menyampaikan kalau dalam paham radikalisme, syarat kriterianya mengajarkan paham takfiri, mengkafir-kafirkan, membahas jihad secara sempit. Irfan mengakui, situs-situs Islam yang diblokir pemerintah itu memang melawan pemikiran ISIS dan tidak sedikit dari website-website itu yang ikut membenci organisasi radikal tersebut. Akan tetapi, di antara halaman web cenderung mengharamkan demokrasi dan mengkafirkan pemerintah.
 
Beliau mengutarakan kalau ada aduan masyarakat untuk memblokir situs tertentu. Beliau juga terlalu melebar menjelaskan. Masalah khilafiyah dibawa-bawa, situs yang diblokir juga menghakimi kelompok lain, membid’ahkan kelompok tertentu, anti tahlilan. Ustadz Budi membantahnya langsung, masalah khilafiyah sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Jangan melebar dari kasus ISIS ke khilafiyah.
 
Dalam pemblokiran 19 situs Islam yang dianggap radikal, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengaku langsung melakukan pemblokiran. Mereka mempercayakan analisa itu pada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Kominfo hanya sebagai moderator atau eksekutor dari laporan yang disampaikan. Dalam hal ini (radikal), berdasarkan laporan dari BNPT,” ujar Henri Subiakto selaku Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Media Massa Kominfo di Kementerian Kominfo, Jakarta, Selasa, 31 Maret 2015.

Ia mengaku Kominfo tidak melakukan kroscek terkait 19 situs tersebut. Mereka kemudian menginstruksikan ISP untuk segera memblokir, setelah mendapatkan surat rekomendasi dari BNPT.
“Kami yakin BNPT sudah menganalisanya,” jawabnya dengan singkat.

Dalam paparannya, ada tiga kriteria pemblokiran atau menutup akses sebuah situs melalui Kominfo.
Pertama, sudah dianalisa oleh Kementerian atau Lembaga yang mengajukan permintaan. Kedua, domain yang digunakan bukan domain Indonesia, bukan .id. Dan ketiga, dapat dipulihkan kembali (normalisasi), jika sudah tidak mengandung konten negatif dan mengikuti perundang-undangan yang berlaku.

Dalam permasalahan situs dakwah Islam yang diduga mengajak untuk radikal, ia mengungkapkan bahwa pihaknya hanya mengikuti aturan yang berlaku. Sementara, untuk situs-situs yang isinya memuat perjudian dan pornografi, maka itu tak perlu surat rekomendasi dari yang lain.
“Akan kami blokir langsung karena perjudian dan pornografi sudah jelas aturannya,” ucap dia.

Sudah Sejak 2012
Dalam kesempatan yang sama, BNPT juga mengatakan jika proses pemblokiran ini dilakukan setelah melakukan investigasi dan analisa internal sejak tahun-tahun sebelumnya.
“Penutupan situs-situs dianggap radikal dengan melibatkan pihak internel BNPT, dalam hal ini koordinasi dengan tokoh masyarakat dan kelompok-kelompok moderat. Ini bukan tiba-tiba, tapi sudah dilakukan koordinasi sejak tahun 2012,” ujar Direktur Deradikalisasi BNPT, Irfan Idris.
Setelah melakukan koordinasi dengan pihak berkompeten, maka dikatakan Irfan, BNPT menyatakan kriteria situs yang mengandung unsur konten radikal. Idris menyebutkan ada empat kriteria situs radikalisme menurut intansinya.

“Pertama, ingin melakukan perubahan dengan cepat menggunakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Kedua, takfiri atau mengkafirkan orang lain. Ketiga, mendukung, menyebarkan, dan mengajak bergabung dengan ISIS atau IS. Terkahir, memaknai jihad secara terbatas,” paparnya.

Dijelaskan Irfan, BNPT memiliki tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) untuk melakukan koordinasi dengan pihak-pihak bersangkutan, mengenai terorisme tersebut. Kemudian, dia menambahkan, saat ini pemerintah sedang mengkampanyekan tahun damai di dunia maya. Artinya, mengupayakan untuk menangkal segala kelompok radikalisme pada situs yang diduga mengajak masyarakat untuk melakukan tindakan radikal.

“Kita memiliki wacana dan program untuk meng-counter ideologi, counter radikal, counter narasi, dan radikal propaganda,” imbuh dia.

Lalu, Irfan melanjutkan, kelompok-kelompok radikal ini menyasar generasi muda. Kemudian, anak muda tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecah belah persatuan negara.

Ternyata BNPT Hadiri Acara Muktamar Syiah

Acara pembukaan Muktamar II Ahlu Bait Indonesia (ABI) Jumat (14/11/2014) di Kemenag RI, Jalan Thamrin, Jakarta ikut dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang baru, Irjen Pol Saud Usman Nasution.

Saud menghadiri acara pembukaan sekaligus menjadi pembicara seminar di acara Syiah yang mengusung tema “Menguatkan Nasionalisme, Menolak Intoleransi dan Ekstrimisme”.
Dalam paparan tema yang diusung, Saud Nasution berpesan agar tak melakukan paham-paham radikal dan perbuatan terlarang.

“Paham radikal dan perbuatan terlarang adalah perbuatan yang tidak diridoi,” pesannya di hadapan para jamaah Syiah.

Saud bahkan mengancam, jika hal ini dilakukan, ia tak segan-segan akan memperosesnya hingga ke pengadilan.
“Kita antar sampai ke pengadilan,” tambahnya.

Selain BNPT, ikut hadir di acara itu Kepala Litbang dan Diklat Kemenag Abdurrahman Mas’ud dan Dr Umar Shihab.

Sumber: https://syiahali.wordpress.com/

Sunni-Syiah hanyalah perkembangan pasca Rasulullah Saw

Dien Syamsudin :

Ana La Syi’i, La Sunni, Bal Islami

 

(Transkrip lengkap, sambutan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Dien Syamsudin dalam peluncuran buku Kapita Selekta Mozaik Islam, karya Prof. Dr. Umar Shihab di Hotel Pan Pasific pada Jumat 17 Oktober 2014).


Assalamu’alaikum wr wb.
Alhamdulillahi haqqa hamdih, wa syukrulillahi haqqa syukrih, wa la hawla wala quwwata illa billahil aliyil adhim, al Mukaromun yang saya muliakan para ulama, zu’ama, sesepuh dan pinisepuh serta semua tamu undangan.

Al Mukarromun ashabul fadhilah al-sufara’ min al-duwal al Islamiyah al syafiqah, Yang Mulia para Duta Besar negara-negara sahabat, hadirin dan hadirat khususnya “sang pengantin,” penulis buku, Prof. Dr. Umar Shihab yang berbahagia.

Atas nama pribadi dan atas nama dewan pimpinan  Majelis Ulama Indonesia saya ingin mengungkapkan rasa syukur dan rasa bahagia atas peluncuran buku Kapita Selekta dan Mozaik Islam karya prof Dr. Umar Shihab, seorang dari Ketua Majelis Ulama Indonesia yang kebetulan termasuk yang tertua yang telah mencapai usai 75 tahun, terpaut hampir 20 tahun dari saya, seorang yang kalau boleh saya katakan sebagai mozaik dalam dirinya, karena selain sebagai seorang ulama dan juga Muslim, guru besar, tapi juga seorang pendidik dan banyak juga pengalaman dalam bidang politik.

Judul buku ini, Kapita Selekta yang tadi dibicarakan terpengaruh oleh Pak Natsir yang juga menuliskan Kapita Selekta tapi juga karena, meskipun saya belum membaca secara tuntas, buku ini mengangkat isu-isu, persoalan-persoalan dalam rentangan disiplin ilmu keislaman yang luas dari akidah, fikih, hukum, kalau tidak salah juga tasawuf dan juga diskusi kontemporer termasuk isu-isu politik, maka dia menjadi bunga rampai yang sangat kaya dan ketika dinyatakan sebagai mozaik Islam, ini mengandung pesan bahwa Islam bisa dikatakan sebagai sebuah entitas keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain terjalin dalam tali temali yang erat sekali dan menjadikan Islam sebagai Die Wende dan sekaligus sebagai mozaik yang indah.

Ini menegaskan bahwa ada persoalan kemajemukan, ta’addudat, termasuk di dalamnya persoalan ikhtilaf dan juga keragaman yang sesungguhnya merupakan sunnatullah karena begitu banyak ayat suci menegaskan bahwa Allah menciptakan semua yang ada di bumi, langit, alam semesta ini dalam keragaman, ikhtilafu alwanikum wa alsinatikum, syu’uban wa qabaila, dan seterusnya yang di akhir ayat itu, Allah mengatakan semuanya adalah tanda-tanda lil ‘alimin bagi orang-orang yang berilmu yang mengetahui, yang menggunakan akal pikiran.
  1. ikhtilafu ummati rahmah dan banyak disebut tadi, perbedaan di antara umatku itu adalah rahmat, ini dalam arti secara esensial perbedaan itu sebagai rahmat tetapi juga ada pesan, ada imperatif dalam ungkapan itu bahwa perbedaan-perbedaan di antara kita perlu kita sikapi dengan rahmah dan penuh kasih sayang di antara kita.
Inilah yang menjadi pesan Islam yang kemajemukan umat dalam pemikiran, dalam mazhab, dalam orientasi politik dan di Indonesia juga dalam instrumen perjuangan di organisasi-organisasi kemasyarakatan, sesungguhnya adalah sunnatullah itu sendiri. Maka oleh karena itu pesan Islam yang ingin disampaikan oleh Prof. Dr. Umar Shihab adalah pesan Islam agar dialog di antara kita perlu kita tingkatkan dan agar kita tidak mudah terjebak kepada yang beliau sampaikan tadi itu, takfir dan tadhlil, yaitu pengkafiran dan penyesatan yang memang akhir-akhir ini menjadi salah satu fenomena di dunia Islam, di kalangan dunia Islam, takfir yaitu ada gerakan takfiri dan gerakan tadhlil, yang walaupun di dalam Islam dibandingkan dengan agama-agama lain relatif memiliki kriteria keyakinan kepercayaan keagamaan yang sangat ketat sekali, best marking of Islamic faith, yang mungkin bagi agama-agama lain yang terlalu longgar dalam hal keyakinan sehingga memungkinkan dan memang secara empiris terdapat sekte-sekte yang berbeda satu sama lain, tapi Islam sangat ketat sekali menyangkut al-aqidah al-Islamiyah, namun sangat tergantung pada kita apakah kita membawanya pada kriteria maksimal ataukah menurunkannya pada kriteria minimal. Kalau saya pribadi ingin kriteria minimal lah yang kita pakai, yaitu syahadatain, maka semua yang bertumpu pada syahadatain, keyakinan terhadap keesaan Allah dan kerasulan Muhammad sebagai rasul terakhir, semuanya berada di dalam wilayah keislaman.

Maka tidak salah dalam hadis man qala la ilaha ilallah dakhalal jannah, didahului la ilaha ilallah saja ini, kalau kita berangkat dari kriteria yang minimal ini, maka perbedaan-perbedaan yang ada itu sesungguhnya berada pada wilayah cabang-cabang, furu’iyyah bukan pada ushul, dasar agama, dan ketika ada percabangan-percabangan, kemajemukan dan keragaman dalam banyak hal lain yang menurut sejarah yang bisa kita baca itu semuanya adalah perkembangan pasca Rasulullah Saw, Sunni-Syiah, mazhab-mazhab, adalah dinamika perkembangan pasca Rasulullan Saw.

Sehingga itu adalah produk sejarah, produk budaya yang memang mengacu kepada dasar-dasar agama dan bahkan tidak sedikit dalam perkembangan perbedaan itu sendiri ada faktor politik yang kemudian ditarik ke teologi seolah-olah perbedaan teologis, padahal pada pangkalnya adalah perbedaan politik, kalau ini kita sikapi secara jernih, tenang dan sedikit santai maka kita mungkin bisa berlapang dada, dan inilah pesan Rasulullah Saw yang sangat senang saya kutip, yaitu hadis yang berbunyi ahabbuddin lillah atau ilallah al-hanafiyyatu as-samhah, bahwa agama yang paling dicintai di sisi Allah, pada Allah adalah keberagaman yang bertumpu pada kehanifan, al-hanafiyyah dan memang agama-agama samawi termasuk Islam, sangat mengacu kepada pengikut Ibrahimi, Ibrahim as yang menyatakan dirinya dan dinyatakan sebagai hanifan musliman.

Sebagai muslim yang hanif yang menampilkan al-hanafiyyah dan ini pulalah sedikit kita lakukan konteks analisis terhadap doa-doa dalam shalat betapa shalat yang merupakan tiang agama itu diawali dengan komitmen Ibrahimi, hanifan musliman menukilkan pernyataan Ibrahim as tapi di ujung shalat dalam tahiyat kita ulang kembali kama barakta ‘ala Ibrahim, Ibrahim kita munculkan kembali seolah-olah komitmen Ibrahimi ini meliputi shalat yang merupakan tiang agama itu, dan itulah kehanifan, al-hanafiyyah, kalau pesan Rasul tadi itu al-hanafiyyatu as-samhah, yang berlapang dada, yang bertoleransi, yang terbuka untuk tidak mengklaim absolute truth dalam pemikiran kita yang absoluteal-haq itu dari Allah, tapi apa yang kita pahami, apa yang kita pikirkan adalah wilayah dengan kenisbian manusia.

Nah, dengan demikian maka umat Islam akan tergerak untuk melakukan komunikasi, dialog, silaturahim,silatulfikri,  hubungan kasih sayang dalam hal pemikiran dan ini akan menjadi modal bagi persatuan umat Islam.

Terakhir khususnya di Indonesia, saya kira agenda mendesak untuk kita dorong bersama-sama adanya as-samhah sesama umat Islam untuk kita hadapi fenomena takfiri, pengkafiran, tadhlil, penyesatan, yang kurang berdasarkan al-hanafiyyatu as-samhah tadi itu, yang hanya akan menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam. Terus terang, saya ingin secara terus terang, terbuka, persoalan besar dunia Islam sekarang, persoalan Sunni-Syiah, bagi yang belajar Islam semua perkembangan pasca Rasulullah Saw hanyalah perbedaan tafsir terhadap hadis yang mungkin juga terhadap Al-Quran, muncullah perbedaan ini maka saya lebih senang mengutip ulama-ulama, mufti-mufti sebagian di Timur Tengah sana, yang mengatakan walaupun banyak yang tidak setuju bahwa ana la Syi’i la Sunni bal Islami, tidak Sunni-tidak Syiah tapi Islam.

Bahkan ada ulama mufti dari Suriah kalau tidak salah, dengan kata-kata ana syi’iyyun fi mahabbati aali Rasulillah, wa ana sunniyyun fi mahabbati ashhabi Rasulillah, mungkin di situ titik temu. Nah, upaya kecenderungan kita untuk bicara titik temu inilah, adalah sebuah perjuangan besar, sebuah jihad yang perlu kita lakukan, maka Majelis Ulama Indonesia diharapkan dapat menjadi tenda besar bagi seluruh kekuatan umat Islam termasuk yang mungkin, yang kita anggap jauh dari Islam tapi mereka sendiri mengaku Islam dan oleh karena itu perlu ada sebuah tenda besar yang semua pihak merasa nyaman untuk bernaung di bawah tenda itu. Ini tidak mudah, ini tantangan kita bersama tapi dengan bangkitnya kekuatan umat Islam tengahan yang moderat, yang toleran, yang penuh dengan al-hanafiyyatu as-samhah ini, ada keyakinan itu akan menjadi kenyataan dan kita akan terhindarkan dari silang sengketa, perselisihan, bahkan permusuhan, apalagi jika terjadi al-fitnatul kubra pada era modern ini, na’udzu billahi min dzalik.

Oleh karena itulah buku Prof. Dr. Umar Shihab ini, walaupun saya sudah baca sepintas saja antara lain memesankan itu, maka oleh karena itulah mari kita ciptakan mozaik Islam yang indah, keragaman sebagai sebuah keindahan.

Selamat terhadap Prof. Dr. Umar Shihab atas bukunya yang kesekian kalinya ini, dan selamat atas usia 75 tahun, semoga dapat terus berkiprah, bagi umat, bagi bangsa dan negara, dan tetap aktif menjadi salah satu tulang punggung Majelis Ulama Indonesia untuk menjadi tenda besar bagi Umat Islam dan bagi Indonesia.

Wa billahit taufiq wal hidayah wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Amien Rais, Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah, Pernyataan Prof. Dr. KH. Umar Shihab dan serta Tokoh tokoh Indonesia yang menyatakan Mazhab Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariah Ushuliyah tidak sesat dan merupakan bagian dari Islam

Amien Rais

 

Amien Rais

Masa jabatan
19992001

Amien Rais: “Sunnah dan Syi’ah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam.

Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah):“Sunnah dan Syi’ah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam (satuislam.wordpress.com)
Jumat, 20 Juli 2007
baca juga : Amien Rais : “tradisi intelektual dan berfikir di Iran itu tidak pernah berhenti, di perpustakaan di Iran pun juga 80% lebih buku-bukunya itu karangan sunni. Jadi mengapa orang sunni itu alergi kepada syiah dan sementara syiah juga alergi kepada sunni”

baca juga : Amien Rais : “Islam di tangan tokoh-tokoh ulama syiah itu menjadi lain, Islam yang moving Islam yang menggerakkan yang merubah gitu dan itu yang saya kira yang kita perlukan. Jadi dari sunni nggak usah malu untuk belajar dari syiah”

Pada pembukaan Konferensi 6 BKPPI se-Timur Tengah ini digelar juga empat orasi ilmiah dan diskusi dengan mengusung berbagai tema. Orasi ilmiah pertama dari Prof. Amien Rais sekaligus seremonial pembukaan acara konferensi BKPPI kali ini diiringi dengan pembacaan doa. Dalam orasinya mantan ketua MPR ini menjelaskan bahwa mengapa bangsa Indonesia yang sesungguhnya kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya ini justeru masih tertinggal jauh dibanding Negara-negara lainnya, ia mengatakan karena Indonesia selama ini telah kehilangan kemandiriannya. Hilangnya kemandirian ini lanjut Amien, berdampak pada hilangnya juga kebanggaan nasional. Orang Indonesia di luar negeri malu untuk mengaku sebagai orang Indonesia ketika ditanya orang asing. Pada akhirnya karena kemandirian dan kebanggaan terhadap bangsa sudah hilang maka pelan-pelan kedaulatan bangsa pun akan hilang. Inilah masalah yang paling fundamental tambahnya, dan diperlukan keberanian dari para pemimpin bangsa untuk bersikap tegas terhadap Negara-negara asing yang berusaha melakukan korporatografi kepada Indonesia yang menjadi penyebab hilangnya kedaulatan ekonomi bangsa ini.

Dr. Bambang Pranowo staff Menhan yang menggantikan Juwono Sudarsono yang tidak bisa memnuhi undangan panitia konferensi menyoroti masalah posisi Indonesia di tengah percaturan politik dunia dengan berbagai ancaman dan tantangannya seperti globalisasi, perdagangan bebas dan perubahan-perubahan social kemasyarakatan yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia  membuktikan pentingnya rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa sebagai sebuah kekayaan yang perlu dipertahankan.

Sementara itu Husein Heryanto dosen ICAS lebih banyak mengupas masalah pentingnya budaya dan system nilai masyarakat sebagai sebuah benteng kokoh pertahanan Indonesia.

Konferensi kali ini diisi pula oleh orasi ilmiah lain dari Dr. Mashitoh Chusnan dari DEPDIKNAS yang menggantikan Menteri Pendidikan Bambang Sudibyo yang berhalangan hadir. Dr Mashitoh menyinggung masalah Human Development Index (HDI) Negara -negara Islam yang lemah khususnya Indonesia yang saat ini berada pada peringkat 112 dari 175 negara dunia. Umat Islam di Negara-negara berkembang menurut Dr Mashitoh itu  miskin, bodoh dan dijajah secara ekonomi, pada saat yang sama Negara-negara Islam yang kaya minyak masih di bayangi masalah hedonisme sehingga belum bisa mengangkat SDM muslim oleh karena itu lanjutya Negara-negara muslim termasuk Indonesia dituntut harus segera menguasai IPTEK dan penguasaan dalam bidang ekonomi sehingga bisa lepas dari keterjajahan ekonomi Negara-negara barat.
Hadir dalam konferensi beberapa rektor dari universitas kenamaan Islam di Indonesa, Pof.DR.HM Ridwan Nasir.MA [Rektor IAIN Sunan Ampel, Surabaya], Prof. DR. Abdul Jamil [Rektor  IAIN Wali Songo, Semarang], Prof. DR. Fuad Amsyari.Phd [Guru Besar Universitas Airlangga/ UNAIR, Surabaya] yang dalam konferensi kali ini berkesempatan menyampaikan orasi, lebih banyak menyoroti masalah alumni Timur Tengah yang masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia seperti diungkapkan oleh Rektor IAIN Wali Songo Semarang Prof. Abdul Jamil.“Alumni timur tengah yang pulang ke Indonesia merupakan sebuah resources bagi bangsa tetapi pertanyaannya adalah apakah  mereka mampu mengambil posisi dalam proses national building berbekal ilmu-ilmu keislaman yang dikantongi dari timur tengah, ditambah lagi dengan stigma sebagian orang yang mengatakan alumni timur tengah itu pikirannya belum bisa diajak untuk maju”. Demikian statemen beliau dalam salah satu diskusi yang dipandu oleh Muladi Mughni (delegasi Pakistan).

Sementara itu Purkon Hidayat, perwakilan HPI Iran yang satu  meja diskusi dengan para rector tersebut lebih banyak  menyinggung masalah pola pemikiran barat yang masuk ke wilayah-wilayah pemikiran Islam dan menghegemoni kerangka pemikiran banyak pemikir Islam kemudian menawarkan sebuah solusi atas masalah ini dengan memeprkenalkan figure dan pengalaman Imam Khomeini.

Indonesia Masih Gerbong, Belum Bisa Jadi Lokomotif.
Amien Rais beserta keluarga tiba di Iran Minggu 15 Juli 2007 memenuhi undangan Panitia Pelaksana Konferensi BKPPI Se Timur Tengah dan sekitarnya untuk mengisi orasi ilmiah di acara konferensi ini dan sekaligus membukanya. Amien Rais dalam pembukaan konferensi yang bertemakan “Membangun Kemandirian  Bangsa Menuju Indonesia yang Berkeadilan”  mengatakan bahwa kewajiban membangun dan merekonstruksi bangsa dan negara pada hakikatnya adalah kewajiban keagamaan dan bukan sekedar  kewajiban kewarganegaraan, politik atau keduniaan. “Saya tidak setuju dengan teman yang mengatakan biarlah di dunia ini kita umat Islam menjadi umat pinggiran, umat kalahan dan bangsa-bangsa muslim itu menjadi bangsa pelengkap penderita tapi insyaallah di akhirat kita berbondong-bondong  masuk surga, saya kira itu pikiran yang ngawur. Itu adalah manifestation of defeatation, itu adalah manifestasi kebangkrutan, kekalahan, kepecundangan, tidak mau berjuang dan kemudian agama dijadikan opium, dijadikan pelipur lara dan  dijadikan candu penenang”. “Sebenarnya kalau kita bergerak membangun bangsa sesungguhnya itu kewajiban qur’aniah dan kewajiban keagamaan kita”. tegasnya.

Bangsa Indonesia sudah sejak lama ingin membangun dirinya, tetapi sampai sejauh ini belum dianggap berhasil dibandingkan negara-negara Asia lainnya yang dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan yang cukup pesat seperti India dan Cina. Padahal menurut Amien negara-negara tersebut adalah negara yang tidak beragama dan jelas bukan negara muslim, selain itu negara kita memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Tetapi mengapa Indonesia tidak maju-maju juga. Indonesia ini masih gerbong belum bisa menjadi lokomotif, tegasnya. Pertanyaan mengapa Indonesia masih belum bisa sejajar dengan negara-negara lain menurut Amien Rais ada tiga faktor yang menyebabkannya. “Sesuai dengan tema konferensi kita kali ini, selama ini kita sudah agak lama kehilangan kemandirian, jadi self confidence sudah agak lama hilang dari khazanah bangsa Indonesia baik masyarakat umum dan mungkin juga sampai ke pemimpinnya”.

Menurut Amien sebuah bangsa yang telah kehilangan kemandiriannya akan kehilangan juga kebanggaan nasional, jika kedua komponen ini telah hilang maka kehilangan kedaulatan bangsa menjadi sesuatu yang tidak begitu terasa lagi. Ini adalah masalah bottom line, masalah yang paling fundamental, gara gari kita kehilangan kemandirian dan kebanggaan nasional sebenarnya pelan-pelan kita kehilangan kedaulatan nasional di berbagai dimensi kehidupan”. Kedaulatan ekonomi Indonesia adalah salah satu kedaulatan bangsa yang mulai hilang dan memiliki contoh yang mencolok pada kasus Indonesia, dijualnya berbagai asset nasional, pertambangan-pertambangan yang keuntungannya justeru dikuasai asing dan berbagai indikator lain yang menguatkan hal tersebut.

Arsip Konferensi BK-PPI se-Timur Tengah di Qom Iran (Selasa, 17 Juli 2007).

Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah.

Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah : Caranya terus menjaga persamaan sesama Umat Islam, bukan mencari perbedaannya,”(republika.co.id)

Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Slamet Effendy Yusuf membantah keras, jika Fatwa MUI merupakan pemicu kekerasan terhadap Ahmadiyah di berbagai tempat.“Sejak awal, MUI tidak pernah mentolerir kekerasan. Namun sikap MUI jelas, bahwa Ahmadiyah itu aliran sesat, di luar Islam. Bukan hanya Bahtsul Matsail NU yang menilai Ahmadiyah sesat, tapi ormas Islam seperti Muhammadiyah, Persis, bahkan ulama di dunia pun menilai Ahmadiyah sebagai ajaran yang menyesatkan,” ujar Slamet yang juga Ketua PBNU ini  menanggapi Insiden Ciekusik, Pandeglang, Banten, usai Diskusi “Peluang Kita Memperbaiki Wajah Kebebasan Beragama” di kantor Kontras, Jakarta, Senin (7/2/2011).

Menurut A’la.

Menurut A’la, jika Syiah dianggap sesat maka sama artinya dengan tidak mengganggap negara Iran sebagai negara Islam. “Iran itu mayoritas Syiah dan dianggap negara Islam. Apa kita akan mengingkari hal itu,” ujarnya.

Memang terdapat banyak aliran dalam Syiah, namun dari kacamata A’la, di dunia ini hanya mengakui satu aliran Syiah yang sesat yaitu Syiah Ghulam. Sedangkan yang ada di Indonesia, kata A’la, bukanlah aliran Ghulam.

A’la juga minta ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) tak gampang melabeli sesat kepada aliran tertentu.
Selain itu, A’la juga minta seluruh tokoh masyarakat mampu menciptakan kedamaian di tengah masyarakat. Seorang tokoh yang hanya menebarkan kebencian untuk memaksakan suatu keyakinan merupakan tokoh yang tak mengetahui hakikat dari Islam itu sendiri.

A’la lantas menukil salah satu ayat dari surat Yunus ayat 99 yang berbunyi. “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi beriman semua?”.
A’la juga minta pemerintah tak gegabah dalam merelokasi warga Syiah Sampang. “Relokasi malah akan menjadikan Syiah eksklusif, dan ini justru bahaya.”.

Konflik yang melibatkan Syiah, tambah A’la, mayoritas bukan karena perbedaan keyakinan melainkan adanya faktor lain, seperti faktor politik maupun konflik keluarga. Dia mencontohkan terbunuhnya Husain bin Ali, serta peperangan antara Muawiyah dan Ahlul Bait yang semuanya bernuansa politik.
Karenanya, konflik antara Syiah dan warga Sampang diduga juga bukan karena adanya perbedaan keyakinan. “Kan sebentar lagi ada Pilkada, saya tidak bermaksud mengecilkan masalah, tapi faktor politik seringkali memicu,” tutur A’la.

Apalagi antara Syiah dan NU, kata A’la pula, sebenarnya memiliki banyak ritual yang sama. Ritual pujian ala NU, misalnya, adalah meniru ritual ala Syiah.
Tetapi Islam juga mengajarkan bahwa perbedaan juga rahmat. Jangan mudah saling mengkafirkan atau begitu mudah menuduh sesat dan mengabaikan perbedaan yang sudah ditakdirkan pada ummat Islam. Dakwah Islam tidaklah dengan kekerasan tetapi dengan bil hikmah.

Pihaknya menegaskan, Syiah Sampang itu bukanlah aliran sesat. Pasalnya, masalah keyakinan Syiah itu sudah klir dan tidak sesat. Syiah dianggap sebagai bagian dari Islam, seperti halnya Sunni.
“Jika dianggap Syiah sesat, maka sama artinya dengan tidak mengganggap negara Iran sebagai negara Islam. Iran itu mayoritas Syiah dan dianggap negara Islam. Apa kita semua akan mengingkari hal itu,” ujarnya.

Memang ada banyak aliran dalam Syiah, namun dari pandangan dirinya, di dunia ini hanya mengakui satu aliran Syiah yang sesat yaitu Syiah Ghulam. Dan yang ada di Indonesia, katanya bukanlah aliran Ghulam.
Pihaknya juga meminta ormas islam seperti NU dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tak gampang memberi labe atau fatwa sesat kepada aliran tertentu.

Selain itu, pihaknya meminta seluruh tokoh masyarakat mampu menciptakan kedamaian di tengah masyarakat. Seorang tokoh yang hanya menebarkan kebencian untuk memaksakan suatu keyakinan, dinilai merupakan tokoh yang tak mengetahui hakikat dari Islam itu sendiri.

Pernyataan Prof. Dr. KH. Umar Shihab



Untuk mengetahui lebih jauh pandangan Prof. Dr. KH. Umar Shihab, berikut ini kami melakukan wawancara singkat dengan beliau. Dengan harapan, semoga kerukunan beragama dan bermazhab di tanah air tercinta berjalan dengan baik dan tidak terjadi kekerasan yang mengatasnamakan agama dan mudah-mudahan tercipta suasana saling memahami dan ukhuwah islamiah antara pelbagai mazhab Islam.

Setelah melihat Iran dari dekat, bagaimana pandangan dan kesan Anda?
Iran merupakan tempat perkembangan pengetahuan, khususnya pengetahuan agama. Ini ditandai dengan banyaknya perpustakaan besar di sana-sini. Sekiranya saya masih muda, niscaya saya akan belajar di sini.
Beberapa bulan yang lalu adik saya, Quraish Shihab, juga datang ke Iran guna memenuhi undangan Lembaga Pendekatan Mazhab Islam. Sepengetahuan saya, hanya Iran satu-satunya negara yang secara resmi memiliki lembaga yang peduli terhadap persatuan antara mazhab-mazhab Islam. Iran secara getol menyerukan persatuan antara sesama umat Islam, apapun mazhab mereka. Kalau saja negara-negara Islam meniru strategi pendekatan mazhab yang dilakukan Iran niscaya tidak ada pengkafiran, dan kejayaan dan kemenangan Islam akan terwujud.

Bagaimana seharusnya kita menyikapi isu ikhtilaf antara Syiah dan Ahlussunah?
Saya orang suni, tapi saya percaya Syiah juga benar. Sebagaimana saya percaya bahwa mazhab Hanafi dan Maliki juga benar. Saya tidak mau disebut sebagai pembela Syiah, tapi saya pembela kebenaran. Jangankan mentolerir kekerasan antarmazhab yang MUI tidak pernah mengeluarkan “fatwa sesat dan kafir” terhadap mazhab tersebut, kepada Ahmadiah yang kita fatwakan sebagai ajaran sesat pun kita tidak mengizinkan dilakukannya kekerasan terhadap mereka.

Kita tidak boleh gampang mengecap kafir kepada sesama muslim hanya karena masalah furu’iah (masalah cabang/tidak utama). Antara Syafii dan Maliki terdapat perbedaan, meskipun Imam Malik itu guru Imam Syafii. Ahmadiah kita anggap sesat karena mengklaim ada nabi lain sesudah Nabi Muhammad saw, sedangkan mazhab ahlulbait (Syiah) dan ahlusunah sama meyakini tidak ada nabi lain sesudah Nabi Muhammad saw.

Perbedaan itu hal yang alami dan biasa. Imam Syafii, misalnya, meletakkan tangannya di atas dada saat melaksanakan salat. Namun saat berada di Mekkah—untuk menghormati Imam Malik—beliau meluruskan tangannya dan tidak membaca kunut dalam salat subuhnya. Orang yang sempit pengetahuannya yang menyalahkan seseorang yang tangannya lurus alias tidak bersedekap dalam salatnya.

Sebagian kalangan menganggap Syiah sebagai mazhab sempalan dan tidak termasuk mazhab Islam yang sah? Bagaimana pendapat Anda?
Orang yang menganggap Syiah sebagai mazhab sempalan tidak bisa disebut sebagai ulama. Syiah dan ahlusunah tidak boleh saling menyalahkan. Masing-masing ulama kedua mazhab tersebut memiliki dalil. Syiah dan ahlusunah mempunyai Tuhan, Nabi, dan Alquran yang sama. Orang yang mengklaim bahwa Syiah punya Alquran yang berbeda itu hanya fitnah dan kebohongan semata.

Saudara Prof. Muhammad Ghalib (Guru Besar Tafsir dan Sekretaris MUI Sulsel, Makassar yang ikut bersama beliau ke Iran) akan membawa Alquran cetakan Iran yang konon katanya berbeda itu ke tanah air. Saya sangat kecewa kalau ada salah satu ulama mazhab membenarkan mazhabnya sendiri dan tidak mengapresiasi mazhab lainnya. Salat yang dilakukan oleh orang-orang Syiah sama dengan salat yang dipraktikkan Imam Malik.

Apa pesan Anda terhadap kami sebagai pelajar-pelajar agama?
Pesan pertama dan utama saya, peliharalah persatuan dan kesatuan antara umat Islam. Banyak ayat dalam Alquran yang mengecam perpecahan dan perselisihan di antara sesama umat Islam, seperti usaha menyebarkan fitnah dan percekcokan di tubuh umat Islam dll. Kita harus menjadi pelopor persatuan dan tidak membiarkan perpecahan terjadi di tubuh umat Islam. Contoh ideal persatuan dan persaudaraan antara sesama muslim adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. saat mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Ansar.

Pesan kedua, persatuan yang ditekankan dalam ajaran Islam bukan persatuan yang pura-pura atau untuk kepentingan sesaat, namun persatuan yang bersifat kontinu dan sepanjang masa. Kita tidak boleh terjebak dalam fanatisme buta. Saya saksikan sendiri di Iran, khususnya di Qom, banyak orang-orang alim yang sangat toleran. Saya tahu persis di Iran ada usaha serius untuk mendekatkan dan mencari titik temu antara mazhab-mazhab Islam yang tidak ditemukan di tempat lain.

Saya mengunjungi perpustakaan di Qom dan saya melihat usaha keras para ulama di bidang pendekatan antara mazhab Islam. Saya tekankan bahwa setiap ulama mazhab memiliki dalil atas setiap pendapatnya dan pihak yang berbeda mazhab tidak boleh menyalahkannya begitu saja. Sebagai contoh, kalangan ulama berbeda pendapat berkaitan dengan hukum mabit (bermalam) di Mina. Ada yang mewajibkannya dan ada pula yang menganggapnya sunah. Jangankan antara Syiah dan ahlusunah, antara sesama internal ahlusunah sendiri pun terdapat perbedaan, misalnya antara Syafii dan Hanafi. Jadi, perpecahan itu akan melemahkan kita sebagai umat Islam.
Pesan ketiga, sebagai pemuda, jangan berputus asa. Allah Swt. memerintahkan kita untuk tidak berputus asa. Belajarlah bersungguh-sungguh karena menuntut ilmu itu suatu kewajiban. Hormatilah guru-guru Anda karena mereka adalah ibarat orang tua bagi Anda. Menghormati guru sama dengan menghormati orang tua Anda. Harapan kita dan umat Islam terhadap Anda begitu besar. Kami berterima kasih atas semua pihak yang membantu Anda di sini, terutama guru-guru Anda.

Saya menghimbau para pelajar Indonesia di Iran—setelah mereka pulang—hendaklah mereka menjadi dai-dai yang menyerukan persatuan di antara umat. Islam menekankan persatuan sesama muslim dan tidak menghendaki timbulnya fitnah, seperti apa yang dilakukan oleh Rasul saw. saat beliau memerintahkan untuk menghancurkan Masjid Dirar. Karena tempat itu dijadikan pusat penyebaran fitnah dan usaha untuk memecah belah umat.

Seringkali karena fanatisme, kita melupakan persatuan. Orang yang memecah belah umat patut dipertanyakan keislamannya. Sebab, orang munafiklah yang bekerja untuk memecah belah umat. Dan orang-orang seperti ini sepanjang sejarah pasti ada dan selalu ada hingga hari ini. Sejak kecil saya bercita-cita untuk mempersatukan sesama umat Islam. Dan di akhir hayat saya, saya tidak ingin melihat lagi perpecahan dan pengkafiran sesama Islam.

KH Nur Iskandar Sq (Ketua Dewan Syuro PPP): Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah, 




Rhoma Irama ( Seniman dan Mubaligh ):“Tuhan kita sama, nabi kita sama, kiblat kita sama, sholat kita sama, puasa kita sama, zakat kita sama, haji kita sama, kenapa harus saling mengkafirkan” (tempo.co).
 Rektor IAIN Sunan AmpelProf Dr Abd A’la Surabaya.

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Abd A’la menegaskan bahwa aliran Syiah yang dianut warga Sampang bukanlah aliran sesat. “Masalah keyakinan Syiah itu sudah clear, tidak sesat, Syiah bagian dari Islam,” kata A’la kepada Tempo, Minggu, 27 Agustus 2012.



Tokoh tokoh Indonesia yang menyatakan Mazhab Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariah Ushuliyah tidak sesat dan merupakan bagian dari Islam.


Para pembaca….
Ada pihak pihak yang menuduh syi’ah sesat, ada yang menuduh NU sesat, itu semua tuduhan yang cuma merusak islam.. Web MPTTS merajut persatuan umat islam, dukunglah web ini !! MPTTSS = Majelis Persatuan Tauhid Tasawuf Sunni Syi’ah
Ulama dari Indonesia yang meneliti Syi’ah di antaranya adalah Prof Dr H Abu Bakar Atjeh (beliau adalah seorang ahlu sunnah) yang karyanya diterbitkan dengan judul “Syi’ah Rasionalisme dalam Islam” yang dalam bukunya beliau mengutip pendapat Prof. Hamka yang menyebutkan bahwa madzhab Syafi’i yang dianut mayoritas muslim Indonesia lebih dekat dengan madzhab Syi’ah. Dalam bukunya tidak disebutkan peran Abdullah bin Saba’ dalam pendirian Islam, malah beliau menunjukkan bahwa syi’ah dilahirkan oleh Rasulullah S.A.W.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie
Ketua DPR: Aliran Syiah Tidak Sesat
Senin, 27 Agustus 2012 | 14:40
Marzuki Ali (Ketua DPR RI):“ Syi’ah itu mahzab yang diterima di negara manapun diseluruh dunia, dan tidak ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syi’ah adalah aliran sesat (okezone.com)
Ketua DPR RI Marzuki Alie menegaskan, aliran syiah di Indonesia bukan aliran sesat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa bahwa aliran ini  tidak sesat.
Hal itu dikatakan Marzuki Alie  di Jakarta, Senin (27/8), menjawab pers terkait kerusuhan di Sampang, Madura, Jawa Timur.

Menurut Marzuki, kalau MUI sudah mengeluarkan fatwa itu tidak sesat,  maka persoalan sekarang adalah kenapa masih muncul konflik?  Itu pasti sosialisasi keputusan MUI yang masih kurang.
“Itu tugas Kementerian Agama dan MUI,” katanya. Kalau pun sosialisasi sudah dilakukan dan masih juga konflik terulang, kata dia, maka pasti ada yang salah di tahapan sosialisasinya.


iiii
Add caption

Taushiyah Sesepuh Bangsa Prof.Dr.KH. Ali Yafie Untuk Umat Islam

KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia):“Dengan tergabungnya Iran yang mayoritas bermazhab Syiah sebagai negara Islam dalam wadah OKI tersebut, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam. Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara Islam.”(tempointeraktif).
Muhammad Jusuf Kalla.
10th Vice President of Indonesia
Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI):
 Harus ada toleransi terhadap perbedaan karena perbedaan adalah rahmat  (tempo.co).
MAHFUD MD TERIMA CEDERA MATA DARI JAKOB OETAMA -

Mahfud MD: Madura Rukun, Salawat Sunni Pun Sebut Syiah.

 Muhammad Mahfud MD (Ketua MK): Kalau saya mengatakan semua keyakinan itu tidak boleh diintervensi oleh negara. Keyakinan itu tak boleh diganggu orang lain, kecuali dia mengganggu keyakinan orang lain,”(Okezone.com).
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD lahir dan dan besar di pondok pesantren di Madura. Sejak kecil hingga dirinya kini menjadi tokoh nasional, tak pernah ada konflik Sunni dan Syiah di Madura.
Kini Mahfud pun heran, kenapa ada konflik Syiah dan Sunni di Madura. Saking rukunnya, warga Sunni pun saat bersalawat juga menyebut ahlul bayt (keluarga Nabi Muhammad SAW) yang selama ini dipercaya oleh Syiah sebagai penerus kekhalifahan.

“Saya orang Madura, sejak bayi hingga umur 16 tahun saya hidup dan besar di Madura. Dari dulu tidak ada konflik Sunni dan Syiah. Itu baru muncul 2010. Di Madura tidak pernah dipermasalahkan aliran-aliran itu. Semuanya hidup berdampingan secara damai. Di Madura juga ada gereja, kelenteng. Dari dulu orang Madura berbeda-beda agama dan aliran, tapi tidak ada apa-apa,” ujar Mahfud MD saat memberi ceramah dalam acara Halal Bihalal Karyawan Kompas Gramedia di Halaman Gedung Oranye Kompas Gramedia, Jakarta, Kamis (6/9/2012).

Ditambahkan Mahfud, orang Madura  baru marah jika istrinya digoda orang lain. “Selama ini tidak ada apa-apa. Yang masalah, kalau istri diganggu orang,” ujar Mahfud sambil tersenyum.
Menurut Mahfud, konflik Syiah dan Sunni di Madura itu terjadi baru belakangan ini. Mahfud yang besar di pondok pesantren, menceriterakan hidup rukunnya Syiah dan Sunni yang sampai digunakan dalam salawat.
“Saat bersalawat, orang Sunni juga mengakui (kekhalifahan) Syiah. Contohnya ahlul bayt itu kerap disebut dalam salawat. Dan selama ini enggak apa-apa,” jelas Mahfud.

Bahkan dalam doa warga Sunni di Madura juga menyebut detail keturunan Nabi Muhammad yang dipercaya menjadi khalifah. “Itu enggak apa-apa, tidak ada masalah selama ini,” lanjut Mahfud.

Seperti diketahui, kaum Sunni mengakui bahwa khulafur rasyidin atau empat khalifah yakni Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Sedangkang kaum Syiah hanya mengakui Ali Bin Abi Thalib sebagai khalifah. Kaum Syiah menganggap, penerus sah kepemimpinan Muhammad SAW adalah Ali dan lalu diteruskan imam yang suci dari kalangan Ahlul Bayt (keluarga Nabi Muhammad SAW).

Menurut dia, masalah keyakinan tidak boleh diintervensi oleh pihak manapun, termasuk negara sekalipun.
“Kalau saya mengatakan semua keyakinan itu tidak boleh diintervensi oleh negara. Keyakinan itu tak boleh diganggu orang lain, kecuali dia mengganggu keyakinan orang lain,” jelasnya.
Menurut Mahfud MD budaya NU mengamalkan ajaran Syiah seperti Ahlul Kisa (Keutamaan Rasulullah, Sayyidah Fatimah, Sayidina Ali b. Abi Thalib, Sayidina Hasan dan Sayidina Husayn) yang menjadi hafalan masyarakat Sampang dan NU pada umumnya.
Ayatullah Ali Taskhiri dan Syekh MolaviEshak Madani mengapit Prof. Dr. Umar Shihab
Fatwa Politik.
fatwa MUI Pusat tahun 1984 tentang bahaya Syiah sebagai sebagai fatwa berbau politik. Alasannya, 5 tahun sebelumnya Iran baru saja melakukan revolusi dan Indonesia takut revolusi itu akan ke negaranya.
“MUI tahun 1984 keluarkan fatwa untuk waspadai Syiah, jelas itu adalah suatu konotasi politik. Fatwa MUI Pusat adalah fatwa politik,” terangnya.

“Slamet Effendi (Ketua PBNU dan Ketua MUI Pusat, red) di Depdagri menjelaskan latar belakang fatwa waspada Syiah yang dikeluarkan pada tahun 1984. Sebab baru saja Iran itu revolusi dan Indonesia takut revolusi itu akan ke negaranya,” jelasnya tambahnya.

Saat bertemu dengan para pelajar Indonesia di Qom (Selasa, 13 Oktober 2009) beliau tidak bisa menyembunyikan rasa harunya ketika mendapatkan kesempatan dan taufik dari Allah Swt. untuk berziarah pertama kalinya ke makam kakek beliau, Imam Ali ar-Ridha. Bagi beliau, sosok Imam Ridha adalah teladan bagi seluruh umat Islam.

Tokoh Islam yang sejak kecil bercita-cita untuk mempersatukan barisan kaum Muslimin ini menghimbau para pelajar Indonesia di Iran supaya menjadi dai-dai yang menyerukan persatuan dan menghindari timbulnya perpecahan di tengah umat Islam. Beliau sangat anti terhadap gerakan takfiriah (usaha mengkafirkan sesama muslim) hanya karena perbedaan masalah furu’ (masalah cabang alias tidak prinsip). Beliau sangat mengapresiasi upaya serius ulama-ulama Iran di bidang pendekatan antara pelbagai mazhab Islam.

Daerah penyebaran

Fokus daerah penyebaran ajaran Syi'ah aliran Itsna Asyariyyah berada di Iran, Irak, Azerbaijan, dan Bahrain. Daerah-daerah ini merupakan penyumbang terbesar pengikut ajaran Syi'ah Itsna Asyariyyah. Daerah lain yang juga terdapat banyak pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah berada di wilayah Teluk Persia dan di Lebanon. Pengikut Syi'ah juga terdapat di Arab Saudi, yang notabene penduduk Arab Saudi beraliran Sunni Wahabi. Pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah di Arab Saudi terpusat di beberapa kota seperti Qatif, Madinah dan di Al-Hasa'. Selain itu, pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah juga dapat ditemui di Muskat, Oman dan di negara-negara yang terdapat di Asia Selatan.

Jumlah pengikut.


Lokasi kerajaan Safawi, sebuah kerajaan dengan mayoritas penduduk Islam Syi'ah
Menurut Ensiklopedia Britannica, terdapat 60-80 juta (40 juta di antaranya adalah pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah) pengikut Syi'ah di seluruh dunia. Sedangkan menurut Ensiklopedia Kristen Internasional, diyakini bahwa jumlah pengikut Syi'ah adalah 135 juta di seluruh dunia.
Berikut ini adalah detail dari jumlah pengikut Syi'ah berdasarkan negara asal, menurut 2008 World Factbook:
  •  Iran dengan jumlah sebanyak 58 juta pengikut Syi'ah
  •  Irak dengan jumlah sebanyak 17-18 pengikut Syi'ah.
  •  Afganistan dengan jumlah sebanyak 6 juta pengikut Syi'ah.
  •  Azerbaijan dengan jumlah sebanyak 5 juta pengikut Syi'ah.
  •  Kuwait dengan jumlah sebanyak 400 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Bahrain dengan jumlah sebanyak 400 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Lebanon dengan jumlah sebanyak 1.2 juta pengikut Syi'ah.
  •  Arab Saudi dengan jumlah sebanyak 1.5 sampai 2 juta pengikut Syi'ah.
  •  Pakistan dengan jumlah sebanyak 33 juta pengikut Syi'ah.
  •  India dengan jumlah sebanyak 30 juta pengikut Syi'ah.
  •  Tajikistan dengan jumlah sebanyak 306 ribu pengikut Syi'ah
  •  Turkmenistan dengan jumlah sebanyak 185 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Uzbekistan dengan jumlah sebanyak 1.4 juta pengikut Syi'ah.
  •  Kirgizstan dengan jumlah sebanyak 117 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Kazakhstan dengan jumlah sebanyak 355 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Rusia dengan jumlah sebanyak 1.2 juta pengikut Syi'ah.
Berdasarkan jumlah di atas, dapat dihitung dan totalnya mencapai 158 juta pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah dan Syi'ah Isma'iliyyah di seluruh dunia. Dengan adanya pengikut Syi'ah Isma'iliyyah yang hanya berkisar 35 juta di seluruh dunia, maka didapatkan bahwa pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah di seluruh dunia berjumlah 123 juta pengikut. Perkiraan terakhir bahwa pengikut Syi'ah berjumlah 170 juta orang di seluruh dunia.[41]

Referensi

  1. ^ Imam Muslim (translated by Aftab Shahryar) (2004). Sahih Muslim Abridged. Islamic Book Service. ISBN 81-7231-592-9.
  2. ^ http://www.albayyinat.net/jwb5ta.html
  3. ^ نهجنا في الحياة من المهم إلى الممات للميرزا حسن ال عصفور
  4. ^ عقائد الإمامية لمحمد جواد مغنية
  5. ^ Gelar Imam dalam bahasa Arab digunakan karena bahasa Arab adalah bahasa liturgi dalam agama Islam Syi'ah sedangkan gelar dalam bahasa Turki berasal dari pengikut ajaran Alawiyyah Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa. Gale Group. 2004. ISBN 978-0-02-865769-1.
  6. ^ a b c d e Nasr, Seyyed Hossein. "Ali". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-10-12.
  7. ^ a b c d e f g h i j k l Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa. Gale Group. 2004. ISBN 978-0-02-865769-1.
  8. ^ Tabatabae (1979), pp.190-192
  9. ^ Tabatabae (1979), p.192
  10. ^ a b "Hasan". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
  11. ^ Tabatabae (1979), pp.194-195
  12. ^ Madelung, Wilferd. "Hasan ibn Ali". Encyclopedia Iranica. Diakses 2008-03-23.
  13. ^ Tabatabae (1979), p.195
  14. ^ a b c d "al-Husayn". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
  15. ^ Tabatabae (1979), pp.196-199
  16. ^ Calmard, Jean. "Husayn ibn Ali". Encyclopedia Iranica. Diakses 2008-03-23.
  17. ^ a b c d Madelung, Wilferd. "'ALÈ B. AL-HUOSAYN". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
  18. ^ a b c d e Tabatabae (1979), p.202
  19. ^ a b c d e Madelung, Wilferd. "AL-BAQER, ABU JAFAR MOHAMMAD". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
  20. ^ Tabatabae (1979), p.203
  21. ^ a b c d e f Tabatabae (1979), p.203-204
  22. ^ Reseach Committee of Strasburg University, Imam Jafar Ibn Muhammad As-Sadiq A.S. The Great Muslim Scientist and Philosopher, translated by Kaukab Ali Mirza, 2000. Willowdale Ont. ISBN 0-9699490-1-4.
  23. ^ "Wasil ibn Ata". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
  24. ^ a b Madelung, Wilferd. "'ALÈ AL-HAÚDÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-09.
  25. ^ a b c d e Tabatabae (1979), p.205
  26. ^ Tabatabae (1979) p. 78
  27. ^ Sachedina (1988), pp.53-54
  28. ^ a b c d e f Tabatabae (1979), pp.205-207
  29. ^ a b c d e Tabatabae (1979), p. 207
  30. ^ a b c d e f Madelung, Wilferd. "'ALÈ AL-HAÚDÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
  31. ^ Tabatabae (1979), pp.208-209
  32. ^ a b c d Halm, H. "'ASKARÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
  33. ^ Tabatabae (1979) pp. 209-210
  34. ^ Tabatabae (1979), pp.209-210
  35. ^ "Muhammad al-Mahdi al-Hujjah". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
  36. ^ a b c d Tabatabae (1979), pp.210-211
  37. ^ Tabatabae (1979), pp. 211-214
  38. ^ العلامة المُحقق آية الله الشيخ جعفر السبحاني : أصول الحديث وأحكامه : 19
  39. ^ العلامة الدكتور الشيخ عبد الهادي الفضلي : أصول الحديث : 223
  40. ^ العلامة الدكتور الشيخ عبد الهادي الفضلي : أصول علم الرجال : 11 ، الطبعة الثانية ، سنة : 1416 هجرية ، مؤسسة أم القرى للتحقيق والنشر
  41. ^ نهجنا في الحياة من المهد إلى الممات للميرزا حسن ال عصفور

Terkait Berita: