Pesan Rahbar

Home » , , , , , , , , , , » Amien Rais, Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah, Pernyataan Prof. Dr. KH. Umar Shihab dan serta Tokoh tokoh Indonesia yang menyatakan Mazhab Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariah Ushuliyah tidak sesat dan merupakan bagian dari Islam

Amien Rais, Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah, Pernyataan Prof. Dr. KH. Umar Shihab dan serta Tokoh tokoh Indonesia yang menyatakan Mazhab Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariah Ushuliyah tidak sesat dan merupakan bagian dari Islam

Written By Unknown on Friday, 11 July 2014 | 16:27:00

Amien Rais

 

Amien Rais

Masa jabatan
19992001

Amien Rais: “Sunnah dan Syi’ah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam.

Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah):“Sunnah dan Syi’ah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam (satuislam.wordpress.com)
Jumat, 20 Juli 2007
baca juga : Amien Rais : “tradisi intelektual dan berfikir di Iran itu tidak pernah berhenti, di perpustakaan di Iran pun juga 80% lebih buku-bukunya itu karangan sunni. Jadi mengapa orang sunni itu alergi kepada syiah dan sementara syiah juga alergi kepada sunni”

baca juga : Amien Rais : “Islam di tangan tokoh-tokoh ulama syiah itu menjadi lain, Islam yang moving Islam yang menggerakkan yang merubah gitu dan itu yang saya kira yang kita perlukan. Jadi dari sunni nggak usah malu untuk belajar dari syiah”

Pada pembukaan Konferensi 6 BKPPI se-Timur Tengah ini digelar juga empat orasi ilmiah dan diskusi dengan mengusung berbagai tema. Orasi ilmiah pertama dari Prof. Amien Rais sekaligus seremonial pembukaan acara konferensi BKPPI kali ini diiringi dengan pembacaan doa. Dalam orasinya mantan ketua MPR ini menjelaskan bahwa mengapa bangsa Indonesia yang sesungguhnya kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya ini justeru masih tertinggal jauh dibanding Negara-negara lainnya, ia mengatakan karena Indonesia selama ini telah kehilangan kemandiriannya. Hilangnya kemandirian ini lanjut Amien, berdampak pada hilangnya juga kebanggaan nasional. Orang Indonesia di luar negeri malu untuk mengaku sebagai orang Indonesia ketika ditanya orang asing. Pada akhirnya karena kemandirian dan kebanggaan terhadap bangsa sudah hilang maka pelan-pelan kedaulatan bangsa pun akan hilang. Inilah masalah yang paling fundamental tambahnya, dan diperlukan keberanian dari para pemimpin bangsa untuk bersikap tegas terhadap Negara-negara asing yang berusaha melakukan korporatografi kepada Indonesia yang menjadi penyebab hilangnya kedaulatan ekonomi bangsa ini.

Dr. Bambang Pranowo staff Menhan yang menggantikan Juwono Sudarsono yang tidak bisa memnuhi undangan panitia konferensi menyoroti masalah posisi Indonesia di tengah percaturan politik dunia dengan berbagai ancaman dan tantangannya seperti globalisasi, perdagangan bebas dan perubahan-perubahan social kemasyarakatan yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia  membuktikan pentingnya rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa sebagai sebuah kekayaan yang perlu dipertahankan.

Sementara itu Husein Heryanto dosen ICAS lebih banyak mengupas masalah pentingnya budaya dan system nilai masyarakat sebagai sebuah benteng kokoh pertahanan Indonesia.

Konferensi kali ini diisi pula oleh orasi ilmiah lain dari Dr. Mashitoh Chusnan dari DEPDIKNAS yang menggantikan Menteri Pendidikan Bambang Sudibyo yang berhalangan hadir. Dr Mashitoh menyinggung masalah Human Development Index (HDI) Negara -negara Islam yang lemah khususnya Indonesia yang saat ini berada pada peringkat 112 dari 175 negara dunia. Umat Islam di Negara-negara berkembang menurut Dr Mashitoh itu  miskin, bodoh dan dijajah secara ekonomi, pada saat yang sama Negara-negara Islam yang kaya minyak masih di bayangi masalah hedonisme sehingga belum bisa mengangkat SDM muslim oleh karena itu lanjutya Negara-negara muslim termasuk Indonesia dituntut harus segera menguasai IPTEK dan penguasaan dalam bidang ekonomi sehingga bisa lepas dari keterjajahan ekonomi Negara-negara barat.
Hadir dalam konferensi beberapa rektor dari universitas kenamaan Islam di Indonesa, Pof.DR.HM Ridwan Nasir.MA [Rektor IAIN Sunan Ampel, Surabaya], Prof. DR. Abdul Jamil [Rektor  IAIN Wali Songo, Semarang], Prof. DR. Fuad Amsyari.Phd [Guru Besar Universitas Airlangga/ UNAIR, Surabaya] yang dalam konferensi kali ini berkesempatan menyampaikan orasi, lebih banyak menyoroti masalah alumni Timur Tengah yang masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia seperti diungkapkan oleh Rektor IAIN Wali Songo Semarang Prof. Abdul Jamil.“Alumni timur tengah yang pulang ke Indonesia merupakan sebuah resources bagi bangsa tetapi pertanyaannya adalah apakah  mereka mampu mengambil posisi dalam proses national building berbekal ilmu-ilmu keislaman yang dikantongi dari timur tengah, ditambah lagi dengan stigma sebagian orang yang mengatakan alumni timur tengah itu pikirannya belum bisa diajak untuk maju”. Demikian statemen beliau dalam salah satu diskusi yang dipandu oleh Muladi Mughni (delegasi Pakistan).

Sementara itu Purkon Hidayat, perwakilan HPI Iran yang satu  meja diskusi dengan para rector tersebut lebih banyak  menyinggung masalah pola pemikiran barat yang masuk ke wilayah-wilayah pemikiran Islam dan menghegemoni kerangka pemikiran banyak pemikir Islam kemudian menawarkan sebuah solusi atas masalah ini dengan memeprkenalkan figure dan pengalaman Imam Khomeini.

Indonesia Masih Gerbong, Belum Bisa Jadi Lokomotif.
Amien Rais beserta keluarga tiba di Iran Minggu 15 Juli 2007 memenuhi undangan Panitia Pelaksana Konferensi BKPPI Se Timur Tengah dan sekitarnya untuk mengisi orasi ilmiah di acara konferensi ini dan sekaligus membukanya. Amien Rais dalam pembukaan konferensi yang bertemakan “Membangun Kemandirian  Bangsa Menuju Indonesia yang Berkeadilan”  mengatakan bahwa kewajiban membangun dan merekonstruksi bangsa dan negara pada hakikatnya adalah kewajiban keagamaan dan bukan sekedar  kewajiban kewarganegaraan, politik atau keduniaan. “Saya tidak setuju dengan teman yang mengatakan biarlah di dunia ini kita umat Islam menjadi umat pinggiran, umat kalahan dan bangsa-bangsa muslim itu menjadi bangsa pelengkap penderita tapi insyaallah di akhirat kita berbondong-bondong  masuk surga, saya kira itu pikiran yang ngawur. Itu adalah manifestation of defeatation, itu adalah manifestasi kebangkrutan, kekalahan, kepecundangan, tidak mau berjuang dan kemudian agama dijadikan opium, dijadikan pelipur lara dan  dijadikan candu penenang”. “Sebenarnya kalau kita bergerak membangun bangsa sesungguhnya itu kewajiban qur’aniah dan kewajiban keagamaan kita”. tegasnya.

Bangsa Indonesia sudah sejak lama ingin membangun dirinya, tetapi sampai sejauh ini belum dianggap berhasil dibandingkan negara-negara Asia lainnya yang dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan yang cukup pesat seperti India dan Cina. Padahal menurut Amien negara-negara tersebut adalah negara yang tidak beragama dan jelas bukan negara muslim, selain itu negara kita memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Tetapi mengapa Indonesia tidak maju-maju juga. Indonesia ini masih gerbong belum bisa menjadi lokomotif, tegasnya. Pertanyaan mengapa Indonesia masih belum bisa sejajar dengan negara-negara lain menurut Amien Rais ada tiga faktor yang menyebabkannya. “Sesuai dengan tema konferensi kita kali ini, selama ini kita sudah agak lama kehilangan kemandirian, jadi self confidence sudah agak lama hilang dari khazanah bangsa Indonesia baik masyarakat umum dan mungkin juga sampai ke pemimpinnya”.

Menurut Amien sebuah bangsa yang telah kehilangan kemandiriannya akan kehilangan juga kebanggaan nasional, jika kedua komponen ini telah hilang maka kehilangan kedaulatan bangsa menjadi sesuatu yang tidak begitu terasa lagi. Ini adalah masalah bottom line, masalah yang paling fundamental, gara gari kita kehilangan kemandirian dan kebanggaan nasional sebenarnya pelan-pelan kita kehilangan kedaulatan nasional di berbagai dimensi kehidupan”. Kedaulatan ekonomi Indonesia adalah salah satu kedaulatan bangsa yang mulai hilang dan memiliki contoh yang mencolok pada kasus Indonesia, dijualnya berbagai asset nasional, pertambangan-pertambangan yang keuntungannya justeru dikuasai asing dan berbagai indikator lain yang menguatkan hal tersebut.

Arsip Konferensi BK-PPI se-Timur Tengah di Qom Iran (Selasa, 17 Juli 2007).

Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah.

Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU) tentang syi’ah : Caranya terus menjaga persamaan sesama Umat Islam, bukan mencari perbedaannya,”(republika.co.id)

Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Slamet Effendy Yusuf membantah keras, jika Fatwa MUI merupakan pemicu kekerasan terhadap Ahmadiyah di berbagai tempat.“Sejak awal, MUI tidak pernah mentolerir kekerasan. Namun sikap MUI jelas, bahwa Ahmadiyah itu aliran sesat, di luar Islam. Bukan hanya Bahtsul Matsail NU yang menilai Ahmadiyah sesat, tapi ormas Islam seperti Muhammadiyah, Persis, bahkan ulama di dunia pun menilai Ahmadiyah sebagai ajaran yang menyesatkan,” ujar Slamet yang juga Ketua PBNU ini  menanggapi Insiden Ciekusik, Pandeglang, Banten, usai Diskusi “Peluang Kita Memperbaiki Wajah Kebebasan Beragama” di kantor Kontras, Jakarta, Senin (7/2/2011).

Menurut A’la.

Menurut A’la, jika Syiah dianggap sesat maka sama artinya dengan tidak mengganggap negara Iran sebagai negara Islam. “Iran itu mayoritas Syiah dan dianggap negara Islam. Apa kita akan mengingkari hal itu,” ujarnya.

Memang terdapat banyak aliran dalam Syiah, namun dari kacamata A’la, di dunia ini hanya mengakui satu aliran Syiah yang sesat yaitu Syiah Ghulam. Sedangkan yang ada di Indonesia, kata A’la, bukanlah aliran Ghulam.

A’la juga minta ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) tak gampang melabeli sesat kepada aliran tertentu.
Selain itu, A’la juga minta seluruh tokoh masyarakat mampu menciptakan kedamaian di tengah masyarakat. Seorang tokoh yang hanya menebarkan kebencian untuk memaksakan suatu keyakinan merupakan tokoh yang tak mengetahui hakikat dari Islam itu sendiri.

A’la lantas menukil salah satu ayat dari surat Yunus ayat 99 yang berbunyi. “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi beriman semua?”.
A’la juga minta pemerintah tak gegabah dalam merelokasi warga Syiah Sampang. “Relokasi malah akan menjadikan Syiah eksklusif, dan ini justru bahaya.”.

Konflik yang melibatkan Syiah, tambah A’la, mayoritas bukan karena perbedaan keyakinan melainkan adanya faktor lain, seperti faktor politik maupun konflik keluarga. Dia mencontohkan terbunuhnya Husain bin Ali, serta peperangan antara Muawiyah dan Ahlul Bait yang semuanya bernuansa politik.
Karenanya, konflik antara Syiah dan warga Sampang diduga juga bukan karena adanya perbedaan keyakinan. “Kan sebentar lagi ada Pilkada, saya tidak bermaksud mengecilkan masalah, tapi faktor politik seringkali memicu,” tutur A’la.

Apalagi antara Syiah dan NU, kata A’la pula, sebenarnya memiliki banyak ritual yang sama. Ritual pujian ala NU, misalnya, adalah meniru ritual ala Syiah.
Tetapi Islam juga mengajarkan bahwa perbedaan juga rahmat. Jangan mudah saling mengkafirkan atau begitu mudah menuduh sesat dan mengabaikan perbedaan yang sudah ditakdirkan pada ummat Islam. Dakwah Islam tidaklah dengan kekerasan tetapi dengan bil hikmah.

Pihaknya menegaskan, Syiah Sampang itu bukanlah aliran sesat. Pasalnya, masalah keyakinan Syiah itu sudah klir dan tidak sesat. Syiah dianggap sebagai bagian dari Islam, seperti halnya Sunni.
“Jika dianggap Syiah sesat, maka sama artinya dengan tidak mengganggap negara Iran sebagai negara Islam. Iran itu mayoritas Syiah dan dianggap negara Islam. Apa kita semua akan mengingkari hal itu,” ujarnya.

Memang ada banyak aliran dalam Syiah, namun dari pandangan dirinya, di dunia ini hanya mengakui satu aliran Syiah yang sesat yaitu Syiah Ghulam. Dan yang ada di Indonesia, katanya bukanlah aliran Ghulam.
Pihaknya juga meminta ormas islam seperti NU dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tak gampang memberi labe atau fatwa sesat kepada aliran tertentu.

Selain itu, pihaknya meminta seluruh tokoh masyarakat mampu menciptakan kedamaian di tengah masyarakat. Seorang tokoh yang hanya menebarkan kebencian untuk memaksakan suatu keyakinan, dinilai merupakan tokoh yang tak mengetahui hakikat dari Islam itu sendiri.

Pernyataan Prof. Dr. KH. Umar Shihab



Untuk mengetahui lebih jauh pandangan Prof. Dr. KH. Umar Shihab, berikut ini kami melakukan wawancara singkat dengan beliau. Dengan harapan, semoga kerukunan beragama dan bermazhab di tanah air tercinta berjalan dengan baik dan tidak terjadi kekerasan yang mengatasnamakan agama dan mudah-mudahan tercipta suasana saling memahami dan ukhuwah islamiah antara pelbagai mazhab Islam.

Setelah melihat Iran dari dekat, bagaimana pandangan dan kesan Anda?
Iran merupakan tempat perkembangan pengetahuan, khususnya pengetahuan agama. Ini ditandai dengan banyaknya perpustakaan besar di sana-sini. Sekiranya saya masih muda, niscaya saya akan belajar di sini.
Beberapa bulan yang lalu adik saya, Quraish Shihab, juga datang ke Iran guna memenuhi undangan Lembaga Pendekatan Mazhab Islam. Sepengetahuan saya, hanya Iran satu-satunya negara yang secara resmi memiliki lembaga yang peduli terhadap persatuan antara mazhab-mazhab Islam. Iran secara getol menyerukan persatuan antara sesama umat Islam, apapun mazhab mereka. Kalau saja negara-negara Islam meniru strategi pendekatan mazhab yang dilakukan Iran niscaya tidak ada pengkafiran, dan kejayaan dan kemenangan Islam akan terwujud.

Bagaimana seharusnya kita menyikapi isu ikhtilaf antara Syiah dan Ahlussunah?
Saya orang suni, tapi saya percaya Syiah juga benar. Sebagaimana saya percaya bahwa mazhab Hanafi dan Maliki juga benar. Saya tidak mau disebut sebagai pembela Syiah, tapi saya pembela kebenaran. Jangankan mentolerir kekerasan antarmazhab yang MUI tidak pernah mengeluarkan “fatwa sesat dan kafir” terhadap mazhab tersebut, kepada Ahmadiah yang kita fatwakan sebagai ajaran sesat pun kita tidak mengizinkan dilakukannya kekerasan terhadap mereka.

Kita tidak boleh gampang mengecap kafir kepada sesama muslim hanya karena masalah furu’iah (masalah cabang/tidak utama). Antara Syafii dan Maliki terdapat perbedaan, meskipun Imam Malik itu guru Imam Syafii. Ahmadiah kita anggap sesat karena mengklaim ada nabi lain sesudah Nabi Muhammad saw, sedangkan mazhab ahlulbait (Syiah) dan ahlusunah sama meyakini tidak ada nabi lain sesudah Nabi Muhammad saw.

Perbedaan itu hal yang alami dan biasa. Imam Syafii, misalnya, meletakkan tangannya di atas dada saat melaksanakan salat. Namun saat berada di Mekkah—untuk menghormati Imam Malik—beliau meluruskan tangannya dan tidak membaca kunut dalam salat subuhnya. Orang yang sempit pengetahuannya yang menyalahkan seseorang yang tangannya lurus alias tidak bersedekap dalam salatnya.

Sebagian kalangan menganggap Syiah sebagai mazhab sempalan dan tidak termasuk mazhab Islam yang sah? Bagaimana pendapat Anda?
Orang yang menganggap Syiah sebagai mazhab sempalan tidak bisa disebut sebagai ulama. Syiah dan ahlusunah tidak boleh saling menyalahkan. Masing-masing ulama kedua mazhab tersebut memiliki dalil. Syiah dan ahlusunah mempunyai Tuhan, Nabi, dan Alquran yang sama. Orang yang mengklaim bahwa Syiah punya Alquran yang berbeda itu hanya fitnah dan kebohongan semata.

Saudara Prof. Muhammad Ghalib (Guru Besar Tafsir dan Sekretaris MUI Sulsel, Makassar yang ikut bersama beliau ke Iran) akan membawa Alquran cetakan Iran yang konon katanya berbeda itu ke tanah air. Saya sangat kecewa kalau ada salah satu ulama mazhab membenarkan mazhabnya sendiri dan tidak mengapresiasi mazhab lainnya. Salat yang dilakukan oleh orang-orang Syiah sama dengan salat yang dipraktikkan Imam Malik.

Apa pesan Anda terhadap kami sebagai pelajar-pelajar agama?
Pesan pertama dan utama saya, peliharalah persatuan dan kesatuan antara umat Islam. Banyak ayat dalam Alquran yang mengecam perpecahan dan perselisihan di antara sesama umat Islam, seperti usaha menyebarkan fitnah dan percekcokan di tubuh umat Islam dll. Kita harus menjadi pelopor persatuan dan tidak membiarkan perpecahan terjadi di tubuh umat Islam. Contoh ideal persatuan dan persaudaraan antara sesama muslim adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. saat mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Ansar.

Pesan kedua, persatuan yang ditekankan dalam ajaran Islam bukan persatuan yang pura-pura atau untuk kepentingan sesaat, namun persatuan yang bersifat kontinu dan sepanjang masa. Kita tidak boleh terjebak dalam fanatisme buta. Saya saksikan sendiri di Iran, khususnya di Qom, banyak orang-orang alim yang sangat toleran. Saya tahu persis di Iran ada usaha serius untuk mendekatkan dan mencari titik temu antara mazhab-mazhab Islam yang tidak ditemukan di tempat lain.

Saya mengunjungi perpustakaan di Qom dan saya melihat usaha keras para ulama di bidang pendekatan antara mazhab Islam. Saya tekankan bahwa setiap ulama mazhab memiliki dalil atas setiap pendapatnya dan pihak yang berbeda mazhab tidak boleh menyalahkannya begitu saja. Sebagai contoh, kalangan ulama berbeda pendapat berkaitan dengan hukum mabit (bermalam) di Mina. Ada yang mewajibkannya dan ada pula yang menganggapnya sunah. Jangankan antara Syiah dan ahlusunah, antara sesama internal ahlusunah sendiri pun terdapat perbedaan, misalnya antara Syafii dan Hanafi. Jadi, perpecahan itu akan melemahkan kita sebagai umat Islam.
Pesan ketiga, sebagai pemuda, jangan berputus asa. Allah Swt. memerintahkan kita untuk tidak berputus asa. Belajarlah bersungguh-sungguh karena menuntut ilmu itu suatu kewajiban. Hormatilah guru-guru Anda karena mereka adalah ibarat orang tua bagi Anda. Menghormati guru sama dengan menghormati orang tua Anda. Harapan kita dan umat Islam terhadap Anda begitu besar. Kami berterima kasih atas semua pihak yang membantu Anda di sini, terutama guru-guru Anda.

Saya menghimbau para pelajar Indonesia di Iran—setelah mereka pulang—hendaklah mereka menjadi dai-dai yang menyerukan persatuan di antara umat. Islam menekankan persatuan sesama muslim dan tidak menghendaki timbulnya fitnah, seperti apa yang dilakukan oleh Rasul saw. saat beliau memerintahkan untuk menghancurkan Masjid Dirar. Karena tempat itu dijadikan pusat penyebaran fitnah dan usaha untuk memecah belah umat.

Seringkali karena fanatisme, kita melupakan persatuan. Orang yang memecah belah umat patut dipertanyakan keislamannya. Sebab, orang munafiklah yang bekerja untuk memecah belah umat. Dan orang-orang seperti ini sepanjang sejarah pasti ada dan selalu ada hingga hari ini. Sejak kecil saya bercita-cita untuk mempersatukan sesama umat Islam. Dan di akhir hayat saya, saya tidak ingin melihat lagi perpecahan dan pengkafiran sesama Islam.

KH Nur Iskandar Sq (Ketua Dewan Syuro PPP): Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah, 




Rhoma Irama ( Seniman dan Mubaligh ):“Tuhan kita sama, nabi kita sama, kiblat kita sama, sholat kita sama, puasa kita sama, zakat kita sama, haji kita sama, kenapa harus saling mengkafirkan” (tempo.co).
 Rektor IAIN Sunan AmpelProf Dr Abd A’la Surabaya.

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Abd A’la menegaskan bahwa aliran Syiah yang dianut warga Sampang bukanlah aliran sesat. “Masalah keyakinan Syiah itu sudah clear, tidak sesat, Syiah bagian dari Islam,” kata A’la kepada Tempo, Minggu, 27 Agustus 2012.



Tokoh tokoh Indonesia yang menyatakan Mazhab Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariah Ushuliyah tidak sesat dan merupakan bagian dari Islam.


Para pembaca….
Ada pihak pihak yang menuduh syi’ah sesat, ada yang menuduh NU sesat, itu semua tuduhan yang cuma merusak islam.. Web MPTTS merajut persatuan umat islam, dukunglah web ini !! MPTTSS = Majelis Persatuan Tauhid Tasawuf Sunni Syi’ah
Ulama dari Indonesia yang meneliti Syi’ah di antaranya adalah Prof Dr H Abu Bakar Atjeh (beliau adalah seorang ahlu sunnah) yang karyanya diterbitkan dengan judul “Syi’ah Rasionalisme dalam Islam” yang dalam bukunya beliau mengutip pendapat Prof. Hamka yang menyebutkan bahwa madzhab Syafi’i yang dianut mayoritas muslim Indonesia lebih dekat dengan madzhab Syi’ah. Dalam bukunya tidak disebutkan peran Abdullah bin Saba’ dalam pendirian Islam, malah beliau menunjukkan bahwa syi’ah dilahirkan oleh Rasulullah S.A.W.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie
Ketua DPR: Aliran Syiah Tidak Sesat
Senin, 27 Agustus 2012 | 14:40
Marzuki Ali (Ketua DPR RI):“ Syi’ah itu mahzab yang diterima di negara manapun diseluruh dunia, dan tidak ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syi’ah adalah aliran sesat (okezone.com)
Ketua DPR RI Marzuki Alie menegaskan, aliran syiah di Indonesia bukan aliran sesat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa bahwa aliran ini  tidak sesat.
Hal itu dikatakan Marzuki Alie  di Jakarta, Senin (27/8), menjawab pers terkait kerusuhan di Sampang, Madura, Jawa Timur.

Menurut Marzuki, kalau MUI sudah mengeluarkan fatwa itu tidak sesat,  maka persoalan sekarang adalah kenapa masih muncul konflik?  Itu pasti sosialisasi keputusan MUI yang masih kurang.
“Itu tugas Kementerian Agama dan MUI,” katanya. Kalau pun sosialisasi sudah dilakukan dan masih juga konflik terulang, kata dia, maka pasti ada yang salah di tahapan sosialisasinya.


iiii
Add caption

Taushiyah Sesepuh Bangsa Prof.Dr.KH. Ali Yafie Untuk Umat Islam

KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia):“Dengan tergabungnya Iran yang mayoritas bermazhab Syiah sebagai negara Islam dalam wadah OKI tersebut, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam. Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara Islam.”(tempointeraktif).
Muhammad Jusuf Kalla.
10th Vice President of Indonesia
Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI):
 Harus ada toleransi terhadap perbedaan karena perbedaan adalah rahmat  (tempo.co).
MAHFUD MD TERIMA CEDERA MATA DARI JAKOB OETAMA -

Mahfud MD: Madura Rukun, Salawat Sunni Pun Sebut Syiah.

 Muhammad Mahfud MD (Ketua MK): Kalau saya mengatakan semua keyakinan itu tidak boleh diintervensi oleh negara. Keyakinan itu tak boleh diganggu orang lain, kecuali dia mengganggu keyakinan orang lain,”(Okezone.com).
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD lahir dan dan besar di pondok pesantren di Madura. Sejak kecil hingga dirinya kini menjadi tokoh nasional, tak pernah ada konflik Sunni dan Syiah di Madura.
Kini Mahfud pun heran, kenapa ada konflik Syiah dan Sunni di Madura. Saking rukunnya, warga Sunni pun saat bersalawat juga menyebut ahlul bayt (keluarga Nabi Muhammad SAW) yang selama ini dipercaya oleh Syiah sebagai penerus kekhalifahan.

“Saya orang Madura, sejak bayi hingga umur 16 tahun saya hidup dan besar di Madura. Dari dulu tidak ada konflik Sunni dan Syiah. Itu baru muncul 2010. Di Madura tidak pernah dipermasalahkan aliran-aliran itu. Semuanya hidup berdampingan secara damai. Di Madura juga ada gereja, kelenteng. Dari dulu orang Madura berbeda-beda agama dan aliran, tapi tidak ada apa-apa,” ujar Mahfud MD saat memberi ceramah dalam acara Halal Bihalal Karyawan Kompas Gramedia di Halaman Gedung Oranye Kompas Gramedia, Jakarta, Kamis (6/9/2012).

Ditambahkan Mahfud, orang Madura  baru marah jika istrinya digoda orang lain. “Selama ini tidak ada apa-apa. Yang masalah, kalau istri diganggu orang,” ujar Mahfud sambil tersenyum.
Menurut Mahfud, konflik Syiah dan Sunni di Madura itu terjadi baru belakangan ini. Mahfud yang besar di pondok pesantren, menceriterakan hidup rukunnya Syiah dan Sunni yang sampai digunakan dalam salawat.
“Saat bersalawat, orang Sunni juga mengakui (kekhalifahan) Syiah. Contohnya ahlul bayt itu kerap disebut dalam salawat. Dan selama ini enggak apa-apa,” jelas Mahfud.

Bahkan dalam doa warga Sunni di Madura juga menyebut detail keturunan Nabi Muhammad yang dipercaya menjadi khalifah. “Itu enggak apa-apa, tidak ada masalah selama ini,” lanjut Mahfud.

Seperti diketahui, kaum Sunni mengakui bahwa khulafur rasyidin atau empat khalifah yakni Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Sedangkang kaum Syiah hanya mengakui Ali Bin Abi Thalib sebagai khalifah. Kaum Syiah menganggap, penerus sah kepemimpinan Muhammad SAW adalah Ali dan lalu diteruskan imam yang suci dari kalangan Ahlul Bayt (keluarga Nabi Muhammad SAW).

Menurut dia, masalah keyakinan tidak boleh diintervensi oleh pihak manapun, termasuk negara sekalipun.
“Kalau saya mengatakan semua keyakinan itu tidak boleh diintervensi oleh negara. Keyakinan itu tak boleh diganggu orang lain, kecuali dia mengganggu keyakinan orang lain,” jelasnya.
Menurut Mahfud MD budaya NU mengamalkan ajaran Syiah seperti Ahlul Kisa (Keutamaan Rasulullah, Sayyidah Fatimah, Sayidina Ali b. Abi Thalib, Sayidina Hasan dan Sayidina Husayn) yang menjadi hafalan masyarakat Sampang dan NU pada umumnya.
Ayatullah Ali Taskhiri dan Syekh MolaviEshak Madani mengapit Prof. Dr. Umar Shihab
Fatwa Politik.
fatwa MUI Pusat tahun 1984 tentang bahaya Syiah sebagai sebagai fatwa berbau politik. Alasannya, 5 tahun sebelumnya Iran baru saja melakukan revolusi dan Indonesia takut revolusi itu akan ke negaranya.
“MUI tahun 1984 keluarkan fatwa untuk waspadai Syiah, jelas itu adalah suatu konotasi politik. Fatwa MUI Pusat adalah fatwa politik,” terangnya.

“Slamet Effendi (Ketua PBNU dan Ketua MUI Pusat, red) di Depdagri menjelaskan latar belakang fatwa waspada Syiah yang dikeluarkan pada tahun 1984. Sebab baru saja Iran itu revolusi dan Indonesia takut revolusi itu akan ke negaranya,” jelasnya tambahnya.

Saat bertemu dengan para pelajar Indonesia di Qom (Selasa, 13 Oktober 2009) beliau tidak bisa menyembunyikan rasa harunya ketika mendapatkan kesempatan dan taufik dari Allah Swt. untuk berziarah pertama kalinya ke makam kakek beliau, Imam Ali ar-Ridha. Bagi beliau, sosok Imam Ridha adalah teladan bagi seluruh umat Islam.

Tokoh Islam yang sejak kecil bercita-cita untuk mempersatukan barisan kaum Muslimin ini menghimbau para pelajar Indonesia di Iran supaya menjadi dai-dai yang menyerukan persatuan dan menghindari timbulnya perpecahan di tengah umat Islam. Beliau sangat anti terhadap gerakan takfiriah (usaha mengkafirkan sesama muslim) hanya karena perbedaan masalah furu’ (masalah cabang alias tidak prinsip). Beliau sangat mengapresiasi upaya serius ulama-ulama Iran di bidang pendekatan antara pelbagai mazhab Islam.

Daerah penyebaran

Fokus daerah penyebaran ajaran Syi'ah aliran Itsna Asyariyyah berada di Iran, Irak, Azerbaijan, dan Bahrain. Daerah-daerah ini merupakan penyumbang terbesar pengikut ajaran Syi'ah Itsna Asyariyyah. Daerah lain yang juga terdapat banyak pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah berada di wilayah Teluk Persia dan di Lebanon. Pengikut Syi'ah juga terdapat di Arab Saudi, yang notabene penduduk Arab Saudi beraliran Sunni Wahabi. Pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah di Arab Saudi terpusat di beberapa kota seperti Qatif, Madinah dan di Al-Hasa'. Selain itu, pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah juga dapat ditemui di Muskat, Oman dan di negara-negara yang terdapat di Asia Selatan.

Jumlah pengikut.


Lokasi kerajaan Safawi, sebuah kerajaan dengan mayoritas penduduk Islam Syi'ah
Menurut Ensiklopedia Britannica, terdapat 60-80 juta (40 juta di antaranya adalah pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah) pengikut Syi'ah di seluruh dunia. Sedangkan menurut Ensiklopedia Kristen Internasional, diyakini bahwa jumlah pengikut Syi'ah adalah 135 juta di seluruh dunia.
Berikut ini adalah detail dari jumlah pengikut Syi'ah berdasarkan negara asal, menurut 2008 World Factbook:
  •  Iran dengan jumlah sebanyak 58 juta pengikut Syi'ah
  •  Irak dengan jumlah sebanyak 17-18 pengikut Syi'ah.
  •  Afganistan dengan jumlah sebanyak 6 juta pengikut Syi'ah.
  •  Azerbaijan dengan jumlah sebanyak 5 juta pengikut Syi'ah.
  •  Kuwait dengan jumlah sebanyak 400 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Bahrain dengan jumlah sebanyak 400 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Lebanon dengan jumlah sebanyak 1.2 juta pengikut Syi'ah.
  •  Arab Saudi dengan jumlah sebanyak 1.5 sampai 2 juta pengikut Syi'ah.
  •  Pakistan dengan jumlah sebanyak 33 juta pengikut Syi'ah.
  •  India dengan jumlah sebanyak 30 juta pengikut Syi'ah.
  •  Tajikistan dengan jumlah sebanyak 306 ribu pengikut Syi'ah
  •  Turkmenistan dengan jumlah sebanyak 185 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Uzbekistan dengan jumlah sebanyak 1.4 juta pengikut Syi'ah.
  •  Kirgizstan dengan jumlah sebanyak 117 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Kazakhstan dengan jumlah sebanyak 355 ribu pengikut Syi'ah.
  •  Rusia dengan jumlah sebanyak 1.2 juta pengikut Syi'ah.
Berdasarkan jumlah di atas, dapat dihitung dan totalnya mencapai 158 juta pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah dan Syi'ah Isma'iliyyah di seluruh dunia. Dengan adanya pengikut Syi'ah Isma'iliyyah yang hanya berkisar 35 juta di seluruh dunia, maka didapatkan bahwa pengikut Syi'ah Itsna Asyariyyah di seluruh dunia berjumlah 123 juta pengikut. Perkiraan terakhir bahwa pengikut Syi'ah berjumlah 170 juta orang di seluruh dunia.[41]

Referensi

  1. ^ Imam Muslim (translated by Aftab Shahryar) (2004). Sahih Muslim Abridged. Islamic Book Service. ISBN 81-7231-592-9.
  2. ^ http://www.albayyinat.net/jwb5ta.html
  3. ^ نهجنا في الحياة من المهم إلى الممات للميرزا حسن ال عصفور
  4. ^ عقائد الإمامية لمحمد جواد مغنية
  5. ^ Gelar Imam dalam bahasa Arab digunakan karena bahasa Arab adalah bahasa liturgi dalam agama Islam Syi'ah sedangkan gelar dalam bahasa Turki berasal dari pengikut ajaran Alawiyyah Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa. Gale Group. 2004. ISBN 978-0-02-865769-1.
  6. ^ a b c d e Nasr, Seyyed Hossein. "Ali". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-10-12.
  7. ^ a b c d e f g h i j k l Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa. Gale Group. 2004. ISBN 978-0-02-865769-1.
  8. ^ Tabatabae (1979), pp.190-192
  9. ^ Tabatabae (1979), p.192
  10. ^ a b "Hasan". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
  11. ^ Tabatabae (1979), pp.194-195
  12. ^ Madelung, Wilferd. "Hasan ibn Ali". Encyclopedia Iranica. Diakses 2008-03-23.
  13. ^ Tabatabae (1979), p.195
  14. ^ a b c d "al-Husayn". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
  15. ^ Tabatabae (1979), pp.196-199
  16. ^ Calmard, Jean. "Husayn ibn Ali". Encyclopedia Iranica. Diakses 2008-03-23.
  17. ^ a b c d Madelung, Wilferd. "'ALÈ B. AL-HUOSAYN". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
  18. ^ a b c d e Tabatabae (1979), p.202
  19. ^ a b c d e Madelung, Wilferd. "AL-BAQER, ABU JAFAR MOHAMMAD". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
  20. ^ Tabatabae (1979), p.203
  21. ^ a b c d e f Tabatabae (1979), p.203-204
  22. ^ Reseach Committee of Strasburg University, Imam Jafar Ibn Muhammad As-Sadiq A.S. The Great Muslim Scientist and Philosopher, translated by Kaukab Ali Mirza, 2000. Willowdale Ont. ISBN 0-9699490-1-4.
  23. ^ "Wasil ibn Ata". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
  24. ^ a b Madelung, Wilferd. "'ALÈ AL-HAÚDÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-09.
  25. ^ a b c d e Tabatabae (1979), p.205
  26. ^ Tabatabae (1979) p. 78
  27. ^ Sachedina (1988), pp.53-54
  28. ^ a b c d e f Tabatabae (1979), pp.205-207
  29. ^ a b c d e Tabatabae (1979), p. 207
  30. ^ a b c d e f Madelung, Wilferd. "'ALÈ AL-HAÚDÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
  31. ^ Tabatabae (1979), pp.208-209
  32. ^ a b c d Halm, H. "'ASKARÈ". Encyclopedia Iranica. Diakses 2007-11-08.
  33. ^ Tabatabae (1979) pp. 209-210
  34. ^ Tabatabae (1979), pp.209-210
  35. ^ "Muhammad al-Mahdi al-Hujjah". Encyclopedia Britannica Online. Diakses 2007-11-08.
  36. ^ a b c d Tabatabae (1979), pp.210-211
  37. ^ Tabatabae (1979), pp. 211-214
  38. ^ العلامة المُحقق آية الله الشيخ جعفر السبحاني : أصول الحديث وأحكامه : 19
  39. ^ العلامة الدكتور الشيخ عبد الهادي الفضلي : أصول الحديث : 223
  40. ^ العلامة الدكتور الشيخ عبد الهادي الفضلي : أصول علم الرجال : 11 ، الطبعة الثانية ، سنة : 1416 هجرية ، مؤسسة أم القرى للتحقيق والنشر
  41. ^ نهجنا في الحياة من المهد إلى الممات للميرزا حسن ال عصفور
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: