Wahabi Takfiri Mengatakan:
Benarkah Quraish Shihab Penganut Faham Syi’ah?
http://www.syiahindonesia.com/2014/04/benarkah-quraish-shihab-penganut-faham.html
LPPI (Lembaga Penelitian dan
Pengkajian Islam) di Jakarta pernah mendapatkan surat pernyataan dari
Osman Ali Babseil (PO Box 3458 Jedah, Saudi Arabia, dengan nomor telepon
00966-2-651 7456). Usianya kini (tahun 2008) sekitar 74 tahun, lulusan
Cairo University tahun 1963.
Dengan sungguh-sungguh seraya berlepas diri dari segala dendam, iri hati, ia menyatakan:
1. Sebagai teman dekat sewaktu mahasiswa di Mesir pada tahun 1958-1963,
saya mengenal benar siapa saudara Dr. Quraish Shihab itu dan bagaimana
perilakunya dalam membela aqidah Syi’ah.
2. Dalam beberapa kali dialog dengan jelas dia menunjukkan sikap dan
ucapan yang sangat membela Syi’ah dan merupakan prinsip baginya.
3. Dilihat dari dimensi waktu memang sudah cukup lama, namun prinsip
aqidah terutama bagi seorang intelektual, tidak akan mudah
hilang/dihilangkan atau berubah, terutama karena keyakinannya diperoleh
berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan ikut-ikutan.
4. Saya bersedia mengangkat sumpah dalam kaitan ini dan pernyataan ini saya buat secara sadar bebas dari tekanan oleh siapapun.
Pernyataan itu dibuat Osman Ali Babseil pada bulan Maret 1998, menjelang
Quraish Shihab akan diangkat jadi menteri agama oleh Presiden Soeharto,
dan banyak dari kalangan ummat Islam sudah mengkhawatirkannya, karena
masalah syiah itu. Kemudian Quraish Shihab ternyata benar-benar diangkat
jadi menteri agama republic Indonesia, namun dia hanya sempat jadi
menteri agama selama 70 hari, karena Presiden Suharto lengser dari kursi
kepresidenan pada tanggal 21 Mei 1998.
******
Berikut kami Petik jawabannya:
Seru juga menyaksikan adu argumentasi di bedah buku Sunnah – Syiah
Bergandengan Tangan! Mungkinkah? karya Prof Dr Quraish Shihab yang
digelar di Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Unhas, hari ini (26/10/2009).
Meski terlambat datang, saya cukup beruntung karena bisa menyaksikan
langsung bagaimana Quraish Shihab membedah ayat-ayat secara mengagumkan.
Ia diserang habis-habisan dengan banyak kutipan ayat, namun ia juga
tangkas menjawab dengan kutipan ayat pula. Sangat terlihat kalau ia
sangat menguasai apa yang sedang dibahas.
Jika di televisi ia banyak mengupas tafsir kitab-kitab, maka dalam
seminar di Unhas, ia membedah bukunya sendiri yang membahas satu isu
sensitif dalam Islam dan tekah membelah umat dalam dua kubu besar dalam
sejarah. Ia membahas upaya menyatukan dua aliran yakni Sunni dan Syi’ah.
Ini memang satu topik yang cukup sensitif sebab sejarah peradaban Islam
adalah sejarah konflik yang penuh dengan peperangan dan bersimbah
darah. Generasi hari ini mewarisi konflik yang sudah berurat akar sejak
masa silam.
Yang menarik karena Quraish Shihab adalah seorang
sunni. Namun ke-sunni-an itu tidak menghalangi pandangannya untuk
meneropong isu Islam secara proporsional. Ia tidak mau mengkafirkan para
penganut syi’ah. Ia menawarkan dialog dan hendak menunjukkan bahwa
masing-masing aliran punya kebenaran dan kesalahannya sendiri-sendiri.
Ia membahas bagaimana pahaman sejarah telah mengkonstruksi umat ke dalam
dua bahagian besar. Mestinya, kita lebih arif dalam melihat sejarah.
Kita mesti bisa memeras kebenaran dan kearifan dari kanvas sejarah, dan
bukannya terjebak pada fanatisme buta. Sebab melalui kebenaran dan
kesalahan itu, kita bisa saling belajar menghormati dan mengapresiasi
satu sama lain.
Ia menentang pengkotak-kotakan berpikir. Ia agak heran karena ketika
mengkritik prilaku sahabat Rasul, tiba-tiba saja ia dicap sebagai
syi’ah. Padahal, semua yang disampaikannya sudah pernah dikemukakan para
ulama-ulama besar sunni di masa silam. Ketika sejumlah kolega
melarangnya menerbitkan buku itu karena dicap syi’ah, ia menampiknya.
Kata Quraish, ia sudah mencapai semua puncak impiannya baik di karier
akademik, maupun rezekinya yang lancar. Olehnya itu, tanpa pretensi
apa-apa, ia ingin menunjukkan kebenaran kepada banyak orang. Ia tidak
peduli apakah akan dikafirkan atau tidak. “Tak ada yang saya cemaskan
menyangkut dunia. Amanah ilmiah menuntut saya agar menyampaikan apa yang
diyakini. Saya khawatir, jangan sampai sikap diam diyakini Allah
sebagai menyembunyikan kebenaran,“ katanya.
Dalam penjelasannya,
saya bisa menangkap kesungguhannya. Ia tetap sunni yang mencintai
keluarga Rasul dan juga bersikap kritis pada masa silam. Ia menolak
disebut syi’ah, sebab ia adalah penganut sunni. Tetapi ia juga menolak
pada anggapan banyak orang tentang kesesatan syi’ah. Untuk itu, ia
banyak mengutip ayat-ayat atau kitab yang menunjukkan bagaimana
ulama-ulama besar dari dua aliran ini saling mengutip. “Mestinya dua
aliran besar ini bisa saling berdialog. Kita saling belajar sebagaimana
pernah dilakukan para ulama terdahulu.“
Sayangnya, kata Quraish,
banyak di antara umat yang terjebak pada sikap yang picik, tanpa wawasan
akal yang memadai. Tanpa menelaah kitab-kitab secara benar, banyak yang
merasa dirinya paling benar dan tiba-tiba saja mengkafirkan yang lain.
Ia tidak menampik fakta banyak ulama masa silam yang juga terjebak
kebodohan, sehingga mempengaruhi umat di masa kini. Makanya, sikap
kritis mesti diperlukan untuk menelaah kembali semua pemikiran di masa
silam demi menemukan titik-titik kesamaan di masa kini.
“Kalau
kita mau cari perbedaan supaya kita konflik, akan banyak sekali
ditemukan. Namun, apa tujuannya kita berkonflik? Kita semakin membatasi
diri kita. Lebih baik kita mencari titik kesamaan supaya kita bersatu
sebagai sesama umat Islam,“ katanya.
Pendapat ini bukannya tanpa
kritik. Ketika sesi dialog dimulai, bertubi-tubi pertanyaan ditujukan
kepadanya. Namun, sebagaimana gayanya yang khas, ia bisa menjawab semua
pertanyaan itu dengan jawaban yang cerdas. Bahkan, terhadap pernyataan
seorang penanya yang menyatakan bahwa ajaran syi’ah tidak dibahas di
Universitas Al Azhar, ia menentangnya habis-habisan. “Saya tantang
berdebat siapapun yang menyatakan itu. Saya sejak SMP sudah belajar di
Al Azhar, sampai jadi doktor. Saya belajar tentang semua mazhab dalam
Islam di Al Azhar. Tidak cuma sunni saja, melainkan ada delapan mazhab
yang saya pelajari di kampus,“ katanya yang disambut dengan tepuk
tangan.
Di tengah banjir pertanyaan itu, ia mengatakan, “Masalah
besar umat Islam sekarang ini adalah masalah kebodohan. Banyak yang sok
pintar dan mengkafirkan yang lain. Padahal itu pandangan yang salah,“
katanya.
Saya menikmati diskusi ini. Saya rasa akan sulit
mendebat seorang profesor bidang hadis yang sudah menulis banyak buku
tentang tafsir. Mendebat Quraish tentang hadis adalah mengajaknya
berduel di sebuah arena yang amat dihapalnya. Ia menghabiskan hidupnya
untuk menelaah kitab-kitab sehingga pengetahuannya membukit. Makanya,
saya tak mau ikut-ikutan latah. Saya lebih memilih belajar kearifan
darinya, belajar pada keikhlasannya untuk menyampaikan kebenaran, apapun
resikonya.(*)
_____________________
Ulama besar Indonesia yang juga merupakan ahli tafsir, Prof Quraish
Shihab, menanggapi tudingan beberapa kalangan yang menyebutnya sebagai
syiah. Dalam wawancaranya dengan Harian Republika, Quraish merespons
tudingan tersebut dengan santai.
“Nabi SAW saja difitnah, apalagi cuma Quraish Shihab,”ujarnya sambil
tertawa ringan. Quraish pun menantang orang-orang yang menyebutnya
berpaham syiah untuk membuktikan apakah prinsip-prinsip paham yang
berkembang di Iran tersebut ada dalam karyanya.
Dia menjelaskan, prinsip syiah sangat jelas seperti percaya kepada
imamah. Tak hanya itu, terdapat ritual khas yang kerap dijalankan
penganut syiah seperti shalat di batu karbala dan menangguhkan puasa.
“Orang-orang yang menuding saya Syiah, apakah pernah melihat saya shalat
di atas batu Karbala? Apakah, ketika Ramadhan, pernah melihat saya
tangguhkan buka puasa 10 hingga 15 menit, sebagaimana kayakinan Syiah.”
Meski demikian, Quraish mengaku mempelajari beberapa pendapat dari
ulama syiah, bahkan muktazilah. Menurutnya, semua itu dilakukan demi
mempelajari keragaman yang merupakan kekayaan intelektual umat Islam.
“Jika pendapat ulama Syiah, ada yang saya ambil, bahkan Muktazilah,
karena keragaman itu kita pelajari,”jelasnya. Quraish pun menegaskan
penghormatannya kepada para sahabat Rasulullah SAW, termasuk Abu
Hurairah.
“Tanya semua mahasiswa saya bagaimana sikap saya kepada sahabat,
terhadap Abu Hurairah. Saya kira tuduhan mereka salah,”ujar Direktur
Pakar Pusat Studi Quran tersebut.
__________________________
Quraish Shihab Klarifikasi Tuduhan Syiah.
Jakarta,
NU Online
Pakar Tafsir Al-Qur’an
Indonesia KH Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengklarifikasi tuduhan bahwa
dirinya bagian dari faham Syi’ah. Klarifikasi dikemukakan melalui
quraishshihab.com dengan judul "Tentang Tayangan Tafsir al-Mishbah 12
Juli 2014".
Seperti diketahui, pada Tayangan Tafsir Al-Misbah
yang dibawakannya di Metro TV pada Sabtu (12/7) menuai kontroversi. Pada
kesempatan itu ia menyinggung bahwa Nabi Muhammad Saw tidak mendapat
jaminan tempat di surga. Berikut petikan klarifikasinya:
Kepada yang meminta klarifikasi langsung, berikut jawaban saya:
Uraian
tersebut dalam konteks penjelasan bahwa amal bukanlah sebab masuk
surga, walau saya sampaikan juga bahwa kita yakin bahwa Rasulullah akan
begini (masuk surga). Penjelasan saya berdasar hadist a.l.:
لا يدخل احدكم الجنة بعمله قيل حتى انت يا رسول الله قال حتى
انا الا ان يتغمدني الله برحمنه
“Tidak
seorang pun masuk surga karena amalnya. Sahabat bertanya “Engkau pun
tidak?”, beliau menjawab “Saya pun tidak, kecuali berkat rahmat Allah
kepadaku.”
Ini karena amal baik bukan sebab masuk surga tapi itu hak prerogatif Allah.
Uraian
di atas bukan berarti tidak ada jaminan dari Allah bahwa Rasul tidak
masuk surga, saya jelaskan juga di episode yang sama bahwa Allah
menjamin dengan sumpah-Nya bahwa Rasulullah SAW akan diberikan
anugerah-Nya sampa beliau puas, yang kita pahami sebagai Surga dan
apapun yang beliau kehendaki. Wa la sawfa yu’thika rabbuka fa tharda.
Itu yang saya jelaskan tapi sebagian dipelintir, dikutip sepotong dan di
luar konteksnya. Silakan menyimak ulang penjelasan saya di episode
tersebut. Mudah-mudahan yg menyebarkan hanya karena tidak mengerti dan
bukan bermaksud memfitnah.
Quraish Shihab pada ketika
diwawancarai sebuah media online mengatakan, apa yang dituduhkan
orang-orang kepadanya hanyalah fitnah. “Nabi SAW saja difitnah, apalagi
cuma Quraish Shihab,"ujarnya sambil tertawa ringan sebagaimana dikutip
republika.co.id, Rabu 16 Juli 2014.
Mantan Menteri Agama RI itu
pun menantang orang-orang yang menyebutnya berpaham Syiah untuk
membuktikan apakah prinsip-prinsip paham yang berkembang di Iran
tersebut ada dalam karyanya.
Menanggapi hal itu, Pejabat Rais
‘Aam PBNU KH A. Mustofa Bisri pada tanggal 14 Juli ditanya salah satu
akun yang menanyakan perihal itu,
“assalamu'alaikum kyai..apa benar bpk quraishshihab itu syiah?” Pertanyaan itu dijawab akun kiai yang akrab disapa Gus Mus (@gusmusgusmu) dengan
“<~ tidak benar”.
Sementara
Menteri Agama RI H Lukman Hakim Saifuddin melalui akun Twitternya
@lukmansaifuddin mengaku dikirimi banyak link berita soal tuduhan itu.
Ia prihatin dengan hal itu.
“Betapa sedih menerima link yg isinya
me-nyesat2kan Pak Quraish Shihab. Semoga ketidaktahuan &
kesalahpahaman segera sirna..,” ungkapnya .
(Abdullah Alawi)
_______________________________
Quraish Shihab,
Salah satu mata acara saat Sahur, di METRO TV, Jakarta,
disajikan tanya jawab keagamaan (Islam) antara sejumlah audiens dengan
narasumber kesohor yaitu Quraish Shihab. Dia ini pria kelahiran Rappang
(Sulawesi Selatan) pada 16 Februari 1944, pernah menjabat sebagai rector
IAIN Jakarta, kemudian menjadi Menteri Agama RI selama 70 hari di akhir
masa pemerintahan Soeharto yang lengser Mei 1998.
Di acara Metro TV, salah seorang peserta ketika mengajukan pertanyaan
berkenaan dengan latar belakang adanya kebiasaan memperingati atau
merayakan hari anak yatim (10 Muharram), Quraish Shihab menjawabnya
dengan memasukan doktrin Syi’ah tentang perang Karbala yang menewaskan
cucu Rasulullah
shallallohu ‘alaihi wa sallam yakni Husein
radhiyallahu ‘anhu. (Metro TV edisi Selasa 02 Ramadhan 1429 H bertepatan dengan 02 September 2008).
Menurut Quraish Shihab, perayaan anak yatim yang bertepatan dengan
tanggal 10 Muharram itu adalah untuk mengenang kematian Husein
radhiyallahu ‘anhu dan
keluarganya yang tewas pada perang Karbala.
Dari peperangan itu
menghasilkan banyak anak yatim. Peristiwa Karbala yang menewaskan
Husein
radhiyallahu ‘anhu terjadi pada 10 Muharram tahun 61 Hijriyah.
Di berbagai kesempatan, bila ada peluang memasukkan doktrin dan
ajaran Syi’ah, langsung dimanfaatkannya, apalagi di hadapan audiens.
kalo ikut tahlilan termasuk ahlusunnah wal jamaah ga pung?
Beda Pilihan Politik Jangan Rusak Persatuan NU – Syi’ah
Warga NU diminta untuk tetap menjaga kekompakan dan persatuan
meskipun saling berbeda soal pandangan politik. Perpecahan NU – Syi’ah
hanya bersifat
politik, sedang akidah mereka tetap satu.
Jika NU menganggap Nabi SAW tidak menunjuk siapapun menjadi khalifah
pasca beliau wafat, maka Syi’ah justru menganggap Imam Ali sebagai
khalifah.Agama tidak boleh dijadikan komoditas maupun jargon-jargon
politik. Penggunaan simbol agama merupakan bentuk ketidakdewasaan
berpolitik yang bisa memicu konflik umat beragama.
Prinsip Jalan Hidup dan Dakwah NU – Syi’ah |
|
|
Maka jagalah amanah Dakwah NU – Syi’ah sebaik-baiknya.ingat, memilih bukanlah KEWAJIBAN, melainkan cuma HAK. Jangan ragu-ragu untuk tidak menggunakannya kalau gak yakin dengan pilihan yang ada
Jika
kita mencoba untuk membuka kembali dan mempelajari perkembangan dakwah
dari zaman ke zaman, maka kita akan dapat menangkap adanya suatu
fenomena yang menarik. Adalah suatu kenyataan yang tidak mungkin untuk
dipungkiri bahwa ditengah derasnya arus pemikiran dan kuatnya
gejolak-gejolak bid’ah dan khurafat serta takhayul dan kesyirikan yang
ditebarkanoleh tokoh-tokoh kesesatan , du-at ala abwaabi jahannam,
ditengah itu semua, dengan rahmat Allah panji-panji NU – Syi’ah tetap
berkibar dengan gagahnya. Bahkan sebaliknya, dakwah mereka justru
semakin kokoh dan kuat.Karena
itu, ketika dakwah Ahlus Sunnah wal Jama`ah menguat, atau nama Ahlus
Sunnah wal Jama`ah dipandang dapat memberikan keuntungan dan manfaat,
maka kita akan menemukan orang-orang wahabi mencaplok nama tersebut
untuk menjadikan dagangan mereka laris. Orang-orang wahabi sepertinya
lupa bahwa Ahlus Sunnah wal Jama`ah bukanlah hanya sekedar pemulas
bibir, atau merek dagang yang digunakan sekedar untuk menaikkan oplah
dan permintaan, atau stempel cap untuk melegalisir meskipun perkara
tersebut adalah suatu kemungkaran.
Jika hal ini telah kita pahami, maka betapa celakanya
wahabi yang mengaku sebagai seorang Sunni, yang kemudian dengan
liciknya ia mampu mengelabui pengikut dan pengagum-pengagumnya. Sehngga
jadilah ia seorang tokoh yang dielu-elukan dan setiap perkataannya
dijadikan ukuran mutlak suatu kebenaran. Meskipun ia sebenarnya -Naudzu
billahi min dzalika- amat jauh dan bertentangan dengan sifat yang
disebutkan sebagai sifat-sifat Ahlus Sunnah wal Jama`ah. Kita
berkeyakinan bahwa suatu hari nanti semua kebanggaan, kepuasan, dan
kesenangannya akan berbalik menjadi kehinaan, siksaan, dan kebinasaan
yaitu pada hari akhir. Benarlah perkataan seorang penyair:
Barang siapa mengaku-aku sesuatu yang tidak dilakukannya
Ia akan dipermalukan ketika hari ujian datang menjelang.
Namun demikian, di sana ada segolongan besar dari kaum muslimin yang
berusaha mencari kebenaran bahkan bersedia untuk membela dan
memperjuangkannya. Hanya saja sebagian diantara mereka telah terjerumus
kedalam kubangan kelompok-kelompok yang sesat,atau terjatuh kedalam
tangan para penyamun yang mencengkeram mereka dengan kuku talbis
(mencampurkan antara hak dan batil) dan syubhat (dalih yang disamarkan
sehingga disangka sebuah dalil) atau bahkan mungkin tahdid (ancaman
serta teror baik secara mental maupun secara fisik). Terkadang juga
hanya karena terlalu berprasangka baik kepada para ustadz dan guru-guru
mereka. Padahal mereka sendiri pada hakekatnya sangat mendambakan
kebenaran . Mereka amatlah rindu dekapan Sunnah, ingin merasakan
teduhnya ittiba, dan mencicipi manisnya iman.
Kami memohon kepada Allah yang Maha Agung dengan Nama-Nama-Nya yang
Indah dan Sifat-Sifat-Nya yang Maha Tinggi agar menjadikan kita sebagai
pembimbing dan pemberi hidayah bagi umat manusia, bukan sebagai orang
yang sesat lagi menyesatkan, dan agar kita menjadi pembuka segala pintu
kebajikan dan penutup seluruh pintu-pintu kejelekan. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Maha Kuasa untuk mengabulkannya.
Semoga Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad,
keluarganya, para syiah nya dan orang-orang yang mengikutinya dengan
baik sampai datangnya hari kiamat.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Ketimbang wahabi, NU Makin Mantap Usung Syi’ah sebagai kawan koalisi ??
Wallahu A’lamu Bis-Showab.
Semoga Allah membukakan pintu-pintu hidayah-Nya kepada kita semuanya Amiin yaa Rabbal Aalamin. |