Pesan Rahbar

Home » , , , , , , , , , » Apakah Quraish Shihab Seorang Syi’ah? Kita lihat dibawah kajian, Inilah Tuduhan Jawaban terhadap Wahabi Takfiri

Apakah Quraish Shihab Seorang Syi’ah? Kita lihat dibawah kajian, Inilah Tuduhan Jawaban terhadap Wahabi Takfiri

Written By Unknown on Thursday, 7 August 2014 | 21:02:00


Wahabi Takfiri Mengatakan:

Benarkah Quraish Shihab Penganut Faham Syi’ah?
http://www.syiahindonesia.com/2014/04/benarkah-quraish-shihab-penganut-faham.html


LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) di Jakarta pernah mendapatkan surat pernyataan dari Osman Ali Babseil (PO Box 3458 Jedah, Saudi Arabia, dengan nomor telepon 00966-2-651 7456). Usianya kini (tahun 2008) sekitar 74 tahun, lulusan Cairo University tahun 1963.
Dengan sungguh-sungguh seraya berlepas diri dari segala dendam, iri hati, ia menyatakan:
1. Sebagai teman dekat sewaktu mahasiswa di Mesir pada tahun 1958-1963, saya mengenal benar siapa saudara Dr. Quraish Shihab itu dan bagaimana perilakunya dalam membela aqidah Syi’ah.
2. Dalam beberapa kali dialog dengan jelas dia menunjukkan sikap dan ucapan yang sangat membela Syi’ah dan merupakan prinsip baginya.
3. Dilihat dari dimensi waktu memang sudah cukup lama, namun prinsip aqidah terutama bagi seorang intelektual, tidak akan mudah hilang/dihilangkan atau berubah, terutama karena keyakinannya diperoleh berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan ikut-ikutan.
4. Saya bersedia mengangkat sumpah dalam kaitan ini dan pernyataan ini saya buat secara sadar bebas dari tekanan oleh siapapun.
Pernyataan itu dibuat Osman Ali Babseil pada bulan Maret 1998, menjelang Quraish Shihab akan diangkat jadi menteri agama oleh Presiden Soeharto, dan banyak dari kalangan ummat Islam sudah mengkhawatirkannya, karena masalah syiah itu. Kemudian Quraish Shihab ternyata benar-benar diangkat jadi menteri agama republic Indonesia, namun dia hanya sempat jadi menteri agama selama 70 hari, karena Presiden Suharto lengser dari kursi kepresidenan pada tanggal 21 Mei 1998.
******
Berikut kami Petik jawabannya:
Seru juga menyaksikan adu argumentasi di bedah buku Sunnah – Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? karya Prof Dr Quraish Shihab yang digelar di Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Unhas, hari ini (26/10/2009). Meski terlambat datang, saya cukup beruntung karena bisa menyaksikan langsung bagaimana Quraish Shihab membedah ayat-ayat secara mengagumkan. Ia diserang habis-habisan dengan banyak kutipan ayat, namun ia juga tangkas menjawab dengan kutipan ayat pula. Sangat terlihat kalau ia sangat menguasai apa yang sedang dibahas.

Jika di televisi ia banyak mengupas tafsir kitab-kitab, maka dalam seminar di Unhas, ia membedah bukunya sendiri yang membahas satu isu sensitif dalam Islam dan tekah membelah umat dalam dua kubu besar dalam sejarah. Ia membahas upaya menyatukan dua aliran yakni Sunni dan Syi’ah. Ini memang satu topik yang cukup sensitif sebab sejarah peradaban Islam adalah sejarah konflik yang penuh dengan peperangan dan bersimbah darah. Generasi hari ini mewarisi konflik yang sudah berurat akar sejak masa silam.

Yang menarik karena Quraish Shihab adalah seorang sunni. Namun ke-sunni-an itu tidak menghalangi pandangannya untuk meneropong isu Islam secara proporsional. Ia tidak mau mengkafirkan para penganut syi’ah. Ia menawarkan dialog dan hendak menunjukkan bahwa masing-masing aliran punya kebenaran dan kesalahannya sendiri-sendiri. Ia membahas bagaimana pahaman sejarah telah mengkonstruksi umat ke dalam dua bahagian besar. Mestinya, kita lebih arif dalam melihat sejarah. Kita mesti bisa memeras kebenaran dan kearifan dari kanvas sejarah, dan bukannya terjebak pada fanatisme buta. Sebab melalui kebenaran dan kesalahan itu, kita bisa saling belajar menghormati dan mengapresiasi satu sama lain.

Ia menentang pengkotak-kotakan berpikir. Ia agak heran karena ketika mengkritik prilaku sahabat Rasul, tiba-tiba saja ia dicap sebagai syi’ah. Padahal, semua yang disampaikannya sudah pernah dikemukakan para ulama-ulama besar sunni di masa silam. Ketika sejumlah kolega melarangnya menerbitkan buku itu karena dicap syi’ah, ia menampiknya. Kata Quraish, ia sudah mencapai semua puncak impiannya baik di karier akademik, maupun rezekinya yang lancar. Olehnya itu, tanpa pretensi apa-apa, ia ingin menunjukkan kebenaran kepada banyak orang. Ia tidak peduli apakah akan dikafirkan atau tidak. “Tak ada yang saya cemaskan menyangkut dunia. Amanah ilmiah menuntut saya agar menyampaikan apa yang diyakini. Saya khawatir, jangan sampai sikap diam diyakini Allah sebagai menyembunyikan kebenaran,“ katanya.

Dalam penjelasannya, saya bisa menangkap kesungguhannya. Ia tetap sunni yang mencintai keluarga Rasul dan juga bersikap kritis pada masa silam. Ia menolak disebut syi’ah, sebab ia adalah penganut sunni. Tetapi ia juga menolak pada anggapan banyak orang tentang kesesatan syi’ah. Untuk itu, ia banyak mengutip ayat-ayat atau kitab yang menunjukkan bagaimana ulama-ulama besar dari dua aliran ini saling mengutip. “Mestinya dua aliran besar ini bisa saling berdialog. Kita saling belajar sebagaimana pernah dilakukan para ulama terdahulu.“

Sayangnya, kata Quraish, banyak di antara umat yang terjebak pada sikap yang picik, tanpa wawasan akal yang memadai. Tanpa menelaah kitab-kitab secara benar, banyak yang merasa dirinya paling benar dan tiba-tiba saja mengkafirkan yang lain. Ia tidak menampik fakta banyak ulama masa silam yang juga terjebak kebodohan, sehingga mempengaruhi umat di masa kini. Makanya, sikap kritis mesti diperlukan untuk menelaah kembali semua pemikiran di masa silam demi menemukan titik-titik kesamaan di masa kini.

“Kalau kita mau cari perbedaan supaya kita konflik, akan banyak sekali ditemukan. Namun, apa tujuannya kita berkonflik? Kita semakin membatasi diri kita. Lebih baik kita mencari titik kesamaan supaya kita bersatu sebagai sesama umat Islam,“ katanya.

Pendapat ini bukannya tanpa kritik. Ketika sesi dialog dimulai, bertubi-tubi pertanyaan ditujukan kepadanya. Namun, sebagaimana gayanya yang khas, ia bisa menjawab semua pertanyaan itu dengan jawaban yang cerdas. Bahkan, terhadap pernyataan seorang penanya yang menyatakan bahwa ajaran syi’ah tidak dibahas di Universitas Al Azhar, ia menentangnya habis-habisan. “Saya tantang berdebat siapapun yang menyatakan itu. Saya sejak SMP sudah belajar di Al Azhar, sampai jadi doktor. Saya belajar tentang semua mazhab dalam Islam di Al Azhar. Tidak cuma sunni saja, melainkan ada delapan mazhab yang saya pelajari di kampus,“ katanya yang disambut dengan tepuk tangan.

Di tengah banjir pertanyaan itu, ia mengatakan, “Masalah besar umat Islam sekarang ini adalah masalah kebodohan. Banyak yang sok pintar dan mengkafirkan yang lain. Padahal itu pandangan yang salah,“ katanya.

Saya menikmati diskusi ini. Saya rasa akan sulit mendebat seorang profesor bidang hadis yang sudah menulis banyak buku tentang tafsir. Mendebat Quraish tentang hadis adalah mengajaknya berduel di sebuah arena yang amat dihapalnya. Ia menghabiskan hidupnya untuk menelaah kitab-kitab sehingga pengetahuannya membukit. Makanya, saya tak mau ikut-ikutan latah. Saya lebih memilih belajar kearifan darinya, belajar pada keikhlasannya untuk menyampaikan kebenaran, apapun resikonya.(*)
_____________________
Ulama besar Indonesia yang juga merupakan ahli tafsir, Prof Quraish Shihab, menanggapi tudingan beberapa kalangan yang menyebutnya sebagai syiah. Dalam wawancaranya dengan Harian Republika, Quraish merespons tudingan tersebut dengan santai.

“Nabi SAW saja difitnah, apalagi cuma Quraish Shihab,”ujarnya sambil tertawa ringan. Quraish pun menantang orang-orang yang menyebutnya berpaham syiah untuk membuktikan apakah prinsip-prinsip paham yang berkembang di Iran tersebut ada dalam karyanya.

Dia menjelaskan, prinsip syiah sangat jelas seperti percaya kepada imamah. Tak hanya itu, terdapat ritual khas yang kerap dijalankan penganut syiah seperti shalat di batu karbala dan menangguhkan puasa.
“Orang-orang yang menuding saya Syiah, apakah pernah melihat saya shalat di atas batu Karbala? Apakah, ketika Ramadhan, pernah melihat saya tangguhkan buka puasa 10 hingga 15 menit, sebagaimana kayakinan Syiah.”

Meski demikian, Quraish mengaku mempelajari beberapa pendapat dari ulama syiah, bahkan muktazilah. Menurutnya, semua itu dilakukan demi mempelajari keragaman yang merupakan kekayaan intelektual umat Islam.

“Jika pendapat ulama Syiah, ada yang saya ambil, bahkan Muktazilah, karena keragaman itu kita pelajari,”jelasnya. Quraish pun menegaskan penghormatannya kepada para sahabat Rasulullah SAW, termasuk Abu Hurairah.

“Tanya semua mahasiswa saya bagaimana sikap saya kepada sahabat, terhadap Abu Hurairah. Saya kira tuduhan mereka salah,”ujar Direktur Pakar Pusat Studi Quran tersebut.
__________________________
Quraish Shihab Klarifikasi Tuduhan Syiah.


Jakarta, NU Online
Pakar Tafsir Al-Qur’an Indonesia KH Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengklarifikasi tuduhan bahwa dirinya bagian dari faham Syi’ah. Klarifikasi dikemukakan melalui quraishshihab.com dengan judul "Tentang Tayangan Tafsir al-Mishbah 12 Juli 2014".

Seperti diketahui, pada Tayangan Tafsir Al-Misbah yang dibawakannya di Metro TV pada Sabtu (12/7) menuai kontroversi. Pada kesempatan itu ia menyinggung bahwa Nabi Muhammad Saw tidak mendapat jaminan tempat di surga. Berikut petikan klarifikasinya:

Kepada yang meminta klarifikasi langsung, berikut jawaban saya:

Uraian tersebut dalam konteks penjelasan bahwa amal bukanlah sebab masuk surga, walau saya sampaikan juga bahwa kita yakin bahwa Rasulullah akan begini (masuk surga). Penjelasan saya berdasar hadist a.l.:

لا يدخل احدكم الجنة بعمله قيل حتى انت يا رسول الله قال حتى
انا الا ان يتغمدني الله برحمنه

“Tidak seorang pun masuk surga karena amalnya. Sahabat bertanya “Engkau pun tidak?”, beliau menjawab “Saya pun tidak, kecuali berkat rahmat Allah kepadaku.”

Ini karena amal baik bukan sebab masuk surga tapi itu hak prerogatif Allah.

Uraian di atas bukan berarti tidak ada jaminan dari Allah bahwa Rasul tidak masuk surga, saya jelaskan juga di episode yang sama bahwa Allah menjamin dengan sumpah-Nya bahwa Rasulullah SAW akan diberikan anugerah-Nya sampa beliau puas, yang kita pahami sebagai Surga dan apapun yang beliau kehendaki. Wa la sawfa yu’thika rabbuka fa tharda. Itu yang saya jelaskan tapi sebagian dipelintir, dikutip sepotong dan di luar konteksnya. Silakan menyimak ulang penjelasan saya di episode tersebut. Mudah-mudahan yg menyebarkan hanya karena tidak mengerti dan bukan bermaksud memfitnah.

Quraish Shihab pada ketika diwawancarai sebuah media online mengatakan, apa yang dituduhkan orang-orang kepadanya hanyalah fitnah. “Nabi SAW saja difitnah, apalagi cuma Quraish Shihab,"ujarnya sambil tertawa ringan sebagaimana dikutip republika.co.id, Rabu 16 Juli 2014.

Mantan Menteri Agama RI itu pun menantang orang-orang yang menyebutnya berpaham Syiah untuk membuktikan apakah prinsip-prinsip paham yang berkembang di Iran tersebut ada dalam karyanya.

Menanggapi hal itu, Pejabat Rais ‘Aam PBNU KH A. Mustofa Bisri pada tanggal 14 Juli ditanya salah satu akun yang menanyakan perihal itu, “assalamu'alaikum kyai..apa benar bpk quraishshihab itu syiah?” Pertanyaan itu dijawab akun kiai yang akrab disapa Gus Mus (‏@gusmusgusmu) dengan “<~ tidak benar”.

Sementara Menteri Agama RI H Lukman Hakim Saifuddin melalui akun Twitternya @lukmansaifuddin mengaku dikirimi banyak link berita soal tuduhan itu. Ia prihatin dengan hal itu. “Betapa sedih menerima link yg isinya me-nyesat2kan Pak Quraish Shihab. Semoga ketidaktahuan & kesalahpahaman segera sirna..,” ungkapnya . (Abdullah Alawi)
_______________________________


Sampai Kapanpun Said Aqil Siradj dan Quraish Shihab akan tetap mesra dengan Syiah



Quraish Shihab,

Quraish Shihab, Syi'ah, dan Jilbab - Nahimunkar.com



Salah satu mata acara saat Sahur, di METRO TV, Jakarta, disajikan tanya jawab keagamaan (Islam) antara sejumlah audiens dengan narasumber kesohor yaitu Quraish Shihab. Dia ini pria kelahiran Rappang (Sulawesi Selatan) pada 16 Februari 1944, pernah menjabat sebagai rector IAIN Jakarta, kemudian menjadi Menteri Agama RI selama 70 hari di akhir masa pemerintahan Soeharto yang lengser Mei 1998.

Di acara Metro TV, salah seorang peserta ketika mengajukan pertanyaan berkenaan dengan latar belakang adanya kebiasaan memperingati atau merayakan hari anak yatim (10 Muharram), Quraish Shihab menjawabnya dengan memasukan doktrin Syi’ah tentang perang Karbala yang menewaskan cucu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam yakni Husein radhiyallahu ‘anhu. (Metro TV edisi Selasa 02 Ramadhan 1429 H bertepatan dengan 02 September 2008).

Menurut Quraish Shihab, perayaan anak yatim yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram itu adalah untuk mengenang kematian Husein radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya yang tewas pada perang Karbala.

Dari peperangan itu menghasilkan banyak anak yatim. Peristiwa Karbala yang menewaskan Husein radhiyallahu ‘anhu  terjadi pada 10 Muharram tahun 61 Hijriyah.

Di berbagai kesempatan, bila ada peluang memasukkan doktrin dan ajaran Syi’ah, langsung dimanfaatkannya, apalagi di hadapan audiens.


kalo ikut tahlilan termasuk ahlusunnah wal jamaah ga pung? 

Beda Pilihan Politik Jangan Rusak Persatuan NU – Syi’ah
Warga NU diminta untuk tetap menjaga kekompakan dan persatuan meskipun saling berbeda soal pandangan politik. Perpecahan NU – Syi’ah hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu.
Jika NU menganggap Nabi SAW tidak menunjuk siapapun menjadi khalifah pasca beliau wafat, maka Syi’ah justru menganggap Imam Ali sebagai khalifah.Agama tidak boleh dijadikan komoditas maupun jargon-jargon politik. Penggunaan simbol agama merupakan bentuk ketidakdewasaan berpolitik yang bisa memicu konflik umat beragama.

aqil

Prinsip Jalan Hidup dan Dakwah NU – Syi’ah



Maka jagalah amanah Dakwah NU – Syi’ah sebaik-baiknya.
ingat, memilih bukanlah KEWAJIBAN, melainkan cuma HAKJangan ragu-ragu untuk tidak menggunakannya kalau gak yakin dengan pilihan yang ada 
Jika kita mencoba untuk membuka kembali dan mempelajari perkembangan dakwah dari zaman ke zaman, maka kita akan dapat menangkap adanya suatu fenomena yang menarik. Adalah suatu kenyataan yang tidak mungkin untuk dipungkiri bahwa ditengah derasnya arus pemikiran dan kuatnya gejolak-gejolak bid’ah dan khurafat serta takhayul dan kesyirikan yang ditebarkanoleh tokoh-tokoh kesesatan , du-at ala abwaabi jahannam, ditengah itu semua, dengan rahmat Allah panji-panji NU – Syi’ah tetap berkibar dengan gagahnya. Bahkan sebaliknya, dakwah mereka justru semakin kokoh dan kuat.Karena itu, ketika dakwah Ahlus Sunnah wal Jama`ah menguat, atau nama Ahlus Sunnah wal Jama`ah dipandang dapat memberikan keuntungan dan manfaat, maka kita akan menemukan orang-orang wahabi  mencaplok nama tersebut untuk menjadikan dagangan mereka laris. Orang-orang wahabi  sepertinya lupa bahwa Ahlus Sunnah wal Jama`ah bukanlah hanya sekedar pemulas bibir, atau merek dagang yang digunakan sekedar untuk menaikkan oplah dan permintaan, atau stempel cap untuk melegalisir meskipun perkara tersebut adalah suatu kemungkaran.
Jika hal ini telah kita pahami, maka betapa celakanya wahabi  yang mengaku sebagai seorang Sunni, yang kemudian dengan liciknya ia mampu mengelabui pengikut dan pengagum-pengagumnya. Sehngga jadilah ia seorang tokoh yang dielu-elukan dan setiap perkataannya dijadikan ukuran mutlak suatu kebenaran. Meskipun ia sebenarnya -Naudzu billahi min dzalika- amat jauh dan bertentangan dengan sifat yang disebutkan sebagai sifat-sifat Ahlus Sunnah wal Jama`ah. Kita berkeyakinan bahwa suatu hari nanti semua kebanggaan, kepuasan, dan kesenangannya akan berbalik menjadi kehinaan, siksaan, dan kebinasaan yaitu pada hari akhir. Benarlah perkataan seorang penyair:
Barang siapa mengaku-aku sesuatu yang tidak dilakukannya
Ia akan dipermalukan ketika hari ujian datang menjelang.
Namun demikian, di sana ada segolongan besar dari kaum muslimin yang berusaha mencari kebenaran bahkan bersedia untuk membela dan memperjuangkannya. Hanya saja sebagian diantara mereka telah terjerumus kedalam kubangan kelompok-kelompok yang sesat,atau terjatuh kedalam tangan para penyamun yang mencengkeram mereka dengan kuku talbis (mencampurkan antara hak dan batil) dan syubhat (dalih yang disamarkan sehingga disangka sebuah dalil) atau bahkan mungkin tahdid (ancaman serta teror baik secara mental maupun secara fisik). Terkadang juga hanya karena terlalu berprasangka baik kepada para ustadz dan guru-guru mereka. Padahal mereka sendiri pada hakekatnya sangat mendambakan kebenaran . Mereka amatlah rindu dekapan Sunnah, ingin merasakan teduhnya ittiba, dan mencicipi manisnya iman.

Kami memohon kepada Allah yang Maha Agung dengan Nama-Nama-Nya yang Indah dan Sifat-Sifat-Nya yang Maha Tinggi agar menjadikan kita sebagai pembimbing dan pemberi hidayah bagi umat manusia, bukan sebagai orang yang sesat lagi menyesatkan, dan agar kita menjadi pembuka segala pintu kebajikan dan penutup seluruh pintu-pintu kejelekan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa  atas segala sesuatu dan Maha Kuasa untuk mengabulkannya. Semoga Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para syiah nya dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai datangnya hari kiamat.
Amin Ya Rabbal Alamin.

Ketimbang wahabi, NU Makin Mantap Usung Syi’ah sebagai kawan koalisi ??

Wallahu A’lamu  Bis-Showab.
Semoga Allah  membukakan pintu-pintu hidayah-Nya kepada kita semuanya  Amiin yaa Rabbal Aalamin.

Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: