Pesan Rahbar

Home » , » Sejarah Makam Suci Fathimah Ma’shumah as

Sejarah Makam Suci Fathimah Ma’shumah as

Written By Unknown on Sunday, 4 September 2016 | 10:05:00


Sayidah Ma’shumah as adalah putri Imam ketujuh umat Syiah, Imam Musa bin Ja’far as, ibunya adalah Najmah Khatun as. Ia lahir pada tanggal 1 bulan Dzulqa’dah tahun 173 H. di kota Madinah Munawarah.
Pada tahun 200 H., dikarenakan ancaman-ancaman dan tekanan Khalifah Ma’mun Abbasi, Imam Ali Ridha as pergi ke pengasingannya di Marv (suatu tempat di Iran–pent.) daerah Khurasan tanpa membawa satupun anggota keluarganya.

Setahun sudah Imam Ali Ridha as diasingkan di Marv, pada tahun 201 H. Sayidah Ma’shumah as pergi menempuh perjalanan jauh mendatangi saudaranya lewati berbagai kota yang mana setiap kali ia tiba di suatu tempat, semua orang menyambutnya dengan baik. Di kota Sava, rombongannya behadapan dengan musuh-musuh Ahlul Bait as, yang merupakan kaki tangan khalifah zalim saat itu. Mereka menghadang jalan para rombongan, terjadi bentrokan, dan akhirnya banyak yang menjadi korban. Sayidah Ma’shumah as sendiri pun teracuni saat itu.

Dikarenakan kesedihan yang mendalam karena deritanya, atu dikarenakan racun yang menjalar di tubuhnya, akhirnya Sayidah Ma’shumah as jatuh sakit. Karena serasa tak mungkin lagi ia melanjutkan perjalanannya ke Khurasan, ia berbelok dan singgah di kot Qom. Sekitar tanggal 23 Rabi’ul Awal tahun 201 H. ia tiba di kota suci Qom, di suati tempat yang disebut Maidan Mir, di rumah Musa bin Khazraj yang mendapatkan kebanggaan untuk menjadi tuan rumah beliau.

Sayidah Ma’shumah tinggal selama 17 hari di kota suci Qom dan menghabiskan waktunya untuk beribadah, yang mana tempat itu kini dijadikan sebagai tempat ziarah yang bernama Baitun Nur.

Akhirnya pada tanggal 10 Rabi’ul Tsani, menurut pendapat lainnya tanggal 12 Rabi’ul Tsani, beliau meninggal dunia tanpa sempat menatap wajah saudara tercintanya. Semua orang berdatangan untuk mengurus jenazah beliau di suatu tempat yang saat ini terletak di luar kota dan bernama Bagh Babilan.

Setelah beliau dikuburkan, Musa bin Khazraj meletakkan sehelai tikar di atas makamnya sebagai suatu tanda. Lalu pada tahun 252 H., Zainab putri Imam Jawad as datang ke kota itu lalu membangun kubah untuk pertama kalinya di atas makam suci tersebut sebagai penghormatan.

Dengan demikian, sejak saat itu hingga sekarang, makam beliau terus menerus diurus oleh para pecinta Ahlul Bait as, direnovasi, dan diperlebar. Kini makam beliau telah dibangun cukup megah dengan segala fasilitas dan perlengkapan yang ada untuk para peziarahnya.

Berikut secara sekilas sejarah pembangunan makam suci Sayidah Fathimah Ma’shumah as:
Makam suci:
Pada tahun 605 H., atas perintah Amir Muzafar Ahmad bin Isma’il, seorang pembesar keluarga Muzafar, yang merupakan guru besar pengukir ubin yang bernama Muhammad bin Abi Thahir Kasyi Qumi, mendapatkan tugas untuk menghias makam suci Sayidah Ma’shumah dengan ukiran-ukiran ubin cantik. Lalu setelah delapan tahun, yakni tahun 613 H., ukiran-ukiran ubin yang dibuatnya selama itu telah siap digunakan dan dipasang. Akhirnya pada tahun 1988 M makam suci Sayidah Ma’shumah telah dibangun dan direnovasi dengan campuran ubin dan batu-batuan. Dinding-dinding di dalam makam pun dipasangi batu marmar berwarna hijau.

Dharih (Sejenis pagar yang mengelilingi makam–pent.):

Pada tahun 965 H., Syah Thamasb Shafawi menghias empat sudut dharih makam suci Sayidah Fathimah Ma’shumah dengan susunan batu bata yang dihias dengan ukiran ubin tujuh warna.

Pada tahun 1230 H, Fatahali Syah melapisi dharih makam dengan perak. Namun lambat laun dharih itu menjadi usang dan pada tahun 1280 dharih diganti dengan yang baru dengan menggunakan lapisan perak baru dan perak yang telah digunakan pada dharih sebelumnya.

Dharih terus menerus diperbaiki dan direnovasi, yang akhirnya pada tahun 1989 M. dharih dirubah secara total dengan yang baru dengan menggunakan inovasi dan teknologi saat itu. Perbaikan terakhir yang dilakukan terhadap dharih tersebut dilakukan pada tahun 2001 M.


Rawaq:
Rawaq adalah tempat-tempat yang berada di dekat dharih suci. Haram atau makam suci Sayidah Fathimah Ma’shumah as memiliki empat Rawaq:
1. Rawaq Atas Kepala, yang terletak di atas arah kepala Sayidah Fathimah Ma’shumah as, yang merupakan suatu ruangan di antara dharih dan Masjid, yang dihias dengan susunan kaca dan ukiran indah.
2. Rawaq Darul Huffadz, yang terletak di antara dua iwan emas dharih suci makam.
3. Rawaq Kaca (Syahid Beheshti) yang merupakan ruangan para peziarah wanita di arah bawah kaki Sayidah Fathimah Ma’shumah as.
4. Rawaq Depan, yang merupakan ruangan antara Masjid Thabathabai hingga dharih suci.
Shahn (halaman lebar makam–pent.):


Makam suci Sayidah Fathimah Ma’shumah as memiliki tiga shahn:

1. Shahn Baru (Otabaki):
Shahn itu memiliki empat iwan: utara, selatan, timur dan barat. Iwan utara adalah pintu masuk Maidan Astana, iwan selatan adalah pintu masuk dari arah kiblat, iwan timur adalah pintu masuk dari jalan Eram, dan iwan barat adalah iwan astana. Setiap iwan dihiasi dengan karya-karya seni yang luar biasa indah dan dibangun dengan arsitektur khas. Shahn ini adalah karya Mirzsa Ali Asgharkhan Shadr A’dzam yang dibangun pada tahun 1295 H. yang bertepatan dengan tahun 1924 H.

2. Shahn ‘Atiq (qadim/lama):
Shahn itu terletak di sebelah utara Raudhah Mubarakah, shahn pertama yang telah dibangun untuk makam suci tersebut. Shahn tersebut memiliki empat iwan indah. Iwan indah di sebelah selatan adalah iwan emas (pintu masuk ke Raudhah Muthaharah), iwan utara adalah pintu masuk ke Faidhiah, iwan barat adalah pintu masuk ke Masjid A’dham, sedang iwan timur adalah pintu masuk dari Shahn ‘Atiq ke Shahn Baru.
Iwan ini dan iwan-iwan di sebelahnya dibangun oleh Syah Bigi, istri Syah Ismail Shafawi pada tahun 925 H, yang kemudian pada tahun 1998 dilakukan perbaikan dan renovasi.

3. Shahn Shahibuz Zaman:
Shahn itu dengan segala keindahannya itu memiliki luas sekitar 8.000 meter persegi dengan empat pintu masuk dari setiap arah: pintu masuk timur Syabestan Imam Khumaini, pintu masuk barat Jembatan Ahanci, pintu masuk Timur Bast Masjid A’dham, pintu masuk selatan Jalan Baru. Dinding-dinding shahn itu dihias dengan ukiran-ukiran kaligrafi Qur’an yang sangat indah.


Finial 

1. Finial-finial iwan emas:
Di setiap dua arah iwan di Shahn Atiq, terdapat finial-finial yang terselubung dengan ukiran ubin berbentuk melilit setinggi 17.40 meter dengan diameter 1.50 meter. Di situ dituliskan nama-nama suci Allah, Muhammad, dan Ali dengan kaligrafi Kufi, dan diatasnya tertulis: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya bershalawat kepada nabi…”
Menara-menara adzan di situ dihias dengan emas oleh Muhammad Husain Khan Syahsun Shahabul Muluk pada tahun 1285 H.
Pada tahun 1385 H dilakukan perbaikan dan renovasi lain terhadap finial-finial tersebut, dan akhirnya semua finial dilapisi dengan emas.

2. Finial-finial iwan kaca:
Di atas tiap kaki iwan dibangun menara adzan, yang merupakan bagian tertinggi bangunan astana.
Ketinggian finial tersebut dari atas atap iwan sekitar 28 meter, dan ketinggiannya dari atas permukaan shahn sekitar 42.80 meter. Di atas menara adzan terdapat ukiran-ukiran selebar satu meter yang bertuliskan “Laa haula wa laa quwwata illa billahil aliyyil ‘adzim” dan “Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah.”
Kedua menara adzan tersebut dihias dengan ukiran ubin yang di setiap ukirannya terdapat nama-nama Allah swt.
Pembangunnya adalah Amin Sultan dan arsiteknya adalah Ustad Hasan Mi’mar Qumi. Hiasan ukiran ubinnya telah direnovasi pasca revolusi Islam Iran.

3. Finial-finial shahn besar:
Terletak di shahn besar (shahn baru atau shahn otabak) di hadapan iwan kaca. Dihiasi dengan ukiran ubin persegi delapan yang ditulisi dengan nama-nama suci Allah, Muhammad dan Ali dari atas ke bawah sebanyak empat kali.

(Hauzah-Maya/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: