Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Jawa Timur. Show all posts
Showing posts with label Jawa Timur. Show all posts

Karangploso Malang Tempat Pendidikan Gerakan ISIS


Riduansyah dan kawan-kawan yang tertangkap tersebut berasal dari Sulawesi dan Kalimantan. Mereka dilatih selama 1-3 tahun di desa Tegalgondo sebelum diberangkatkan ke Suriah.
 
Simpatisan ISIS nampaknya tumbuh sumbur di kabupaten Malang, Jawa Timur. Bukan hanya sekedar menjaring simpatisan ISIS bahkan menjadikan kawasan itu sebagai salah satu tempat pendidikan pengikut gerakan Takfiri.

Menukil laporan Radar Malang cetak, pada Sabtu, 16/05/15, mereka dilatih dan diberi pengetahuan sebelum diberangkatkan ke Suriah. Masih menurut Radar Malang, simpatisan ISIS dari seluruh Indonesia sebelum diberangkatkan ke Suriah mendapatkan pendidikan di pondok Qurani Jundullah.

Pondok ini lokasinya berada di belakang kampus III Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), tepatnya berada di dusun Gondang, desa Tegal Gondo, Kecamatan Karang Ploso.

Terbongkarnya tempat pendidikan ISIS diketahui setelah tertangkapnya rombongan Muhammad Riduansyah di bandara Juanda pada kamis 14/05/15 lalu, yang merupakan buronan badan intelijen negara (BIN) dan 5 orang lainnya yang berencana terbang ke malaysia menuju Turki, dan selanjutnya menuju ke Suriah.

Riduansyah dan kawan-kawan yang tertangkap tersebut berasal dari Sulawesi dan Kalimantan. Mereka dilatih selama 1-3 tahun di desa Tegalgondo sebelum diberangkatkan ke Suriah.

Setelah terbongkar,  papan nama pondok Jundullah sudah tidak terpasang lagi di depan pintu gerbang pondok. Penduduk setempat mengaku tidak tahu menahu tentang aktivitas pondok tersebut, karena selama ini memang tertutup untuk umum dan tidak semua orang bisa masuk ke pondok Qurani Jundullah.
(Islam Times/Shabestan/ABNS)

Sedang Darurat, Mahasiswa Papua Demo Ragukan Presiden Jokowi

Alisasi Mahasiswa Papua melakukan unjuk rasa di depan DPRD Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (19/5/2015). Aksi ini untuk menyambut Konferensi Tingkat Tinggi Melanesian Spearhead Grup (MSG) pada 21 Mei 2015.

Aliansi Mahasiswa Papua di Malang, Jawa Timur menggelar demonstrasi terkait akses jurnalis Internasional di pulau mereka.
Menurut mahasiswa Paua, upaya Presiden Joko Widodo untuk membuka jurnalis asing tersebut masih sebatas wacana.

Unjuk rasa itu berlangsung di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang, Selasa (19/5/2015). Unjuk rasa ini dilakukan lebih dari 20 mahasiswa asal Papua di berbagai perguruan tinggi di Malang.

Wilson Nawipa selaku juru bicara memaparkan, keputusan Presiden Jokowi membuka akses jurnalis asing belum memuaskan masyarakat Papua.
Ini disebabkan kenyataan kehidupan kebebasan pers Papua selama 53 tahun menjadi bagian dari Indonesia sangat buruk.

Menurut Wilson, masyarakat Papua selama ini dijauhkan dari kehidupan dunia internasional.Tak hanya kehidupan internasional, media di Papua juga sulit mendapatkan akses. Ini membuat peristiwa kekerasan dan kebrutalan militer di Papua tak terdengar, atau dibungkam.
"Akses jurnalis ke Papua selama ini cenderung untuk merayu rakyat Papua," tambah Wilson.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo memastikan untuk membuka akses jurnalis internasional di Papua saat menghadiri panen raya, Kampung Wameko, Hurik, Merauke pada 10 Mei 2015.

Kala itu ia menyatakan bahwa jurnalis bebas meliput berbagai macam hal di Papua. Jurnalis asing juga tak perlu meminta izin khusus dari Kementerian Luar Negeri untuk meliput di Papua.

Walau demikian, pernyataan Joko Widodo itu masih belum ditindaklanjuti hingga kini. Kata Wilson, belum ada informasi, atau aturan baru di Papua terkait mekanisme peliputan para Jurnalis asing di sana.
Selain berbicara soal akses jurnalis di Papua, aliansi ini juga menyerukan perlidungan terhadap etnis Melanesia atau Papua Melanosoid.

Berdasar Data United Liberalition Movement for West Papua (ULMWP) sebanyak 269 aktivis ditangkap, sepanjang 30 Maret-1 Mei 2015.

Menurutnya, Papua kini dalam kondisi darurat sipil. Ini menyusul penembakan aparat militer terhadap Leonardus Magai Yogi. Aksi penembakan terjadi menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Melanesian Spearhead Group (MSG).

Dengan latar belakang itu, mereka pun mendukung Kemerdekaan West Papua. Bahkan, kata Wilson, negara di kawasan Melanesia juga mendukung kemerdekaan Papua.

Negara Melanesia itu seperti Papua New Ginie, Fiji, Vanuatu, Solomon Island dan New Caledonia.
ULMWP, katanya, merupakan representasi rakyat papua. Mereka menyerukan dan mendukung penuh keanggotaan West Papua di MSG. Deklarasi tersebut akan disampaikan secara serentak di 9 Negara dan 20 Kota pada 21 Mei mendatang.

"Warga Sorong sampai Merauke mendukung keluar dari Negara Indonesia," lanjutnya.
Meski demikan, demonstrasi para mahasiswa ini berlangsung lancar dengan pengawalan sekitar 50 polisi dari Polresta Malang.

Mereka dengan bebas berorasi di sekitar Tugu Kota Malang, memperlihatkan berbagai poster dukungan seperti
"West Papua Back to Family", "Stop Pemusnahan Etnis Melanesia", "West Papua for MSG", "TNI Polri Stop Diskriminasi dan Intimidasi", dan "Segera Buka Akses Jurnalis Internasional."

(Adrianus Adhi)

(Source)


Karangploso Malang Tempat Pendidikan Gerakan ISIS


Riduansyah dan kawan-kawan yang tertangkap tersebut berasal dari Sulawesi dan Kalimantan. Mereka dilatih selama 1-3 tahun di desa Tegalgondo sebelum diberangkatkan ke Suriah.
 
Simpatisan ISIS nampaknya tumbuh sumbur di kabupaten Malang, Jawa Timur. Bukan hanya sekedar menjaring simpatisan ISIS bahkan menjadikan kawasan itu sebagai salah satu tempat pendidikan pengikut gerakan Takfiri.

Menukil laporan Radar Malang cetak, pada Sabtu, 16/05/15, mereka dilatih dan diberi pengetahuan sebelum diberangkatkan ke Suriah. Masih menurut Radar Malang, simpatisan ISIS dari seluruh Indonesia sebelum diberangkatkan ke Suriah mendapatkan pendidikan di pondok Qurani Jundullah.

Pondok ini lokasinya berada di belakang kampus III Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), tepatnya berada di dusun Gondang, desa Tegal Gondo, Kecamatan Karang Ploso.

Terbongkarnya tempat pendidikan ISIS diketahui setelah tertangkapnya rombongan Muhammad Riduansyah di bandara Juanda pada kamis 14/05/15 lalu, yang merupakan buronan badan intelijen negara (BIN) dan 5 orang lainnya yang berencana terbang ke malaysia menuju Turki, dan selanjutnya menuju ke Suriah.

Riduansyah dan kawan-kawan yang tertangkap tersebut berasal dari Sulawesi dan Kalimantan. Mereka dilatih selama 1-3 tahun di desa Tegalgondo sebelum diberangkatkan ke Suriah.

Setelah terbongkar,  papan nama pondok Jundullah sudah tidak terpasang lagi di depan pintu gerbang pondok. Penduduk setempat mengaku tidak tahu menahu tentang aktivitas pondok tersebut, karena selama ini memang tertutup untuk umum dan tidak semua orang bisa masuk ke pondok Qurani Jundullah.

(Source)

300 WNI Terlibat ISIS di Suriah

Dialog program nasional pencegahan terorisme Badan Nasional Penanggulangan Terorisme di kampus UIN maulana Malik Ibrahim (Foto: M Nasrul Hamzah/MT)

Wawan Purwanto, tim ahli dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menyatakan, hingga tahun ini ada 300 Warga Negara Indonesia (WNI) bergabung dengan kelompok Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).

Jumlah itu, kata Wawan kemungkinan bisa bertambah, seiring maraknya pengiriman WNI ke Syiria. Kasus terakhir terjadi di daerah Lamongan.
“Yang terdata, 300 warga Indonesia sudah bergabung dengan ISIS,” kata Wawan, saat sosialiasi di UIN Maliki Malang, Rabu (19/11) sore.

Mereka yang berangkat ke Suriah, oleh ISIS diberi modal 1.500 USD, untuk akomodasi dan transportasi. Sasarannya remaja berusia antara 17-25 tahun, selanjutnya mereka dididik secara kilat di Suriah.

Sebelum sampai Suriah, rekrutan dari Jawa Timur mengalami prosesi cuci otak di kawasan Bangil. Setelah doktrin mereka ternoda oleh pendirian negara Islam, para relawan ini diterbangkan ke Suriah melalui Kuala Lumpur dan Singapura.

“Ini yang sangat berbahaya dan butuh ditanggulangi secara dini dengan sosialisasi, utamanya pada mahasiswa,” tuturnya.

Fenomen keterlibatan mahasiswa dan alumni perguruan tinggi dalam jaringan kelompok terorisme ini menunjukkan bahwa pengkajian ilmu agama masih kurang mendalam dan belum menjadi imun untuk penyebaran ideologi kelompok radikalis.

Dalam beberapa hal, faham radikal mendapat simpati dari masyarakat melalui pendiskriditan terhadap pemerintah dalam mengelola pemerintahan yang dikemas dalam nuansa keagamaan, dan hasilnya beberapa aliran keras dan radikal masih berkembang di Tanah Air. (mnh)

Sumber : http://malangtimes.com/berita/19112014/16660/300-wni-terlibat-isis-di-suriah.html

Perkebunan Kina Tempo Doeloe di Bandung Selatan


Perkebunan kina di Bandung Selatan Jawa Barat tahun 1954. Koleksi Tropenmuseum
Tempo doeloe dizaman kolonial Belanda perkebunan-perkebunan teh dan kina di Bandung Selatan sangatlah terkenal.

Dan tentunya bukan hanya terkenal karena kawasan Bandung Selatan yang sejuk, tapi karena dari hasil perkebunan kina dan teh mendatangkan kekayaan beribu bahkan berjuta gulden bagi pemilik perkebunan tersebut.

Tuan-tuan Belanda pemilik perkebunan menjadi kaya raya, makanya mereka bisa mencari hiburan dengan keluarga pergi ke Bandoeng menonton di Societeit Concordia, atau shoping ke Braga weg, atau belanja di mall-nya Londo Toko “De Vries” yang terletak di dekat  Societeit Concordia atau bahkan pulang berlibur ke negeri leluhur Holland.

Bagaimana tidak akan begitu karena saat abad ke 19 sampai awal abad ke 20, misal pada tahun 1939 Holland-Indische tercatat merupakan pemasok 90% kebutuhan kina dunia, dimana jumlah produksinya sebanyak  11.000 ton kulit kina kering per tahun.


Pekerja perkebunan teh dan kina di Ramawatia Priangan 1900 . Koleksi Tropenmuseum
Di pegunungan wilayah Bandung Selatan diatas ketinggian 1000 dpl yang bersuhu udara dingin, perkebunan kina dan teh didirikan.

Perpaduan antara udara sejuk dan kemolekan tanah Priangan telah melahirkan ide para pembuat cerita tentang kisah cinta. Kisah-kisah romantis, terutama ditulis dalam bahasa Sunda, menceritakan tentang kehidupan di kaki gunung Malabar dimana tuan-tuan Belanda atau indo banyak yang kepincut anak gadis pemetik teh. Atau cerita tentang mandor kebun  yang memperebutkan mojang pekerja di Perkebunan kina.

Nama Kina konon diambil dari nama anak gadis di Amerika Latin bernama Comtessa Del Cinchon yang menderita sakit demam akibat malaria. Dan secara tidak sengaja diobati oleh seorang dukun Indian dengan cara meminumkan air dari kulit pohon tertentu hingga sembuh. Maka kemudian pohon itu dinamakan chinchona atau kina.


Tuan Belanda dan anjingnya di perkebunan kina 1909. COLLECTIE TROPENMUSEUM.

Berbicara tentang kulit kina, bahwa kulit tersebut dibutuhkan dunia karena berguna untuk bahan obat terutama untuk penyakit malaria, penyakit jantung, depuratif, influenza, disentri, diare, minuman tonik, bahan baku kosmetika, dan industry penyamakan.

Perkebunan Kina
Di Indonesia lokasi penanaman adalah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatra Barat. Pohon kina tumbuh di daerah lembab dan relatif dingin. Tumbuh optimum di ketinggian 1400 – 1700 dpl
Jika Anda ingin mengetahui adak detil dalam hal penanaman pohon kina,  bahwa pembibitannya itu dengan cara stek sambung.

Pemeliharaan tanaman dengan penyulaman, penyiangan, pembubunan, dan pemupukan. Jangan lupa disetiap usaha pertanian selalu ada hama untuk kina adalah ulat dan penggerek, tentu ada cara pembasmiannya.
Tentang cara pemanenan, bagian yang dipanen adalah kulit batang, dahan, cabang dan ranting. Bahwa panen dengan cara tebang ketika pohon kina sudah berumur 9 – 11 tahun. yaitu caranya secara berurutan mulai penebangan, terus diambil kulitnya yaitu dengan cara kulit dilepas dari batang dengan cara dipukul-pukul.
Kemudian dilakukan pencucian kulit kina, lalu dijemur dibawah terik matahari, atau memakai pemanasan dengan oven. Kemudian dilakukan penyortiran dari kotoran-kotoran yang menempel.

Lanjutnya, kulit kering dikemas dalam karung atau wadah lain, tulis identitas di bagian luar wadah mengenai nama bahan, kulit bagian mana, nama dan lokasi, kemudian juga jumlah beratnya.


Tuan Belanda diatas punggung kuda di Perkebunan 1860 – 1900, COLLECTION TROPENMUSEUM

Kinine Fabriek
Pabrik Kina terlahir dengan nama “Bandoengsche Kinine Fabriek”, pada zaman pendudukan Jepang namanya berubah menjadi “Rikugun Kinine Seisohjo”, setelah merdeka perusahaan ini tahun 1958 dinasionalisasi, di bawah nama PN. Farmasi dan Alat Kesehatan.

Tahun 1971 namanya diganti menjadi PT (Persero) Kimia Farma, dimana Pabrik Kina Bandung menjadi unit Produksi Bandung.

Pembangunan pabrik ini tidak terlepas dari berkembangnya perkebunan kina di wilayah Jawa Barat pada akhir 1800-an. Adalah Franz Wilhelm Junghuhn, seorang dokter ahli botani, yang pertama kali mengembangkan bibit tanaman kina di Priangan.


Pekerja perkebunan kina dan teh di Sedep Priangan siap untuk memuat potongan kayu kina 1920 – 1940 COLLECTIE TROPENMUSEUM.


Seorang pegawai sedang membuka kulit pohon kina dengan memakai bendo, riangan, 1945 – 1950. COLLECTIE TROPENMUSEUM.


Drying shed and packing house on a chinchona plantation, before 1930. COLECTIE TROPENMUSEUM.


Labourers packing chinchona bark for the medical industry 1940. COLLECTIE TROPENMUSEUM.


The quinine factory in Bandung, West-Java, 1900 – 1910. COLLECTIE TROPENMUSEUM.

Saat ini, tanaman kina yang dikelola PTPN VIII  seluas 3.004,29 Ha yang tersebar di 13 perkebunan. Kulit kina kering ini diproses menjadi SQ-7 yaitu garam kina yang mengandung quinine sulphate, quinine bisulphate, dan kandungan lain. Kini produksinya dilakukan oleh PT. Sinkona Indonesia Lestari (PT.SIL) sebagai anak perusahaan PTPN VIII. Produk perusahaan ini diekspor ke benua Eropa, Kanada dan Amerika
Bacaan:
Immage from KIT
Pdf Kina – Warintek  
Pekebunan Nusantara VIII 
Pangalengan Apa Adanya
Blog Prasetijo
Catatan Ide

Peringatan Hari HAM : Syiah Sampang dan Lumpur Lapindo Catatan Hitam Jawa Timur


Surabaya – Bertempat di kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, pemerintah didesak segera menyelesaikan kasus pelanggaran HAM terbesar di Jawa Timur, yaitu tragedy lumpur Lapindo dan kekerasan terhadap warga Syiah Sampang.

Mengutip dari VOA, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, menyoroti belum tuntasnya kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Jawa Timur, yaitu tragedi semburan lumpur Lapindo serta kekerasan terhadap warga Syiah Sampang. Kedua kasus itu hingga kini belum juga ada titik terang dalam penyelesaiannya, termasuk belum adanya langkah konkrit dari pemerintah untuk mengatasinya.

Kasus semburan lumpur Lapindo yang menenggelamkan belasan Desa di tiga Kecamatan di Sidoarjo, telah berlangsung lebih dari delapan tahun tanpa penyelesaian hak warga yang terlanggar. Sementara kasus kekerasan terhadap warga Syiah Sampang sudah berlangsung selama tiga tahun, yang menyebabkan terusirnya warga Syiah Sampang dari kampung halamannya sendiri.

Kasus Lapindo dan Syiah, Catatan Hitam Pelanggaran HAM di Jawa Timur
Koordinator KontraS Surabaya Andy Irfan Junaidi menegaskan, pemerintah di tingkat pusat hingga daerah harus segera membuat skema penyelesaian kasus kekerasan berlatar belakang agama serta sumber daya alam di Jawa Timur. Hal ini dimaksudkan, agar tidak menjadi preseden buruk pada penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya di Jawa Timur.

“Kita mendesak pemerintahan Jokowi, sekaligus juga pemerintah daerah di Jawa Timur untuk segera merancang skema yang lebih progresif, lebih maju dari skema yang dulu dimiliki oleh pemerintah sebelumnya baik dalam kasus kekerasan berlatar belakang konflik sumber daya alam seperti di Lapindo, maupun kasus berlatar belakang agama di Sampang,” kata Andy Irfan Junaidi, Koordinator KontraS Surabaya
“Sampai sekarang kita belum melihat ada skema itu, kita belum melihat ada keselarasan masing-masing lembaga negara, kementerian, maupun pemerintah di level paling bawah dalam berkomitmen untuk menuntaskan dua kasus ini,” lanjutnya.

Anggota Komisi bidang Kesejahteraan Rakyat DPRD Provinsi Jawa Timur, Agatha Retnosari mengatakan, masukan serta data yang diperoleh dalam diskusi kali ini akan dijadikan masukan kepada pemerintah pusat, terutama dalam menuntaskan pelanggaran HAM pada kasus luapan lumpur Lapindo maupun kekerasan terhadap warga Syiah Sampang.

Sementara itu, hak dasar berupa kesehatan dan pendidikan yang selama ini belum diberikan, DPRD Provinsi Jawa Timur kata Agatha, akan mendesak pemenuhannya oleh pemerintah daerah.
“Hasil diskusi ini adalah bukti, dan akan saya masukkan kepada laporan di Fraksi, supaya Fraksi PDI Perjuangan Jawa Timur bisa membawa ini ke nasional, sebagai masukan untuk Presiden Jokowi beserta kabinetnya, sehingga kita yang sudah lama, terutama korban Lapindo ini yang sudah lama terabaikan itu lebih terperhatikan. Karena kan pusat itu jauh ya dari Lapindo, itu tugas kita untuk kemudian menginput data dan informasi terkini,” jelas Agatha Retnosari.

Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan Hak Asasai Manusia, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Timur, Ninik Ariwanti menegaskan, lembaganya akan menjadikan dua kasus besar di Jawa Timur ini sebagai contoh penyelesaian kasus hukum dan hak asasi manusia, terutama untuk menghadirkan peran negara dalam penuntasan setiap persoalan hak asasi manusia yang terlanggar.
“Kita akan masukkan di dalam Ranham, (rencana aksi nasional daerah hukum dan hak asasi manusia) untuk memfasilitasi pemerintah, kabupaten terkait ya, Pemprov Jawa Timur dan Kabupaten Sampang ini untuk segera menyelesaikan secara komprehensif,” ungkap Ninik Ariwanti.

Sekarang hanya menjembatani-menjembatani ternyata dari pihak sini akan minta lebih, lebih dari sekedar untuk menjembatani, tetapi bagaimana negara ini bisa menegakkan NKRI ya, artinya bukan negara agama,” lanjut Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur.

Berziarah ke Tebuireng , Dubes Amerika Belajar Ajaran Gus Dur


Jombang – Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake Jr dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang Jawa Timur, Kamis 11 Desember 2014, menziarahi makam mendiang KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Mengenakan pakaian batik bermotif mega mendung warna ungu saat mengunjungi Pondok Pesantren Tebuireng, Blake ditemani Konsul Jenderal Amerika di Surabaya, Joaquin F. Monserrate, yang mengenakan batik warna hijau berlambang Nahdlatul Ulama.

Di pondok itu, Blake berdialog dengan pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Solahudin Wahid (Gus Solah). Di makam Gus Dur, Blake dan rombongan menabur bunga.
“Saya datang memberi penghormatan di makam Gus Dur, memperingati tahun ke-5 wafatnya Gus Dur,” ujar Robert O Blake.

Blake mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Gus Dur. Gus Dur, menurut dia, adalah tokoh yang berperan besar dalam memajukan demokrasi dan toleransi khususnya di Indonesia.
“Saya juga ingin mengetahui ajaran-ajaran yang diwariskannya. Karena itu saya bertemu dengan Gus Solah,” kata Blake.

Blake menilai sosok Gus Dur sebagai tokoh berpengaruh yang memberikan peranan yang sangat besar dalam menanamkan transisi demokrasi dan menumbuhkan perasaan saling menghargai dan toleransi.
“Saya sangat senang melihat ajaran Gus Dur. Antara lain demokrasi, HAM, pluralisme dan anti-kekerasan tetap bertahan dan diwujudkan oleh generasi muda Indonesia,” katanya.

Nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur tentang pluralisme, demokrasi dan hak azasi manusia (HAM) merupakan ajaran yang dijunjung bersama oleh Indonesia dan Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat, sosok Gus Dur cukup dikenal, bahkan ada yang menyamakannya dengan Martin Luther King, seorang aktivis kemanusiaan dan pemimpin dalam Gerakan Hak Sipil Afrika-Amerika.
Menjawab wartawan, Blake mengatakan, masyarakat AS sekarang sudah tidak ada ketakutan terhadap Islam. Karena ajaran agama Islam sudah banyak dipahami oleh masyakarat AS.

“Bahkan agama Islam sekarang di AS berkembang pesat. Di sejumlah negara bagian, Islam merupakan agama kedua terbanyak yang dianut masyarakat. Ini membuktikan Islam berkembang pesat di sana,” kata Blake, dalam bahasa Inggris.

Sementara itu, pengasuh Ponpes Tebuireng Gus Solah mengungkapkan, dia akan melakukan pertemuan lanjutan dengan Blake, guna menjelaskan ajaran-ajaran Gus Dur secara lebih detil.
Dia sempat meminta pemerintah AS mengirimkan siswa atau mahasiswa untuk “nyantri” di Ponpes Tebuireng.

“Santri kami ada yang belajar di AS. Jadi tak ada salahnya jika AS juga mengirimkan siswa atau mahasiswa ke sini, tinggal beberapa bulan di sini untuk belajar. Soal perbedaan agama tidak menjadi masalah, karena tujuannya untuk menuntut ilmu,” kata adik kandung Gus Dur ini.

Di Tebuirang, Blake juga melihat aktivitas belajar para santri. Selain didampingi Joaquin F. Monserrate, Blake dikawal Pejabat Politik dan Ekonomi Konjen Amerika di Surabaya, Joanne I. Cossitt.
Sebelumnya Dubes Blake dan rombongan mengunjungi SMP/SMK Unggulan NU di Mancilan, Mojoagung, yang mengadopsi “ajaran Gus Dur” dalam kurikulum pelajarannya.

Terkait Berita: