Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Charlie Hebdo. Show all posts
Showing posts with label Charlie Hebdo. Show all posts

Charlie Hebdo: Kami Tidak Akan Menggambar Lagi Gambar-gambar Nabi Islam


Laurent Sourisseau, penerbit dan editor majalah Perancis satir “Charlie Hebdo” mengumumkan majalahnya tidak akan lagi memublikasikan karikatur-karikatur Nabi Islam.

Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari situs Shafaqna, Sourisseau saat wawancara dengan harian Washington Post mengklaim, tujuan publikasi karikatur ini adalah membela asas kebebasan pers, bukan kritikan terhadap Islam. Kami dan tim kami dalam pekerjaan ini telah sampai pada tujuan kami, masyarakat dunia mengakui secara resmi hak kami untuk menggambar dan memublikasikan gambar-gambar karikatur.

Sebelumnya, Rénald ‘Luz’ Luzier, salah satu kartunis Charlie Hebdo yang terkenal dengan nama seni "Luz" mengumumkan bahwa di masa mendatang tidak akan menggambar lagi raut Nabi Islam.

Perlu diingat, pada bulan Januari tahun ini akibat serangan bersenjata ke kantor majalah Perancis Charlie Hebdo, di Paris, 12 orang termasuk Stephane Charbonnier, editor Charlie Hebdo dan dua polisi terbunuh.
Para pelaku penyerangan adalah dua saudara berumur 32 dan 34 tahun, dengan nama Cherif Kouachi dan Said Kouachi, yang selanjutnya teridentifikasi dan terbunuh di kota Damartn.

Laurent Sourisseau merupakan pengganti Stephane Vharbonnier, dalam editorial majalah ini.

(IQNA/ABNS)

Hollande Sebut Penembakan Di Charlie Hebdo Serangan Teroris


Presiden Prancis Francois Hollande dalam pidatonya menanggapi penembakan ke kantor tabloid Charlie Hebdo mengatakan insiden itu sebagai serangan teroris.
"Ini adalah serangan teroris, tidak salah lagi," kata dia, seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (7/1). "Ini operasi teroris terhadap kantor Charlie Hebdo. Dalam beberapa pekan terakhir juga terjadi serangan teroris."

Kantor Tabloid mingguan Prancis Charlie Hebdo hari ini diserang sekelompok pria bersenjata senapan Kalashnikov dan memakai topeng. Kepolisian Prancis mengatakan sedikitnya 12 tewas dalam insiden itu. Dua di antaranya adalah polisi.

Charlie Hebdo pada 2012 lalu pernah menerbitkan kartun bergambar Nabi Muhammad yang menghebohkan dunia internasional. Prancis saat itu terpaksa menutup sementara beberapa kedutaan dan sekolah di 20 negara karena khawatir serangan balasan. Pada November 2011 kantor tabloid itu juga pernah diserang ledakan bom setelah memajang karikatur Nabi Muhammad di halaman depan tabloid.

(Merdeka.com/ABNS)

Islamofobia di Perancis Meningkat


Sebuah lembaga non-pemerintah Perancis mengatakan dalam sebuah laporan bahwa langkah dan langkah dan aktivitas-aktivitas Islamofobia di negara ini selama enam bulan pertama tahun 2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu mengalami peningkatan 23,5 persen.
 
Laporan yang berjudul "Islamofobia di Perancis enam bulan setelah serangan teroris pada bulan Januari 2015", serangan terhadap masjid, ancaman pembunuhan terhadap perempuan-perempuan berhijab, penghinaan terhadap siswa Muslim oleh guru di sekolah, pelarangan mahasiswi mengenakan rok panjang, propaganda pidato-pidato dengan tema kebencian dan bahkan pernyataan perang terhadap umat Islam yang diperkenalkan sebagai mata-mata di masyarakat Perancis mengalami peningkatan dalam enam bulan pertama tahun 2015.

Menurut laporan, serangan fisik meningkat 500 persen dan serangan verbal meningkat hingga 100 persen di dalam bulan-bulan pertama tahun ini di Perancis.

Laporan ini menegaskan bahwa perempuan Muslim adalah korban utama dari Islamofobia di Perancis.

Laporan lembaga Perancis ini mengungkapkan bahwa sejumlah kecil kaum Muslimin melakukan protes terhadap aktivitas dan langkah Islamofobia ini, karena instansi-instansi yang terkait menolak keluhan-keluhan mereka.

Setelah insiden serangan terhadap kantor majalah satir Charlie Hebdo di Paris pada Januari yang lalu, gelombang besar propaganda anti-Islam di Perancis dimulai.

Sejumlah warga Perancis berupaya untuk menggunakan serangan itu untuk mendistorsi citra Islam dan Muslim.

(Shabestan/ABNS)

Teriakan “Jihad” Ustadz Ilham Arifin dan Teroris

Selebritis yang sedang bahagia (i.ytimg)

Sementara sang ustadz dengan garang dah gagah, teriak-teriak “Jihad” seolah-olah pemasangan spanduk hasutan sektarian itu representatif keutuhan Islam. Pada saat yang sama sang Selebritis tetap hidup dengan tenang dan nyaman dengan kedua istri yang membahagiakan, dan menggerendel mulut rapat-rapat pada kasus pembunuhan tiga muslim di Amerika Serikat.
Kapan aksi terorisme dianggap bukan terorisme? Ketika pelaku terorisme bukan seorang Muslim. Seperti pembunuhan terbaru di AS ketika tiga orang muslim tewas dibunuh di rumah mereka di kompleks yang terkenal aman, di University of North Carolina, Chapel Hill, 10 Februari 2015 oleh teroris Amerika. Deah Shaddy Barakat (23), Istri Barakat Yusor Mohammad (21), dan adik perempuannya Razan Mohammad Abu-Salha (19) tewas ditembak teroris Craig Stephen Hicks (46).

Deah Shaddy Barakat adalah mahasiswa tahun kedua fakultas kedokteran jurusan gigi di universitas itu, sementara istrinya Yusor berencana akan masuk universitas musim gugur mendatang. Adiknya, tercatat sebagai mahasiswa di universitas yang sama tapi beda apartemen.

Sejauh ini, polisi belum merilis motif penembakan, hal yang menunjukkan ketidak seriusan dalam menangani kasus terorisme, sisi lain kurangnya pemberitaan media, benar-benar sesuatu yang mengerikan dan betapa murahnya harga, nyawa dan kehidupan Muslimin di negara itu. Bisa dibayangkan histeria media jika terdakwa teroris dalam kasus ini adalah seorang Muslim yang menembak tiga pemeluk Kristen Amerika kulit putih, misalnya.

Fox News yang selama ini menjadi komandan media Barat, pasti akan berteriak-teriak dan memegavonkan kalimat “terorisme” setiap lima detik di headline situsnya, sembari menyebarkan tuduhan semua Muslimin sebagai teroris.

Contoh terkecil adalah serangan terhadap masjid-masjid dan pusat-pusat Islam di seluruh Amerika Serikat akan diliput sebagai pemoles berita dan hanya mengikuti headline selebritis seperti yang terjadi pada berbagai kesempatan yang secara kasat mata bisa disaksikan pasca serangan Charlie Hebdo di Paris (7 Januari lalu) dan ketika Takfiri Wahabi membunuh satu warga Barat dalam tahanan mereka.

Hashtag #ChapelHillShooting seperti virus yang menjalar kemana-mana, setelah pembunuhan pertama kali dilaporkan semalam. Hampir semua tweets dan jaringan medsos menghujani kritik tajam media Barat dan AS yang nyaris tidak melaporkan pembunuhan itu.

Beberapa warga Amerika mengomentari serangan teroris itu dan mencoba membenarkannya dengan alasan sederhana, bahwa pembunuhan semacam itu sudah biasa terjadi di Amerika Serikat. Katanya, mengingat prevalensi senjata di tangan jutaan orang Amerika, namun hal ini bisa jadi benar, tetapi ada faktor lain yang diabaikan dalam dalih rekayasa ini.

Secara resmi sanksi dan boikot media dalam memberitakan aksi terorisme itu semata-mata dipicu oleh Islamophobia di Amerika Serikat. Muslimin terus-menerus digambarkan sebagai “musuh” dalam selimut. Bobby Jindal, -pendatang dari India-, Gubernur asal Louisiana, secara terbuka dan terang-terangan mengutuk Muslimin dan mengatakan jika warga muslim tidak menerima nilai-nilai Amerika, dan menyebutnya sebagai penjajah!

Jika segelintir umat Islam terlibat dalam beberapa insiden kekerasan di mana saja di dunia, agama Islam dengan lugas segera dikaitkan dengan itu. Mengabaikan kenyataan jutaan suara mayoritas muslimin berulang-ulang dengan keras mengutuk tindakan seperti itu, tetapi media korporasi hanya mengabaikan fakta dan menganggapnya sebagai retorika sampah.

Ada tuntutan konstan dari selruh Muslimin untuk mengutuk tindakan seperti itu, kepada media AS dan pemerintah Amerika Serikat. Muslimin punya tanggungjawab yang sama untuk mengutuk tindakan seperti itu ketika sekalipun hanya mendengar.

Jika umat Kristen dan Yahudi terlibat dalam serangan kekerasan dan terorisme terhadap Muslimin, agama mereka jarang dikait-kaitkan. Sebuah kesimpulan jelas bahwa ada upaya massif yang disengaja untuk menjelekkan Islam dan Muslimin. Hal ini juga berlaku ketika non-Muslim terlibat dalam aksi teroris seperti tindakan tidak baik terhadap Muslim atau orang lain, maka media serentak menggambarkan pelaku terorisme sedang mengalami gangguan emosional atau tidak waras.

Contoh yang paling mencolok dari jenis pembenaran ini adalah pembunuhan massal yang dilakukan oleh Andre Brievik di Norwegia pada tahun 2011. Dia menembak dan membunuh 77 para pemuda di sebuah kamp namun ia tidak dikecam sebagai teroris Kristen, bahkan hukumnya pun di proses bertele-tele.
Dia bahkan oleh media dan peradilan tidak disebut sebagai neo-Nazi, sementara dia secara jelas seorang neo-Nazi sejati, dan memiliki hubungan dekat dengan kelompok-kelompok neo-Nazi dan Zionis sayap kanan di Amerika Serikat dan Inggris!.

Bulan lalu, Chris Phillip ditangkap di Ottawa, Kanada, dengan bahan kimia dan bahan peledak yang berencana menyerang sejumlah bangunan Federal. Oleh media, diapun lolos dari sebutan teroris.
Label teroris akan diterapkan hanya dan hanya untuk umat Islam. Apakah dia seorang sopir Muslim yang tidak sengaja memukul pejalan kaki di jalan, atau sedang membela diri, maka serempak media korporasi akan menuding ramai-ramai sebagai aksi terorisme.

Tapi, jika seorang Kristen, Yahudi atau Hindu dengan mudah mengambil pistol dari sakunya dan kemudian menembakkanya kepada muslim yang tidak bersalah dengan darah dingin, seperti yang baru saja terjadi di University of North Carolina, Cape Hill, Amerika Serikat, media serampak bungkam dan menolak sebagai akan aksi terorisme, tetapi itu adalah tindakan individu gila.

Dan demikian juga hal ini terjadi di Indonesia, ketika sekitar 30 orang dari berbagai unsur elemen, termasuk FPI, FBR dan elemen-elemen Masyarakat lain pada Rabu 12/02/15, menurunkan spanduk provokatif di komplek perumahan mewah,- sumbangan diktator Libya, Moammar Qaddafi, ustadz selebritis Ilham Arifin di Bogor, media mainstream serentak mengasah tajam mata pena, meghujamkannya tepat diubun-ubun muslim Syiah dan pendukung Syiah. Sementara sang ustadz dengan garang dah gagah, teriak-teriak “Jihad” seolah-olah pemasangan spanduk hasutan sektarian itu representatif keutuhan Islam dan pelakunya adalah para teroris yang mesti dibinasakan.

Pada saat yang sama sang Selebritis tetap hidup dengan tenang dan nyaman dengan beberapa istri yang membahagiakan, menggerendel mulut rapat-rapat pada kasus pembunuhan tiga muslim di Amerika Serikat. [Islam Times/Onh/Ass]
Sumber : Islam Times

Ulama Pakistan Saat Wawancara dengan IQNA: Tujuan Penistaan terhadap Kesucian-kesucian Agama adalah Menghalau Perkembangan Islam di Barat


PAKISTAN - Tujuan para penista yang berulang kali merusak kesucian-kesucian agama dan mencoreng nila-nilai Islam adalah menghalau perkembangan Islam di Barat dan membutakan motivasi para non-muslim untuk mengenal agama suci ini. 

Qari Abdul Rahman, imam Jumat masjid Jami’ Safir, peneliti dan sekretaris jenderal kantor urusan Islam Balochistan-Pakistan saat wawancara dengan IQNA, dengan menjelaskan hal ini mengatakan, penistaan terhadap agama suci Islam, khususnya penistaan kehormatan Rasulullah (Saw) merupakan kebijakan usang para musuh bebuyutan Islam; musyrikin dan orang-orang kafir sesuai penuturan Al-Quran adalah para musuh Islam dan mereka senantiasa menciptakan problematika untuk kita, kaum muslimin; tindakan majalah satire Perancis Charlie Hebdo dalam memublikasikan kembali karikatur anti-Islam juga dilakukan dalam rangka ini.
Dia terkait dengan kewajiban kaum muslimin di hadapan jenis Islamfobia ini, khususnya pada titik kritis masa ini mengatakan, di hadapan penistaan akhir kepada Islam dan Rasulullah (Saw), kami kaum muslimin juga bersalah, jika kita bersatu, maka mereka tidak akan berani melakukan kelancangan demikian, kaum muslimin sadar, namun para pemimpin sebagian rezim tidak memiliki kelayakan memimpin kaum muslimin, mereka tidak menunjukkan reaksi serius di hadapan bentuk penistaan ini, semua negara-negara Islam dengan kekuatan penuh harus memaksa PBB supaya menghalau sepak terjang menista ini, tindakan-tindakan ini merupakan contoh aktivitas-aktivitas teroris dan harus menggolongkan penistaan anti-kesucian-kesucian agama ini juga dalam barisan terorisme.

Demikian juga, imam Jumat masjid Jami Safir Balochistan-Pakistan mengisyaratkan tujuan terpenting para Islamofob akan penistaan kesucian dan menegaskan, mereka dengan hal ini hendak menghalau perkembangan Islam dan kebangkitan Islam dengan segala bentuk yang ada, mereka hendak memanifestasikan Islam sebagai agama radikal dan tidak benar dan menjauhkan masyarakat dari Islam suci. Tujuan para penista yang berulang kali merusak kesucian-kesucian agama dan mencoreng nila-nilai Islam adalah menghalau perkembangan Islam di Barat dan membutakan motivasi para non-muslim untuk mengenal agama suci ini.

Peneliti dan Sekretaris Jenderal Kantor Urusan Islam Balochistan-Pakistan terkait pengaruh tindakan semacam ini dalam proses perkembangan Islam mengatakan, para musuh Islam berupaya keras merintangi perkembangan Islam, namun sejarah menjadi saksi bahwa dengan hal-hal ini tidak akan dapat menghalau perkembangan Islam; sebaliknya masyarakat dengan antusias lebih mencari hakikat agama suci Islam.
Qari Abdul Rahman dalam menjawab pertanyaan ini, yaitu apakah dapat dikaitkan antara Islamfobia dengan takfiri dan gerakan-gerakan takfiri, menjelaskan, sebagaimana saya katakan, para pemimpin sebagian negara-negara Islam adalah boneka-boneka negara Barat dan Amerika, mereka untuk kesinambungan pemerintahannya berperantarakan arogansi dan memberikan kemuliaan di tangan mereka, ini semua menyebabkan kehinaan Islam dan umat Islam. Para rezim ini untuk menyempurnakan dan membantu para tuannya berpegang dengan para kelompok teroris, mendukung mereka dan menciptakan perselisihan di kalangan mazhab-mazhab Islam; kelompok takfiri sejatinya adalah penyempurna program-progam para Islamofob.

Di penghujung, ulama agama ini mengisyaratkan solusi menghadapi Islamfobia dan menegaskan, menurut saya kebangkitan dan kecerdikan kaum muslimin, persatuan antar mazhab Islam dan melaksanakan petuah-petuah para ulama dan pemuka agama, seperti Imam Khomeini (ra), Maulana Maududi dan Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah kinerja terbaik melawan Islamfobia, jika kita mengamalkan bimbingan-bimbingan para pemimpin bijaksana ini akan ajaran-ajaran Al-Quran dan sunnah Nabi (Saw) dan umat muslim dengan kebangkitannya melengserkan rezim-rezim boneka Barat dan menghapus sistem toghut dan menjalankan sistem Islam suci dan Al-Quran serta mengenalkan citra Islam sejati kepada masyarakat dunia, maka kita dapat memiliki dunia yang kosong dari bentuk kekerasan. Kami meyakini bahwa keamanan, kecintaan, perdamaian tidak akan didapat dalam sistem-sistem manapun, kecuali hanya dalam Islam semata.

Direktur Umum ISESCO: Dialog Peradaban Penting untuk Koeksistensi Bersama dan Dukungan terhadap Perdamaian Dunia


IRAN - Direktur Umum Organisasi Ilmu, Kebudayaan dan Pendidikan Islam (ISESCO) menganggap dialog antar peradaban sebagai urgensitas penting untuk koeksistensi bersama antar bangsa dan dukungan terhadap perdamaian dunia. 

Dr. Abdulaziz Otsman al-Tuwaijri, lewat pidatornya dalam konferensi dengan tema Peran Universitas dan Markas-markas Kebudayan dan Riset dalam Dialog Peradaban, yang dimulai hari Selasa (27/1/2015) di kota Riyadh, ibukota Arab Saudi dengan menjelaskan hal ini mengatakan, dialog peradaban merupakan nilai-nilai luhur kemanusiaan,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari kantor berita ISESCO.
Konferensi yang diselenggarakan dengan diprakarsai oleh Jawatan Dialog Peradaban Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Riyadh yang bekerjasama dengan Universitas Pantheon Sorbonne Paris 1 masih terus berlanjut sampai sekarang ini (28/1/2015).

Dr. Al-Tuwaijri dengan menegaskan bahwa dialog peradaban merupakan nilai-nilai luhur kemanusiaan menegaskan, sumber dialog antar peradaban adalah pengetahuan, dimana Allah Swt dalam surat al-Hujaraat ayat 13 berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” telah meletakkannya sebagai salah satu dari tujuan penciptaan.

“Dialog peradaban dalam kondisi dunia sekarang ini yang mana gelombang kebencian dan fanatisme telah melambung dan fenomena ekstremisme dan terorisme semakin meningkat, merupakan sebuah urgensitas pasti, yang mana para cendekiawan dunia Islam harus melakukan pencerahan terhadapnya,” ucapnya.
Direktur Umum ISESCO mengisyaratkan insiden terakhir Paris dan serangan ke kantor mingguan Perancis Charlie Hebdo dan mengatakan, harian ini dengan dalih kebebasan pers sudah terbiasa melakukan penistaan kesucian-kesucian kaum muslimin dan memublikasikan gambar-gambar menghina Rasulullah Saw dan masalah ini untuk kita semua adalah kesempatan supaya kita berfikir dan menegaskan bahwa terorisme dalam segala bentuk yang ada adalah hal kebencian, fanatisme, ekstremisme, kebodohan realita, kedangkalan dan tidak adanya pemahaman tujuan-tujuan tinggi risalah samawi dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Permintaan Maaf Harian Jepang Karena Memublikasikan Karikatur Menista Islam


TOKYO - Harian Tokyo Shimbun meminta maaf kepada umat muslim karena telah memublikasikan gambar sampul mingguan Perancis Charlie Hebdo di halaman pertamanya. 

“Harian Jepang ini dalam edisi sebelumnya menjustifikasikan demikian bahwa tindakan ini telah mengizinkan kepada pembaca untuk mengambil keputusan terkait problem yang muncul karena gambar karikatur yang menistakan Nabi Islam, Muhammad Saw,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari cannel Al-Alam.
Namun, kemarin hari dengan memublikasikan sebuah makalah dengan nama Permintaan Maaf kepada Kaum Muslimin mengklaimkan, harian kami dengan memublikasikan karikatur menista Rasulullah (Saw) telah melukai sensitivitas kaum muslimin.

Harian ini menambahkan, terdapat pesan-pesan protes dari pihak dua organisasi muslim Pakistan di Jepang yang telah melukai sensitivitas mereka atas pemublikasian gambar sampul majalah dan sangat terkejut sekali atas tindakan ini.

Dua organisasi Pakistan ini dengan berkumpul di depan kantor harian Jepang pada tanggal 22 Januari 2015, memprotes tindakan ini; namun Koran mengkalim bahwa tindakan ini sama sekali tidak bermaksud menghina Islam.

Musuh, Penyebab Kebaikan/ Eskalasi Impresif Penjualan Al-Quran di Perancis


PARIS  - Sejumlah naskah-naskah Al-Quran terjual laris di Perancis setelah serangan teroris ke kantor mingguan Charlie Hebdo, yang telah memublikasikan karikatur yang menistakan kesucian Nabi. 

“Toko buku La Procure di Paris, ibukota Perancis mengabarkan kenaikan drastis penjualan naskah-naskah Al-Quran selama beberapa hari setelah serangan teroris di Perancis,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari Al-Kanz.

Cardall Vitora, Penanggung jawab bagian agama toko buku ini dalam menjawab radio Perancis Culture yang menanyakan, apakah Anda sampai sekarang ini menyaksikan fenomena semacam ini, mengatakan, tidak, sejatinya ini adalah untuk pertama kalinya. Ketika penayangan film Rahiban Tibhirine (dokumenter tujuh biarawan Perancis yang terbunuh oleh kelompok teroris bersenjata pada tahun 1996 M di gereja Tibhirine, propinsi Médéa - Algeria) permintaan buku-buku terkait Islam dan komunikasi kaum muslimin dan umat Kristiani melonjak, namun terkait Al-Quran, ini adalah pertama kalinya terdapat permintaan semacam ini.

Delegasi Minoritas Kristiani di Majelis Pakistan: Penistaan terhadap Rasulullah Saw adalah Perbuatan Setan


PAKISTAN - Ms. Asiya Nasir lewat kecaman tindakan penistaan majalah Charlie Hebdo dalam memublikasikan kembali karikatur yang melecehkan kesucian Nabi mendeskripsikan pelecehan kehormatan ini sebagai perbuatan setan. 

Menurut laporan IQNA, Ms. Asiya Nasir, Anggota Majelis Nasional Pakistan dan Delegasi Minoritas Kristiani kota Quetta mengecam penistaan majalah satire Perancis Charlie Hebdo terhadap Rasulullah (Saw) dan menegaskan, umat Kristiani Quetta juga ikut berpartisipasi dalam demonstrasi kaum muslimin dan dengan hal ini mengumumkan bahwa menurut kami, penistaan ini sangat dikecam.

“Saling menghormati kepada agama dan kitab-kitab samawi dalam perspektif kesemuanya adalah layak untuk dihormati dan tidak ada seorangpun yang berhak untuk menistakan agama-agama ini,” tambahnya.
Dia menegaskan, mereka yang menyebabkan pensitaan ini dan demikian juga mengafirmasikan tindakan ini dengan dalih kebebasan press perlu tahu bahwa tindakan-tindakan semacam ini akan menyebabkan kondisi menjadi lebih fatal dan akan menyebabkan peningkatan konflik antar peradaban.

Anggota Majelis Nasional Pakistan ini meminta inspeksi tindakan-tindakan penistaan semacam ini dari pihak PBB di dunia.

Tingkatkan Oplah, Charlie Hebdo Hina Nabi Muhammad Saw


Di tengah protes luas Muslimin dunia, Charlie Hebdo tetap menerbitkan edisi terbarunya dengan sampul bergambar karikatur Nabi Muhammad Saw lebih dari tujuh juta eksemplar.

Fars News (24/1) melaporkan, surat kabar Perancis Le Figaro menulis, perusahaan MLP, distributor majalah mingguan satir Charlie Hebdo, Jumat (24/1) mengumumkan, “Edisi terbaru Charlie Hebdo bertema “orang-orang yang selamat” dengan gambar karikatur Nabi Muhammad Saw dicetak ulang dan oplahnya melampaui tujuh juta ekslempar.”

Menurut perusahaan distributor ini, hingga akhir Sabtu, tujuh juta eksemplar majalah Charlie Hebdo edisi terbaru berhasil dipasarkan dan sejak Senin lalu 300 ribu eksemplar dicetak.

Dua pekan lalu Charlie Hebdo menerbitkan karikatur menghina Nabi Muhammad Saw dan sepekan setelahnya kembali melakukan penghinaan yang sama dalam lima juta eksemplar. Langkah ini spontan memicu kemarahan Dunia Islam dan Muslimin dari seluruh penjuru dunia.

Kantor majalah satir Charlie Hebdo yang kerap menerbitkan karikatur-karikatur menghina tokoh-tokoh yang dihormati Islam khususnya Nabi Muhammad Saw, beberapa waktu lalu diserang orang bersenjata. Akibatnya 12 orang termasuk dua polisi tewas.

Oplah majalah ini biasanya hanya mencapai beberapa ribu eksemplar saja, namun dewan direksi berusaha meningkatkan oplah majalah tersebut.

Terkait Berita: