Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Nabi Muhammad Saw. Show all posts
Showing posts with label Nabi Muhammad Saw. Show all posts

Hollande Sebut Penembakan Di Charlie Hebdo Serangan Teroris


Presiden Prancis Francois Hollande dalam pidatonya menanggapi penembakan ke kantor tabloid Charlie Hebdo mengatakan insiden itu sebagai serangan teroris.
"Ini adalah serangan teroris, tidak salah lagi," kata dia, seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (7/1). "Ini operasi teroris terhadap kantor Charlie Hebdo. Dalam beberapa pekan terakhir juga terjadi serangan teroris."

Kantor Tabloid mingguan Prancis Charlie Hebdo hari ini diserang sekelompok pria bersenjata senapan Kalashnikov dan memakai topeng. Kepolisian Prancis mengatakan sedikitnya 12 tewas dalam insiden itu. Dua di antaranya adalah polisi.

Charlie Hebdo pada 2012 lalu pernah menerbitkan kartun bergambar Nabi Muhammad yang menghebohkan dunia internasional. Prancis saat itu terpaksa menutup sementara beberapa kedutaan dan sekolah di 20 negara karena khawatir serangan balasan. Pada November 2011 kantor tabloid itu juga pernah diserang ledakan bom setelah memajang karikatur Nabi Muhammad di halaman depan tabloid.

(Merdeka.com/ABNS)

Kelompok Muslim Arizona Memperingatkan tentang Demo Anti-Islam

Imraan Siddiqi, CAIR-AZ Chairman

 Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengatakan demonstrasi yang direncanakan terhadap Islam di Arizona menunjukkan bagaimana orang-orang di Amerika Serikat menentang agama.
 

Sekelompok orang diperkirakan akan berkumpul di luar sebuah masjid Phoenix pada hari Jumat (29/5/15) untuk memprotes penembakan di kontes kartun Nabi Muhammad di Texas.

Presiden dewan Phoenix Imraan Siddiqi menyerukan umat Islam untuk menjauh dari masjid untuk menghindari konflik.

"Saya tidak akan pergi dan berbicara dengan orang-orang ini," katanya. "Ini bukan forum untuk dialog."

"Jangan salahan bahwa, mereka tidak mengatakan mereka ingin membersihkan Amerika dari Islam radikal, mereka mengatakan mereka ingin membersihkan Amerika dari Islam," kata Siddiqi.

Mantan Marinir Jon Ritzheimer menyelenggarakan demo anti-Islam.

Awal bulan ini, dua orang bersenjata melepaskan tembakan di luar Curtis Culwell Center di mana sebuah kelompok anti-Islam, Amerika Freedom Defense Initiative, yang mementaskan kontes dengan penghargaan $ 10.000 untuk penggambaran atas Nabi.

Seorang penjaga keamanan tertembak di bagian kaki bawah. Dua orang bersenjata, yang diidentifikasi sebagai Elton Simpson dan Nadir Soofi dari Phoenix, ditembak dan dibunuh.

Dewan Hubungan Amerika-Islam mengutuk serangan itu.

Polisi meningkatkan keamanan di dekat masjid setelah peserta didorong untuk datang bersenjata "hanya dalam kasus Amandemen Pertama kami berada di bawah banyaknya serangan antisipasi."

(Source)

Mengapa Rasulullah Pewaris Para Nabi?


Ruang dan waktu tertentu memiliki keutamaan khusus yang tidak dimiliki oleh ruang dan waktu yang lain. Salah satu waktu yang memiliki keutamaan istimewa adalah bulan Sya’ban.
Untuk menggapai keutamaan yang dimiliki oleh bulan Sya’ban, kita harus melakukan amalan dan menempatkan diri di jalur anugerah Ilahi berdatangan. Salah satu amalan yang sangat utama di bulan Sya’ban adalah salawat Sya’baniah.

Salawat Sya’baniah adalah sebuah teks salawat yang selalu dibaca oleh Imam Zainal Abidin ketika waktu azan tiba. Salawat ini bisa dikelompokkan dalam dua bagian besar: pertama tentang pengenalan imam dan kedua permohonan kepada Allah supaya kita bisa memanfaatkan keistimewaan bulan Sya’ban.

Salah satu frasa salawat Sya’baniah adalah mawdhi’ir risālah; tempat menerima risalah.

Terdapat perbedaan antara posisi kenabian dan kerasulan. Kerasulan lebih tinggi daripada kenabian. Setiap rasul pastilah seorang nabi. Tetapi tidak harus seorang nabi pasti menjadi seorang rasul. Seorang nabi bertugas menunjukkan jalan kehidupan dunia dan akhirat kepada masyarakat. Tetapi, seorang rasul, di samping memiliki tugas seorang nabi, juga memiliki tugas-tugas lain sebagai hujjah Ilahi untuk seluruh umat manusia.

Frasa tersebut di atas menegaskan bahwa seluruh tugas yang pernah dimiliki oleh para nabi terdahulu terkumpul menjadi satu dalam diri Nabi Muhammad saw. Untuk itu, sudah layak beliau disebut pewaris para nabi.

(Shabestan)

Mesin Politik Barat, Penebar Jahiliah Modern Masa Kini


Periode sebelum Rasulullah saw diutus menjadi nabi dan utusan Allah disebut “jahiliah pertama”. Masyarakat yang hidup pada periode ini memiliki banyak keserupaan dengan periode sebelum kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman, lantaran mereka meliburkan rasio dan rasionalitas dan pasrah diri terhadap segala bentuk kejahilan.
Untuk itu, periode akhir zaman disebut “jahiliah kedua”.

Jahiliah kedua lebih berbahaya dibandingkan dengan jahiliah pertama. Masyarakat pada masa Rasulullah menyembah berhala kayu. Tetapi masyarakat yang hidup sebelum kemunculan Imam Mahdi as menyembah berhala manusia. Berhala-berhala ini berusaha melawan imam Ilahi dengan berpedang teguh kepada al-Quran dengan menggunakan tafsir bir ra’y.

Imam Mahdi as akan memusnahkan jahiliah ini, persis seperti tindakan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.

Lantaran urgensi jahiliah modern ini, mari kita renungkan bersama wejangan Rahbar berikut seputar isu ini:

Siapakah yang akan dilawan oleh resep (Islam) ini? Kejahilan umat manusia. Kejahilan manusia ini bukan berarti sebagai anonim seluruh penemuan yang berhasil digapai di dunia kontemporer ini. Apabila umat manusia berhasil menggapai aneka ragam ilmu pengetahuan, tetapi mereka tidak mengenal hubungan kemanusiaan yang sahih, maka mereka adalah masyarakat jahil. Apabila mereka berhasil menggapai puncak ilmu pengetahuan, tetapi masih meyakini dua kasta masyarakat, maka mereka adalah masyarakat jahil. Jika mereka berhasil menggapai berbagai kemajuan di bidang materi, tetapi landasan kehidupan mereka adalah kezaliman; orang-orang kuat menginjak-injak orang lemah, maka mereka adalah masyarakat jahiliah. Mereka inilah yang akan menimpakan petaka terhadap umat manusia.

Mesin-mesin politik Barat adalah penebar semangat jahiliah yang telah dimusnahkan oleh Rasulullah ketika beliau diutus menjadi nabi. Ketidakadilan, diskriminasi, pelecehan terhadap kemuliaan manusia, membesar-besarkan masalah seksual, dan pameran wanita adalah peradaban busuk Barat.

(Shabestan)

Tujuan Imam Mahdi Terwujud Melalui Karbala


Simetri dan keselarasan antara Imam Mahdi as dan Imam Husain as menjadi tema utama yang dikupas oleh Hujjatul Islam Mujtaba Kalbasi manajer Pusat Kajian Mahdiisme kemarin dalam program televisi yang berjudul “Qarar-e Jom’eh”.
“Terdapat simetri historis antara 27 Rajab hari bi’tsah Rasulullah saw, 3 Sya’ban hari kelahiran Imam Husain as, dan 15 Sya’ban hari kelahiran Imam Mahdi,” ujar Kalbasi.

Dalam sabda Rasulullah saw, lanjut Kalbasi, Imam Mahdi dan Imam Husain adalah imam umat manusia. Rasulullah pernah menekankan bahwa Hasan dan Husain adalah imam, baik mereka berdiri atau duduk. Berkenaan dengan Imam Mahdi, beliau juga pernah bersabda bahwa ia termasuk anak cucu beliau dan imam terakhir.

Dari sisi nama, terdapat simetri yang indah antara Imam Mahdi dan Rasulullah sendiri. Nama mereka adalah Muhammad. Lanjut Kalbasi menekankan.

Kalbasi melanjutkan, tujuan utama gerakan dan kebangkitan Imam Husain as adalah memperbaiki umat manusia. Dalam sebuah hadis, beliau pernah menekankan tidak bangkit untuk kesombongan dan mencari kekuasaan. Beliau hanya ingin untuk memperbaiki umat kakek beliau. Kebangkitan Imam Mahdi as juga demikian. Beliau bangkit untuk memperbaiki kondisi politik, sosial, dan lain sebagainya.

Salah satu contoh gamblang dari tujuan tersebut, ujar Kalbasi, adalah memusnahkan para penguasa lalim. Dalam sebuah ucapan, Imam Husain pernah menekankan, “Apakah kalian tidak menyaksikan kebenaran sudah tidak diamalkan lagi dan orang-orang bejat memegang tampuk kekuasaa?” Dalam doa Nudbah kita membaca, Imam Mahdi adalah simpanan Ilahi untuk mematahkan tulang punggung orang-orang yang zalim.

(Shabestan)

Keserupaan Imam Mahdi dengan Dzul Qarnain


Mempelajari titik kesamaan antara Imam Mahdi dan figur-figur besar sejarah pasti bisa dapat membantu kita untuk mengenal beliau dengan baik.
Pada kesempatan ini, mari kita simak keserupaan Imam Mahdi as dengan Dzul Qarnain sebagai salah satu figur sejarah agung kita.

Dzul Qarnain bukan seorang nabi. Tetapi, ia mengajak seluruh masyarakat kepada Allah, tauhid, dan ketakwaan. Imam Mahdi juga bukan seorang nabi, karena nabi pamungkas kita adalah Nabi Muhammad saw. Tetapi, Imam Mahdi juga mengajak seluruh umat manusia kepada Allah dan ketakwaan.

Dzul Qarnain adalah seorang hujjah untuk masyarakat kala itu. Imam Mahdi juga adalah seorang hujjah untuk seluruh semesta alam.

Allah mengangkat Dzul Qarnain ke langit dunia sehingga ia bisa menyaksikan seluruh luas bumi ini dari sisi timur hingga barat. Dia menganugerahkan ilmu kepadanya sehingga bisa digunakan untuk memisahkan antara yang hak dan yang batil. Dzul Qarnain pernah menerima ilham supaya melanglang buana di seluruh negeri. Allah juga mengangkat Al-Qa’im hingga area yang lebih tinggi dari langit pertama, dan lantas mengembalikannya ke bumi ini.

Dzul Qarnain pernah mengalami masa gaib dari kaumnya dalam jangka waktu yang sangat panjang. Imam Mahdi as juga mengalami masa kegaiban yang sangat panjang hingga saat ini.

Dzul Qarnain pernah menguasai timur dan barat. Imam Mahdi juga akan menguasai seluruh semesta.

Sumber: Mikyâl Al-Makârim

(Shabestan)

Media Sosial, Penebar Kerusakan di Akhir Zaman


Hadis-hadis tentang akhir zaman mengisahkan banyak realita yang sangat mengerikan. Masa depan yang suram dan jauh dari nilai kemanusiaan sedang menanti generasi umat manusia ini.
Tentu, maksud hadis-hadis ini adalah masyarakat yang menjauhkan diri dari tuntunan Ilahi dan merasa cukup dengan akal pikiran mereka sendiri.

Dalam sebuah prediksi tentang etika dan spiritualitas masyarakat manusia di masa depan, Rasulullah saw pernah bersabda, “Satu hal pertama yang akan diangkat dari umat ini adalah rasa malu dan amanat,” (Nahj Al-Fashāhah, jld. 1, hlm. 197).

Malah dalam hadis lain, Rasulullah saw menekankan bahwa masa yang akan datang kelak akan lebih buruk dibandingkan dengan masa sebelumnya. Beliau bersabda, “Tidak akan datang masa kepada kalian kecuali masa setelahnya akan lebih buruk darinya,” (Yawm Al-Khalāsh, jld. 1, hlm. 8430.

Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, “Kala itu, keburukan dan bid’ah dari satu tahun lebih buruk daripada tahun sebelumnya,” (Muntakhab Al-Atsar, hlm. 431).

Malah dalam sebuah hadis ditegaskan, masyarakat sudah tidak merasa malu ketika melakukan keburukan dan mereka rela mengeluarkan biaya mahal untuk menyewa penyanyi maksiat, (Bihār Al-Anwār, jld. 52, hlm. 264).

Prediksi negatif tentang masa depan suram ini sekarang sedang terjadi di masa kita. Keburukan dan kerusakan berlaju dengan pesat, dan tak ada satu pun kekuatan yang bisa membendungnya. Semua dekadensi ini sudah merasuki seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat kita, baik dalam rumah tangga dan kehidupan sosial sehari-hari. Semua ini dipermudah dengan kehadiran fasilitas-fasilitas jejaring sosial dimulai dari situs jejaring sosial hingga telpon genggam yang bisa dengan mudah dibawa. Yang menarik, tak seorang pun bisa mengontrol aktivitas virtual yang terjadi di jejaring-jejaring sosial ini.

(Shabestan)

Rahbar: Kita Harus Menghadapi Jahiliah Modern dengan Waspada


Dalam rangkah memperingat 27 Rajab, hari pengangkatan Nabi Muhammad saw menjadi utusan Ilahi, Rahbar Revolusi Islam Iran (RII) hari ini menggelar pertemuan terbuka dengan para petinggi negara, para duta besar negara-negara Islam, dan seluruh lapisan masyarakat di Tehran.
Dalam pertemuan akrab ini, Rahbar mengajak seluruh kita supaya memetik pelajaran dari peristiwa bi’tsah ini untuk dijadikan bekal menghadapi jahiliah modern dengan sangat waspada.

“Jahiliah modern sungguh lebih berbahaya dan lebih memiliki perlengkapan dibandingkan dengan jahiliah kuno pra Islam. Faktor utama pembentuk jahiliah modern ini adalah imperialisme dunia yang diprakarsai oleh Amerika Serikat,” tukas Rahbar.

Pengalaman 35 tahun lalu, lanjut  Rahbar, membuktikan bahwa dengan dua kekuatan “bashirah” dan “kemauan keras” kita bisa mengalahkan jahiliah ini.

Dalam sejarah bi’tsah, ungkap Rahbar, Rasulullah tidak hanya menghadapi jahiliah di Jazirah Arabia, tetapi seluruh sistem jahiliah yang mendominasi seluruh imperium kala itu.

Menurut penilaian Rahbar, dua unsur pembentuk utama jahiliah kuno kala itu adalah “syahwat” dan “amarah”. Sekarang jahiliah modern juga sedang direproduksi dengan berlandaskan pada dua unsur yang sama.

“Sekarang ini, kita sedang menyaksikan praktik syahwat yang tidak logis, tak terkontrol, dan pembantaian umat manusia yang tak kenal batas. Karena jahiliah ini diperlengkapi dengan ilmu pengetahuan, maka itu sangat lebih berbahaya,” pungkas Rahbar.

(Shabestan)

Ada Mayat di Kubah Masjid Nabi…?!

Selain Masjid Nabawi, tempat bersejarah dan penuh berkah lainnya di kota Madinah adalah kompleks pemakaman Baqi. Di tempat itulah dimakamkan para imam ahlulbait, keluarga nabi, dan juga para sahabat termasuk kalangan syuhada. Dahulu, tempat tersebut cukup rapi dengan bangunan dan kubah tempat orang berkumpul untuk berziarah. Sampai akhirnya, kelompok Wahabi menguasai Jazirah Arab.

Secara bertahap dan dengan alasan yang rapuh, pada hari Rabu 8 Syawal 1345 H bertepatan dengan 21 April 1925, pemakaman Baqi dihancurkan secara total oleh Raja Abdul Aziz dari Arab Saudi. Pada tahun yang sama, ia juga menghancurkan makam manusia suci di Jannatul Mualla (Mekkah) di mana ibunda Nabi Muhammad (Siti Aminah as.), istri Nabi, kakek dan leluhur Nabi dikuburkan. (Baca: Makam Keluarga dan Sahabat Nabi Dihancurkan).

Pemakaman Baqi tahun 1903

Ada satu bangunan berkubah yang belum dihancurkan: Kubah Hijau Nabi. Ada sebuah kisah tentang usaha penghancuran kubah Masjid Nabawi yang layak diambil hikmahnya oleh kita. Inilah sebuah mukjizat yang telah terjadi sekitar 90 tahun yang lalu yang disampaikan oleh Syekh az-Zubaidi, yang disebut sebagai ahli sejarah Madinah.

Seseorang berusaha untuk menghancurkan Kubah Masjid Nabawi di mana di dalamnya terdapat makam Nabi Muhammad saw. Namun, ketika orang itu memanjat kubah dan memulai menghancurkannya, tiba-tiba sebuah kilat menyambarnya dan ia tewas seketika. Tidak ada seorangpun yang mampu memindahkan mayat tersebut dari atas kubah.

Dikisahkan pula, ada orang saleh dari Madinah yang dalam mimpinya mendengar sebuah suara yang mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang bisa mengangkat mayat tersebut dari kubah. Hal itu sebagai sebuah peringatan dan pelajaran bagi mereka yang berpikir dan berusaha untuk menghancurkannya di masa mendatang!

Akhirnya, mayat tersebut tetap berada di atas kubah dan ditutupi dengan kotak hijau agar tidak terlihat oleh orang-orang. Wallahualam.


Catatan: You don’t have to believe this article. Anda bisa mencari gambar Kubah Hijau yang lain dan menemukan semacam titik berwarna gelap karena kotak tersebut telah diikat dengan tali. Informasi ini pertama kali saya dapat dari seorang ustaz yang menjadi pembimbing haji. Jika ingin berbagai artikel ini jangan lupa sertakan sumbernya. Shallû ‘ala an-nabî wa âlih…


(Sumber

Separuh Ilmu Menurut Rasulullah Saw


Rasulullah saw bersabda:

حُسنُ السُّؤالِ نِصفُ العِلمِ.

“Pertanyaan yang baik (tepat) adalah separuh dari ilmu.”
Kasyf Al-Ghummah, jil. 1, hal. 575.

Pasti kamu sering melihat teman-teman yang menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tak berguna. Perbuatan seperti itu tidak bermanfaat untuk diri mereka dan juga orang lain.
Tapi ada sebagian anak yang bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang bagus, dan pertanyaan seperti itu berguna bagi mereka dan juga orang lain.

Arah Tanduk Setan


TANDUK SETAN DI ATAS KA'BAH.
Anda orang Islam yang percaya bahwa lambang bulan sabit dan bintang lima adalah simbol yang murni Islami patut dikasihani karena ke'naifannya.


Lambang bulan sabit adalah simbol penyembahan berhala Romawi. Adapun bintang lima sebenarnya adalah simbol zionisme yahudi yang diadopsi oleh gerakan komunisme yang juga didirikan oleh orang-orang yahudi. Simbol bulan sabit pertama kali diadopsi oleh orang-orang Turki, yang sebelumnya adalah orang-orang Romawi penyembah simbol bulan sabit. Namun saya masih belum menemukan orang-orang Islam mana yang pertama memasukkan simbol bintang lima sebagai simbol Islami.

Setelah diterima luas di kalangan Islam, simbol bulan bintang kini telah ditinggalkan oleh sebagian umat Islam, terlihat dari masjid-masjid yang tidak lagi menggunakan simbol tersebut di atas menaranya. Perlu dicatat bahwa Rosulullah dan para sahabat serta para pengikut Islam awal tidak mengenal simbol ini. Demikian juga orang-orang Shiah dari dahulu hingga sekarang.

Namun di sisi lain, perkembangan yang lebih mengkhawatirkan juga terjadi. Bulan sabit ditinggalkan, namun diganti dengan simbol tanduk setan. Dan tanduk setan itu kini tengah mengangkangi Ka'bah, tempat paling suci umat Islam di seluruh dunia sepanjang sejarah.Berbeda dengan bulan sabit, "tanduk setan" sebenarnya telah dikenal oleh umat Islam awal. Dalam kitab hadits "Shahih" tulisan Bukhari yang dianggap sebagai kitab paling afdhol oleh sebagian besar umat Islam disebutkan, suatu hari Rosulullah berkata pada orang-orang sambil menunjuk rumah Aishah (istri Rosulullah): "Di sinilah sumber fitnah, tempat munculnya "tanduk setan""

Beberapa saat sebelum meninggal, Rosulullah memberikan perintah kepada umat Islam untuk menyingkirkan segala simbol kekotoran dari sekitar kota suci Mekkah dan Jazirah Arab. Untuk itu beliau memerintahkan pengusiran orang-orang kafir dan mushrik dari tanah Arab. Namun kita bisa menyaksikan sendiri saat ini, amanat Rosulullah tersebut telah dikhianati oleh orang-orang Arab Saudi. Mereka mengundang pasukan kafir Amerika untuk membangun markas di Jazirah Arab. Tidak hanya itu, orang-orang Arab Saudi bahkan mengundang orang-orang kafir dan musrik untuk membangun kota Mekkah dan tinggal di sana hingga kota Mekkah kini hampir tidak berbeda dengan kota-kota maksiat lainnya.

Namun semua itu masih belum seberapa dengan pengkhianatan ini: membangun simbol "tanduk setan" raksasa di atas Ka'bah.Para pembela regim Saudi boleh saja berdalih membela pembangunan Menara Ka'bah yang menempatkan simbol "tanduk setan" di puncaknya dengan dalih Rosulullah pernah bersabda bahwa Dajjal (iblis dalam wujud fisik) tidak bisa memasuki Mekkah yang dijaga ribuan malaikat, jadi tidak mungkin simbol serupa tanduk di atas Menara Ka'bah adalah simbol "tanduk setan". Fine, tapi Rosulullah juga tidak pernah mengatakan bahwa para penganut iblis tidak bisa memasuki dan menguasai Mekkah.

Setelah penghancuran tempat-tempat bersejarah umat Islam di sekitar Makkah dan Madinah, termasuk penghancuran rumah Rosulullah dan kemudian penempatan prajurit-prajurit kafir Amerika-yahudi di Jazirah Arab maka tidak bisa diragukan lagi bahwa pembangunan menara "tanduk setan" di atas Ka'bah adalah bukti telah berkuasanya zionisme atas kota suci Mekkah. Maka jadi beralasan jika salah satu misi Imam Mahdi kelak adalah membebaskan Mekkah dari kejahilan dan kemusrikan.



Dalam hadis shahih Bukhari Muslim disebutkan bahwa Nabi pernah bersabda kelak dari Najd akan muncul Qarn al-Syaithan (tanduk syaithan, atau agen iblis) yang membuat huru hara dan keonaran. Musailamah al-kadzzab dari Nejd, mayoritas pendukung Khawarij dari Nejd, Osama bin Laden dari Nejd. Wahabi menyatakan ada jisim bagi Dzat Allah SWT…

Menyamakan Dzat Allah dengan makhluk dengan mengatakan dan meyakini bahwa Allah mempunyai mata,wajah,tangan,telapak kaki.. Mereka juga berkeyakinan bahwa Allah bersemayam (duduk) diatas ‘Arasy.. Padahal Allah Maha Perkasa, tidak butuh mata,wajah,tangan,kaki dan sama sekali tidak membutuhkan sedikitpun dari makhluk-Nya(‘Arsy).. Dan Allah Maha Suci dari sifat bersemayam. 

Wahhabi mengingkari firman Allah: “Laisa kamitslihi syaiun’”(QS.Asy-Syura:11) yang artinya: “Dia(Allah) tidak menyerupai segala sesuatu apapun(baik dari satu segi maupun dari semua segi).” 

seorang ikhwan mengirim email ke saya dan mengatakan kepada saya bahwa pengkatagorian Wahabi sebagai kelompok Khawarij itu kurang lengkap, karena Wahabi tidak anti Bani Umaiyah bahkan terhadap Yazid bin Muawiyah pun membelanya. Dia memberi difinisi kepada saya bahwa Wahabi adalah gabungan sekte-sekte yang telah menyesatkan ummat Islam, terdiri dari gabungan Khawarij, Bani Umaiyah, Murji’ah, Mujassimah, Musyabbihah dan Hasyawiyah. 

Teman itu melanjutkan jika anda bertanya kepada kaum Wahabi mana yang lebih kamu cintai kekhalifahan Bani Umaiyah atau Abbasiyah, mereka pasti akan mengatakan lebih mencintai Bani Umaiyah dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat yang pada intinya meskipun Bani Abbas tidak suka juga pada kaum alawi tapi masih ada ikatan yang lebih dekat dibanding Bani Umaiyah, dan Bani Umaiyah lebih dahsyat kebenciannya kepada kaum alawi, itulah alasannya. 

Kesukaan mereka menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahlil bid’ah, itulah ucapan yang didengung-dengungkan disetiap mimbar dan setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. 

Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng Islam kan penduduk negeri ini. Diantaranya timbulnya fitnah perang padri yang penuh kekejian dan kebiadaban persis seperti ketika Ibnu Sa’ud dan Ibnu Abdul Wahab beserta kaumnya menyerang haramain. Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih tercampur kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu jasanya telah meng Islam kan 90 % penduduk negeri ini. 

Mampukah wahabi-wahabi itu meng Islam kan yang 10 % sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkapan orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwa ke negeri kita ini tentu orang-orang yang asal bunyi dan menjadi corong bicara kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir lainnya (Naudzu Billah min Dzalik). Klaim Wahabi bahwa mereka penganut As-Salaf, As-Salafushsholeh dan Ahlussunnah wal Jama’ah serta sangat setia pada keteladanan sahabat dan tabi’in adalah omong kosong dan suatu bentuk penyerobotan HAK PATEN SUATU MAZHAB. 

Mereka bertanggung jawab terhadap hancurnya peninggalan-pininggalan Islam sejak masa Rasul suci Muhammad s a w, masa para sahabatnya r a dan masa-masa setelah itu. Meraka menghancurkan semua nilai-nilai peninggalan luhur Islam dan mendatangkan arkeolog-arkeolog (ahli-ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan pra Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata dsb. Mereka dengan bangga setelah itu menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, maka jelaslah penghancuran nilai-nilai luhur peninggalan Islam tidak dapat diragukan lagi merupakan pelenyapan bukti sejarah hingga timbul suatu keraguan dikemudian hari. 

Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-ngaku sebagai faham yang hanya berpegang pada Al Qur’an dan As-Sunnah serta keteladanan Salafushsholeh apalagi mengaku sebagai GOLONGAN YANG SELAMAT DSB, itu semua omong kosong dan kedok untuk menjual barang dagangan berupa akidah palsu yang disembunyikan. Sejarah hitam mereka dengan membantai ribuan kaum muslimin di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang di namakan Saudi, suatu nama bid’ah karena nama negeri Rasulullah s a w diganti dengan nama satu keluarga kerajaan yaitu As-Sa’ud). Yang terbantai itu terdiri dari para ulama-ulama yang sholeh dan alim, anak-anak yang masih balita bahkan dibantai dihadapan ibunya. ==========================================

DUA TANDUK SETAN DATANG DARI NAJD. 
Rukun Yamani tidak menghadap ke arah Timur, tapi lurus ke selatan atau ke laut Merah. Yg arah timur persis justru Hajar Aswad. Sedang pintu Ka’bah menghadap ke arah Iran sekarang. Kalau dilihat dari Mekkah atau Madinah, Yaman memang memanjang dari arah sisi timur sampai agak ke selatan (meski tidak persis). 

Khalifah dagang dimasa itu yg mau ke Yaman mengambil jalur tradisionil arah ke selatan (searah sudut Yamani) kemudian membelok agak ke tenggara. Sehingga masih cukup wajar kalau salah satu sudut ka’bah dinamakan sudut Yamani, meski secara geografis arahnya tidak persis mengarah ke Yaman. Kalau mau jelas lihat petanya di : Google Maps ( http://maps.google.com/?ie=UTF8&t=k&om=1&ll=21.422615%2C39.826196&spn=0.001878%2C0.003031 ). 
Sangat akurat karena berdasar photo satelit. Menurut sejarah dan peta kuno Arabia, Najd (Nagd) merupakan nama tradisional sebuah desa di dataran tinggi Arabia Tengah. Ketinggiannya berkisar antara 1700 sampai 3200 meter. Dari Mekkah arahnya ke timur (sebenarnya agak ke tenggara) terletak antara Thaif dan perbatasan Yaman. Sampai sekarang desa itu masih ada. 

Soal Irak ataukah Najd : Dikutip dari Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Irak): Ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Irak; - satu di antaranya berasal dari kota Uruk (atau Erech) dari masa Kerajaan Sumer. 

Pendapat lainnya mengatakan bahwa Irak berasal dari bahasa Aram, yang berarti "tanah sepanjang tepian sungai." Pendapat lainnya mengatakan bahwa Irak adalah sebuah rujukan kepada akar pohon palma, karena jumlahnya banyak sekali di negara itu. Di bawah Dinasti Sassanid Persia, ada wilayah yang dinamai "Erak Arabi" yang merujuk ke bagian dari wilayah barat daya Kekaisaran Persia, yang kini merupakan bagian dari Irak selatan. Al-Iraq adalah nama yang digunakan oleh orang-orang Arab sendiri untuk daerah ini sejak abad ke-6. Jadi Irak bukan Najd dan Najd bukan terletak di Irak. 

Orang Mekkah jaman nabi juga tau persis kalau mau ke Irak arahnya ke utara, bukan timur. Sedang kalau ke Timur itu ke Taif, bukan Yaman. Kalau ke Yaman, mereka bilang ke selatan. Kalau Najd (Nagd-Najran), memang bisa saja menunjuknya ke arah timur (tepatnya tenggara, tapi bahasa awam hanya akan menunjuk Timur-barat-selatan-utara). 

Dimasa dahulu, wadi Najran dikatakan pernah menjadi tempat pemukiman salah satu suku Yahudi. Entahlah, apakah suku ini masih tinggal disitu semasa nabi. Saya tidak begitu ingat, tapi sepertinya memang dimasa nabi dikenal adanya Yahudi dari Najran. Wallahu’alam. 

Rezim Wahabi akan Hancurkan Makam Nabi, Khalifah Abu Bakar & Umar.


Pada tahun 2007, Kementrian Urusan Islami Saudi Arabia menulis risalah amaliah berisi fatwa-fatwa Abdulaziz asy-Syaikh, mufti besar Wahabi Saudi, yang meminta perusakan kubah nabi dan meratakan makam Nabi dan makam Khalifah Abu Bakar serta Umar. Denah pembangunan Makkah: Klik gambar untuk memperbesar Denah pembangunan Makkah: Klik gambar untuk memperbesar 

Dengan mengisyaratkan rencana besar-besaran pemerintah Saudi Arabia untuk merusak bangunan-bangunan Islam, Koran Independent Inggris menulis: “Dengan Buldozer, Saudi Arabia Menghancurkan Sejarah Islam.” Seiring musim haji dan aktivitas pembangunan besar-besar di sekitar Masjid Nabawi, koran Inggris Independent itu mempublikasikan sebuah makalah karya J. Taylor, seorang penulis yang khusus mengisi kolom mazhabi.

Independent menulis: "Lewat pembangun ini, Saudi Arabia menghancurkan mayoritas tempat-tempat bersejarah Islam." Tiga masjid paling tua dari masjid-masjid di dunia akan hancur dalam proyek pembangunan bernialai milyaran Pound yang akan dilakukan Saudi yang katanya untuk memperluas tempat suci kedua kaum muslimin. 

Pembangunan yang akan dilakukan pada Masjid Nabawi (tempat di mana Rasulullah dimakamkan) akan dilaksanakan akhir bulan depan setelah musim haji tahun ini selesai. Jika proyek ini selesai, maka Masjid Nabawi akan berubah menjadi bangunan terbesar di dunia dengan kapasitas 1,6 juta orang. Perusakan tempat-tempat bersejarah dalam proyek ini membuat kecemasan meningkat dari berbagai kalangan. 

Sebelumnya, sikap acuh raja Saudi, Abdulah terkait penghancuran warisan bersejarah Mekkah sebagai tempat paling suci di negara itu membuat sebagian kalangan marah. Proyek pembangunan besar-besaran akan dilakukan di bagian barat Masjid Nawabi, yaitu tempat bersemayamnya sang pendiri Islam itu, termasuk daerah makam Nabi, dan makam Khalifah pertama Abu Bakar. Tepat di tembok sebelah barat bangunan saat ini terdapat dua masjid. Masjid Ghamamah juga terletak di sana; masjid yang untuk pertama kalinya Rasulullah melakukan shalat Eid di sana. Tak satu pun pembesar Saudi yang mengajukan keberatannya demi menjaga atau memindahkan ketiga masjid ini atau meneliti lebih dalam tentang poin-poin arkeologis masjid-masjid yang dibangun di abad ke-7 Masehi yang memiliki arsitektur era Utsmani ini. 

Hal ini membuat kalangan civitas akademik sangat cemas. Dalam sistem pemerintahan monarki yang benar-benar otoriter ini, mereka diam dan menggerendel mulut terkait penghancuran ini. Namun, DR. Irfan al-Alawi, dari Badan Penelitian Warisan Budaya Islam, yang memfokuskan perhatiannya sejak aktivitas 10 tahun lalu untuk mencegah perusakan tempat-tempat bersejarah Islam berkata: “Tak ada yang menyangkal bahwa Madinah memang membutuhkan perluasan. Tapi langkah yang diambil pemerintah membuat kita cemas. 

Ada banyak jalan yang bisa ditempuh agar disamping pembangunan yang dilakukan, tempat-tempat bersejarah Islam juga akan terjaga. Tapi mereka memang ingin semua tempat-tempat itu dihancurkan.” Penulis itu (J. Taylor) juga menuliskan, bahwa para pembesar Saudi menganggap diri mereka hanyalah pejabat yang bertanggung jawab mengambil keputusan. Menurut Taylor, Saudi yang ekonominya berporos pada transaksi minyak menganggap perluasan kota-kota ini sangat menguntungkan bagi mereka. 

Meski mereka harus menghabiskan dana milyaran dolar untuk memperluas kota-kota bersejarah yang ada. Para pembela warisan budaya dan sebagian pejabat setempat sangat kaget dengan langkah pemerintah yang merusak tempat-tempat bersejarah di Mekkah dan Madinah. Karena yang kemudian lebih banyak dibangun pemerintah adalah pusat-pusat belanja, hotel-hotel luks dan bangunan-bangunan pencakar langit. 

Yayasan Khalije Fars, yang berbasis di Washington, menghitung bahwa selama 20 tahun ini, lebih dari 95 % bangunan kuno yang berusia lebih dari 1000 tahun telah hancur di kedua kota ini. Di Mekkah, Masjidil Haram yang merupakan masjid tersuci bagi kaum muslimi dan tempat di mana seluruh kaum muslimin dipandang sejajar di sana, berada di bawah bayang-bayang bangunan Jabal Umr. 

Jabal Umr adalah bangunan yang terdiri dari beberapa gedung pencakar langit, beberapa hotel dan menara jam ‘Azimul Jitsah’. Para pembesar Saudi telah menghancurkan Benteng Ajyad dan bukit tempat benteng itu berada yang dibangun di era Utsmani. Tempat-tempat bersejarah lainnya juga hancur dalam proyek ini seperti tempat kelahiran Rasulullah yang saat ini telah menjadi sebuah perpustakaan. Juga rumah sayyidah Khadijah yang sekarang dijadikan beberapa toilet. Taylor juga menulis bahwa kedutaan Saudi di Inggris dan kementrian luar negri Saudi juga bungkam dalam hal ini. Tapi sebelum ini, Saudi menyebut pembangunan itu sangat dibutuhkan. 

Saudi juga menegaskan bahwa pihaknya telah membangun hotel-hotel untuk peziarah-peziarah faqir, tapi mereka yang menolak pembangunan itu mengatakan bahwa hotel-hotel yang dibangun itu sangat jauh dari tempat-tempat mazhabi dan hanya untuk kalangan orang kaya raya. Meski perusakan yang dilakukan di Madinah saat ini belum separah di Mekkah, tapi saat ini beberapa tempat bersejarah Islam juga sudah hancur. 

Dari 7 mesjid bersejarah yang dibangun sebagai kenang-kenangan Perang Khandaq, hanya 2 masjid yang tersisa. Sepuluh tahun sebelumnya, mesjid yang dibangun untuk mengenang cucu Rasulullah juga dihancurkan dengan dinamit. 

Foto-foto saat perusakan yang berhasil diambil diam-diam menunjukkan bahwa para polisi moral Saudi sangat gembira saat peledakan dengan dinamit itu dilakukan. Taylor juga menulis bahwa sebagian besar tindakan rezim Saudi dalam menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah Islam dapat dinisbahkan pada ketaatan rezim pada fatwa Wahabi Takfiri yang memiliki pandangan sangat kaku dan dangkal tentang Islam. Dia juga menulis bahwa para ulama Wahabi Saudi berada di balik perusakan itu dan mereka tengah berusaha merusak berbagai bangunan yang dibangun di era Rasulullah. 

Dr. Irfan al-Alawi dari Yayasan Riset Warisan Islam (Islamic Heritage Research Foundation) mengatakan, pembangunan yang tengah dilakukan di Madinah merupakan bagian dari proyek besar untuk mengurangi perhatian peziarah pada tempat pemakaman Nabi. Hal yang membuat prasangka ini muncul adalah kubah hijau tempat makam Rasulullah sekarang terletak di tengah masjid. Tapi dalam bangunan baru yang akan dibangun nanti (luasnya 8 kali lipat luas banguan sekarang), mimbar Nabi akan berada di tempat lain dan makam Nabi akan berada di bagian timur bangunan. 

Proyek perusakan mihrab shalat di tengah masjid juga sudah dirancang. Tempat ini adalah bagian Riyadh al-Jannah, tempat yang langsung dinamai sendiri oleh Nabi. DR. Alawi juga berkata: “Dalil mereka menciptakan ruangan yang lebih besar dan kapasitas satu bangunan yang sudah menampung 1,6 juta orang itu ditambah lagi sebanyak 20 orang. 

Ini sangat aneh. Tujuan asli mereka adalah menghilangkan perhatian peziarah pada makam Nabi." "Membisunya kamum Muslimin atas penghancuran Mekkah dan Madinah adalah bencana dan kemunafikan." "Film terbaru tentang Nabi Muhammad (saw) menyebabkan protes di seluruh dunia ... namun, penghancuran tempat kelahiran Nabi, di mana dari sana Muhammad Saw berdoa dan mendirikan Islam justru dibiarkan dihancurkan tanpa kritik apa pun," tambahnya. 

Pada tahun 2007, Kementrian Urusan Islami Saudi Arabia menulis risalah amaliah berisi fatwa-fatwa Abdulaziz asy-Syaikh, mufti besar Wahabi Saudi, yang meminta perusakan kubah nabi dan meratakan makam Nabi dan makam Khalifah Abu Bakar serta Umar. DR. Alawi juga sangat meyayangkan diamnya kaum muslimin terkait hal ini. Dia mengharapkan mereka-mereka yang melakukan demo mengecam film yang menghina Rasulullah juga berdemo mengecam perusakan tempat-tempat kelahiran Nabi Islam itu. "Film terbaru tentang Nabi Muhammad (saw) menyebabkan protes di seluruh dunia ... namun, penghancuran tempat kelahiran Nabi, di mana dari sana Muhammad Saw berdoa dan mendirikan Islam justru dibiarkan dihancurkan tanpa kritik apa pun,". [Islam Times/on/Fars]

Menara Setan Mekkah dan Tanda-tanda Kiamat.


Dalam Islam terdapat kewajiban untuk mempercayai bahwa semua perkataan Nabi Muhammad adalah kebenaran. Terkait dengan hal itu kita harus prihatin bahwa berdasarkan hadits (perkataan atau perbuatan) Nabi yang dianggap valid, akhir jaman tampaknya sudah dekat.

Hadits tersebut adalah bahwa salah satu ciri-ciri sudah dekatnya hari akhir adalah adanya fenomena "para pengembala bertelanjang kaki yang bodoh menjadi pemimpin dan berlomba-lomba membangun bangunan tinggi".Kitab hadits yang dianggap paling valid oleh sebagian besar umat Islam, Shahih Bukhari, menuliskan, "ketika para pengembala onta yang miskin berlomba-lomba membangun gedung tinggi". 

Riwayat lain dalam kitab yang sama menyebutkan ciri-ciri kiamat adalah, "ketika orang-orang yang bertelanjang kaki menjadi pemimpin umat."Kitab hadits paling valid kedua setelah Shahih Bukhari, yaitu Shahih Muslim menyebut, "kamu akan melihat orang-orang bertelanjang kaki dan dada, para pengembala miskin berlomba-lomba membangun gedung-gedung tinggi". Riwayat lain dalam kitab yang sama tertulis, "ketika orang-orang bertelanjang kaki dan dada menjadi pemimpin umat." 

Sedangkan riwayat ketiga dalam kitab yang sama tertulis, "ketika kamu menyaksikan orang-orang bertelanjang kaki dan dada, orang-orang yang tuli dan bodoh, menjadi raja di dunia."Ulama besar Ibnu Hajar dalam kitabnya Fath al-Bari menyebutkan bahwa istilah "orang-orang bertelanjang kaki dan dada" merupakan bentuk penggambaran orang-orang yang bodoh yang berasal dari kaum terbelakang, yang tidak memahami tentang agama. Gambaran ini identik dengan orang-orang Arab badui yang dalam Al Qur'an disebut sebagai "orang-orang yang tidak mengerti agama" (ma'af saya lupa nama surat dan ayatnya) dan "keterlaluan dalam kemunafikan" (yang ini saya ingat, QS At-Taubah 101).  

Sebagaimana kita ketahui, penguasa Arab Saudi dan negara-negara Arab Teluk saat ini berasal dari kalangan Arab badui yang tidak diketahui jelas asal-usulnya, bukan dari kalangan bangsawan atau ulama. Kita juga telah mengetahui penguasa badui itu telah membangun bangunan-bangunan pencakar langit. Mereka telah membangun bangunan tertinggi di dunia di Dubai bernama Burj Khalifa. Mereka juga telah membangun gedung pencakar langit setinggi 2.000 kaki di atas Ka'bah bernama "The Mecca Royal Clock Hotel Tower". 

Ya, bangunan itu merupakan hotel bintang lima triple plus. Di dalam kamar-kamarnya yang super nyaman itu para penguasa Arab atau orang-orang kaya yang bisa membayar puluhan juta rupiah semalam bisa menyaksikan kaum muslim yang berpakaian serba sederhana bermandi peluh melakukan ibadah haji atau umroh. Hotel super mewah yang dilengkapi juga dengan kasino dan berbagai sarana maksiat lainnya itu merupakan pemandangan yang sangat berkebalikan dengan kesederhanaan Ka'bah dan orang-orang beribadah di sekelilingnya. Kehadiran bangunan super megah itu juga mengganggu kekhusyukan ibadah para peziarah.Jika kita amati bentuk "The Mecca Royal Clock Hotel Tower", kita tentu akan teringat dengan bangunan menara dalam film "Lords of the Ring". 

Di puncak menara tersebut terdapat sebentuk "tanduk" yang memancarkan cahaya berbentuk mata di tengah-tengahnya. Itu adalah tanduk setan (satan's horn), simbol paling populer di antara para penyembah setan di dunia. "Tanduk setan" itu pula yang ada di puncak "The Mecca Royal Clock Hotel Tower". Di bawahnya terdapat kalimat dalam bahasa Arab yang merujuk pada "Allah" dan "Muhammad". Ya, kedua kalimat syahadat itu ditempatkan di bawah "tanduk setan", seakan memberi tanda bahwa Islam sudah tunduk pada kekuasaan setan.

Bagi umat Islam yang "berpikiran positif" dengan tidak berfikir "konspirasi teori" mengenai hal tersebut di atas saya tantang untuk menunjukkan referensi tentang simbol "tanduk setan" atau juga simbol "bulan sabit dengan bintang lima" dalam Islam. Alih-alih mendapatkannya, referensi yang didapat tentang simbol-simbol tersebut adalah bahwa simbol-simbol tersebut adalah simbol yang dijiplak dari budaya paganisme (penyembahan setan atau berhala)."The Mecca Royal Clock Hotel Tower" atau boleh juga disebut "menara tanduk setan", merupakan "Manara Babel" era modern. 

Dibangun sebagai bentuk kesombongan manusia di hadapan Tuhannya. Namun sebagaimana Menara Babel yang dibangun oleh penguasa Babilonia Raja Namrud, bangunan ini pun akan hancur tak berbekas dalam sekejap. Anda bertaruh? 

Lambang Tanduk Setan di atas Ka’bah.Tidak diragukan lagi bahwa pembangunan menara "tanduk setan" di atas Ka'bah adalah bukti telah berkuasanya zionisme atas kota suci Mekkah.Maka jadi beralasan jika salah satu misi Imam Mahdi kelak adalah membebaskan Mekkah dari kejahilan dan kemusrikan.Anda orang Islam yang percaya bahwa lambang bulan sabitnya adalah lambang Islam. Lambang bulan sabit adalah simbol penyembahan berhala Romawi.

Adapun bintang lima sebenarnya adalah simbol zionisme Yahudi yang diadopsi oleh gerakan komunisme yang juga didirikan oleh orang-orang Yahudi. Simbol bulan sabit pertama kali diadopsi oleh orang-orang Turki, yang sebelumnya adalah orang-orang Romawi penyembah simbol bulan sabit.Namun saya masih belum menemukan orang-orang Islam mana yang pertama memasukkan simbol bintang lima sebagai simbol Islami.

Setelah diterima luas di kalangan Islam, simbol bulan bintang kini telah ditinggalkan oleh sebagian umat Islam, terlihat dari masjid-masjid yang tidak lagi menggunakan simbol tersebut di atas menaranya.Perlu dicatat bahwa Rosulullah dan para sahabat serta para pengikut Islam awal tidak mengenal simbol ini. Demikian juga orang-orang Shiah dari dahulu hingga sekarang.

Namun di sisi lain, perkembangan yang lebih mengkhawatirkan juga terjadi. Bulan sabit ditinggalkan, namun diganti dengan simbol tanduk setan. Dan tanduk setan itu kini tengah mengangkangi Ka'bah, tempat paling suci umat Islam di seluruh dunia sepanjang sejarah.Berbeda dengan bulan sabit, "tanduk setan" sebenarnya telah dikenal oleh umat Islam awal.

Dalam kitab hadits "Shahih" tulisan Bukhari yang dianggap sebagai kitab paling afdhol oleh sebagian besar umat Islam disebutkan, suatu hari Rosulullah berkata pada orang-orang sambil menunjuk rumah Aishah (istri Rosulullah): "Di sinilah sumber fitnah, tempat munculnya "tanduk setan""Beberapa saat sebelum meninggal, Rosulullah memberikan perintah kepada umat Islam untuk menyingkirkan segala simbol kekotoran dari sekitar kota suci Mekkah dan Jazirah Arab.

Untuk itu beliau memerintahkan pengusiran orang-orang kafir dan mushrik dari tanah Arab. Namun kita bisa menyaksikan sendiri saat ini, amanat Rosulullah tersebut telah dikhianati oleh orang-orang Arab Saudi. Mereka mengundang pasukan kafir Amerika untuk membangun markas di Jazirah Arab.Tidak hanya itu, orang-orang Arab Saudi bahkan mengundang orang-orang kafir dan musrik untuk membangun kota Mekkah dan tinggal di sana hingga kota Mekkah kini hampir tidak berbeda dengan kota-kota maksiat lainnya.

Namun semua itu masih belum seberapa dengan pengkhianatan ini: membangun simbol "tanduk setan" raksasa di atas Ka'bah.Para pembela regim Saudi boleh saja berdalih membela pembangunan Menara Ka'bah yang menempatkan simbol "tanduk setan" di puncaknya dengan dalih Rosulullah pernah bersabda bahwa Dajjal (iblis dalam wujud fisik) tidak bisa memasuki Mekkah yang dijaga ribuan malaikat, jadi tidak mungkin simbol serupa tanduk di atas Menara Ka'bah adalah simbol "tanduk setan". Fine, tapi Rosulullah juga tidak pernah mengatakan bahwa para penganut iblis tidak bisa memasuki dan menguasai Mekkah.

Setelah penghancuran tempat-tempat bersejarah umat Islam di sekitar Makkah dan Madinah, termasuk penghancuran rumah Rosulullah dan kemudian penempatan prajurit-prajurit kafir Amerika-Yahudi di Jazirah Arab maka tidak bisa diragukan lagi bahwa pembangunan menara "tanduk setan" di atas Ka'bah adalah bukti telah berkuasanya zionisme atas kota suci Mekkah. Maka jadi beralasan jika salah satu misi Imam Mahdi kelak adalah membebaskan Mekkah dari kejahilan dan kemusrikan.

Hikayat Simbol Bulan BintangSiapa sangka simbol yang kerap diagung-agungkan oleh umat Islam se-dunia itu ternyata berasal dari budaya pagan?Sangat sulit saat ini untuk memisahkan Islam dengan simbol bulan bintang. Simbol tersebut sudah identik, seperti halnya tanda salib untuk Kristen dan bintang daud untuk Yahudi.Jauh sebelum kedatangan Islam di tanah Mekah, sekitar 670 SM, orang-orang Byzantium sudah menggunakan simbol ini untuk menggambarkan sang dewi bulan yang bernama Artemis (Romawi mengadopsinya menjadi Diana, dan Kartago mengadopsinya menjadi Tanit).Pada abad 2 SM, legion Romawi menyerbu Byzantium dan mendirikan Romawi Timur. Kendati menjadi penjajah, tidak serta merta mereka membuang semua yang berbau Byzantium.

Beberapa kebudayaan dan keyakinan Byzantium mereka serap ke dalam kebudayaan dan keyakinan mereka.Salah satu simbol agama yang diadopsi oleh orang-orang Romawi adalah bulan bintang tersebut.Pada masa pemerintahan Kaisar Constantinus I (306-337), bulan bintang dijadikan symbol ibu kota Konstantinopel (Constantinopolis). Di era pemerintahannya: lambang terpasang dimana-mana: mulai di gedung-gedung pemerintahan hingga di tempat-tempat peribadatan agama kaisar tersebut yakni Kristen Timur.Hal yang sama dilakukan oleh Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman) saat mereka menaklukan Konstantinopel pada 1453. Alih-alih menghancur-leburkan seluruh yang berbau Romawi Timur, mereka malah menambahkan lambang bulan bintang di bendera Ottoman yang tadinya hanya berbentuk segitiga berwarna merah polos.

Dari Kesultanan Utsmaniyyah simbol ini lantas menyebar ke negeri-negeri lain dan kerap dihubung-hubungkan dengan agama resmi kesultanan tersebut yakni Islam. Karena itu adalah wajar jika hari ini, ada belasan negara Islam yang memakai lambang bulan bintang dalam benderanya.Bahkan bukan hanya pada bendera, di tempat-tempat peribadatan orang Islam simbol ini pun dipasang sebagai ekspresi identitas spiritual. Padahal di era Nabi Muhammad pun identitas bendera umat Islam adalah warna hitam, putih atau hijau tanpa lambang atau tulisan apapun. Itu pun digunakan oleh pasukan Nabi, sebagai penanda posisi pasukan semata.

Syi’ah Imamiyah Akan Tumbuh Pesat karena Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual (televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi


Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual (televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi.

Sebagai akibatnya, media ini, khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut. Persoalan sebenarnya terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut memiliki perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan criteria nilai-nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial.Di sisi lain era kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang pengembangannya tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti. Dengan semangat yang tak pernah padam ini para saintis telah memberikan kontribusi yang besar kepada keseejahteraan umat manusia di samping kepada sains itu sendiri. Hal ini sesuai dengan identifikasi para saintis sebagai pecinta kebenaran dan pencarian untuk kebaikan seluruh umat manusia.

nabi ulul azmi menabuh gendrang dakwah untuk pertama kalinya, saat itu pula mereka menghadapi berbagai kendala dan konspirasi dari para pemuka orang-orang kafir dan penentang hak-hak manusia, Masalah ini menandai dimulainya konfrontasi abadi antra front kebenaran dan kebatilan sepanjang sejarah dimana hal ini tak dapat dihindari, kapan pun dan dimana pun. Namun perlu dicatat di sini bahwa tak ada satu pun dari agama samawi dan para pembawa pesannya yang menghadapi cobaan begitu berat dan pedih seberat dan sepedih apa yang dirasakan oleh Islam dan Nabi Muhammad saw. Berkaitan dengan hal ini, Nabi Muhammad saw bersabda: “Tidak ada satu nabi pun yang disakiti sebagaimana aku disakiti.”1

Sejak Nabi saw mendeklarasikan pesan: “Katakanlah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, niscaya kalian selamat” lalu beliau berdakwah secara terang-terangan, para pemuka kafir membentuk kekuatan dan front bersama untuk menghadapi dakwah ini dan mereka selalu berusaha untuk melenyapkannya. Dengan menutup mata atas semua perbedaan internal yang ada di antara mereka sendiri, pelbagai kekuatan batil hanya memfokuskan pada tujuan bersama mereka, yaitu mencegah tersebarnya pesan Islam ini dan kemudian menghancurkannya.

Salah satu perang yang dikobarkan untuk menentang kaum Muslimin adalah peperangan yang terkenal dengan dengan sebutan perang Ahzab. Dinamakan perang Ahzab karena dalam perang ini seluruh pembesar kafir bersatu padu untuk melenyapkan Islam yang baru dengan seluruh kekuatan yang mereka miliki.

Keistimewaan dan rahasia apa yang dimiliki ideology Islam sehingga membuat pelbagai kekuatan kebatilan kebakaran jenggot dan meradang seperti ini?
Tak diragukan lagi bahwa pesan abadi dan pembebas “kalimat tauhid-lah” yang menjadikan para pembesar kafir dan para tiran meradang dan gregetan alias gemas. Pesan inilah yang menafikan seluruh tuhan buatan dan pelbagai kekuatan palsu dan hanya mengakui secara resmi keberadaan satu Tuhan, Pencipta semesta alam.

Pesan inilah, sebagaimana saat turunnya, mampu menghancurkan semua infrastruktur yang salah,pelbagai tradisi dan budaya sesat yang telah mengakar dalam masyarakat di waktu itu dan membebaskan manusia di zaman itu dari pelbagai rantai yang membelenggu mereka dan melapangkan jalan kebangkitan dan penentangan kelompok tertindas terhadap pemegang kekuasaan yang zalim, hari ini pun bak pelita yang tetap menyala di tangan para pencari jalan kebenaran dan kaum tertindas.

Para tiran di zaman Nabi saw dengan baik menyadari realita ini, yaitu bila agama baru dan budaya yang agung serta pembebas ini dibiarkan tumbuh dan berkembang secara normal dan aman-aman saja di tengah masyarakat, maka ini akan berdampak pada goncangnya singgasana kekuasaan mereka. Dan inilah kenyataan yang sekarang dikhawatirkan oleh dunia kafir dan kekuatan adi daya. Dan masalah inilah yang memicu bersatunya pelbagai kekuatan sesat dan batil sepanjang sejarah manusia guna menentang para nabi dan utusan Allah.

Jadi, dapat dikatakan bahwa bahwa problem antara Islam dan kafir merupakan manifestasi dan lanjutan dari permusuhan antara front kebenaran dan kebatilan. Dan pembahasan yang kami kemukakan sekarang dalam artikel ini berkaitan dengan problematika kontemporer dunia Islam dan mengenal hakikatnya supaya kita dapat menemukan jalan/solusi untuk mengatasinya. Sebab, tanpa mengenal dan menyingkap pelbagai problematika secara benar maka kita tidak mungkin dapat memecahkan dan menyikapinya secara bijak dan dewasa.

Problematika Kontemporer:
Masa yang kami maksudkan di sini dimulai dari sejak jatuhnya Dinasti Usmani di dunia Islam dimana dibagi dalam dua bagian:
1- Masa sebelum Kebangkitan Islam:
Dunia Salib Barat, pasca runtuhnya Dinasti Usmani karena masalah internal yang kala itu disebut dengan “kematian orang yang sakit”, yakin sekali bahwa tidak ada lagi kekuatan di dunia Islam yang secara militer mampu berhadapan dengan Barat. Kemudian mereka menyusun program “pelucutan Islam” dari kancah social masyarakat Islam. Program musuh ini bertujuan untuk mengubah identitas dan memutuskan tali hubungan umat Islam dengan latar belakang peradaban dan budaya masa lalunya. Sebab, musuh-musuh Islam sadar benar bahwa komitmen umat Islam terhadap akidah dan ikatan-ikatan keagamaan serta moral adalah hal yang selalu berpotensi mendatangkan lampu merah alias bahaya bagi mereka. Dan berikut ini kami akan menyebutkan beberapa sebab dan factor masalah ini.

Alhasil, untuk mencapai tujuannya di era ini dan mengkikis kekuatan kaum Muslimin, musuh menetapkan aksi-aksi di bawah ini sebagai bagian dari agenda dan program mereka:
a. Membagi kawasan Islam menjadi beberapa negara-negara kecil.
b. Mengangkat penguasa-penguasa yang menjadi boneka mereka.
c. Mengeksploitasi para penulis bayaran untuk tujuan-tujuan berikut:
– Memunculkan instabilitas akidah masyarakat.
– Menyebarkan pemikiran-pemikiran asing.
– Mengubah identitas budaya dan agama Islam.

Memecah dunia Islam menjadi beberapa negara kecil dari satu sisi dan mengangkat penguasa-penguasa boneka untuk mengaktualisasikan program pengaburan/pengkikisan identitas dari satu sisi yang lain termasuk agenda musuh yang sukses dijalankan dengan baik di era ini.

Dalam bidang ini, peran para pemikir yang kebarat-baratan dan para penulis yang secara sadar atau tidak kadang-kadang bergerak sesuai dengan apa yang telah digariskan dan diprogram oleh musuh tidak kalah daripada peran para penguasa boneka mereka. Para penulis yang telah terkontaminasi dengan aroma weternisasi, seperti Toha Husein dan Salam Musa di Mesir dan dunia Arab, Diya’ Kuk Old di Turki, Sayid Ahmad Khan di India, dan Qasim Amin dan Taqi Zodeh di Iran, dan tentu masih banyak lagi para penulis dan kolomnis koran dan majalah lainnya yang nama mereka dapat disebut, menilai bahwa jalan kemajuan dapat dicapai dengan membebek dan mengikuti pola hidup ala Barat. Mereka menekankan masalah ini dalam pelbagai tulisan, orasi dan konferen-konferensi yang mereka ikuti.

Qasim Amin adalah pendukung keras anti jilbab, karena menurutnya fenomena religius, seperti jilbab kaum wanita mencegah kemajuan umat Islam. Sebagian dari mereka menganggap bahwa mengubah tulisan ke latin adalah salah satu cara lain untuk mendekatkan umat Islam ke kafilah peradaban manusia. Sebagaimana hal ini dipraktekkan secara resmi di Turki. Akibatnya, hubungan masyarakat dengan tulisan Al Qur’an pun terputus.

Meskipun permusuhan ini secara lahiriah menandai adanya peperangan antara tradisi dan modernitas, dan para pemikir ini mengklaim bahwa mereka berusaha untuk mengantarkan masyarakat pada kafilah peradaban manusia, namun sejatinya mereka hanyalah alat yang dimanfaatkan oleh musuh dalam pertarungan ini; pertarungan yang esensinya adalah permusuhan peradaban dan budaya yang bertujuan untuk memutuskan umat Islam dari latarbelakang peradabannya.

Musuh sangat memahami bahwa selama hubungan masyarakat Islam dengan budaya dan peradaban masa lalu mereka terbangun dengan baik, maka hal itu berpotensi mendatangkan bahaya dan sewaktu-waktu dapat menggerakkan perlawanan dan resisitensi masyarakat terhadap serangan bangsa asing. Musuh mengetahui bahwa budaya ini memiliki benteng yang kokoh yang mampu memberikan pertahanan dan daya tahan khusus di hadapan serangan membabi-buta mereka, dan benteng yang dimaksud adalah akidah (keyakinan). Oleh karena itu, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk membuat dan merancang strategi yang kiranya dapat melemahkan faktor-faktor, yang, membuat umat Islam terikat dengan keyakinan dan kepercayaan keagamaan mereka.

Berkaitan dengan hal ini, ada suatu fenomena menarik yang kiranya dapat menjadi bahan renungan kita bersama, yaitu pada tahun 1920 M dan selanjutnya di daerah yang paling strategis di beberapa kawasan dunia Islam yang notabene berbeda secara bahasa, geografi dan mazhab, namun uniknya para pemimpin di pelbagai kawasan ini secara serempak menyatakan perang dan protes keras terhadap pelbagai symbol dan identitas keagamaan dan budaya masyarakat mereka sendiri. ‘Di Turki, pasca tumbangnya Pemerintahan Usmani, Musthafa Kamal Atatruk mengambil tampuk kepemimpinan pada tahun 1923 M, di Iran dikuasai oleh Reza Pahlavi pada tahun 1925 M dan di Afganistan kursi kekuasaan diduduki oleh Amanullah Khan pada tahun 1919 M.

Yang menarik, di tiga kawasan strategis Islam tersebut semua penguasanya melakukan gerakan yang nyaris sama dimana mereka semua berusaha merusak budaya lokal dan mengajak masyarakat untuk mengikuti gaya hidup ala Barat serta memerangi dengan serius segala bentuk fenomena keagamaan, seperti jilbab, masjid, shalat, para alim ulama, tulisan Arab, dan pelbagai fenomena religius dan budaya masyarakat lainnya.

Tak syak lagi, fenomena ini bukanlah suatu kebetulan semata dan juga tidak apat dikatakan bahwa mereka sebenarnya berusaha untuk memerangi kemunduran dan berpikir untuk kemajuan bangsa mereka. Para pemimpin boneka ini dengan sadar sedang memainkan scenario penjajah di negara-negara yang mereka ditugaskan di situ. Oleh karena itu, di era tersebut para penguasa inilah yang menandatangani kontrak/perjanjian politik dan militer yang paling merugikan.

Di seluruh negara dan kawasan Islam lainnya juga terjadi keadaan yang serupa. Termasuk program dan agenda yang diterapkan dengan serius dan sistematis di era ini di pelbagai negeri Islam lainnya adalah mensosialisasikan pelbagai pemikiran dan “isme” yang diimpor dari Timur dan Barat dan menyebarkan paham nasionalisme serta menghidupkan kembali pelbagai adat istiadat dan tradisi kaum Jahiliya dengan asumsi bahwa hal tersebut merupakan latarbelakang nasional.

Kendatipun pelbagai konspirasi ini mendapat perlawanan kuat dan reaksi keras serta efektif para ulama Islam, khususnya ulama Syiah di Iraq dan Iran, namun lemahnya sarana dan alat dakwah dibandingkan dengan sarana yang digunakan pihak musuh dan usaha biadab dan tak manusiawi pihak penguasa dalam mengkikis peran ulama dan menghentikan gerakan-gerakan Islam, menyebabkan budaya impor ini berhasil melakukan penetrasi secara mendalam di banyak dari masyarakat Islam.

Sebagai contoh, di zaman inilah, Jamal Abdu Nasir di Mesir dan kalangan intelektual dan para pembaharu, seperti Sayid Qutub dan Hasan al Banna dibunuh dan gugur sebagai syahid. Bahkan gerakan dan ormas “Ikhwanu Muslimin” pun dibubarkan dan berusaha dihancurkan. Di saat yang sama dan seolah sebagai alternatifnya, dikibarkanlah bendera “Nasionalisme Arab” sebagai satu ideologi. Hal ini menandai bahwa perang budaya yang disertai dengan penghancuran pelbagai gerakan Islam telah ditabuh di Mesir.

Di banyak negara Arab faham nasionalisme berkolaborasi dengan sosialisme. Kolaborasi ini begitu penting karena meskipun nasionalisme Arab mempunyai daya tarik kebangsaan, namun ia sendiri tidak cukup untuk mengisi kekosongan pada program dan pedoman kehidupan. Karena itu, sosialisme disosialisasikan sebagai system politik-sosial yang berdampingan dengan nasionalisme Arab.

Dan dengan penggabungan ini, setelah mensosialisasikan penon-aktifan agama dari panggung social, mereka berusaha untuk mengisi kekosongan ideologi. Di zaman itu, ideologi Sosialisme-Marxsisme yang berseberangan dengan sistem Kapitalisme yang menjadi penguasa dunia tampil sebagai sistem politik revolusioner baru yang memiliki daya tarik tersendiri di kalangan anak-anak muda dan para mahasiswa. Karena alasan ini, di banyak negara Arab, nasionalisme Arab yang memiliki karakter sosialisme berhasil mengait pengikut dan simpatisan,khususnya di kalangan cendekiawan dan generasi muda. Di Iraq, kelompok Komunis—karena dukungan dan lampu hijau dari pemerintah—secara terang-terangan bergabung dengan Materialisme-Marxsisme yang dasar pemikirannya berhaluan pada pengingkaran terhadap metafisik dan Pencipta alam. Dengan kata lain, mereka mengajak masyarakat kepada kekufuran dan ketidakberimanan kepada Tuhan. Masalah ini memunculkan kecaman dan protes keras kalangan agamis, sehingga Ayatullah al-‘Udzma Sayid Muhammad Hakim mengeluarkan fatwa bersejarah yang berlebel “Komunisme adalah kafir dan tak kenal Tuhan” . Fatwa ini berhasil menghentikan kesesatan tersebut. Sebab, dengan keluarnya fatwa ini masyarakat termotivasi untuk melakukan kebangkitan kolektif dimana mereka menyerang pusat kelompok sesat ini, sehingga membuat pemerintah mengubah sikapnya dan menarik dukungannya terhadap gerakan Komunis ini.

Oleh karena itu, dengan mudah dapat dikatakan bahwa tujuan dan agenda musuh di era ini dan di masa sebelum dimulainya kebangkitan Islam secara utama terpusat dan terfokus pada usaha menyingkirkan peran agama dan menumbuhkan pemikiran Materialisme.

Keimanan yang kuat dan kokoh masyarakat terhadap Islam dan pelbagai ajaran abadi Al Qur’an menjadi penghalang melemahnya keterikatan mereka pada Islam, meskipun serangan musuh di era ini bak ombak besar yang menerjang masyarakat Islam dari pelbagai arah, dan kendatipun sekolah, dan universitas, koran, majalah, pena-pena bayaran, dukungan para pengusa boneka berhasil menyebarkan budaya impor dan gaya hidup Barat dan pelbagai asesorisnya di tengah masyarakat.

Tetapi, mereka sama sekali tidak mampu mengubah identitas asli Islam masyarakat dan hubungan mereka dengan Islam. Sebagai contoh, di Turki, meskipun setelah jatuhnya Kerajaan Usmani, penguasa boneka Barat berhasil menjalankan pemerintahan sekularis dan menggunakan pendekatan kekerasan dalam rangka menerapkan program “menyingkirkan Islam”, seperti mengubah huruf Arab, melarang wanita memakai jilbab, dan bahkan mengubah model pakaian dan menyebarkan Nasionalisme Turki dst… dll. Namun, setelah beberapa decade berlalu; dengan hanya tersedianya kebebasan untuk menampakkan akidah dan terciptanya kondisi untuk mewujudkan keinginan masyarakat, maka hanya satu kelompok politik yang menang, yaitu yang kendaraan politiknya bernamakan Islam.

Berkaitan dengan masalah Palestina juga demikian halnya. Meskipun para pemimpin bayaran dan para tokoh negara Arab yang pro-Barat dalam beberapa tahun yang lalu berusaha melihat masalah Palestina dari kaca mata non-Islam dan memberikan warna Nasionalisme Arab padanya, namun sekarang kita menyaksikan di Palestina bahwa gerakan politik dan ormas yang berhasil menarik mayoritas suara rakyat adalah gerakan politik dan ormas yang memperkenalkan dirinya dengan syiar jihad.

2. Era Kebangkitan Islam:
Kebangkitan Islam adalah nama dari suatu tahapan dimana kaum Muslimin—setelah berabad-abad terlelap dalam tidur dan kelalaiannya—mengharapkan hegemoni Islam di tengah masyarakat mereka. Era ini identik dengan kembalinya orang-orang Islam pada peradaban terdahulunya dengan tujuan menghidupkannya kembali. Tahapan ini bisa disebut era percaya diri dan penolakan terhadap semua solusi politik-sosial yang diimpor dari Timur dan Barat, dan kembali pada kekuasaan politik Islam.

Keberhasilan kebangkitan Islam ini yang mampu mengubah secara luas wajah dunia dimotori oleh para reformis, pembaharu, gerakan-gerakan Islam, pusat-pusat pencerahan yang dipimpin oleh para ulama dan hauzah (sentral-sentral pendidikan tradisional agama) di Irak dan Iran. Tak diragukan lagi, terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi perubahan ini, dan kami akan mengisyaratkan sebagiannya di bawah ini:
1.Telah tampak dengan jelas ketidakberdayaan semua pemikiran dan “isme” yang diimpor dari Timur dan Barat.
2.Telah terbongkar kedok para penguasa boneka dan para pengklaim gerakan modernisme sebagai antek-antek penjajah dan masyarakat sudah tidak percaya lagi terhadap kinerja mereka pada sejarah kontemporer.
3.Tindakan zalim para penguasa boneka yang sangat keterlaluan dan mereka dengan sengaja mengunakan aset dan kekayaan nasional untuk kepentingan penjajah.

Dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, seolah ruh dan nyawa baru ditiupkan pada kebangkitan ini. Revolusi Islam Iran menjadi contoh bagi pelbagai gerakan kebebasan untuk semua orang-orang tertindas didunia. Revolusi Islam Iran dengan kepemimpinan Imam Khomaini adalah bak ledakan cahaya di tengah dunia gelap yang melanda orang-orang tertindas.

Musuh awalnya berada dalam kebingungan di hadapan ombak dan perubahan besar ini dan mereka berada dalam ketakutan yang luar biasa. Dan akhirnya, mereka pelan-pelan mulai memikirkan bagaimana menemukan cara dan strategi untuk menghadapi gelombang ombak ini.

Pertama, mereka memaksakan perang melalui partai Ba’ts, Iraq yang dipimpim oleh Saddam Husein Takriti. Kekuatan Adi Daya mendukung Saddam secara penuh (media, logistic, alat militer) untuk menghancurkan Revolusi Islam yang baru berlangsung di Iran. Dengan hancurnya Iran yang jelas-jelas mengangkat bendera Islam maka harapan rakyat terhadap pemerintahan dan kemuliaan Islam di dunia akan sirna. Di samping perang yang dipaksakan, Saddam juga menyiapkan pelbagai ambisi pribadi jahatnya, namun gelombang ombak ini bukan hanya tidak berhenti, tapi justru semakin tumbuh subur dan akarnya semakin kuat. Gaung kebangkitan Islam di Iran justru—hari demi hari—semakin menyebar kemana-mana dan gerakan Islam di Iran semakin matang dan mantap dalam menghadapi pelbagai konspirasi musuh eksternal dan internal.

Sampai sekarang tekad dan perlawanan yang tumbuh dari kekuatan iman masyarakat Muslim Iran menjadi faktor utama yang mampu menjaga cita-cita Imam Khomeini dan pemerintahan Islam dan juga menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi pelbagai konspirasi yang disusun sejak awal Revolusi Islam Iran.

Hari demi hari dunia Islam terus menghadapi pelbagai konspirasi yang dilancarkan para musuh untuk menghambat laju kebangkitan Islam. Konspirasi ini bukan hanya tidak berhenti, bahkan hari demi hari lebih dalam, lebih luas dan lebih sulit.

Untuk generasi yang hidup di era kebangkitan Islam dan Revolusi Islam, sangat penting bagi mereka untuk mengetahui problematika kontemporer dunia Islam dan tujuan buruk segi tiga kejahatan, yaitu kekuatan kekufuran, Zionisme, dan kaum Salibisme internasional. Di samping pengetahuan ini, memahami potensi dan kekuatan perlawanan serta unsur kemenangan di hadapan musuh-musuh bersama akan menjamin basirah (ketajaman mata hati) dan membuat kita yang berada di barisan kebenaran mengenal bagaimana caranya menghadapi front kebatilan dalam peperangan panjang yang sangat menentukan ini.

Esensi Problematika di Era Kebangkitan
Barat dalam analisa dan penelitiannya mengetahui dengan baik bahwa pesan yang selalu menjadikan masyarakat Muslim tetap tegar bak tembok kokoh di hadapan para tiran telah hidup untuk kedua kalinya di hati dan jiwa masyarakat. Bangsa-bangsa Muslim, setelah cukup lama setelah beberapa abad terlelap dalam kelalaian, kini telah kembali pada identitas peradabannya. Pesan yang dimaksud Barat adalah pesan yang pernah disampaikan di masa lalu, tepatnya di zaman turunnya Al Qur’an. Pesan tauhid inilah yang mampu menyatukan masyarakat di hadapan para tiran zaman itu, dan ia juga mampu berhasil membangun revolusi budaya tersukses sepanjang sejarah manusia dan ia dapat membidani lahirnya peradaban yang abadi dan cemerlang dalam sejarah.

Mereka telah merasakan pengalaman pahit di masa lalu yang tak seberapa jauh, yaitu pasca jatuhnya Kerajaan Usmani dimana mereka berpikir bahwa seluruh kekuatan Islam telah habis dan gulung tikar. Dan mereka pun merasakan dahsatnya pengaruh pesan tauhid ini saat serangan Napoleon ke Mesir dan kalahnya kekuatan militernya; saat kemenangan rakyat Irak dan diusirnya kekuatan penjajah Inggris tahun 1920 M; saat gagalnya rencana jahat penjajah Inggris di Iran dalam peristiwa pengharaman tembakau; saat pendirian pemerintah Islam di benua India dengan nama Pakistan; saat terbentuknya gerakan rakyat di Afganistan dan terusirnya tentara Soviet; dan akhirnya saat terbentuknya gerakan jihad di Palestina. Alhasil, musuh telah membuktikan dan melihat sendiri keampuhan pesan ini dalam rentetan kemenangan pelbagai kelompok kecil Islam yang bersenjatakan tidak secanggih musuhnya.

Oleh karena itu, musuh melihat bahwa dirinya berada di depan hidupnya kembali suatu pemikiran yang tak dapat dibendung dengan aksi militer ini, dan juga berada di hadapan pelbagai bangsa yang menginginkan dipraktekkannya dominasi Islam dalam kehidupan social mereka.

Melihat realita tersebut, musuh menyusun strategi baru guna menghadapi fenomena ini, meskipun dalam dua era sebelum dan setelah masa kebangkitan Islam kekuatan Adi Daya menggunakan pendekatan perang budaya. Namun pada masa kebangkitan Islam dan kalahnya rencana penghapusan agama, penyebaran faham Liberalisme, yaitu program pemisahan agama dari kehidupan di-setting untuk menjadi alternatifnya. Sebab, Liberalisme di-make up sebagai kebebasan mutlak dan demokrasi yang di satu sisi mengakui keberadaan agama dan keimanan kepada Tuhan sebatas keyakinan dan adab-adab beribadah, namun di sisi lain ia menegaskan supaya manusia membebaskan diri dari segala ikatan Ilahi dan religius dalam masalah-masalah social dan kehidupan.

Dengan demikian, pada era pertama musuh berusaha memisahkan kaum Muslimin dari keyakinan terhadap Tuhan dan metafisik, sedangkan pada era kedua meskipun pihak Barat mengakui keberadaan metafisik, namun mereka berupaya memisahkan agama dari pentas kehidupan, yakni menentang dan melawan Islam sebagai system politik dan social.

Karena alasan inilah, Barat mulai melakukan peperangan yang keras terhadap pemikiran Islam yang berbau politik. Sebab, bila pelbagai bangsa di dunia mengenal pesan kebebasan Islam; dan jika saja penetrasi ajaran-ajaran Islam yang sangat inspiratif dibiarkan begitu saja maka ini sama dengan bunuh diri bagi mereka dan sudah barang tentu akan menjadi ancaman serius bagi kemapanan imperialisme. Jadi, pesan kebangkitan ini membuat musuh terancam justru di dalam rumahnya sendiri. Dan berbeda dengan masa sebelumnya dimana musuh selalu meng-obok-obok Islam di tubuh internal masyarakat Muslim, namun kali ini pesan Islam mampu menembus batas kekuasaan musuh dan memaksanya bertahan di dalam daerah kekuasaan dan pusat kekuatannya.

Adapun strategi yang disusun Barat untuk menghadapi dunia Islam pada era kebangkitan Islam adalah:
1.Mengkikis peran Islam dari percaturan masyarakat dunia.
2.Menghapus peran Islam di antara masyarakat Islami sendiri.
3.Melucuti infrastruktur dan potensi yang dimiliki negara-negara Islam.

Sekarang, kami akan menjabarkan ketiga strategi tersebut di bawah ini:
a. Mengkikis peran Islam dari percaturan masyarakat dunia
1.Meragukan keberadaan Islam sebagai agama samawi.
2.Meragukan keotentikan Al Qur’an.
3.Mendistorsi sejarah dan kehidupan Nabi Muhammad saw yang jelas-jelas diakui kebenarannya oleh seluruh umat Islam.
4.Memberikan gambaran yang tidak benar berkenaan dengan ajaran Islam dan Al Qur’an, dan mengenalkannya sebagai sumber kekerasan.
5.Mewujudkan kebencian dan ketegangan di antara kaum Muslimin dan para pengikut agama lainnya, khususnya umat Kristen.
6.Mengadakan pelbagai seminar ilmiah dan mendirikan pusat penelitian untuk mengenal Islam dengan tujuan untuk mempelajari kelemahan dan kekurangan agama Islam.

b. Menghapus peran Islam di antara masyarakat Islam sendiri dan menyebarkan pemikiran Liberalisme

1.Menolak kemampuan Islam dalam mengatur kehidupan manusia kontemporer.
2.Kontradiksi antara hukum social Islam dan modernitas.
3.Meragukan kembali hal-hal yang sudah pasti dan disepakati dalam Islam, seperti jilbab, hukum waris, hukum peradilan Islam, dan menganggap hokum-hukum tersebut hanya berlaku dan cocok pada masa tertentu.
4.Melawan otoritas para ulama.
5.Menolak ijtihad dan taklid dan tidak setuju kepada keharusan spesialisasi dalam hukum Islam.
6.Menyebarkan penghalalan apa saja dengan dalih kebebasan.

1.Menanamkan keraguan pada keyakinan beragama para pemuda berkaitan dengan masalah dasar-dasar epistimologi Islam.
2.Mensosialisasikan pemahaman yang dimpor dari pusat akademi Barat dan menerapkannya pada prinsip-prinsip epistimologi Islam, seperti; pluralisme agama, hermeneutic, menolak kebenaran makna lahiriah Al Qur’an dan hadis dan pembahasan-pembahasan yang serupa dengan ini.
3.Memerangi prinsip dan nilai akhlak yang mendominasi masyarakat Islam dengan memanfaatkan konvensi internasional dengan judul hak-hak asasi manusia, hak-hak perempuan, kebebasan dan lain-lain dan kemudian memaksa negara-negara Islam untuk menjalankan keputusan ini.

c. Melucuti infrastruktur dan potensi yang dimiliki negara-negara Islam

1.Menyalakan konflik antar pelbagai kaum dan mazhab di dalam negara-negara Islam.
2.Mendalangi terjadinya krisis dan ketegangan politik di negara-negara Islam melalui antek-antek bayaran mereka.
3.Mengembangbiakkan teroris dan mewujudkan instabilitas di tengah masyarakat Islam.
4.Memecah belah di antara negara-negara Islam untuk mencegah persatuan dan keharmonisan hubungan sesama mereka dan menghalangi kemungkinan tercapainya satu kata atau satu sikap di pelbagai lembaga dan organisasi internasional.

1.Menghancurkan pondasi perekonomian negara-negara Islam dan menghabiskan kekayaan alam anegerah Ilahi pelbagai negara ini dengan tujuan menahan potensi pertumbuhan masyarakat Islam.

Strategi ini menggunakan beberapa kiat di bawah ini:
– Menciptakan musuh imajiner dengan maksud memaksa suatu negara untuk membeli senjata dangan modal besar.
– Membuat pelbagai negara sibuk dengan masalah-masalah dalam negeri dan menjadikan mereka terpaksa menaggung biaya yang sangat besar untuk mengontrol keadaan dalam negerinya.
– Memunculkan krisis dengan tujuan untuk menahan laju perkembangan ekonomi.

1.Melemahkan rasa percaya diri bangsa-bangsa Islam dan menanamkan rasa putus asa di antara mereka dengan tujuan menghilangkan spirit perlawanan dan rasa percaya diri. Dan mematikan segala usaha di bidang independensi unsur bersama pada seluruh tema yang telah kami paparkan di atas, politik, dan mendesain pelbagai problema dan fitnah ini dalam kemasan perang budaya dan peradaban. Sebab, sebagaimana yang telah kami singgung bahwa fenomena kebangkitan Islam tidak akan pernah dicegah oleh musuh melalui pendekatan dan aksi militer.

Referensi:
1-Bihar al-Anwar, juz 39, hal. 56.

Sunni Menuduh Nabi Muhammad Saw. Berniat Bunuh Diri Karena Stres Berat !


Nabi Muhammad Saw. Dan Awal Prosesi Pelantikan Kenabian Dalam Gambaran Bukhari

  • Nabi Muhammad Saw. Disiksa Jibril as.
  • Nabi Muhammad Saw. Ragu Akan Kenabiannya.
  • Nabi Muhammad Saw. Berniat Bunuh Diri Karena Stres Berat!
Bukhari (kitab kebanggan nomer satu Ahlusunnah) mengawali kitab Shahih-nya dengan melecehkan kehormatan sang Nabi mulia Muhammad Saw. bahwa beliau meragukan kenabiannya sendiri!


Bukhari mengawali kitab Shahih-nya dengan menyebut riwayat panjang bersumber dari Urwah ibn Zubair dari bibinya; Aisyah ra. tentang awal prosesi pelantikan kenabian yang sangat mengerikan dan belum pernah dilakukan Allah SWT terhadap seorang-pun dari rasul-rasul terdahulu. Dalam riwayat panjang itu digambarkan bahwa Nabi saw. dilantik menjadi nabi dalam suasana yang sangat rumit lagi menegangkan. Beliau tidak menyaksikan malaikat Jibril as. dalam kondisi terang benderang dan gamblang, seperti yang digambarkan Allah dalam firman-Nya:

وَاللَّيْلِ إذا عَسْعَسَ. وَالصُّبْحِ إذا تَنَفَّسَ. إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ . ذِي قُوَةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ . مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ . وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ . وَلَقَدْ رَآهُ بِالآفُقِ الْمُبِينِ . وَمَا هُوَعَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ. وَمَا هُو َبِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ . فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ . إِنْ هُوَإِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ . لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ .وَمَا تَشَاءُونَ إلا أَنْ يَشَاءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ .

Demi  malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya,* Dan  demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing,* Sesungguhnya  Al Qur’an itu benar- benar firman ( Allah yang dibawa oleh ) utusan yang mulia  (Jibril),* Yang  mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arasy,* Yang  ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.* Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali- kali orang yang gila.* Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.* Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib.* Dan Al Qur’an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,* Maka  ke manakah kamu akan pergi.* Al Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam,* (Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.* Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.(QS. At Takwîr [81];17-29 ).

Bukhari mengatakan dalam riwayatnya bahwa Jibril dalam ufuk yang samar dan kenabian pun kabur tanda-tanda kejelasannya!
Jibril as. pun memperlakukan Nabi kesayangan Allah dengan perlakuakn sadis dan kasar. Jibril memaksa Nabi saw. untuk membaca. Tetapi beliau tidak tau apa yang harus beliau baca! Beliau menjawab, ‘Aku bukan orang yang bisa baca!’ mendengar alasan itu Jibril tidak menerima… ia tetap memaksa dengan kasar sambil memeras Nabi saw. dalam selimut yang ia pakai, hingga kelelahan pun mencapai puncaknya. Setelahnya Jibril as. melepas Nabi dari dekapannya. Setelah memerintahnya lagi untuk membaca, dan Nabi pun menjawab dengan jawaban seperti pertama, Jibril pun tidak mengindahkan uzur Nabi. Ia mendekap kembali dengan tekanan keras Nabi saw. dalam selimut itu. Tiga kali perlakuan kasar itu dilakonkan Jibril as. dan Nabi pun tidak berdaya menghadapinya. Makluk Jibril adalah seorang malaikat yang sangat perkasa lagi kuat!
Setelahnya baru Jibril membacakaan lima ayat pertama surah al ‘Alaq (iqra’) dan Nabi pun mengikuti bacaan Jibril!
Dongeng itu tidak berhenti di sini…. Ada yang lebih mengerikan! Sepulang dari bersemedi di gua Hirâ’ dan kedatangan Jibril yang menyeramkan dan kasar itu, Nabi pulang dengan rasa takut tak terbayangkan yang menghantuinya…  Nabi saw. takut kalau yang mendatangiinya di gua Hirâ’ ternyata adalah setan/jin yang hendak menggangu jiwa beliau dan mau menjadikan beliau agen jin alias menajdi dukun!
Nabi pulang ketakutan dan langgsung menemui istri tercintanya Khadijah dan mengabarkan semua pengalaman yang beliau alami… beliau ceritakan pristiwa kedatangan Jibril yang bengis dan kasar itu kepada Khadijah…. Sambil ketakukan Nabi menceritakannya!
Nah, Anda pasti sudah tidak sabar untuk menyaksikan edisi lengkapnya dalam Shahih Bukahri?

Perhatikan riwayat Bukhari dari Aisyah ra. di bawah ini.

حَدَّثَنَا ‏ ‏يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏اللَّيْثُ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عُقَيْلٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏ابْنِ شِهَابٍ ‏ ‏ح ‏ ‏و حَدَّثَنِي ‏ ‏عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏عَبْدُ الرَّزَّاقِ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏مَعْمَرٌ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏الزُّهْرِيُّ ‏ ‏فَأَخْبَرَنِي ‏ ‏عُرْوَةُ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عَائِشَةَ ‏ ‏رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ‏ ‏أَنَّهَا قَالَتْ ‏: أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ فَكَانَ يَأْتِي ‏ ‏حِرَاءً ‏ ‏فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ ‏ ‏وَهُوَ التَّعَبُّدُ ‏ ‏اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ ‏ ‏وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏فَتُزَوِّدُهُ لِمِثْلِهَا حَتَّى فَجِئَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي ‏ ‏غَارِ حِرَاءٍ ‏ ‏فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فِيهِ فَقَالَ اقْرَأْ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏فَقُلْتُ ‏ ‏مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي ‏ ‏فَغَطَّنِي ‏ ‏حَتَّى بَلَغَ مِنِّي ‏ ‏الْجَهْدُ ‏ ‏ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي ‏ ‏الْجَهْدُ ‏ ‏ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي ‏ ‏الْجَهْدُ ‏ ‏ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ ‏: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ‏ (حَتَّى بَلَغَ) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ . فَرَجَعَ بِهَا تَرْجُفُ ‏ ‏بَوَادِرُهُ ‏ ‏حَتَّى دَخَلَ عَلَى ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏فَقَالَ ‏ ‏زَمِّلُونِي ‏ ‏زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ فَقَالَ يَا ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏مَا لِي وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ وَقَالَ قَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي فَقَالَتْ لَهُ كَلَّا أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ ‏ ‏الْكَلَّ ‏ ‏وَتَقْرِي ‏ ‏الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ ثُمَّ انْطَلَقَتْ بِهِ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏حَتَّى أَتَتْ بِهِ ‏ ‏وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قُصَيٍّ ‏ ‏وَهُوَ ابْنُ عَمِّ ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏أَخُو أَبِيهَا وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعَرَبِيَّ فَيَكْتُبُ بِالْعَرَبِيَّةِ مِنْ الْإِنْجِيلِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ لَهُ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏أَيْ ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ فَقَالَ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ النَّبِيُّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏مَا رَأَى فَقَالَ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى ‏ ‏مُوسَى ‏ ‏يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا أَكُونُ حَيًّا حِينَ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ فَقَالَ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا ثُمَّ لَمْ ‏ ‏يَنْشَبْ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ فَتْرَةً حَتَّى حَزِنَ النَّبِيُّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.‏ ‏فِيمَا بَلَغَنَا حُزْنًا غَدَا مِنْهُ مِرَارًا كَيْ يَتَرَدَّى مِنْ رُءُوسِ شَوَاهِقِ الْجِبَالِ فَكُلَّمَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ لِكَيْ يُلْقِيَ مِنْهُ نَفْسَهُ تَبَدَّى لَهُ ‏ ‏جِبْرِيلُ ‏ ‏فَقَالَ يَا ‏ ‏مُحَمَّدُ ‏ ‏إِنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ حَقًّا فَيَسْكُنُ لِذَلِكَ ‏ ‏جَأْشُهُ ‏ ‏وَتَقِرُّ نَفْسُهُ فَيَرْجِعُ فَإِذَا طَالَتْ عَلَيْهِ فَتْرَةُ الْوَحْيِ غَدَا لِمِثْلِ ذَلِكَ فَإِذَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ تَبَدَّى لَهُ ‏ ‏جِبْرِيلُ ‏ ‏فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ ‏

“Dengan sanad bersambung kepada Zuhri dari Urwah ibn Zubair dari Aisyah ra. ia berkata, “Permulaan wahyu yang dialami Rasulullah saw. adalah berupa mimpi yang benar dalam tidur. Beliau mendapati mimpi tersebut sebagaimana munculnya keheningan fajar subuh, kemudian dicintakan kepada beliau menyendiri. Beliau menyediri di gua Hirâ’. Di sana beliau menghabiskan beberapa malam untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT. sebelum kembali ke rumah dan mengambil bekal. Setelah beberapa hari berada di sana beliau pulang kepada Khadijah, mengambil bekal untuk beberapa malam lainnya. Sehingga datang kepadanya kebenaran (wahyu) ketika beliau berada di gua Hirâ’. Maka malaikat (Jibril as.) berkata, ‘Bacalah (wahai Muhammad!)’. Beliau berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca.’ Rasulullah saw. melanjutkan, ‘Malaikat kemudian memegang aku lalu mendekapku erat-erat kepayahan mencapai puncaknya. Kemudian Malaikat melepasku seraya berkata, ‘Bacalah (wahai Muhammad!).’ Beliau sekali lagi berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Kemudian Malaikat memegang aku kedua kali lalu mendekapku erat-erat kepayahan mencapai puncaknya. Kemudian Malaikat melepasku sambil berkata, ‘Bacalah (wahai Muhammad!).’ Beliau berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Kemudian Malaikat memegang aku untuk ketiga kali serta mendekapku erat-erat kepayahan mencapai puncaknya. Kemudian Malaikat melepaskanku dan membaca firman Allah:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ* خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَم ُ* الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ * عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ


.
“Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan* Dia menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah yang mengajar manusia melalui pena. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahui.”
Setelah itu beliau pulang menemui Khadijah dalam keadaan gemetar hatinya (ketakutan), beliau berkata, ‘Selimutilah aku! Selimutilah aku!’ Lalu Khadijah menyelimuti beliau hingga hilang rasa gementar dari diri beliau. Kemudian beliau berkata kepada Khadijah, ‘Wahai Khadijah! Apakah yang telah terjadi terhadapku ini? Lalu beliau menceritakan seluruh peristiwa yang terjadi. Beliau berkata lagi, ‘Aku benar-benar khawatir atas diriku.’
Khadijah  menghibur beliau dengan berkata, ‘Tidak! Bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Demi Allah! Sesungguhnya, engkau telah menyambung tali persaudaraan, bertutur kata benar, memikul beban orang lain, suka membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu dan senantiasa membantu orang yang kesusahan.’
Lalu Khadijah berangkat dengan membawa Nabi menjumpai Waraqah ibn Naufal ibn  Asad ibn Abdul Uzza; sepupu Khadijah. Dia memeluk agama Nasrani pada zaman Jahiliyah. Dia pandai menulis dan ia menulis kitab Injil dalam bahasa Arab. Ketika itu dia telah tua dan buta. Khadijah berkata kepadanya, ‘Wahai anak paman, dengarlah cerita dari anak saudaramu ini!’. Waraqah ibn Naufal berkata, ‘Wahai anak saudaraku! Apakah yang telah terjadi padamu?’ Rasulullah saw. menceritakan semua pristiwa yang beliau telah alami. Mendengar cerita itu, Waraqah berkata, ‘Ini adalah Namûs yang dahulu pernah datang kepada Nabi Musa as. Alangkah beruntungnya andai aku masih muda di saat-saat engkau dibangkitkan menjadi nabi. Dan andai aku masih hidup di saat-saat engkau diusir oleh kaummu.’
Lalu Rasulullah saw. berkata, ‘Apakah mereka akan mengusirku?’
Waraqah menjawab, ‘Ya. Setiap nabi yang bangkit membawa tugas sepertimu, pasti akan dimusuhi. Seandainya aku masih hidup di zamanmu, niscaya aku akan benar-benar membelamu.’
Maka tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia. Dan wahyu pun terputus, sehingga Rasulullah saw. sedih. Dan dalam berita yang sampai kepada kami beliau sangat sedih sekali sampai-sampai beliau berkali-kali berangkat untuk melemparkan diri dari puncak gunng. Maka setiap kali beliau telah sampai di puncak gunung untuk melemparkan diri (bunuh diri), Jibril muncul seraya berkata, ‘Hai Muhammad, sesungguhnya engkau benar-benar adalah Rasul, utusan Allah.’ Maka jiwa Nabi pun menjadi tenteram dan tenang. Dan jika terjadi lagi keterputusan wahyu itu, Nabi berniat melakukan bunuh diri lagi. Dan ketika sampai di puncak gunung, Jibril muncul lagi dan mengatakan yang serupa.” [1]
Dalam kesempatan lain Bukhari juga meriwayatkan sebagai berikut:

حَدَّثَنَا ‏ ‏يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ ‏ ‏قَالَ حَدَّثَنَا ‏ ‏اللَّيْثُ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عُقَيْلٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏ابْنِ شِهَابٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ ‏ ‏أَنَّهَا قَالَتْ :‏أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ ‏ ‏فَلَقِ ‏ ‏الصُّبْحِ ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُو ‏ ‏بِغَارِ حِرَاءٍ ‏ ‏فَيَتَحَنَّثُ ‏ ‏فِيهِ ‏ ‏وَهُوَ التَّعَبُّدُ ‏ ‏اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ ‏ ‏قَبْلَ أَنْ ‏ ‏يَنْزِعَ ‏ ‏إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي ‏ ‏غَارِ حِرَاءٍ ‏ ‏فَجَاءَهُ ‏ ‏الْمَلَكُ ‏ ‏فَقَالَ ‏ ‏اقْرَأْ قَالَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَخَذَنِي ‏ ‏فَغَطَّنِي ‏ ‏حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ ‏ ‏أَرْسَلَنِي ‏ ‏فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي ‏ ‏فَغَطَّنِي ‏ ‏الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ ‏ ‏أَرْسَلَنِي ‏ ‏فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي ‏ ‏فَغَطَّنِي ‏ ‏الثَّالِثَةَ ثُمَّ ‏ ‏أَرْسَلَنِي ‏ ‏فَقَالَ ‏{ ‏اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ ‏ ‏عَلَقٍ ‏ ‏اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ‏} ‏فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏يَرْجُفُ فُؤَادُهُ فَدَخَلَ عَلَى ‏ ‏خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ ‏ ‏رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ‏ ‏فَقَالَ ‏ ‏زَمِّلُونِي ‏ ‏زَمِّلُونِي ‏ ‏فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ ‏ ‏الرَّوْعُ ‏ ‏فَقَالَ ‏ ‏لِخَدِيجَةَ ‏ ‏وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي فَقَالَتْ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏كَلَّا وَاللَّهِ ‏ ‏مَا يُخْزِيكَ ‏ ‏اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ ‏ ‏الْكَلَّ ‏ ‏وَتَكْسِبُ ‏ ‏الْمَعْدُومَ ‏ ‏وَتَقْرِي ‏ ‏الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى ‏ ‏نَوَائِبِ ‏ ‏الْحَقِّ فَانْطَلَقَتْ بِهِ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏حَتَّى أَتَتْ بِهِ ‏ ‏وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ‏ ‏ابْنَ عَمِّ ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏وَكَانَ امْرَأً قَدْ ‏ ‏تَنَصَّرَ ‏ ‏فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ فَيَكْتُبُ مِنْ الْإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ لَهُ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ فَقَالَ لَهُ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏خَبَرَ مَا رَأَى فَقَالَ لَهُ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏هَذَا ‏ ‏النَّامُوسُ ‏ ‏الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى ‏ ‏مُوسَى ‏ ‏يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ قَالَ نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا ‏ ‏مُؤَزَّرًا ‏ ‏ثُمَّ لَمْ ‏ ‏يَنْشَبْ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ

‏‏قَالَ ‏ ‏ابْنُ شِهَابٍ ‏ ‏وَأَخْبَرَنِي ‏ ‏أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ‏ ‏أَنَّ ‏ ‏جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ فَقَالَ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا ‏ ‏الْمَلَكُ ‏ ‏الَّذِي جَاءَنِي ‏ ‏بِحِرَاءٍ ‏ ‏جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ ‏ ‏زَمِّلُونِي ‏ ‏زَمِّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى ‏ {‏يَا أَيُّهَا ‏ ‏الْمُدَّثِّرُ ‏ ‏قُمْ فَأَنْذِرْ ‏ ‏إِلَى قَوْلِهِ ‏ ‏وَالرُّجْزَ ‏ ‏فَاهْجُرْ‏} ‏فَحَمِيَ ‏ ‏الْوَحْيُ وَتَتَابَعَ ‏ ‏تَابَعَهُ ‏ ‏عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ ‏ ‏وَأَبُو صَالِحٍ ‏ ‏وَتَابَعَهُ ‏ ‏هِلَالُ بْنُ رَدَّادٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏الزُّهْرِيِّ ‏ ‏وَقَالَ ‏ ‏يُونُسُ ‏ ‏وَمَعْمَرٌ ‏ ‏بَوَادِرُهُ ‏

( Sumber Hadis: “Bukhari Online” Situs Kementrian Urusan Agama dan Wakaf Saudi Arabia:
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=6
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=10403
Para Ulama Makin Memperseram Adegan Drama Mencekam!
Sebagian ulama ingin melengkapi edisi drama mencekam itu dengan data-data sebagai berikut:
Dalam Kitab as Sirah Al Halabiyah[2]disebutkan bahwa setelah pulang dari rumah Waraqah Khadijah mengadakan suatu percobaan untuk meyakinkan bahwa yang datang kepada Nabi adalah benar-benar Jibril dan bukan setan atau roh-roh jahat lainya.

Ketika beliau duduk berdua di rumahnya, maka datanglah makhluk yang seram yang pernah mendatanginya di Qua Hira’ dan ketika itulah Khadijah mulai mengadakan suatu eksperimen (percobaan), ia memerintahkan Nabi untuk duduk di pangkuan kanannya, ternyata makhluk itu tidak juga menghilang, diperintahkannya lagi agar duduk di pangkuan kiri, ternyata juga tidak menghilang dan disuruhnya lagi pindah di pangkuan tengah akan tetapi, makhluk itu tidak juga mau menyingkir, bahkan mengayunkan langkah-langkahnya untuk mendekat, maka Khadijah pun harus memainkan kartu terakhirnya ia pun menyingkap jilbabnya, dan menyaksikan hal itu, makhluk yang seram itu menghilang dan tidak datang lagi.

Dengan percobaan itu Khadijah dapat memastikan secara yakin bahwa makhluk yang seram itu adalah Jibrill (Malaikat pembawa wahyu).

Dan untuk mendapatkan hasil percobaan yang mendebarkan tersebut dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, sehingga Nabi sendiri berinisiatif untuk bunuh diri dengan menerjunkan diri dari puncak gunung, namun setiap kali beliau akan melakukan nitaannya itu ada penghalang yang datang menggagalkan usaha itu, Jibril datang dan berkata: Aku adalah Jibril dan kamu adalah utusan Allah.
Demikianlah kisah singkat turunnya wahyu serta pengaruhnya terhadap jiwa dan mentalitas Nabi. Pada riwayat Imam Bukhari tersebut di atas ada sebuah kalimat yang bunyinya demikian:

لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي

“Aku khawatir akan diriku.”.

Akan tetapi Ath Thabari dan Ibnu Sa’ad menerangkannya bahwa yang ditakutkan adalah stres yang akan membawa kepada sakit jiwa (gila) atau takut jadi dukun santet. Ibnu Sa’ad, berkomentar: Aku takut kalau sampai aku menjadi dukun santet. Dan dalam kesempatan lain ia berkomentar: “Aku takut kemasukan/kesurupan jin yang menyebabkan gila [3]”.

Sedangkan Ibnu Jarîr ath Thabari ketika membawakan kisah awal turunnya wahyu, ia  berkomentar, “Nabi berkata, ‘Tiada sesuatu benda yang aku benci lebih dari seorang penyihir dan orang gila, aku tidak kuasa untuk memandang keduanya.’ Kemudian ia melanjutkan, ‘Aku takut menjadi seperti keduanya. Jangan sampai orang-orang Quraisy mengatakan hal itu terjadi padaku, aku akan pergi ke puncak gunung dan menerjunkan diri dan bunuh diri, setelah itu aku akan istirahat dan tenang.’ Beliau berkata: Lalu aku keluar untuk tujuan itu, dan ketika sampai di pertengahan jalan aku mendengar suara yang berkumandang memanggilku “Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, sedangkan aku adalah Jibril….”.

Kenabian Selalu Disertai Tanda-tanda Yang Jelas
Sudah menjadi Sunnatullah, setiap Ia mengutus seorang hamba men­jadi nabi selalu disertai dengan tanda-tanda yang dapat mene­nangkan dan meyakinkannya akan kenabiannya, sebagaimana yang terjadi atas diri Nabi Ibrahim. Allah menampakkan tanda-tanda kebesaran­nya agar ia menjadi orang yang betul-betul yakin.
Allah berfirman:

وَ كذَا نُرِيْ إبْراهيمَ مَلَكُوْتَ السمواتِ و الأرْضِ و لِيَكُوْنَ مِنَ المُوقنينَ.


“Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi, agar Ibrahim termasuk orang yang benar-benar yakin. (QS:6; 75).

Ketika Allah melantik Musa as. menjadi seorang Nabi dengan firman-Nya: “Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang di wahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selin Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS:20;13-14) dan dalam ayat lain: “Wahai Musa! sesungguhnya Aku ini Allah Yang Maha Perkasa dan Bijaksana”. (QS:27; 9). Allah membeberkan tanda-tanda kenabian kepada Nabi Musa as. sehingga beliau dengan hati yang teguh mengenali wahyu dan kenabian itu dan kemudian meresponnya dengan memohon bantuan -dengan penuh kemesraan- agar tugas tanggung jawab kenabian yang dipikulkan itu dapat beliau laksanakan dengan baik..

رَبِّ إشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَ يَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ ….

“Musa memohon: Tuhanku, lapangkan1ah dadaku! Lan­carkanlah tugas yang dibebankan kepadaku…Sesungguhnya Engkau adalah Maha mengetahui (keadaan) kami”. ( QS:20; 25-35).

Bahkan lebih dari itu, seusai pelantikan itu, terjadilah dialoq mesra antara Allah SWT. dengan Nabi Musa as., Allah menanyakan kepada Musa as.: Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa? (QS:20;17).

Dalam menjawab pertanyaan itu, Musa as. lebih memilih menjawab dengan panjang lebar menyebut banyak hal terkait dengan kegunaan tongkat yang ada di tangan kanannya, yang semestinya ia mencukupkan dengan hanya mengatakan bahwa yang ada di tangan kananku adalah tongkat.
Musa berkata: Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan-keperluan yang lain padanya”.(QS:20;18).

Gaya pembicaraan seperti ini seperti di istilahkan oleh para pakar sastra bahasa Arab dengan Al Ithnâb (berpanjang-panjang), dan itu bukti kuat adanya kemesraan dan keharmonisan antara kedua lawan bicara.

Dengan demikian apakah dapat diterima oleh akal kita bahwa Allah menelantarkan kekasihnya yang dihantui rasa takut, cemas dan khawatir serta nasib yang tidak menentu, sehingga untuk mengusir itu semua harus membutuhkan bantuan dan obat penawar rasa takut dari seo­rang wanita yang jelasnya tidak tahu menahu tentang kenabian atau harus datang kepada seorang pendeta Nashrani yang kalau ia memiliki nasib baik, ia hanya membaca buku yang sudah ditahrif dan di rubah oleh tangan-tangan jahat.

Mengapa hal ini terjadi pada beliau, bukankah beliau Rasul ter­mulia dan Nabi yang paling dicintai oleh Allah??! Mengapakah perlakuan Allah SWT. kepada nabi Musa as. begitu lemah lembut, sementara itu Nabi Muhammad saw. yang justru lebih afdhal dari semua nabi dan rasul harus di perlakukan kasar? Ataukah jangan-jangan justru ini memang keistimewaan yang hanya diperuntukkan baginya? [4]

Ringkas kata, dapat kita katakan bahwa, Allah pasti akan memberikan semua fasilitas kemudahan bagi hambaNya yang Ia pilih untuk menjadi Nabi.

Pandangan Syi’ah (Pengikut Setia Ahlulbait as.) Dalam Masalah Ini!
“Zurarah bin A’yun pernah menanyakan hal itu kepada Imam Ja’far ia bertanya, “Bagaimana Nabi tidak takut bahwa yang datang kepadanya dari Allah itu termasuk bisikan dan wahyu setan?” Beliau menja­wab, “Sesungguhnya Allah jika menjadikan hambaNya seorang Rasul ia menurunkan atasnya ketenangan, sehingga apa yang datang dari Allah sama dengan apa yang ia saksikan dengan mata kepalanya.”[5]

Dalam riwayat lain juga dijelaskan ketika beliau ditanya: “Bagaimanakah para Rasul itu tahu bahwa mereka benar­-benar rasul? Beliau menjawab, “Tabir penutupaya telah disingkap.”[6]

Oleh sebab itu para nabi ketika dinobatkan berada pada keyakinan yang sempurna, akan tugas yang baru dibebankan di atas pundaknya, tidak takut, tidak bimbang dan tidak merasa minder bahkan selalu diliputi oleh lindungan dan inayah Allah.

Al Allamah Ath Thabarsi –seorang mufassir agung Syi’ah berkata, “Allah tidak akan mewahyukan kepada Rasul-Nya kecuali disertai dengan bukti-bukti yang jelas dan tanda yang nyata yang dapat menunjukkan bahwa apa yang diterimanya benar-benar dari Allah, sehingga Ia tidak butuh kepada bukti yang selainnya dan ia tidak akan takut serta tidak akan ditakut-takuti dan tidak pula gentar.”[7]

Ibnu Jakfari bertanya:
Setelah Anda baca apa yang diuraikan di atas dan data-data dari hadis riwayat Ahlusunnah, kami ingin bertanya, mungkin kami dapat meneumukan jawaban memuaskan dari para ulama Ahlusunnah.
  1. Bagaimana ulama Ahlusunnnah menafsirkan ayat-ayat yang kami sebutkan di awal artikel ini yang menerangkan betapa jelas dan gamblangnya suasana penobatan seorang menjadi nabi sehingga tidak perlu kepada sesuatu selain burhân/bukti dari Allah SWT. apalagi bantuan dari seorang pendeta Kristen bernama Waraqah ibn Naufal.
  2. Bagaimana para ulama Ahlusunnah menerima dongeng prosesi awal penobatan Nabi Muhammad saw. sebagai nabi seperti yang dalam riwayat-riwayat Bukhari dan muhaddis lain –seperti di atas-, padahal Allah mensifati Nabi saw. bahwa beliau berada di atas bashîratin, seperti dalam ayat 108 surah Yusuf [12]:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أدعو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أنا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أنا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”

Dan ayat 10 surah an Naml [27]:

إِنِّي لا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ

“Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku.”.

Bagaimana ulama Ahlusunnah menerima dongeng versi Bukhari seperti di atas, padahal Alllah SWT telah menegaskan dalam banyak ayat Al Qur’an tentang berita gembira yang disampaikan para nabi kepada kaumnya akan diutusnya Nabi Muhammad saw. Dan manusia menanti-nanti kedatangan nabi tersebut… mereka mengenal berbagai ciri dan sifat Nabi saw. Seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri… lalu apakah mereka mengenal sifat dan ciri Nabi saw. sementara beliau tidak mengenalnya? Bagaimana Bukhari mengatakan bahwa Nabi saw. Tidak mengenal status dirinya sendiri kendati Jibril sudah datang menemuinya dan menyampaikan wahyu perdananya?! Sehingga Waraqah menyakinkan ststus kenabian beliau?!

Coba renungkan ayat-ayat di bawah ini:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يدي مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata:” Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad) ” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti- bukti yang nyata, mereka berkata:” Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash Shaff [61];6).

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ أَلَّذِينَ خَسِرُوا أنفسهم فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ.

“Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak- anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman ( kepada Allah ).” (QS. Al An’âm [6];20).

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الآمّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالآنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأَغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أنزل مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang- orang yang beruntung.” (QS. Al A’râf [7];157).

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فضلاً مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أثر السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الآنْجِيلِ كَزَرْعٍ أخرج شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عظيماً

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang- orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam- penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang- orang kafir (dengan kekuatan orang- orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Fath [48];29).

Keyakinan Syi’ah Tentang Kema’shuman Nabi Muhammad Saw. Sejak Masa Kanak-kanak
Kami Syi’ah Ahlulbait Nabi as. Berkeyakinan tentang kema’shuman Nabi saw. dan bagaimana besarnya perhatian Allah terhadapnya sesuai dengan sabda-sabda para imam suci kami…. Allah SWT senantiasa menjaga Nabi-Nya dengan perhatian yang pemeliharaan-Nya. Di antaranya apa yang disabdakan Imam mulia kami; Ali ibn Abi Thalib as.

ولقد قرن الله به صلى الله عليه وآله من لدن أن كان فطيماً أعظم ملك من ملائكته ، يسلك به طريق المكارم ، ومحاسن أخلاق العالم ليله ونهاره . ولقد كنت أتبعه اتِّبَاعَ الفصيل أثر أمه ، يرفعُ لي في كل يوم من أخلاقه علماً ، ويأمرني بالإقتداء به .ولقد كان يجاور في كل سنة بحراء ، فأراه ولا يراه غيري . ولم يجمع بيتٌ واحدٌ يومئذ في الإسلام غير رسول الله صلى الله عليه وآله وخديجة وأنا ثالثهما، أرى نور الوحي والرسالة وأشم ريح النبوة.

Dan Allah telah menggandengkan bersama beliau saw. sejak masa beliau disapih ibunya seorang malaikat teragung. Ia membimibingnya menitih jalan kemuliaan perangai dan keindahan akhlak dunia, di sinag dan di malam hari. Dan aku senantiasa mengikuti beliau bak anak unta mengikuti induknya. Setiap hari beliau mengangkat untukku sebuah panji dari akhlak mulianya dan memerintahku untuk mengikutinya. Dan beliau menyendiri di gua Hirâ’ setiap tahun. Aku melihatnya dan tidak ada orang selainku yang melihatnya. Dan saat itu tiada sebuah rumah yang menghimpun anggota-anggota yang Muslim selain Rasulullah saw., Khadijah dan aku orang yang ketiganya. Aku menyaksikan cahaya wahyu dan kerasulan serta aku mencium semerbak harumnya kenabian.[8]

Inilah keyakinan kami; Syi’ah Ahlulbait as.!

(Bersambung)

Referensi:
[1] Kisah dan drama mencekam awal kedatangan wahyu itu dapat Anda baca dalam: Shahih Bukhari,1\bab Bad’u Al Wahyi, 4\ Kitab Bad’u Al Khalqi, 6\ Kitab at-Tafsir, Surah Iqra’ dan 6\Kitab at Tta’bir, Bab Awwalu Ma Budia rasulullah saw. Min al Wahyi, Shahih Muslim,1\ bab Bad’u Al wahyi bi Rasulillah dan Musnad Ahmad:6\223 dan 323.
Atau di situs resmi Kementrian Urusan Agama dan Wakaf Saudi Arabia: http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=6 atau http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=10403
[2] 1/ bab 251 cet. Al Maktabah Al Islamiyah Bairut. Lihat juga Al Bidayah Wa Al Nihayah,3/15-16, Sirah Ibnu Hisyam,1/255, Tarikh Al Thabari,2/50, Tarikh Al Khamis,1/283 Al Sirah Al Nabawiyah -tulisan Zaini Dahlan,1/83.
[3] Lihat Thabaqat Ibnu Sa ‘ad,1/195.
[4] Dalam pandangan Ibnu Hajar apa yang menimpa Nabi saw. pada permulaan turunnya wahyu termasuk khushûshiyah/keistimewaan beliau, sebab hal yang demikian tidak pernah terjadi pada nabi-nabi selain beliau pada awal turunnya wahyu  (Al Sirah Al Halabiyah,1/242).
[5] TafsirAl Ayyasyi, 2/201 dan Biharul Anwar,18/262
[6] Biharul Anwar,11/56  dan at Tamhid,1/50.
[7] Tafsir Majma’ul Bayan,10/384.
[8] Nahjul Balaghah,2/157.

saudara  pembaca …………..

Sunni  menuduh  Nabi Muhammad Saw. Berniat Bunuh Diri Karena Stres Berat !

Imam Bukhari meriwayatkan dalan kitab Shahih-nya; Kitabu at Ta’bîr,8/67:

وفَتَرَ الوحي فترةً حتى حزن النبي(ص) فيما بلغنا حزناً غدا منه مراراً كي يتردى من رؤس شواهق الجبال! فكلما أوفى بذِرْوَة جبل لكي يلقي منه نفسه ، تبدَّى له جبريل فقال يا محمد إنك رسول الله حقاً ، فيسكن لذلك جأشه وتقرُّ نفسه فيرجع . فإذا طالت عليه فترة الوحي غدا لمثل ذلك فإذا أوفى بذروة جبل تبدَّى له جبريل فقال له مثل ذلك!!

“Dan berhentilah wahyu (tidak turun lagi) untuk beberapa waktu, sehingga Nabi saw. bersedih –sesuai riwayat yang sampai kepada kami- dengan kesedihan yang sangat sehingga berkali-kali berusaha melemparkan dirinya dari puncak gunung-gunung tinggi! Dan setiap kali beliau sampai di puncak gunung untuk melemparkan dirinya dari puncaknya, malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan berkata, “Hai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah benar-benar utusan (Rasul) Allah.” Maka tenanglah dan tentramlah hati dan jiwa beliau lalu beliau pulang”.
Dan jika panjang fatratul wahyi (waktu terputusnya wahyu) beliau kembali seperti semula (ingin melemparkan diri dari puncak gunung)! Dan ketika beliau sampai di puncak gunug Jibril kembali lagi menampakkan dirinya dan berkata yang sama seperti pada kali-kali sebelumnya!.”
.

Inilah riwayat Bukhari (kitab tershahih setelah Al Qur’an dan yang diyakini seluruh hadis di dalamnya adalah shahih dan barang siapa meragukannya maka ia telah keluar dari jalan kaum mukminin) yang menggambarkan Nabi mulia kita sebagai seorang yang stress berat sehingga tidak mampu mengontrol jiwanya dan selalu berusaha mau bunuh diri dengan melemparkan diri dari puncak gunung! Semua itu dikarenakan wahyu terlambat turun!

Kendati para ulama Sunni meyakini keshahihan dan keagungan kitab Shahih Bukhari dan mengimani seluruh hadisnya adalah shahih, namun terkait dengan kasus riwayat di atas, tidak sedikit dari ulama Sunni yang kebingungan sehingga berusaha mati-matian memeras pikiran dan keahlian mereka dalam mencari-carikan seribu satu alasan untuk menyelamatkan Imam Bukhari (bukan menyelamatkan Nabi mulia Muhammad ssaw., maaf!!) dan mempertahankan kewibawaan ketokohon dan kehebatan kitab Shahaih-nya.

Memang dengan memuat riwayat di atas Imam besar Ahlusunnah; Imam Bukhari telah membuat para pensyarah kelabakan dan kebingunan… namun mereka pasti tidak kehilangan akal untuk mengatakan bahwa kendati Imam Bukhari meriwayatkan dongeng konyol diatas tetap saja wibawa Shahih Bukhari tidak tergorahkan!

Mengapa? Sebab riwayat yang diyakini sebagai shahih yang karenanya kitab tersebut diyakini sebagai kitab yang seluruh hadisnya SHAHIH miah bil miah, seratus persen adalah khusus untuk hadis/riwayat yang musnad (memiliki sanad bersambung)! Sementara hadis di atas – kata mereka- tidak lain hanyalah informasi yang diterima az Zuhri dan kemudian ia sampaikan dengan tanpa sanad… ia hanya berkata, “fîmâ balaghanâ/sesuai riwayat yang sampai kepada kami.

Jadi –kata mereka- keberadaan riwayat seperti di atas yang menggambarkan Nabi mulia Muhammad saw. mau bunuh diri…. sama sekali tidak merusak keanggunan dan keshahihan kitab Shahih Bukhari!
Walaupun anehnya, Ibnu Hajar –pensyarah yang paling getol menyelamatkan kewibawaan Bukhari dan kitab Shahih-nya- terpaksa menyebutkan data-data yang memperkuat bahwa dongeng niatan Nabi saw. untuk bunuh diri itu termasuk dalam riwayat az Zuhri yang ia nukil dengan sanad bersambung dari Aisyah-istri Nabi saw.- kendati kemudian ia tidak menggubrisnya tanpa alasan yang jelas!

Coba perhatikan keterangan Ibnu Hajar di bawah ini:

ووقع عند ابن مردويه في التفسير من طريق محمد بن كثير عن معمر بإسقاط قوله فيما بلغنا، ولفظه : فترةً حزن النبي(ص)منها حزناً غدا منه.. إلى آخره ، فصار كله مدرجاً على رواية الزهري، عن عروة ، عن عائشة

“Dan dalam riwayat Ibnu Mardawaih dalam tafsir dari jalur Muhammad ibn Katsîr dari Ma’mar dengan tanpa kalimat “fîmâ balaghanâ/sesuai riwayat yang sampai kepada kami. Redaksinya sebagai berikut: ” … wahyu terputus beberapa waktu yang mana Nabi menjadi sedih dengan kesedihan yang sangat sehinggga….” Dan seluruhnya menjadi satu dalam riwayat az Zuhri dari Urwah dari Aisyah. [1]

Adapun keberatan Ibnu Hajar atas data di atas dan kecenderungannya untuk mengatakan bahwa dongeng itu bukan bersambung dengan sanad di atas adalah kecenderungan yang tidak ia dukung dengan dalil dan bukti…. Bukankah banyaknya bukti dari riwayat para ulama lain seperti Ibnu Mardawaih bahwa tambahan dongen itu bersambung dengan sanad di atas yaitu az Zuhri dari ‘Urwsah dari Aisyah sangat banyak dan kuat!

Selain itu, bukankah Ibnu Hajar sendiri telah menyebutkan dan menguatkan riwayat Ibnu Sa’ad dengan sanad bersambung kepada sahabat Ibnu Abbas ra. dengan redaksi berikut ini:

مكث أياماً بعد مجئ الوحي لا يرى جبريل ، فحزن حزناً شديداً حتى كاد يغدو إلى ثبير مرة وإلى حراء أخرى ، يريد أن يلقي نفسه ، فبينا هو كذلك عامداً لبعض تلك الجبال إذ سمع أنت رسول الله حقاً وأنا جبريل ، فانصرف وقد أقر الله عينه وانبسط جأشه ، ثم تتابع الوحي

“Dan Nabi tinggal beberapa hari setelah datangnya wahyu tidak melihat Jibril kembali, lalu beliau sedih dengan kesedihan yang sangat sampai-sampai beliau sesekali bermaksud mendatangi gunung Tsabîr dan sesekali hendak mendatangi gua Hirâ’ untuk melemparkan diri darinya. Lau ketika beliau bermaksud demikian dan mendatangi sebagian gunung itu beliau mendengar suara:”Engkau benar-benar adalah Rasul Allah dan aku adalah Jibril” maka beliau pergi dan Allah telah menenangkan jiwanya. Lalu setelah itu wahyu lancer turun.”

Dan hadis riwayat Ibnu Sa’ad yang disinggung oleh Ibnu Hajar itu dapat Anda temukan dalam kitab ath Thabaqât-nya,1/196 dengan sanad sebagai berikut: dari az Zuhri dari Urwah dari Aisyah, sebagaimana dapat Anda temukan dalam riwayat ath Thabarai dalam Târîkh-nya,2/47 dan juga dalam Tafsir-nya,30/317.[2]

Lagi pula andai benar seperti hemat Ibnu Hajar bahwa dongeng itu adalah tambahan dari az Zuhri tidak melaui sanad di atas, akan tetapi bukankah ia shahih menurut Imam Bukhari?! Buktinya ia pun mengoleksinya dalam kitab Shahih kebanggaannya yang katanya ia memuatnya setelah melalui seleksi ketat dari ratusan ribu hadis shahih!

*****
Di sini seperti telah disinggung, mereka hanya sibuk menyelamatkan Bukhrai dan kitab Shahihnya! Adapaun Nabi saw. dilecehkan dan digambarkan sehina itu…. Adapun membela Nabi saw. sepertinya bukan tanggung jawab dan urusan ulama Sunni!

Anda dapat membaca Fathul Bâri, bagaimana Ibnu Hajar al Asqallâni ketika mensyarahkan hadis di atas hanya sibuk meneliti dan mengungkap hal-hal sepele yang sama sekali tidak berarti dan tidak satu kata pun membela Nabi saw. yang sedang dihinakan dalam hadis Bukhari di atas!
 
Dongeng Palsu Versi Imam Bukhari Menjadi Dasar Doqma Akidah Ahlusunnah
Apapun kata ulama dan pensyarah kitab Shahih Bukhari yang berusaha dengan segala cara menyelamatkan Imam Bukhari dan kitab Shahih-nya tentang dongeng niatan Nabi saw. untuk bunuh diri… yang pasti kini dongeng itu benar-benar telah menjadi kayakinan yang diterima dengan tanpa keberatan oleh para tokoh dan ulama Ahlusunnah dan telah mengakar menjadi doqma yang wajib diterima.

Dongeng Palsu Itu Menjadi Data Andalan Para Sejarawan Sunni
Para ulama dan penulis sejarah ketika berbicara tentang awal proses penurunan wahyu dan masa fatratul wahyi tidak akan ketinggalan menyajikan dongeng utama Sirah dan pasti akan memaksa Anda untuk meyakininya sebagai bagian dari kesetiaan terhadap konsep kesunnian… jika tidak bias jadi akan diragukan kesunian Anda!

Anda dapat membuka kitab Sirah Nabi saw. karya Mufti Besar Sunni (Syafi’iyah) di masanya, Syeikh Zaini Dahlan atau kitab Hayâtu Muhammad karya Cendikiawan Muslim kebanggan Sunni Muhammad Husain Haikal atau Fiqhu Sîrah karya ulama dan pemikir hebat Sunni Syeikh Sa’îd Ramâdhan al Bûthidi sana Anda pasti menemukan mereka menyebutkan deongeng itu dari riwayat Bukhari dan lainnya sebagai sebuah kebenaran pasti yang tidak perlu diiperdebatkan!
Syeikh Zaini Dahlan berkata, “Maka Nabi saw. besedih dengan kesedihan yang sangat sehingga berkali-kali berniat untuk melemparkan diri dari puncak gunung. Dan setiap kali ia sampai di puncak gunung untuk melempaskan diri, Jibril as. menampakkan dirinya dan berkata, ‘Engkau benar-benar adalah utusan Allah.’ Maka tenanglah jwa beliau dan pulanglah beliau. Lalu jika lama masa kefakuman wahyu beliau kembali lagi untuk berusaha melemparkan diri dari puncak gunung dan sekali lagi Jibril pun datang dan berkata yang sama.

Dan dalam kitab Fathu al Bâri disebutkan bahwa masa fatratul wahyi itu berlangsung selama tiga tahun. As Suhaili memastikan bahwa ia berlangsung selama dua tahun…. [3]
 
Haikal dengan gaya bahasa menawan berusaha meyakinkan pembacanya akan kebenaran dongeng yang menggambarkan kondisi betapa labilnya jiwa Nabi saw. di saat wahyu terputus dan Jibril tidak lagi kunjung datang! Haikal berkata,Dikatakan bahwa Nabi saw. berfikir untuk melemparkan diri dari puncak gunung Hira’ atau gunung Abu Qubais.[4]

Adapun Syeikh Sa’id Ramâdhan al Bûthi dengan tegas mengatakan bahwa adalah ketetapan hikmah ilahiah untuk memutus wahyu beberapa waktu yang cukup panjang agar kegelisahan menguasai jiwa Nabi saw. kemudian kegelisahan itu berubah menjadi rasa takut bahwa Allah telah menelantarkannya setelah sebeulumnya hendak memuliakannya, mungkin karena kesalahan yang pernah ia lakukan sampai dunia yang lebar ini menjadi sempit di mata Nabi saw. yang kemudian mendorongnya untuk nekad mengakhiri hidupnya dengan melemparkan diri dari puncak gunung![5]

Dari tiga kutipan di atas, dan tentunya ia hanya sekedar contoh semata,Anda dapat memahami betapa riwayat Imam nomer Satu Sunni itu benar-benar telah mendarah daging dalam doqma Sunni dan pikiran para ulama’nya!


Dongeng Palsu Itu Juga Menjadi Bahan Utama Para Ahli Tafsir Sunni
Selain ahli sejarah Sunni, para tokoh dan imam tafsir Sunni juga menjadikan dongeng palsu di atas sebagai bahan utama ulasan mereka ketika mereka berbicara tentang tafsir surah al ‘Alaq (surah pertama yang turun kepada Nabi saw.) tidak terkecuali para ulama yang biasanya ketat dalam meneliti dan menyeleksi riwayat-riwayat seperti Syeikh Muhammad Abduh.

Tidak mungkin menyebutkan komentar mereka semua dalam kesempatan ini. Sekali lagi kami hanya akan membawakan beberapa contoh dari para mufassir agar dapat dijadikan barometer betapa dongeng itu telah menodai kesucian dunia tafsir Sunni pula.

Ibnu Katsir, -setelah menyebutkan riwayat awal proses penerimaan wahyu dan niatan serius Nabi saw. untuk bunuh diri  dari riwayat Ahmad-, mengatakan, “Dan hadir ini telah diriwayatkan dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) dari hadis az Zuhri.[6]

Imam al Baghawi dalam tafsir Ma’âlim at Tanzîl-nya dan Allamah al Khâzin dalam tafsir Lubâb at Ta’wîl-nya menyebutkan riwayat Bukhari dan mengandalkannya dalam panafsiran ayat dan menyimpulkan darinya beberapa kesimpulan, sebagai bukti bahwa riwayat itu dalam pandangaan mereka tidak perlu dipermasalahkan.[7]

Begitu juga dengan Syeikh Muhammad Abduh, ia mengawali tafsir surah ini dengan mengatakan, “Telah shahih riwayat-riwayat bahwa Nabi saw. pertama kali menyaksikan malaikat menyampaikan wahyu, ia berkata kepadanya, Bacalah” maka Rasulullah saw berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca…. (kemudian ia melanjutkan): Perawi berkata, “Maka Nabi saw pulang dengan jiwa berdebar dan menemui Khadijah .. dan hadisnya panjang dan di dalamnya terdapat: “Dan setelah itu wahyu terputus beberapa waktu, Nabi bersedih dengan kesedihan yang sangat sehingga beliau berkali-kali untuk mellemparkan diri dari puncak gunung, akan tetapi penampakan malaikat dan mengabarannya bahwa ia adalah utusan Allah mencegahnya dari melaksakan niatannya itu….”[8]

Di sini, Anda berhak bertanya-tanya:
  • Mungkihkan Allah SWT tidak mampu meyakinkan kekasih dan hamba kesayangan-Nya Muhammad saw bahwa ia sekarang telah menjadi Nabi dan Rasul utusan Allah?!
  • Mungkinkah Allah berlaku zalim terhadap Nabi kecintaan-Nya yang baru saja Ia turuni wahyu lalu tiba-tiba disengaja wahyu itu Ia putus agar membuatnya kehilangan akal sehatnya dan akhirnya berusaha berkali-kali mau bunuh diri?
  • Jika Nabi Muhammad saw. saja yang menyaksikan langsung kedatangan malaikat Jibril utusan Allah untuk membawa wahyu-Nya kepada nabi dan rasul-Nya tidak mampu yakin bahwa yang datang itu adalah Jibril dan sekarang dirinya adalah Rasul Allah, lalu bagaimana mungkin Allah memaksa umat manusia untuk mengimani Muhammad sebagai nabi dan utusan Allah dan bahwa yang datang kepadanya itu adalah Jibril membawa wahyu Allah bukan setan, sementara kita tidak menyaksikannya dan tidak pula merasakannya?
  • Para ulama Sunni membenarkan adanya keraguan dalam jiwa Nabi Muhammad saw. tentang apa yang datang kepadanya. Lalu apakah Anda –wahau saudara Sunniku- juga sependapat dengan mereka?

Referensi:
[1] Fathu al Bâri,12/316.
[2] Dan riwayat Ibnu Sa’ad dan ath Thabari di atas justeru memperparah masalah, sebab kendati Allah telah menenangkan jiwa Nabi saw., tetap saja beliau berontak dan berniat untuk bunuh diri!
[3] Sirah Nabawiyah, Syeikh Mufti Syafi’iyah; Ahmad Zaini Dahlan, (dicetak dipinggir kitab as Sirah al Halâbiyah,1/163. Ter.al Maktabah al Islamiyah. Beirut.
[4] Hayât Muhammad:98.
[5] Baca Fiqhu as Sîrah:70.
[6] Tafsir al Qurân al Al ‘Adzîm; Ibnu Katsiîr,4/527-528.
[7] Kedua tafsir itu dicetak menjadi satu. Lihat,7/267-268
[8] TAfsir Juz Ammâ; Syeikh Muhammad Abduh:122-123. cet. Mesir. Tahun 1341 H.

Terkait Berita: