Periode
sebelum Rasulullah saw diutus menjadi nabi dan utusan Allah disebut
“jahiliah pertama”. Masyarakat yang hidup pada periode ini memiliki
banyak keserupaan dengan periode sebelum kemunculan Imam Mahdi di akhir
zaman, lantaran mereka meliburkan rasio dan rasionalitas dan pasrah diri
terhadap segala bentuk kejahilan.
Untuk itu, periode akhir zaman disebut “jahiliah kedua”.
Jahiliah kedua lebih berbahaya dibandingkan dengan jahiliah pertama.
Masyarakat pada masa Rasulullah menyembah berhala kayu. Tetapi
masyarakat yang hidup sebelum kemunculan Imam Mahdi as menyembah berhala
manusia. Berhala-berhala ini berusaha melawan imam Ilahi dengan
berpedang teguh kepada al-Quran dengan menggunakan tafsir bir ra’y.
Imam Mahdi as akan memusnahkan jahiliah ini, persis seperti tindakan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.
Lantaran urgensi jahiliah modern ini, mari kita renungkan bersama wejangan Rahbar berikut seputar isu ini:
Siapakah yang akan dilawan oleh resep (Islam) ini? Kejahilan umat
manusia. Kejahilan manusia ini bukan berarti sebagai anonim seluruh
penemuan yang berhasil digapai di dunia kontemporer ini. Apabila umat
manusia berhasil menggapai aneka ragam ilmu pengetahuan, tetapi mereka
tidak mengenal hubungan kemanusiaan yang sahih, maka mereka adalah
masyarakat jahil. Apabila mereka berhasil menggapai puncak ilmu
pengetahuan, tetapi masih meyakini dua kasta masyarakat, maka mereka
adalah masyarakat jahil. Jika mereka berhasil menggapai berbagai
kemajuan di bidang materi, tetapi landasan kehidupan mereka adalah
kezaliman; orang-orang kuat menginjak-injak orang lemah, maka mereka
adalah masyarakat jahiliah. Mereka inilah yang akan menimpakan petaka
terhadap umat manusia.
Mesin-mesin politik Barat adalah penebar semangat jahiliah yang telah
dimusnahkan oleh Rasulullah ketika beliau diutus menjadi nabi.
Ketidakadilan, diskriminasi, pelecehan terhadap kemuliaan manusia,
membesar-besarkan masalah seksual, dan pameran wanita adalah peradaban
busuk Barat.
Imam Hasan Askari dilahirkan di kota Madinah tanggal 8 Rabiul
Tsani tahun 232 Hijriah. Hari kelahiran Ahlul Bait Rasulullah Saw
membawa keberkahan, sekaligus pelajaran penting dari kehidupan mulia
mereka bagi umat manusia. Kehidupan Ahlul Bait Rasulullah Saw menjadi
suri teladan terbaik bagi masyarakat. Manusia-manusia suci ini dalam
kehidupannya senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan
membela kebenaran dan keadilan.
Salah
satu tujuan terpenting diutusnya para Nabi dan Rasul berdasarkan ayat
suci al-Quran adalah penegakkan keadilan. Untuk mewujudkan keadilan
diperlukan seorang pemimpin adil di tengah masyarakat. Dalam kitab suci
al-Quran surat al-Hadid ayat 25, Allah swt berfirman, "Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan..".
Senada dengan ayat ini, Imam Ridha berkata,"... salah
satu argumentasi pentingnya Imam dan pemimpin adalah perlunya
masyarakat terhadap undang-undang. Mereka wajib mematuhinya, dan tidak
boleh melanggar undang-undang. Sebab setiap pelanggaran terhadap
batas-batas aturan yang telah ditetapkan menyebabkan terjadinya
kerusakan di tengah masyarakat. Untuk melindungi batas-batas aturan
diperlukan para penjaga yang terpercaya. Jika tidak, tidak ada
seorangpun yang bersedia untuk meninggalkan kenikmatan dan kepentingan
pribadinya, meskipun akan menyebabkan kerusakan di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, Allah swt menyerahkan urusan masyarakat kepada orang
yang bisa mencegah kerusakan yang disebabkan para perusak, dan
menjalankan aturan di tengah masyarakat. Dalil lain [urgensi keberadaan
Imam], bangsa manapun tidak akan berlanjut tanpa pemimpin untuk mengatur
urusan dunia, dan akhirat mereka. Dengan demikian, hikmah Allah Yang
Maha Bijaksana tidak akan membiarkan makhluknya berkaitan dengan masalah
penting..."
Imam
Hasan Askari adalah Imam kesebelas yang menjadi pembimbing umat.
Kelahirannya memancarkan cahaya penerang kehidupan manusia, yang sudah
lelah dari ketidakadilan dan kezaliman. Beliau menjadi Imam dalam usia
22 tahun setelah ayahnya, Imam Ali al-Hadi syahid. Meskipun Imam Hasan
Askari hidup tidak lebih dari 28 tahun, tapi di usia yang singkat ini
telah menorehkan tinta emas dalam lembaran sejarah Islam. Manusia mulia
ini mewariskan karya besar dan penting di bidang tafsir al-Quran, fiqih
dan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Di tengah ketatnya pembatasan dan
tingginya tekanan dinasti Abbasiyah terhadap Ahlul Bait Rasulullah Saw,
Imam Askari masih tetap menyampaikan ajaran Islam kepada umat Islam
secara terorganisir untuk menyiapkan kondisi keghaiban Imam Mahdi
setelah beliau.
Di era
kegelapan pemikiran dan penyimpangan akidah, Imam Askari as bangkit
menyampaikan hakikat agama secara jernih kepada masyarakat. Beliau
mengobati dahaga para pencari ilmu dan makrifat dengan pancaran mata air
kebenaran. Argumentasi yang disampaikan Imam Askari as dalam berbagai
forum ilmiah diakui oleh para pemikir di zamannya, dan menjadi panduan
bagi mereka.
Lembaran
sejarah menorehkan keagungan akhlak Imam Hasan Askari. Berbagai riwayat
mengungkapkan kemuliaan manusia agung ini. Di tengah kondisi sulit
karena tekanan pemerintah lalim saat itu, Imam Hasan Askari tetap
menjadi rujukan masyarakat. Bahkan Imam tetap menjalin hubungan yang
baik dengan masyarakat, dan menyelesaikan masalah yang mereka alami.
Kedermawanan Imam Hasan Askari sangat dirasakan oleh masyarakat.
Abu
Yusuf, penyair dinasti Abbasiah, menuturkan "Aku pernah mengalami
kondisi yang sangat sulit. Saat itu, aku baru saja mempunyai seorang
anak. Kondisi sulit saat itu membuatku menulis surat memohon bantuan
kepada para pembesar Bani Abbas. Namun sangat disayangkan, mereka sama
sekali tidak membantuku.Ketika pesimis, aku teringat Imam Hasan Askari.
Kemudian, aku mendatangi rumah beliau. Tidak lama setelah mengetuk
pintu, seorang sahabat Imam membawa sekantong uang. Sahabat Imam itu
berkata, "Ambillah uang 400 dirham ini! Imam mengatakan; Gunakanlah uang
ini untuk anakmu yang baru lahir. Dengan keberadaan anak tersebut,
Allah Swt memberikan berkah dan kebaikan kepadamu."
Mengenai
ibadah dan penghambaan Imam Hasan, beliau adalah sosok yang sangat
sempurna. Abu Hasyim Jafari, salah satu sahabat setia Imam Hasan Askari
berkata, "Ketika tiba waktu shalat, Imam langsung meninggalkan pekerjaan
dan aktivitasnya. Beliau tidak pernah mendahulukan pekerjaan lainnya
dari pada shalat." Kehidupan Imam Askari merupakan manifestasi sejati
dari ibadah dan penghambaan kepada Allah Swt. Bahkan, para sipir penjara
dinasti Abbasiah menemukan jalan yang benar dan kebahagiaan sejati
setelah menyaksikan ibadah Imam Askari di penjara.
Dalam
nasehatnya, Imam Hasan Askari mengajak umat bersabar di tengah tekanan
hidup. Kepada salah seorang sahabatnya, beliau berkata, "Selama kalian
mampu dan bisa bertahan, janganlah memohon kepada orang lain. Sebab,
setiap hari ada rejeki baru. Ketahuilah bahwa terus-menerus memohon atau
mengemis dapat menghilangkan harga diri seseorang. Untuk itu,
bersabarlah hingga Allah Swt membuka pintu bagimu. Kenikmatan itu ada
masanya. Janganlah tergesa-gesa memetik buah yang belum waktunya dan
petiklah pada waktunya."
Imam
Hasan Askari menjadi pemimpin umat selama enam tahun. Tapi, dalam waktu
yang singkat itu, beliau berperan besar dalam menyebarkan budaya dan
ajaran Islam. Imam Hasan mengajar dan membina murid-murid yang menjadi
ulama dan ilmuwan setelahnya. Selain itu, beliau membimbing umat dengan
pemikiran dan ajaran Islam yang benar, di tengah derasnya serangan
budaya dan pemikiran dari luar Islam. Ketika itu, di dunia Islam tengah
marak penyimpangan pemikiran dan pandangan atheis yang dikembangkan dari
pemikiran Yunani dan India.
Imam
Hasan Askari terus berupaya menyelamatkan masyarakat dari segala bentuk
penyimpangan budaya dan pemikiran dengan memberikan pencerahan pemikiran
dan spiritualitas. Menyampaikan masalah agama, membina majlis-majlis
ilmu, dan membina para sahabat unggulan termasuk bentuk perlawanan yang
dilancarkan Imam Hasan Askari terhadap pemerintah zalim Dinasti
Abbasiah. Melalui media ilmu dan pengetahuan, Imam Askari menjelaskan
fakta sebenarnya bahwa pemerintahan zalim menjadi penghalang
terlaksananya ajaran-ajaran agama dan keadilan di tengah masyarakat.
Disamping itu, pemerintah zalim menginjak-injak hak-hak masyarakat dan
menyelewengkannya menjauhi jalan kebenaran. Imam Hasan menguatkan spirit
keadilan di tengah masyarakat, dan mengabarkan kehadiran putranya, Imam
Mahdi sebagai hujah Tuhan, yang akan mewujudkan keadilan di dunia ini.
Tolong beberkan secara ringkas tentang kisah hidup Nabi Isa As?
Jawaban Global:
Nabi Isa As merupakan salah satu nabi besar Ilahi. Allah Swt
menciptakan Nabi Isa As dari ibunya tanpa seorang ayah. Karena peristiwa
ini merupakan kejadian aneh bagi masyarakat dan tidak terbayangkan bagi
mereka bagaimana mungkin seorang bocah lahir tanpa seorang ayah? Karena
mereka melontarkan tuduhan kepada Maryam oleh itu Allah Swt menjadikan
Nabi Isa semenjak hari pertama kelahirannya mampu berbicara guna
melepaskan ibundanya dari segala macam tuduhan. Pada detik-detik pertama
kelahirannya itulah Nabi Isa As memproklamirkan dirinya sebagai Nabi
Allah.
Kemudian setelah berlalu beberapa tahun lamanya, Allah Swt mengutus
Nabi Isa sebagai nabi dan petunjuk bagi Bani Israil. Allah Swt
mengajarkan kepadanya Taurat dan Injil serta menganugerahkan
mukjizat-mukjizat seperti menghidupkan orang mati sehingga dengan
perantara mukjizat-mukjizat ini Nabi Isa dapat menetapkan kenabiannya.
Meski demikian, hanya segelintir orang yang beriman kepadanya. Yang
menonjol dari segelintir orang ini adalah kaum Hawariyun yang senantiasa
berada di samping Nabi Isa As dan berguru kepadanya.
Akhirnya para musuh Nabi Isa memutuskan untuk membunuhnya. Hal itu
terjadi akibat pengkhianatan salah seorang Hawariyun yang membocorkan
tempat tinggal Nabi Isa As. Para musuh menyergap ke tempat itu dan
seseorang yang mirip dengan Nabi Isa mereka tangkap dan salib.
Demikianlah Allah Swt menyelamatkan Nabi Isa As dan kemudian
mengangkatnya ke langit.
Jawaban Detil:
Nabi Isa As merupakan salah satu nabi besar Ilahi. Nama nabi besar ini
berada pada jejeran empat nabi ulul azmi. Penciptaannya serupa dengan
penciptaan Nabi Adam As. Artinya Allah Swt menciptakan Nabi Isa As dari
ibunya Maryam Uzara Sa yang merupakan seorang wanita salehah dan suci
tanpa seorang ayah.[1]
Kelahiran
Kakek Nabi Isa As bernama Imran. Istrinya tatkala hamil bernazar bahwa
ia akan menjadikannya sebagai pelayan di Baitul Muqaddas. Ia mengira
bahwa jabang bayi yang ia kandung adlaah seorang bocah laki-laki. Namun,
tatkala bayi itu lahir, ia melihat bahwa yang dilahirkannya adalah
seorang bocah perempuan. Karena itu ia memberikan nama kepada bocah
perempuan itu dengan nama Maryam. Setelah Maryam kian beranjak besar,
ibunya mengirimnya ke Baitul Muqaddas untuk berkhidmat di sana.
Nabi Zakariyyah memikul tanggung jawab sebagai wali bagi Maryam. Selama
itu, sedemikian Maryam menggondol derajat spiritual yang sangat tinggi
sehingga Allah Swt mengirimkan makanan dari langit untuknya.[2]
Namun selain Nabi Zakariyah terdapat orang lain yang merawat Maryam dan
ingin memperoleh kehormatan dengan merawatnya; karena itu untuk memilih
siapa yang dapat memperoleh kehormatan merawat Maryam diadakanlah
undian dengan menggunakan pena-pena mereka. Hasil undian menunjukkan
nama Nabi Zakariyah yang berhak merawat Maryam.[3]
Hingga suatu hari Bunda Maryam menyingkir dari tengah masyarakat dan
pergi ke salah satu bagian Baitul Muqaddas dan melakukan uzlah di situ.
Allah Swt mengutus seorang malaikat dalam bentuk manusia guna memberikan
Nabi Isa kepada Bunda Maryam. Dengan demikian, Bunda Maryam mengandung
tanpa berhubungan dengan seorang pria.[4]
Pada sebagian riwayat disebutkan, Bunda Maryam mengandung dengan cara
memakan dua butir korma yang dibawakan oleh Jibril kepadanya.[5]
Masa kehamilan Bunda Maryam disebutkan berbeda-beda dalam riwayat; sebagian menyebutnya enam bulan[6] dan sebagian lainnya sembilan jam sebagai ganti sembilan bulan. [7]
Tatkala tiba masa kelahiran Nabi Isa As, sakit akibat persalinan yang
membawa Bunda Maryam ke sebuah tempat pada pangkal pohon kurma. Bunda
Maryam sangat risau karena pelbagai tudingan akan dilayangkan kepadanya
sedemikian sehingga ia berharap mati. Namun Nabi Isa yang baru saja
lahir, berbicara sesuai dengan perintah Allah Swt dan menghibur
ibundanya. Kisah Bunda Maryam ini diabadikan dalam al-Quran sebagaimana
berikut: “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada
pangkal pohon kurma. Ia berkata, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi
dilupakan.” . Maka Jibril menyerunya dari bawah kakinya, “Janganlah kamu
bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawah kakimu.Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,
niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka
makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa
untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusia pun pada hari ini.’” (Qs. Maryam [20]:23-26).
Bunda Maryam dengan hati mantap, sembari menggendong anaknya, kembali ke kaum dan keluarganya.
Masyarakat yang hanya mampu melihat secara lahir masalah ini, memandang
Maryam dengan penuh curiga. Al-Quran mengisahkan peristiwa itu
demikian: “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya.
Kaumnya berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu
yang amat mungkar.Hai saudara perempuan Harun, ayahmu
sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah
seorang pezina.” Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata,
“Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
buaian?”Isa berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia
memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia
menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama
aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada
hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Qs. Maryam [19]:27-33).
Dengan ucapan ini, Nabi Isa menepis tuduhan keji itu yang dialamatkan
kepada ibunya dan juga menetapkan kenabiannya bagi masyarakat.
Masa Pertumbuhan
Satu-satunya risalah Nabi Isa As pada masa-masa awal setelah lahir
adalah menetapkan makam kenabiannya dan bahwa ibunya tidak berdosa.
Namun ia belum lagi memikul tanggung jawab untuk memberikan petunjuk dan
menyampaikan agama Ilahi. Pada saat yang sama bahaya yang dilancarakan
oleh sekelompok Yahudi mengancam jiwa Nabi Isa As. Allah Swt menuntun
mereka berdua ke tempat yang aman; negeri yang tinggi memiliki keamanan
dan air yang mengalir[8]
sehingga di tempat itu Nabi Isa melalui masa-masa pertumbuhan dan
menyiapkan dirinya untuk menyampaikan risalah samawi. Pada sebagian
riwayat disebutkan bahwa tempat itu adalah Najaf.[9]
Masa Kenabian
Nabi Isa As tumbuh dalam pangkuan dan gemblengan Bunda Maryam hingga
mencapai usia 7 atau 8 tahun. Dalam masa ini, Nabi Isa mendapatkan tugas
untuk menghidayahi Bani Israel dan menyelamatkan mereka dari kesesatan.[10]
Allah Swt mengajarkan kitab Taurat dan Injil kepada Nabi Isa dan menganugerahkan kepada hikmah dan ilmu khusus-Nya.[11]
Allah Swt sebagaimana mengaruniai pelbagai mukjizat kepada para nabi
lainnya, juga mengaruniai kepada Nabi Isa As mukjizat supaya ia dapat
menetapkan kenabiannya kepada masyarakat.
Salah satu mukjizatnya adalah ia dapat menciptakan burung dari lempung.
Ia meniupkan ruh dan membentuknya dengan izin Allah Swt sehingga
lempung berubah menjadi seekor burung. Allah Swt memberikan izin
kepadanya guna menyembuhkan orang buta. Salah satu mukjizat Nabi Isa
yang sangat menakjubkan adalah menghidupkan orang mati. Ia dengan
perintah Allah Swt menghidupkan beberapa orang. Ia bahkan mengabarkan
kepada masyarakat makanan yang mereka santap dan mereka simpan.
Hidangan langit adalah salah satu mukjizat lain Nabi Isa yang dipenuhi
akibat permintaan Hawariyun (murid-murid khusus Nabi Isa). Hidangan
makanan dari langit turun dan meski jumlah roti dan ikan hanya sembilan
biji,[12] namun dapat mengeyangkan empat ribu orang.[13]
Dengan adanya semua mukjizat ini, hanya segelintir orang yang beriman
kepada Nabi Isa dan yang paling menonjol adalah Hawariyun. Jumlah
Hawariyun adalah dua belas orang dan yang paling pandai di antara
Hawariyun adalah al-Wiqa.[14] Namun orang-orang dari Bani Israel yang memilih kufur mendapatkan laknat Nabi Isa[15] dan sesuai dengan sebuah riwayat disebutkan bahwa mereka menjadi hewan jadi-jadian yaitu mereka berubah menjadi hewan.[16]
Perjalanan Akhir Nabi Isa As
Sebagian Yahudi yang menyimpan permusuhan kepada Nabi Isa berencana
untuk membunuhnya. Akibat pengkhianatan salah seorang Hawariyun yang
bernama Yahuda Iskariot yang tidak beriman kepada Nabi Isa dalam hatinya
dan termasuk sebagai seorang munafik membongkar tempat persembunyian
Nabi Isa As dan musuh segera menyergap di tempat itu. Mereka menangkap
seseorang yang mirip dengan Nabi Isa As. Orang-orang Kristen dan orang
lain meyakini bahwa musuh telah menyalib Nabi Isa para hari Jumat
kemudian membunuhnya. Namun setelah berlalulnya tiga hari dari kematian
Nabi Isa, hari Minggu ia kembali hidup dan naik ke langit.[17]
Namun kitab samawi al-Quran menolak bahwa Nabi Isa As telah disalib dan dibunuh. Al-Quran menyatakan: Dan lantaran ucapan mereka, “Sesungguhnya Kami telah membunuh
al-Masih, Isa putra Maryam, rasul Allah”, padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh
ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar
dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai
keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan
belaka, dan mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah
Isa.Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. al-Nisa [4]:157-158).
Benar, Allah Swt menjaganya dari kejahatan musuh-musuhnya dan
membawanya ke langit hingga mengembalikanya ke bumi hingga pada masa
kemunculan Imam Mahdi Ajf dan menunaikan salat di belakangnya.[18]
Referensi:
[1]. “Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya,
“Jadilah” (seorang manusia) , maka jadilah dia.”(Qs. Ali Imran [3]:59)
[2]. (Ingatlah),
ketika istri ‘Imran berkata, “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku menazarkan
kepada-Mu anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan
berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku.
Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Maka
tatkala istri ‘Imran melahirkan anaknya, ia pun berkata, “Ya Tuhan-ku,
sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih
mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah
seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan
aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada-Mu
dari setan yang terkutuk.” Lalu Tuhannya menerimanya (sebagai nazar)
dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik
dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap kali Zakaria masuk
untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria
berkata, “Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan ) ini?” Maryam
menjawab, “Makanan itu berasal dari sisi Allah Sesungguhnya Allah
memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Qs. Ali Imran [3]:35-37)
[3]. “Yang
demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan
kepadamu (hai Muhammad), padahal kamu tidak hadir beserta mereka ketika
mereka melemparkan pena-pena mereka (untuk mengundi) siapa di antara
mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka
ketika mereka bersengketa.” (Qs. Ali Imran [3]:44)
[4]. “Dan
ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an pada saat ia menjauhkan
diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitul Maqdis).
Maka ia membentangkan tabir antara dirinya dan mereka (sehingga tempat
menyepi itu siap untuk digunakan sebagai tempat ibadah); lalu Kami
mengutus roh Kami kepadanya, lalu ia menjelma di hadapannya (dalam
bentuk) manusia yang sempurna.Maryam berkata, “Sesungguhnya
aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, jika kamu seorang
yang bertakwa.” Ia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang utusan Tuhanmu untuk memberimu seorang anak laki-laki yang
suci.” Maryam berkata, “Bagaimana mungkin aku akan memiliki seorang anak
laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata, “Demikianlah adanya.
Tuhan-mu berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar Kami dapat
menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan
hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’”Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Qs. Maryam [19]16-22)
[5]. Burqi, Ahmad bin Muhammad bin Khalid, al-Mahâsin, jil. 2, hal. 537, Qum, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Kedua, 1371 S.
[6]. Muhamad bin Yakub Kulaini, al-Kâfi,
Riset oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, jil 1, hal. 465,
Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Keempat, 1407 H.
[7]. Sayid Hasyim bin Sulaiman Bahrani, al-Burhân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 3, hal. 707, Qum, Muassasah Bi’tsat, Cetakan Pertama, 1374 S.
[8]. “Dan
Kami telah menjadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti
yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu
tanah tinggi mendatar yang aman dan memiliki sumber-sumber air bersih
yang mengalir.” (Qs al-Mukminun [23]:50)
[9]. Sayid Hasyim bin Sulaiman Bahrani, al-Burhân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 3, hal. 707, Qum, Muassasah Bi’tsat, Cetakan Pertama, 1374 S.
[10]. Muhamad bin ‘Ayyas Bahrani, Tafsir al-‘Ayyâsyi, Riset oleh Rasul Mahallati, jil. 1, hal. 174, Tehran, al-Mathba’ah al-‘Ilmiah, Cetakan Pertama, 1380 S.
[11]. “Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil.” (Qs. Ali Imran [3]:48)
[12]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 14, hal. 249, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Cetakan Kedua, 1403 H.
[13]. Tafsir Mansub ila al-Imâm al-Hasan al-‘Askari, hal. 195, Qum, Madrasah Imam Mahdi Ajf, Cetakan Pertama, 1409 H.
[14]. Syaikh Shaduq, Muhamad bin Ali, al-Tauhid, hal. 421, Qum, Daftar Nasyr Islami, Cetakan Ketiga, 1398 H.
[15]. “Telah
dilaknat orang-orang kafir dari Bani Isra’il melalui lisan Dawud dan
Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas.” (Qs. al-Maidah [5]:78)
[16]. Ali bin Ibrahim, Tafsir al-Qummi, jil. 1, hal. 176, Dar al-Kitab, Cetakan Keempat, 1367 S.
[17]. Injil Yohanes 20:25
[18]. Yahya bin Hasan Ibnu Bithriq, Umdah ‘Uyun Shihâh al-Akhbâr fi Manâqib Imâm al-Abrâr, hal. 430, Qum, Daftar Nasyr Islami, Cetakan Pertama, 1407 H.
Apakah Rasulullah Saw pernah memprediksi dan menubuatkan penaklukan Konstantinopel (Istanbul) dan Roma?
Pertanyaan:
Rasul pernah berkata bahwa
Islam akan menaklukan kota Konstantinopel dan Roma. Konstantinopel telah
ditaklukan, kapankah kita menahklukan Roma?
Jawaban Global:
Ahlusunnah mengutip sebuah riwayat dari Rasulullah Saw yang di dalamnya
menyinggung tentang penaklukan Konstantinopel dan pujian kepada pasukan
dan panglima yang menaklukan kota tersebut. “Sesungguhnya Konstatinopel
akan takluk. Alangkah baiknya panglimanya dan alangkah baiknya
pasukannya.”.
Terlepas apakah kita menerima atau menolak riwayat ini, Konstantinopel
adalah ibukota Romawi Timur yang ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Fatih
(salah seorang Raja Otto Usmani). Namun kita tidak dapat memastikan
apakah penaklukan ini adalah penaklukan yang telah dinubuatkan oleh
Rasulullah Saw. Riwayat-riwayat Syiah memiliki metode berbeda terkait
dengan penaklukan negeri-negeri ini. Berdasarkan riwayat Syiah,
Konstantinopel dan Roma akan takluk di tangan Imam Mahdi Ajf.
Jawaban Detil:
Rasulullah Saw adalah amin wahyu Ilahi dan Rasulullah Saw mengetahui perkara ghaib sesuai dengan penegasan al-Quran.[1]
Dari perkara-perkara ghaib yang diketahui ini, terdapat sabda-sabda
Nabi Muhamamd Saw yang mengabarkan tentang masa depan. Contoh-contoh
dari hal ini sangatlah banyak dan memerlukan waktu dan ruang lain untuk
membahasnya.
Sesuai dengan beberapa riwayat, salah satu nubuat dan prediksi (yang
bersumber dari berita ghaib) adalah penaklukan Konstantinopel.
Konstantinopel adalah sebuah kota yang hari ini lebih dikenal sebagai
kota Istanbul. Kota ini dulunya adalah bagian dari negara Romawi Kuno
dan termasuk salah satu kota terbesar dan terpenting negara tersebut
sedemikian sehingga pada masa tertentu menjadi tempat kediaman Raja Roma
ketika itu. Kota ini disebut Konstatinopel karena rajanya bernama
Konstantin (Constantine) yang membangun kota itu.[2]
Dalam beberapa literatur Islam yang menyebutkan beberapa riwayat
tentang Penaklukan Konstantinopel dan Roma yang akan disebutkan sebagian
darinya sebagai berikut:
Penaklukan Roma dan Konstantinopel dalam Sebagian Riwayat Ahlusunnah
Ahlusunnah mengutip sebuah riwayat dari Rasulullah Saw yang di dalamnya
menyinggung tentang penaklukan Konstantinopel dan pujian kepada pasukan
dan panglima yang menaklukan kota tersebut. “Sesungguhnya Konstatinopel
akan takluk. Alangkah baiknya panglimanya dan alangkah baiknya
pasukannya.”[3]
Selain kemasyhuran yang dimiliki riwayat ini – khususnya demi
kepentingan politik dinasti Usmani – namun sebagian ulama besar
Ahlusunnah memandang lemah orang-orang yang menukil riwayat ini,[4] dimana hanya segelintir orang di antara mereka yang menaruh perhatian terhadap riwayat ini.
Namun demikian, Konstantinopel adalah ibukota Romawi Timur yang
ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Fatih (salah seorang Raja Otto Usmani).[5] Namun kita tidak dapat memastikan apakah penaklukan ini adalah penaklukan yang telah dinubuatkan oleh Rasulullah Saw.
Di samping itu, Ahlusunnah juga mengutip sebuah hadis dari Rasulullah
Sw tentang penaklukan Roma yang lebih besar dan lebih luas dari
Konstantinopel, “Kalian akan berperang dengan penduduk Jazirah al-Arab
dan Allah Swt akan membebaskan negeri itu untuk kalian. Kalian juga akan
berperang dengan negeri Roma dan Allah Swt akan membebaskan negeri itu
juga untuk kalian. Kalian juga akan berperang dengan (negeri) Dajjal dan
Allah Swt juga akan membebaskan negeri itu untuk kalian.”[6]
Sebagaimana sebagian muhaddis besar (ahli hadis) Ahlusunnah menyebutkan,[7] riwayat ini terkait dengan peristiwa-peristiwa sebelum kemunculan Imam Mahdi Ajf.
Penaklukan Roma dan Konstantinopel dalam Sebagian Riwayat Syiah
Riwayat-riwayat Syiah memiliki metode berbeda terkait dengan penaklukan
negeri-negeri ini. Berdasarkan riwayat Syiah, Konstantinopel dan Roma
akan takluk di tangan Imam Mahdi Ajf. Berikut ini kami akan menyebutkan
sebagian dari riwayat tersebut sebagai berikut:
“Rasulullah Saw bersabda, ‘Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali
seseorang dari Ahlulbaitku menaklukan Konstantinopel, Gunung Dailam dan
lain sebagainya, dan sekiranya hanya satu hari tersisa sebelum kiamat
maka Allah Swt akan memanjangkan hari itu hingga ia menaklukan
negeri-negeri tersebut.”[8]
Imam Shadiq As bersabda, “Tatkala Qaim kami bangkit, maka ia akan
bergerak ke arah Kufah. Ia tidak akan berhadapan dengan bid’ah kecuali
ia lenyapkan dan tidak berhadapan dengan sunnah (hasanah) kecuali ia
hidupkan. Ia akan menaklukan Konstantinopel, Cina, gunung-gunung
Dailam....” [9]
Imam Baqir As bersabda, “Apabila Qaim kami bangkit; Allah Swt akan
membantunya dengan perantara para malaikat. Allah Swt akan menaklukan
Roma dan Dailam dengan perantaranya..”[10]
Terdapat beberapa riwayat lain dalam hal ini.[11]
Akan tetapi harap diperhatikan bahwa kemenangan ini tidak serta merta
bermakna bahwa Imam Mahdi Ajf akan menaklukan tempat-tempat ini dengan
berperang melawan orang-orang kafir, melainkan boleh jadi negeri-negeri
ini akan dikelolah oleh sebagian orang yang nampak sebagai Muslim dan
Imam Mahdi dengan perang atau damai akan mengembalikannya kepaa
pemerintahan tunggal Islam.
Referensi:
[1]. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, 2775: Ilmu Ghaib.
[2]. Syihabuddin Abu Abdillah, Yaqut Hamawi, Mu’jam’ al-Buldân, jil. 4, hal. 347, Beirut, Dar Shadir, Cetakan Kedua, 1995 M.
[3]. Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Syaibani, Musnad Ahmad bin Hanbal,
Riset oleh Syuaib al-Arnut, Adil Mursyid et al, Isyraf, Turki, Abdullah
bin Abdullah al-uhsin, jil. 31, hal. 287, Beirut, Muassasah al-Risalah,
Cetakan Pertama, 1421 H; Sulaiman bin Ahmad Thabarani, al-Mu’jam al-Kabir, Riset oleh Hamdi bin Abdul-Majid Sulfa, jil. 2, hal. Hal. 38, Kairo, Maktabah Ibnu Taimiyah, Cetakan Pertama, 1415 H.
[4]. Muhammad Ismail Bukhari, Takhrij al-Ahâdits al-Marfu’ah al-Musnadah fi Kitâb al-Târikh al-Kabir, disusun oleh Muhammad bin Abdul Karim bin Ubaid, hal. 791, Riyadh, Maktabah al-Rusyd, Cetakan Pertama, 1420 H.
[5]. Ali bin Muhammad, Muhammad al-Shallabi , Fâtih al-Qustantiniyah al-Sulthan Muhammad al-Fâtih, jil. 1, hal. 125, Cetakan Pertama, Dari al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islamiyah, Mesir, 1427 H.
[6]. Ibnu Majah Qazwini, Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah,
Riset oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, jil. 2, hal. 1370, Faishal Isa
al-Babi al-Halabi, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Tanpa Tahun; Abu Bakar
bin Abi Syaibah, Abdullah bin Muhammad, Musnad Ibnu Abi Syaibah, Riset oleh Azazi, Adil bin Yusuf, Mazidi, Ahmad bin Farid, jil. 2, hal.. 28, Riyadh, Dar al-Wathan, Cetakan Pertama, 1997 M.
[7]. Muslim bin Hajjaj, Qasyiri Naisyaburi, Shahih Muslim, Riset oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, jil. 4, hal. 2225, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Beirut, Tanpa Tahun.
[8]. Ali bin Isa Arbili, Kasyf al-Ghummah fi Ma’rifat al-Aimmah,
Riset dan edit oleh Hasyim Rasuli Mahallati, jil. 2, hal. 474, Cetakan
Pertama, Nasyr Bani Hasyim, Tabriz, 1381 H; Muhammad Baqir Majlisi,
Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 84, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Cetakan
Kedua, Beirut, 1403 H.
[9]. Muhammad bin Ahmad Fital Naisyaburi, Raudhah al-Wâizhin wa Bashirah al-Muta’azzhin, jil. 2, hal. 264, Intisyarat Radhi, Cetakan Pertama, Qum, 1375 S.
[10]. Ibnu Abi Zainab (Nu’mani), Muhammad bin Ibrahim, al-Ghaibah, Riset oleh Ali Akbar Ghaffari, hal. 234-235, Tehran, Nasyr Shaduq, Cetakan Pertama, 1397 H; Hasan bin Sulaiman Hilli, Mukhtashar al-Bashair, Riset oleh Musytaq Muzhaffar, hal. 495, Qum, Muassasah al-Nasyr al-Islami, Cetakan Pertama, 1421 H.
[11].Syaikh Hurr Amili, Itsbat al-Hudât bi al-Nushush wa al-Itsbât, jil. 5, hal. 255, Cetakan Pertama, A’lami, Beirut, 1425 H.
Di mana-mana sahaja forum di internet hatta di kedai kopi sekali pun
akan berlaku suatu percanggahan pendapat tentang memahami permasalahan
Dajjal. Biasanya percanggahan pendapat itu meliputi perkara-perkara
berikut:
• Bagaimana rupa sebenar Dajjal itu?
• Bagaimana bentuk badan, saiz dan kepalanya?
• Apakah sebenarnya Dajjal itu?
• Bagaimana ia muncul?
• Bila ia muncul?
• Dan sebagainya…
Persoalan-persoalan di atas seringkali timbul apabila dua orang atau
lebih cuba berbincang tentang hal ehwah kewujudan Dajjal itu. Namun
tidak akan ada yang mengatakan Dajjal itu palsu atau perkara karut
kerana ia diberitakan sendiri oleh Rasulullah SAW di dalam hadithnya.
(Semenjak blog ini dibuka pada 31 Juli 2007, kami sering menerima
email-email berbentuk ugutan, kecaman dan penghinaan terhadap Islam.
Kebanyakan email adalah dari Indonesia dan kami yakin ianya ditulis oleh
individu non-muslim.)
Konflik Ketika Berbicara Hal Dajjal
Apabila berbicara hal Dajjal, biasanya tidak timbul sebarang masalah
dikalangan masyarakat awam. Masalah mungkin hanya akan timbul apabila di
dalam kelompok perbincangan itu ada individu-individu yang bertegas
tentang pendapat masing-masing tanpa mempedulikan pandangan orang lain.
Biasanya masyarakat yang berbincang seperti situasi ini akan
menggunakan nama orang-orang tertentu untuk mengukuhkan pandangannya.
Nama yang biasa digunakan ialah ustaz-ustaz, ulama-ulama atau
penceramah-penceramah agama.
Dalam konflik perbincangan seringkali kita akan mendengar individu-individu ini menyebut seperti ini;
“Aku dengar ustaz tu cakap…..”
« Aku ada terbaca satu buku, ustaz tu cakap … »
« Aku ada dengar satu ceramah, ustaz tu cakap … »
Yang lebih memeningkan lagi apabila ada yang lebih ekstrem bila berbicara…
« Sebenarnya Dajjal itu……, aku dah baca dalam kitab pun …. »
Itulah pelbagai dialog yang biasa kita dengar apabila berbicara tentang hal ehwal Dajjal.
Perbezaan pendapat itu dibolehkan, tetapi haruslah menjaga adabnya.
Di dalam membicarakan hal Dajjal ini, tiada siapa boleh mengatakan ianya
benar (hatta Blog ini sendiri atau Muhammad Isa Dawud sendiri pun).
Dajjal adalah suatu perkataan yang disabdakan Rasulullah SAW sejak
1400 tahun dahulu. Ianya akan muncul pada akhir zaman tetapi bagaimana
ia muncul, rupa sebenar, tidak kita ketahui.
Kita boleh membuat teori tetapi kita tidak boleh mengatakan ianya
benar 100% dan kita tidak boleh memaksa orang lain mengikut pendapat
kita.
Tertib tulisan Muhammad Isa Dawud
Jika anda peminat setia tulisan-tulisan Muhammad Isa Dawud, anda akan
dapati tiada langsung unsur-unsur paksaan yang dikemukakan oleh
Muhammad Isa Dawud. Beliau hanya memberikan pandangan berasaskan
kajiaannya. Kemudian terpulang kepada kita sama ada mahu berpegang
kepada teorinya atau membiarkannya sahaja.
Teori Muhammad Isa Dawud tentang Dajjal adalah jelas, beliau
mempercayai Dajjal itu manusia dan makhluk itulah yang mengatur semua
strategi konspirasi di seluruh dunia. Kemudian menjadikan
individu-inidivdu Yahudi tertentu sebagai agen-agennya.
Matlamat Blog ini
Seperti Blog ini, ianya dibina khusus untuk mendakwahkan teori-teori
Muhammad Isa Dawud tentang Dajjal. Disamping itu, ia cuba
memperkembangkan teori-teori tersebut berdasarkan kajian-kajian yang
dilakukan sendiri.
Sesiapa jua yang membaca blog ini dan pandangannya tentang Dajjal
tidak perlu untuk setuju 100%. Tiada paksaan dalam memahami teori-teori
yang kami bawa ini.
Namun blog ini tidak dibina hanya sekadar untuk memenuhi ruang-ruang
bicara hal ehwal Dajjal. Kami amat serius terhadap setiap artikel kami
dan kami cuba membina artikel itu dengan kaedah sendiri dan cernaan
pandangan kami sendiri.
Adab Individu
Sekiranya anda bersetuju dengan pandangan Muhammad Isa Dawud dan Blog
ini, ianya merupakan suatu talian dakwah yang tidak kelihatan.
Sekiranya ada individu lain yang berbeza pendapat dengan anda, janganlah
pula membangkang pandangan orang itu dan merendah-rendahkan
pengetahuannya.
Harus bagi kita menghormati perbezaan pendapat orang lain walaupun
belum tentu orang lain menghormati pandangan kita. Menghormati dan
mendengar pandangan orang adalah sifat paling mulia dan menjauhkan diri
dari takkabbur.
Orang yang mempunyai pandangan yang berbeza bukanlah bermakna ia
salah. Tetapi itu bermakna ia mempunyai sifat ambil tahu. Adalah lebih
baik berhujah dengan orang yang suka mengambil tahu dari yang malas
langsung berfikir tentang Dajjal.
Memahami Perbezaan Pandangan Para Ulama
Terdapat pelbagai ulama, imam dan tabi’in yang membicarakan hal ehwal
Dajjal, Yakjuj Makjuj dan Imam Mahdi dalam kitab-kitab mereka.
Perbezaan itu adalah disebabkan mereka tinggal di negera-negara yang
berlainan, budaya berlainan, bercakap bahasa ibunda yang berlainan dan
menuntut ilmu pada guru-guru yang berlainan.
Tiada siapa yang salah tiada siapa yang betul. Semua pandangan yang dikemukakan boleh jadi salah dan boleh jadi juga betul.
Adab kita apabila membaca kitab-kitab mereka jangan pula kita
menganggap imam ini salah, imam itu betul. Setiap imam ada ijtihad
masing-masing berdasarkan kesempurnaan ilmu masing-masing.
Perbezaan pandangan antara mereka tidaklah sampai bertegang urat dan
mencerca kelompok lain. Seperti mana jika anda ke Mekah, tiada bacaan
Qunut oleh Imam Masjidil Haram tetapi ia bukanlah pula jatuh kepada
taraf tidak sah sembahyang. Anda juga tidak akan mendengar ulama di
Malaysia mengatakan solat berjemaah di sana tidak sah.
Bicara solat di Mekah dan solat berimamkan imam mazhab-mazhab lain
perlu dpelajari dari ilmu-ilmu mazhab.. Dan ilmu-ilmu mazhab ini pula
adalah syarat pula untuk melantik seseorang tersebut ke jawatan Mufti.
Perbezaan Pandangan Itu Cabang-Cabang Ilmu
Tidak ramai yang mahu peduli bahawa ‘perbezaan pandangan’ itu
adalah cabang-cabang ilmu. Ianya amat digalakkan dalam Islam walaupun
khilaf yang wujud mungkin berada pada kategori kritikal.
Kita sering mendengar perkataan ‘khilaf ulama’ di dalam
jawapan-jawapan para ustaz yang menjawab soalan-soalan pembaca di
akhbar-akhabr atau majalah. Apabila menjawab soalan pembaca, kebiasaan
ustaz-ustaz ini akan mengemukakan khilaf-khilaf ulama.
Tujuan dikemukakan khilaf-khilaf itu bukanlah bertujuan mengelirukan
pembaca tetapi ia adalah adab seseorang yang ‘berilmu’ apabila menjawab
permasalahn masyarakat.
Maksud khilaf ulama (khususnya hal ehwal Dajjal) itu bukanlah
percanggahan pendapat yang sehingga menimbulkan permusuhan antara ulama.
Perselisihan mereka adalah dalam konteks bicara ilmu, mereka bercanggah
berdasarkan tahap pengetahuan dan pengalaman masing-masing.
Kesesatan Pendakwah Wahabi
Dr. Asri Abdul Talib, Mufti Perlis
Fathul Bahri Mat Jahya
Di sini ingin saya tegaskan semula berkenaan hal kesesatan Wahabi
yang pernah saya paparkan dahulu di blog ini. Kali ini saya ingin
mengutarakan beberapa maklumat penting yang membuktikan bahawa semua
penganut fahaman Wahabi itu sesat dan kufur aqidah.
Seperti yang diketahui bahawa fahaman Wahabi itu berasal dari ajaran Syeikh Ibnu Taimiah
dan Ibnu Qayyim Jauziyyah. Kedua-dua mereka pengasas kepada fahaman
ekstrim ini yang mana menolak sebahagian besar bab-bab fekah dan sunnah,
malah yang lebih mengaibkan adalah mereka terang-terangan menghina
sahabat nabi. Namun begitu, kedua-duanya hanya muncul sebagai pendokong
fahaman tersebut dan tidak mempunyai ramai anak murid.
Tetapi kekuasaan Wahabi lebih menonjol dengan lahirnya Syeikh Abdul
Wahab yang amat tergila-gilakan fahaman ekstrim itu. Menurut sejarah,
Syeikh Abdul Wahab seorang yang malas belajar dan sukakan kepopularan,
beliau berangan-angan ingin menjadi sehebat Imam Hambali, Maliki dan
Syafie. Dan beliau amat membencinya juga dan dalam masa yang sama beliau
rasakan dirinya mempunyai ilmu setanding dengan mereka.
Dalam kitab yang berjudul Wabilah ‘Ala Dhoroihil Hanabilah
karangan Mufti Mekah (ms 275), Kitab tersebut menyatakan bapa kepada
pengasas ajaran Wahhabi merupakan seorang ulama Islam bermazhab Hambali.
Dan bapanya marah kepada anaknya yang bernama Muhammad ( Pengasas
ajaran Wahhabi ) dek kerana tidak mahu belajar dengan ulama hanya
fanatik terhadap kata-kata Ibnu Taimiah dan Ibnu Qayyim Jauziyyah
bulat-bulat serta penyebar keburukan di alam ini. (lihat http://abu-syafiq.blogspot.com)
Ibnu Taimiah Telah Bertaubat
Saudara Abu Syafiq (dari blognya) mendedahkan suatu perkara yang
patut dibaca oleh semua pendokong fahaman Wahabi. Pendedahan itu ialah “Ibnu Taimiah yang merupakan pencetus kepada fahaman salah itu telah bertaubat”.
Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolany
yang hebat dalam ilmu hadith dan merupakan ulama hadith yang siqah dan
pakar dalam segala ilmu hadith dan merupakan pengarang kitab syarah
kepada Sohih Bukhari berjudul Fathul Bari beliau telah menyatakan kisah taubat Ibnu taimiah
ini serta tidak menafikan kesahihannya dan ianya diakui olehnya sendiri
dalam kitab beliau berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi ‘ayan Al-Miaah
As-Saminah yang disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama Wahhabi
juga termasuk kanak-kanak Wahhabi di Malaysia
Lihat dalam http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/07/ibnu-taimiah-bertaubat-dari-akidah.html
*****
Ibnu Taimiah Bertaubat Dari Akidah Salah(DISERTAKAN DGN SCAN KITAB).
*(PENTING) ARTIKEL INI TIDAK MENOLAK PENTAKFIRAN ULAMA TERHADAP PEMBAWA
AKIDAH TAJSIM SEPERTI IBNU TAIMIAH SENDIRI. KERANA GOLONGAN MUJASSIMAH
TERKENAL DENGAN AKIDAH YANG BERBOLAK-BALIK DAN AKIDAH YANG TIDAK TETAP
DAN TIDAK TEGUH. KETAHUILAH SEKIRANYA PENGKAJI MENGKAJI DENGAN DETAIL
SEJARAH HIDUP IBNU TAIMIAH AL-MUJASSIM AL- MUSYABBIH AKAN KITA DAPATI
BAHAWA IBNU TAIMIAH SERING BERUBAH-UBAH AQIDAHNYA SENDIRI DAN TIDAK
TETAP ATAS KEBENARAN. DAN KENYATAAN IBNU HAJAR YANG DINUKILKAN DALAM
ARTIKEL INI BAHAWA IBNU TAIMIAH TELAH BERTAUBAT ADALAH PERISTIWA PADA
TAHUN 707H DAN SELEPAS DARI TAHUN ITU IBNU TAIMIAH KEMBALI KEPADA AQIDAH
SESATNYA SEMULA DENGAN MENJISIMKAN DAN MENYAMAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK.
INI SEMUA BERTUJUAN MENUNJUKKAN KEPADA PEMBACA YANG IBNU TAIMIAH ADALAH
SEORANG YANG LICIK DALAM BERDUSTA TERUTAMA DALAM HAL AQIDAH BAHKAN
BERDUSTA DIHADAPAN PARA ULAMA ISLAM. AWAS DENGAN FAHAMAN IBNU TAIMIAH!
JANGAN SAMPAI ANDA TERTIPU DENGANNYA.HARAP FAHAM SECARA BENAR DAN
TELITI.
Oleh: abu_syafiq As-Salafy (012-2850578).
Assalamu3alaykum Ramai
yang tidak mengkaji sejarah dan hanya menerima pendapat Ibnu Taimiah
sekadar dari bacaan kitabnya sahaja tanpa merangkumkan fakta sejarah dan
kebenaran dengan telus dan ikhlas. Dari sebab itu mereka (seperti
Wahhabiyah) sekadar berpegang dengan akidah salah yang termaktub dalam
tulisan Ibnu Taimiah khususnya dalam permasaalahan usul akidah berkaitan
kewujudan Allah dan pemahaman ayat " Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa".
Dalam masa yang sama mereka jahil tentang khabar dan berita sebenar
berdasarkan sejarah yang diakui oleh ulama dizaman atau yang lebih
hampir dengan Ibnu Taimiah yang sudah pasti lebih mengenali Ibnu Taimiah
daripada kita dan Wahhabiyah. Dengan kajian ini dapatlah kita memahami
bahawa sebenarnya akidah Wahhabiyah antaranya :
1-Allah duduk di atas
kursi.
2-Allah duduk dan berada di atas arasy.
3-Tempat bagi Allah
adalah di atas arasy.
4-Berpegang dengan zohir(duduk) pada ayat
"Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa".
5-Allah berada di langit.
6-Allah berada
di tempat atas.
7-Allah bercakap dengan suara.
8-Allah turun naik dari
tempat ke tempat dan selainnya daripada akidah kufur sebenarnya Ibnu
Taimiah telah bertaubat daripada akidah sesat tersebut dengan mengucap
dua kalimah syahadah serta mengaku sebagai pengikut Asyairah dengan
katanya "saya golongan Asy'ary". (Malangnya Wahhabi mengkafirkan
golongan Asyairah, lihat buktinya
: http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-wahhabi-kafirkan-umat-islam.html).
Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolany yang
hebat dalam ilmu hadith dan merupakan ulama hadith yang siqah dan pakar
dalam segala ilmu hadith dan merupakan pengarang kitab syarah kepada
Sohih Bukhari berjudul Fathul Bari beliau telah menyatakan kisah taubat
Ibnu taimiah ini serta tidak menafikan kesahihannya dan ianya diakui
olehnya sendiri dalam kitab beliau berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi 'ayan
Al-Miaah As-Saminah yang disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama
Wahhabi juga termasuk kanak-kanak Wahhabi di Malaysia ( Mohd Asri
Zainul Abidin).
Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat
tersebut juga telah dinyatakan oleh seorang ulama sezaman dengan Ibnu
Taimiah iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-Nuwairy wafat 733H.
Ini
penjelasannya : Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya
berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi "ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H
Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148 dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy
wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam
kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab nasnya:
وأما تقي الدين
فإنه استمر في الجب بقلعة الجبل إلى أن وصل الأمير حسام الدين مهنا إلى
الأبواب السلطانية في شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة ، فسأل السلطان في
أمره وشفع فيه ، فأمر بإخراجه ، فأخرج في يوم الجمعة الثالث والعشرين من
الشهر وأحضر إلى دار النيابة بقلعة الجبل ، وحصل بحث مع الفقهاء ، ثم اجتمع
جماعة من أعيان العلماء ولم تحضره القضاة ، وذلك لمرض قاضي القضاة زين
الدين المالكي ، ولم يحضر غيره من القضاة ، وحصل البحث ، وكتب خطه ووقع
الإشهاد عليه وكتب بصورة المجلس مكتوب مضمونه : بسم الله الرحمن الرحيم شهد
من يضع خطه آخره أنه لما عقد مجلس لتقي الدين أحمد بن تيمية الحراني
الحنبلي بحضرة المقر الأشرف العالي المولوي الأميري الكبيري العالمي
العادلي السيفي ملك الأمراء سلار الملكي الناصري نائب السلطنة المعظمة أسبغ
الله ظله ، وحضر فيه جماعة من السادة العلماء الفضلاء أهل الفتيا بالديار
المصرية بسبب ما نقل عنه ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من الأمور المتعلقة
باعتقاده أن الله تعالى يتكلم بصوت ، وأن الاستواء على حقيقته ، وغير ذلك
مما هو مخالف لأهل الحق ، انتهى المجلس بعد أن جرت فيه مباحث معه ليرجع عن
اعتقاده في ذلك ، إلى أن قال بحضرة شهود : ( أنا أشعري ) ورفع كتاب
الأشعرية على رأسه ، وأشهد عليه بما كتب خطا وصورته : (( الحمد لله ، الذي
أعتقده أن القرآن معنى قائم بذات الله ، وهو صفة من صفات ذاته القديمة
الأزلية ، وهو غير مخلوق ، وليس بحرف ولا صوت ، كتبه أحمد بن تيمية . والذي
أعتقده من قوله : ( الرحمن على العرش استوى ) أنه على ما قاله الجماعة ،
أنه ليس على حقيقته وظاهره ، ولا أعلم كنه المراد منه ، بل لا يعلم ذلك إلا
الله تعالى ، كتبه أحمد بن تيمية . والقول في النزول كالقول في الاستواء ،
أقول فيه ما أقول فيه ، ولا أعلم كنه المراد به بل لا يعلم ذلك إلا الله
تعالى ، وليس على حقيقته وظاهره ، كتبه أحمد بن تيمية ، وذلك في يوم الأحد
خامس عشرين شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة )) هذا صورة ما كتبه بخطه ،
وأشهد عليه أيضا أنه تاب إلى الله تعالى مما ينافي هذا الاعتقاد في المسائل
الأربع المذكورة بخطه ، وتلفظ بالشهادتين المعظمتين ، وأشهد عليه
بالطواعية والاختيار في ذلك كله بقلعة الجبل المحروسة من الديار المصرية
حرسها الله تعالى بتاريخ يوم الأحد الخامس والعشرين من شهر ربيع الأول سنة
سبع وسبعمائة ، وشهد عليه في هذا المحضر جماعة من الأعيان المقنتين والعدول
، وأفرج عنه واستقر بالقاهرة
Saya terjemahkan beberapa yang penting dari
nas dan kenyataan tersebut:
1- ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من الأمور
المتعلقة باعتقاده أن الله تعالى يتكلم بصوت ، وأن الاستواء على حقيقته ،
وغير ذلك مما هو مخالف لأهل الحق
Terjemahannya: "Dan para ulama telah
mendapati skrip yang telah ditulis oleh Ibnu Taimiah yang telahpun
diakui akannya sebelum itu (akidah salah ibnu taimiah sebelum bertaubat)
berkaitan dengan akidahnya bahawa Allah ta'ala berkata-kata dengan
suara, dan Allah beristawa dengan erti yang hakiki (iaitu duduk) dan
selain itu yang bertentangan dengan Ahl Haq (kebenaran)".
Saya
mengatakan : Ini adalah bukti dari para ulama islam di zaman Ibnu
Taimiah bahawa dia berpegang dengan akidah yang salah sebelum bertaubat
daripadanya antaranya Allah beristawa secara hakiki iaitu duduk.
Golongan Wahhabiyah sehingga ke hari ini masih berakidah dengan akidah
yang salah ini iaitu menganggap bahawa Istiwa Allah adalah hakiki
termasuk Mohd Asri Zainul Abidin yang mengatakan istawa bermakna duduk
cuma bagaimana bentuknya bagi Allah kita tak tahu. lihat dan dengar
sendiri Asri sandarkan DUDUK bagi Allah di :
http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/06/asri-menghidupkan-akidah-yahudi-allah.html
.
Sedangkan ibnu Taimiah telah bertaubat dari akidah tersebut.
2- قال
بحضرة شهود : ( أنا أشعري ) ورفع كتاب الأشعرية على رأسه
Terjemahannya: "
Telah berkata Ibnu Taimiah dengan kehadiran saksi para ulama: ' Saya
golongan Asy'ary' dan mengangkat kitab Al-Asy'ariyah di atas kepalanya (
mengakuinya)".
Saya mengatakan : Kepada Wahhabi yang mengkafirkan atau
menghukum sesat terhadap Asya'irah, apakah mereka menghukum sesat juga
terhadap Syeikhul islam mereka sendiri ini?! Siapa lagi yang tinggal
sebagai islam selepas syeikhul islam kamu pun kamu kafirkan dan
sesatkan?!
Ibnu Taimiah mengaku sebagai golongan Asy'ary malangnya
Wahhabi mengkafirkan golongan Asya'ry pula, rujuk bukti Wahhabi kafirkan
golongan As'y'ary
:http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-wahhabi-kafirkan-umat-islam.html.
3- والذي أعتقده من قوله : ( الرحمن على العرش استوى ) أنه على ما قاله
الجماعة ، أنه ليس على حقيقته وظاهره ، ولا أعلم كنه المراد منه ، بل لا
يعلم ذلك إلا الله تعالى ، كتبه أحمد بن تيمية
Terjemahan khot tulisan
Ibnu Taimiah dihadapan para ulama islam ketika itu dan mereka semua
menjadi saksi kenyataan Ibnu Taimiah : " Dan yang aku berpegang mengenai
firman Allah 'Ar-Rahman diatas Arasy istawa' adalah sepertimana
berpegangnya jemaah ulama islam, sesungguhnya ayat tersebut bukan
bererti hakikatnya(duduk) dan bukan atas zohirnya dan aku tidak
mengetahui maksud sebenar-benarnya dari ayat tersebut bahkan tidak
diketahui makna sebenr-benarnya dari ayat tersebut kecuali Allah.Telah
menulis perkara ini oleh Ahmad Ibnu Taimiah".
Saya mengatakan: Ibnu
Taimiah telah bertaubat dan mengatakan ayat tersebut bukan atas zohirnya
dan bukan atas hakikinya iaitu bukan bererti Allah duduk mahupun
bertempat atas arash. ( Bukti Ibnu Taimiah pernah dahulunya berpegang
dengan akidah salah: 'Allah Duduk' sila rujuk:
http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/penjelasan1-allah-duduk-atas-arasy.html
).
Malangnya kesemua tok guru Wahhabi sehingga sekarang termasuk
Al-Bani, Soleh Uthaimien, Bin Baz dan kesemuanya berpegang ayat tersebut
secara zohirnya dan hakikatnya (duduk dan bertempat atas arasy).
Lihat
saja buku-buku mereka jelas menyatakan sedemikian. Maka siapakah
syeikhul islam sekarang ini disisi Wahhabiyah atau adakah syeikhul islam
anda wahai Wahhabi telah kafir disebabkan taubatnya?!
4- وأشهد عليه
أيضا أنه تاب إلى الله تعالى مما ينافي هذا الاعتقاد في المسائل الأربع
المذكورة بخطه ، وتلفظ بالشهادتين المعظمتين
Terjemahannya berkata Imam
Nuwairy seperti yang dinyatakan juga oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany : "
Dan aku antara saksi bahawa Ibnu Taimiah telah bertaubat kepada Allah
daripada akidah yang salah pada empat masaalah akidah yang telah
dinyatakan, dan Ibnu Taimiah telah mengucap dua kalimah
syahadah(bertaubat daripada akidah yang salah pernah dia pegangi
terdahulu)".
Saya mengatakan: Ibnu Taimiah telah memeluk islam kembali
dengan mengucap dua kalimah syahadah dan mengiktiraf akidahnya sebelum
itu adalah salah dan kini akidah yang salahnya itu pula dipegang oleh
golongan Wahhabiyah.
Maka bilakah pula golongan Wahhabiyah yang
berpegang dengan akidah yang salah tersebut akan memluk agama islam
semula seperti yang dilakukan oleh rujukan utama mereka yang mereka
sendiri namakan sebagai Syeikhul Islam?!. Jadikan dirimu insan yang
benar-benar bertaubat wahai Wahhabiyah!jangan sekadar taubat sambal
belacan Ibnu Taimiah. Ayuh! bertaubatlah dengan jujur, ikhlas dan benar
tanpa dusta tanpa taqiyyah tanpa berpaling kepada kebatilan kembalilah
kepada yang hak dengan bersungguh-sungguh bukan lakonan seperti Ibnu
Taimiah. Sesungguhnya kebenaran itu lebih tinggi dari segala kebatilan.
Pintu taubat masih terbuka bagi Wahhabi yang belum dicabut nyawa.
ULAMA-ULAMA YANG MENYATAKAN DAN MENYAKSIKAN KISAH TAUBATNYA IBNU
TAIMIAH.
Selain Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul
Ad-Durar Al-Kaminah Fi "ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar
Al-Jiel juzuk 1 m/s 148 dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat
733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab
berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab yang menyatakan kisah taubat
Ibnu Taimiah ramai lagi ulama islam yang menyaksikan dan menceritakan
kisah pengakuan tersebut antaranya lagi :
-As-Syeikh Ibnu Al-Mu'allim
wafat tahun 725H dalam kitab Najmul Muhtadi Wa Rojmul Mu'tadi cetakan
Paris nom 638. -As-Syeikh Ad-Dawadai wafat selepas 736H dalam kitab
Kanzu Ad-Durar - Al0Jam'-239.
-As-Syeikh Taghry Bardy Al-Hanafi
bermazhab Hanafiyah wafat 874H dalam Al-Minha As-Sofi m/s576 dan beliau
juga menyatakn sepertimana yang dinyatakan nasnya oleh Imam Ibnu Hajar
Al-Asqolany dalam kitabnya yang lain berjudul An-Nujum Az-Zahirah
Al-Jami' 580.
Merekalah dan selain mereka telah menyatakan taubat Ibnu
Taimiah daripada akidah Allah Duduk dan bertempat di atas arasy.
Kata-kata akhirku dalam penerangan kajian ringkas berfakta ini.. Wahai
Wahhabiyah yang berakidah Allah Duduk di atas arasy. Itu adalah akidah
kristian kafir dan yahudi laknat (Rujuk bukti
: http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/penjelasan1-allah-duduk-atas-arasy.html .
Berpeganglah dengan akidah salaf sebenar dan khalaf serta akidah ahli
hadith yang di namakan sebagai akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah iaitu
Allah tidak memerlukan kepada mana-mana makhlukNya termasuk tempat
dilangit mahupun tempat di atas arasy. Semoga Allah merahmati hambaNya
yang benar-benar mencari kebenaran. Wassalam. * Saya mengharap komen
diberikan atas artikel ini dengan syarat mestilah berfakta yang telus
dan ilmiah bukan melulu dan bersemborono khususnya kepada mereka yang
mengatakan ianya palsu.
***** Persamaan Sifat Syeikh Abdul Wahab dengan Mufti Perlis
Sifat Syeikh Abdul Wahab yang keji ialah beliau sanggup untuk berbaik
dan bersepakatan dengan perisik British ke Timur Tengah iaitu Hempher
untuk mendapat jawatan ketua agama di Arab Saudi. Hempher yang merupakan
perisik berbangsa Yahudi itu juga telah membantu Syeikh Abdul Wahab dan
Ibnu Saud melepaskan ArabSaudi dari kekuasaan kerajaan Khalifah Turki
Uthmaniyah. Jatuhnya Turki Uthmaniyah bermakna terbukanya takhta jawatan
ketua agama untuk Syeikh Abdul Wahab seperti yang disepakati bersama
Ibnu Saud. Ibnu Saud pula dianugerahkan jawatan Raja Arab Saudi oleh
British Freemason.
Sama seperti di Malaysia, Dr. Asri terpaksa menjilat tangan Menteri
Besar Perlis untuk mendapat jawatan Mufti di Perlis sedangkan semua
Mufti di seluruh Malaysia tidak menyenanginya. Malah beliau tidak layak
pun menjadi Mufti walaupun mempunyai PhD. Ini kerana syarat untuk
dilantik sebagai Mufti ialah mempunyai sekurang-kurangnya kelulusan
Ijazah bidang Syariah Islamiyah bukannya Hadith.
Menurut sahabat saya yang juga salah seorang ahli jawatankuasa fatwa
di Pulau Pinang, Dr. Asri seringkali bertingkahlaku tidak sopan apabila
bermesyaurat bersama mufti-mufti negeri lain. Beliau kerap kali tidak
mahu menerima pendapat mufti-mufti lain. Tentang tingkahlaku tidak
sopannya itu tidak pula diberitahu bagaimana.
Maka, inilah persamaan antara Syeikh Abdul Wahab dan Mufti Perlis sekarang.
Ada video menarik mengenai diskusi antara Syaikh Khalid Al Wushabiy
[Sunni] dan Syauqiy Ahmad [Syi’ah] mengenai Imam Mahdiy. Para pembaca
yang berminat dapat melihat penggalan video tersebut disini.
Video Ini Tidak Aktifkan karena mode keamanan/telah dihapus (Mengandung Kebohongan) sbb:
Hakima, bibinya Imam Syiah ke-11 adalah sumber riwayat kelahiran Mahdi
Syiah. Ternyata setelah diselidiki, ulama Syiah sendiri tidak percaya
dia ada & yang percaya pun masih meragukan kebenarannya dan melarang
riwayat dijadikan rujukan.
___________________________
*****
Hal menarik yang ingin dibahas disini
adalah ketika Syaikh Khalid Al Wushabiy mempermasalahkan riwayat
kelahiran Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah. Syaikh Khalid Al Wushabiy
menunjukkan bahwa semua riwayat [dalam mazhab Syi’ah] yang menerangkan
lahirnya Imam Mahdiy berasal dari kesaksian Hakiimah binti Muhammad Al
Jawaad. Dan menurut penelitian Syaikh Khalid ternyata Hakiimah ini
fiktif atau mitos belaka dan seandainya pun Hakiimah benar ada maka ia
majhul bukan orang yang bisa dipercaya.
Sampai disini perkara tersebut tidak menjadi masalah tetapi Syaikh Khalid kemudian menyatakan bahwa keyakinan Imam Mahdi dalam mazhab Syi’ah ternyata bersumber dari tokoh fiktif atau majhul.
Ini merupakan lompatan kesimpulan yang mengagumkan. Maksudnya mungkin
akan membuat kagum orang-orang awam [tertama dari kalangan pengikut
Syaikh Khalid] tetapi bagi para pencari kebenaran hal ini nampak sebagai
usaha menyesatkan orang-orang awam untuk merendahkan mazhab Syi’ah.
Secara kritis kalau kita ingin berbicara
mengenai keyakinan Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah maka cara yang benar
adalah mengumpulkan semua riwayat dalam kitab Syi’ah yang berbicara
tentang Imam Mahdiy. Kemudian dianalisis riwayat-riwayat tersebut baru
ditarik kesimpulan. Kelahiran Imam Mahdiy hanya salah satu bagian dari
kumpulan riwayat Imam Mahdiy dalam kitab Syi’ah. Seandainya pun tidak
ada riwayat shahih mengenai kelahiran Al Mahdiy maka bukan berarti Al
Mahdiy tersebut tidak pernah lahir sehingga runtuhlah keyakinan Imam
Mahdiy dalam mazhab Syi’ah.
Kelahiran Imam Mahdiy adalah bagian
parsial dari eksistensi Imam Mahdiy. Seseorang bisa saja tidak diketahui
kapan lahirnya tetapi orang tersebut ya memang ada bukan fiktif. Hanya
logika sesat yang menyatakan bahwa jika tidak ada bukti shahih kelahiran
Imam Mahdiy maka runtuhlah eksistensi Imam Mahdiy [dalam mazhab
Syi’ah]. Misalkan jika dalam mazhab Ahlus Sunnah tidak ditemukan
riwayat-riwayat shahih mengenai kelahiran Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam], para Nabi dan para sahabat. Apakah hal itu menjadi
dasar untuk menyatakan runtuhnya keyakinan tentang mereka?. Tentu saja
tidak bahkan logika sesat seperti ini terkesan menggelikan.
Eksistensi Imam Mahdiy Dalam Mazhab Syi’ah
Jika kita memang berniat mencari
kebenaran meneliti hakikat Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah maka terdapat
riwayat-riwayat shahih dalam kitab Syi’ah yang membuktikan
eksistensinya.
محمد بن يحيى، عن أحمد بن إسحاق، عن أبي
هاشم الجعفري قال: قلت لأبي محمد عليه السلام: جلالتك تمنعني من مسألتك،
فتأذن لي أن أسألك؟ فقال: سل، قلت يا سيدي هل لك ولد؟ فقال: نعم، فقلت: فإن
بك حدث فأين أسأل عنه؟ فقال بالمدينة
Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin
Ishaaq dari Abi Haasyim Al Ja’fariy yang berkata aku berkata kepada Abu
Muhammad [‘alaihis salaam] “kemuliaanmu membuatku segan untuk bertanya
kepadamu, maka izinkanlah aku untuk bertanya kepadamu?”. Beliau berkata
“tanyakanlah”. Aku berkata “wahai tuanku
apakah engkau memiliki anak?”. Beliau berkata “benar” aku berkata “maka
jika terjadi sesuatu padamu kemana aku akan bertanya kepadanya”. Beliau
berkata “di Madinah” [Al Kafiy Al Kulainiy 1/328].
Riwayat di atas sanadnya shahih, para perawinya tsiqat berdasarkan kitab Rijal Syi’ah:
Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946].
Ahmad bin Ishaaq bin Sa’d Al Asy’ariy seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 397]
Abu Haasyim Al Ja’fariy adalah Dawud bin Qaasim seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 399]
Abu Muhammad [‘alaihis salaam] yang
dimaksud adalah Imam Hasan Al Askariy [‘alaihis salaam] karena Abi
Haasyim Al Ja’fariy termasuk sahabat Imam Hasan Al Askariy dan Beliau
dikenal dengan kuniyah Abu Muhammad. Ath Thuusiy menyebutkan dalam
kitabnya judul bab “para sahabat Abu Muhammad Hasan bin Aliy bin
Muhammad bin Aliy Ar Ridha [‘alaihimus salaam]” [Rijal Ath Thuusiy hal
395].
Riwayat shahih di atas membuktikan bahwa
Imam Hasan Al Askariy memang memiliki seorang anak. Anak Imam Hasan Al
Askariy inilah yang dikenal sebagai imam kedua belas atau imam Mahdiy
dalam mazhab Syi’ah.
محمد بن يعقوب الكليني عن محمد بن جعفر
الأسدي قال حدثنا أحمد بن إبراهيم قال دخلت على خديحة بنت محمد بن علي
عليهما السلام سنة اثنين وستين ومائتين ، فكلمتها من وراء حجاب ، وسألتها
عن دينها ، فسمت لي من تأتمَّ بهم ، ثم قالت فلان بن الحسن وسمته ، فقلت
لها جعلت فداك معاينة أو خبراً ؟ قالت خبراً عن أبي محمد (عليه السلام) كتب
إلى إمه
Muhammad bin Ya’qub Al Kulainiy dari
Muhammad bin Ja’far Al Asadiy yang berkata telah menceritakan kepada
kami Ahmad bin Ibrahim yang berkata aku menemui Khadiijah binti Muhammad
bin ‘Aliy [‘alaihimas salaam] pada tahun 262 H, maka aku berbicara
dengannya dari balik tabir, aku bertanya kepadanya tentang agamanya,
maka ia menyebutkan kepadaku orang yang ia ikuti kemudian berkata Fulan
putra Hasan dan ia menyebutkannya, maka aku berkata kepadanya “aku
menjadi tebusanmu, apakah engkau melihatnya sendiri atau mendapatkan
kabar?”. Beliau berkata “kabar dari Abu Muhammad [‘alaihis salaam] yaitu
surat kepada ibunya…” [Al Ghaibah Syaikh Ath Thuusiy hal 143].
Riwayat di atas memiliki sanad yang hasan berdasarkan keterangan para perawinya dalam kitab Rijal Syi’ah
Muhammad bin Ya’qub Al Kulainiy dia adalah orang yang paling tsiqat dalam hadis dan paling tsabit diantara mereka [Rijal An Najasyiy hal 377 no 1026]
Muhammad bin Ja’far Al Asadiy
adalah Muhammad bin Ja’far bin Muhammad bin ‘Aun seorang yang tsiqat
shahih al hadiits, hanya saja ia meriwayatkan dari para perawi dhaif
[Rijal An Najasyiy hal 373 no 1020]
Ahmad bin Ibrahiim Abu Haamid Al Maraaghiy
seorang yang mamduh, agung kedudukannya [Rijal Ibnu Dawud hal 23 no
55]. Al Majlisiy juga menyatakan ia mamduh [Al Wajiizah no 62]
Khadiijah binti Muhammad bin Aliy Ar Ridhaa
saudara perempuan imam Aliy Al Hadiy, ia seorang yang arif jalil dan
alim dalam khabar [A’yaan Asy Syi’ah Sayyid Muhsin Amin 6/313]
Sanad riwayat di atas dikatakan hasan
karena terdapat dua perawi yang berpredikat mamduh [terpuji] yaitu Ahmad
bin Ibrahim Al Maraaghiy dan Khadiijah binti Muhammad bin ‘Aliy Ar
Ridhaa.
Matan riwayat menyebutkan kalau Khadiijah
binti Muhammad bin Aliy Ar Ridhaa mengakui keberadaan putra Imam Hasan
Al Askariy berdasarkan kabar dari surat Imam Hasan Al Askariy [Abu
Muhammad] kepada ibunya.
محمد بن عبد الله ومحمد بن يحيى جميعا، عن
عبد الله بن جعفر الحميري قال اجتمعت أنا والشيخ أبو عمرو رحمه الله عند
أحمد بن إسحاق فغمزني أحمد بن إسحاق أن أسأله عن الخلف فقلت له: يا أبا
عمرو إني أريد أن أسألك عن شئ وما أنا بشاك فيما أريد أن أسألك عنه، فإن
اعتقادي وديني أن الأرض لا تخلو من حجة إلا إذا كان قبل يوم القيامة
بأربعين يوما، فإذا كان ذلك رفعت الحجة وأغلق باب التوبة فلم يك ينفع نفسا
إيمانها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرا، فأولئك أشرار من خلق
الله عز و جل وهم الذين تقوم عليهم القيامة ولكني أحببت أن أزداد يقينا وإن
إبراهيم عليه السلام سأل ربه عز وجل أن يريه كيف يحيي الموتى، قال: أو لم
تؤمن قال: بلى ولكن ليطمئن قلبي، وقد أخبرني أبو علي أحمد بن إسحاق، عن أبي
الحسن عليه السلام قال سألته وقلت من أعامل أو عمن آخذ، وقول من أقبل؟
فقال له: العمري ثقتي فما أدى إليك عني فعني يؤدي وما قال لك عني فعني
يقول، فاسمع له وأطع، فإنه الثقة المأمون، وأخبرني أبو علي أنه سأل أبا
محمد عليه السلام عن مثل ذلك، فقال له: العمري وابنه ثقتان، فما أديا إليك
عني فعني يؤديان وما قالا لك فعني يقولان، فاسمع لهما وأطعمها فإنهما
الثقتان المأمونان، فهذا قول إمامين قد مضيا فيك قال: فخر أبو عمرو ساجدا
وبكى ثم قال: سل حاجتك فقلت له: أنت رأيت الخلف من بعد أبي محمد عليه
السلام؟ فقال: إي والله ورقبته مثل ذا – وأومأ بيده – فقلت له: فبقيت واحدة
فقال لي: هات، قلت: فالاسم؟ قال: محرم عليكم أن تسألوا عن ذلك، ولا أقول
هذا من عندي، فليس لي أن أحلل ولا أحرم، ولكن عنه عليه السلام، فإن الامر
عند السلطان، أن أبا محمد مضى ولم يخلف ولدا وقسم ميراثه وأخذه من لا حق له
فيه وهوذا، عياله يجولون ليس أحد يجسر أن يتعرف إليهم أو ينيلهم شيئا،
وإذا وقع الاسم وقع الطلب، فاتقوا الله وأمسكوا عن ذلك
Muhammad bin ‘Abdullah dan Muhammad
bin Yahya [keduanya] dari ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy yang berkata
telah berkumpul aku dan Syaikh Abu ‘Amru [rahimahullaah] di sisi Ahmad
bin Ishaaq, maka Ahmad bin Ishaaq memberi isyarat kepadaku untuk
bertanya kepadanya [Abu ‘Amru] mengenai pengganti [imam]. Maka aku
berkata kepadanya “wahai Abu ‘Amru aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu
dan tidaklah aku meragukan mengenai hal yang ingin aku tanyakan, karena
dalam keyakinanku dan agamaku sesungguhnya bumi tidak akan kosong dari
hujjah kecuali 40 hari sebelum hari kiamat dan pada masa itu hujjah
diangkat dan pintu taubat ditutup, tidaklah bermanfaat iman seseorang
bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau ia [belum]
mengusahakan kebaikan dalam masa imannya, maka mereka orang-orang saat
itu adalah makhluk Allah ‘azza wajalla yang paling buruk dan merekalah
yang akan mengalami hari kiamat. Akan tetapi aku ingin menambah
keyakinanku sebagaimana Ibrahim [‘alaihis salaam] bertanya kepada
Rabb-nya ‘azza wajalla agar diperlihatkan kepadanya bagaimana
menghidupkan orang-orang mati maka [Allah berfirman] Belum yakinkah
kamu? Ibrahim menjawab “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku
tetap mantap”. Dan sungguh telah mengabarkan kepadaku Abu ‘Aliy Ahmad
bin Ishaaq dari Abu Hasan [‘alaihis salaam], aku bertanya kepadanya, aku
berkata “siapakah yang akan kuikuti atau dari siapa aku mengambil dan
perkataan siapa yang harus aku terima”. Maka Beliau [Abu Hasan] menjawab
“Al ‘Amiriy ia adalah kepercayaanku,
maka apa yang ia berikan kepadamu dariku maka itu adalah pemberianku
dan apa yang ia katakan kepadamu dariku maka itu adalah perkataanku,
dengarlah dan taatlah sesuangguhnya ia seorang yang tsiqat ma’mun.
Dan telah mengabarkan kepadaku Abu ‘Aliy bahwa ia bertanya kepada Abu
Muhammad [‘alaihis salaam] perkara yang sama, maka Beliau [Abu Muhammad]
berkata “Al ‘Amiriy dan anaknya keduanya tsiqat,
apa yang keduanya berikan kepadamu dariku maka itu adalah pemberianku
dan apa yang keduanya katakan kepadamu dariku maka itu adalah
perkataanku, dengarkanlah dan taatlah pada mereka berdua sesungguhnya keduanya tsiqat ma’mun.
Inilah perkataan kedua Imam tentang dirimu. [Abdullah bin Ja’far Al
Himyariy] berkata maka Abu ‘Amru bersujud dan menangis, kemudian berkata
“tanyakanlah keperluanmu”. Maka aku
berkata kepadanya “apakah engkau pernah melihat pengganti [imam] setelah
Abu Muhammad [‘alaihis salaam]?”. Ia menjawab “ya, demi Allah dan
lehernya seperti ini [ia mengisyaratkan dengan tangannya]”. Aku
berkata kepadanya “tinggal satu pertanyaan lagi”. Ia berkata
“tanyakanlah”. Aku berkata “siapakah namanya”. Ia menjawab “haram atas
kalian menanyakan hal itu, dan tidaklah perkataan ini berasal dariku,
bukan diriku yang menyatakan halal atau haram, tetapi hal itu berasal
darinya [‘alaihis salaam]. Karena perkara ini di sisi sultan adalah Abu
Muhammad wafat dan tidak meninggalkan anak, warisannya dibagi dan
diambil oleh orang-orang yang tidak memiliki hak terhadapnya, sedangkan
ahli warisnya bertebaran dan tidak seorangpun berani untuk mengungkapkan
diri kepada mereka atau mengambil kembali dari mereka, jika nama
[tersebut] dimunculkan maka akan dilakukan pencarian, maka takutlah
kepada Allah dan diamlah terhadap perkara ini [Al Kafiy Al Kulainiy
1/329-330].
Riwayat di atas sanadnya shahih, para perawinya tsiqat berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah
Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946].
‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 400]
Ahmad bin Ishaaq bin Sa’d Al Asy’ariy yaitu Abu ‘Aliy Al Qummiy seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 397]
Abu ‘Amru yang dimaksud di atas adalah Utsman bin Sa’iid Al ‘Amiriy
termasuk salah satu wakil Imam, seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy
hal 401] dan disebutkan dalam atsar di atas bahwa Abu ‘Amru telah
dinyatakan tsiqat oleh Imam Abu Hasan Aliy Al Hadiy [‘alaihis salaam]
dan Imam Abu Muhammad Hasan Al Askariy [‘alaihis salaam]
Matan riwayat di atas menyebutkan bahwa
‘Abdullah bin Ja’far berkumpul dengan Abu ‘Amru Utsman bin Sa’iid Al
‘Amiriy di sisi Abu ‘Aliy Ahmad bin Ishaaq, dan Abdullah bin Ja’far
menyebutkan dari Abu ‘Aliy dari kedua imam yaitu Abu Hasan [‘alaihis
salaam] dan Abu Muhammad [‘alaihis salaam] bahwa Abu ‘Amru Utsman bin
Sa’iid Al ‘Amiriy seorang yang tsiqat ma’mun. Kemudian Abdullah bin
Ja’far bertanya kepada Abu ‘Amru apakah ia pernah melihat pengganti Imam
Hasan Al Askariy yaitu Imam Mahdiy maka Abu ‘Amru Al ‘Amiriy menyatakan
bahwa ia sudah pernah melihatnya. Riwayat shahih ini dengan jelas
membuktikan eksistensi Imam Mahdiy di sisi mazhab Syi’ah.
حدثنا محمد بن موسى بن المتوكل رضي الله عنه
قال حدثنا عبد الله بن جعفر الحميري قال سألت محمد بن عثمان العمري رضي
الله عنه فقلت له أرأيت صاحب هذا الامر؟ فقال نعم وآخر عهدي به عند بيت
الله الحرام وهو يقول اللهم أنجز لي ما وعدتني
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Muusa bin Al Mutawakil [radiallahu ‘anhu] yang berkata
telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy yang
berkata aku bertanya kepada Muhammad bin ‘Utsman Al ‘Amiriy radiallahu
‘anhu, maka aku berkata kepadanya “apakah
engkau pernah melihat pemilik urusan ini [Al Mahdiy]?”. Beliau berkata
“benar, dan terakhir aku melihatnya di sisi Baitullah dan ia berkata “Ya
Allah penuhilah untukku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku” [Kamal Ad Diin Wa Tamaam An Ni’mah Syaikh Ash Shaduuq hal 440].
Riwayat di atas sanadnya shahih, para perawinya tsiqat berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah
Muhammad bin Musa bin Al Mutawakil adalah salah satu dari guru Ash Shaduq, ia seorang yang tsiqat [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 251 no 59]
‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 400]
Muhammad bin ‘Utsman bin Sa’iid Al ‘Amiriy adalah salah satu dari wakil Imam, seorang yang tsiqat [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadiist no 549]
Matan riwayat shahih di atas menyebutkan
bahwa Muhammad bin ‘Utsman bin Sa’iid Al Amiriy seorang yang tsiqat
ma’mun [sebagaimana dikatakan oleh Imam Hasan Al Askariy] telah melihat
Al Mahdiy di Baitullah. Riwayat shahih ini telah membuktikan eksistensi
Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah.
Keghaiban Imam Mahdiy Dalam Mazhab Syi’ah
Dalam mazhab Syi’ah terdapat keyakinan
bahwa Imam Mahdiy akan ghaib hingga waktu yang telah Allah ‘azza wajalla
tetapkan baru kemudian muncul kembali. Tidak benar anggapan bahwa
keyakinan ini dalam mazhab Syi’ah hanya bersumber dari kesaksian orang
yang tidak dikenal. Justru keyakinan ini telah tsabit dalam berbagai
riwayat shahih dalam mazhab Syi’ah.
حدثنا محمد بن الحسن رضي الله عنه قال حدثنا
سعد بن عبد الله قال حدثنا أبو جعفر محمد بن أحمد العلوي عن أبي هاشم داود
بن القاسم الجعفري قال سمعت أبا الحسن صاحب العسكر عليه السلام يقول الخلف
من بعدي ابني الحسن فكيف لكم بالخلف من بعد الخلف فقلت ولم جعلني الله
فداك فقال لأنكم لا ترون شخصه ولا يحل لكم ذكره باسمه قلت فكيف نذكره قال
قولوا الحجة من آل محمد صلى الله عليه وآله وسلم
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Hasan [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan
kepada kami Sa’d bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada
kami Abu Ja’far Muhammad bin Ahmad Al ‘Alawiy dari Abi Haasyim Dawud bin
Qaasim Al Ja’fariy yang berkata aku mendengar Abul Hasan shahib Al
Askar [‘alaihis salaam] mengatakan “pengganti
setelahku adalah anakku Hasan maka bagaimana kalian terhadap pengganti
dari penggantiku?”. Aku berkata “aku menjadi tebusanmu, mengapa?”.
Beliau berkata “karena kalian tidak akan melihat dirinya secara fisik
dan tidak dibolehkan bagi kalian menyebutnya dengan namanya”. Aku
berkata “maka bagaimana menyebutnya?”. Beliau berkata “kalian katakanlah
hujjah dari keluarga Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam]” [Kamal Ad Diin Wa Tamaam An Ni’mah Syaikh Ash Shaduuq hal 381].
Riwayat di atas sanadnya hasan, para perawinya tsiqat dan hasan berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah:
Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Walid adalah Syaikh Qum, faqih mereka, yang terdahulu dan terkemuka, seorang yang tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042]
Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135].
Abu Ja’far Muhammad bin Ahmad Al ‘Alawiy tidak tsabit tautsiq terhadapnya hanya saja ia hasan [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadiits hal 497].
Abu Haasyim Al Ja’fariy adalah Dawud bin Qaasim seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 399]
Imam Aliy Al Hadiy menyebutkan bahwa
pengganti dari anaknya Abu Muhammad Imam Hasan Al Askariy tidak dapat
dilihat oleh sebagian pengikutnya dan tidak diperbolehkan menyebutkan
namanya. Hal ini adalah isyarat akan adanya keghaiban pengganti Imam
Hasan Al Askariy yaitu Imam Mahdiy.
حدثنا أحمد بن زياد بن جعفر الهمداني رضي
الله عنه قال: حدثنا علي ابن إبراهيم بن هاشم، عن أبيه، عن أبي أحمد محمد
بن زياد الأزدي قال: سألت سيدي موسى بن جعفر عليهما السلام عن قول الله عز
وجل: ” وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة ” فقال عليه السلام: النعمة الظاهرة
الامام الظاهر، والباطنة الامام الغائب، فقلت له: و يكون في الأئمة من
يغيب؟ قال: نعم يغيب عن أبصار الناس شخصه، ولا يغيب عن قلوب المؤمنين ذكره،
وهو الثاني عشر منا، يسهل الله له كل عسير، ويذلل له كل صعب، ويظهر له
كنوز الأرض، ويقرب له كل بعيد، ويبير به كل جبار عنيد ويهلك على يده كل
شيطان مريد، ذلك ابن سيدة الإماء الذي تخفى على الناس ولادته، ولا يحل لهم
تسميته حتى يظهره الله عز وجل فيملأ الأرض قسطا وعدلا كما ملئت جورا وظلما
Telah menceritakan kepada kami Ahmad
bin Ziyaad bin Ja’far Al Hamdaaniy [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah
menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Ibrahim bin Haasyim dari Ayahnya
dari Abi Ahmad Muhammad bin Ziyaad Al Azdiy yang berkata aku bertanya
kepada tuanku Muusa bin Ja’far [‘alaihimas salaam] tentang firman Allah
ta’ala “menyempurnakan atas kalian nikmat-Nya lahir dan bathin”. Maka
Beliau [‘alaihis salaam] berkata “nikmat lahir adalah imam yang nampak
dan [nikmat] bathin adalah imam yang ghaib”. Maka
aku berkata kepada Beliau “apakah diantara imam-imam ada yang ghaib?”.
Beliau berkata “benar, dirinya [fisiknya] akan ghaib dari penglihatan
orang-orang tetapi sebutannya tidak ghaib di hati orang-orang mukmin.
Dia adalah yang keduabelas dari kami. Allah memudahkan baginya
semua kesulitan, membantunya mengatasi semua kemalangan, menampakkan
baginya harta-harta di bumi, mendekatkan baginya semua yang jauh,
menghancurkan dengannya semua orang yang bertindak sewenang-wenang lagi
keras kepala dan menghancurkan dengan tangannya semua pengikut setan.
Dia adalah anak dari sayyidah budak wanita, ia disembunyikan
kelahirannya dari orang-orang dan tidak dibolehkan bagi mereka
menyebutkan namanya sampai Allah ‘azza wajalla memunculkannya dan
memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan
penindasan dan kezaliman [Kamal Ad Diin Wa Tamaam An Ni’mah Syaikh Ash
Shaduuq hal 328-329].
Riwayat di atas sanadnya shahih, para perawinya tsiqat berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah:
Ahmad bin Ziyaad bin Ja’far Al Hamdaaniy, ia seorang yang tsiqat fadhl sebagaimana yang dinyatakan Syaikh Shaduq [Kamal Ad Diin Syaikh Shaduq hal 329]
Aliy bin Ibrahim bin Haasyim, tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680]
Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy
seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang
dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati
tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]
Abu Ahmad Muhammad bin Ziyaad Al Azdiy
adalah Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya
baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath
Thuusiy hal 218]
Matan riwayat sangat jelas menyebutkan
bahwa Imam kedua belas dari kalangan ahlul bait yaitu Imam Mahdiy akan
mengalami keghaiban.
حدثنا أبي، ومحمد بن الحسن، ومحمد بن موسى
المتوكل رضي الله عنهم قالوا حدثنا سعد بن عبد الله، وعبد الله بن جعفر
الحميري، ومحمد بن يحيى العطار جميعا قالوا: حدثنا أحمد بن محمد بن عيسى،
وإبراهيم بن هاشم، وأحمد بن أبي عبد الله البرقي، ومحمد بن الحسين بن أبي
الخطاب جميعا: قالوا: حدثنا أبو علي الحسن ابن محبوب السراد، عن داود بن
الحصين، عن أبي بصير، عن الصادق جعفر بن محمد عن آبائه عليهم السلام قال:
قال رسول الله صلى الله عليه وآله: المهدي من ولدي، اسمه اسمي، وكنيته
كنيتي، أشبه الناس بي خلقا وخلقا، تكون له غيبة وحيرة حتى تضل الخلق عن
أديانهم، فعند ذلك يقبل كالشهاب الثاقب فيملأها قسطا وعدلا كما ملئت ظلما
وجورا
Telah menceritakan kepada kami
Ayahku, Muhammad bin Hasan dan Muhammad bin Muusa Al Mutawakil
[radiallahu ‘anhum], mereka berkata telah menceritakan kepada kami Sa’d
bin ‘Abdullah, ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy, Muhammad bin Yahya Al
‘Aththaar, mereka berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ahmad bin
Muhammad bin Iisa, Ibrahim bin Haasyim, Ahmad bin Abi ‘Abdullah Al
Barqiy dan Muhammad bin Husain bin Abil Khaththaab, mereka berkata telah
menceritakan kepada kami Abu ‘Aliy Hasan Ibnu Mahbuub As Saraad dari
Dawud bin Hushain dari Abi Bashiir dari Ash Shaadiq Ja’far bin Muhammad
dari Ayah-ayahnya [‘alaihis salaam] yang berkata Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam] bersabda “Al Mahdiy dari
keturunanku, namanya sama dengan namaku, kuniyah-nya sama dengan
kuniyahku, dia adalah orang yang paling menyerupaiku dalam fisik dan
akhlak, dia akan mengalami keghaiban dan terjadi kebingungan
hingga orang-orang tersesat dari agama mereka, maka pada masa itu ia
akan datang seperti bintang yang menyala, dia akan memenuhinya [bumi]
dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi oleh kezaliman dan
penindasan [Kamal Ad Diin Wa Tamaam An Ni’mah Syaikh Ash Shaduuq hal
287].
Para perawi hadis di atas adalah para perawi tsiqat berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah
Aliy bin Husain bin Musa bin Babawaih Al Qummiy Ayah Syaikh Ash Shaaduq adalah Syaikh di Qum terdahulu faqih dan tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 261 no 684]. Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Walid adalah Syaikh Qum, faqih mereka, yang terdahulu dan terkemuka, seorang yang tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042]. Muhammad bin Musa bin Mutawakil adalah salah satu dari guru Ash Shaduq, ia seorang yang tsiqat [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 251 no 59]
Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]. ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 400]. Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946].
Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]. Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy
seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang
dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati
tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]. Ahmad bin Abu ‘Abdullah Al Barqiy
atau Ahmad bin Muhammad bin Khalid Al Barqiy seorang yang pada dasarnya
tsiqat, meriwayatkan dari para perawi dhaif dan berpegang dengan
riwayat mursal [Rijal An Najasyiy hal 76 no 182]. Muhammad bin Husain bin Abil Khaththaab seorang yang mulia, agung kedudukannya, banyak memiliki riwayat, tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 334 no 897]
Abu ‘Aliy Hasan bin Mahbuub As Saraad seorang penduduk kufah yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 354]
Dawud bin Hushain meriwayatkan
dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] dan Abu Hasan [‘alaihis salaam],
seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 159 no 421].
Abu Bashiir adalah Abu Bashiir Al Asdiy Yahya bin Qasim seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 441 no 1187]
Sebagian ulama Syi’ah menetapkan hadis
ini sebagai hadis shahih tetapi penilaian ini perlu ditinjau kembali
karena Dawud bin Hushain memang seorang yang tsiqat tetapi dikatakan
kalau ia bermazhab waqifiy.
Allamah Al Hilliy menukil dari Ath
Thuusiy dan Ibnu Uqdah bahwa Dawud bin Hushain bermazhab waqifiy, dan
Allamah Al Hilliy berkata “yang kuat di sisiku adalah bertawaqquf
terhadap riwayatnya” [Khulashah Al Aqwaal 345 no 1366].
Berdasarkan kaidah ilmu hadis mazhab
Syi’ah perawi tsiqat dengan bermazhab menyimpang seperti waqifiy tidak
dinyatakan sebagai shahih hadisnya tetapi turun derajatnya menjadi
muwatstsaq. Dan kedudukan hadis muwatstsaq bisa dijadikan hujjah jika
tidak bertentangan dengan hadis shahih lainnya dalam mazhab Syi’ah.
Hadis di atas sangat bersesuaian dengan kedua hadis sebelumnya maka
bisa dijadikan hujjah.
.
Kesimpulan:
Kami membuat tulisan ini bukan sebagai
pembelaan terhadap lawan diskusi Syaikh Khalid Al Wushabiy tetapi
sebagai suatu usaha untuk meluruskan distorsi atau kedustaan terhadap
mazhab Syi’ah. Ada dua hal dari Syaikh Khalid Al Wushabiy yang menurut
kami benar:
Perkara kredibilitas Hakiimah binti Muhammad bin Aliy itu adalah
benar, kami belum menemukan riwayat shahih yang menyebutkan tentangnya.
Perkara hadis kelahiran Al Mahdiy yang tidak tsabit hal itu juga
benar karena kami [sejauh ini] juga belum menemukan riwayat shahih yang
menyebutkan kisah kelahirannya.
Tetapi jika dengan kedua poin ini
dinyatakan kalau keyakinan Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah menjadi
runtuh karena hanya berdasarkan kesaksian orang yang tidak dikenal maka
itu tidak lain adalah distorsi atas kebenaran atau merupakan kedustaan
terhadap Syi’ah. Banyak hadis-hadis shahih dalam mazhab Syi’ah yang
membuktikan keberadaan Imam Mahdiy mazhab Syi’ah dan banyak pula
hadis-hadis shahih dalam kitab Syi’ah tentang keyakinan keghaiban Imam
Mahdiy dalam mazhab Syi’ah.
Tentu saja bagi Ahlus Sunnah [dan juga
bagi kami] riwayat-riwayat Syi’ah di atas tidak menjadi hujjah tetapi
bukan itu inti masalahnya. Inti masalahnya adalah adanya ulama Ahlus
Sunnah yang mengklaim bahwa fondasi keyakinan Imam Mahdiy dalam mazhab
Syi’ah itu sangat lemah dalam kitab-kitab Syi’ah. Nah inilah yang
dibahas dalam tulisan di atas. Kita boleh saja berbeda keyakinan dengan
Syi’ah tetapi jika ingin berbicara tentang Syi’ah maka berbicaralah
dengan kejujuran dan kebenaran bukan dengan kedustaan yang dibuat
seolah-olah ilmiah. Dengan kata lain siapapun orangnya entah ia ulama
atau orang awam perkataannya harus selalu ditimbang dengan standar
kebenaran.