Nabi Isa As merupakan salah satu nabi besar Ilahi. Nama nabi besar ini
berada pada jejeran empat nabi ulul azmi. Penciptaannya serupa dengan
penciptaan Nabi Adam As. Artinya Allah Swt menciptakan Nabi Isa As dari
ibunya Maryam Uzara Sa yang merupakan seorang wanita salehah dan suci
tanpa seorang ayah.[1]
Kelahiran
Kakek Nabi Isa As bernama Imran. Istrinya tatkala hamil bernazar bahwa
ia akan menjadikannya sebagai pelayan di Baitul Muqaddas. Ia mengira
bahwa jabang bayi yang ia kandung adlaah seorang bocah laki-laki. Namun,
tatkala bayi itu lahir, ia melihat bahwa yang dilahirkannya adalah
seorang bocah perempuan. Karena itu ia memberikan nama kepada bocah
perempuan itu dengan nama Maryam. Setelah Maryam kian beranjak besar,
ibunya mengirimnya ke Baitul Muqaddas untuk berkhidmat di sana.
Nabi Zakariyyah memikul tanggung jawab sebagai wali bagi Maryam. Selama
itu, sedemikian Maryam menggondol derajat spiritual yang sangat tinggi
sehingga Allah Swt mengirimkan makanan dari langit untuknya.[2]
Namun selain Nabi Zakariyah terdapat orang lain yang merawat Maryam dan
ingin memperoleh kehormatan dengan merawatnya; karena itu untuk memilih
siapa yang dapat memperoleh kehormatan merawat Maryam diadakanlah
undian dengan menggunakan pena-pena mereka. Hasil undian menunjukkan
nama Nabi Zakariyah yang berhak merawat Maryam.[3]
Hingga suatu hari Bunda Maryam menyingkir dari tengah masyarakat dan
pergi ke salah satu bagian Baitul Muqaddas dan melakukan uzlah di situ.
Allah Swt mengutus seorang malaikat dalam bentuk manusia guna memberikan
Nabi Isa kepada Bunda Maryam. Dengan demikian, Bunda Maryam mengandung
tanpa berhubungan dengan seorang pria.[4]
Pada sebagian riwayat disebutkan, Bunda Maryam mengandung dengan cara
memakan dua butir korma yang dibawakan oleh Jibril kepadanya.[5]
Masa kehamilan Bunda Maryam disebutkan berbeda-beda dalam riwayat; sebagian menyebutnya enam bulan[6] dan sebagian lainnya sembilan jam sebagai ganti sembilan bulan. [7]
Tatkala tiba masa kelahiran Nabi Isa As, sakit akibat persalinan yang
membawa Bunda Maryam ke sebuah tempat pada pangkal pohon kurma. Bunda
Maryam sangat risau karena pelbagai tudingan akan dilayangkan kepadanya
sedemikian sehingga ia berharap mati. Namun Nabi Isa yang baru saja
lahir, berbicara sesuai dengan perintah Allah Swt dan menghibur
ibundanya. Kisah Bunda Maryam ini diabadikan dalam al-Quran sebagaimana
berikut:
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada
pangkal pohon kurma. Ia berkata, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi
dilupakan.” . Maka Jibril menyerunya dari bawah kakinya, “Janganlah kamu
bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawah kakimu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,
niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka
makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa
untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusia pun pada hari ini.’” (Qs. Maryam [20]:23-26).
Bunda Maryam dengan hati mantap, sembari menggendong anaknya, kembali ke kaum dan keluarganya.
Masyarakat yang hanya mampu melihat secara lahir masalah ini, memandang
Maryam dengan penuh curiga. Al-Quran mengisahkan peristiwa itu
demikian:
“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya.
Kaumnya berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu
yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu
sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah
seorang pezina.” Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata,
“Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
buaian?” Isa berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia
memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia
menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama
aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada
hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Qs. Maryam [19]:27-33).
Dengan ucapan ini, Nabi Isa menepis tuduhan keji itu yang dialamatkan
kepada ibunya dan juga menetapkan kenabiannya bagi masyarakat.
Masa Pertumbuhan
Satu-satunya risalah Nabi Isa As pada masa-masa awal setelah lahir
adalah menetapkan makam kenabiannya dan bahwa ibunya tidak berdosa.
Namun ia belum lagi memikul tanggung jawab untuk memberikan petunjuk dan
menyampaikan agama Ilahi. Pada saat yang sama bahaya yang dilancarakan
oleh sekelompok Yahudi mengancam jiwa Nabi Isa As. Allah Swt menuntun
mereka berdua ke tempat yang aman; negeri yang tinggi memiliki keamanan
dan air yang mengalir[8]
sehingga di tempat itu Nabi Isa melalui masa-masa pertumbuhan dan
menyiapkan dirinya untuk menyampaikan risalah samawi. Pada sebagian
riwayat disebutkan bahwa tempat itu adalah Najaf.[9]
Masa Kenabian
Nabi Isa As tumbuh dalam pangkuan dan gemblengan Bunda Maryam hingga
mencapai usia 7 atau 8 tahun. Dalam masa ini, Nabi Isa mendapatkan tugas
untuk menghidayahi Bani Israel dan menyelamatkan mereka dari kesesatan.[10]
Allah Swt mengajarkan kitab Taurat dan Injil kepada Nabi Isa dan menganugerahkan kepada hikmah dan ilmu khusus-Nya.[11]
Allah Swt sebagaimana mengaruniai pelbagai mukjizat kepada para nabi
lainnya, juga mengaruniai kepada Nabi Isa As mukjizat supaya ia dapat
menetapkan kenabiannya kepada masyarakat.
Salah satu mukjizatnya adalah ia dapat menciptakan burung dari lempung.
Ia meniupkan ruh dan membentuknya dengan izin Allah Swt sehingga
lempung berubah menjadi seekor burung. Allah Swt memberikan izin
kepadanya guna menyembuhkan orang buta. Salah satu mukjizat Nabi Isa
yang sangat menakjubkan adalah menghidupkan orang mati. Ia dengan
perintah Allah Swt menghidupkan beberapa orang. Ia bahkan mengabarkan
kepada masyarakat makanan yang mereka santap dan mereka simpan.
Hidangan langit adalah salah satu mukjizat lain Nabi Isa yang dipenuhi
akibat permintaan Hawariyun (murid-murid khusus Nabi Isa). Hidangan
makanan dari langit turun dan meski jumlah roti dan ikan hanya sembilan
biji,[12] namun dapat mengeyangkan empat ribu orang.[13]
Dengan adanya semua mukjizat ini, hanya segelintir orang yang beriman
kepada Nabi Isa dan yang paling menonjol adalah Hawariyun. Jumlah
Hawariyun adalah dua belas orang dan yang paling pandai di antara
Hawariyun adalah al-Wiqa.[14] Namun orang-orang dari Bani Israel yang memilih kufur mendapatkan laknat Nabi Isa[15] dan sesuai dengan sebuah riwayat disebutkan bahwa mereka menjadi hewan jadi-jadian yaitu mereka berubah menjadi hewan.[16]
Perjalanan Akhir Nabi Isa As
Sebagian Yahudi yang menyimpan permusuhan kepada Nabi Isa berencana
untuk membunuhnya. Akibat pengkhianatan salah seorang Hawariyun yang
bernama Yahuda Iskariot yang tidak beriman kepada Nabi Isa dalam hatinya
dan termasuk sebagai seorang munafik membongkar tempat persembunyian
Nabi Isa As dan musuh segera menyergap di tempat itu. Mereka menangkap
seseorang yang mirip dengan Nabi Isa As. Orang-orang Kristen dan orang
lain meyakini bahwa musuh telah menyalib Nabi Isa para hari Jumat
kemudian membunuhnya. Namun setelah berlalulnya tiga hari dari kematian
Nabi Isa, hari Minggu ia kembali hidup dan naik ke langit.[17]
Namun kitab samawi al-Quran menolak bahwa Nabi Isa As telah disalib dan dibunuh. Al-Quran menyatakan:
Dan lantaran ucapan mereka, “Sesungguhnya Kami telah membunuh
al-Masih, Isa putra Maryam, rasul Allah”, padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh
ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar
dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai
keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan
belaka, dan mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah
Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. al-Nisa [4]:157-158).
Benar, Allah Swt menjaganya dari kejahatan musuh-musuhnya dan
membawanya ke langit hingga mengembalikanya ke bumi hingga pada masa
kemunculan Imam Mahdi Ajf dan menunaikan salat di belakangnya.[18]
Referensi:
[1]. “Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya,
“Jadilah” (seorang manusia) , maka jadilah dia.”(Qs. Ali Imran [3]:59)
[2]. (Ingatlah),
ketika istri ‘Imran berkata, “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku menazarkan
kepada-Mu anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan
berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku.
Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Maka
tatkala istri ‘Imran melahirkan anaknya, ia pun berkata, “Ya Tuhan-ku,
sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih
mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah
seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan
aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada-Mu
dari setan yang terkutuk.” Lalu Tuhannya menerimanya (sebagai nazar)
dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik
dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap kali Zakaria masuk
untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria
berkata, “Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan ) ini?” Maryam
menjawab, “Makanan itu berasal dari sisi Allah Sesungguhnya Allah
memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Qs. Ali Imran [3]:35-37)
[3]. “Yang
demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan
kepadamu (hai Muhammad), padahal kamu tidak hadir beserta mereka ketika
mereka melemparkan pena-pena mereka (untuk mengundi) siapa di antara
mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka
ketika mereka bersengketa.” (Qs. Ali Imran [3]:44)
[4]. “Dan
ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an pada saat ia menjauhkan
diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitul Maqdis).
Maka ia membentangkan tabir antara dirinya dan mereka (sehingga tempat
menyepi itu siap untuk digunakan sebagai tempat ibadah); lalu Kami
mengutus roh Kami kepadanya, lalu ia menjelma di hadapannya (dalam
bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata, “Sesungguhnya
aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, jika kamu seorang
yang bertakwa.” Ia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang utusan Tuhanmu untuk memberimu seorang anak laki-laki yang
suci.” Maryam berkata, “Bagaimana mungkin aku akan memiliki seorang anak
laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata, “Demikianlah adanya.
Tuhan-mu berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar Kami dapat
menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan
hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Qs. Maryam [19]16-22)
[5]. Burqi, Ahmad bin Muhammad bin Khalid, al-Mahâsin, jil. 2, hal. 537, Qum, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Kedua, 1371 S.
[6]. Muhamad bin Yakub Kulaini, al-Kâfi,
Riset oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, jil 1, hal. 465,
Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Keempat, 1407 H.
[7]. Sayid Hasyim bin Sulaiman Bahrani, al-Burhân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 3, hal. 707, Qum, Muassasah Bi’tsat, Cetakan Pertama, 1374 S.
[8]. “Dan
Kami telah menjadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti
yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu
tanah tinggi mendatar yang aman dan memiliki sumber-sumber air bersih
yang mengalir.” (Qs al-Mukminun [23]:50)
[9]. Sayid Hasyim bin Sulaiman Bahrani, al-Burhân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 3, hal. 707, Qum, Muassasah Bi’tsat, Cetakan Pertama, 1374 S.
[10]. Muhamad bin ‘Ayyas Bahrani, Tafsir al-‘Ayyâsyi, Riset oleh Rasul Mahallati, jil. 1, hal. 174, Tehran, al-Mathba’ah al-‘Ilmiah, Cetakan Pertama, 1380 S.
[11]. “Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil.” (Qs. Ali Imran [3]:48)
[12]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 14, hal. 249, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, Cetakan Kedua, 1403 H.
[13]. Tafsir Mansub ila al-Imâm al-Hasan al-‘Askari, hal. 195, Qum, Madrasah Imam Mahdi Ajf, Cetakan Pertama, 1409 H.
[14]. Syaikh Shaduq, Muhamad bin Ali, al-Tauhid, hal. 421, Qum, Daftar Nasyr Islami, Cetakan Ketiga, 1398 H.
[15]. “Telah
dilaknat orang-orang kafir dari Bani Isra’il melalui lisan Dawud dan
Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas.” (Qs. al-Maidah [5]:78)
[16]. Ali bin Ibrahim, Tafsir al-Qummi, jil. 1, hal. 176, Dar al-Kitab, Cetakan Keempat, 1367 S.
[17]. Injil Yohanes 20:25
[18]. Yahya bin Hasan Ibnu Bithriq, Umdah ‘Uyun Shihâh al-Akhbâr fi Manâqib Imâm al-Abrâr, hal. 430, Qum, Daftar Nasyr Islami, Cetakan Pertama, 1407 H.