Pesan Rahbar

Home » , , , , , , , , , , » Ada Saja Wahabi Membuat Kedustaan, Syaikh Khalid Al Wushabiy Dan Imam Mahdi Dalam Mazhab Syi’ah

Ada Saja Wahabi Membuat Kedustaan, Syaikh Khalid Al Wushabiy Dan Imam Mahdi Dalam Mazhab Syi’ah

Written By Unknown on Monday, 22 December 2014 | 20:46:00


Ada video menarik mengenai diskusi antara Syaikh Khalid Al Wushabiy [Sunni] dan Syauqiy Ahmad [Syi’ah] mengenai Imam Mahdiy. Para pembaca yang berminat dapat melihat penggalan video tersebut disini.

Video Ini Tidak Aktifkan karena mode keamanan/telah dihapus (Mengandung Kebohongan) sbb:




Lihat link Kedustaaan Wahabi Sbb:
http://antimajos.com/2014/11/06/saksi-mata-kelahiran-mahdi-adalah-sosok-fiktif/

Saksi Mata Kelahiran Mahdi Adalah Sosok Fiktif


Hakima, bibinya Imam Syiah ke-11 adalah sumber riwayat kelahiran Mahdi Syiah. Ternyata setelah diselidiki, ulama Syiah sendiri tidak percaya dia ada & yang percaya pun masih meragukan kebenarannya dan melarang riwayat dijadikan rujukan.


___________________________

*****
Hal menarik yang ingin dibahas disini adalah ketika Syaikh Khalid Al Wushabiy mempermasalahkan riwayat kelahiran Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah. Syaikh Khalid Al Wushabiy menunjukkan bahwa semua riwayat [dalam mazhab Syi’ah] yang menerangkan lahirnya Imam Mahdiy berasal dari kesaksian Hakiimah binti Muhammad Al Jawaad. Dan menurut penelitian Syaikh Khalid ternyata Hakiimah ini fiktif atau mitos belaka dan seandainya pun Hakiimah benar ada maka ia majhul bukan orang yang bisa dipercaya.

Sampai disini perkara tersebut tidak menjadi masalah tetapi Syaikh Khalid kemudian menyatakan bahwa keyakinan Imam Mahdi dalam mazhab Syi’ah ternyata bersumber dari tokoh fiktif atau majhul. Ini merupakan lompatan kesimpulan yang mengagumkan. Maksudnya mungkin akan membuat kagum orang-orang awam [tertama dari kalangan pengikut Syaikh Khalid] tetapi bagi para pencari kebenaran hal ini nampak sebagai usaha menyesatkan orang-orang awam untuk merendahkan mazhab Syi’ah.

Secara kritis kalau kita ingin berbicara mengenai keyakinan Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah maka cara yang benar adalah mengumpulkan semua riwayat dalam kitab Syi’ah yang berbicara tentang Imam Mahdiy. Kemudian dianalisis riwayat-riwayat tersebut baru ditarik kesimpulan. Kelahiran Imam Mahdiy hanya salah satu bagian dari kumpulan riwayat Imam Mahdiy dalam kitab Syi’ah. Seandainya pun tidak ada riwayat shahih mengenai kelahiran Al Mahdiy maka bukan berarti Al Mahdiy tersebut tidak pernah lahir sehingga runtuhlah keyakinan Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah.
 
Kelahiran Imam Mahdiy adalah bagian parsial dari eksistensi Imam Mahdiy. Seseorang bisa saja tidak diketahui kapan lahirnya tetapi orang tersebut ya memang ada bukan fiktif. Hanya logika sesat yang menyatakan bahwa jika tidak ada bukti shahih kelahiran Imam Mahdiy maka runtuhlah eksistensi Imam Mahdiy [dalam mazhab Syi’ah]. Misalkan jika dalam mazhab Ahlus Sunnah tidak ditemukan riwayat-riwayat shahih mengenai kelahiran Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], para Nabi dan para sahabat. Apakah hal itu menjadi dasar untuk menyatakan runtuhnya keyakinan tentang mereka?. Tentu saja tidak bahkan logika sesat seperti ini terkesan menggelikan.

Eksistensi Imam Mahdiy Dalam Mazhab Syi’ah
Jika kita memang berniat mencari kebenaran meneliti hakikat Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah maka terdapat riwayat-riwayat shahih dalam kitab Syi’ah yang membuktikan eksistensinya.

محمد بن يحيى، عن أحمد بن إسحاق، عن أبي هاشم الجعفري قال: قلت لأبي محمد عليه السلام: جلالتك تمنعني من مسألتك، فتأذن لي أن أسألك؟ فقال: سل، قلت يا سيدي هل لك ولد؟ فقال: نعم، فقلت: فإن بك حدث فأين أسأل عنه؟ فقال بالمدينة

Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Ishaaq dari Abi Haasyim Al Ja’fariy yang berkata aku berkata kepada Abu Muhammad [‘alaihis salaam] “kemuliaanmu membuatku segan untuk bertanya kepadamu, maka izinkanlah aku untuk bertanya kepadamu?”. Beliau berkata “tanyakanlah”. Aku berkata “wahai tuanku apakah engkau memiliki anak?”. Beliau berkata “benar” aku berkata “maka jika terjadi sesuatu padamu kemana aku akan bertanya kepadanya”. Beliau berkata “di Madinah” [Al Kafiy Al Kulainiy 1/328].

Riwayat di atas sanadnya shahih, para perawinya tsiqat berdasarkan kitab Rijal Syi’ah:
  1. Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946].
  2. Ahmad bin Ishaaq bin Sa’d Al Asy’ariy seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 397]
  3. Abu Haasyim Al Ja’fariy adalah Dawud bin Qaasim seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 399]
Abu Muhammad [‘alaihis salaam] yang dimaksud adalah Imam Hasan Al Askariy [‘alaihis salaam] karena Abi Haasyim Al Ja’fariy termasuk sahabat Imam Hasan Al Askariy dan Beliau dikenal dengan kuniyah Abu Muhammad. Ath Thuusiy menyebutkan dalam kitabnya judul bab “para sahabat Abu Muhammad Hasan bin Aliy bin Muhammad bin Aliy Ar Ridha [‘alaihimus salaam]” [Rijal Ath Thuusiy hal 395].

Riwayat shahih di atas membuktikan bahwa Imam Hasan Al Askariy memang memiliki seorang anak. Anak Imam Hasan Al Askariy inilah yang dikenal sebagai imam kedua belas atau imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah.

محمد بن يعقوب الكليني عن محمد بن جعفر الأسدي قال حدثنا أحمد بن إبراهيم قال دخلت على خديحة بنت محمد بن علي عليهما السلام سنة اثنين وستين ومائتين ، فكلمتها من وراء حجاب ، وسألتها عن دينها ، فسمت لي من تأتمَّ بهم ، ثم قالت فلان بن الحسن وسمته ، فقلت لها جعلت فداك معاينة أو خبراً ؟ قالت خبراً عن أبي محمد (عليه السلام) كتب إلى إمه

Muhammad bin Ya’qub Al Kulainiy dari Muhammad bin Ja’far Al Asadiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibrahim yang berkata aku menemui Khadiijah binti Muhammad bin ‘Aliy [‘alaihimas salaam] pada tahun 262 H, maka aku berbicara dengannya dari balik tabir, aku bertanya kepadanya tentang agamanya, maka ia menyebutkan kepadaku orang yang ia ikuti kemudian berkata Fulan putra Hasan dan ia menyebutkannya, maka aku berkata kepadanya “aku menjadi tebusanmu, apakah engkau melihatnya sendiri atau mendapatkan kabar?”. Beliau berkata “kabar dari Abu Muhammad [‘alaihis salaam] yaitu surat kepada ibunya…” [Al Ghaibah Syaikh Ath Thuusiy hal 143].

Riwayat di atas memiliki sanad yang hasan berdasarkan keterangan para perawinya dalam kitab Rijal Syi’ah
  1. Muhammad bin Ya’qub Al Kulainiy dia adalah orang yang paling tsiqat dalam hadis dan paling tsabit diantara mereka [Rijal An Najasyiy hal 377 no 1026]
  2. Muhammad bin Ja’far Al Asadiy adalah Muhammad bin Ja’far bin Muhammad bin ‘Aun seorang yang tsiqat shahih al hadiits, hanya saja ia meriwayatkan dari para perawi dhaif [Rijal An Najasyiy hal 373 no 1020]
  3. Ahmad bin Ibrahiim Abu Haamid Al Maraaghiy seorang yang mamduh, agung kedudukannya [Rijal Ibnu Dawud hal 23 no 55]. Al Majlisiy juga menyatakan ia mamduh [Al Wajiizah no 62]
  4. Khadiijah binti Muhammad bin Aliy Ar Ridhaa saudara perempuan imam Aliy Al Hadiy, ia seorang yang arif jalil dan alim dalam khabar [A’yaan Asy Syi’ah Sayyid Muhsin Amin 6/313]
Sanad riwayat di atas dikatakan hasan karena terdapat dua perawi yang berpredikat mamduh [terpuji] yaitu Ahmad bin Ibrahim Al Maraaghiy dan Khadiijah binti Muhammad bin ‘Aliy Ar Ridhaa.

Matan riwayat menyebutkan kalau Khadiijah binti Muhammad bin Aliy Ar Ridhaa mengakui keberadaan putra Imam Hasan Al Askariy berdasarkan kabar dari surat Imam Hasan Al Askariy [Abu Muhammad] kepada ibunya.

محمد بن عبد الله ومحمد بن يحيى جميعا، عن عبد الله بن جعفر الحميري قال اجتمعت أنا والشيخ أبو عمرو رحمه الله عند أحمد بن إسحاق فغمزني أحمد بن إسحاق أن أسأله عن الخلف فقلت له: يا أبا عمرو إني أريد أن أسألك عن شئ وما أنا بشاك فيما أريد أن أسألك عنه، فإن اعتقادي وديني أن الأرض لا تخلو من حجة إلا إذا كان قبل يوم القيامة بأربعين يوما، فإذا كان ذلك رفعت الحجة وأغلق باب التوبة فلم يك ينفع نفسا إيمانها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرا، فأولئك أشرار من خلق الله عز و جل وهم الذين تقوم عليهم القيامة ولكني أحببت أن أزداد يقينا وإن إبراهيم عليه السلام سأل ربه عز وجل أن يريه كيف يحيي الموتى، قال: أو لم تؤمن قال: بلى ولكن ليطمئن قلبي، وقد أخبرني أبو علي أحمد بن إسحاق، عن أبي الحسن عليه السلام قال سألته وقلت من أعامل أو عمن آخذ، وقول من أقبل؟ فقال له: العمري ثقتي فما أدى إليك عني فعني يؤدي وما قال لك عني فعني يقول، فاسمع له وأطع، فإنه الثقة المأمون، وأخبرني أبو علي أنه سأل أبا محمد عليه السلام عن مثل ذلك، فقال له: العمري وابنه ثقتان، فما أديا إليك عني فعني يؤديان وما قالا لك فعني يقولان، فاسمع لهما وأطعمها فإنهما الثقتان المأمونان، فهذا قول إمامين قد مضيا فيك قال: فخر أبو عمرو ساجدا وبكى ثم قال: سل حاجتك فقلت له: أنت رأيت الخلف من بعد أبي محمد عليه السلام؟ فقال: إي والله ورقبته مثل ذا – وأومأ بيده – فقلت له: فبقيت واحدة فقال لي: هات، قلت: فالاسم؟ قال: محرم عليكم أن تسألوا عن ذلك، ولا أقول هذا من عندي، فليس لي أن أحلل ولا أحرم، ولكن عنه عليه السلام، فإن الامر عند السلطان، أن أبا محمد مضى ولم يخلف ولدا وقسم ميراثه وأخذه من لا حق له فيه وهوذا، عياله يجولون ليس أحد يجسر أن يتعرف إليهم أو ينيلهم شيئا، وإذا وقع الاسم وقع الطلب، فاتقوا الله وأمسكوا عن ذلك

Muhammad bin ‘Abdullah dan Muhammad bin Yahya [keduanya] dari ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy yang berkata telah berkumpul aku dan Syaikh Abu ‘Amru [rahimahullaah] di sisi Ahmad bin Ishaaq, maka Ahmad bin Ishaaq memberi isyarat kepadaku untuk bertanya kepadanya [Abu ‘Amru] mengenai pengganti [imam]. Maka aku berkata kepadanya “wahai Abu ‘Amru aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu dan tidaklah aku meragukan mengenai hal yang ingin aku tanyakan, karena dalam keyakinanku dan agamaku sesungguhnya bumi tidak akan kosong dari hujjah kecuali 40 hari sebelum hari kiamat dan pada masa itu hujjah diangkat dan pintu taubat ditutup, tidaklah bermanfaat iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau ia [belum] mengusahakan kebaikan dalam masa imannya, maka mereka orang-orang saat itu adalah makhluk Allah ‘azza wajalla yang paling buruk dan merekalah yang akan mengalami hari kiamat. Akan tetapi aku ingin menambah keyakinanku sebagaimana Ibrahim [‘alaihis salaam] bertanya kepada Rabb-nya ‘azza wajalla agar diperlihatkan kepadanya bagaimana menghidupkan orang-orang mati maka [Allah berfirman] Belum yakinkah kamu? Ibrahim menjawab “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap”. Dan sungguh telah mengabarkan kepadaku Abu ‘Aliy Ahmad bin Ishaaq dari Abu Hasan [‘alaihis salaam], aku bertanya kepadanya, aku berkata “siapakah yang akan kuikuti atau dari siapa aku mengambil dan perkataan siapa yang harus aku terima”. Maka Beliau [Abu Hasan] menjawab “Al ‘Amiriy ia adalah kepercayaanku, maka apa yang ia berikan kepadamu dariku maka itu adalah pemberianku dan apa yang ia katakan kepadamu dariku maka itu adalah perkataanku, dengarlah dan taatlah sesuangguhnya ia seorang yang tsiqat ma’mun. Dan telah mengabarkan kepadaku Abu ‘Aliy bahwa ia bertanya kepada Abu Muhammad [‘alaihis salaam] perkara yang sama, maka Beliau [Abu Muhammad] berkata “Al ‘Amiriy dan anaknya keduanya tsiqat, apa yang keduanya berikan kepadamu dariku maka itu adalah pemberianku dan apa yang keduanya katakan kepadamu dariku maka itu adalah perkataanku, dengarkanlah dan taatlah pada mereka berdua sesungguhnya keduanya tsiqat ma’mun. Inilah perkataan kedua Imam tentang dirimu. [Abdullah bin Ja’far Al Himyariy] berkata maka Abu ‘Amru bersujud dan menangis, kemudian berkata “tanyakanlah keperluanmu”. Maka aku berkata kepadanya “apakah engkau pernah melihat pengganti [imam] setelah Abu Muhammad [‘alaihis salaam]?”. Ia menjawab “ya, demi Allah dan lehernya seperti ini [ia mengisyaratkan dengan tangannya]”. Aku berkata kepadanya “tinggal satu pertanyaan lagi”. Ia berkata “tanyakanlah”. Aku berkata “siapakah namanya”. Ia menjawab “haram atas kalian menanyakan hal itu, dan tidaklah perkataan ini berasal dariku, bukan diriku yang menyatakan halal atau haram, tetapi hal itu berasal darinya [‘alaihis salaam]. Karena perkara ini di sisi sultan adalah Abu Muhammad wafat dan tidak meninggalkan anak, warisannya dibagi dan diambil oleh orang-orang yang tidak memiliki hak terhadapnya, sedangkan ahli warisnya bertebaran dan tidak seorangpun berani untuk mengungkapkan diri kepada mereka atau mengambil kembali dari mereka, jika nama [tersebut] dimunculkan maka akan dilakukan pencarian, maka takutlah kepada Allah dan diamlah terhadap perkara ini [Al Kafiy Al Kulainiy 1/329-330].

Riwayat di atas sanadnya shahih, para perawinya tsiqat berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah
  1. Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946].
  2. ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 400]
  3. Ahmad bin Ishaaq bin Sa’d Al Asy’ariy yaitu Abu ‘Aliy Al Qummiy seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 397]
  4. Abu ‘Amru yang dimaksud di atas adalah Utsman bin Sa’iid Al ‘Amiriy termasuk salah satu wakil Imam, seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 401] dan disebutkan dalam atsar di atas bahwa Abu ‘Amru telah dinyatakan tsiqat oleh Imam Abu Hasan Aliy Al Hadiy [‘alaihis salaam] dan Imam Abu Muhammad Hasan Al Askariy [‘alaihis salaam]
Matan riwayat di atas menyebutkan bahwa ‘Abdullah bin Ja’far berkumpul dengan Abu ‘Amru Utsman bin Sa’iid Al ‘Amiriy di sisi Abu ‘Aliy Ahmad bin Ishaaq, dan Abdullah bin Ja’far menyebutkan dari Abu ‘Aliy dari kedua imam yaitu Abu Hasan [‘alaihis salaam] dan Abu Muhammad [‘alaihis salaam] bahwa Abu ‘Amru Utsman bin Sa’iid Al ‘Amiriy seorang yang tsiqat ma’mun. Kemudian Abdullah bin Ja’far bertanya kepada Abu ‘Amru apakah ia pernah melihat pengganti Imam Hasan Al Askariy yaitu Imam Mahdiy maka Abu ‘Amru Al ‘Amiriy menyatakan bahwa ia sudah pernah melihatnya. Riwayat shahih ini dengan jelas membuktikan eksistensi Imam Mahdiy di sisi mazhab Syi’ah.

حدثنا محمد بن موسى بن المتوكل رضي الله عنه قال حدثنا عبد الله بن جعفر الحميري قال سألت محمد بن عثمان العمري رضي الله عنه فقلت له أرأيت صاحب هذا الامر؟ فقال نعم وآخر عهدي به عند بيت الله الحرام وهو يقول  اللهم أنجز لي ما وعدتني

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muusa bin Al Mutawakil [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy yang berkata aku bertanya kepada Muhammad bin ‘Utsman Al ‘Amiriy radiallahu ‘anhu, maka aku berkata kepadanya “apakah engkau pernah melihat pemilik urusan ini [Al Mahdiy]?”. Beliau berkata “benar, dan terakhir aku melihatnya di sisi Baitullah dan ia berkata “Ya Allah penuhilah untukku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku” [Kamal Ad Diin Wa Tamaam An Ni’mah Syaikh Ash Shaduuq hal 440].

Riwayat di atas sanadnya shahih, para perawinya tsiqat berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah
  1. Muhammad bin Musa bin Al Mutawakil adalah salah satu dari guru Ash Shaduq, ia seorang yang tsiqat [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 251 no 59]
  2. ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 400]
  3. Muhammad bin ‘Utsman bin Sa’iid Al ‘Amiriy adalah salah satu dari wakil Imam, seorang yang tsiqat [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadiist no 549]
Matan riwayat shahih di atas menyebutkan bahwa Muhammad bin ‘Utsman bin Sa’iid Al Amiriy seorang yang tsiqat ma’mun [sebagaimana dikatakan oleh Imam Hasan Al Askariy] telah melihat Al Mahdiy di Baitullah. Riwayat shahih ini telah membuktikan eksistensi Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah.

Keghaiban Imam Mahdiy Dalam Mazhab Syi’ah
Dalam mazhab Syi’ah terdapat keyakinan bahwa Imam Mahdiy akan ghaib hingga waktu yang telah Allah ‘azza wajalla tetapkan baru kemudian muncul kembali. Tidak benar anggapan bahwa keyakinan ini dalam mazhab Syi’ah hanya bersumber dari kesaksian orang yang tidak dikenal. Justru keyakinan ini telah tsabit dalam berbagai riwayat shahih dalam mazhab Syi’ah.

حدثنا محمد بن الحسن رضي الله عنه قال حدثنا سعد بن عبد الله قال حدثنا أبو جعفر محمد بن أحمد العلوي عن أبي هاشم داود بن القاسم الجعفري قال سمعت أبا الحسن صاحب العسكر عليه السلام يقول الخلف من بعدي ابني الحسن فكيف لكم بالخلف من بعد الخلف فقلت ولم جعلني الله فداك فقال لأنكم لا ترون شخصه ولا يحل لكم ذكره باسمه قلت فكيف نذكره قال قولوا الحجة من آل محمد صلى الله عليه وآله وسلم

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’d bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Muhammad bin Ahmad Al ‘Alawiy dari Abi Haasyim Dawud bin Qaasim Al Ja’fariy yang berkata aku mendengar Abul Hasan shahib Al Askar [‘alaihis salaam] mengatakan “pengganti setelahku adalah anakku Hasan maka bagaimana kalian terhadap pengganti dari penggantiku?”. Aku berkata “aku menjadi tebusanmu, mengapa?”. Beliau berkata “karena kalian tidak akan melihat dirinya secara fisik dan tidak dibolehkan bagi kalian menyebutnya dengan namanya”. Aku berkata “maka bagaimana menyebutnya?”. Beliau berkata “kalian katakanlah hujjah dari keluarga Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam]” [Kamal Ad Diin Wa Tamaam An Ni’mah Syaikh Ash Shaduuq hal 381].

Riwayat di atas sanadnya hasan, para perawinya tsiqat dan hasan berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah:
  1. Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Walid adalah Syaikh Qum, faqih mereka, yang terdahulu dan terkemuka, seorang yang tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042]
  2. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135].
  3. Abu Ja’far Muhammad bin Ahmad Al ‘Alawiy tidak tsabit tautsiq terhadapnya hanya saja ia hasan [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadiits hal 497].
  4. Abu Haasyim Al Ja’fariy adalah Dawud bin Qaasim seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 399]
Imam Aliy Al Hadiy menyebutkan bahwa pengganti dari anaknya Abu Muhammad Imam Hasan Al Askariy tidak dapat dilihat oleh sebagian pengikutnya dan tidak diperbolehkan menyebutkan namanya. Hal ini adalah isyarat akan adanya keghaiban pengganti Imam Hasan Al Askariy yaitu Imam Mahdiy.

حدثنا أحمد بن زياد بن جعفر الهمداني رضي الله عنه قال: حدثنا علي ابن إبراهيم بن هاشم، عن أبيه، عن أبي أحمد محمد بن زياد الأزدي قال: سألت سيدي موسى بن جعفر عليهما السلام عن قول الله عز وجل: ” وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة ”  فقال عليه السلام: النعمة الظاهرة الامام الظاهر، والباطنة الامام الغائب، فقلت له: و يكون في الأئمة من يغيب؟ قال: نعم يغيب عن أبصار الناس شخصه، ولا يغيب عن قلوب المؤمنين ذكره، وهو الثاني عشر منا، يسهل الله له كل عسير، ويذلل له كل صعب، ويظهر له كنوز الأرض، ويقرب له كل بعيد، ويبير به كل جبار عنيد ويهلك على يده كل شيطان مريد، ذلك ابن سيدة الإماء الذي تخفى على الناس ولادته، ولا يحل لهم تسميته حتى يظهره الله عز وجل فيملأ الأرض قسطا وعدلا كما ملئت جورا وظلما

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ziyaad bin Ja’far Al Hamdaaniy [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Ibrahim bin Haasyim dari Ayahnya dari Abi Ahmad Muhammad bin Ziyaad Al Azdiy yang berkata aku bertanya kepada tuanku Muusa bin Ja’far [‘alaihimas salaam] tentang firman Allah ta’ala “menyempurnakan atas kalian nikmat-Nya lahir dan bathin”. Maka Beliau [‘alaihis salaam] berkata “nikmat lahir adalah imam yang nampak dan [nikmat] bathin adalah imam yang ghaib”. Maka aku berkata kepada Beliau “apakah diantara imam-imam ada yang ghaib?”. Beliau berkata “benar, dirinya [fisiknya] akan ghaib dari penglihatan orang-orang tetapi sebutannya tidak ghaib di hati orang-orang mukmin. Dia adalah yang keduabelas dari kami. Allah memudahkan baginya semua kesulitan, membantunya mengatasi semua kemalangan, menampakkan baginya harta-harta di bumi, mendekatkan baginya semua yang jauh, menghancurkan dengannya semua orang yang bertindak sewenang-wenang lagi keras kepala dan menghancurkan dengan tangannya semua pengikut setan. Dia adalah anak dari sayyidah budak wanita, ia disembunyikan kelahirannya dari orang-orang dan tidak dibolehkan bagi mereka menyebutkan namanya sampai Allah ‘azza wajalla memunculkannya dan memenuhi bumi dengan  keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan penindasan dan kezaliman [Kamal Ad Diin Wa Tamaam An Ni’mah Syaikh Ash Shaduuq hal 328-329].

Riwayat di atas sanadnya shahih, para perawinya tsiqat berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah:
  1. Ahmad bin Ziyaad bin Ja’far Al Hamdaaniy, ia seorang yang tsiqat fadhl sebagaimana yang dinyatakan Syaikh Shaduq [Kamal Ad Diin Syaikh Shaduq hal 329]
  2. Aliy bin Ibrahim bin Haasyim, tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680]
  3. Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]
  4. Abu Ahmad Muhammad bin Ziyaad Al Azdiy adalah Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]
Matan riwayat sangat jelas menyebutkan bahwa Imam kedua belas dari kalangan ahlul bait yaitu Imam Mahdiy akan mengalami keghaiban.

حدثنا أبي، ومحمد بن الحسن، ومحمد بن موسى المتوكل رضي الله عنهم قالوا حدثنا سعد بن عبد الله، وعبد الله بن جعفر الحميري، ومحمد بن يحيى العطار جميعا قالوا: حدثنا أحمد بن محمد بن عيسى، وإبراهيم بن هاشم، وأحمد بن أبي عبد الله البرقي، ومحمد بن الحسين بن أبي الخطاب جميعا: قالوا: حدثنا أبو علي الحسن ابن محبوب السراد، عن داود بن الحصين، عن أبي بصير، عن الصادق جعفر بن محمد عن آبائه عليهم السلام قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله: المهدي من ولدي، اسمه اسمي، وكنيته كنيتي، أشبه الناس بي خلقا وخلقا، تكون له غيبة وحيرة حتى تضل الخلق عن أديانهم، فعند ذلك يقبل كالشهاب الثاقب فيملأها قسطا وعدلا كما ملئت ظلما وجورا

Telah menceritakan kepada kami Ayahku, Muhammad bin Hasan dan Muhammad bin Muusa Al Mutawakil [radiallahu ‘anhum], mereka berkata telah menceritakan kepada kami Sa’d bin ‘Abdullah, ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy, Muhammad bin Yahya Al ‘Aththaar, mereka berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ahmad bin Muhammad bin Iisa, Ibrahim bin Haasyim, Ahmad bin Abi ‘Abdullah Al Barqiy dan Muhammad bin Husain bin Abil Khaththaab, mereka berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aliy Hasan Ibnu Mahbuub As Saraad dari Dawud bin Hushain dari Abi Bashiir dari Ash Shaadiq Ja’far bin Muhammad dari Ayah-ayahnya [‘alaihis salaam] yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Al Mahdiy dari keturunanku, namanya sama dengan namaku, kuniyah-nya sama dengan kuniyahku, dia adalah orang yang paling menyerupaiku dalam fisik dan akhlak, dia akan mengalami keghaiban dan terjadi kebingungan hingga orang-orang tersesat dari agama mereka, maka pada masa itu ia akan datang seperti bintang yang menyala, dia akan memenuhinya [bumi] dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi oleh kezaliman dan penindasan [Kamal Ad Diin Wa Tamaam An Ni’mah Syaikh Ash Shaduuq hal 287].

Para perawi hadis di atas adalah para perawi tsiqat berdasarkan keterangan dalam kitab Rijal Syi’ah
  1. Aliy bin Husain bin Musa bin Babawaih Al Qummiy Ayah Syaikh Ash Shaaduq adalah Syaikh di Qum terdahulu faqih dan tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 261 no 684]. Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Walid adalah Syaikh Qum, faqih mereka, yang terdahulu dan terkemuka, seorang yang tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042]. Muhammad bin Musa bin Mutawakil adalah salah satu dari guru Ash Shaduq, ia seorang yang tsiqat [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 251 no 59]
  2. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]. ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 400]. Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946].
  3. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]. Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]. Ahmad bin Abu ‘Abdullah Al Barqiy atau Ahmad bin Muhammad bin Khalid Al Barqiy seorang yang pada dasarnya tsiqat, meriwayatkan dari para perawi dhaif dan berpegang dengan riwayat mursal [Rijal An Najasyiy hal 76 no 182]. Muhammad bin Husain bin Abil Khaththaab seorang yang mulia, agung kedudukannya, banyak memiliki riwayat, tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 334 no 897]
  4. Abu ‘Aliy Hasan bin Mahbuub As Saraad seorang penduduk kufah yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 354]
  5. Dawud bin Hushain meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] dan Abu Hasan [‘alaihis salaam], seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 159 no 421].
  6. Abu Bashiir adalah Abu Bashiir Al Asdiy Yahya bin Qasim seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 441 no 1187]
Sebagian ulama Syi’ah menetapkan hadis ini sebagai hadis shahih tetapi penilaian ini perlu ditinjau kembali karena Dawud bin Hushain memang seorang yang tsiqat tetapi dikatakan kalau ia bermazhab waqifiy.
Allamah Al Hilliy menukil dari Ath Thuusiy dan Ibnu Uqdah bahwa Dawud bin Hushain bermazhab waqifiy, dan Allamah Al Hilliy berkata “yang kuat di sisiku adalah bertawaqquf terhadap riwayatnya” [Khulashah Al Aqwaal 345 no 1366].

Berdasarkan kaidah ilmu hadis mazhab Syi’ah perawi tsiqat dengan bermazhab menyimpang seperti waqifiy tidak dinyatakan sebagai shahih hadisnya tetapi turun derajatnya menjadi muwatstsaq. Dan kedudukan hadis muwatstsaq bisa dijadikan hujjah jika tidak bertentangan dengan hadis shahih lainnya dalam mazhab Syi’ah. Hadis di atas sangat bersesuaian dengan  kedua hadis sebelumnya maka bisa dijadikan hujjah.
.
Kesimpulan:
Kami membuat tulisan ini bukan sebagai pembelaan terhadap lawan diskusi Syaikh Khalid Al Wushabiy tetapi sebagai suatu usaha untuk meluruskan distorsi atau kedustaan terhadap mazhab Syi’ah. Ada dua hal dari Syaikh Khalid Al Wushabiy yang menurut kami benar:
  1. Perkara kredibilitas Hakiimah binti Muhammad bin Aliy itu adalah benar, kami belum menemukan riwayat shahih yang menyebutkan tentangnya.
  2. Perkara hadis kelahiran Al Mahdiy yang tidak tsabit hal itu juga benar karena kami [sejauh ini] juga belum menemukan riwayat shahih yang menyebutkan kisah kelahirannya.
Tetapi jika dengan kedua poin ini dinyatakan kalau keyakinan Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah menjadi runtuh karena hanya berdasarkan kesaksian orang yang tidak dikenal maka itu tidak lain adalah distorsi atas kebenaran atau merupakan kedustaan terhadap Syi’ah. Banyak hadis-hadis shahih dalam mazhab Syi’ah yang membuktikan keberadaan Imam Mahdiy mazhab Syi’ah dan banyak pula hadis-hadis shahih dalam kitab Syi’ah tentang keyakinan keghaiban Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah.

Tentu saja bagi Ahlus Sunnah [dan juga bagi kami] riwayat-riwayat Syi’ah di atas tidak menjadi hujjah tetapi bukan itu inti masalahnya. Inti masalahnya adalah adanya ulama Ahlus Sunnah yang mengklaim bahwa fondasi keyakinan Imam Mahdiy dalam mazhab Syi’ah itu sangat lemah dalam kitab-kitab Syi’ah. Nah inilah yang dibahas dalam tulisan di atas. Kita boleh saja berbeda keyakinan dengan Syi’ah tetapi jika ingin berbicara tentang Syi’ah maka berbicaralah dengan kejujuran dan kebenaran bukan dengan kedustaan yang dibuat seolah-olah ilmiah. Dengan kata lain siapapun orangnya entah ia ulama atau orang awam perkataannya harus selalu ditimbang dengan standar kebenaran.

Selanjutnya Baca disini:

Dikutip dari Scondprince dan diperbaruhi oleh  AHLUL BAIT NABI SAW
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: