Penulis yang satu ini memang terlalu bersemangat dalam mencela Syi’ah sampai-sampai ia tidak menghiraukan kaidah ilmiah dalam tulisannya. Sebagaimana para pembaca dapat melihat tulisannya disini,
Lihat Link Wahabi Sbb:
http://www.alamiry.net/2014/03/syiah-juga-berani-mencela-malaikat.html
Syiah Juga Berani Mencela Malaikat
Jangankan al
quran yang mereka cela, jangankan para sahabat yang mereka maki, ternyata malaikatpun
tidak lepas dari celaan lisan mereka. Syiah menyatakan bahwasanya terdapat malaikat
yang membangkang dan bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lihatlah
sebuah riwayat dusta yang mereka buat dalam kitab-kitab mereka. Disebutkan
dalam salah satu kitab syiah “Bihar Al Anwar”:
عن أبي عبد الله
(عليه السلام) قال: إن الله عرض ولاية أمير المؤمنين (عليه السلام) فقبلها الملائكة
وأباها ملك يقال له: فطرس، فكسر الله جناحه
Dari Abi
Abdillah alaihissalam, dia berkata: “Sesungguhnya Allah memaparkan wilayah
(kewalian) Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib (alaihissalam), maka para
malaikat menerimanya akan tetapi satu malaikat membangkang (menolaknya).
Malaikat tersebut bernama: “Fithris”, maka Allah patahkan sayapnya” Bihar Al
Anwar 26/341
Lihatlah
bagaimana para syiah berdusta !! Padahal kaum muslimin telah bersepakat
bahwasanya seluruh malaikat adalah makhluk yang selalu ta’at kepada Allah dan tidak
akan mungkin diantara mereka ada yang membangkang terhadap Allah subhanahu wa
ta’ala terlebih sayapnya akan dipatahkan oleh Allah karena kemaksiatan mereka. Ini adalah hal yang mustahil bagi mereka.
Dikarenakan
para syiah mementingkan kewalian Ali radhiyallahu anhu maka mereka rela
berdusta, mereka berani berdusta dengan melecehkan malaikat. Padahal Allah subhanahu
wa ta’ala menyatakan dengan tegas dalam Al Quran bahwasanya para malaikat tidak
mungkin bermaksiat dan membangkang terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri
kamu dan keluarga kamu dari api neraka, yang mana bahan bakarnya manusia dan
bebatuan. Diatasnya terdapat para malaikat yang sifatnya bengis dan keras,
mereka tidak pernah bermaksiat (membangkang) kepada Allah akan apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan mereka senantiasa melakukan apa yang diperintahkan”
QS At Tahrim: 6
Lihatlah ayat
diatas dengan tegas menyatakan, bahwasanya para malaikat tidak akan mungkin
membangkang kepada Allah dan mereka senantiasa menta’atai apa yang
diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan dalam ayat lain Allah juga
berfirman:
لَا يَسْبِقُونَهُ
بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
“Mereka tidak
pernah berbicara mendahului Allah, dan mereka senantiasa melakukan perintahNya”
QS Al Anbiya: 27
Maka, jika
syiah berani mencela para malaikat, mencela para sahabat, mencela al qur’an,
dan bahkan mereka berani mencela Allah dengan menjadikan namaNya sebagai
pembersih setelah buang air / alat istinja’ maka tentulah para syiah telah berani
mencela ahlussunnah dengan kekejian yang lebih hina lagi menyakitkan.
Wahai
ahlussunnah janganlah engkau hanya diam terduduk... Berdirilah dan perangilah
syiah semampumu.. Bongkar terus akidah busukunya.. Dan jagalah keluargamu dari
doktrin syiah yang hina.. Insya Allah usahamu akan sangat bermanfaat untuk
ummat di muka bumi ini..
Waffaqanallahu
wa iyyakum.
Penulis: Muhammad Abdurrahman Al Amiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
Artikel: alamiry.net (Kajian Al Amiry)
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di alamiry.net dengan menyertakan alamiry.net sebagai sumber artikel.
Ikuti status kami dengan menekan tombol like pada halaman FB Muhammad Abdurrahman Al Amiry , dan tombol follow pada akun Twitter @abdr_alamiry
___________________________
ia menuduh mazhab Syi’ah telah mencela
Malaikat dengan menyandarkan pada riwayat yang ia nukil dari Kitab Bihar
Al Anwar. Langsung saja dibahas riwayat dalam kitab Bihar Al Anwar yang
dijadikan hujjah penulis tersebut.
بصائر الدرجات: أحمد بن موسى عن محمد بن أحمد مولى حرب عن أبي جعفر الحمامي الكوفي عن الأزهر البطيخي عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال: إن الله عرض ولاية أمير المؤمنين (عليه السلام) فقبلها الملائكة وأباها ملك يقال له: فطرس، فكسر الله جناحه
[Kitab] Bashaa’ir Ad Darajaat : Ahmad
bin Muusa dari Muhammad bin Ahmad maula Harb dari Abu Ja’far Al Hamaamiy
Al Kuufiy dari Al ‘Azhar Al Bathiikhiy dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis
salaam] yang berkata “sesungguhnya Allah
menyampaikan wilayah Amirul Mukminin [‘alaihis salaam] maka para
malaikat menerimanya dan seorang Malaikat menolaknya, dia adalah
Fithris, maka Allah mematahkan sayapnya…[Bihar Al Anwar 26/340-341]
.
Riwayat di atas disebutkan Muhammad bin
Hasan Ash Shaffaar dalam kitabnya Bashaa’ir Ad Darajaat bab 6 hal 88
hadis no 7. Riwayat ini kedudukannya dhaif dalam standar ilmu Rijal
Syi’ah karena tidak ada satupun dari perawinya yang dikenal
kredibilitasnya kecuali Ahmad bin Muusa.
-
Muhammad bin Ahmad maula Harb tidak ditemukan biografinya dalam kitab Rijal Syi’ah
-
Abu Ja’far Al Hamaamiy Al Kuufiy tidak ditemukan biografinya dalam kitab Rijal Syi’ah
-
Al ‘Azhar Al Batiikhiy disebutkan Al Mamaqaniy dalam kitabnya Tanqih Al Maqaal Fii Ilm Rijal tanpa keterangan tautsiq [Tanqiih Al Maqaal Fii Ilm Rijal 8/396].
Ahmad bin Muusa
dalam sanad tersebut adalah salah satu guru Muhammad bin Hasan Ash
Shaffaar, dia sebenarnya adalah Ahmad bin Abi Zaahir Al Asy’ariy Al
Qummiy. Buktinya ada pada riwayat dengan sanad berikut:
أحمد بن موسى عن جعفر بن محمد بن مالك الكوفي عن يوسف الابزاري عن المفضل قال قال لي أبو عبد الله عليه السلام
Ahmad bin Muusa
dari Ja’far bin Muhammad bin Malik Al Kuufiy dari Yuusuf Al Abzaariy
dari Al Mufadhdhal yang berkata Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata
kepadaku…[Bashaa’ir Ad Darajaat hal 150 bab 8 hadis no 1].
Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar
meriwayatkan hadis tersebut dalam kitabnya dengan sanad di atas dan
hadis yang sama diriwayatkan Al Kulainiy dengan sanad berikut:
محمد بن يحيى، عن أحمد بن أبي زاهر، عن جعفر بن محمد الكوفي، عن يوسف الابزاري، عن المفضل قال: قال لي أبو عبد الله عليه السلام
Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Abi Zaahir dari
Ja’far bin Muhammad Al Kuufiy dari Yuusuf Al Abzaariy dari Al
Mufadhdhaal yang berkata Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata
kepadaku…[Al Kafiy Al Kulainiy 1/254].
Ahmad bin Abi Zaahir telah disebutkan biografinya oleh An Najasyiy dan Ath Thuusiy dalam kitab mereka.
أحمد بن أبي زاهر واسم أبي زاهر موسى أبو جعفر الأشعري القمي، مولى، كان وجها بقم، و حديثه ليس بذلك النقي
Ahmad bin Abi Zaahir dan nama Abi
Zaahir adalah Muusa, Abu Ja’far Al ‘Asy’ariy Al Qummiy seorang maula, ia
terkemuka di quum dan hadis-hadisnya tidak bersih [Rijal An Najasyiy
hal 88 no 215].
Hal yang sama juga disebutkan Ath Thuusiy
bahwa ia terkemuka di quum tetapi hadis-hadisnya tidak bersih [Al
Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 69]. Allamah Al Hilliy memasukkan
namanya dalam bagian kedua kitabnya yang memuat daftar perawi yang dhaif
dalam pandangannya atau ia bertawaqquf dengannya [Khulashah Al Aqwaal
Allamah Al Hilliy hal 321]. Kedudukan perawi seperti ini hadisnya tidak
bisa dijadikan hujjah jika tafarrud dan ditolak jika hadisnya
bertentangan dengan hadis shahih.
Bagaimana kedudukan Malaikat dalam hadis shahih di sisi mazhab Syi’ah. Berikut keterangannya:
أبى رحمه الله قال: حدثنا سعد بن عبد الله عن أحمد بن محمد بن عيسى عن علي ابن الحكم عن عبد الله بن سنان قال: سألت أبا عبد الله جعفر بن محمد الصادق عليهما السلام فقلت الملائكة أفضل أم بنو آدم؟ فقال: قال أمير المؤمنين علي ابن أبي طالب ” ع “: ان الله عز وجل ركب في الملائكة عقلا بلا شهوة، وركب في البهائم شهوة بلا عقل. وركب في بني آدم كليهما، فمن غلب عقله شهوته فهو خير من الملائكة، ومن غلبت شهوته عقله فهو شر من البهائم
Ayahku [rahimahullah] berkata telah
menceritakan kepada kami Sa’d bin ‘Abdullah dari Ahmad bin Muhammad bin
Iisa dari Aliy bin Al Hakam dari ‘Abdullah bin Sinaan yang berkata aku
bertanya kepada Abu ‘Abdullah Ja’far bin Muhammad Ash Shaadiq
[‘alaihimas salaam], mak aku berkata “apakah Malaikat lebih utama atau
anak adam?”. Beliau berkata Amirul Mukminin ‘Aliy bin Abi Thalib
[‘alaihis salaam] berkata “Sesungguhnya
Allah ‘azza wa jalla menjadikan dalam Malaikat akal tanpa syahwat dan
menjadikan dalam binatang syahwat tanpa akal dan menjadikan dalam anak
adam dengan keduanya maka barang siapa yang akalnya menguasai syahwatnya
maka ia lebih baik dari Malaikat dan barang siapa syahwatnya menguasai
akalnya maka ia lebih buruk dari binatang” [Ilal Asy Syaraa’i’ Syaikh Shaduuq 1/4-5].
Riwayat Syaikh Ash Shaduuq di atas sanadnya shahih berdasarkan standar Ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan para perawinya:
-
Ayah Syaikh Shaduq adalah ‘Aliy bin Husain bin Musa bin Babawaih Al Qummiy disebutkan oleh An Najasyiy Syaikh yang faqih dan tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 261 no 684]
-
Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]
-
Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]
-
Aliy bin Al Hakam Al Kuufiy seorang yang tsiqat jaliil qadr [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 151]
-
‘Abdullah bin Sinaan seorang yang tsiqat jaliil tidak ada celaan sedikitpun terhadapnya, ia meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 214 no 558]
Dan kualitas akal diketahui sebagai makhluk yang taat kepada Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam riwayat berikut:
عنه، عن علي بن الحكم، عن هشام قال قال أبو عبد الله عليه السلام لما خلق الله العقل قال له أقبل فأقبل، ثم قال له، أدبر فأدبر، ثم قال له وعزتي وجلالي ما خلقت خلقا هو أحب إلي منك، بك آخذ وبك أعطى وعليك أثيب
Darinya [Al Barqiy] dari ‘Aliy bin Al
Hakam dari Hisyaam yang berkata Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata
“ketika Allah menciptakan akal, Allah berkata kepadanya datanglah maka
ia datang, kemudian Allah berkata kepadanya mundurlah maka ia mundur,
kemudian Allah berkata kepadanya “demi kebesaranKu dan kemuliaanKu, tidak pernah Aku menciptakan makhluk yang lebih Aku cintai daripada engkau,
denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi dan atasmu Aku memberi
pahala [Al Mahasin Ahmad bin Muhammad Al Barqiy 1/192 no 7].
Riwayat Ahmad bin Muhammad Al Barqiy di
atas sanadnya shahih berdasarkan standar Ilmu Rijal Syi’ah. Berikut
keterangan para perawinya:
-
Ahmad bin Muhammad bin Khalid Al Barqiy seorang yang pada dasarnya tsiqat, meriwayatkan dari para perawi dhaif dan berpegang dengan riwayat mursal [Rijal An Najasyiy hal 76 no 182]
-
Aliy bin Al Hakam Al Kuufiy seorang yang tsiqat jaliil qadr [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 151]
-
Hisyaam bin Saalim meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] ia tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 434 no 1165]
Maka bagaimana bisa Malaikat sebagai
makhluk yang Allah jadikan akal tanpa syahwat di dalam diri mereka, akan
menolak perintah Allah SWT. Itu mustahil, apalagi Allah SWT telah
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu. Diatasnya terdapat para malaikat yang kasar dan keras,
mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah akan apa yang diperintahkan
kepada mereka dan mereka senantiasa melakukan apa yang diperintahkan
[QS At Tahrim : 6] .
Para ulama Syi’ah telah berdalil dengan
ayat Al Qur’an di atas dalam menetapkan kema’shuman malaikat dalam arti
mereka selalu melaksanakan perintah Allah SWT.
الملائكة معصومون، لقوله تعالى: لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون
Para Malaikat adalah ma’shum dengan
firman Allah “mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah akan apa yang
diperintahkan kepada mereka dan mereka senantiasa melakukan apa yang
diperintahkan” [Al Masalik Fii Ushul Ad Diin Muhaqqiq Al Hilliy hal 285].
والملائكة روحانيون، معصومون، لا يعصون الله ما أمرهم، ويفعلون مايؤمرون
Dan Malaikat adalah makhluk ruh [tidak
berjasad], mereka ma’shum mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah
akan apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka senantiasa
melakukan apa yang diperintahkan [Al I’tiqaadaat Fii Diin Al Imamiyah
Syaikh Ash Shaduuq hal 90].
Al Majlisiy berkata dalam Bihar Al Anwar bahwa keyakinan ishmah Malaikat ini sudah menjadi ijma’ di sisi mazhab Syi’ah:
علم أنه أجمعت الفرقة المحقة وأكثر المخالفين على عصمة الملائكة صلوات الله عليهم أجمعين من صغائر الذنوب وكبائرها
Diketahui bahwa telah menjadi
ijma’ dalam firqah yang benar [Syi’ah] dan banyak dari kalangan
penyelisih [ahlus sunnah] atas ishmah [keterjagaan] para malaikat
shalawat Allah atas mereka seluruhnya dari dosa-dosa kecil dan besar [Al
Bihar Al Anwar Al Majlisiy 11/124].
Kesimpulannya riwayat Bihar Al Anwar yang
dibahas di atas kedudukannya dhaif dan bertentangan dengan Al Qur’an dan
hadis shahih dalam mazhab Syi’ah. Dan yang menjadi keyakinan dalam
mazhab Syi’ah adalah para malaikat selalu mentaati perintah Allah SWT.
Kembali pada penulis rendah tersebut. Ia
berdalil dengan Al Qur’an At Tahrim ayat 6 untuk memojokkan Syi’ah
padahal para ulama Syi’ah justru berdalil dengan ayat tersebut untuk
menegakkan keyakinan mereka tentang ishmah Malaikat. Kemudian apakah ada
dalam tulisannya ia bicara soal keshahihan riwayat Bihar Al Anwar yang
ia kutip tersebut di sisi mazhab Syi’ah?. Tidak ada
Saya sedang mengkhayalkan ada penulis yang
berwatak sama dalam mazhab Syi’ah kemudian ia menukil hadis kisah Al
Gharaniq dalam kitab Ahlus Sunnah maka orang itu akan berkata bahwa
Ahlus Sunnah telah mencela Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].
Atau orang itu menukil hadis [bathil] Allah SWT datang dalam bentuk
pemuda amrad yang ada dalam kitab Ahlus Sunnah kemudian berkata bahwa
Ahlus Sunnah telah mencela Allah SWT. Menyedihkan.
Begitulah jika seseorang mempelajari
sesuatu secara serampangan, menukil sana menukil sini meloncat dan
menuduh sana sini tanpa berpegang pada metode yang benar. Biasanya
mereka yang sok ilmiah paling pintar menukil kitab ini kitab itu, ulama
ini ulama itu kemudian mencampuradukkan asumsinya beserta
nukilan-nukilan tersebut maka lahirlah kedustaan yang bermula dari
kebodohan.
Siapa yang mengatakan setiap hadis pasti
benar maka ia dusta dan siapa yang mengatakan setiap ulama pasti benar
maka ia juga dusta. Setiap hadis dan perkataan ulama harus ditimbang
dengan kaidah ilmu dalam mazhab dimana hadis dan ulama itu berdiri.
Itulah kaidah ilmiah, dan maaf kaidah ini bukan milik santri, da’i,
ustadz dan orang terhormat lainnya tetapi milik siapapun yang mau
menggunakan akalnya dengan baik dan benar. Akhir kata kami mengingatkan
diri sendiri, penulis tersebut dan para pembaca akan firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan [kebenaran]
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan [QS Al Ma’idah : 8].
(Scondprince/ABNS)
(Scondprince/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email