Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Imam Mahdi Ajf. Show all posts
Showing posts with label Imam Mahdi Ajf. Show all posts

Bangsa Turki dalam Periode Kemunculan Imam Mahdi


Maksud dari bangsa Turki dalam hadis-hadis kemunculan Imam Mahdi as adalah bangsa Rusia dan bangsa-bangsa lain di sekitar mereka yang berdomisili di Eropa Timur.
 
Banyak hadis yang mengisahkan peran bangsa Turki dalam periode kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman. Hadis-hadis yang berhubungan dengan perang Sufyani melawan bangsa Turki adalah salah satu contoh hadis tersebut. Sufyani berkoalisi dengan Romawi dan Yahudi. Ia bergerak di Suriah dan Jordania ketika bangsa Turki berhasil menguasai Suriah. Dalam banyak hadis disebutkan, Sufyani akan melawan bangsa Turki di Qirqisiya yang terletak di perbatasan Suriah, Iraq, dan Turki. Perang ini adalah sebuah perang besar yang meletus lantaran merebutkan sebuah harta benda yang ditemukan di perairan Furat atau di dekat sungai ini.

Hadis lain berhubungan dengan perang Imam Mahdi as melawan bangsa Turki. Dalam sebuah hadis, Imam Jaʻfar Shadiq as berkata, “Imam Mahdi akan mengirimkan pasukan pertama untuk melawan bangsa Turki. Setelah berhasil mengalahkan bangsa ini, beliau akan bergerak menuju Syam dan lantas menaklukannya.”

Mungkin maksud dari bangsa Turki dalam hadis ini adalah bangsa Turki yang hidup di negara Turki. Tetapi, kemungkinan yang lebih kuat adalah bangsa Rusia yang diperangi oleh Sufyani di Qirqisiya dan tak ada satu pun pihak yang menang. Mereka kalah di tangan Imam Mahdi as dan tanah air mereka akan musnah lantaran petir dan halilintar.

(Shabestan/ABNS)

Mengapa Kita Tidak Bisa Melihat Imam Mahdi? Inilah Jawabannya


Menurut banyak hadis yang datang dari para imam maksum as, tidak ada keterbatasan secara rasional maupun tekstual untuk kita bisa berjumpa dengan Imam Mahdi as.
 
Banyak orang-orang mukmin, bak orang haus yang sedang mencari air, sedang berusaha untuk berjumpa dengan Imam Mahdi as. Tetapi, hal ini bergantung pada kondisi dan syarat-syarat yang harus kita penuhi.

Pada periode Ghaibah Kubra seperti ini, sudah sangat lumrah apabila kita tidak bisa melihat Imam Mahdi as. Jika semua orang bisa melihat beliau, maka periode kegaiban tidak memiliki arti lagi. Untuk itu, hal ini sudah menjadi akibat logis dari sebuah kegaiban.

Memang ada beberapa pengecualian tentang masalah ini. Jika kita ingin berjumpa dengan Imam Mahdi as, maka kita bisa pergi ke Masjid Sahlah pada setiap malam Rabu selama empat puluh hari dan mengerjakan salat di situ. Tetapi, hal ini memiliki sebuah syarat. Yaitu kita tidak merusak ziarah ini dengan dosa.

Mata yang kotor tidak memiliki kelayakan untuk melihat Imam Zaman as. Doa dan tawasul hanya bisa berpengaruh apabila tidak ada penghalang yang bisa menahan doa tersebut. Kita hanya bisa memasuki area beliau dengan penuh kesucian.

Dengan ini, apabila kita ingin berjumpa dengan Imam Zaman as, maka kita harus menciptakan kelayakan dalam diri kita terlebih dahulu.

(Shabestan/ABNS)

Di Pemerintahan Imam Zaman, Kalangan Miskin Tidak Membutuhkan


“Harus kita camkan bersama bahwa rasa sakit kalangan miskin bukan karena mereka tidak memiliki harta, tetapi lantaran diskriminasi finansial dan ketidakadilan.”
 
Begitu hal ini ditegaskan oleh Hujjatul Islam Abbas Ramadhan Alizadeh kepada wartawan Shabestan kemarin dalam sebuah wawancara santai.

Untuk mengatasi problem sosial ini, lanjut Alizadeh, kita memerlukan pemerintahan adil Imam Mahdi as. Di bawah payung pemerintahan ini, seluruh kalangan miskin tidak akan pernah merasa membutuhkan.

Dalam sebuah hadis, tukas Alizadeh, seluruh masyarakat akan tenggelam kenikmatan yang belum pernah terjadi selama usia dunia. Harta dunia menumpuk sehingga setiap orang miskin bisa memilikinya.

Alizadeh mengutarakan, menurut hadis Imam Muhammad Baqir as, pada masa pemerintahan mahdawi, Imam Mahdi membagi-bagikan tunjangan sebanyak dua kali dalam setahun, dan masyarakat menerima gaji dua kali dalam sebulan.

Pada kelanjutan hadis ini, lanjut Alizadeh, Imam Mahdi as membagi-bagikan harta secara merata sehingga tak seorang pun merasa memerlukan harta zakat. Ketika ditawarkan zakat kepada mereka, mereka menjawab tidak memerlukan harta seperti ini.

Ketika menjelaskan faktor ketidakbutuhan masyarakat ini, ungkap Alizadeh, Imam Ja‘far Shadiq menegaskan semua ini terjadi lantaran anugerah Ilahi dan anugerah wali Allah.

(Shabestan/ABNS)

Karamah Imam Mahdi As di Awal Kebangkitannya


Klaim mengembalikan keteraturan dalam masyarakat dan perluasan keamanan di dunia harus didasarkan oleh suatu kemampuan di atas kemampuan manusia lain dan penegasan atas hal ini adalah menunjukkan karamah-karamah, dan mungkin untuk perkara inilah Imam Mahdi As mendemonstrasikan serangkaian karamah-karamah di awal kehadiran dan kebangkitannya.
 
Salah satu pertanyaan yang menyibukkan mayoritas pikiran manusia, bagaimana Imam Mahdi As membentuk suatu sistem politik global yang tunggal dengan sebelumnya meruntuhkan sistem-sistem politik yang beragam dengan berlandaskan ideologi dan kemampuan yang berbeda? Bagaimana bentuk sistem dan kebijakan beliau yang di dalamnya tidak terdapat segala bentuk kezaliman dan penindasan, juga tidak ditemukan korupsi dan kelaparan lagi?
Karamah
Walaupun di akhir zaman masyarakat menunggu terbentuknya suatu pemerintahan kuat yang juga mendukung kaum tertindas, namun mereka tidak optimis kepada begitu banyak pemerintah yang berkuasa dan tidak menerima setiap janji partai dan kelompok. Pada dasarnya mereka tidak memandang seorang pun mampu mengembalikan keteraturan ke dalam masyarakat dan mengatur dunia yang penuh dengan kekacauan dan kerusuhan.
Imam Mahdi As di awal kebangkitannya menampakkan serangkaian karamah dan mukjizat, misalnya beliau menunjuk seekor burung yang sedang terbang dan burung itu langsung turun dan bertengger di atas tangan beliau. Kayu kering yang dibenamkan ke dalam tanah tandus dan gersang yang kemudian tiba-tiba menjadi hijau, bertangkai, dan berdaun. Beliau mengobati suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh orang lain. Menyuburkan tanah yang kering kerontang dan menurunkan hujan hanya dengan suatu isyarat. Mukjizat ini adalah janji bagi kaum yang tertindas dan terzalimi dan petunjuk atas kemampuan, kejujuran, kebenaran terhadap Pemimpin Langit ini.
Masyarakat dunia akan percaya bahwa Pemberi Janji ini tidak sama dengan para pengklaim sebelumnya. Dia tidak lain adalah Mahdi yang dijanjikan oleh Tuhan itu.
Terkadang Imam mengeluarkan karamahnya kepada para pasukannya demi menguatkan keimanan dan akidahnya dan terkadang pula terhadap musuhnya atau kaum yang ragu supaya mereka beriman dan percaya kepada Imam.
Sumber: Nesyonehhoy-e az Daulat-e Maw’ud
Penulis: Hujjatul Islam Najmuddin Thabasi

Pemerintahan Imam Mahdi dan Hak-hak Kewarganegaraan


Peneliti Mahdawiyah mengatakan bahwa jika kita menghendaki masyarakat dinamis, religius, dan Islami dan kita dapat menjaga hak-hak kewarganegaraan di samping keadilan sosial, maka dengan memanfaatkan al-Quran dan hadis kita mesti menerapkan program-program dan tujuan-tujuan pemerintahan Imam Mahdi As untuk terwujudnya hak-hak kewarganegaraan di dalam bidang-bidang budaya, sosial, ekonomi, dan pengadilan. 
 
Hujjatul Islam Mahdi Yusufiyan, Peneliti Mahdawiyah, di dalam wawancara dengan Shabestan di Qum, Iran, dengan mengisyaratkan bahwa salah satu bagian terpenting di dalam masyarakat kekinian adalah wacana hak-hak kewarganegaraan, mengatakan bahwa salah satu kebutuhan individu-individu yang penting dan serius di masa kini adalah hak-hak seseorang dalam suatu pemerintahan dan bagaimana ia menuntut hak-hak itu.

Ia menambahkan, “Dalam pandangan Islam, manusia di manapun ia berada, baik di kota dan aktif dalam masyarakat sosial atau di daerah terpencil, memiliki kehidupan individual dan hak-hak yang harus dipersiapkan kemungkinan terwujudnya oleh pemerintah dan negara Islam.”
“Untuk menjalaskan hak-hak ini, pertama-tama kita harus mengetahui pengertian hak, karena yang dimaksud dengan hak adalah suatu keutamaan yang diperuntukkan kepada individu dan berdasarkan hal itu ia memiliki kebebasan untuk menciptakan sesuatu atau ia memiliki prioritas yang lebih dibandingkan orang lain,” ungkapnya.
“Menjaga hak-hak kewarganegaraan membutuhkan perhatian terhadap piagam hak-hak kewarganegaraan Islam seperti menjaga kemuliaan dan nilai-nilai tinggi kemanusiaan, pencapaian puncak kesempurnaan manusia dan keutamaan akhlak berdasarkan keimanan, ketakwaan, meraih pengetahuan dan kemajuan tertinggi, kebebasan politik dan sosial, hak penentuan nasib (kehadiran masyarakat di dalam perkara-perkara yang berhubungan dengannya), perwujudan masyarakat yang stabil yang diliputi keselamatan dan keharmonisan, kedinamisan dan keceriahan, kesearahan dan kesepakatan menyeluruh,” jelasnya.
“Penerapan keadilan khususnya keadilan pengadilan, penghapusan diskriminasi yang tidak adil, perwujudan perundangan dan persamaan semua individu di hadapan hukum, penciptaan keamanan di beragama bidang kehidupan termasuk keamanan sosial, etika, akidah, ekonomi…memiliki kesejahteraan relatif dan fasilitas kesejahteraan yang dibutuhkan seperti keluarga, kemampuan keuangan yang memadai, kepemilikan pribadi, perumahan, pekerjaan, dan pendapatan halal…merupakan piagam hak-hak kewarganegaraan dalam masyarakat hari ini,” tandasnya.
Keadilan Menyeluruh di dalam Pemerintahan Imam Mahdi As
Yusufiyan mengungkapkan, “Imam Shadiq As bersabda, sumpah atas nama Tuhan, keadilan niscaya akan masuk ke rumah-rumah masyarakat sebagaimana udara dingin dan panas masuk ke rumah-rumah. Ini menunjukkan keadilan menyeluruh Imam Mahdi As seperti menghidupkan al-Quran dan sunnah yang sebagaimana disabdakan Imam Ali As, suatu waktu yang hawa nafsu yang menjalankan roda pemerintahan, Imam Mahdi As akan bangkit dan akan menggantikannya dengan hidayah dan keselamatan dan di suatu masa yang pandangan pribadi mendahului al-Quran, beliau akan mengarahkan pikiran-pikiran pribadi ke al-Quran dan menjadikannya sebagai hukum di masyarakat.”  

Nisfu Sya’ban, Prolog Hubungan Batin dengan Imam Mahdi


Terdapat hari-hari besar Islam yang memiliki peran signifikan dan menentukan dalam kehidupan manusia.
Salah satu hari besar Islam tersebut adalah hari kelahiran Imam Mahdi as sebagai sang juru penyelamat umat manusia dari setiap bentuk kezaliman dan kegulitaan. Sang juru penyelamat yang diyakini Syiah ini sudah dilahirkan ke dunia dan memiliki keistimewaan dan kriteria-kriteria khusus.

Malam Nisfu Sya’ban menyimpan makrifat dan kecintaan khusus yang sangat mendalam kepada Imam Zaman as. Tentu, pesta hari ulang tahun kelahiran beliau ini jangan sampai hanya terbatas pada pesta fora semata. Semua itu akan menjadi bernilai apabila dibarengi dengan komitmen tanggung jawab atas segala tugas yang kita emban. Tentu, pesta semacam ini bisa menjadi sebuah prolog untuk membangun sebuah hubungan batin dengan beliau.

Salah satu tugas penting kita sekarang ini adalah mempersiapkan lahan yang tersedia supaya masyarakat kita lebih mengenal jati diri dan kriteria Imam Mahdi as. Pesta Nisfu Sya’ban akan bernilai bagus apabila disertai dengan pengenalan yang benar terhadap beliau. Mengagungkan syiar-syiar agama membuktikan bahwa kita merasa bahagia dengan kelahiran beliau dan kita juga berharap beliau akan muncul kembali guna menebarkan seluruh keadilan di seantero semesta. Dengan kelahiran beliau, seluruh makhluk yang sedang menunggu kebebasan akan merasa berbahagia.

(Shabestan)

Imam Mahdi As Mengenal Kepribadian Inheren Manusia Melalui Wajahnya


Salah satu dari keistimewaan yang dimiliki oleh Imam Zaman adalah bisa mengenal kepribadiaan inheren manusia melalui wajah-wajah mereka, dan bisa memisahkan antara orang-orang yang saleh dengan tak saleh, lalu mengantarkan para pembuat kerusakan untuk menerima seluruh akibat perbuatannya.
Salah satu pertanyaan yang memenuhi pemikiran sebagian besar manusia adalah bagaimana Imam Zaman bisa menghancurkan berbagai sistem politik yang memiliki pemikiran dan kemampuan yang berbeda, kemudian membentuk sebuah sistem global yang tunggal?

Bagaimanakah sistem dan rancangan program dalam pemerintahan Imam sehingga tidak ada kezaliman, kerusakan maupaun kelaparan di muka bumi?

Imam Mahdi As dapat mengenal manusia melalui wajah

Salah satu dari keistimewaan Imam adalah mengenal kepribadian inheren manusia melalui wajah-wajah mereka.

Imam Shadiq As bersabda, Ketika Imam Zaman bangkit, tak seorangpun akan tersisa kecuali beliau mengenalinya sebagai orang yang saleh dan baik atau tersesat dan perusak.

Demikin juga bersabda, “Saat Qaim bangkit, beliau bisa membedakan para sahabatnya dari para musuhnya.

Muawiyah Dahani mengatakan, Imam Shadiq As bersabda,’Wahai Muawiyyah, apa yang dikatakan oleh orang tentang ayat “para pendosa akan dikenal melalui wajah-wajah mereka, maka mereka akan ditarik dari kepala dan kakinya”? Aku berkata, Mungkin maksudnya adalah bahwa pada hari kiamat kelak, Allah Swt akan mengenali para pendosa dari wajahnya, kemudian akan menarik rambut dan kepala mereka lalu menjatuhkannya ke neraka. Namun Imam bersabda, Apa perlunya Allah mengenal wajah para pendosa, sementara Dialah yang menciptakannya.’ Aku bertanya, ‘Lalu apa maknanya?’, bersabda, ‘Maksudnya adalah bahwa saat Qaim bangkit, Allah akan menganugerahkan ilmu pengenalan wajah kepada Imam dan memberi perintah untuk menebas kepala dan kaki-kaki mereka dengan pedang.

Sumber:  Tanda-tanda Pemerintahan yang Dijanjikan, karangan Hujjatul Islam Najmuddin Thabasi.

(Shabestan)

Tujuan Imam Mahdi Terwujud Melalui Karbala


Simetri dan keselarasan antara Imam Mahdi as dan Imam Husain as menjadi tema utama yang dikupas oleh Hujjatul Islam Mujtaba Kalbasi manajer Pusat Kajian Mahdiisme kemarin dalam program televisi yang berjudul “Qarar-e Jom’eh”.
“Terdapat simetri historis antara 27 Rajab hari bi’tsah Rasulullah saw, 3 Sya’ban hari kelahiran Imam Husain as, dan 15 Sya’ban hari kelahiran Imam Mahdi,” ujar Kalbasi.

Dalam sabda Rasulullah saw, lanjut Kalbasi, Imam Mahdi dan Imam Husain adalah imam umat manusia. Rasulullah pernah menekankan bahwa Hasan dan Husain adalah imam, baik mereka berdiri atau duduk. Berkenaan dengan Imam Mahdi, beliau juga pernah bersabda bahwa ia termasuk anak cucu beliau dan imam terakhir.

Dari sisi nama, terdapat simetri yang indah antara Imam Mahdi dan Rasulullah sendiri. Nama mereka adalah Muhammad. Lanjut Kalbasi menekankan.

Kalbasi melanjutkan, tujuan utama gerakan dan kebangkitan Imam Husain as adalah memperbaiki umat manusia. Dalam sebuah hadis, beliau pernah menekankan tidak bangkit untuk kesombongan dan mencari kekuasaan. Beliau hanya ingin untuk memperbaiki umat kakek beliau. Kebangkitan Imam Mahdi as juga demikian. Beliau bangkit untuk memperbaiki kondisi politik, sosial, dan lain sebagainya.

Salah satu contoh gamblang dari tujuan tersebut, ujar Kalbasi, adalah memusnahkan para penguasa lalim. Dalam sebuah ucapan, Imam Husain pernah menekankan, “Apakah kalian tidak menyaksikan kebenaran sudah tidak diamalkan lagi dan orang-orang bejat memegang tampuk kekuasaa?” Dalam doa Nudbah kita membaca, Imam Mahdi adalah simpanan Ilahi untuk mematahkan tulang punggung orang-orang yang zalim.

(Shabestan)

Semilir Angin Sejuk Sya’ban, Pendahuluan Memasuki Bulan Ramadhan


Semilir angin sejuk Sya’ban telah berhembus, dan ini merupakan bulan akhir untuk langkah persiapan spriritual dalam memasuki bulan suci Ramadhan.
Kantor Shabestan di Shauma’ahsara melaporkan, Semilir angin Sya’ban telah mendayu dan memberikan semangat untuk lebih menikmati hangatnya bulan suci Ramadhan. Sya’ban adalah bulan terakhir yang mengantarkan langkah untuk memasuki bulan perjamuan besar, bulan suci Ramadhan.

Bulan kelahiran empat bintang nabawi, Imam Husain As, Abu Fadhl Abbas,Imam Sajjad, dan Imam Mahdi As.

Bulan Sya’ban adalah bulan yang sangat mulia, bulan yang dinisbatkan kepada Rasulullah saw, dimana beliau bersabda, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku. Di tempat lain beliau bersabda, Allah akan mengampuni  mereka yang memasuki bulanku dengan menegakkan kebenaran.

Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang penuh fadhilah dan keutamaan, bulan doa dan munajat kepada-Nya. Bulan pembersihan diri untuk mempersiapkan langkah memasuki bulan terindah. Banyak terdapat amalan dan doa di bulan ini, dimana terbaiknya adalah istighfar. Barang siapa beristighfar sebanyak 70 kali setiap hari di bulan ini, seakan ia beristighfar sebanyak 70 ribu kali di bulan-bulan lain.

Bulan Sya’ban, Kesempatan untuk Sucikan Ruh dan Jiwa dari Dosa dan Lalai

Hujjatul Islam Ismail Shadiqi, Imam Jamaah di Shumi’ahsara dalam perbincangannya dengan Shabestan mengatakan, bulan Sya’ban merupakan mukadimah untuk memasuki bulan suci Ramadhan dan hamba-hamba Allah harus bisa memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya supaya memiliki persiapan yang sempurna untuk memasuki Ramadhan.

Ia menambahkan, tiga bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan merupakan bulan-bulan penghambaan, dan hamba Mukmin harus bisa memperoleh manfaat dari bulan-bulan ini untuk bertaqarrub kepada Allah.

Sembari menyinggung bahwa berpuasa satu hari di bulan ini sama dengan beribadah selama 70 tahun, mengatakan, para Syiah harus memanfaatkan setiap saat dari bulan ini dan memperbanyak doa untuk kemunculan Imam Mahdi As.

(Shabestan)

Keserupaan Imam Mahdi dengan Dzul Qarnain


Mempelajari titik kesamaan antara Imam Mahdi dan figur-figur besar sejarah pasti bisa dapat membantu kita untuk mengenal beliau dengan baik.
Pada kesempatan ini, mari kita simak keserupaan Imam Mahdi as dengan Dzul Qarnain sebagai salah satu figur sejarah agung kita.

Dzul Qarnain bukan seorang nabi. Tetapi, ia mengajak seluruh masyarakat kepada Allah, tauhid, dan ketakwaan. Imam Mahdi juga bukan seorang nabi, karena nabi pamungkas kita adalah Nabi Muhammad saw. Tetapi, Imam Mahdi juga mengajak seluruh umat manusia kepada Allah dan ketakwaan.

Dzul Qarnain adalah seorang hujjah untuk masyarakat kala itu. Imam Mahdi juga adalah seorang hujjah untuk seluruh semesta alam.

Allah mengangkat Dzul Qarnain ke langit dunia sehingga ia bisa menyaksikan seluruh luas bumi ini dari sisi timur hingga barat. Dia menganugerahkan ilmu kepadanya sehingga bisa digunakan untuk memisahkan antara yang hak dan yang batil. Dzul Qarnain pernah menerima ilham supaya melanglang buana di seluruh negeri. Allah juga mengangkat Al-Qa’im hingga area yang lebih tinggi dari langit pertama, dan lantas mengembalikannya ke bumi ini.

Dzul Qarnain pernah mengalami masa gaib dari kaumnya dalam jangka waktu yang sangat panjang. Imam Mahdi as juga mengalami masa kegaiban yang sangat panjang hingga saat ini.

Dzul Qarnain pernah menguasai timur dan barat. Imam Mahdi juga akan menguasai seluruh semesta.

Sumber: Mikyâl Al-Makârim

(Shabestan)

Kezuhudan Imam Mahdi, Teladan Kemanusiaan


Imam Mahdi As seperti para Imam suci lainnya memiliki kesempurnaan akhlak dan karakter khusus. Dari aspek bahwa para Imam suci Ahlulbait adalah manusia-manusia sempurna dan merupakan teladan dalam semua aspek bagi kemanusiaan, mereka pun memiliki akhlak baik seperti kezuhudan dalam tingkatan yang tertinggi.
Salah satu pertanyaan yang banyak meliputi benak manusia, bagaimana Imam Mahdi As meruntuhkan beragam sistem-sistem politik yang didukung oleh pemikiran dan kekuatan yang banyak kemudian mendirikan satu sistem yang global?

Apa sistem dan program pemerintahan Imam Mahdi As yang bersih dari segala bentuk kezaliman,  penindasan, korupsi, dan kelaparan?

Kesempurnaan akhlak

Sebagaimana para Imam suci lainnya, Imam Mahdi As memiliki kesempurnaan akhlak dan karakter yang khusus. Para Imam suci Ahlulbait adalah manusia-manusia sempurna dan teladan dalam semua aspek bagi manusia, mereka pun memiliki akhlak baik seperti kezuhudan dalam tingkatan yang tertinggi.

Imam Ridha As bersabda, “Mahdi adalah seorang yang paling berilmu, paling sabar,dan paling bertakwa. Beliau sangat dermawan dari semua manusia dan lebih berani serta yang paling menghamba.

Ketakutan kepada Tuhan

Ka'ab mengatakan, kerendahan hati dan ketakutan Imam Mahdi di hadapan Tuhan seperti kerendahan elang di hadapan dua sayapnya. Mungkin maksud Ka’ab adalah walaupun burung elang itu sangat kuat, namun kekuatannya sepenuhnya bergantung kepada kemampuan sayap-sayapnya yang jika kedua sayapnya tidak memberikan bantuan kepadanya maka jatuhlah ia ke bumi. Meskipun Imam Mahdi As sebagai pemimpin Ilahi yang paling kuat dan tangguh, namun kekuatan ini bersumber dari Tuhan yang jika sedetik saja Dia tidak menolongnya maka mustahil beliau dapat melanjutkan aktivitasnya, dari aspek ini dikatakan bahwa beliau sangat khusyu’ dan khudhu’ di hadapan Tuhan.

Zuhud
Imam Shadiq As bersabda, “Mengapa Anda ingin mempercepat kemunculan Imam Mahdi? Tuhan tahu pakaiannya tidak lembut, makanannya gandum (yang kualitas rendah), pemerintahnya pedang, dan kematian dalam bayangan pedang.”

Utsman bin Himad mengatakan, saya hadir dalam majelis Imam Shadiq As dan seseorang mengatakan kepada beliau, Ali bin Abi Thalib memakai pakaian yang tidak lembut yang nilainya empat dirham, tapi Anda mengenakan pakaian yang sangat mahal, beliau menjawab, Ali As ketika mengenakan pakaian itu tidak diprotes oleh orang-orang dan memakai pakaian yang terbaik yang digunakan oleh masyarakat pada masa itu.

Ketika Imam Mahdi As bangkit dan berkuasa, beliau memakai pakaian seperti pakaian Ali As dan mengikuti garis-garis besar politik dan kebijakan Imam Ali As.

Sumber: Nesyonehoye Daulat-e Mau’ud (Tanda-tanda Pemerintahan yang Dijanjikan), Hujjatal Islam Najm al-Din Tabasi.

(Shabestan)

Dokumen 5 Maret 2007: Amerika melakukan operasi mencari Sayyid Yamani di Yaman


Didapatkan beberapa orang asing berwajah barat di daerah-daerah bagian utara negara Yaman. Mereka sedang melakukan pencarian seorang sayyid yang bernama “Yamani”. Setelah presiden Yaman melakukan pertemuan dengan petinggi-petinggi gedung putih, ia telah memulai operasinya untuk mencari dan membunuh para sayyid. Anehnya pembunuhan yang dilakukan oleh pemerintah Yaman tidak terbatas pada orang-orang Syi’ah saja. Mereka juga melakukan pembunuhan terhadap ulama Ahli Sunah keturunan Rasulullah saw. 

Hal yang sama juga sebelumnya dilakukan di kota Kufah dan Hilla. Tentara-tentara penerangan Amerika telah mencari Imam Mahdi af. Dalam pencarian ini, selain mereka membunuh orang-orang tidak berdosa, mereka juga menginterogasi tokoh-tokoh masyarakat mengenai rumah dan tempat persembunyian Imam Mahdi af.

Karena masalah inilah pemerintah Yaman meminta kepada orang-orang yahudi Yaman yang tinggal di Sa’dah untuk pindah ke San’a, ibu kota Yaman. Dalam pemindahan ini, sekitar 45 keluarga Yahudi telah diungsikan ke San’a. Semua biaya pengungsian ini ditanggung oleh pemerintah Yaman.

Sebelum ini juga, Israel dan Amerika sempat mengajukan protes ke pemerintah Yaman. Protes itu terkait dengan orang-orang Yahudi Yaman. Amerika dan Israel meminta kepada pemerintah San’a agar jangan sampai orang-orang Yahudi meninggalkan Yaman.

Penguasa Abbasiyah menempuh berbagai cara untuk membatasi gerakan Imam Askari as

Imam Hasan Askari as dilahirkan di Madinah tahun 232 Hijriah, dan syahid di Samarra, Irak tanggal 8 Rabiul Awal tahun 260 H. Imam kesebelas Syiah ini menjadi pemimpin umat di usia 22 tahun, dan syahid di usia 28 tahun setelah delapan hari sakit akibat racun antek-antek dinasti Abbasiyah. Para sahabatnya memanggil beliau dengan sebutan Abu Muhammad. Julukan beliau yang paling masyhur adalah Askari, karena beliau tinggal di sebuah tempat yang disebut Al-‘Askar.


Meskipun Imam Hasan Askari hidup tidak lebih dari 28 tahun, tapi di usia yang singkat ini telah menorehkan tinta emas dalam lembaran sejarah Islam. Manusia mulia ini mewariskan karya besar dan penting di bidang tafsir al-Quran, fiqih dan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Di tengah ketatnya pembatasan dan tingginya tekanan dinasti Abbasiyah terhadap Ahlul Bait Rasulullah Saw, Imam Askari masih tetap menyampaikan ajaran Islam kepada umat Islam secara terorganisir untuk menyiapkan kondisi keghaiban Imam Mahdi setelah beliau.

Penguasa Abbasiyah menempuh berbagai cara untuk membatasi gerakan Imam Askari as, akan tetapi Allah swt berkehendak lain dan juru selamat akan lahir ke dunia di tengah keluarga Sang Imam. Setelah kelahiran Imam Mahdi as, ayah beliau mulai mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi kondisi sulit di masa-masa mendatang. Imam Askari as di berbagai kesempatan berbicara tentang keadaan di masa keghaiban juru selamat, dan peran berpengaruh Imam Mahdi as dalam memimpin masa depan dunia. Beliau menekankan bahwa putranya akan menciptakan keadilan dan kemakmuran di seluruh penjuru dunia.

Di era kegelapan pemikiran dan penyimpangan akidah, Imam Askari as bangkit menyampaikan hakikat agama secara jernih kepada masyarakat. Beliau mengobati dahaga para pencari ilmu dan makrifat dengan pancaran mata air kebenaran. Argumentasi yang disampaikan Imam Askari as dalam berbagai forum ilmiah diakui oleh para pemikir di zamannya, bahkan menjadi panduan bagi mereka.Bahkan salah satu menteri dinasti Abbasiyah bernama Ahmad bin Khaqan, mengakui keutamaan akhlak dan keluruhan ilmu Imam Hasan Askari . Dia berkata, “Di Samarra, aku tidak melihat sosok seperti Hasan bin Ali. Dalam hal martabat, kesucian, dan kebesaran jiwa, aku tidak menemukan tandingannya. Meski ia seorang pemuda, Bani Hasyim lebih mengutamakannya dari kelompok tua di tengah mereka. Ia memiliki kedudukan yang sangat tinggi, yang dipuji oleh sahabat dan disegani musuhnya.”

Semua kehormatan dan kemuliaan itu karena ketaatan Imam Askari as kepada Allah Swt dan kebersamaan beliau dengan kebenaran. Beliau berkata, “Tidak ada orang mulia yang menjauhi kebenaran kecuali dia akan terhina, dan tidak ada orang hina yang menerima kebenaran kecuali dia akan mulia dan terhormat.”

Kedekatan dengan Tuhan dan sifat tawakkal merupakan keutamaan Ahlul Bait Nabi as dalam memikul beban penderitaan dan membuat mereka berkomitmen dalam memperjuangkan kebenaran. Manusia-manusia yang bertakwa dan taat, telah terbebas dari ikatan dan belenggu-belenggu hawa nafsu dan godaan duniawi. Mereka telah mencapai puncak kemuliaan akhlak.Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya adalah pribadi-pribadi sempurna yang menduduki puncak keluhuran akhlak. Mereka dengan ketaatan penuh di hadapan kekuasaan Tuhan, mencapai derajat spiritual yang tinggi konsisten dalam melawan kemusyrikan dan kekufuran serta membimbing masyarakat menuju jalan kebenaran. Dalam sirah Imam Askari as disebutkan bahwa beliau saat berada di penjara, menghabiskan seluruh waktunya dengan ibadah dan munajat kepada Tuhan. Pemandangan ini bahkan telah menyihir para sipir yang ditugaskan untuk mengawasi dan menyiksa beliau.

Beberapa pejabat dinasti Abbasiyah memerintahkan Saleh bin Wasif, kepala penjara untuk bersikap keras terhadap Imam Askari as. Mereka berkata kepada Wasif, “Tekan Abu Muhammad semampumu dan jangan biarkan ia menikmati kelonggaran!” Saleh bin Wasif menjawab, “Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah menempatkan dua orang terkejam dari bawahanku untuk mengawasinya, keduanya sekarang tidak hanya menganggap Abu Muhammad sebagai seorang tahanan, tapi mereka juga mencapai kedudukan yang tinggi dalam ibadah, shalat, dan puasa.”

Para pejabat tersebut kemudian memerintahkan Wasif untuk menghadirkan kedua algojonya itu. Mereka berkata kepada para algojo tersebut, “Celaka kalian! Apa yang telah membuat kalian lunak terhadap tahanan itu?” Mereka menjawab, “Apa yang harus kami katakan tentang seseorang yang hari-harinya dilewati dengan puasa dan seluruh malamnya dihabiskan dengan ibadah? Ia tidak melakukan pekerjaan lain kecuali beribadah dan bermunajat dengan Tuhannya. Setiap kali ia menatap kami, wibawa dan kebesarannya menguasai seluruh wujud kami.”

Imam Askari as dalam sebuah riwayat menyinggung kedudukan orang-orang yang shalat, dan berkata, “Ketika seorang hamba beranjak ke tempat ibadah untuk menunaikan shalat, Allah berfirman kepada para malaikatnya, ?Apakah kalian tidak menyaksikan hamba-Ku bagaimana ia berpaling dari semua makhluk dan datang menghadap-Ku, sementara ia mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Ku? Aku jadikan kalian sebagai saksi bahwa Aku khususkan rahmat dan kemuliaan-Ku kepadanya.” Imam Askari as senantiasa mewasiatkan kepada para pengikutnya untuk memperpanjang sujud, dan berkata, “Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa dalam agama kalian, dan berusaha karena Allah serta memperpanjang sujud.”

Pengaruh pemikiran dan spiritualitas Imam Askari as membuat para penguasa Abbasiyah ketakutan. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk membunuhnya. Penguasa dinasti Abbasiyah akhirnya menyusun sebuah skenario untuk membunuh Imam Askari as. Beliau syahid setelah beberapa hari menahan rasa sakit akibat diracun musuhnya. Seorang pembantu Imam Askari as berkata, “Ketika beliau terbaring sakit dan sedang melewati detik-detik terakhir dari kehidupannya, beliau teringat bahwa waktu shalat subuh telah tiba. Beliau berkata, ?Aku ingin shalat.’ Mendengar itu, aku langsung menggelar sajadah di tempat tidurnya. Abu Muhammad kemudian mengambil wudhu dan shalat subuh terakhir dilakukan dalam keadaan sakit dan selang beberapa saat, ruh beliau menyambut panggilan Tuhan.” Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.

Kini para pencinta Ahlul Bait Rasulullah Saw hingga kini terus menziarahi makam Imam Hasan Askari, dan membaca doa di kompleks pemakaman suci, meskipun situasi Samarra rentan terhadap ancaman musuh. Semoga Allah Swt menjadikan kita semua termasuk para peziarah dan pembela haram suci Ahlul Bait Rasulullah Saw. “Ya Allah, shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya. Teriring salam bagi Imam Hasan bin Ali (Askari) yang telah menunjukkan jalan menuju agama-Mu, pembawa bendera hidayah, mata air ketakwaan, dan tambang akal, muara hikmah dan rahmah bagi umat. Wahai Imam yang terjaga dari dosa, wahai yang mewarisi ilmu kitab suci (al-Quran) yang dengannya menjadi pembeda antara hak dan batil. Salam bagimu, ya Imam Hasan Askari.”

Apakah Imam Mahdi Akan Gugur Syahid?


Apakah Imam Mahdi as setelah berkuasa akan gugur sebagai syahid ataukah beliau akan meninggal dunia secara alamiah?
Ini adalah dua pandangan yang layak kita cermati dalam hal ini.

Menurut keyakinan sebagian ulama, Imam Mahdi as akan gugur sebagai syahid. Sandaran mereka adalah sebuah hadis umum yang diriwayatkan dari Imam Hasan Askari as. Beliau berkata, “Tak seorang dari kalangan kami Ahlul Bait kecuali pasti akan dibunuh.”

Tetapi, yang perlu dicermati bersama adalah kaidah umum ini bisa saja berubah. Kaidah itu hanya berlaku pada masa keterzaliman para imam maksum as. Tetapi, pada masa kemunculan Imam Mahdi as di mana beliau memegang seluruh kekuasaan, kaidah tersebut tidak berlaku.

Ada juga pandangan yang tersebar bahwa pembunuh Imam Mahdi as adalah seorang wanita. Tetapi semua ini hanyalah kisah yang tidak berlandasan.

Apa gunanya seorang Imam jika ia ghaib?


Oleh: Ja’far Subhani

Apa gunanya kegaiban Imam Mahdi af bagi umat manusia?
Menurut Al-Qur’an, ada dua macam wali Allah Swt; pertama adalah wali yang tampak dan masyarakat mengenalinya secara langsung, dan kedua adalah wali yang gaib atau tidak tampak yang tidak dikenali secara langsung oleh masyarakat, dia ada di tengah mereka tapi pada saat yang sama mereka tidak menyadari kehadiran itu.

Di dalam surat Al-Kahfi, keberadaan dua macam wali itu telah diterangkan secara bersamaan; yang pertama adalah Musa bin Imran dan yang kedua adalah orang yang beliau sertai untuk sementara waktu dalam perjalanan darat serta laut, dia dikenal dengan nama Khidir. Wali Allah Swt bahkan tidak dikenali oleh Nabi Musa as, Allah Swt yang kemudian membimbing beliau untuk mengenalinya dan menimba ilmu darinya. Al-Qur’an menyebutkan:
Mereka menemukan seorang hamba dari hamba-hamba Kami (Khidir) yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya suatu ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepadanya, ‘Bolehkah aku mengikut engkau agar engkau ajarkan kepadaku sebagian yang telah diajarkan kepadamu, sebagai ptunjuk?” (QS. Al-Kahfi [18]: 65-66).

Setelah itu, Al-Qur’an menjelaskan berapa pekerjaan berharga yang dilakukan oleh wali Allah Swt tersebut dan menunjukkan bagaimana masyarakat tidak mengenalinya, tapi pada saat yang sama mereka mendapatkan basil dan berkah keberadaannya.[1]

Perihal Imam Mahdi af juga seperti halnya wali Allah Swt yang diikuti oleh Nabi Musa as, sama-sama tidak dikenali oleh umat manusia tapi pada saat yang sama menjadi sumber pekerjaan-pekerjaan yang sangat berharga bagi mereka semua. Karena itu, kegaiban beliau bukan berarti keterpisahaan beliau dari masyarakat, melainkan -seperti yang tertera di dalam hadis-hadis para manusia suci as- beliau laksana matahari di balik awan; mata kepala tidak melihatnya tapi pada saat yang sama ia tetap memberikan cahaya dan kehangatan kepada penduduk bumi.[2]

Rasulullah Saw bersabda, ‘Memang benar, sumpah demi Allah Swt yang telah mengutusku sebagai nabi! Umat manusia mendapat keuntungan darinya dan dari cahaya wilayahnya pada masa gaib sebagaimana mereka mendapat keuntungan dari matahari kala berada di balik awan.’[3]

Sinar spiritual wujud Imam Mahdi af yang berada di balik awan gaib mempunyai dampak yang besar sekali, jadi walau pun tidak terjadi pembelajaran, pendidikan dan pembimbingan secara langsung tapi dampak-dampak itu menunjukkan hikmah keberadaannya di sana. Dampak tersebut antara lain:
  1. Penjagaan Agama Allah Swt
Lalu zaman dan campur aduk kecenderungan serta pemikiran pribadi dengan masalah keagamaan, begitu pula kecondongan pada aliran-aliran yang menyimpang dan kelancangan tangan-tangan perusak terhadap ajaran-ajaran samawi lambat laun akan mengikis kesejatian dari ajaran dan undang-undang Ilahi serta memutarbalikkannya.

Air jernih yang mengalir dari langit wahyu lama-lama keruh dan kotor akibat jalur otak-otak yang dilaluinya. Cahaya yang terang benderang ini juga akan terkesan redup karena melewati kaca-kaca pemikiran yang gelap gulita. Singkat kata, akibat perangkaian dan pemangkasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berpikiran dangkal maka seringkali kita sangat kesulitan untuk merekognasi dan mengenali masalah yang sebenamya.

Karena itu, bukankah signifikan sekali keberadaan seseorang di tengah umat Islam yang akan menjaga ajaran Islam sebagaimana aslinya untuk orang-orang masa depan?!

Kita tahu bersama bahwa setiap yayasan penting memiliki kotak anti bakar tempat penyimpanan dokumen-dokumen penting dan penjagaannya dari tangan-tangan pencuri serta lahapan api, karena nilai dan kehormatan yayasan itu tergantung pada penjagaan dokumen-dokumen tersebut.

Hati Imam Mahdi af dan ruh mulia beliau adalah kotak penjaga dokumen-dokumen agama Allah Swt yang sejati dan selamat dari distorsi, sehingga bukti-bukti Allah Swt dan tanda-tanda-Nya tidak sampai hilang dan padam. Ini hanya satu dari sekian banyak dampak keberadaan beliau.
  1. Pembinaan Para Penanti Yang Sadar
Tidak seperti yang dibayangkan oleh sebagian orang, hubungan Imam Mahdi af di masa gaib dengan umat tidak sepenuhnya terputus, bahkan sebagaimana telah diterangkan oleh hadis-hadis Islam ada segelintir orang dengan kesiapan paling tinggi yang punya hubungan dengan beliau, mereka itu rahasia penuh gairah kerinduan pada Allah Swt dan hati penuh iman serta keikhlasan yang luar biasa dalam rangka mereali sasikan cita-cita reformasi dunia.

Gaibnya Imam Mahdi af bukan berarti beliau menjadi semacam ruh gaib atau cahaya misterius, bahkan beliau mempunyai kehidupan yang alami dan tenang, tapi beliau secara tidak dikenal berlalu lalang di tengah umatnya. Beliau seleksi hati-hati manusia yang siap lalu meningkatkan kesiapan mereka lebih dari sebelumnya. Orang-orang yang berpotensi pasti meraih taufik dan kebahagiaan ini sesuai dengan tingkat kesiapan masing-masing. Sebagian dari mereka berhubungan dengan beliau hanya sejenak, sebagian lagi berhari-hari, dan sebagian yang lain bahkan sampai bertahun-tahun.

Seperti para pengendara pesawat yang terbang tinggi sampai ke atas awan, orang-orang itu terbang tinggi dengan sayap ilmu dan takwa sehingga tidak ada lagi tabir yang menghalangi sampainya pancaran cahaya matahari, sementara orang lain berada dalam kegelapan dan cahaya redup di bawah awan.

Memang demikianlah yang sebenamya. Orang berharap matahari turun ke bawah awan agar dia dapat melihatnya. Tentu saja harapan semacam ini kesalahan yang besar dan anggapan yang menyimpang. Kitalah yang seharusnya meningkatkan diri dan terbang lebih tinggi daripada awan sehingga dapat merasakan pancaran cahaya matahari.

Ala kulli hal, pembinaan para penanti ini juga salah satu hikmah di balik gaibnya Imam Mahdi af.
  1. Pengaruh Ruhani Yang Tersembunyi
Seperti telah kita ketahui bersama, matahari mempunyai pancaran jelas yang apabila dianalisis maka kita akan melihat tujuh warna. Di samping itu, ia juga mempunyai pancaran yang tak terlihat disebut dengan radiasi ultra violet dan radiasi infra merah. Sama halnya dengan itu, pemimpin samawi, baik seorang nabi atau imam, selain melakukan pembinaan undang-undang syariat -melalui ucapan, tindakan, pembelajaran dan pendidikan reguler- dia juga melakukan pembinaan ruhani melalui ilfiltrasi maknawi ke dalam hati dan pikiran manusia, hal itu bisa juga disebut sebagai pembinaan cipta atau pembinaan secara eksistensial. Dalam pembinaan yang terakhir ini, tidak ada lagi huruf, kata, kalimat, ucapan atau pun perbuatan, yang efektif di sini hanyalah gravitasi internal.

Wujud penuh berkah Imam Mahid af di balik awan gaib juga mempunyai dampak semacam ini, melalui pancaran cahayanya yang kuat dan luas beliau menarik hati-hati yang siap, baik jauh maupun dekat, dengan itu beliau membina mereka sampai menjadi manusia yang sempuma. Kita melihat kutub magnetik bumi dengan mata kepala, tapi pengaruhnya tampak pada jarum-jarum kompas yang menjadi panduan bagi kapal, pesawat di udara, dan lain-lain di sahara serta angkasa. Berkah gelombang ini dirasakan di seluruh penjuru bumi, sehingga jutaan musafir dapat menempuh perjalanannya sampai tujuan. Kendaraan-kendaraan besar dan kecil terselamatkan berkat panduan jarum-jarum yang kelihatan kecil ini.

Dengan demikian, kenapa heran jika keberadaan penuh berkah Imam Mahdi af pada masa gaib memberi hidayah kepada pikiran dan jiwa yang dekat maupun jauh dengan gelombang-gelombang gravitasinya serta menyelamatkan mereka dari kebingungan? Tentunya jangan lupa bahwa gelombang-gelombang magnetik bumi tidak berpengaruh pada besi-besi yang tidak berharga, melainkan berpengaruh hanya pada jarum-jarum lembut yang sensitif dan mempunyai karakteristik feromagnetik serta kesesuaian dengan kutub pengirim gelombang magnetik. Maka itu, hati-hati yang berhubungan dengan Imam Mahdi af dan mempunyai kesesuaian tertentu dengan beliau pasti terkena daya tarik ruhani beliau.

Dampak-dampak keberadaan penuh berkah Imam Mahdi af sangatlah banyak dan tidak mungkin untuk dijelaskan dalam kesempatan yang terbatas sekali. Di sini kami cukupkan sampai sekian, dan Alhamdulillah para peneliti muslim telah menjelas kannya secara panjang lebar dalam karya tulis mereka, kami sarankan kepada yang berrninat untuk menelaahnya.

Referensi:
[1] Lihat: QS. Al-Kahfi (18): 71-82.
[2] Kamal Al-Din, Syaikh Shaduq, bah 45, hadis no. 4, hal. 485.
[3] Bihar Al-Anwar, jld. 52, hal. 93 dinukil dari kitab di atas.

Mengapa Imam Mahdi af tidak segera muncul?


Oleh: Ja’far Subhani

Rencana Imam Mahdi af jauh berbeda dengan rencana para nabi as, rencana beliau bukan perundang-undangan, melainkan rencana yang sepenuhnya operasional untuk seluruh dunia. Dengan kata lain, misi beliau adalah menerapkan seluruh pokok ajaran Islam di dunia dan menyebarkan keadilan serta hakikat kebenaran di tengah umat manusia. Terang saja pelaksanaan rencana revolusi global yang menyebarkan prinsip-prinsip keadilan dan hakikat kebenaran untuk seluruh umat manusia ini menuntut sarana, prasarana dan kondisi tertentu, dimana semua itu tidak mungkin terpenuhi kecuali setelah waktu yang cukup lama dan tercapainya kesempurnaan-kesempurnaan tertentu pada seluruh aspek kehidupan sosial manusia. Antara lain yang harus terpenuhi adalah:

1. Kesiapan Ruh
Pada tahap awal, masyarakat dunia harus betul-betul haus dan siap untuk menerapkan prinsip-prinsip itu, selama belum ada permintaan global maka penawaran dan pemaparan program material dan spiritual apa pun tidaklah efektif. Asas permintaan dan penawaran tidak hanya berlaku dalam sistem kehidupan ekonomi, tapi berlaku juga pada penawaran rencana¬rencana spiritual, prinsip-prinsip moral, ideologi politik dan revolusioner, maka selama di dalam kalbu masyarakat yang paling dalam belum ada permintaan untuk itu maka penawaran dan pemaparannya secara luas akan berujung pada kekalahan dan tidak efektif.
Imam Muhammad Baqir as berkata, ‘Pada hari Al Qaim dari keluarga suci Nabi Muhammad Saw bangkit, Allah Swt meletakkan tangan-Nya di atas kepala hamba-hamba-Nya, dengan demikian akal-akal mereka terpadu dan perasaan mereka menjadi sempuma.’[1]

Terang saja laju zaman, kekalahan undang-undang materialis, kebuntuan-kebuntuan global, dan keterdesakan umat manusia sampai pada bibir jurang peperangan membuat masyarakat dunia terhimpit dan sadar akan kenyataan bahwa prinsip-prinsip dan undang-undang materialis serta organisasi-organisasi internasional bukan saja tidak mampu menyelesaikan berbagai kendala kehidupan mereka dan menegakkan keadilan. Lebih dari itu, keterhimpitan dan keputusasaan ini mempersiapkan masyarakat dunia untuk menerima sebuah revolusi yang fundamental. Tentu kita sadar bahwa hal ini butuh waktu panjang, sehingga pengalaman-pengalaman pahit kehidupan akan membuktikan kegagalan seluruh sistem materialis dan organisasi-organisasi manusia dalam menerapkan prinsip-prinsip keadilan, menegakkan kebenaran, dan menjamin keamanan serta kesejahteraan. Pada akhirnya, akibat keputusasaan yang mendalam muncullah permintaan dari masyarakat dunia untuk merealisasikan nilai-nilai Ilahi dan dengan demikian, terpenuhilah seluruh hal yang diperlukan untuk sebuah revolusi global dengan kepempimpinan manusia yang Ilahi.[2]

2. Kesempumaan Ilmu dan Budaya Manusia
Di sisi lain, untuk mendirikan pemerintahan global atas dasar keadilan sangat diperlukan berbagai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan budaya sosial manusia. Dan tentu saja ini juga tidak akan tercapai dalam waktu singkat dan tanpa kemajuan intelektual.
Pemerintahan global, yang menegakkan keadilan dan undang-undang di seluruh dunia sehingga setiap orang mendapatkan hak-hak individual dan sosialnya, tidak mungkin didirikan tanpa adanya budaya yang maju dan sempurna di setiap aspek kehidupan manusia. Dan ini juga butuh waktu untuk tercapai.

3. Kemajuan Media Komunikasi Massa
Pemerintahan yang seperti itu juga tidak bisa ditegakkan tanpa media komunikasi massa yang maju, karena hanya dengan media yang maju undang-undang dan prinsip-prinsip insani dapat diumumkan dalam waktu singkat ke seluruh masyarakat dunia, dan ini tidak mungkin dilakukan tanpa kemajuan industri dalam kurun waktu yang relatif lama.

4. Pembinaan Sumber Daya Manusia
Di samping itu semua, tujuan besar dan revolusi global tersebut membutuhkan sumber daya manusia yang aktif dan produktif, merekalah yang sebenamya akan menjadi pasukan revolusi global. Pembinaan bala tentara dan sumber daya manusia yang bersih serta rela mengorbankan segala sesuatu demi tujuan besar itu tentu saja butuh waktu yang lama.

Bila di dalam hadis-hadis kita membaca bahwa filosofi kepanjangan masa gaib Imam Mahdi af adalah cobaan terhadap umat manusia, mungkin maksudnya adalah sumber daya manusia ini. Sebab, cobaan menurut logika Islam bukan berarti cobaan-cobaan yang biasa atau penyingkapan hal-hal yang tersembunyi, melainkan maksudnya adalah pembinaan ruh atau mental-mental suci serta pelatihan yang maksimal.
Empat hal ini membutuhkan waktu yang relatif panjang sehingga dari berbagai sisi dunia sudah mengalami kemajuan dan masyarakat sudah mempunyai kesiapan mental, ruh dan intelektual untuk menerima pemerintahan global berdasarkan hak dan keadilan. Ketika itulah rencana besar di atas akan dilaksanakan oleh Imam Mahdi af dengan sarana dan prasarananya yang khas. Inilah sekelumit dari filosofi gaibnya beliau.

Referensi:
[1] Al-Kafi, jld. 1, hal. 25, kitab Al-‘Aql, hadis no. 21.
[2] Salah satu tanda kebangkitan Imam Mahdi af yang disepakati oleh hadis-hadis Islam adalah kezaliman telah memenuhi seluruh kehidupan umat manusia sehingga keputusasaan mendominasi mereka semua. Dan pada hakikatnya, begitu kuatnya tekanan kezaliman itu sehingga secara mental umat manusia mengharapkan terjadinya revolusi baru yang dalam dan mendasar serta dipimpin oleh manusia Ilahi.

Mutiara Hikmah dari Imam Hasan Askari as


Imam Hasan al-Askari as, putra Imam Ali al-Hadi, dilahirkan pada 8 Rabiul Akhir tahun 232 Hijriah di kota Madinah. Beliau memangku tugas imamah pada usia 22 tahun, setelah ayahnya meneguk cawan syahadah. Di usia yang masih sangat muda itu, beliau mendapat mandat Ilahi untuk menjadi pelita hidayah bagi umat manusia. Julukan al-Askari yang beliau sandang merujuk pada suatu tempat yang bernama Askar, di dekat kota Samarra, Irak. Ibu Imam Askari bernama Haditsa, meski ada juga yang menyebut ibu beliau bernama Susan atau Salil. Setelah sang ayah wafat, Imam Hasan Askari as hidup selama 6 tahun, dan sepanjang itulah masa kepemimpinannya.

Kelahiran manusia-manusia suci dari Ahlul Bait Nabi as senantiasa membawa keberkahan dan kemuliaan bagi umat Islam. Ahlul Bait as adalah insan-insan mulia yang menjadi teladan dan lentera bagi umat manusia dalam merajut jalan kebenaran. Salah satu misi global Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya adalah menyampaikan dan mengawal ajaran agama dan pemikiran-pemikiran Islam. Rasul Saw dan para penerus misi beliau telah mengemban tugas tersebut sesuai dengan kondisi sulit di masa itu. Mereka semua memikul dua tugas utama yaitu, memberi petunjuk dan pencerahan kepada masyarakat, dan memperingatkan mereka akan pemikiran-pemikiran menyimpang.

Imam Askari as sepanjang hidupnya tidak pernah alpa memerangi kezaliman dan penindasan di tengah masyarakat. Imam Askari as senantiasa berada dalam pengawasan para penguasa Dinasti Abbasiyah, karena adanya riwayat-riwayat dari Nabi Saw yang menguatkan bahwa Imam Mahdi as – sang juru selamat – akan terlahir ke dunia sebagai putra Imam Askari as. Oleh karena itu, para penguasa merasa takut akan kemunculannya yang akan memenuhi dunia ini dengan keadilan.

Meski menghadapi kondisi sulit, Imam Askari as berhasil menyebarluaskan nilai-nilai dan pemikiran murni Islam di tengah masyarakat. Pernyataan rasional dan argumentatif Imam Askari as dalam menjawab berbagai ketimpangan dan penyimpangan, membuktikan bahwa beliau memiliki program komprehensif untuk menyebarkan kebenaran Islam. Imam Askari as aktif menghalau pemikiran-pemikiran sesat yang menyerang masyarakat Islam pada masa itu. Beliau mengambil sikap tegas dan jelas terhadap berbagai kelompok dan mazhab pemikiran seperti, sufisme, ghulat, politeisme, dan pemikiran-pemikiran sesat lainnya.

Imam Askari as menilai pengabdian tulus kepada masyarakat sebagai dimensi dari iman dan selalu menekankan kepada para pengikutnya untuk berlaku baik dan terpuji. Banyak ayat al-Quran juga menyebut kata amal shaleh setelah kata iman. Oleh karena itu, Imam Askari as menganggap pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu contoh dari beramal shaleh. Beriman kepada Allah Swt dan mengabdi kepada manusia merupakan dua dasar untuk membangun masyarakat yang sehat. Kitab suci al-Quran juga sangat menekankan manusia untuk saling membantu dalam kebaikan dan ketaqwaan. Sebaliknya, Allah Swt melarang manusia untuk saling menolong dalam melakukan perbuatan dosa dan maksiat.

Di antara nilai-nilai luhur Islam adalah memberi perhatian kepada sesama, bekerjasama dalam kebaikan, dan mengabdikan diri untuk masyarakat. Dari berbagai ayat dan riwayat terlihat jelas bahwa tidak ada perbuatan lain – setelah menunaikan kewajiban – seperti berbuat baik dan mengabdi kepada masyarakat, yang akan mendekatkan seseorang kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, para nabi dan imam maksum senantiasa mengabdikan dirinya untuk masyarakat dan membantu mereka dalam kebaikan. Imam Askari as berkata, "Dua perkara yang tidak ada sesuatu pun yang lebih tinggi darinya yaitu, beriman kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama."

Imam Askari as selalu menekankan kepada para pengikutnya untuk bersikap jujur, membersihkan diri dan beramal shaleh. Hal ini beliau lakukan demi menjaga ajaran suci Islam. Imam menyadari sepenuhnya usaha memperdalam dan menyebarkan ajaran Islam terletak pada penerapan nilai-nilai Islam itu sendiri. Karena ketika iman dan amal saling berhubungan dengan kokoh, maka pengaruhnya pun semakin kuat. Oleh karena itu, Imam Askari as menekankan kepada para pengikutnya untuk mengoreksi diri dan tidak memandang remeh dosa.

Dalam perspektif Imam Askari as, para pengikut sejati Ahlul Bait as adalah mereka yang bersikap seperti para pemimpin agamanya dalam menjalankan ajaran Ilahi dan meninggalkan larangannya serta mengabdi kepada sesama. Ketika mendefinisikan kata Syiah, Imam Askari as berkata, "Para pengikut dan Syiah Ali adalah mereka yang memprioritaskan saudara-saudara seiman dari dirinya meskipun ia sendiri butuh."

Memperhatikan pentingnya pengabdian kepada masyarakat, Imam Askari as juga mengingatkan para ulama dan intelektual untuk tidak melupakan tanggung jawab besar itu. Beliau as berkata, "Kelompok ulama dan intelektual pengikut kami yang berusaha memberi pencerahan dan mengatasi masalah para pecinta kami, pada hari kiamat mereka akan tiba di padang mahsyar dengan memakai mahkota kemuliaan dan cahaya mereka menerangi semua tempat dan semua penduduk mahsyar memperoleh manfaat darinya."

Imam Askari as menyerukan kepada umat Islam untuk berakhlak mulia di tengah masyarakat. Beliau berkata, "Allah Swt senantiasa mengingatkan agar bertakwa dan jadilah keindahan bagi kami dengan amalmu. Kami bahagia, jika salah seorang dari kalian bersikap wara dan jujur, menjalankan amanah dan berbuat baik kepada orang lain."

Selain berbuat baik kepada sesama, perintah lain yang sangat ditekankan Islam dalam Quran dan Sunnah Rasul adalah berfikir. Kekuatan pemikiran adalah anugerah Allah Swt yang hanya diberikan kepada manusia. Berbagai kemajuan sains dan teknologi merupakan berkah nikmat akal dan pemikiran. Dengan kemampuan besar ini, manusia mampu menyingkap berbagai rahasia alam semesta.Terkait hal ini, Imam Askari as berkata, "Ibadah bukan dilihat dari banyaknya shalat dan puasa, namun berfikir dan beribadah kepada Tuhan."

Berikut ini kami sajikan ucapan penuh hikmah dari Imam Askari as pada hari syahadahnya, "Saya berwasiat kepada kalian untuk bertakwa dalam agama, berusaha demi Allah semata, jujur, bersikap amanah dan berbuat baik dengan tetangga. Bertakwalah kepada Allah dan jadilah hiasan kami. Perbanyaklah zikir kepada Allah, mengingat mati, membaca al-Quran dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Karena bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw memiliki sepuluh kebaikan. Bila ada di antara kalian yang bertakwa dalam agamanya, jujur dalam ucapannya, amanah dan berakhlak mulia terhadap masyarakat, maka orang yang seperti ini dapat dikatakan sebagai pengikut kami. Perbuatan seperti ini yang membuatku gembira dan membuatku meminta kalian untuk konsisten. Aku menyerahkan kalian kepada Allah dan salam buat kalian."       

Imam Askari diracun dan syahid pada 8 Rabiul Awwal 260 Hijriah. Beliau dimakamkan di samping ayahnya, Imam Ali al-Hadi as, di kota Samarra, Irak. Berikut ini, kami sajikan dua mutiara hikmah dari Imam Hasan Askari as, "Tidak ada kemuliaan bagi orang yang meninggalkan kebenaran, dan tidak ada kehinaan bagi orang yang mengamalkannya." "Seluruh keburukan telah terkumpul dalam satu rumah, dan kuncinya adalah dusta."

Imam Hasan Askari, Mentari Samarra


Meskipun Imam Hasan Askari hidup tidak lebih dari 28 tahun, tapi di usia yang singkat ini telah menorehkan tinta emas dalam lembaran sejarah Islam. Manusia mulia ini mewariskan karya besar dan penting di bidang tafsir al-Quran, fiqih dan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Di tengah ketatnya pembatasan dan tingginya tekanan dinasti Abbasiyah terhadap Ahlul Bait Rasulullah Saw, Imam Askari masih tetap menyampaikan ajaran Islam kepada umat Islam secara terorganisir untuk menyiapkan kondisi keghaiban Imam Mahdi setelah beliau.

Penguasa Abbasiyah menempuh berbagai cara untuk membatasi gerakan Imam Askari as, akan tetapi Allah swt berkehendak lain dan juru selamat akan lahir ke dunia di tengah keluarga Sang Imam. Setelah kelahiran Imam Mahdi as, ayah beliau mulai mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi kondisi sulit di masa-masa mendatang. Imam Askari as di berbagai kesempatan berbicara tentang keadaan di masa keghaiban juru selamat, dan peran berpengaruh Imam Mahdi as dalam memimpin masa depan dunia. Beliau menekankan bahwa putranya akan menciptakan keadilan dan kemakmuran di seluruh penjuru dunia.

Di era kegelapan pemikiran dan penyimpangan akidah, Imam Askari as bangkit menyampaikan hakikat agama secara jernih kepada masyarakat. Beliau mengobati dahaga para pencari ilmu dan makrifat dengan pancaran mata air kebenaran. Argumentasi yang disampaikan Imam Askari as dalam berbagai forum ilmiah diakui oleh para pemikir di zamannya, bahkan menjadi panduan bagi mereka.Bahkan salah satu menteri dinasti Abbasiyah bernama Ahmad bin Khaqan, mengakui keutamaan akhlak dan keluruhan ilmu Imam Hasan Askari . Dia berkata, "Di Samarra, aku tidak melihat sosok seperti Hasan bin Ali. Dalam hal martabat, kesucian, dan kebesaran jiwa, aku tidak menemukan tandingannya. Meski ia seorang pemuda, Bani Hasyim lebih mengutamakannya dari kelompok tua di tengah mereka. Ia memiliki kedudukan yang sangat tinggi, yang dipuji oleh sahabat dan disegani musuhnya."

Semua kehormatan dan kemuliaan itu karena ketaatan Imam Askari as kepada Allah Swt dan kebersamaan beliau dengan kebenaran. Beliau berkata, "Tidak ada orang mulia yang menjauhi kebenaran kecuali dia akan terhina, dan tidak ada orang hina yang menerima kebenaran kecuali dia akan mulia dan terhormat."

Kedekatan dengan Tuhan dan sifat tawakkal merupakan keutamaan Ahlul Bait Nabi as dalam memikul beban penderitaan dan membuat mereka berkomitmen dalam memperjuangkan kebenaran. Manusia-manusia yang bertakwa dan taat, telah terbebas dari ikatan dan belenggu-belenggu hawa nafsu dan godaan duniawi. Mereka telah mencapai puncak kemuliaan akhlak.Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya adalah pribadi-pribadi sempurna yang menduduki puncak keluhuran akhlak. Mereka dengan ketaatan penuh di hadapan kekuasaan Tuhan, mencapai derajat spiritual yang tinggi konsisten dalam melawan kemusyrikan dan kekufuran serta membimbing masyarakat menuju jalan kebenaran. Dalam sirah Imam Askari as disebutkan bahwa beliau saat berada di penjara, menghabiskan seluruh waktunya dengan ibadah dan munajat kepada Tuhan. Pemandangan ini bahkan telah menyihir para sipir yang ditugaskan untuk mengawasi dan menyiksa beliau.

Beberapa pejabat dinasti Abbasiyah memerintahkan Saleh bin Wasif, kepala penjara untuk bersikap keras terhadap Imam Askari as. Mereka berkata kepada Wasif, "Tekan Abu Muhammad semampumu dan jangan biarkan ia menikmati kelonggaran!" Saleh bin Wasif menjawab, "Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah menempatkan dua orang terkejam dari bawahanku untuk mengawasinya, keduanya sekarang tidak hanya menganggap Abu Muhammad sebagai seorang tahanan, tapi mereka juga mencapai kedudukan yang tinggi dalam ibadah, shalat, dan puasa."

Para pejabat tersebut kemudian memerintahkan Wasif untuk menghadirkan kedua algojonya itu. Mereka berkata kepada para algojo tersebut, "Celaka kalian! Apa yang telah membuat kalian lunak terhadap tahanan itu?" Mereka menjawab, "Apa yang harus kami katakan tentang seseorang yang hari-harinya dilewati dengan puasa dan seluruh malamnya dihabiskan dengan ibadah? Ia tidak melakukan pekerjaan lain kecuali beribadah dan bermunajat dengan Tuhannya. Setiap kali ia menatap kami, wibawa dan kebesarannya menguasai seluruh wujud kami."

Imam Askari as dalam sebuah riwayat menyinggung kedudukan orang-orang yang shalat, dan berkata, "Ketika seorang hamba beranjak ke tempat ibadah untuk menunaikan shalat, Allah berfirman kepada para malaikatnya, ?Apakah kalian tidak menyaksikan hamba-Ku bagaimana ia berpaling dari semua makhluk dan datang menghadap-Ku, sementara ia mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Ku? Aku jadikan kalian sebagai saksi bahwa Aku khususkan rahmat dan kemuliaan-Ku kepadanya." Imam Askari as senantiasa mewasiatkan kepada para pengikutnya untuk memperpanjang sujud, dan berkata, "Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa dalam agama kalian, dan berusaha karena Allah serta memperpanjang sujud."

Pengaruh pemikiran dan spiritualitas Imam Askari as membuat para penguasa Abbasiyah ketakutan. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk membunuhnya. Penguasa dinasti Abbasiyah akhirnya menyusun sebuah skenario untuk membunuh Imam Askari as. Beliau syahid setelah beberapa hari menahan rasa sakit akibat diracun musuhnya. Seorang pembantu Imam Askari as berkata, "Ketika beliau terbaring sakit dan sedang melewati detik-detik terakhir dari kehidupannya, beliau teringat bahwa waktu shalat subuh telah tiba. Beliau berkata, ?Aku ingin shalat.' Mendengar itu, aku langsung menggelar sajadah di tempat tidurnya. Abu Muhammad kemudian mengambil wudhu dan shalat subuh terakhir dilakukan dalam keadaan sakit dan selang beberapa saat, ruh beliau menyambut panggilan Tuhan." Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.

Kini para pencinta Ahlul Bait Rasulullah Saw hingga kini terus menziarahi makam Imam Hasan Askari, dan membaca doa di kompleks pemakaman suci, meskipun situasi Samarra rentan terhadap ancaman musuh. Semoga Allah Swt menjadikan kita semua termasuk para peziarah dan pembela haram suci Ahlul Bait Rasulullah Saw. "Ya Allah, shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya. Teriring salam bagi Imam Hasan bin Ali (Askari) yang telah menunjukkan jalan menuju agama-Mu, pembawa bendera hidayah, mata air ketakwaan, dan tambang akal, muara hikmah dan rahmah bagi umat. Wahai Imam yang terjaga dari dosa, wahai yang mewarisi ilmu kitab suci (al-Quran) yang dengannya menjadi pembeda antara hak dan batil. Salam bagimu, ya Imam Hasan Askari."

Keghaiban Sang Reformis Perspektif Imam Ali as


Tanggal 9 Rabiul Awal tahun 260 Hijriah atau sehari setelah wafatnya Imam Hasan Askari as, dimulailah hari pertama kepemimpinan Imam Mahdi as. Beliau adalah putra Imam Askari as, yang lahir pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 255 Hijriyah di kota Samarra, Irak.Imam Mahdi as saat ini sedang menjalani masa ghaibat (tersembunyi dari hadapan publik) dan masa itu akan berlangsung sampai waktu yang dijanjikan untuk melawan kezaliman dan menegakkan keadilan di muka bumi.

Semua agama langit dan kebanyakan aliran kepercayaan telah berbicara tentang kemunculan seorang reformis dan juru selamat dunia di akhir zaman. Mereka semua percaya bahwa suatu saat nanti dunia akan dilanda krisis besar dan dipenuhi dengan penindasan dan kerusakan, pada masa itu seorang reformis sejati akan muncul untukmenata kekacauan yang melanda umat manusia. Menurut keyakinan umat Islam, juru selamat itu adalah Imam Mahdi as yang akan muncul menghiasi dunia dengan keadilan dan memberantas kezaliman. Seorang ulama Sunni, Ibn Abi al-Hadidmengatakan, "Semua mazhab Islam sepakat bahwa usia dunia tidak akan berakhir kecuali setelah kemunculan al-Mahdi."

Asbagh bin al-Nubata, seorang sahabat Imam Ali as berkata, "Suatu hari aku datang menemui Imam Ali. Aku melihat beliau larut dalam pikiran. Aku sangat heran dengan pemandangan itu dan berkata kepadanya, ‘Wahai Amirul Mukminin, ada kejadian apa sehingga engkau tampak khawatir dan tenggelam dalam lautan pikiran?" Beliau menjawab, "Aku sedang memikirkan seorang anak dari generasikuyang akan lahir ke dunia di kemudian hari. Dia adalah putraku yang kesebelas. Dia adalah Mahdi kami Ahlul Bait, di mana akan memenuhi dunia dengan keadilan dan kemakmuran setelah penuh dengan kezaliman dan kerusakan. Namun sebelum itu, ia akan menjalani sebuah masa ghaibat, di mana pada masa itu kebanyakan orang akan menyimpang dari kebenaran dan jalan lurus."

Tidak diragukan lagi bahwa kepemimpinan para utusan Tuhan dalam membimbing manusia bertujuan untuk mengantarkan mereka menuju kesempurnaan sejati.Akan tetapi, kesempurnaan itu akan dicapai jika masyarakat memiliki kesiapan untukmemanfaatkan petunjuk dan bimbingan Ilahi itu. Jika kondisi itu tidak tercipta di tengah masyarakat, makakehadiran para utusan langit tentu saja tidak akan membawa banyak hasil.Oleh karena itu, Allah Swt – dengan maslahat tertentu – menyembunyikan mereka di balik tirai keghaiban guna mempertahankan misi hidayah manusia ketika mereka tidakmemahami kadar nikmat tersebut. Oleh karena itu, rahmat Tuhan akan senantiasa berlanjut kepada manusia melalui juru selamat dan pintu hidayah juga tetap terbuka.

Imam Ali as berkata, "Bumi tidak akan pernah kosong dari hujjah Tuhan, yang akan bangkit untuk-Nya dan dengan argumentasi yang jelas–baik dalam bentuk terang-terangan dan terlihat atau secara tersembunyi dan ghaib –sehingga hujjah Tuhan tidak lenyap dan tanda-tanda keberadaannya tidak sirna."


Keghaiban Imam Mahdi as adalah bukan sebuah kisah baru. Tuhan – berdasarkan mashalat tertentu – juga menyembunyikan para nabi dari pandangan masyarakat. Menurut al-Quran, Nabi Musa as dijauhkan dari Bani Israil selama empat puluh hari dan kembali ke tengah kaumnya setelah masa itu berakhir. Demikian juga dengan Nabi Yunus as. Ketika umat Nabi Yunus as terus-terusan menentang beliau dan mengancamnya, beliau pergi meninggalkan kaumnya dan tidak ada yang tahu kemana nabi menghilang.Akan tetapi pada kenyataannya, Tuhan mempertahankan kehidupan Nabi Yunus as di perut ikan karena maslahat tertentu. Kemudian Tuhan mengembalikan dia dengan selamat ke tengah kaumnya setelah mereka bertaubat.

Nabi Isa as – menurut ayat 156 surat an-Nisa' – tidak dibunuh dan disalib, tapi sampai sekarang masih hidup meskipun beliau tidak terlihat oleh khalayak. Sunnah Ilahi senantiasa menguji manusia di sepanjang masa dan juga di masa ghaibat. Imam Ali as berkata, "Bagi Imam Zaman, ada sebuah fase ghaibat di mana manusia harus bertakwa dalam kondisi itu serta berkomitmen terhadap agama, syariat, dan aturan-aturannya." Kemudian Imam Ali as membacakan ayat 214 surat al-Baqarah yang berbunyi, "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."

Salah satu ketetapan Tuhan adalah menguji hamba-Nya dan memilih orang-orang saleh dari mereka. Pada dasarnya, kehidupan merupakan lahan untuk ujian sehingga manusia dapat mengembangkan semua potensinya dan tetap mempertahankan kekuatan iman dan sabar. Itulah jalan untuk menuju kesempurnaan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengindentifikasi kekuatan iman dan mengukur tingkat komitmen manusia terhadap ajaran-ajaran langit adalah perilaku merekapada masa keghaiban para utusan Tuhan.

Sebagai contoh,ketika Nabi Musa as pergi ke miqat di bukit Thur Sina selama 40 hari,kebanyakan masyarakat yang lemah imannya termakan oleh tipu daya Samiri dan mereka berpaling dari ajaran Ilahi. Mengenai peristiwa itu dan keghaiban Juru Selamat, Imam Ali as berkata, "Dia akan tersembunyi dari pandangan manusia sehingga tampak jelas antara orang yang sesat dan mereka yang tidak sesat."

Krisis dan ketimpangan pemikiran dan akidah akan melanda umat manusia pada masa ghaibat Imam Mahdi as. Pada masa itu, golongan yang lemah imannya akan dilanda keraguan dan kebimbangan, sementara orang-orang yang hatinya tertancap akar keimanan, mereka akan memperoleh pahala yang besar dari Tuhan. Imam Ali as telah memberitahukan dampak-dampak tersebut jauh sebelum Imam Mahdi as lahir ke dunia. Imam Ali as dalam sebuah kesempatan berkata, "Pada masa keghaiban Imam Mahdi, masyarakat akan keluar dari kerangka hukum syariat dan kebanyakan dari mereka mengira bahwa hujjah Ilahi telah meninggal dan imamah telah berakhir. Akan tetapi, aku bersumpah kepada Tuhan bahwa pada masa itu, hujjah Tuhan hadir di tengah masyarakat di jalan-jalan dan pasar dan dia mendengar pembicaraan mereka… dia menyaksikan masyarakat, tapi mereka tidak mampu melihat Imam Mahdi sampai waktu yang ditentukan oleh Tuhan."

Di bagian lain, Imam Ali as berbicara tentang bagaimana ujian Tuhan dapat menjadi parameter untuk mengenali orang-orang yang mendapat petunjuk dari mereka yang sesat dan berputus asa. Beliau berkata, "Aku bersumpah atas nama Tuhan bahwa aku dan kedua putraku (Hasan dan Husein) akan syahid. Tuhan di akhir zaman akan mengutus seseorang untuk menuntut darah kami dan ia akan ghaib untuk beberapa waktu sehingga masyarakat diuji dan barisan orang-orang sesat akan terpisah. Sebagian manusia akan berputus asa dari kehadiran Imam Mahdidan karena rasa pesimis itu, mereka bahkan akan mengeluarkan ucapan ini, ‘Tuhan tidak butuh kepada keluarga Muhammad, yaitu jika seseorang dari keluarga Muhammad masih ada di muka bumi, maka ia sudah bangkit sejak dulu untuk mengakhiri kekacauan dan ketidakadilan ini."

Salah satu alasan penting keghaiban Imam Mahdi as adalah untuk mempersiapkan masyarakat dalam meniti tujuan akhir dan mencapai Tuhan. Persiapan itu termasuk untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebutuhan kepada seorang pemimpin yang adil, menciptakan peluang yang tepat untuk membentuk sebuah pemerintahan global, membangkitkan kebencian masyarakat terhadap kezaliman dan penindasan, dan memperluas nilai-nilai spiritualitas dan keamanan dunia.

Sampai kondisi itu terwujud, Imam Mahdi as akan berada di balik tirai keghaiban. Sebab, tugas beliau adalah merealisasikan seluruh program dan tujuan pengutusan para nabi. Langkah-langkah dan program reformasi Imam Mahdi as memerlukan pemahaman yang tinggi dan kesiapan masyarakat. Seorang ilmuwan besar Islam, Syeikh Thusi berkata, "Sebenarnya, sebelum masyarakat mewujudkan peluang untuk kekuasaan Imam Mahdi, maka masa ghaibat akan berlanjut, sebab Tuhan menghendaki penguatan beliau melalui masyarakat, bukan para malaikat."

Sushians, Juru Selamat Akhir Zaman (Berkaitan Dengan Imam Mahdi Dalam Buku Milik Zoroaster)


Dalam buku-buku referensi agama Zoroaster terdapat pernyataan yang tak terhingga berkenaan dengan kemunculan Imam Mahdi as. Mari kita perhatikan pernyataan-pernyataan tersebut di bawah ini:

a. Dalam kitab Zand, salah satu kitab suci agama Zoroaster, dalam pembahasan bahwa kejahatan akan lenyap dan orang-orang saleh akan mewarisi bumi setelah orang-orang lalim terbasmi, disebutkan demikian, “Laskar Ahriman (orang-orang lalim) akan selalu berperang melawan laskar-laskar Izadan (putra-putra tuhan langit), dan pada umumnya, laskar Ahriman selalu memenangkan peperangan itu. Akan tetapi, kemenangan mereka ini tidak sampai dapat membasmikan laskar Izadan. Hal itu dikarenakan pada saat sulit seperti itu, akan selalu datang pertolongan dari Ourmazd tuhan langit kepada Izadan, putra-putranya, dan peperangan mereka ini akan berlanjut selama 9 tahun. Setelah itu, kemenangan besar akan berpihak kepada Izadan dan mereka akan berhasil membasmi laskar Ahriman. Seluruh kekuasaan Ahriman berpusat di bumi dan mereka tidak memiliki jalan ke langit. Setelah kemenangan Izadan dan terbasminya Ahriman, seluruh alam semesta akan mencapai kebahagiaan aslinya dan Bani Adam akan duduk di atas singgasana kesejahteraan.”[1]

b. Di dalam Ghatha, salah satu bagian dari empat bagian kita suci Avesta (pasal 8 dan 9) terdapat beberapa berita gembira berkenaan dengan kemunculan Imam Mahdi as dan kekuasaan beliau  yang mendunia. Revolusi agung beliau ini akan terjadi di akhir zaman sesuai dengan janji-janji para nabi as. Dalam kitab tersebut disebutkan, “Ketika balasan orang-orang yang berdosa ini telah tiba, negaramu pada waktu itu wahai Muzda akan dipimpin oleh Bahman. Umat manusia (pada waktu itu) telah melupakan segala  kebohongan. Kami berharap akan termasuk golongan mereka yang memulai kehidupan baru ini.”.

c. Begitu juga, di dalam Gatha tersebut disebutkan berita gembira tentang kemunculan satu-satunya juru penyelamat umat manusia dalam sebuah pasal yang berjudul “Pagi Hari”. Bunyi berita gembira tersebut adalah “Wahai Muzda, kapankah pagi hari itu akan tiba dan kapankah agama yang sejati akan mendominasi dunia dengan membawa ajaran-ajaran para pembebas yang sangat logis? Siapakah orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan Bahman? Untuk memberitahukan hal ini, aku telah memilihmu wahai Ahura-muzda.”.

Setelah menukil kedua berita gembira yang terdapat dalam Gatha tersebut, penulis buku “Besharat-e ‘Ahdain” berkomentar: “Dalam catatan kakinya, penerjemah kitab Gatha menafsirkan Bahman yang telah disebutkan dalam kedua kabar gembira sebagai delegasi Ahura-muzda yang sangat kuat, maha benar dan penuntut keadilan. Berdasarkan hal ini, penjelasan atas kedua cuplikan berita gembira tersebut adalah sebagai berikut:
Di akhir zaman sebelum terjadinya hari kebangkitan universal, orang-orang yang berdosa akan mendapatkan balasan duniawi atas segala perbuatan mereka melalui tangan seorang delegasi kekuatan mutlak, kebenaran, kekudusan dan keadilan Ilahi yang sangat kokoh. Pemerintahan yang penuh dengan kesejahterann ini hanya akan dimiliki oleh orang-orang yang telah meninggalkan segala kebohongan dan melupakan segala tindak kejahatan.

Sungguh masa yang cemerlang itu adalah sebuah pagi hari yang pemerintahan Ilahiah yang benar mulai tumbuh dan agama yang benar ini, agama abadi umat akhir zaman akan mendominasi seluruh dunia. Sebuah agama yang telah memuat seluruh ajaran para nabi, dan satu-satunya delegasi kekuatan dan keadilan Ilahi tersebut akan menyebarkan dan merealisasikan seluruh ajaran salih dan terpuji para pemimpin umat manusia itu.

Jelas bahwa kedua frase tersebut membicarakan tentang kemunculan Imam Mahdi as, meskipun ia tidak menyebutkan nama beliau. Akan tetapi, pemerintahan universal dan keadilan yang mencakup seluruh dunia yang telah diprediksikannya adalah sebaik-baik pertanda atas (pemerintahan) figur agung Ilahi tersebut.” [2]

d. Jamasb memiliki sebuah sebuah buku yang terkenal bernama “Jamasb-nameh”. Buku ini memuat seluruh peristiwa dunia, baik yang telah terjadi maupun yang akan datang. Kitab ini juga menjelaskan biografi para raja, nabi, washî dan para wali Allah. Ketika ia menukil sebuah ucapan Zoroaster tentang para nabi, ia menulis tentang Nabi Islam saw dan pemerintahan Imam Mahdi as yang abadi, serta Raj’ah sekelompok orang yang sudah meninggal dunia ke dunia ini demikian: “Nabi bangsa Arab adalah seorang nabi terakhir yang muncul di antara pegunungan Mekah. Ia adalah seorang penunggang onta dan kaumnya adalah para penunggang onta. Ia makan bersama dengan para hambanya dan duduk sebagaimana layaknya para hamba. Ia tidak memiliki bayangan dan dapat melihat di belakang kepalanya sebagaimana melihat di depan wajahnya. Agamanya adalah agama yang paling mulia dan kitabnya akan membatalkan seluruh kitab-kitab yang lain. Pemerintahannya akan membasmikan seluruh pemerintahan kaum ‘Ajam. Ia akan membasmi seluruh agama Majusi dan kerajaan dan menghancurkan seluruh tempat api penyembahan. (Dengan demikian), masa pemerintahan Pishdadiyan, Kiyaniyan, Sasaniyan dan Ashkaniyan akan berakhir.”.

Setelah itu, ia menulis berkenaan dengan Imam Mahdi as demikian: “Dari anak cucu putri Nabi itu yang dikenal dengan sebutan matahari dunia dan jujungan wanita semesta alam akan muncul satu orang yang akan menjadi seorang raja di dunia ini dengan ketentuan dari Yazdan. Ia adalah pengganti terakhir Nabi itu di dunia ini (Mekah) dan pemerintahannya akan bersambung kepada hari kiamat. Setelah kerajaannya usai, dunia akan berakhir, langit akan tergulung, bumi akan tenggelam ke dalam air, dan gunung-gunung akan sirna. Ia akan menangkap Ahriman yang menentang Yazdan dan selalu bermaksiat kepadanya, lalu ia akan menghukum dan membunuhnya.

Nama agamanya adalah sebuah hujah yang konklusif (qath’i)dan benar. Ia akan mengajak makhluk kepada Yazdan, dan akan menghidupkan makhluk, baik yang baik maupun yang jahat. Ia akan memberi pahala kepada orang-orang yang baik dan memberikan ganjaran kepada orang-orang yang jahat. (Pada masanya), sangat banyak orang baik dan nabi yang akan hidup kembali, dan ia akan menghidupkan sebagian orang-orang yang jahat, para musuh tuhan dan para penentang. Ia akan menghidupkan sebagian raja-raja yang telah membuat fitnah-fitnah di dalam agama dan membunuh hamba-hamba Yazdan yang baik. Ia akan membunuh seluruh pengikut Ahriman dan orang-orang lalim. Nama raja itu adalah Bahram.

Kemunculannya akan terjadi di akhir zaman … Kemunculannya itu akan terjadi ketika kaum Mongol menang atas kaum Persia dan kota-kota Oman hancur karena ulah seorang raja dari ‘Ajam. Setelah itu, ia akan keluar, berperang dan membunuh Dajjal. Ia akan terus menjelajah hingga merebut Konstantinopel dan mengibarkan bendera iman dan Islam di sana. Tongkat merah Nabi Musa menyertainya dan cincin dan mahkota Sulaiman berada pada dirinya. Jin, manusia, hewan, bangsa burung dan hewan-hewan buas akan berada di bawah perintahnya ….

Ia akan menyatukan seluruh agama dunia sehingga agama Yahudi dan Zoroaster akan sirna. Seluruh nabi Allah, orang-orang bijak, putra-putri peri, hewan, bangsa burung, segala jenis binatang, awan, angin dan orang-orang yang bercahaya wajahnya akan berkhidmat kepadanya ….” [3]

Jamasb dikenal dengan julukan orang agung dan bijak dalam dunia sastra Persia dan Arab. Orang-orang Persia dan Arab juga menisbatkan beberapa prediksi kepadanya. Sepertinya, ia adalah seorang bijak yang ahli dalam ilmu perbintangan. Menurut pengakuan penulis buku “Habîb as-Sair”, “Ia adalah murid Lukman dan saudara Goshtasb. Ia memiliki kemahiran yang sempurna dalam ilmu perbintangan.”

Pengarang buku “Besharat-e ‘Ahdain” setelah menukil berita gembira dari buku Jamasb tersebut menulis tentang kehidupannya dalam catatan kakinya, “Para ahli sejarah menulis, ‘Jamasb, saudara Goshtasb bin Suhrab hidup setelah 4996 tahun Nabi Adam turun ke bumi. Selama beberapa waktu ia pernah belajar dari Zoroaster dan juga pernah menjadi murid Chankarmakhajeh, seorang ilmuan berkebangsaan India. Dalam “Jamasb-nameh”nya ia telah melakukan prediksi (tentang masa depan) sejak dari masa ia hidup hingga 5000 tahun mendatang. Kuburannya terletak di Khofrak, Persia.” [4]

e. Begitu juga dalam buku Jamasb berkenaan dengan pemerintahan makmur Imam Mahdi as, perdamaian yang mendominasi dunia binatang, terbasminya kelaliman dan kebejatan, kemanunggalan pemerintahan dunia, kesepakatan umat manusia untuk memeluk agama Islam, dan bahwa beliau akan mengikuti jalan Islam, agama kakek beliau disebutkan, “Salah seorang dari anak cucu Hasyim akan muncul dari negeri orang-orang ‘Ajam. Ia adalah seorang yang tegap. Ia akan mengikuti agama kakeknya. Ia akan menuju ke Iran dengan bala tentara yang sangat banyak dan menciptakan kemakmuran, serta memenuhi bumi ini dengan keadilan. Karena keadilannya srigala mau meminum dari dari satu air dengan kambing.

Jumlah penduduk dunia akan bertambah banyak dan usia akan bertambah panjang sehingga seseorang dapat memiliki lima puluh orang putra dan putri. Gunung dan padang rumput akan dipenuhi oleh manusia dan binatang layaknya kemeriahan sebuah sebuah pesta pernikahan.

Semua orang akan kembali kepada agama seorang penguji cinta (Muhammad) dan segala bentuk kejahatan akan sirna dari dunia ini sehingga setiap orang akan lupa bahwa ia harus memiliki persenjataan. Jika kuungkapkan segala kebaikan pada masa itu, niscaya kehidupan yang sedang kita jalani ini akan menjadi pahit.” [5]

f. Dalam buku “Bahman Yasht” telah disebutkan tentang kemunculan seorang figur luar biasa yang bernama Sushians (Juru Penyelamat Agung). Berkenaan dengan tanda-tanda kemunculannya ia berkata, “Tanda-tanda menakjubkan akan muncul di langit yang mengindikasikan kemunculan sang juru penyelamat dunia itu. Ia akan memerintahkan beberapa malaikat dari arah barat dan timur untuk menyampaikan pesannya ke seluruh penjuru dunia.”[6]

g. Ketika Goshtasb menanyakan tentang bagaimana Sushians akan muncul dan memimpin dunia, Jamasb Sang Bijak menjelaskan, “Sushians akan menyebarkan agama ke seluruh dunia dan membasmi kemiskinan. Ia akan menyelamatkan Izadan dari tangan Ahriman dan menjadikan seluruh umat manusia satu pemikiran, satu ucapan dan satu perilaku.” [7]

Perlu kami tekankan di sini bahwa keyakinan tentang kemunculan Sushians ini sudah mendarah daging di tengah-tengah masyarakat Persia kuno sehingga ketika mereka mengalami kekalahan perang dan pasang-surutnya kehidupan, mereka selalu menyelamatkan dirinya dari rasa keputusasaan dengan mengingat akan kemuculan seorang juru penyelamat yang kuat tersebut.

Saksi nyata atas realita ini adalah dalam peperangan Qadisiah, setelah Rustam Farrukh-zad, komandan pasukan terkenal itu meninggal dunia, Yazdgerd, raja terakhir dinasti Sasaniyan terpaksa harus melarikan diri bersama seluruh anggota keluarganya. Ketika ia sedang keluar dari istana Madain, sambil memandang balkon istananya yang megah ia berkata kepadanya, “Wahai balkon istanku, salam atasmu! Aku sekarang akan pergi dari sisimu hingga aku akan kembali lagi kepadamu bersama salah seorang putraku yang sekarang belum tiba kemunculannya.”

Sulaiman ad-Dailami bercerita, “Suatu hari aku bertamu kepada Imam ash-Shadiq as. Aku bertanya kepada beliau tentang maksud Yazgerd dari ucapannya “salah seorang putraku” tersebut. Beliau berkata, ‘Ia adalah Mahdi yang telah dijanjikan (kemunculannya) dan al-Qâ`im dari keluar Muhammad yang akan muncul di akhir zaman dengan perintah Allah. Ia adalah putraku yang keenam dan putra dari putri Yazdgerd. Dengan demikian, Yazdgerd adalah ayahnya juga.” [8]

Karena Shahzanan yang lebih dikenal dengan sebutan Syahrbanu—menurut riwayat yang terkenal—, ibunda Imam Sajjad adalah putri Yazdgerd, dapat dipahami bahwa ia adalah ayah Imam Mahdi as yang sejati.

[1] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 237.
[2] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 10-11, setelah mukadimah cetakan ke-2.
[3] Lama’ât an-Nûr, jilid 1, hal. 23-25.
[4] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 243.
[5] Besharat-e ‘Ahdain, hal. 258, menukil dari buku Jamasb-nameh.
[6] Uu Khahad Amad, hal. 108.
[7] Ibid. menukil dari Jamasb-nameh, hal. 121-122.
[8] Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal. 164.

Terkait Berita: