Imam Hasan Askari as dilahirkan di Madinah tahun 232 Hijriah, dan syahid
di Samarra, Irak tanggal 8 Rabiul Awal tahun 260 H. Imam kesebelas
Syiah ini menjadi pemimpin umat di usia 22 tahun, dan syahid di usia 28
tahun setelah delapan hari sakit akibat racun antek-antek dinasti
Abbasiyah. Para sahabatnya memanggil beliau dengan sebutan Abu Muhammad.
Julukan beliau yang paling masyhur adalah Askari, karena beliau tinggal
di sebuah tempat yang disebut Al-‘Askar.
Meskipun Imam Hasan Askari hidup tidak lebih dari 28 tahun,
tapi di usia yang singkat ini telah menorehkan tinta emas dalam
lembaran sejarah Islam. Manusia mulia ini mewariskan karya besar dan
penting di bidang tafsir al-Quran, fiqih dan ilmu pengetahuan bagi umat
Islam. Di tengah ketatnya pembatasan dan tingginya tekanan dinasti
Abbasiyah terhadap Ahlul Bait Rasulullah Saw, Imam Askari masih tetap
menyampaikan ajaran Islam kepada umat Islam secara terorganisir untuk
menyiapkan kondisi keghaiban Imam Mahdi setelah beliau.
Penguasa Abbasiyah menempuh berbagai cara untuk membatasi
gerakan Imam Askari as, akan tetapi Allah swt berkehendak lain dan juru
selamat akan lahir ke dunia di tengah keluarga Sang Imam. Setelah
kelahiran Imam Mahdi as, ayah beliau mulai mempersiapkan masyarakat
untuk menghadapi kondisi sulit di masa-masa mendatang. Imam Askari as di
berbagai kesempatan berbicara tentang keadaan di masa keghaiban juru
selamat, dan peran berpengaruh Imam Mahdi as dalam memimpin masa depan
dunia. Beliau menekankan bahwa putranya akan menciptakan keadilan dan
kemakmuran di seluruh penjuru dunia.
Di era kegelapan pemikiran dan penyimpangan akidah, Imam
Askari as bangkit menyampaikan hakikat agama secara jernih kepada
masyarakat. Beliau mengobati dahaga para pencari ilmu dan makrifat
dengan pancaran mata air kebenaran. Argumentasi yang disampaikan Imam
Askari as dalam berbagai forum ilmiah diakui oleh para pemikir di
zamannya, bahkan menjadi panduan bagi mereka.Bahkan salah satu menteri
dinasti Abbasiyah bernama Ahmad bin Khaqan, mengakui keutamaan akhlak
dan keluruhan ilmu Imam Hasan Askari . Dia berkata, “Di Samarra, aku
tidak melihat sosok seperti Hasan bin Ali. Dalam hal martabat, kesucian,
dan kebesaran jiwa, aku tidak menemukan tandingannya. Meski ia seorang
pemuda, Bani Hasyim lebih mengutamakannya dari kelompok tua di tengah
mereka. Ia memiliki kedudukan yang sangat tinggi, yang dipuji oleh
sahabat dan disegani musuhnya.”
Semua kehormatan dan kemuliaan itu karena ketaatan Imam
Askari as kepada Allah Swt dan kebersamaan beliau dengan kebenaran.
Beliau berkata, “Tidak ada orang mulia yang menjauhi kebenaran kecuali
dia akan terhina, dan tidak ada orang hina yang menerima kebenaran
kecuali dia akan mulia dan terhormat.”
Kedekatan dengan Tuhan dan sifat tawakkal merupakan
keutamaan Ahlul Bait Nabi as dalam memikul beban penderitaan dan membuat
mereka berkomitmen dalam memperjuangkan kebenaran. Manusia-manusia yang
bertakwa dan taat, telah terbebas dari ikatan dan belenggu-belenggu
hawa nafsu dan godaan duniawi. Mereka telah mencapai puncak kemuliaan
akhlak.Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya adalah pribadi-pribadi sempurna
yang menduduki puncak keluhuran akhlak. Mereka dengan ketaatan penuh di
hadapan kekuasaan Tuhan, mencapai derajat spiritual yang tinggi
konsisten dalam melawan kemusyrikan dan kekufuran serta membimbing
masyarakat menuju jalan kebenaran. Dalam sirah Imam Askari as disebutkan
bahwa beliau saat berada di penjara, menghabiskan seluruh waktunya
dengan ibadah dan munajat kepada Tuhan. Pemandangan ini bahkan telah
menyihir para sipir yang ditugaskan untuk mengawasi dan menyiksa beliau.
Beberapa pejabat dinasti Abbasiyah memerintahkan Saleh bin
Wasif, kepala penjara untuk bersikap keras terhadap Imam Askari as.
Mereka berkata kepada Wasif, “Tekan Abu Muhammad semampumu dan jangan
biarkan ia menikmati kelonggaran!” Saleh bin Wasif menjawab, “Apa yang
harus aku lakukan? Aku sudah menempatkan dua orang terkejam dari
bawahanku untuk mengawasinya, keduanya sekarang tidak hanya menganggap
Abu Muhammad sebagai seorang tahanan, tapi mereka juga mencapai
kedudukan yang tinggi dalam ibadah, shalat, dan puasa.”
Para pejabat tersebut kemudian memerintahkan Wasif untuk
menghadirkan kedua algojonya itu. Mereka berkata kepada para algojo
tersebut, “Celaka kalian! Apa yang telah membuat kalian lunak terhadap
tahanan itu?” Mereka menjawab, “Apa yang harus kami katakan tentang
seseorang yang hari-harinya dilewati dengan puasa dan seluruh malamnya
dihabiskan dengan ibadah? Ia tidak melakukan pekerjaan lain kecuali
beribadah dan bermunajat dengan Tuhannya. Setiap kali ia menatap kami,
wibawa dan kebesarannya menguasai seluruh wujud kami.”
Imam Askari as dalam sebuah riwayat menyinggung kedudukan
orang-orang yang shalat, dan berkata, “Ketika seorang hamba beranjak ke
tempat ibadah untuk menunaikan shalat, Allah berfirman kepada para
malaikatnya, ?Apakah kalian tidak menyaksikan hamba-Ku bagaimana ia
berpaling dari semua makhluk dan datang menghadap-Ku, sementara ia
mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Ku? Aku jadikan kalian sebagai
saksi bahwa Aku khususkan rahmat dan kemuliaan-Ku kepadanya.” Imam
Askari as senantiasa mewasiatkan kepada para pengikutnya untuk
memperpanjang sujud, dan berkata, “Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa
dalam agama kalian, dan berusaha karena Allah serta memperpanjang
sujud.”
Pengaruh pemikiran dan spiritualitas Imam Askari as membuat
para penguasa Abbasiyah ketakutan. Oleh karena itu, mereka memutuskan
untuk membunuhnya. Penguasa dinasti Abbasiyah akhirnya menyusun sebuah
skenario untuk membunuh Imam Askari as. Beliau syahid setelah beberapa
hari menahan rasa sakit akibat diracun musuhnya. Seorang pembantu Imam
Askari as berkata, “Ketika beliau terbaring sakit dan sedang melewati
detik-detik terakhir dari kehidupannya, beliau teringat bahwa waktu
shalat subuh telah tiba. Beliau berkata, ?Aku ingin shalat.’ Mendengar
itu, aku langsung menggelar sajadah di tempat tidurnya. Abu Muhammad
kemudian mengambil wudhu dan shalat subuh terakhir dilakukan dalam
keadaan sakit dan selang beberapa saat, ruh beliau menyambut panggilan
Tuhan.” Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.
Kini para pencinta Ahlul Bait Rasulullah Saw hingga kini
terus menziarahi makam Imam Hasan Askari, dan membaca doa di kompleks
pemakaman suci, meskipun situasi Samarra rentan terhadap ancaman musuh.
Semoga Allah Swt menjadikan kita semua termasuk para peziarah dan
pembela haram suci Ahlul Bait Rasulullah Saw. “Ya Allah, shalawat dan
salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya. Teriring
salam bagi Imam Hasan bin Ali (Askari) yang telah menunjukkan jalan
menuju agama-Mu, pembawa bendera hidayah, mata air ketakwaan, dan
tambang akal, muara hikmah dan rahmah bagi umat. Wahai Imam yang terjaga
dari dosa, wahai yang mewarisi ilmu kitab suci (al-Quran) yang
dengannya menjadi pembeda antara hak dan batil. Salam bagimu, ya Imam
Hasan Askari.”
Post a Comment
mohon gunakan email