menjawab berbagai syubhah
yang dikemukakan kaum Wahabi dalam berbagai buku, makalah dan artikel
di internet, serta di berbagai televisi Wahabi dalam beberapa tahun
terakhir.
Ayatullah Golpeygani menulis buku tersebut setelah banyak pihak yang meminta jawaban dari berbagai syubhah dari kaum Wahabi.
Buku tersebut menjawab seluruh syubhah dan pertanyaan yang
dikemukakan Wahabi, yang sebelumnya—dan berulangkali—telah dijawab oleh
para ulama Syiah dengan berdasarkan pada al-Quran, sunnah, logika, dan
sejarah.
Ayatullah Golpeygani ini dapat menjadi
sumber bagi para peneliti, mubaligh, dan bimbingan bagi orang yang
menghadapi syubhah dari kaum Wahabi.
Penerbit Hizmet yang berada di Istanbul Turki, dalam
rangka untuk mengekspos peninggalan-peninggalan sejarah agama yang
mereka miliki kepada masyarakat Iran, untuk pertama kalinya, ikut serta
dalam pameran yang diadakan di Ruang Pameran Al-Quran Internasional
Tehran.
Diantara peninggalan yang dipamerkan kepada para
pengunjung adalah sebuah transkripsi Al-Quran Karim yang diklaim sebagai
hasil tulisan Imam Ali as dan sebuah buku berjudul “Amanat-amanat Suci”
yang berisikan gambar-gambar tentang peninggalan-peninggalan yang
berkaitan dengan Rasulullah saw dan para Imam Suci as, terhusus tentang
Sayidah Fatimah Az-Zahra as yang tersimpan di Museum Topkapi Istanbul.
Peninggalan lain yang juga di pamerkan pada stand
Penerbit Hizmet Turki adalah, sebuah transkripsi Al-Quran yang diklaim
sebagai tulisan tangan Ustman bin Affan bergaya tulis Kufah yang
dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Sejarah, Seni dan Kebudayaan Islam
ARSIKA bekerjasama dengan Badan Koperasi Islam dan juga dua orang
kaligrafer terkenal Turki.
Meskipun sesi internasional pameran Al-Quran belum resmi
dibuka, namun dikarenakan sambutan yang meluas oleh negara-negara
kawasan dalam mengikuti even ini, saat ini di Mushala Tehran, stand
negara Lebanon dan Turki sudah mulai memamerkan peninggalan-peninggalan
yang mereka miliki.
Iran telah meluncurkan Quran Persia tertua selama 18 edisi Pameran Quran Internasional di ibu kota Teheran.
Seorang peneliti Iran Ali Revaqi menemukan kitab tersebut di Perpustakaan Pusat Astan Quds Razavi di kota Masyhad.
Revaqi, yang telah melakukan penelitian ekstensif Quran Persia,
menemukan kitab abad ke-10 di antara ribuan naskah Al-Quran disimpan di
perpustakaan, menurut kantor berita Iran IRNA
Quran tersebut diterbitkan dalam dua volume berisi teks asli bahasa
Arab dan ditulis pula dalam skrip Kufic disertai dengan terjemahan
Persia.
Sebagai halaman pertama dan terakhir dari buku yang hilang, identitas penerjemah tidak dapat ditentukan.
Di Pusat Perpustakaan Astan Quds Razavi tardapat 80.000 naskah dan
ribuan buku litografi kuno, dari sekitar 16.000 diantaranya adalah
naskah Alquran.
Sepuluh dari naskah-naskah Al-Quran tersebut berisi tulisan tangan
dari Imam Syiah, Imam Ali (SAW), Imam Husain (SAW), Imam Hassan (SAW),
Imam Sajjad (SAW), Imam Reza (saw) dan Imam Kazem (saw).
Lebih dari 340 orang Iran dan 15 penerbit internasional menawarkan
produk-produk mereka pada tahun ini di Pameran Quran, dan lebih dari 90
perusahaan sedang melakukan presentasi perangkat lunak Alquran.
Pada pameran tahun ini juga diadakan pertunjukan teater, pameran foto
dan resital puisi di sela-sela acara sekaliber internasional tersebut.
Pengunjung juga dapat menikmati melihat langit pada malam hari di
atas kota Teheran menggunakan beberapa teleskop didirikan di situs
tersebut.
Pameran Manuskrip Qur’an Yang Berhubungan Dengan Para Imam as Dalam Kompetisi Internasional Al-Qur’an.
Tim Internasional: Enam mansukrip kuno Al-Qur’an yang
dipercaya berhubungan dengan para Imam as dipamerkan di sela-sela
kompetisi internasional Al-Qur’an.
Enam manuskrip kuno tulisan tangan Al-Qur’an yang
dipercaya pernah ditulis sendiri oleh para Imam Ali as, Imam Hasan as,
Imam Husain as, Imam Sajjad as, dan Imam Musa Kadzim as, dipamerkan
dalam Ruang Pameran Propinsi Quds Razavi dalam kompetisi Qur’an
internasional ke-29 yang sedang berlangsung di Milad Tower Tehran.
Dua manuskrip Qur’an lainnya dipercaya juga tulisan
tangan para Imam, namun masih belum dipastikan Imam siapakah yang telah
menulisnya.
Manuskrip-manuskrip Qur’an tersebut ditulis dengan khat
Kufi. Sedangkan menurut para penanggung jawab Ruang Pameran Propinsi
Quds Razavi, ada sekitar 84.000 manuskrip Qur’an yang disimpan dalam
perpustakaan Propinsi Quds Razavi.
Para Ulama Sunni dan Syiah sepakat bahwa Imam ‘Ali adalah orang yang
pertama kali membukukan Al-Qur’an berdasarkan turunnya wahyu untuk yang
pertama kalinya. Banyak hadits sunni dan syiah yang menerangkan bahwa
sepeninggal Nabi Muhammad Saaw, Imam ‘Ali bersumpah bahwa ia tidak akan
keluar dari rumahnya sampai ia menyelesaikan pembukuan tersebut.
– Fat’hul Bari fi Sharh Sahih al-Bukhari, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 10, hal 386
– al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab. 9, bagian 4, hal 197
Dalam hadits syiah juga diterangkan bahwa Nabi Muhammad lah yang
memerintahkan Imam ‘Ali untuk melakukan pembukuan tersebut. (Al-Bihar
vol 92 hal 40-41, 48, 51-52).
– al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab. 9, bagian 4, hal 197
Berdasarkan transkip tersebut mayoritas ulama sunni menyatakan bahwa
surat yang pertama kali turun adalah surat al-iqra/al-alaq (QS 96).
Sedangkan pada kenyataannya surat Al-Alaq justru bukan terletak
dibagian awal Al-Quran, tapi justru hampir di akhirnya. Mayoritas muslim
juga sepakat bahwa ayat 5:3 merupakan salah satu dari ayat-ayat yang
terakhir kali diturunkan (tapi bukan yang terakhir). Tapi pada
kenyataannya tidak terletak pada bagian akhir Al-Qur’an.
Hal ini membuktikan bahwa meskipun Al-Quran yang saat ini kita
gunakan benar-benar lengkap, namun susunannya tidak sesuai dgn yang
semestinya.
– al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab. 9, Sub-Bab 4, hal 197
Dari keterangan diatas terutama dari ucapan Muhammad ibn Siren dapat
disimpulkan bahwa Mushaf Imam ‘Ali bukan hilang beberapa lembar, tapi
semuanya. Tapi itu hanya pendapat saya saja, mungkin ada yang mau
tambahin atau koreksi.
“… mereka bertanya kepada Rasulullah s.a.w: “Siapakah mereka yang
jika kami berpaling, kami akan digantikan dan mereka tidak akan jadi
seperti kami?” jawab Rasulullah sambil menepuk tangannya ke bahu Salman
al-Farisi, sambil bersabda: “dia dan kaumnya, sekiranya ad-Din terletak
di bintang Suria nescaya akan dicapai oleh pemuda-pemuda daripada
kalangan bangsa Parsi” (Tafsir Ibnu Kathir).
Begitu juga Surah Jumuah ayat 3 dalam Sunan Tirmidzi menceritakan hal yang sama.
Imam Ali As adalah naskah al-Qur’an yang dikumpulkan dan disusun oleh Imam Ali As pasca wafatnya Rasulullah Saw.
ini memiliki beberapa tipologi tertentu seperti susunan tepat ayat-ayat dan surah-surah berdasarkan
(pewahyuan), sesuai dengan bacaan Rasulullah Saw (yang merupakan bacaan paling orisional) yang mencakup
dan lain sebagainya.
lainnya. Inti keberadaan
, Ibnu Nadim yang mengutip dari Ahmad bin Ja’far Munadi yang lebih dikenal sebagai Ibnu Munadi;
,
bahkan volume literatur Ahlusunnah dan berita-berita tentang masalah
ini lebih banyak dari literatur-literatur Syiah sendiri.
Sejak
2007 saya berada di Iran. Dipertengahan tahun itu saya pertama kali
menginjakkan kaki di kota Qom. Bukan tanpa informasi. Saya justru
mendapat bekal, Iran itu negeri Syiah. Syiah itu sesat bahkan bukan
bagian dari Islam. Mereka punya Al-Qur’an yang berbeda dengan yang
dibaca kaum muslimin dinegeri muslim lain di dunia. Sehari sebelum
berangkat, Ust. Said Abdushshamad tokoh yang getol mengkampanyekan
gerakan anti Syiah di Makassar menemuiku. Sangat kebetulan, saudara
kandung beliau, bertetanggaan dengan rumah ibuku di Makassar.
Mungkin
beliau tahu informasi rencana kepergianku ke Iran dari Puang Tia,
saudara perempuannya itu. Diapun menjejaliku dengan nasehat untuk
waspada terhadap ajaran Syiah. Saya cukup mengiyakan saja. Setiba di
Iran, yang disampaikan hampir semuanya berkebalikan. Saya melihat Iran
negara yang Islami, justru sangat Islami. Tidak ada satupun perempuan
yang bebas keluar rumah tanpa mengenakan jilbab, dan hampir semuanya
berwarna hitam. Dimanapun aku mampir shalat berjama’ah, masjid-masjid
nyaris penuh. Kompleks Haram dijantung kota Qom, tempat dimakamkannya
Sayyidah Fatimah Maksumah sa adik kandung Imam Ridha as terbuka 24 jam.
Dan
peziarah selalu berdatangan tanpa henti. Aktivitas Islami tidak pernah
tidak terlihat dikompleks itu. Ada yang mengaji, shalat, membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk membahas masalah agama, atau sekedar
bercengkrama dengan keluarga. Anak-anak kecil bebas lari berkeliaran.
Setelah berkeluarga, sayapun selalu membawa istri dan kedua anakku
ditempat itu selepas maghrib dan pulang kerumah menjelang subuh. Yang
menarik, dan menurut saya, ini nilai lebihnya Haram itu, tersedia
posko-posko tanya jawab dan diskusi agama. Sebut saja seperti ruang
pengaduan di gereja.
Bukan
untuk membeli surat pengampunan dosa. Sama sekali bukan. Melainkan
untuk bertanya masalah agama: aqidah, akhlak dan fiqh serta konsultasi
keluarga. Semua ada posko khususnya. Termasuk posko khusus mengecek
benar tidaknya bacaan dalam shalat. Yang melayani adalah pakar-pakar
Islam dibidangnya. Saya sering mampir bertanya masalah aqidah. Mereka
menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan. Istri sendiri betah
berlama-lama di posko fiqh, bertanya mengenai hukum amalan keseharian.
Disepanjang
jalan, terpampang papan-papan reklame yang bertuliskan pesan-pesan
Islami dan baliho-baliho besar gambar Ayatullah plus informasi jadwal
pengajiannya (bukan baliho kampanye politik). Di baliho itu tertulis,
hari ini kelas tafsir, besoknya kelas akhlak, lusanya kelas fiqh di sini
dan disitu. Tidak hanya itu ceramah para Ayatullah itu disiarkan di
tivi-tivi secara langsung bahkan lewat radio. Esoknya sudah tersedia
cd-cd rekamannya di kios-kios CD, dan selalu laku keras. Warga Iran
memang pendengar yang baik. Mereka betah mendengar ceramah ataupun
pidato-pidato politik berjam-jam.
Momentum
shalat Jum’at dimanfaatkan pemerintah Iran untuk menyampaikan
pesan-pesan politik. 2-3 jam sebelum khutbah Jum’at, jama’ah Jum’at
dijejali orasi politik satu dua tokoh aktivis, kebanyakannya
menceritakan kondisi dunia Islam, dan selalu terdengar slogan perlawanan
terhadap AS dan Israel. Di mimbar Jum’at bahkan ditulis, AS letaknya
dibawah kaki kami. Kalau pidatonya membakar, jama’ah serentak berdiri,
mengepalkan tangan sembari meneriakkan yel-yel dukungan terhadap
pemimpin mereka dan kecaman terhadap AS. Persis situasi demonstrasi di
jalan-jalan.
Dengan
kondisi seperti itu, sangat ganjil kalau sampai ada yang
mengantuk. Bagi yang sibuk dan tidak sempat membaca Koran tiap hari,
cukup mendengarkan pidato-pidato tersebut, ia akan paham apa yang
terjadi selama sepekan itu. Karena itu, rakyat Iran tidak mudah
terpengaruh propaganda murahan dari media-media asing. Mereka mandiri
disegala hal, ekonomi, keamanan, budaya, sosial dan politik.
Masjid-masjid
di Qom, tidak terlalu besar, tapi lapang dan nyaman bagi jama’ah.
Terdapat beberapa kursi, buat mereka yang kesulitan shalat dengan duduk
melantai. Terdapat bantal sandaran, buat para orangtua lanjut usia untuk
menyandarkan tubuhnya saat mendengarkan ceramah atau sekedar mengaji.
Dan
dihari-hari tertentu, sambil dengar ceramah kita bisa menikmati segelas
susu dan 1-2 biji kurma yang disediakan gratis pengurus masjid. Setelah
shalat, remaja masjid akan membagikan Al-Qur’an, hampir disemua masjid
ada program membaca al-Qur’an satu-dua halaman berjama’ah. Dipimpin
qari-qari yang bacaannya sangat merdu. Di Tv ada saluran khusus
menyiarkan program-program Qur’ani. Semua acara serba Qur’ani. Kelas
tafsir, kelas ulumul Qur’an. Bincang-bincang Al-Qur’an menjawab problem
keseharian, termasuk menyiarkan profil-profil para penghafal Al-Qur’an.
Iran kaya dengan hafiz Al-Qur’an.
Mulai
dari usia sekolah dasar, remaja sampai usia dewasa. Saya pernah
mewancarai beberapa remaja Iran yang hafal Al-Qur’an. Mulai dari Ali
Amini yang telah menghafal Qur’an di usia 8 tahun sampai Mujtaba
Karsenasi yang menghafal 30 juz al-Qur’an diusia 15 tahun. Mereka adalah
penerus dari Husan Tabatabai, Doktor Cilik Penghafal Qur’an, yang
dikenal sebagai mukjizat abad 20 karena memiliki penguasaan dan
pengetahuan Al-Qur’an yang mengagumkan, sampai mendapat gelar doctor
honoris causa bidang studi Al-Qur’an. Wawancara saya itu dimuat dalam
buku Bintang-bintang Penerus Doktor Cilik yang kususun bersama bu Dina
Sulaeman dan suaminya, diterbitkan Pustaka Iiman pertengahan tahun 2011.
Toko-toko
buku jumlahnya hampir berimbang dengan toko kelontong. Di tengah kota,
hampir disetiap lorong ada toko buku. Bukan hanya buku-buku karya ulama
Syiah namun juga kitab-kitab ulama Sunni. Diperpustakaan pun demikian.
Meski berbeda, orang-orang syiah tidak fobia terhadap karya-karya ulama
sunni. Hal yang berbeda dari mereka yang menyebut syiah itu sesat. Bisa
jadi bahkan melihat langsung buku-buku syiah saja mereka tidak pernah.
Mahasiswa
Indonesia di Iran, tidak semuanya Syiah. Ada juga yang Sunni. Mereka
tersebar di Teheran, Ghorghon dan Esfahan. Untuk menepis fitnah, di Iran
warga Sunni dibunuhi, disiksa dan mendapat perlakuan tidak adil dari
pemerintah Iran yang Syiah, saya mewancarai teman asal Indonesia yang
belajar di Universitas agama yang bermazhab Sunni. Namanya Syarif
Hidayatullah dan wawancara itu dimuat di ABNA. Dari lisannya, ia menepis
tudingan dan fitnah tidak bertanggungjawab itu.
Pemerintah
Iran gemar menyelenggarakan event-event internasional. Konferensi
Mahdawiyat, konferensi ulama Islam, konferensi pemuda Islam, konferensi
perempuan Islam, MTQ Internasional dan Pameran kitab Internasional yang
melibatkan banyak negara muslim. Karena itu, banyak tokoh-tokoh nasional
kita yang mengunjungi Iran sebagai delegasi Indonesia dalam event-event
tersebut. Selama di Iran, setidaknya saya sudah bertemu dengan DR. Amin
Rais (tokoh Muhammadiyah), Prof. Quraish Shihab (mantan menteri agama
dan mantan ketua MUI), Dr. Umar Shihab (ketua MUI Pusat) dan Muh. Maftuh
Basyuni (menteri agama kabinet SBY-JK).
Tokoh-tokoh
nasional itu mengunjungi langsung kampus saya di Qom. Berbincang dan
membuka ruang dialog dengan mahasiswa Indonesia di Qom. Tidak ada yang
ganjil. Mereka tidak meminta kami waspada dengan Iran dan Syiahnya.
Justru meminta semua mahasiswa Indonesia belajar serius dan bisa
memanfaatkan ilmunya jika kembali ke tanah air. Dengan adanya
event-event internasional yang melibatkan banyak negara muslim tersebut
menyodorkan fakta yang tidak terbantahkan, Iran diakui keberadaannya
sebagai negara Islam. Terlebih lagi Republik Islam Iran juga memang
termasuk dalam anggota OKI, organisasi internasional yang beranggotakan
khusus negara-negara yang bermayoritas penduduk muslim. Tidak ada
satupun negara yang keberatan dengan penamaan Iran sebagai Republik
Islam juga semakin menguatkan fakta itu.
Hubungan
mahasiswa Indonesia di Qom dengan KBRI di Teheran pun sangat akrab.
Berkali-kali pihak KBRI datang ke Qom mengadakan silaturahmi, buka puasa
bersama, atau silaturahmi pasca lebaran. Mengundang untuk menonton
timnas PSSI yang bertanding di Teheran. Ataupun pada saat 17 Agustus,
upacara bendera dan makan bersama. Saya pernah meraih juara I lomba
penulisan karya tulis ilmiah yang diadakan KBRI Teheran. Dan perlu
teman-teman tahu, semua staff di KBRI Teheran tidak ada yang Syiah,
semuanya Sunni. Kalaupun memang Sunni mendapat tindakan semena-mena dari
pemerintah Iran, bahkan katanya di Teheran tidak ada masjid Sunni,
staff KBRI yang akan lebih dulu menyampaikan hal itu. Atau minimal
kedutaan besar Malaysia, Arab Saudi, Mesir, dst yang ada di Teheran.
Mengapa yang getol menyebarkan propaganda negatif tentang Iran justru
media-media yang tidak satupun staff atau wartawannya yang pernah ke
Iran?.
Guru-guru
besar UIN Syarif Hdayatullah Jakarta bahkan sejumlah guru besar UIN
Alauddin Makassar pernah ke Iran. Seorang Dosen Unismuh Makassar pernah
ke Qom, mengadakan penelitian tesis doktoralnya. Saya yang menemani
beliau berkunjung ke Teheran dan Masyhad. Mengajaknya shalat berjama’ah
dibeberapa masjid-masjid. Ia shalat sambil bersedekap dengan tenang di
tengah-tengah jama’ah Iran yang tidak bersedekap. Saya pernah menyambut
tamu dirumah, ketua umum PB HMI, dan delegasi HMI yang ikut dalam
konferensi perempuan internasional di Teheran.
Kesemua
tamu itu sunni. Dan sepulangnya mereka menulis pengalaman mereka selama
di Iran dan dimuat dimedia. Tidak ada cerita sunni dibantai, cerita
sahabat-sahabat Nabi dilaknat dimimbar-mimbar, tidak ada cerita mereka
menemukan Al-Qur’an orang Iran yang berbeda, tidak ada cerita praktik
nikah mut’ah yang kebablasan sampai katanya dimasjid-masjid di Iran
disediakan ruangan khusus untuk melakukan praktik mut’ah. Yang ada
semangat ukhuwah dan persahabatan yang menakjubkan dari orang-orang Iran
yang mazhabnya beda.
Saya
yang sampai saat ini masih berada di Iran masih sering mendapat kiriman
konten-konten yang negatif tentang Iran dan Syiah, sembari menasehatkan
saya tentang bahaya Syiah. Saya tegaskan, sekalipun pada akhirnya saya
tidak memilih Syiah sebagai mazhabku dalam berIslam, saya tidak akan
merusak diri dengan mengkafirkan sesama muslim. Yang mengkafirkan
orang-orang Syiah yang juga bersyahadat, shalat, puasa, zakat dan naik
haji. Saya tidak mungkin mau menghina akal sehat dan rasioku dengan
lebih mempercayai mereka dari apa yang saya lihat dan rasakan langsung.
Kalau
Prof. Amin Rais, DR. Diin Syamsuddin, KH. Hasyim Mazudi, Habib Rizieq,
Muh. Maftuh Basyuni , guru-guru besar UIN, akdemisi Universitas2 Islam
Indonesia yang dengan hanya beberapa jam di Iran telah berkesimpulan
untuk tidak sampai mengkafirkan Syiah bagaimana dengan saya yang hidup
ditengah-tengah mereka bertahun-tahun, dan melihat langsung
amalan-amalan mereka?.
Sayang,
bahkan selama Ramadhan inipun mereka kelompok takfiri masih juga getol
menyebar berita dusta tentang Iran dan rakyatnya. Kebanyakan yang
melakukan itu adalah aktivis dakwah, aktivis ormas Islam, bahkan katanya
akademisi di lembaga penelitian. Apa ketika saya kembali ke tanah air,
dan kembali ditemui oleh KH. Said Abdushshamad (sekarang sudah Kyai
Haji) dan menjelaskan kepada saya tentang Iran seakan lebih tahu dari
saya sendiri yang menetap bertahun-tahun di Iran dan mengingatkan
tentang Syiah seakan lebih tahu dari saya yang mendengar langsung
ceramah-ceramah Syiah dari Ayatullah di Qom, apa saya akan
mempercayainya karena beliau Kyai Haji, karena beliau ketua umum LPPI
Indonesia Timur dan karena beliau jauh lebih tua dari saya?.
Sangat mengerikan menyerahkan urusan Islam kepada mereka.
*Mahasiswa Indonesia, sementara menetap di Iran.
Senin, 04 Juli 2011 10:53 Redaksi
Pandangan Islam Terhadap Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan rujukan pertama dalam
memahami Islam. Keimanan kepada al-Qur’an merupakan salah satu rukun
dari rukun iman yang enam. Syi’ah imamiyah meyakini seyakin-yakinnya
bahwa Al-Qur’an Al-Karim adalah
Kalamullah yang terpelihara dari perubahan, penambahan atau pengurangan. Karena, Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Qs. Al-Hijr 9).
Ayat ini adalah jaminan dari Allah sendiri, bahwa kitab suci-Nya
tidak akan mengalami pengurangan atau penambahan atau pun perubahan.
Sebab, Allah sendiri-lah yang akan langsung menjaganya. Allah juga
berfirman:
“Dan Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. Yang
tidak datang padanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya,
yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji” (Qs. Fushshilat 41-42).
Allah telah menegaskan bahwa kitab suci-Nya Al-Qur’an ini diturunkan dengan persaksian dan keilmuan Allah.
Mushaf Fatimah Quran Syi’ah ???
Sesungguhnya banyak orang yang tidak benar benar mengenal Syiah kecuali
mereka hanya membebek ulama mereka. Sementara banyak juga yang sangat
bangga dengan doktrin Mushaf Fatimah adalah Quran orang Syiah.Satu
satunya sebab mengapa mereka akhirnya terjerumus lebih dalam kepelosok
kebodohan adalah karena mereka dengan berani mengikuti ulama ulama
puritan yang ‘sangat berani’ mengubah ubah Hadith Hadith Rasulullah
Saww.Sehingga besar kemungkinan mereka bukanlah pemerhati atau pun
mewakili Kaum Syiah kecuali hanya menjadi perpanjangan tangan kaum
takhfiri saja.Inilah Hadith yang menjadi ‘alat’ kaum takhfiri dalam
memfitnah Syiah, dengan memotong di kalimat belakang (un bold)
Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku
berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang
tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah,
tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.
Mushaf Fatimah di susun oleh Imam Ali As disaat beliau dalam kesendirian pasca Kebanyakan penduduk madinah meninggalkan beliau.
Sebagian muslimin menuduh bahwa Mushaf Fathimah Az-Zahra as adalah
Quran orang-orang Syiah yang ada di tangan Imam Mahdi af yang akan
disodorkan ketika dia muncul. Dan sebagian memberatkan wujudnya Mushaf
itu.
Pertanyaannya adalah mengapa sebagian muslimin begitu benci dan
menaruh dendam terhadap Syiah dan menuduh bahwa orang-orang Syiah
memiliki al-Quran tersendiri selain yang ada di tangan orang non Syiah?
Bahkan sampai saat ini senantiasa ada orang-orang dengki yang mengkritik
secara tidak obyektif hanya ingin menjatuhkan dan mencari kelemahan
saja tanpa ada niat ingin mencari kebenaran?
Jawabannya adalah:
1. Selain mereka tidak merujuk ke sumber-sumber hadis Syiah, mereka hanya termakan oleh hasutan musuh-musuh Syiah.
2. Mereka tidak mau menerima bahwa orang-orang Syiah meyakini bahwa Fathimah as; putri Nabi Muhammad saw memiliki sebuah Mushaf.
3. Kebencian dan kekerasan hati mereka terhadap ajaran Syiah yang
disampaikan oleh para Imam Maksum as dan tidak mau orang lain memiliki
keyakinan seperti apalagi dirinya.
4. Mereka berpikir bahwa Mushaf adalah kumpulan al-Quran sebagaimana
istilah yang diterapkan pada zaman Rasulullah saw bahwa Mushaf adalah
kumpulan-kumpulan tulisan al-Quran, padahal pada zaman itu Mushaf secara
bahasa adalah kumpulan-kumpulan lembaran yang sudah dijilid dalam
bentuk sebuah buku.
Jadi Mushaf bukan hanya kumpulan tulisan al-Quran
saja, tetapi mencakup juga kumpulan-kumpulan tulisan selain al-Quran.
Oleh karena itu Mushaf Fathimah adalah kumpulan-kumpulan tulisan yang
isinya adalah pembicaraan malaikat Jibril kepada Sayyidah Fathimah
sepeninggal Ayahnya saw. Walaupun sampai saat ini al-Quran itu sendiri
juga dikenal dengan istilah “Mushaf Syarif”.
Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku
berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang
tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah,
tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.
Hadis ini menjelaskan bahwa Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali
al-Quran dan tidak satu kata pun, namun dari sisi kandungan dan topik,
kendati satu kata pun dari dhahirnya al-Quran tidak tampak di sana.
Boleh jadi orang-orang yang dengki akan menyanggah bahwa banyak
hadis-hadis tentang “al-Quran mencakup semua hukum, dan
kejadian-kejadian sekarang dan yang akan datang”, lalu apa Mushaf
Fathimah itu dan bagaimana memahami hadis berikut ini?:
Allamah Majlisi menjelaskan: “Iya memang al-Quran demikian, tetapi
Mushaf adalah makna dan bacaan yang tidak kita pahami dari al-Quran,
bukan tulisan lahiriahnya yang kita pahami dari al-Quran. Oleh karena
itu apa yang anda maksud adalah lafadh dhahrinya al-Quran, dan itu tidak
ada dalam Mushaf Fathimah.
Untuk mengetahui lebih dalam, apa sebenarnya Mushaf Fathimah? Sejak
kapan ia ada? Ia mencakup pembahasan apa saja? Sekarang ada di mana dan
di tangan siapa? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini. Mungkin bisa
membuka wawasan sebagian kita yang belum banyak mengetahuinya.
Sayyidah Fathimah As bergelar Al Muhaddatsah.
Imam Shadiq mengenai sebab penamaan Fathimah Az-Zahra As dengan nama Muhaddatsah berkata:
“Fathimah as disebut Muhaddatsah karena malaikat Jibril senantiasa
turun dan menyampaikan kabar kepadanya sebagaimana menyampaikan kabar
kepada Maryam as; putri Imran”.
Malaikat Jibril berkata kepada Fathimah as sebagaimana berkata kepada
Maryam; dalam ayat 42 dan 43 surat Maryam. Berhubung lawan bicaranya
Sayyidah Fathimah, maka Jibril berkata demikian: “Hai Fathimah!
Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan
kamu atas segala wanita di dunia. Hai Fathimah! Taatlah kepada Tuhanmu,
sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.
Suatu malam, Sayyidah Fathimah berbincang-bincang dengan para malaikat dan berkata:
“Bukankah Maryam (juga bergelar Sayyidatunissa lil alamin –
dizamannya); putri Imran, wanita yang paling utama di antara
wanita-wanita di alam?
Para malaikat menjawab: “Maryam adalah wanita yang paling utama di
zamannya, tetapi Allah menetapkanmu sebagai wanita yang paling utama di
zamanmu dan zamannya Maryam dan kamu adalah penghulu semua wanita yang
pertama sampai yang terakhir”.
Para malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun
ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka
bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Antara lain:
1. Maryam; ibu Nabi Isa as.
2. Istri Imran; ibu Nabi Musa
3. Sarah; ibu Nabi Ishaq as.
4. Sayyidah Fathimah as.
Ketika Rasulullah Saww sakit di atas tempat tidur. Ada orang
laki-laki asing mengetuk pintu. Sayyidah Fathimah as bertanya: “Siapa?”.
Ia menjawab: “Aku orang asing, punya pertanyaan kepada Rasulullah, anda
mengizinkan saya untuk masuk?”.
Sayyidah Fathimah As menjawab: “Kembalilah, semoga Allah merahmatimu.
Rasulullah tidak enak badan”. Ia pergi kemudian kembali lagi dan
mengetuk pintu dan berkata: “Ada orang asing yang minta izin kepada
Rasulullah, bolehkah dia masuk?”. Pada saat itu Rasulullah Saww bangun
dan berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah! Tahukah kamu siapa dia?”.
Tidak ya Rasulullah!. Beliau bersabda: “Ia adalah orang yang membubarkan
perkumpulan, menghapus kelezatan duniawi, ia adalah malaikat maut! Demi
Allah sebelum aku ia tidak pernah meminta izin dari seorang pun dan
sepeninggalku ia tidak akan meminta izin dari seorang pun, karena
kehormatan dan kemuliaan yang aku miliki di sisi Allah, ia meminta izin
dariku, maka izinkanlah dia masuk!”
Sayyidah Fathimah berkata: “Masuklah, semoga Allah merahmatimu!”.
Masuklah malaikat maut bagaikan angin semilir seraya berkata: “Assalamu
ala Ahli Baiti Rasulillah!”.
Munculnya Mushaf Fathimah.
Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah
Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa
kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya
memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang
kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan
menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan
Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf
Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.
Imam menjelaskan kandungannya:
1. Tentang kabar-kabar sekarang dan kabar yang akan datang sampai hari kiamat.
2. Tentang kabar langit dan nama-nama malaikat langit.
3. Jumlah dan nama orang-orang yang diciptakan Allah swt.
4. Nama-nama utusan Allah dan nama-nama orang yang mendustakan Allah.
5. Nama-nama seluruh orang mukmin dan orang kafir dari awal sampai akhir penciptaan.
6. Nama-nama kota dari barat sampai timur dunia.
7. Jumlah orang-orang mukmin dan kafir setiap kota.
8. Ciri-ciri orang-orang pendusta.
9. Ciri-ciri umat terdahulu dan sejarah kehidupan mereka.
10. Jumlah orang-orang zalim yang berkuasa dan masa kekuasaannya.
11. Nama-nama pemimpin dan sifat-sifat mereka, satu persatu yang
berkuasa di bumi, dan keterangan pembesar-pembesar mereka, serta siapa
saja yang akan muncul di masa yang akan datang.
12. Ciri-ciri penghuni surga dan jumlah orang yang akan masuk surga.
13. Ciri-ciri penghuni neraka dan nama-nama mereka.
14. Pengetahuan al-Quran, Taurat, Injil, Zabur sebagaimana yang diturunkan dan jumlah pohon-pohon di seluruh daerah.
Mushaf Fathimah ada di tangan Imam Maksum as dan silih berganti sampai sekarang ada di tangan Imam Mahdi af.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as tentang siapakah
yang memegang mushaf tersebut sepeninggal Sayyidah Fathimah. Imam Baqir
menjawab: “Sayyidah Fathimah secara langsung menyerahkannya kepada Imam
Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian
sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di
antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam
Zaman af. [Disadur dari Judul Asli Mengenal Mushaf Sayyidah Fathimah Az-Zahra as] ->[ Emi Nur Hayati Ma’sum Said - Al Shia ].
Maraji :
* Makalah ini disarikan secara bebas dari makalah Mushaf Fathimah Menurut Pandangan Para Imam Maksum as, Muhammad Hasan Amani.
* Lisan Arab, jilid 10 kata Shahafa. Mufradat Raghib.
* Ringkasan hadis, Usul Kafi, jilid 1, hal 239. Bashair ad-Darajat, hal 151. Bihar al-Anwar, jilid 26, hal 28.
* Bihar Al-Anwar, jilid 26, hal 40.
* Awalim Al-ulum wa al-Ma’arif wa al-Ahwal, Allamah Bahani, hal 36
* Ibid.
* Manaqib Ibnu Shahr Ashub, jilid 3, hal 336. penerbit Intisyarat Allamah.
* Lihat: Usul Kafi, jilid 1, hal 240. Bashair ad-Darajat, hal 157.
Musnad Fathimah Az-Zahra, hal 282. Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 80.
jilid 26, hal 44-46 dan 48. jilid 47, hal 271.
* Musnad Fathimah, rangkuman hal 290-291.
* Ibid, hal 292.
Mushaf Fatimah ???
Sesungguhnya banyak orang yang tidak benar benar mengenal Syiah kecuali mereka hanya membebek ulama mereka.
Sementara banyak juga yang sangat bangga dengan doktrin Mushaf Fatimah adalah Quran orang Syiah.
Satu satunya sebab mengapa mereka akhirnya terjerumus lebih dalam
kepelosok kebodohan adalah karena mereka dengan berani mengikuti ulama
ulama puritan yang ‘sangat berani’ mengubah ubah Hadith Hadith
Rasulullah Saww.
Sehingga besar kemungkinan mereka bukanlah pemerhati atau pun
mewakili Kaum Syiah kecuali hanya menjadi perpanjangan tangan kaum
takhfiri saja.
Inilah Hadith yang menjadi ‘alat’ kaum takhfiri dalam memfitnah Syiah, dengan memotong di kalimat belakang (un bold)
Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku
berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang
tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah,
tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.
Mushaf Fatimah di susun oleh Imam Ali As disaat beliau dalam kesendirian pasca Kebanyakan penduduk madinah meninggalkan beliau.
Sebagian muslimin menuduh bahwa Mushaf Fathimah Az-Zahra as adalah
Quran orang-orang Syiah yang ada di tangan Imam Mahdi af yang akan
disodorkan ketika dia muncul. Dan sebagian memberatkan wujudnya Mushaf
itu.
Pertanyaannya adalah mengapa sebagian muslimin begitu benci dan
menaruh dendam terhadap Syiah dan menuduh bahwa orang-orang Syiah
memiliki al-Quran tersendiri selain yang ada di tangan orang non Syiah?
Bahkan sampai saat ini senantiasa ada orang-orang dengki yang mengkritik
secara tidak obyektif hanya ingin menjatuhkan dan mencari kelemahan
saja tanpa ada niat ingin mencari kebenaran? Jawabannya adalah:
- Selain mereka tidak merujuk ke sumber-sumber hadis Syiah, mereka hanya termakan oleh hasutan musuh-musuh Syiah.
- Mereka tidak mau menerima bahwa orang-orang Syiah meyakini bahwa Fathimah as; putri Nabi Muhammad saw memiliki sebuah Mushaf.
- Kebencian dan kekerasan hati mereka terhadap ajaran Syiah yang
disampaikan oleh para Imam Maksum as dan tidak mau orang lain memiliki
keyakinan seperti apalagi dirinya.
- Mereka berpikir bahwa Mushaf adalah kumpulan al-Quran sebagaimana
istilah yang diterapkan pada zaman Rasulullah saw bahwa Mushaf adalah
kumpulan-kumpulan tulisan al-Quran, padahal pada zaman itu Mushaf secara
bahasa adalah kumpulan-kumpulan lembaran yang sudah dijilid dalam
bentuk sebuah buku. Jadi Mushaf bukan hanya kumpulan tulisan al-Quran
saja, tetapi mencakup juga kumpulan-kumpulan tulisan selain al-Quran.
Oleh karena itu Mushaf Fathimah adalah kumpulan-kumpulan tulisan
Sayyidah Fathimah sepeninggal Ayahnya saw. Walaupun sampai saat ini
al-Quran itu sendiri juga dikenal dengan istilah “Mushaf Syarif”.
Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku
berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang
tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah,
tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.
Hadis ini menjelaskan bahwa Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali
al-Quran , adapun kalimat : “”Namun, demi Allah, tidak satu kata pun
dari al-Quran ada di dalamnya”” bermakna metafora atau kiasan yang
bermakna “”kumpulan tulisan Sayyidah Fathimah, sepeninggalnya secara
langsung diserahkan kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di
tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam
Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam
Husein sehingga diserahkan kepada Imam Mahdi.. Adapun Al Quran Syi’ah
sama persis dengan Al Quran Sunni””
Boleh jadi orang-orang yang dengki akan menyanggah bahwa banyak
hadis-hadis tentang “al-Quran mencakup semua hukum, dan
kejadian-kejadian sekarang dan yang akan datang”, lalu apa Mushaf
Fathimah itu dan bagaimana memahami hadis berikut ini?:
Allamah Majlisi menjelaskan: “Iya memang al-Quran demikian, tetapi
Mushaf adalah makna dan bacaan yang tidak kita pahami dari al-Quran,
bukan tulisan lahiriahnya yang kita pahami dari al-Quran. Oleh karena
itu apa yang anda maksud adalah lafadh dhahrinya al-Quran, dan itu tidak
ada dalam Mushaf Fathimah.
Untuk mengetahui lebih dalam, apa sebenarnya Mushaf Fathimah? Sejak
kapan ia ada? Ia mencakup pembahasan apa saja? Sekarang ada di mana dan
di tangan siapa? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini. Mungkin bisa
membuka wawasan sebagian kita yang belum banyak mengetahuinya.
Sayyidah Fathimah As bergelar Al Muhaddatsah.
Imam Shadiq mengenai sebab penamaan Fathimah Az-Zahra As dengan nama
Muhaddatsah berkata: “Fathimah as disebut Muhaddatsah karena malaikat
Jibril senantiasa turun dan menyampaikan kabar kepadanya sebagaimana
menyampaikan kabar kepada Maryam as; putri Imran”.
Malaikat Jibril berkata kepada Fathimah as sebagaimana berkata kepada
Maryam; dalam ayat 42 dan 43 surat Maryam. Berhubung lawan bicaranya
Sayyidah Fathimah, maka Jibril berkata demikian: “Hai Fathimah!
Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan
kamu atas segala wanita di dunia. Hai Fathimah! Taatlah kepada Tuhanmu,
sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.
Suatu malam, Sayyidah Fathimah berbincang-bincang dengan para
malaikat dan berkata:“Bukankah Maryam (juga bergelar Sayyidatunissa lil
alamin – dizamannya); putri Imran, wanita yang paling utama di antara
wanita-wanita di alam?
Para malaikat menjawab: “Maryam adalah wanita yang paling utama di
zamannya, tetapi Allah menetapkanmu sebagai wanita yang paling utama di
zamanmu dan zamannya Maryam dan kamu adalah penghulu semua wanita yang
pertama sampai yang terakhir”.
Para malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun
ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka
bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Antara lain:
1. Maryam; ibu Nabi Isa as.
2. Istri Imran; ibu Nabi Musa
3. Sarah; ibu Nabi Ishaq as.
4. Sayyidah Fathimah as.
Ketika Rasulullah Saww sakit di atas tempat tidur. Ada orang
laki-laki asing mengetuk pintu. Sayyidah Fathimah as bertanya: “Siapa?”.
Ia menjawab: “Aku orang asing, punya pertanyaan kepada Rasulullah, anda
mengizinkan saya untuk masuk?”.
Sayyidah Fathimah As menjawab: “Kembalilah, semoga Allah merahmatimu.
Rasulullah tidak enak badan”. Ia pergi kemudian kembali lagi dan
mengetuk pintu dan berkata: “Ada orang asing yang minta izin kepada
Rasulullah, bolehkah dia masuk?”. Pada saat itu Rasulullah Saww bangun
dan berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah! Tahukah kamu siapa dia?”.
Tidak ya Rasulullah!. Beliau bersabda: “Ia adalah orang yang membubarkan
perkumpulan, menghapus kelezatan duniawi, ia adalah malaikat maut! Demi
Allah sebelum aku ia tidak pernah meminta izin dari seorang pun dan
sepeninggalku ia tidak akan meminta izin dari seorang pun, karena
kehormatan dan kemuliaan yang aku miliki di sisi Allah, ia meminta izin
dariku, maka izinkanlah dia masuk!”
Sayyidah Fathimah berkata: “Masuklah, semoga Allah merahmatimu!”.
Masuklah malaikat maut bagaikan angin semilir seraya berkata: “Assalamu
ala Ahli Baiti Rasulillah!”.
Munculnya Mushaf Fathimah.
Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah
Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa
kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya
memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang
kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan
menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan
Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf
Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.
Imam menjelaskan kandungannya:
- Tentang kabar-kabar sekarang dan kabar yang akan datang sampai hari kiamat.
- Tentang kabar langit dan nama-nama malaikat langit.
- Jumlah dan nama orang-orang yang diciptakan Allah swt.
- Nama-nama utusan Allah dan nama-nama orang yang mendustakan Allah.
- Nama-nama seluruh orang mukmin dan orang kafir dari awal sampai akhir penciptaan.
- Nama-nama kota dari barat sampai timur dunia.
- Jumlah orang-orang mukmin dan kafir setiap kota.
- Ciri-ciri orang-orang pendusta.
- Ciri-ciri umat terdahulu dan sejarah kehidupan mereka.
- Jumlah orang-orang zalim yang berkuasa dan masa kekuasaannya.
- Nama-nama pemimpin dan sifat-sifat mereka, satu persatu yang
berkuasa di bumi, dan keterangan pembesar-pembesar mereka, serta siapa
saja yang akan muncul di masa yang akan datang.
- Ciri-ciri penghuni surga dan jumlah orang yang akan masuk surga.
- Ciri-ciri penghuni neraka dan nama-nama mereka.
- Pengetahuan al-Quran, Taurat, Injil, Zabur sebagaimana yang diturunkan dan jumlah pohon-pohon di seluruh daerah.
Mushaf Fathimah ada di tangan Imam Maksum as dan silih berganti sampai sekarang ada di tangan Imam Mahdi af.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as tentang siapakah
yang memegang mushaf tersebut sepeninggal Sayyidah Fathimah. Imam Baqir
menjawab: “Sayyidah Fathimah secara langsung menyerahkannya kepada Imam
Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian
sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di
antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam
Zaman af. [Disadur dari Judul Asli Mengenal Mushaf Sayyidah Fathimah Az-Zahra as]->[Emi Nur Hayati Ma’sum Said - Al Shia].
Maraji :
* Makalah ini disarikan secara bebas dari makalah Mushaf Fathimah Menurut Pandangan Para Imam Maksum as, Muhammad Hasan Amani.
- Lisan Arab, jilid 10 kata Shahafa. Mufradat Raghib.
- Ringkasan hadis, Usul Kafi, jilid 1, hal 239. Bashair ad-Darajat, hal 151. Bihar al-Anwar, jilid 26, hal 28.
- Bihar Al-Anwar, jilid 26, hal 40.
- Awalim Al-ulum wa al-Ma’arif wa al-Ahwal, Allamah Bahani, hal 36
- Ibid.
- Manaqib Ibnu Shahr Ashub, jilid 3, hal 336. penerbit Intisyarat Allamah.
- Lihat: Usul Kafi, jilid 1, hal 240. Bashair ad-Darajat, hal 157.
Musnad Fathimah Az-Zahra, hal 282. Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 80.
jilid 26, hal 44-46 dan 48. jilid 47, hal 271.
- Musnad Fathimah, rangkuman hal 290-291.
- Ibid, hal 292.
Dengan kondisi tubuh yang lemah dan terluka Putri Cahaya terbaring lemah
di pembaringan di temani Sang Suami Tercinta, 2 pemuda suci buah Hati
Kesayangan Nabi Suci SAWW dan para Putri putri Suci Imam Ali As.
Lepas
seminggu lalu Beliau AS menemui “sang Khalifah Musyawarah” di masjid
Madinah dan mengingatkan kembali kepadanya bahwa Hak Keluarga Muhammad
(SAWW) harus di kembalikan kepada Pemiliknya.
Kala itu beliau
menyampaikan sebuah Khutbah Panjang yang amat Indah dan menyentuh
nurani..
Khutbah yang tak urung membuat hadirin dan sang khalifah Saqifah tersedu-sedu.
Namun ternyata bisikan Raja Laknatullah telah mempengaruhinya hingga tak
membuat nya berkenan mengembalikan Hak Keluarga Nabi Kepada
Pemiliknya..Al Mardhiyyah pun kembali ke rumah dengan jiwa terluka…
dengan Perasaan kecewa haqnya telah dirampas.
Hal yang justru membuat keadaan Beliau semakin lemah..
Beban yang tidak layak dibayangkan namun nyata dialami Sang Putri Cahaya
AS..Sudah beberapa hari ini beliau tidak siuman karena menanggung luka
dan kerinduan membuncah pada Ayahanda Tercinta Saww..
Kehadiran Jibril yang kerap mengunjunginya dan menyampaikan salam dari
Manusia Agung SAWW sedikit menjadi penghibur lara walau tak
mengobatinya.
Lepas dari siumannya datanglah 2 orang yang telah menyakiti beliau
seraya ingin memperoleh maaf dan ridho atas perlakuan mereka kepada
Putri Cahaya As, karena mereka ingat dan faham Pesan Suci Nabi bahwa ‘
siapa yang menyakiti Fatimah ia menyakitiku…’ (bukhari) .
Namun sayang,
kehadiran mereka telah terlambat, Kehadiran mereka tidak lagi membuat
segalanya akan baik. Singkat cerita, mereka pun akhirnya diterima Sang
Bidadari -setelah Imam Ali As membantu membujuk istrinya tuk menerima
mereka-
Dihadapan Az Zahra As mereka menyampaikan permohonan maaf dan memohon
keridhoan atas tindakan mereka. Dengan Wajah berpaling dan sepanjang
pertemuan Beliau tidak memandang mereka, Al Radhiyyah berkata bahwa saat
ia kembali kepada Tuhan akan diadukannya segala perbuatan Mereka kepada
Ayahanda Tercinta SAWW dan agar ALLAH menurunkan segala keburukan pada
mereka.
Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan Rasulullah Saww, Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan ALLAH..
Mereka pun kembali dengan hati hancur dan harapan sia sia, Demi ALLAH, Mereka tidak mendapat Ridho Fatimah…..
Lepas Hari itu Beliau menyampaikan sebuah wasiat kepada Suami
Tercinta, Saudara Rasul, Jawara Langit, Singa ALLAH, Pelindung Nabi
ALLAH, Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib AS…
Dihadapan suami dan para Putra Mulia AS, serta disaksikan airmata
Suci washi Nabi, Belahan jiwa… Cahaya Nabi menyampaikan wasiat sucinya.
“Hai Abu Hasan, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu,
Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu”
Imam Ali as menjawab: “Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya
kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang
kau perintahkan padaku,
Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku”
Sayyidah Fatimah as mulai berkata: “Abu Hasan,engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat,
Dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku”
Imam Ali as menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang
paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa, Tidak wahai
Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku, Sungguh berat
bagiku berpisah dan meninggalkanmu, Tetapi ini adalah hal yang harus
terjadi”.
“Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saww atasku, Sungguh
besar musibah kematianmu dan kepergian atasku, Kita milik Allah dan
kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat
menyakitkan dan sangat menyedihkan”.
Kemudian Imam Ali as mengusap kepala Fatimah sambil menangis.
Lalu Sayyidah Fatimah As melanjutkan wasiatnya:
“Abu Hasan, jika aku telah meninggal, Mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku
dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah saww, lalu
kafanilah aku, Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang
memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku, Baik dari kalangan
mereka maupun dari pengikut mereka”.
Kemudian Sayyidah Fatimah As meneruskan: “Kuburlah aku diwaktu malam
saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, Dan
sembunyikanlah letak kuburanku”.
“Abu Hasan, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan as dan Husien as,
Jangan kau bentak mereka, Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim
yang penuh derita, Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka
Rasulullah saw,
Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah as”.
Kemudian Imam as keluar menuju mesjid.
Fatimah as berdiri dan memandikan Hasan as dan Husein as,
Ia mengganti pakaian Hasan as dan Husein as setelah menyiapkan makanan bagi mereka.
Fatimah as berkata kepada mereka: “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid”
Sebagaimana biasa, Fatimah as menitipkan Zainab kerumah ummu Salamah.
Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah.
Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku:
“Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan
shalat-shalat sunahku, Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran”.
“Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,
Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww”.
Asma’ berkata: “ Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar”.
Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an,
Tiba-tiba suara Fatimah as berhenti.
Aku memanggilnya: “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab,
Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat,
Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya.
Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.
Asma’ berkata: “Aku menciuminya dan berkata kepadanya: “Wahai Tuanku/Pemimpinku”,
“Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw”.
Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid,
Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku:
“Asma’, dimana ibu kami Fatimah as ?”
Aku menjawab: “Kedua pemimpinku, ibu kalian sedang tidur”.
Husein as berkata: “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini , saat waktu shalatnya?
Tidak biasanya ia tertidur disaat ini”.
Aku berkata: “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian”.
Asma’ berkata: “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as”.
Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.
“Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as”.
Husein as berkata: “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?
Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?”
Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamar…
Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya,
Lalu berkata: “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu…Husein,
Ibu…, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”.
Husein berteriak: “Hai Hasan as…, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as”.
Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya
Asma’ berkata: “Aku masuk kamar… Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku”.
Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah as
Dan dia berkata: “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”.
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun….
Sebuah riwayat mengatakan :
Saat Imam Ali As dan Putra Putri Suci menangisi jenazah agung Putri
Nabi dengan menautkannya dikaki, tangan dan sambil memeluk beliau
alaihassalam..
Terdengar suara tanpa wujud…
“Ya Abal Hasan Hentikan tangisan putra putri Fatimah, sungguh langit dan isinya berguncang menyaksikan ratapan kalian…”
Sungguh inilah Duka terbesar setelah kami kehilangan Panutan Agung Ayahandamu tercinta Al musthofa Saww…
Salam rindu kami padamu Ya ummu Aimmah…
Salam rindu kamu wahai sirrullah..
(Dinukil dari kajian lama, berbagai sumber & Al-shia).
Pernyataan menggelikan yang dilontarkan oleh Ustad salafi ialah adanya Qur’an orang Syiah yang disebutnya dengan
Mushaf Fatimah.
“ Al Qur’an mereka yang berjumlah 17 ribu ayat itu disebut Mushaf
Fatimah “. Dalam catatan kaki, ia mengutipnya, dari kitab Al Kafi, juz 1
halaman 240 – 241.
Padahal, kalau kita merujuk kepada kitab tersebut,
tidak ada
satu kata atau kalimat dimanapun di dalam kitab tersebut yang
menyebutkan bahwa Mushaf Fatimah adalah kitab suci Al Qur’an.
Entah darimana Ustad salafi memperoleh ‘mimpi’ bahwa Mushaf Fatimah
adalah kitab suci Al Qur’an. Sekedar pengetahuan buat Ustad salafi
bahwa dalam ajaran Syi’ah ( versi orang Syi’ah ) yang kami yakini,
Mushaf Fatimah bukanlah kitab suci Al Qur’an.
Di dalam buku berjudul “
Sunnah Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah “, karya Husein Al Habsyi, pada halaman 98 di bawah subjudul
Beberapa Pendapat Ulama Syi’ah Imamiyah Tentang Al Qur’an, tertulis sebagai berikut :
“Perlu diketahui, tuduhan yang mengatakan bahwa Syi’ah Imamiyah beranggapan bahwa Al Qur’an telah diubah atau dikurangi adalah
tuduhan yang tidak berdasar dan salah. Disini kami ingin menyampaikan keterangan – keterangan ulama Syi’ah Imamiyah yang berkaitan dengan masalah ini, antara lain :
1. Syaikh Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Al Qummi.
Di dalam risalahnya yang berjudul
I’tiqaduna Fi Al Qur’an
menyebutkan : “ Keyakinan kami tentang Al Qur’an ialah bahwa Al Qur’an
yang sebenarnya adalah yang sekarang ada pada masyarakat dunia dan tidak
lebih dari itu. Dan, orang yang menuduh bahwa Syi’ah Imamiyah
mengatakan dan beranggapan lebih dari itu, ketahuilah bahwa ia adalah
seorang pembohong”.
Al Qummi juga dengan tegas mengatakan bahwa “ Keyakinan dan anggapan seperti itu adalah anggapan seluruh Imamiyah dan
mereka mengatakan bohong kepada orang yang menuduh adanya pengubahan ( tahrif ) pada Syi’ah ”
2. Syaikh Muhammad bin Hasan Al Thusi.
Al Tibyan fi Tafsir Al Qur’an : “Anggapan bahwa Al
Qur’an telah dikurangi dan ditambah sama sekali tidak layak
diketengahkan oleh siapapun yang membahas persoalan ini, sebab adanya
tambahan sudah di-ijma’- kan kebatilannya”
3. Abu Ali Al Fadhl Al Thabrasi.
Penulis kitab
Tafsir Majma’ Al Bayan mengatakan
dalam salah satu mukadimah kitabnya : “ Anggapan tentang adanya
penambahan Al Qur’an merupakan satu hal yang sudah jelas salah dan
menyalahi ijma’ yang ada….”.
4. Syaikh Al Nabhani.
Al Syaikh Bahauddin Muhammad bin Al Husain Al Amili berkata : “
Pendapat yang benar ialah bahwa Al Qur’an terjaga dari pengubahan baik
berupa pengurangan maupun penambahan, berdasarkan firman Allah SWT : “
Dan sesungguhnya Kami benar – benar memeliharanya “ ( QS 15 : 9 ).
5. Al Muhaqqiq Al Tsani.
Syaikh Ali bin Abdil Al Kharkhi yang dikenal dengan gelar Al Muhaqiq
Al Tsani telah menulis sebuah buku tentang penolakan adanya pengurangan
dan penambahan Al Qur’an berdasarkan ijma’.
6. Syaikh Ja’far Al Najafi.
Syaikh Ja’far Al Najafi adalah seorang yang terkemuka pada zamannya
dan ia adalah salah seorang ahli fiqih. Dalam mukadimah bukunya yang
berjudul
Kasyif Al Ghita’ , beliau menulis : “Tidak
ragu lagi, Al Qur’an senantiasa terjaga dari kekurangan dengan penjagaan
yang ketat dari Allah yang disebutkan dalam Al Qur’an dan kesepakatan
para ulama di setiap zaman. Pendapat beberapa orang yang menolak
keterangan itu tidak perlu dirisaukan”
7. Al Sayyid Muhsin Al Muhaqqiq Al Baghdadi.
Ia adalah salah satu tokoh terkemuka pada zamannya. Dalam bukunya yang berjudul
Syarh Al Waqifiyah
, sebuah uraian mengenai ushul fiqih, ia menulis : “ Adanya ijma’ para
ulama tentang tidak adanya tambahan di dalam Al Qur’an didukung oleh
kebanyakan ulama. Begitu pula ulama kami, Syi’ah Imamiyah, mereka juga
sepakat tentang tidak adanya kekurangan di dalam Al Qur’an”
Yang kami sebutkan di atas adalah nama ulama akhir – akhir ini atau yang sering kali disebut dengan
ulama’ mutaakhkhirin . ( ‘
Sunnah Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah, karya tokoh Syi’ah termuka, Husain Al Habsyi, halaman 98 – 102 ).
Nah, anda lihat seluruh para ulama Syi’ah sudah sepakat ( ‘ijma )
bahwa Al Qur’an tidak mengalami perubahan ( tahrif ) , baik penambahan
ataupun pengurangan. Lalu, muncullah Ustad salafi yang bukan Syi’ah dan
secara semena – mena memvonis bahwa Syi’ah meyakini tahrif Al Qur’an .
Ini sangat menggelikan dan kita harus mempertanyakan, darimana anda
mendapatkan ‘wangsit’ semacam itu , Pak Ustad ???.
Sengaja saya mengutip pendapat para ulama Syi’ah tersebut langsung dari bukunya Ustad Husain Al Habsyi yang berjudul ‘
Sunnah Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah ‘ itu.
Hadis yang disampaikan salafi itu secara lengkap berbunyi :
“ Sesungguhnya Al Qur’an yang dibawa Jibril AS kepada ( Nabi ) Muhammad SAW adalah 17 ribu ayat ”
Memang benar, hadis di atas diriwayatkan Syeikh al Kulaini (RH) dalam
Kitab Al Kâfi pada Kitabu Fadhli Al Qur’an, Bab An Nawâdir. Namun, yang
luput dari perhatian salafi ialah kenyataan bahwa hadis di atas adalah
hadis Âhâd (bukan mutawâtir) yang tidak akan pernah ditemukan di bagian
lain di dalam kitab Al Kâfi maupun kitab-kitab hadis Syi’ah lainnya
dengan sanad di atas.
.
For your information. Bahwa al Kulaini (RH)
memasukkan hadis di atas dalam Bab An Nawâdir. Dan, tahukah anda apa
yang kami maksudkan dengan An Nawadir ?. Seperti disebutkan Syeikh
Mufîd bahwa para ulama Syi’ah telah menetapkan bahwa hadis-hadis nawâdir
adalah tidak dapat dijadikan pijakan dalam amalan, sebagaimana istilah
nadir ( bentuk tunggal kata Nawâdir) sama dengan istilah Syâdz. Dan para
Imam Syi’ah AS. telah memberikan sebuah kaidah dalam menimbang sebuah
riwayat yaitu hadis syâdz harus ditinggalkan dan kita harus kembali
kepada yang disepakati al Mujma’ ‘Alaih.
.
Imam Ja’far as. bersabda:
يَنْظُرُ إلَى ما كان مِن رِوَايَتِهِم عَناّ فِي ذلك
الذي حَكَمَا بِه الْمُجْمَع عليه مِن أصحابِك فَيُؤْخَذُ بِه من
حُكْمِنَا وَ يُتْرَكُ الشَّاذُّ الذي ليْسَ بِمَشْهُوْرٍ عند أصحابِكَ،
فإنَّ الْمُجْمَعَ عليه لاَ رَيْبَ فيه.
َ“Perhatikan apa yang di riwayatkan oleh mereka dari kami yang jadi
dasar keputusan mereka. Diantara riwayat riwayat itu, apa yang
disepakati oleh sahabat-sahabatmu, ambillah ! . Adapun riwayat yang
syâdz dan tidak masyhur di antara sahabat-sahabatmu tinggalkanlah !.
Karena riwayat yang sudah disepakati itu tidak mengandung keraguan ” (
HR. Al Kâfi, Kitab Fadhli Al ‘Ilmi, Bab Ikhtilâf Al Hadîts, hadis no. 10
)
Sementara hadis di atas tidak meraih kemasyhuran dari sisi
dijadikannya dasar amalan dan fatwa, tidak juga dari sisi berbilangnya
jalur periwayatannya. Ia sebuah riwayat Syâdz Nâdirah dan bertentangan
dengan ijmâ’ mazhab seperti yang dinukil dari para tokoh terkemukan
Syi’ah di antaranya Syeikh Shadûq, Syeikh Mufîd, Sayyid al Murtadha
‘Almul Hudâ, Syeikh ath Thûsi, Allamah al Hilli, Syeikh ath Thabarsi
dll.
.
Hadis di atas tidak memenuhi syarat-syarat diterimanya sebuah riwayat
dan kaidah-kaidah pemilahan antara hadis shahih dan selainnya yang telah
ditetapkan Syeikh Al Kulaini sendiri dalam Al Kâfi.
.
Pendek kata, hadis tersebut – menurut ulama Syi’ah – berstatus syadz (
meragukan ) dan ditolak untuk diamalkan atau dijadikan pegangan , karena
itu tidak pernah dijadikan dasar amalan dan keyakinan Syi’ah.
saudaraku……
Mushaf maksudnya suatu kumpulan sahifah yang
merupakan bentuk tunggal untuk kata ‘halaman’ ( shuhuf ). Arti literal
dari kata mushaf adalah naskah yang terikat diantara dua papan. Pada
jaman itu orang-orang biasa menulis di atas kulit dan benda benda lain.
Mereka menggulung tulisan-tulisan itu dikenal sebagai gulungan surah,
atau mereka memakai lembaran-lembaran terpisah dan mengikatnya
bersama-sama, karena itu disebut
mushaf. Sekarang ini kita menyebutnya ‘
buku’. Kata yang sebanding dengan buku adalah
‘kitab’ yang dulu ( dan sekarangpun masih ) biasa ditujukan untuk korespondensi atau untuk suatu dokumen tertulis atau tercatat.
Al Qur’an adalah sebuah mushaf ( buku / kitab), tetapi tidak setiap
mushaf kita sebut dengan Al Qur’an. Mushaf Fatimah bukanlah Al Qur’an.
Dalam sebuah hadis, dikatakan bahwa Fathimah AS, sesudah Rasulullah SAW
wafat, biasa menulis apa yang sudah diberitahukan kepadanya tentang apa
yang akan terjadi pada anak cucunya dan kisah-kisah mengenai para
penguasa selanjutnya ( hingga hari kebangkitan ). Fathimah AS mencatat
atau meminta Imam Ali untuk mencatatkan informasi-informasi tersebut,
yang disimpan keluarga para imam, dan disebut
Kitab ( Mushaf ) Fathimah.
Kesimpulan, tidak pernah ada Al Qur’an yang disebut
dengan Mushaf Fatimah. Ini hanya tuduhan yang diada – adakan oleh orang –
orang yang membenci dan memusuhi Syi’ah.
Syi’ah Imamiyah dan Iran adalah Super Power Dunia Masa Depan !
( oleh Amin Farazala Al Malaya, nick name : Ustad Syi’ah Ali / Ibnu Jakfari )
Tensi pergolakan makin panas di Timur Tengah, meski sebagian lain
sudah berada pada fase pasca krisis tinggal menata hari depan. Tapi
sejumlah berita yang berkembang di Timur Tengah akhir-akhir ini
menegaskan bahwa Timur Tengah sedang memasuki era baru menanti Imam
Mahdi !
Oleh karenanya, menarik untuk menganalisa akan seperti apa Timur Tengah 10 atau 20 tahun kemudian.
Kita asumsikan pekerjaan menumbangkan rejim-rejim Arab akan selesai
sebagian besarnya pada akhir 2012, atau maksimal tahun 2013. Apa yang
akan terjadi sesudah itu?
Iran saat ini sedang dalam masa keemasan dengan Syiahnya. Sejak
berhenti berperang melawan Iraq tahun 80-an, praktis konsentrasinya
hanya menyebarkan pengaruh melalui ajaran Syiah ke seluruh kawasan
bahkan dunia. Bahkan Indonesia dijadikan obyek garapan serius.
Iran menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Ia punya pengaruh luas di
dunia Islam. Iraq sudah berada dalam kontrol Iran setelah ditinggal
Amerika, meski tidak penuh. Jika Bahrain berhasil, akan bertambah lagi
negara Syiah. Dan banyak lagi.
Syiah dengan dukungan Iran sudah siap menggeliat. Syiah dan Iran
sudah siap menunggu untuk menjadi super power berikutnya, pasca
tumbangnya Amerika dan koalisi. Sekitar 10 atau 20 tahun ke depan, Iran
dengan Syiahnya akan jauh lebih kuat dari sekarang. Kakinya berpijak di
sejumlah kawasan dengan lebih kuat,
- Iran negara kaya dengan uang minyak yang melimpah, hanya kalah dari Saudi.
- Iran tak terlibat dalam peperangan dengan bangsa manapun, sehingga dana mereka utuh.
- Iran punyapendakwah di semua negara Timur Tengah dengan ajaran
Syiahnya. Mereka bisa dimanfaatkan untuk membelokkan agenda reformasi,
atau minimal mengurangi resistensi masyarakat Sunni terhadap ajaran
Syiah.
- Iran sangat dekat dengan tempat-tempat pergolakan di Timur Tengah,
dan memiliki postur yang relatif sama, juga bisa berbahasa Arab. Mudah
bagi mereka berdakwah !
- Iran juga mandiri secara teknologi, yang bisa menjadi alternatif
jika masyarakat Timur Tengah menolak Barat. Militernya juga kuat, bahkan
mungkin terkuat di kawasan.
- Iran juga konsisten ada permusuhan kepada Amerika dan Israel, yang
membuat rakyat Timur Tengah sulit untuk mengabaikan Iran, misalnya dalam
kasus pembelaan terhadap gaza.
- Iran juga tak dipusingkan dengan Al-Qaeda, berbeda dengan Saudi atau
Barat. Wajar, sebab Al-Qaeda hanya bisa beroperasi jika ada basis
Sunni-nya, sementara Iran sedikit sekali penganut Sunninya. Artinya,
kekuatan ekonomi dan militer Iran dalam keadaan stabil walaupun ada
embargo dari Amerika !
Dengan semua pertimbangan tersebut, maka dapat disimpulkan Iran
dengan Syiahnya akan makin mengepakkan sayap ke sejumlah kawasan di
Timur Tengah dan Afrika Utara untuk menancapkan hegemoninya.
Misalnya Mesir, saat para aktifis Ikhwan sibuk bertarung melawan kaum
sekuler dalam menentukan warna negaranya, Syiah dengan leluasa
berdakwah di tengah masyarakat. Tak ada lagi undang-undang atau
kekuasaan yang bisa melarangnya, karena eranya sudah terbuka. Dalam 10
atau 20 tahun ke depan, Iran tinggal menuai hasilnya. Demikian pula di
negara-negara lain.
Saat Husni Mubarak berkuasa, di balik kebengisannya kepada rakyat,
ada manfaat geopolitik yang tak disadari, yakni kebenciannya kepada
Iran. Sejak Iran sukses menumbangkan tiran Reza Pahlevi tahun 1979, dan
haluan negara berobah menjadi Syiah tulen, Mesir tak pernah mengijinkan
kapal Iran melintas di terusan Suez. Tapi setelah Mesir menumbangkan
Husni Mubarak, untuk pertama kali terusan Suez dilintasi kapal perang
Iran.
Pergolakan di Bahrain juga meresahkan, di mana para demonstrannya
adalah Syiah melawan rejim penguasa yang Sunni. Arab Saudi dalam posisi
dilematis, jika membiarkan rejim Bahrain ditumbangkan oleh demonstran
Syiah, maknanya rejim Sunni yang notabene sahabat Saudi akan hilang.
Jelas Saudi dalam bahaya, karena ancaman Syiah makin mendekat ke garis
perbatasannya. Meski akan mengundang pandangan miring dari dunia
internasional, Arab Saudi merasa perlu mengirimkan bala tentara secara
langsung ke Bahrain, sebagai upaya membendung gerak maju Syiah.
Tak jauh beda Oman, Kuwait dan Yaman, yang semuanya menyimpan potensi
penganut Syiah yang cukup besar. Jika pergolakan rakyat ini bisa
dimainkan dengan baik oleh Iran, bukan mustahil Arab Saudi makin
terdesak oleh gerak maju pengaruh Iran yang Syiah di kawasan. Sebelum
pecah pergolakan saja, pemberontak Houtsi di Yaman sudah sangat
merepotkan Saudi.
Belum lagi ditambah pergolakan dalam negeri Saudi, yang juga disulut
oleh penganut Syiah yang asli berkewarga-negaraan Saudi. Mereka
terkonsentrasi di kota-kota bagian timur Saudi, seperti Hufuf, Qatif dan
Awamiya. Rejim Saudi yang berpaham Sunni sedang diguncang gerakan
rakyat pengikut Imam Ali
Artinya, pergolakan Timur Tengah ini sudah agak terlambat bagi
Amerika dan Barat secara umum, karena mereka terlanjur terperosok di
kubangan Afghanistan dan Iraq yang membuat mereka tak lagi bisa lincah
bergerak. Dahulu ketika Amerika masih kuat, pergolakan semacam ini akan
menjadi peluang emas, karena tak ada saingan. Tapi kini, pesaingnya
sudah banyak.
Namun ini sama sekali tidak berarti Barat sudah lumpuh. Mereka masih
kuat dan berbahaya, tapi tidak lagi menjadi pemain tunggal dalam
memanfaatkan momentum pergolakan semacam ini, apalagi di kawasan
sepenting Timur Tengah yang merupakan panggung utama pergolakan dunia.
Syi’ah Meningkat di Kalangan Sunni Gaza.
Jumlah kaum Syi’ah meningkat di Jalur Gaza, yang memiliki mayoritas penduduk Sunni, sebuah website Iran melaporkan pekan lalu.
Situs internet
Asr Iran (Iran Age) melaporkan bahwa sejumlah
besar warga Palestina di Gaza telah menjadi Syiah dalam beberapa
tahun terakhir, meskipun wilayah itu dikendalikan oleh penguasa Islam
Sunni Hamas.
Sebuah laporan yang serupa oleh
Agence-France Press
mengatakan bahwa sejumlah besar warga Gaza telah menjadi Syiah dalam
beberapa tahun terakhir, sinyal ini menjadi tanda yang jelas dari
peningkatan pengaruh Iran di antara warga Palestina.
Negara-negara Arab telah lama menuduh Iran menghasut kebencian dan memicu ketegangan sektarian di antara masyarakat mereka.
Penguasa Hamas, sementara itu, sangat berhati-hati berurusan dengan
para muslim Sunni yang menjadi Syiah, agar tidak membahayakan hubungan
mereka dengan sekutu mereka yang paling dekat Teheran.
Abdul Rahim Hamad, seorang muslim Sunni yang murtad menjadi Syiah
yang tinggal di kamp pengungsi Jabalia, mengatakan kepada AFP bahwa ia
menjadi Syi’ah lima tahun yang lalu. Dia mengatakan bahwa adanya
peningkatan jumlah Syi’ah di Gaza karena pengaruh Iran dan Hizbullah
Libanon di wilayah tersebut.
“Kami sekarang berjumlah ratusan di Gaza. Kami akan memulai kegiatan
politik kami secepatnya. Syi’ah Palestina akan memainkan peranan penting
dalam mengontrol wilayah ini di masa depan,” seperti dikutip AFP atas
pernyatannya.
Ahmad Yussuf, penasehat Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyah,
membantah adanya peningkatan jumlah Syi’ah di Gaza, tapi ia menambahkan
bahwa rakyat Palestina “cinta Iran dan Hizbullah.”.
12 PEMIMPIN SEPENiNGGAL NABi SAW YANG ADA DALAM HADITS-HADITS AHLU SUNNAH.
LANJUTANNYA LAGI NIH………….
Ada berbagai macam cara atau metode untuk menafsirkan al-Qur’an:
a. . Menafsirkan al-Qur’an dengan nafsu (seperti
yang anda lakukan di atas karena anda tidak menjelaskan mengapa anda
menuliskan kalimat HANYA KEPADA IBRAHIM. Kelihatan anda tergesa-gesa
dalam menuliskan tafsiran ini).
b. Menafsirkan al-Qur’an lewat bahasa/terjemahannya (ini saya lakukan terhadap ayat itu).
c. Menafsirkan al-Qur’an lewat hadits yang
kira-kira bisa menjadi penjelasan dari ayat al-Qur’an itu (ini yang saya
lakukan terhadap ayat 124, Al-Baqarah—yang baru ustadz kenal karena
saya mengenalkannya—dengan hadits 12 Imam dari Ahlu Sunnah).
d. Menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an yang
pernah dilakukan oleh Sayyid Allama Thabatabai dalam tafsir
Al-Qur’an-nya yang terkenal yaitu Al-Mizan.
Al-Ustadz Alvaen yang terhormat. Yang saya lakukan
ketika saya menafsirkan ayat 124 dari Al-Baqarah itu ialah cara atau
metode nomor 2 dan 3. Itu saya kira lebih aman dengan mencari penjelasan
dalam hadits ketimbang dikira-kira memakai hawa nafsu seperti yang anda
lakukan.
A. PENJELASAN DALAM HADITS:
Berikut beberapa hadits yang juga ikut memberikan
sumbangan yang cukup besar untuk menafsirkan ayat itu sesuai dengan
tafsiran yang saya sampaikan. Tidak ada paksaan dari saya untuk anda
agar anda mengikuti apa yang saya yakini. Saya sampaikan hadits-hadits
berikut untuk menunjukkan kaitan atau hubungan antara kata-kata “DAN
JUGA DARI KETURUNANKU (Ibrahim)” dengan keturunan atau hubungan darah
yang ada pada Nabi Muhammad yang bersambung pada Nabi Ibrahim. Berikut
hadits-hadits itu:
a. Dari Ubayah bin Rabi’i, dari Jabir, ia berkata:
“Beliau bersabda, ‘Aku adalah pemimpin para Nabi,
Ali adalah pemimpin para washi (pengemban wasiatku) dan para washiku;
sepeninggalku ada dua belas, yang pertama, Ali dan yang terakhir adalah
Al-Qaim al-Mahdi” (lihat Yanabi’ al-Mawaddah; al-Qanduzi al-Hanafi, hal. 455).
Hadits ini dengan jelas juga menafsirkan
hadits-hadits sebelumnya yang menyebutkan ada dua belas pemimpin setelah
Rasulullah. Di sini dengan jelas menutup peluang pemimpin gadungan lain
yang bisa anda masukkan kedalam untaian pemimpin yang dua belas itu.
Dan itu ditambah dengan kenyataan bahwa semuanya adalah keturunan Nabi
Ibrahim lewat sebuah suku bernama Bani Hasyim (lihat hadits yang pernah
saya sampaikan) sampai kepada keturunan terbaiknya, Muhammad Al-Mustafa.
b. Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:
“Aku mendengar Rasulullah saw berkata, ‘Aku, Ali,
Hasan, dan Husein serta sembilan dari keturunan Husein adalah
pribadi-pribadi yang disucikan dan dipelihara (makshum dari dosa dan
kesalahan)”
(lihat Kifayat al-Atsar, Yanabi’ al-Mawaddah, hal 258 dan 445, dari riwayat al-Hamwaini, dalam kitabnya Faraid Al-Simthain, lihat kitab: Mustakhab Al-Atsar, hal. 65).
Hadits ini juga menjelaskan ayat 124, Al-Baqarah
(yang baru ustadz dengar tafsirannya dari saya) yang menjelaskan kalimat
atau ungkapan “JANJIKU INI TIDAK MENGENAI ORANG-ORANG YANG DZALIM”.
Hadits tersebut di atas menjelaskan betapa KETURUNAN IBRAHIM YANG
BERJUMLAH 12 (lewat suku kenamaan BANI HASYIM) dan lewat makhluk paling
mulia MUHAMMAD AL-MUSTAFA itu semuanya terjaga dari perbuatan dosa; baik
dosa kecil maupun dosa besar. Mereka bukanlah orang-orang dzalim.
Bandingkan dengan sebagian orang yang namanya ustadz sampaikan kepada
saya (dan kemudian ustadz campakkan juga sambil berkata malu malu
kucing: SAYA TIDAK MEYAKINI DAFTAR NAMA ITU).
c. Dari Abu Dzar, dari Fathimah as, ia berkata, “Kutanyakan kepada ayahku tentang makna ayat:
وبينهما حجاب وعلى الأعراف رجال يعرفون كلا بسيماهم ونادوا أصحاب الجنة أن سلام عليكم لم يدخلوها وهم يطمعون
“Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka)
ada batas; dan di atas A`raaf itu ada orang-orang yang mengenal
masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan
mereka menyeru penduduk surga:” Salaamun `alaikum”. Mereka belum lagi
memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya)” (QS. Al-A’raf:
46).
Beliau saw menjawab: “Mereka adalah para imam
sepeninggalku; Ali dan kedua cucuku (Hasan dan Husein) serta sembilan
orang dari Sulbi Husein, dan merekalah orang-orang (yang bertempat di)
A’raf, tiada akan masuk surga kecuali orang yang mengenal mereka dan
dikenal oleh mereka, tidak akan masuk neraka kecuali orang yang
mengingkari mereka dan mereka pun tidak mengenalnya, Allah tidak akan
dikenal kecuali lewat jalan mengenal mereka.” (Kifayat al-Atsar dan al-Manaqib (lihat juga: Muntakhab al-Atsar, hal. 72).
Hadits itu menunjukkan dengan tegas bahwa mengikuti
mereka adalah wajib dan mengingkarinya adalah dosa. Mengikuti mereka
berarti bermakmum kepada mereka; bermakmum berarti berwilayah kepada
mereka; menjadikan mereka pemimpin yang kita cinta……..kita patuhi
tuntunannya.
d. Dari Jabir bin Yazid al-Ju’fy, ia berkata, “Jabir bin Abdillah Anshari berkata, ‘Ketika Allah SWT menurunkan ayat:
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول
وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم
تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisaa: 59)
Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Kami telah kenal
Allah dan RasulNya. Akan tetapi siapakah Ulil Amri yang ketaatan
kepadanya dihubungkan dengan ketaatan kepada Anda? Maka beliau menjawab:
“Hai, Jabir! Mereka adalah para khalifah
(penggantiku) dan pemimpin umat Islam setelahku. Yang pertama ialah Ali
bin Abi Thalib, kemudian Hasan dan Husein, kemudian Ali bin Husein,
kemudian Muhammad bin Ali, yang dalam Taurat dikenal dengan Al-Baqir dan
kamu, hai Jabir, akan menemuinya. Jika kamu menjumpainya, sampaikan
salamku atasnya! Kemudian Ash-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa
bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian
Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, kemudian orang yang nama dan
kunyahnya sama denganku, ia adalah al-Hujjah (bukti) Allah di bumiNya,
peninggalanNya di kalangan (di antara) hamba-hambaNya, ia adalah putera
Hasan bin Ali, Allah akan menaklukkan Timur dan Barat melalui tangannya,
ia akan menghilang dari pengikutnya dan orang-orang yang mencintainya,
sehingga tidak akan meyakini imamah-nya dengan teguh kecuali
orang yang hatinya telah diuji oleh Allah (dan berhasil dengan)
keimanan‘. Jabir berkata, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah
pengikut-pengikutnya dapat mengambil manfaat darinya pada masa ghaibnya?
Beliau menjawab, ‘Demi zat yang membangkitkanku (mengutusku) dengan
kenabian, mereka akan bersinar dengan sinar cahayanya dan mengambil
manfaat dengan wilayahnya pada masa ghaibnya, sebagaimana manusia
menarik manfaat dari matahari ketika ditutupi oleh awan tebal.” (lihat Ikmaluddin, 1: 365, Ilzam an-Nashib, 1: 55 dan Yanabi’, hal. 465)
KEUNIKAN DARI ANGKA 12:
Adalah sangat unik dan menarik di sini untuk
diketengahkan angka dua belas yang tampaknya menjadi salah satu angka
favorit dalam Al-Qur’an ada kurang lebih 5 (kalau tidak salah)
disebutkan dalam Al-Qur’an misalnya dalam: (QS. 2: 60), (QS. 5: 12),
(QS. 7: 160), (QS. 9: 36), satu lagi saya lupa. Berikut saya petikkan
salah satunya
:
ولقد أخذ الله ميثاق بني إسرائيل وبعثنا منهم اثني
عشر نقيبا وقال الله إني معكم لئن أقمتم الصلاة وآتيتم الزكاة وآمنتم برسلي
وعزرتموهم وأقرضتم الله قرضا حسنا لأكفرن عنكم سيئاتكم ولأدخلنكم جنات
تجري من تحتها الأنهار فمن كفر بعد ذلك منكم فقد ضل سواء السبيل
“ Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin
dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika
kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada
rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di
dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah
itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”. (QS.
Al-Maaidah 12).
.
Lebih unik lagi apabila kita mengumpulkan angka
duabelas ini dengan 3 orang Nabi yang dianggap menjadi representasi dari
3 agama samawi:
– NABI MUSA (representasi agama Yahudi): Memiliki
12 orang kepercayaan, masing-masing menjadi pemimpin sukunya dan setiap
suku diberi masing-masing satu mata air. Jadi keseluruhan ada 12 mata
air yang disebut uyun Musa. LIhat (QS. 2: 60), (QS. 5: 12), (QS. 7: 160)
– NABI ISA (representasi agama Kristiani): memiliki 12 murid yang disebut dengan al-Hawariyyun.
– NABI MUHAMMAD (representasi agama Islam): telah mewasiatkan akan adanya 12 pemimpinyang dijanjikan sepeninggal beliau.
PENJELASAN
DARI AGAMA LAIN:Ada sebuah kenyataan yang menarik. Saya dapati dalam
sebuah Injil (versi Derby) sebuah pasal dari kitab Genesis (Kejadian)
sebagai berikut:
“Dan untuk Ismail telah Kudengar engkau; lihatlah, akan aku berkahi
dia, dan menjadikannya subur, dan akan melipatgandakannya
(membiakkannya); dua belas pangeran akan diturunkannya, dan akan
kubuatnya umat yang besar.” (Genesis 17: 20).
Jadi dalam Injil dinubuwwahkan bakal ada 12 pemimpin yang agung dari
jalur keturunan Ismail nantinya dan akan membuatnya umat yang besar.
LIHATLAH DENGAN JELAS! DARI JALUR NABI ISMAIL KELAK AKAN TURUN 12
PEMIMPIN YANG DIJANJIKAN! LIHAT LAGI AYAT 124 SURAH AL-BAQARAH (yang
anda bilang itu untuk Nabi Ibrahim saja dan berikut kutipan dari anda):
“ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”.
Allah berfirman: “Janji-Ku ini tidak mengenai orang-orang yang lalim
.
ayat ini membicarakan tentang nabi ibrahim saja. ” KEPADA NABI IBRAHIM
SAJA” lalu ibrahim berdoa agar supaya keturunan-nya juga. maka allah
berfirman janji-ku ini tidak mengenai orang-orang yang lalim
.
ayat tersebut dengan jelas dan terang
mengatakan bahwa yang mengangkat para nabi sebagai imam itu hanya allah
yang menentukan, dan itu berlaku kepada para nabi. lalu di mana posisi
12 imam anda dalam ayat di atas..?? adakah ayat di atas menentukan 12
imam anda..?? adakah di dalam ayat tersebut mengatakan bahwa allah akan
menangkat 12 imam bagi orang syiah..?? saya tidak temukan itu melainkan
orang syiah mengabung-ngabungkanya sesuai dengan kehendak hawa nafsu
yang di penuhi oleh kedustaan. kebohongan dan kemunafikan.
Anda menuduh saya mengada-ada padahal anda
sendirilah yang mengada-ada. Tafsiran anda itu hanya berupa satu frase
saja yaitu KEPADA NABI IBRAHIM SAJA.
Marilah kita kupas yang dari Injil (karena saya
masih yakin, Injil itu tidak semuanya isinya salah ada juga kebenaran di
dalamnya—keyakinan ini juga diyakini oleh orang lain sebelum saya).
Injil versi Derby mengatakan bahwa Nabi Ismail
(jelas ini keturunan Nabi Ibrahim) akan menurunkan 12 pangeran (atau
pemimpin) dari keturunannya dan kita lihat dalam silsilah keturunan di
bawah ini, dari Nabi Ismail kita tidak mendapati satu Nabi pun kecuali
Nabi Muhammad yang dari keluarganya itu ada 12 pemimpin yang dijanjikan
(1 sepupunya (Ali) dan 11 adalah keturunan Rasulullah dari puterinya
Fathimah yang menikah dengan sepupunya itu).
KECURIGAAN banyak orang terhadap ideologi wahhabi yang diduga
menjadi induk semang atas tindak kekerasan atau teror atas nama agama di
belahan dunia mendapat perhatian sejumlah kalangan, baik dari agamawan,
aktivis sosial, dan bahkan pengamat politik. Gerakan wahhabi sebenarnya
merupakan langgam lawas, tetapi pemunculannya selalu aktual, karena
dikait-kaitkan dengan setiap tindak kekerasan yang mengatasnamakan
agama.Tragedi 11 September 2001 yang meluluhlantahkan WTC, gedung
kebanggaan negeri Paman Sam, sepertinya menjadi ”perantara positif”
sekaligus ”hikmah”.
Pascaperistiwa September kelabu itu, sejumlah analisis kritis
membuka tirai ideologi wahhabi yang ternyata mempunyai andil dalam
mendoktrinisasi kelompok Islam tertentu yang secara sosiologis
dikategorikan ”keras” dan ”ekstrem”.Pertanyaannya, bagaimana menguji
kebenaran asumsi dan stereotip negatif itu? Buku ini selain memberikan
informasi penting tentang seluk-beluk yang menyangkut gerakan wahhabi,
juga menyediakan ruang dialektika-kritis bagi pembacanya -bagaimana
mestinya kita menyikapi gerakan yang mewabah bernama wahhabi itu.Nur
Khalik Ridwan, penulisnya, terlihat sangat bersemangat dan berapi-api
mengeksplorasi bahasan tema dalam buku yang dirangkai dalam tiga seri
ini. Sebab, jika dilihat dari aspek kapabilitas intelektualnya, Nur
Khalik Ridwan dikenal sebagai sosok muda yang sangat produktif
melahirkan karya bergenre kritis, terutama dalam bidang pemikiran
keagamaan.
Itu sebabnya, tidak heran, Kang Khalik -sapaan akrabnya- oleh
sebuah majalah terkemuka di tanah air pernah dinobatkan sebagai salah
seorang sosok penggiat revolusi kaum muda.Buku ini adalah satu-satunya
karya (setidaknya di Indonesia) yang berhasil merekam dan memotret
keberadaan gerakan wahhabi secara kritis dan komprehensif. Pada buku
pertama, diterangkan aspek historisitas, doktrin, dan penamaan istilah
”wahhabi”, yang dinisbatkan pada pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahhab.
Dua kritikus legendaris atas wahhabi, Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab
al-Hanbali dan Syaikh Ahmad Zaini Dahlan as-Safi’i, juga tak luput dari
perhatian Nur Khalik Ridwan yang ditampilkan secara dramatis. Buku
pertama ini diberi judul Doktrin Wahhabi dan Benih-Benih Radikalisme
Islam.
Menurut Nur Khalik Ridwan, penulisan buku ini dilandasi beberapa
faktor penting, yaitu adanya pengaruh wahhabisme yang begitu besar
terhadap banyak gerakan Islam dan radikalisasi-radikalisasi lain
berbasis agama; belum ada kajian di Indonesia yang secara khusus
membahas wahhabi dari akar sejarah hingga soal bagaimana posisinya di
negara Arab; terjadinya tren pergeseran dan penolakan wahhabisme justru
di kalangan ormas yang dulu terpengaruh ide-ide wahhabi; semakin
gencarnya transnasionalisasi ide-ide wahhabi dan ekspansi yang
bertubi-tubi, hingga ke berbagai negara, termasuk Indonesia; dan
menjamurnya web blog yang dikuasai para wahhabi untuk menyebarkan
wacana, ideologi, dan gerakannya (Jld I, hlm 3-10).
Buku kedua, yang bertitel Perselingkuhan Wahhabi dalam Agama, Bisnis,
dan Kekuasaan, memuat analisis tajam persoalan relasi gerakan wahhabi
dengan kekuasaan -dalam hal ini Kerajaan Arab Saudi. Hamid Algar menulis
komentar menarik dalam Wahhabism: A Critical Essay (2002), yang
sayangnya, tidak dirujuk oleh Nur Khalik. Menurut Algar, dalam sejarah
pemikiran Islam yang berlangsung lama dan sangat kaya, wahhabisme tidak
menempati posisi yang memiliki arti penting. Gerakan wahhabi bernasib
baik karena muncul di Semenanjung Arab (Najad, sebuah tempat yang
relatif jauh dari semenanjung itu) dan karena itu dekat dengan Haramayn,
yang secara geografis merupakan jantung dunia muslim.
Keluarga Saudi, yang menjadi patron gerakan wahhabi, sangat mujur
ketika pada abad ke-20 memperoleh kekayaan minyak luar biasa, yang
sebagiannya telah digunakan untuk menyebarluaskan paham wahhabisme di
dunia Islam dan wilayah-wilayah lain. Jika kedua faktor itu tidak ada,
wahhabisme mungkin hanya akan tercatat dalam sejarah sebagai gerakan
sektarian yang marginal dan berumur pendek.
Pada buku ketiga, Membedah Ideologi Kekerasan Wahhabi, Nur Khalik
mencurahkan tenaga dan pikiran untuk melakukan kajian kritis terhadap
ajaran atau doktrin, serta cara berpikir wahhabi yang sangat eksklusif
dan menekankan absolutisme. Nur Khalik mencatat, di ranah ini tidak
jarang mereka (kelompok wahhabi) mengafirkan umat Islam di luar
kelompoknya, seperti tuduhan takfir (pengafiran) kepada umat Islam salaf
dan khalaf yang ber-tawassul dengan para nabi, sahabat, tabi’in, dan
wali-wali Allah yang saleh (Jld III, hlm 129). Ini sekaligus menjadi
salah satu ciri seseorang sebagai anggota kelompok wahhabi.
Karena itu, ajaran dan doktrin-doktrin wahhabi sungguh bertentangan
dengan keyakinan mayoritas muslim dunia (Sunni). Memang, sejak awal,
para ulama Sunni telah mengamati bahwa kelompok wahhabi tidak termasuk
bagian dari ahlu sunnah wal jamaah. Hal itu karena hampir seluruh
praktik, tradisi, dan kepercayaan yang dikecam Muhammad bin Abdul Wahhab
secara historis telah merupakan bagian integral Islam Sunni, yang
dipelihara dalam berbagai literatur yang sangat kaya dan diterima
mayoritas kaum muslim.
Di buku ketiga ini, diskusi tentang bagaimana gerakan wahhabi
bergerilya ke wilayah-wilayah Islam, termasuk di Indonesia, terasa
semakin lengkap dan menemukan pijakan relevansi dengan kenegaraan kita.
Namun, Nur Khalik belum tuntas menganalisisnya. Sebab, menurut
pengakuannya, dia masih dalam proses mengimajinasikan, dan direncanakan
disusun menjadi buku tersendiri di lain waktu.
Yang pasti, inilah buku ”babon” (induk) yang secara khusus membongkar
gerakan wahhabi beserta peran dan implikasi politisnya. Selamat
membaca. (*)
Judul Buku: Seri Gerakan Wahhabi.
Penulis: Nur Khalik Ridwan.
Penerbit : Tanah Air, Jogjakarta.
Cetakan : Pertama, November 2009.
Ama Salman@Ali Usman,
PENDAHULUAN.
Dalam beberapa tahun saja yaitu dalam rintisan berdirinya kerajaan
Wahhabi Saudi Arabia III –Mamlakah al Arabiyyah al Saudiyyah (The
Kingdom of Saudi Arabia, yaitu kerajaan Saudi Arabia sekarang). Sekte
ini telah lebih dari membunuh 400.000 nyawa kaum muslimin dan membuat
cacat permanen lebih dari 350.000 orang lainya dalam Ambisi mendirikan
Kerajaan Saudi Arabia.Penulisan ini bukan didasari kepada kebencian
terhadap Sekte Wahhabi dan kerajaan Saudi Arabia yang telah sukses
memecah belah bangsa Arab menjadi berkeping-keping hingga sekarang.
Serta keberhasilanya mempermalukan dunia Islam sejak berdirinya hingga
hari ini. Namun lebih didasari pada semangat kebebasan berfikir yang
sangat ditentang keras oleh ajaran Wahhabi dan pengagum ajaran ini.
Wahhabi bukan saja menjadi musuh Islam, namun karena semangat
INTOLERAN-nya yang begitu meresahkan menjadikan sekte ini menjadi musuh
kemanusian keseluruhan yang menjunjung tinggi semangat kebebasan
berfikir dan berpendapat, beragama dan
berkepercayaan(sekte/mazhab).Menurut tokoh Wahhabi DR Said Hawwa dalam
bukunya “al-Islam pada bab Maa yub thilu as Shahadatain (bab pertama)
terbitan Darul Ifta’ Riyadh Saudi Arabia mengatakan “Demokrasi” adalah
salah satu bentuk Shirk yang membatalkan Shahadatain seseorang, dalam
kitab tsb dijelaskan 21 perkara yang membatalkan Shahadat. Tanpa pernah
menjelaskan bagaimana hukumnya mendirikan Kerajaan..??
Dua buku Said
Hawwa yang kontroversial “al-Islam dan Jundullah (Laskar Tuhan) saya
dengar sudah diterbitkan dalam terjemahan bahasa Indonesia, yang menjadi
kitab marja’ kaum Wahhabi Indonesia.Dengan mengetahui sejarah dan latar
belakang berdirinya Wahhabism kita akan bisa menarik benang merah
antara “TERORISM dan WAHHABISM”. Dan suatu kenyataan pula bahwa semua
terrorist Islam adalah Wahhabi.Banyaknya gerakan dan organisasi di
Indonesia yang mengusung Ideologi ini sebagai faham dan modelnya
sebenarnya, amat sangat membahayakan sendi-sendi persatuan bangsa serta
keamanan nasional, meskipun hampir semuanya tidak pernah mau mengatakan
bahwa mereka Wahhabi. Laskar Jihad Ahlusunnah wal Jama’ah yang merupakan
sempalan Thaliban pun juga tidak mau dikatakan Wahhabi.
Bulan May 2006 Washington post berdasarkan laporan dari penelitian
Freedom House foundation melaporkan tentang perubahan kurikulum materi
pelajaran disekolah-sekolah Saudi Arabia yang mengajarkan tentang ajaran
INTOLERAN Wahhabi, katanya telah direvisi pemerintah Kerajaan Saudi
Arabia. Namun setelah diteliti ternyata hanya sedikit sekali
perubahanya. Sembilan poin yang kontroversial ternyata masih ada, antara
lain kepada anak didik diajarkan untuk tidak berkawan dengan non
muslim, menyebutkan golongan Shufi dan shi’ah sebagai polytheism(ahl
shirk) dll. (www.freedomhouse.org) bagian Center for religious Freedom).
Suatu pendidikan kebencian yang tidak mungkin hilang hanya dalam satu
generasi.
Dalam tulisan ini saya tidak membahas masalah materi ajaran
Wahhabiyyah, namun lebih dititik beratkan pada “sejarah kelam dan
brutal” sekte ini dalam ambisinya mendirikan sebuah Negara Absulut
Monarchy sekterian “The Kingdom of Saudi Arabia” Mamlakah al Arabiyyah
al Saudiyyah. Pem-fokusan pada pembentukan kerajaan Saudi Arabia karena
disamping memang Negara ini adalah “anak haram hasil perselingkuhan
antara agamawan dan politikus” yang memang menarik untuk dikaji, juga
karena didalam Saudi Arabia ada Negara Hijaz ( Mekka dan Medina) yang
masih dijajah Saudi sejak 1924. Disamping bukan bidang saya menulis ttg
materi sebuah ajaran dan jurisprodensi agama.
Sejarah PEDANG, DARAH, NYAWA dan HARTA ternyata tidak membuat
pemerintah kerajaan Saudi malu dengan sejarah masa lalunya, namun dengan
bangganya mereka abadikan dalam lambang resmi Negara.
Diterjemahkan dari publikasi hasil penelitian Muhammad Sahir versi
bahasa inggris dengan judul: “The Saudi Dynasty: From where is it? And
who is the real ancestor of this family?”. Rezim Saudi telah
memerintahkan untuk membunuhnya karena dia telah mengungkapkan siapa
sebenarnya keluarga Saudi itu; apa agama mereka sebenarnya; dan apakah
mereka benar2 asli orang Arab?Inilah terjemahan bebas saya atas hasil
penelitian itu
ada tahun 851 H, sebuah rombongan kafilah dari Kabilah Al-Masalih,
salah satu kabilah dari Bani Anza, mengadakan perjalanan ke Irak dalam
rangka membeli kebutuhan pangan seperti gandum, jagung dll. untuk dibawa
kembali ke Najd.
Kafilah itu dipimpin oleh Sahmi bin Hathlul.Ketika
rombongan kafilah sampai di Basra mereka bertemu dengan saudagar Yahudi
yang kaya bernama Murdahai bin Ibrahim bin Musa yang menjual bahan2
kebutuhan pangan yang mereka perlukan. Disela-sela tawar menawar,
saudagar Yahudi itu menanyakan mereka darimana dan dijawab bahwa mereka
adalah Kabilah Al-Masalih dari Bani Anza. Mendengar hal ini, saudagar
Yahudi ini kemudian memeluk satu persatu semua anggota rombongan itu
sambil mengatakan bahwa dia juga berasal dari Kabilah Al-Masalih yang
terpaksa pindah ke Basra karena perselisihan antara ayahnya dengan
anggota Bani Anza lainnya.Mengiringi cerita bohong tersebut, dia
memerintahkan pelayannya untuk memenuhi seluruh onta2 mereka dengan
tepung gandum, kurma, tamman dan bahan2 kebutuhan pangan mereka lainnya.
Kebaikan ini sangat berkesan dan sekaligus membuat mereka bangga karena
bertemu “saudara” sendiri yang menjadi saudagar kaya di Irak.
Mereka tidak saja sangat menyukainya tetapi juga sangat
mempercayainya.Ketika rombongan akan kembali ke Najd, saudagar Yahudi
yang berpura-pura sebagai bagian dari Kabilah Al-Masalih itu meminta
agar dia diperkenankan ikut rombongan itu pulang ke Najd. Dengan senang
hati permintaan itu dipenuhi.
Sesampainya di Najd, saudagar Yahudi itu dengan dukungan penuh
“saudara-saudaranya” mulai mempropagandakan dirinya. Namun
pandangan-pandangannya ditentang masyarakat Al-Qasim dibawah pimpinan
Syekh Saleh Salman Abdullah Al Tamimi, seorang ulama Muslim terkemuka.
Dakwahnya meliputi kawasan Najd, Yaman dan Hijaz. Akibat penentangan ini
dia pindah dari Al-Qasim ke Al- Ihsa dan mengganti namanya dengan
Marhan bin Ibrahim Musa.
Dia kemudian tinggal ditempat yang bernama Dir’iya dekat Al-Qatif. Di
sini dia mulai menyebarkan cerita bohong tentang Perisai Nabi Muhammad
saw bahwa perisai tersebut diambil oleh Kafir Quraisy pada waktu Perang
Uhud dan kemudian dijual kepada sebuah kabilah Yahudi bernama Bani
Qunaiqa’ yang menyimpannya sebagai pusaka. Dia secara bertahap menaikkan
posisinya dimata kaum Badui dengan cerita2 bohong seperti itu dan
sekaligus secara halus tersamar mempengaruhi orang2 Badui agar
beranggapan bahwa orang Yahudi telah ikut berjasa menjaga peninggalan
Islam yang sangat bersejarah.
Dengan semakin kuat posisi dan pengaruhnya dimata kaum Badui Arab,
dia kemudian memutuskan untuk menjadikan Dir’iya sebagai ibukota
kerajaan Yahudi di tanah Arab dan memproklamirkan dirinya sebagai raja
mereka.
Sementara itu Bani Ajaman bersama dengan Bani Khalid menyadari bahaya
dari Marhan setelah mereka mengetahui siapa dia sebenarnya dan rencana
jahatnya. Mereka kemudian menyerang Dir’iya dan berhasil mendudukinya
tetapi tidak berhasil menangkap Marhan karena keburu melarikan diri.
Dalam pelariannya, Marhan bin Ibrahim Musa yang nama aslinya Murdahai
bin Ibrahim Musa yang adalah orang Yahudi ini, sampai disebuah tanah
pertanian yang waktu itu disebut Al-Malibid Ghusaiba dekat Al-Arid, yang
dikemudian hari dan sampai sekarang disebut Al-Riyadh.
Dia meminta kepada pemilik tanah pertanian itu agar diperbolehkan
tinggal disitu. Dengan baik hati dan penuh keramahtamahan pemilik tanah
pertanian tersebut memperkenankannya. Tetapi, kurang lebih satu bulan
setelah ia tinggal disitu, pemilik tanah pertanian yang baik hati itu
beserta seluruh keluarganya ia bunuh, dan berpura-pura bahwa pemilik
tanah pertanian beserta seluruh keluarganya dibunuh oleh perampok.
Kekejian dan kebohongannya tidak sampai disitu saja, ia juga menyebarkan
berita bahwa ia sudah membeli seluruh tanah pertanian itu dari
pemiliknya sebelum peristiwa tragis itu terjadi. Karenanya sekarang dia
berhak atas tanah pertanian itu dan mengubah namanya menjadi Al-Dir’iya,
sama dengan nama tempat sebelumnya yang lepas dari tangannya.
Di situ ia kemudian membangun sebuah Tempat Persinggahan yang diberi
nama Madaffa, dan bersama-sama dengan para pengikutnya kembali
menyebarkan propaganda yang menyesatkan bahwa dia adalah seorang Syeikh
Arab tulen dan agung. Dia kemudian membunuh Syeikh Saleh Salman Abdullah
Al-Tamimi, musuh bebuyutannya, di sebuah masjid di kota yang disebut
Al-Zalafi.
Setelah puas dapat melenyapkan Syeikh Saleh, dia kemudian menjadikan
tempat yang namanya sudah diubahnya menjadi Al-Dir’iya tersebut sebagai
pusat kegiatannya. Dia mengawini banyak wanita dan memperoleh banyak
anak yang semuanya dia beri nama-nama Arab. Salah satu anak lelakinya
dia beri nama Al-Maqaran (berakar dari nama Yahudi: Mack-Ren) yang
kemudian mempunyai anak lelaki yang diberi nama Muhammad. Anak lelakinya
yang lain dia beri nama Saud, dan nama inilah yang kemudian dan sampai
sekarang menjadi nama Dinasti Saudi.
Dengan berjalannya waktu, keturunan Marhan si Yahudi ini telah
berkembang biak semakin banyak dan semakin kuat di bawah nama Keluarga
Saudi. Mengikuti jejak pendahulunya mereka meneruskan gerakan bawah
tanah dan konspirasinya menentang Negeri/Bangsa Arab. Secara illegal
mereka memperluas wilayahnya dan membunuh setiap orang yang menentang
mereka. Mereka menghalalkan segala cara untuk meraih ambisi mereka.
Mereka tidak saja menggunakan uang mereka tetapi juga para wanita mereka
untuk membeli pengaruh, khususnya terhadap mereka yang mau menulis
biografi asli dari Keluarga Yahudi ini. Mereka menyewa penulis bayaran
untuk merekayasa biografi mereka, yang sekaligus menyembunyikan
keturunan siapa mereka sebenarnya, dengan mengaitkan mereka dengan
kabilah-kabilah Arab terkenal seperti Rabi’a, Anza dan Al-Masalikh.
Sebagai contoh rekayasa penulis bayaran ditahun 1362 H atau 1943-an
misalnya seperti Muhammad Amin Al-Tamimi, Direktur Perpustakaan
Kerajaaan Saudi, membuatkan silsilah yang menyambung kepada Nabi Besar
Kita Muhammad Rasulullah saw. Untuk itu ia mendapat hadiah 35.000 Pound
Mesir dari Duta Besar Saudi untuk Mesir yang waktu itu dijabat oleh
Ibrahim Al-Fadil.
Dalam Buku Sejarah Keluarga Saudi halaman 98 – 101 penulis sejarah
bayaran mereka menyatakan bahwa Dinasti Saudi menganggap seluruh
penduduk Najd adalah kafir dan karenanya wajib dibunuh, hartanya
dirampas, dan para wanitanya dijadikan budak. Tidak ada seorang
muslim/muslimah pun yang keyakinannya murni kecuali mereka mengikuti
paham Muhammad bin Abdul Wahab. Doktrinnya memberi kekuasaan kepada
Keluarga Saudi untuk menghancurkan kota-kota, desa-desa, perkampungan
beserta seluruh isinya, membunuh para lelaki dan anak-anak, memperkosa
para wanitanya, merobek perut para wanita yang sedang hamil dan kemudian
memotong tangan anak-anak mereka lalu membakar mereka. Doktrin
brutalnya juga memberi kekuasaan kepada Keluarga Saudi untuk merampas
dan menguasai seluruh harta benda dan kekayaan penduduk yang mereka
anggap sesat (yaitu mereka yang tidak mengikuti paham Wahabi).
Keturunan Saud (sekarang dikenal dengan Keluarga Saudi)
mengkampanyekan pembunuhan terhadap para pemimpin kabilah-kabilah Arab
dengan menuduhnya sebagai kaum kafir dan musyrik.
Keluarga Saudi yang sejatinya adalah Keluarga Yahudi ini benar-benar
telah melakukan segala macam perbuatan keji atas nama ajaran sesat
mereka yaitu Wahabisme, dan benar-benar telah menimbulkan teror dihati
para penduduk kota-kota dan desa-desa sejak tahun 1163 H. Mereka
menamakan seluruh jazirah Arab yakni Negeri Rasulullah saw dengan nama
keluarga mereka yaitu Saudi Arabia seakan seluruh kawasan di jazirah
Arab adalah milik pribadi keluarga mereka, dan seluruh penduduk lainnya
dianggap sebagai para pelayan dan budak mereka yang harus bekerja keras
untuk kesenangan majikan mereka yakni Keluarga Saudi.
Mereka benar-benar menguasai seluruh kekayaan alam sebagai milik
pribadi mereka dan bila ada orang yang memprotes kelakuan Dinasti Yahudi
ini maka orang tersebut akan dipancung didepan umum. Pernah salah
seorang putri mereka pergi ke Florida, Amerika Serikat, dengan segala
kebesarannya menyewa 90 (sembilan puluh) Suite Rooms di Grand Hotel
dengan harga sewa US$ 1 juta per malam. Tidak ada yang berani memprotes
kemewahan dan pemborosan ini karena takut akan dipancung didepan umum.
Kesaksian atas Darah Yahudi dari Keluarga Saudi.
Pada tahun 1960, Radio Sawt Al Arab di Kairo Mesir dan Radio Yaman di
Sana’a mengkonfirmasikan kebenaran Darah Yahudi dari Keluarga Saudi.
Raja Faisal Al-Saud waktu itu tidak bisa menolak kenyataan Darah
Yahudi dari Keluarga Saudi ketika dia menyatakan kepada Washington Post
pada 17 September 1969 dengan berkata: ”Kami, Keluarga Saudi adalah
saudara sepupu (cousins) Yahudi. Kami sama sekali tidak setuju kepada
sebarang Pemerintah Negara Arab atau Pemerintah Negara Muslim yang
menunjukkan kebencian kepada Yahudi, tetapi kita harus hidup
berdampingan secara damai dengan mereka. Negara kami (Arabia) adalah
asal muasal darimana orang Yahudi pertama muncul, dan kemudian
keturunannya menyebar keseluruh penjuru dunia”. Demikianlah deklarasi
Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz.
Hafiz Wahbi, Penasehat Kerajaan Saudi, menyebutkan dalam bukunya yang
berjudul ”Peninsula of Arabia” bahwa Raja Abdul Aziz Al Saud yang
meninggal tahun 1953 telah berkata: ”Pesan kami (Pesan Saudi) kepada
seluruh kabilah Arab yang menentang kami: Kakek saya, Saud Awal, pernah
menawan sejumlah Sheikh dari Kabilah Mathir dan ketika serombongan orang
dari kabilah yang sama datang menuntut pembebasan mereka, Saud Awal
memerintahkan kepada para pengawalnya untuk memenggal kepala semua
tawanan itu, kemudian, dia ingin menghinakan para penuntut itu dengan
mengundang mereka untuk memakan daging korbannya yang sudah dimasak
sementara potongan kepalanya ditaruh di atas nampan. Para penuntut itu
sangat terkejut dan menolak untuk memakan daging keluarganya sendiri;
dan karena penolakannya itu, dia memerintahkan kepada para pengawalnya
untuk memenggal kepala mereka juga”.
Hafiz Wahbi mengatakan lebih jauh bahwa maksud Raja Abdul Aziz Al
Saud menceritakan kisah berdarah itu agar delegasi dari Kabilah Mathir
yang saat itu sedang datang untuk menuntut pembebasan pemimpin mereka
saat itu, yakni Sheikh Faisal Al Darwish, untuk tidak meneruskan niat
mereka. Karena bila tidak mereka akan mengalami nasib yang sama. Dia
membunuh Sheikh itu dan menggunakan darahnya untuk wudhu tepat sebelum
ia melakukan sholat (sesuai dengan fatwa sesat paham Wahabi).
Kesalahan Sheikh Faisal Al Darwish saat itu adalah karena dia
mengkritik Raja Abdul Aziz Al Saud yang telah menandatangani dokumen
yang disiapkan pemerintah Inggris sebagai sebuah Deklarasi untuk
memberikan Palestina kepada Yahudi. Penandatanganan itu dilakukan di
sebuah konferensi yang diselenggarakan di Al Aqeer pada tahun 1922.
Begitulah dan hal itu berlanjut terus sampai sekarang dalam sistem
kekuasaan rezim Keluarga Saudi atau tepatnya Keluarga Yahudi ini. Semua
tujuannya adalah: menguasai semua kekayaan dan keberkahan negeri
Rasulullah saw; dengan cara merampok dan segala macam perbuatan keji
lainnya, penyesatan, pengkafiran, mengeksekusi semua yang menentangnya
dengan tuduhan kafir dan musyrik yang semuanya itu didasarkan atas
doktrin paham wahabi.