Iran Akan Sebarkan Al-Quran Universal Menangkal Makar Wahabi.
==========
Republik Islam Iran akan merilis al-Quran universal dan menyebarkannya ke seluruh dunia dalam rangka membuktikan persamaan al-Quran semua mazhab dalam Islam baik Sunni maupun Syiah.
FNA melaporkan, al-Quran cetakan Iran itu akan segera dirilis untuk menjawab makar kelompok Wahabi yang mengklaim bahwa al-Quran Syiah berbeda dengan kitab suci yang diyakini kaum Sunni.
Diperkirakan gaya tulisan yang akan digunakan dalam al-Quran tersebut adalah Utsman Taha, dan sampulnya akan didesain khusus sehingga dapat dikenali dengan mudah bahwa al-Quran ini adalah cetakan Iran.
Program pencetakan al-Quran universal ini untuk menekankan pada sisi persamaan seluruh mazhab dalam Islam.
Hujjatul Islam Hamid Mohammadi, deputi urusan al-Quran dan Ahlul Bait as di Kementerian Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran mengatakan, pembahasan masalah gaya tulisan, desain sampul dan lain-lain terkait al-Quran universal ini akan rampung pekan ini.
Kelompok Wahabi berupaya menebar perpecahan dan fitnah dalam umat Islam dengan mengklaim bahwa al-Quran yang dibaca oleh orang-orang Syiah berbeda dengan al-Quran yang sebenarnya. Melalui program pencetakan al-Quran universal ini, pemerintah Iran akan mengakhiri makar Wahabi itu selamanya.
Buku Ayatullah Golpeygani Menjawab Syubhah Wahabi Dirilis.
Sabtu, 2012 Desember 01 21:21
Ayatullah Lutfullah Safi Golpeygani menjawab syubhah yang dilontarkan
kelompok Wahabi dengan mengemukakan fakta-fakta yang diterima baik
Syiah dan Sunni, dalam sebuah buku berjudul “Serat-e Mostaqim“.
IRNA melaporkan, Serat-e Mustaqim menjawab berbagai syubhah
yang dikemukakan kaum Wahabi dalam berbagai buku, makalah dan artikel
di internet, serta di berbagai televisi Wahabi dalam beberapa tahun
terakhir.
Ayatullah Golpeygani menulis buku tersebut setelah banyak pihak yang meminta jawaban dari berbagai syubhah dari kaum Wahabi.
Buku tersebut menjawab seluruh syubhah dan pertanyaan yang dikemukakan Wahabi, yang sebelumnya—dan berulangkali—telah dijawab oleh para ulama Syiah dengan berdasarkan pada al-Quran, sunnah, logika, dan sejarah.
Buku Sirat-e Mostaqim Ayatullah Golpeygani ini dapat menjadi sumber bagi para peneliti, mubaligh, dan bimbingan bagi orang yang menghadapi syubhah dari kaum Wahabi.
Seorang peneliti Iran Ali Revaqi menemukan kitab tersebut di Perpustakaan Pusat Astan Quds Razavi di kota Masyhad.
Revaqi, yang telah melakukan penelitian ekstensif Quran Persia, menemukan kitab abad ke-10 di antara ribuan naskah Al-Quran disimpan di perpustakaan, menurut kantor berita Iran IRNA
Quran tersebut diterbitkan dalam dua volume berisi teks asli bahasa Arab dan ditulis pula dalam skrip Kufic disertai dengan terjemahan Persia.
Sebagai halaman pertama dan terakhir dari buku yang hilang, identitas penerjemah tidak dapat ditentukan.
Di Pusat Perpustakaan Astan Quds Razavi tardapat 80.000 naskah dan ribuan buku litografi kuno, dari sekitar 16.000 diantaranya adalah naskah Alquran.
Sepuluh dari naskah-naskah Al-Quran tersebut berisi tulisan tangan dari Imam Syiah, Imam Ali (SAW), Imam Husain (SAW), Imam Hassan (SAW), Imam Sajjad (SAW), Imam Reza (saw) dan Imam Kazem (saw).
Lebih dari 340 orang Iran dan 15 penerbit internasional menawarkan produk-produk mereka pada tahun ini di Pameran Quran, dan lebih dari 90 perusahaan sedang melakukan presentasi perangkat lunak Alquran.
Pada pameran tahun ini juga diadakan pertunjukan teater, pameran foto dan resital puisi di sela-sela acara sekaliber internasional tersebut.
Pengunjung juga dapat menikmati melihat langit pada malam hari di atas kota Teheran menggunakan beberapa teleskop didirikan di situs tersebut.
Pameran Manuskrip Qur’an Yang Berhubungan Dengan Para Imam as Dalam Kompetisi Internasional Al-Qur’an.
Para Ulama Sunni dan Syiah sepakat bahwa Imam ‘Ali adalah orang yang
pertama kali membukukan Al-Qur’an berdasarkan turunnya wahyu untuk yang
pertama kalinya. Banyak hadits sunni dan syiah yang menerangkan bahwa
sepeninggal Nabi Muhammad Saaw, Imam ‘Ali bersumpah bahwa ia tidak akan
keluar dari rumahnya sampai ia menyelesaikan pembukuan tersebut.
Referensi Sunni :
– Fat’hul Bari fi Sharh Sahih al-Bukhari, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 10, hal 386
– al-fihrist, oleh (Ibn) an-Nadim, hal 30
– al-Itqan, oleh al-Suyuti, vol 1, hal 165
– al-Masahif, oleh Ibn Abi Dawud, hal 10
– Hilyatul awliya’, oleh Abu Nu’aym, vol 1, hal 67
– al-Sahibi, oleh Ibn Faris, hal 79
– ‘Umdatul Qari, oleh al-Ayni, vol 20, hal 16
– Kanzul Ummal, oleh al-Muttaqi al-Hindi, vol 15, hal 112-113
– al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab. 9, bagian 4, hal 197
– Ma’rifat al-Qurra’ al-kibar, oleh al-Dhahabi, vol 1, hal 31
Dalam hadits syiah juga diterangkan bahwa Nabi Muhammad lah yang memerintahkan Imam ‘Ali untuk melakukan pembukuan tersebut. (Al-Bihar vol 92 hal 40-41, 48, 51-52).
Adapun keunikan dari Al-Qur’an yang disusun Imam ‘Ali adalah :
A. Dikumpulkan berdasarkan turunnya wahyu, hal inilah yang membuat Muhammad ibn Siren (seorang tabi’i, ulama terkemuka) merasa menyayangkan bahwa Al-Qur’an tsb kini tidak berada di tangan umat muslim “Jika transkip Al-Qur’an itu berada di tangan kita, tentunya banyak pengetahuan yang dapat kita petik”.
Referensi Sunni :
– at-Tabaqat, oleh Ibn Sa’d, vol 2, bag 2, hal 101
– Ansab al-ashraf, oleh al-Baladhuri, vol 1, hal 587
– al-Istiab, oleh Ibn Abd al-Barr, vol 3, hal 973-974
– Sharh Ibn Abi al-Hadid, vol 6, hal 40-41
– al-Tas’hil, oleh Ibn Juzzi al-Kalbi, vol 1, hal 4
– al-Itqan, oleh al-Suyuti, vol 1, hal 166
– al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab. 9, bagian 4, hal 197
– Ma’rifat al-Qurra’ al-kibar, oleh al-Dhahabi, vol 1, hal 32
Berdasarkan transkip tersebut mayoritas ulama sunni menyatakan bahwa surat yang pertama kali turun adalah surat al-iqra/al-alaq (QS 96).
Referensi Sunni:
– al-Burhan, oleh al-Zarkashi, vol 1, hal 259
– al-Itqan, oleh al-Suyuti, vol 1, hal 202
– Fathul Bari, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 10, hal 417
– Irshad al-sari, oleh al-Qastalani, vol 7, hal 454
Sedangkan pada kenyataannya surat Al-Alaq justru bukan terletak dibagian awal Al-Quran, tapi justru hampir di akhirnya. Mayoritas muslim juga sepakat bahwa ayat 5:3 merupakan salah satu dari ayat-ayat yang terakhir kali diturunkan (tapi bukan yang terakhir). Tapi pada kenyataannya tidak terletak pada bagian akhir Al-Qur’an.
Hal ini membuktikan bahwa meskipun Al-Quran yang saat ini kita gunakan benar-benar lengkap, namun susunannya tidak sesuai dgn yang semestinya.
Oleh sebab itulah wajar kiranya jika Imam ‘Ali mengatakan : “Tanyakan lah kepadaku sebelum kalian kehilanganku. Demi Allah, jika kalian bertanya tentang apa pun yang terjadi sampai hari pengadilan, aku akan menjawabnya. Tanyalah aku, Demi Allah, kalian tak akan mengetahui apapun sebelum aku mengatakannya kepadamu. Tanyakan kepadaku tentang kitab Allah,Demi Allah sebab tidak ada satu pun ayat yang tidak aku ketahui, baik ketika diturunkan pada siang atau malam hari, baik di gurun maupun di pegunungan.”.
Referensi Sunni :
– al-Riyadh al-Nadhirah, oleh al-Muhib al-Tabari, vol 2, hal 198
– at-Tabaqat, oleh Ibn Sa’d, vol 2, bag 2, hal 101
– al-Isabah, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 4, hal 568
– Tahdhib al-Tahdhib, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 7, hal 337-338
– Fathul Bari, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 8, hal 485
– al-Istiab, oleh Ibn Abd al-Barr, vol 3, hal 1107
– Tarikh al-Khulafa, oleh al-Suyuti, hal 124
– al-Itqan, by al-Suyuti, vol 2, hal 319
B. Dalam transkip Al-quran ini didalamnya terdapat tafsir dan ta’wil yang langsung ditafsirkan serta di ta’wilkan oleh Nabi Muhammad Saaw, tapi bukan pada bagian ayat-ayat Al-Quran nya.
C. Dalam transkip ini juga terdapat nama-nama orang, lokasi, serta peristiwa yang menyebabkan suatu ayat diturunkan atau bisa dikatakan asba al-nuzul-nya.
Referensi Sunni :
– Hilyatul Awliyaa, oleh Abu Nu’aym, vol 1, hal 67-68
– at-Tabaqat, oleh Ibn Sa’d, vol 2, bag 2, hal 101
– Kanzul Ummal, oleh al-Muttaqi al-Hindi, vol 15, hal 113
– al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab. 9, Sub-Bab 4, hal 197
Dari keterangan diatas terutama dari ucapan Muhammad ibn Siren dapat disimpulkan bahwa Mushaf Imam ‘Ali bukan hilang beberapa lembar, tapi semuanya. Tapi itu hanya pendapat saya saja, mungkin ada yang mau tambahin atau koreksi.
“… mereka bertanya kepada Rasulullah s.a.w: “Siapakah mereka yang
jika kami berpaling, kami akan digantikan dan mereka tidak akan jadi
seperti kami?” jawab Rasulullah sambil menepuk tangannya ke bahu Salman
al-Farisi, sambil bersabda: “dia dan kaumnya, sekiranya ad-Din terletak
di bintang Suria nescaya akan dicapai oleh pemuda-pemuda daripada
kalangan bangsa Parsi” (Tafsir Ibnu Kathir).
Yang dimaksud dengan mushaf Imam Ali As adalah naskah al-Qur’an yang dikumpulkan dan disusun oleh Imam Ali As pasca wafatnya Rasulullah Saw.Mushaf ini memiliki beberapa tipologi tertentu seperti susunan tepat ayat-ayat dan surah-surah berdasarkan nuzul (pewahyuan), sesuai dengan bacaan Rasulullah Saw (yang merupakan bacaan paling orisional) yang mencakup tanzil, ta’wil dan lain sebagainya.
Beberapa tipologi ini tidak dapat ditemukan pada mushaf-mushaf lainnya. Inti keberadaan mushaf seperti ini telah ditetapkan; misalnya pada kitab al-Thabaqât al-Kubrâ, Muhammad bin Sa’ad (w 230 H); Fadhâil al-Qur’ân, Ibnu Dhurais (w 294 H); Kitâb al-Mashâhif, Ibnu Abi Daud (w 316 H); Kitâb al-Fahrast, Ibnu Nadim yang mengutip dari Ahmad bin Ja’far Munadi yang lebih dikenal sebagai Ibnu Munadi; al-Mashâhif, Ibnu Asytah (w 360 H); Hilyât al-Auliyah wa Thabaqât al-Ashfiyah, Abi Nu’aim al-Isfahani (w 430 H);Al-Isti’âb fi Ma’rifat al-Ashhâb, bahkan volume literatur Ahlusunnah dan berita-berita tentang masalah ini lebih banyak dari literatur-literatur Syiah sendiri.
Jawaban :
Pandangan Islam Terhadap Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan rujukan pertama dalam memahami Islam. Keimanan kepada al-Qur’an merupakan salah satu rukun dari rukun iman yang enam. Syi’ah imamiyah meyakini seyakin-yakinnya bahwa Al-Qur’an Al-Karim adalah Kalamullah yang terpelihara dari perubahan, penambahan atau pengurangan. Karena, Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Qs. Al-Hijr 9).
Ayat ini adalah jaminan dari Allah sendiri, bahwa kitab suci-Nya tidak akan mengalami pengurangan atau penambahan atau pun perubahan. Sebab, Allah sendiri-lah yang akan langsung menjaganya. Allah juga berfirman:
“Dan Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang padanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji” (Qs. Fushshilat 41-42).
Allah telah menegaskan bahwa kitab suci-Nya Al-Qur’an ini diturunkan dengan persaksian dan keilmuan Allah.
Mushaf Fatimah di susun oleh Imam Ali As disaat beliau dalam kesendirian pasca Kebanyakan penduduk madinah meninggalkan beliau.
Sebagian muslimin menuduh bahwa Mushaf Fathimah Az-Zahra as adalah Quran orang-orang Syiah yang ada di tangan Imam Mahdi af yang akan disodorkan ketika dia muncul. Dan sebagian memberatkan wujudnya Mushaf itu.
Pertanyaannya adalah mengapa sebagian muslimin begitu benci dan menaruh dendam terhadap Syiah dan menuduh bahwa orang-orang Syiah memiliki al-Quran tersendiri selain yang ada di tangan orang non Syiah? Bahkan sampai saat ini senantiasa ada orang-orang dengki yang mengkritik secara tidak obyektif hanya ingin menjatuhkan dan mencari kelemahan saja tanpa ada niat ingin mencari kebenaran?
Jawabannya adalah:
1. Selain mereka tidak merujuk ke sumber-sumber hadis Syiah, mereka hanya termakan oleh hasutan musuh-musuh Syiah.
2. Mereka tidak mau menerima bahwa orang-orang Syiah meyakini bahwa Fathimah as; putri Nabi Muhammad saw memiliki sebuah Mushaf.
3. Kebencian dan kekerasan hati mereka terhadap ajaran Syiah yang disampaikan oleh para Imam Maksum as dan tidak mau orang lain memiliki keyakinan seperti apalagi dirinya.
4. Mereka berpikir bahwa Mushaf adalah kumpulan al-Quran sebagaimana istilah yang diterapkan pada zaman Rasulullah saw bahwa Mushaf adalah kumpulan-kumpulan tulisan al-Quran, padahal pada zaman itu Mushaf secara bahasa adalah kumpulan-kumpulan lembaran yang sudah dijilid dalam bentuk sebuah buku.
Jadi Mushaf bukan hanya kumpulan tulisan al-Quran saja, tetapi mencakup juga kumpulan-kumpulan tulisan selain al-Quran. Oleh karena itu Mushaf Fathimah adalah kumpulan-kumpulan tulisan yang isinya adalah pembicaraan malaikat Jibril kepada Sayyidah Fathimah sepeninggal Ayahnya saw. Walaupun sampai saat ini al-Quran itu sendiri juga dikenal dengan istilah “Mushaf Syarif”.
Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.
Hadis ini menjelaskan bahwa Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali al-Quran dan tidak satu kata pun, namun dari sisi kandungan dan topik, kendati satu kata pun dari dhahirnya al-Quran tidak tampak di sana.
Boleh jadi orang-orang yang dengki akan menyanggah bahwa banyak hadis-hadis tentang “al-Quran mencakup semua hukum, dan kejadian-kejadian sekarang dan yang akan datang”, lalu apa Mushaf Fathimah itu dan bagaimana memahami hadis berikut ini?:
Allamah Majlisi menjelaskan: “Iya memang al-Quran demikian, tetapi Mushaf adalah makna dan bacaan yang tidak kita pahami dari al-Quran, bukan tulisan lahiriahnya yang kita pahami dari al-Quran. Oleh karena itu apa yang anda maksud adalah lafadh dhahrinya al-Quran, dan itu tidak ada dalam Mushaf Fathimah.
Untuk mengetahui lebih dalam, apa sebenarnya Mushaf Fathimah? Sejak kapan ia ada? Ia mencakup pembahasan apa saja? Sekarang ada di mana dan di tangan siapa? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini. Mungkin bisa membuka wawasan sebagian kita yang belum banyak mengetahuinya.
Sayyidah Fathimah As bergelar Al Muhaddatsah.
Imam Shadiq mengenai sebab penamaan Fathimah Az-Zahra As dengan nama Muhaddatsah berkata:
“Fathimah as disebut Muhaddatsah karena malaikat Jibril senantiasa turun dan menyampaikan kabar kepadanya sebagaimana menyampaikan kabar kepada Maryam as; putri Imran”.
Malaikat Jibril berkata kepada Fathimah as sebagaimana berkata kepada Maryam; dalam ayat 42 dan 43 surat Maryam. Berhubung lawan bicaranya Sayyidah Fathimah, maka Jibril berkata demikian: “Hai Fathimah! Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. Hai Fathimah! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.
Suatu malam, Sayyidah Fathimah berbincang-bincang dengan para malaikat dan berkata:
“Bukankah Maryam (juga bergelar Sayyidatunissa lil alamin – dizamannya); putri Imran, wanita yang paling utama di antara wanita-wanita di alam?
Para malaikat menjawab: “Maryam adalah wanita yang paling utama di zamannya, tetapi Allah menetapkanmu sebagai wanita yang paling utama di zamanmu dan zamannya Maryam dan kamu adalah penghulu semua wanita yang pertama sampai yang terakhir”.
Para malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Antara lain:
1. Maryam; ibu Nabi Isa as.
2. Istri Imran; ibu Nabi Musa
3. Sarah; ibu Nabi Ishaq as.
4. Sayyidah Fathimah as.
Ketika Rasulullah Saww sakit di atas tempat tidur. Ada orang laki-laki asing mengetuk pintu. Sayyidah Fathimah as bertanya: “Siapa?”. Ia menjawab: “Aku orang asing, punya pertanyaan kepada Rasulullah, anda mengizinkan saya untuk masuk?”.
Sayyidah Fathimah As menjawab: “Kembalilah, semoga Allah merahmatimu. Rasulullah tidak enak badan”. Ia pergi kemudian kembali lagi dan mengetuk pintu dan berkata: “Ada orang asing yang minta izin kepada Rasulullah, bolehkah dia masuk?”. Pada saat itu Rasulullah Saww bangun dan berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah! Tahukah kamu siapa dia?”. Tidak ya Rasulullah!. Beliau bersabda: “Ia adalah orang yang membubarkan perkumpulan, menghapus kelezatan duniawi, ia adalah malaikat maut! Demi Allah sebelum aku ia tidak pernah meminta izin dari seorang pun dan sepeninggalku ia tidak akan meminta izin dari seorang pun, karena kehormatan dan kemuliaan yang aku miliki di sisi Allah, ia meminta izin dariku, maka izinkanlah dia masuk!”
Sayyidah Fathimah berkata: “Masuklah, semoga Allah merahmatimu!”. Masuklah malaikat maut bagaikan angin semilir seraya berkata: “Assalamu ala Ahli Baiti Rasulillah!”.
Munculnya Mushaf Fathimah.
Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.
Imam menjelaskan kandungannya:
1. Tentang kabar-kabar sekarang dan kabar yang akan datang sampai hari kiamat.
2. Tentang kabar langit dan nama-nama malaikat langit.
3. Jumlah dan nama orang-orang yang diciptakan Allah swt.
4. Nama-nama utusan Allah dan nama-nama orang yang mendustakan Allah.
5. Nama-nama seluruh orang mukmin dan orang kafir dari awal sampai akhir penciptaan.
6. Nama-nama kota dari barat sampai timur dunia.
7. Jumlah orang-orang mukmin dan kafir setiap kota.
8. Ciri-ciri orang-orang pendusta.
9. Ciri-ciri umat terdahulu dan sejarah kehidupan mereka.
10. Jumlah orang-orang zalim yang berkuasa dan masa kekuasaannya.
11. Nama-nama pemimpin dan sifat-sifat mereka, satu persatu yang berkuasa di bumi, dan keterangan pembesar-pembesar mereka, serta siapa saja yang akan muncul di masa yang akan datang.
12. Ciri-ciri penghuni surga dan jumlah orang yang akan masuk surga.
13. Ciri-ciri penghuni neraka dan nama-nama mereka.
14. Pengetahuan al-Quran, Taurat, Injil, Zabur sebagaimana yang diturunkan dan jumlah pohon-pohon di seluruh daerah.
Mushaf Fathimah ada di tangan Imam Maksum as dan silih berganti sampai sekarang ada di tangan Imam Mahdi af.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as tentang siapakah yang memegang mushaf tersebut sepeninggal Sayyidah Fathimah. Imam Baqir menjawab: “Sayyidah Fathimah secara langsung menyerahkannya kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam Zaman af. [Disadur dari Judul Asli Mengenal Mushaf Sayyidah Fathimah Az-Zahra as] ->[ Emi Nur Hayati Ma’sum Said - Al Shia ].
Maraji :
* Makalah ini disarikan secara bebas dari makalah Mushaf Fathimah Menurut Pandangan Para Imam Maksum as, Muhammad Hasan Amani.
* Lisan Arab, jilid 10 kata Shahafa. Mufradat Raghib.
* Ringkasan hadis, Usul Kafi, jilid 1, hal 239. Bashair ad-Darajat, hal 151. Bihar al-Anwar, jilid 26, hal 28.
* Bihar Al-Anwar, jilid 26, hal 40.
* Awalim Al-ulum wa al-Ma’arif wa al-Ahwal, Allamah Bahani, hal 36
* Ibid.
* Manaqib Ibnu Shahr Ashub, jilid 3, hal 336. penerbit Intisyarat Allamah.
* Lihat: Usul Kafi, jilid 1, hal 240. Bashair ad-Darajat, hal 157. Musnad Fathimah Az-Zahra, hal 282. Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 80. jilid 26, hal 44-46 dan 48. jilid 47, hal 271.
* Musnad Fathimah, rangkuman hal 290-291.
* Ibid, hal 292.
Mushaf Fatimah ???
Sesungguhnya banyak orang yang tidak benar benar mengenal Syiah kecuali mereka hanya membebek ulama mereka.
Sementara banyak juga yang sangat bangga dengan doktrin Mushaf Fatimah adalah Quran orang Syiah.
Satu satunya sebab mengapa mereka akhirnya terjerumus lebih dalam kepelosok kebodohan adalah karena mereka dengan berani mengikuti ulama ulama puritan yang ‘sangat berani’ mengubah ubah Hadith Hadith Rasulullah Saww.
Sehingga besar kemungkinan mereka bukanlah pemerhati atau pun mewakili Kaum Syiah kecuali hanya menjadi perpanjangan tangan kaum takhfiri saja.
Inilah Hadith yang menjadi ‘alat’ kaum takhfiri dalam memfitnah Syiah, dengan memotong di kalimat belakang (un bold)
Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.
Mushaf Fatimah di susun oleh Imam Ali As disaat beliau dalam kesendirian pasca Kebanyakan penduduk madinah meninggalkan beliau.
Sebagian muslimin menuduh bahwa Mushaf Fathimah Az-Zahra as adalah Quran orang-orang Syiah yang ada di tangan Imam Mahdi af yang akan disodorkan ketika dia muncul. Dan sebagian memberatkan wujudnya Mushaf itu.
Pertanyaannya adalah mengapa sebagian muslimin begitu benci dan menaruh dendam terhadap Syiah dan menuduh bahwa orang-orang Syiah memiliki al-Quran tersendiri selain yang ada di tangan orang non Syiah? Bahkan sampai saat ini senantiasa ada orang-orang dengki yang mengkritik secara tidak obyektif hanya ingin menjatuhkan dan mencari kelemahan saja tanpa ada niat ingin mencari kebenaran? Jawabannya adalah:
Hadis ini menjelaskan bahwa Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali al-Quran , adapun kalimat : “”Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya”” bermakna metafora atau kiasan yang bermakna “”kumpulan tulisan Sayyidah Fathimah, sepeninggalnya secara langsung diserahkan kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam Mahdi.. Adapun Al Quran Syi’ah sama persis dengan Al Quran Sunni””
Boleh jadi orang-orang yang dengki akan menyanggah bahwa banyak hadis-hadis tentang “al-Quran mencakup semua hukum, dan kejadian-kejadian sekarang dan yang akan datang”, lalu apa Mushaf Fathimah itu dan bagaimana memahami hadis berikut ini?:
Allamah Majlisi menjelaskan: “Iya memang al-Quran demikian, tetapi Mushaf adalah makna dan bacaan yang tidak kita pahami dari al-Quran, bukan tulisan lahiriahnya yang kita pahami dari al-Quran. Oleh karena itu apa yang anda maksud adalah lafadh dhahrinya al-Quran, dan itu tidak ada dalam Mushaf Fathimah.
Untuk mengetahui lebih dalam, apa sebenarnya Mushaf Fathimah? Sejak kapan ia ada? Ia mencakup pembahasan apa saja? Sekarang ada di mana dan di tangan siapa? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini. Mungkin bisa membuka wawasan sebagian kita yang belum banyak mengetahuinya.
Sayyidah Fathimah As bergelar Al Muhaddatsah.
Imam Shadiq mengenai sebab penamaan Fathimah Az-Zahra As dengan nama Muhaddatsah berkata: “Fathimah as disebut Muhaddatsah karena malaikat Jibril senantiasa turun dan menyampaikan kabar kepadanya sebagaimana menyampaikan kabar kepada Maryam as; putri Imran”.
Malaikat Jibril berkata kepada Fathimah as sebagaimana berkata kepada Maryam; dalam ayat 42 dan 43 surat Maryam. Berhubung lawan bicaranya Sayyidah Fathimah, maka Jibril berkata demikian: “Hai Fathimah! Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. Hai Fathimah! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.
Suatu malam, Sayyidah Fathimah berbincang-bincang dengan para malaikat dan berkata:“Bukankah Maryam (juga bergelar Sayyidatunissa lil alamin – dizamannya); putri Imran, wanita yang paling utama di antara wanita-wanita di alam?
Para malaikat menjawab: “Maryam adalah wanita yang paling utama di zamannya, tetapi Allah menetapkanmu sebagai wanita yang paling utama di zamanmu dan zamannya Maryam dan kamu adalah penghulu semua wanita yang pertama sampai yang terakhir”.
Para malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Antara lain:
1. Maryam; ibu Nabi Isa as.
2. Istri Imran; ibu Nabi Musa
3. Sarah; ibu Nabi Ishaq as.
4. Sayyidah Fathimah as.
Ketika Rasulullah Saww sakit di atas tempat tidur. Ada orang laki-laki asing mengetuk pintu. Sayyidah Fathimah as bertanya: “Siapa?”. Ia menjawab: “Aku orang asing, punya pertanyaan kepada Rasulullah, anda mengizinkan saya untuk masuk?”.
Sayyidah Fathimah As menjawab: “Kembalilah, semoga Allah merahmatimu. Rasulullah tidak enak badan”. Ia pergi kemudian kembali lagi dan mengetuk pintu dan berkata: “Ada orang asing yang minta izin kepada Rasulullah, bolehkah dia masuk?”. Pada saat itu Rasulullah Saww bangun dan berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah! Tahukah kamu siapa dia?”. Tidak ya Rasulullah!. Beliau bersabda: “Ia adalah orang yang membubarkan perkumpulan, menghapus kelezatan duniawi, ia adalah malaikat maut! Demi Allah sebelum aku ia tidak pernah meminta izin dari seorang pun dan sepeninggalku ia tidak akan meminta izin dari seorang pun, karena kehormatan dan kemuliaan yang aku miliki di sisi Allah, ia meminta izin dariku, maka izinkanlah dia masuk!”
Sayyidah Fathimah berkata: “Masuklah, semoga Allah merahmatimu!”. Masuklah malaikat maut bagaikan angin semilir seraya berkata: “Assalamu ala Ahli Baiti Rasulillah!”.
Munculnya Mushaf Fathimah.
Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.
Imam menjelaskan kandungannya:
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as tentang siapakah yang memegang mushaf tersebut sepeninggal Sayyidah Fathimah. Imam Baqir menjawab: “Sayyidah Fathimah secara langsung menyerahkannya kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam Zaman af. [Disadur dari Judul Asli Mengenal Mushaf Sayyidah Fathimah Az-Zahra as]->[Emi Nur Hayati Ma’sum Said - Al Shia].
Maraji :
* Makalah ini disarikan secara bebas dari makalah Mushaf Fathimah Menurut Pandangan Para Imam Maksum as, Muhammad Hasan Amani.
Dengan kondisi tubuh yang lemah dan terluka Putri Cahaya terbaring lemah di pembaringan di temani Sang Suami Tercinta, 2 pemuda suci buah Hati Kesayangan Nabi Suci SAWW dan para Putri putri Suci Imam Ali As.
Lepas seminggu lalu Beliau AS menemui “sang Khalifah Musyawarah” di masjid Madinah dan mengingatkan kembali kepadanya bahwa Hak Keluarga Muhammad (SAWW) harus di kembalikan kepada Pemiliknya.
Kala itu beliau menyampaikan sebuah Khutbah Panjang yang amat Indah dan menyentuh nurani..
Khutbah yang tak urung membuat hadirin dan sang khalifah Saqifah tersedu-sedu.
Namun ternyata bisikan Raja Laknatullah telah mempengaruhinya hingga tak membuat nya berkenan mengembalikan Hak Keluarga Nabi Kepada Pemiliknya..Al Mardhiyyah pun kembali ke rumah dengan jiwa terluka…
dengan Perasaan kecewa haqnya telah dirampas.
Hal yang justru membuat keadaan Beliau semakin lemah..
Beban yang tidak layak dibayangkan namun nyata dialami Sang Putri Cahaya AS..Sudah beberapa hari ini beliau tidak siuman karena menanggung luka dan kerinduan membuncah pada Ayahanda Tercinta Saww..
Kehadiran Jibril yang kerap mengunjunginya dan menyampaikan salam dari Manusia Agung SAWW sedikit menjadi penghibur lara walau tak mengobatinya.
Lepas dari siumannya datanglah 2 orang yang telah menyakiti beliau seraya ingin memperoleh maaf dan ridho atas perlakuan mereka kepada Putri Cahaya As, karena mereka ingat dan faham Pesan Suci Nabi bahwa ‘ siapa yang menyakiti Fatimah ia menyakitiku…’ (bukhari) .
Namun sayang, kehadiran mereka telah terlambat, Kehadiran mereka tidak lagi membuat segalanya akan baik. Singkat cerita, mereka pun akhirnya diterima Sang Bidadari -setelah Imam Ali As membantu membujuk istrinya tuk menerima mereka-
Dihadapan Az Zahra As mereka menyampaikan permohonan maaf dan memohon keridhoan atas tindakan mereka. Dengan Wajah berpaling dan sepanjang pertemuan Beliau tidak memandang mereka, Al Radhiyyah berkata bahwa saat ia kembali kepada Tuhan akan diadukannya segala perbuatan Mereka kepada Ayahanda Tercinta SAWW dan agar ALLAH menurunkan segala keburukan pada mereka.
Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan Rasulullah Saww, Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan ALLAH..
Mereka pun kembali dengan hati hancur dan harapan sia sia, Demi ALLAH, Mereka tidak mendapat Ridho Fatimah…..
Lepas Hari itu Beliau menyampaikan sebuah wasiat kepada Suami Tercinta, Saudara Rasul, Jawara Langit, Singa ALLAH, Pelindung Nabi ALLAH, Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib AS…
Dihadapan suami dan para Putra Mulia AS, serta disaksikan airmata Suci washi Nabi, Belahan jiwa… Cahaya Nabi menyampaikan wasiat sucinya.
“Hai Abu Hasan, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu,
Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu”
Imam Ali as menjawab: “Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang kau perintahkan padaku,
Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku”
Sayyidah Fatimah as mulai berkata: “Abu Hasan,engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat,
Dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku”
Imam Ali as menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa, Tidak wahai Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku, Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu, Tetapi ini adalah hal yang harus terjadi”.
“Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saww atasku, Sungguh besar musibah kematianmu dan kepergian atasku, Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan”.
Kemudian Imam Ali as mengusap kepala Fatimah sambil menangis.
Lalu Sayyidah Fatimah As melanjutkan wasiatnya:
“Abu Hasan, jika aku telah meninggal, Mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah saww, lalu kafanilah aku, Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku, Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka”.
Kemudian Sayyidah Fatimah As meneruskan: “Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, Dan sembunyikanlah letak kuburanku”.
“Abu Hasan, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan as dan Husien as,
Jangan kau bentak mereka, Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita, Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka Rasulullah saw,
Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah as”.
Kemudian Imam as keluar menuju mesjid.
Fatimah as berdiri dan memandikan Hasan as dan Husein as,
Ia mengganti pakaian Hasan as dan Husein as setelah menyiapkan makanan bagi mereka.
Fatimah as berkata kepada mereka: “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid”
Sebagaimana biasa, Fatimah as menitipkan Zainab kerumah ummu Salamah.
Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah.
Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku:
“Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku, Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran”.
“Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,
Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww”.
Asma’ berkata: “ Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar”.
Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an,
Tiba-tiba suara Fatimah as berhenti.
Aku memanggilnya: “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab,
Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat,
Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya.
Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.
Asma’ berkata: “Aku menciuminya dan berkata kepadanya: “Wahai Tuanku/Pemimpinku”,
“Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw”.
Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid,
Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku:
“Asma’, dimana ibu kami Fatimah as ?”
Aku menjawab: “Kedua pemimpinku, ibu kalian sedang tidur”.
Husein as berkata: “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini , saat waktu shalatnya?
Tidak biasanya ia tertidur disaat ini”.
Aku berkata: “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian”.
Asma’ berkata: “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as”.
Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.
“Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as”.
Husein as berkata: “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?
Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?”
Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamar…
Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya,
Lalu berkata: “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu…Husein,
Ibu…, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”.
Husein berteriak: “Hai Hasan as…, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as”.
Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya
Asma’ berkata: “Aku masuk kamar… Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku”.
Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah as
Dan dia berkata: “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”.
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun….
Sebuah riwayat mengatakan :
Saat Imam Ali As dan Putra Putri Suci menangisi jenazah agung Putri Nabi dengan menautkannya dikaki, tangan dan sambil memeluk beliau alaihassalam..
Terdengar suara tanpa wujud…
“Ya Abal Hasan Hentikan tangisan putra putri Fatimah, sungguh langit dan isinya berguncang menyaksikan ratapan kalian…”
Sungguh inilah Duka terbesar setelah kami kehilangan Panutan Agung Ayahandamu tercinta Al musthofa Saww…
Salam rindu kami padamu Ya ummu Aimmah…
Salam rindu kamu wahai sirrullah..
(Dinukil dari kajian lama, berbagai sumber & Al-shia).
Pernyataan menggelikan yang dilontarkan oleh Ustad salafi ialah adanya Qur’an orang Syiah yang disebutnya dengan Mushaf Fatimah. “ Al Qur’an mereka yang berjumlah 17 ribu ayat itu disebut Mushaf Fatimah “. Dalam catatan kaki, ia mengutipnya, dari kitab Al Kafi, juz 1 halaman 240 – 241.
Padahal, kalau kita merujuk kepada kitab tersebut, tidak ada satu kata atau kalimat dimanapun di dalam kitab tersebut yang menyebutkan bahwa Mushaf Fatimah adalah kitab suci Al Qur’an. Entah darimana Ustad salafi memperoleh ‘mimpi’ bahwa Mushaf Fatimah adalah kitab suci Al Qur’an. Sekedar pengetahuan buat Ustad salafi bahwa dalam ajaran Syi’ah ( versi orang Syi’ah ) yang kami yakini, Mushaf Fatimah bukanlah kitab suci Al Qur’an.
Di dalam buku berjudul “ Sunnah Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah “, karya Husein Al Habsyi, pada halaman 98 di bawah subjudul Beberapa Pendapat Ulama Syi’ah Imamiyah Tentang Al Qur’an, tertulis sebagai berikut :
“Perlu diketahui, tuduhan yang mengatakan bahwa Syi’ah Imamiyah beranggapan bahwa Al Qur’an telah diubah atau dikurangi adalah tuduhan yang tidak berdasar dan salah. Disini kami ingin menyampaikan keterangan – keterangan ulama Syi’ah Imamiyah yang berkaitan dengan masalah ini, antara lain :
1. Syaikh Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Al Qummi.
Di dalam risalahnya yang berjudul I’tiqaduna Fi Al Qur’an menyebutkan : “ Keyakinan kami tentang Al Qur’an ialah bahwa Al Qur’an yang sebenarnya adalah yang sekarang ada pada masyarakat dunia dan tidak lebih dari itu. Dan, orang yang menuduh bahwa Syi’ah Imamiyah mengatakan dan beranggapan lebih dari itu, ketahuilah bahwa ia adalah seorang pembohong”.
Al Qummi juga dengan tegas mengatakan bahwa “ Keyakinan dan anggapan seperti itu adalah anggapan seluruh Imamiyah dan mereka mengatakan bohong kepada orang yang menuduh adanya pengubahan ( tahrif ) pada Syi’ah ”
2. Syaikh Muhammad bin Hasan Al Thusi.
Al Tibyan fi Tafsir Al Qur’an : “Anggapan bahwa Al Qur’an telah dikurangi dan ditambah sama sekali tidak layak diketengahkan oleh siapapun yang membahas persoalan ini, sebab adanya tambahan sudah di-ijma’- kan kebatilannya”
3. Abu Ali Al Fadhl Al Thabrasi.
Penulis kitab Tafsir Majma’ Al Bayan mengatakan dalam salah satu mukadimah kitabnya : “ Anggapan tentang adanya penambahan Al Qur’an merupakan satu hal yang sudah jelas salah dan menyalahi ijma’ yang ada….”.
4. Syaikh Al Nabhani.
Al Syaikh Bahauddin Muhammad bin Al Husain Al Amili berkata : “ Pendapat yang benar ialah bahwa Al Qur’an terjaga dari pengubahan baik berupa pengurangan maupun penambahan, berdasarkan firman Allah SWT : “ Dan sesungguhnya Kami benar – benar memeliharanya “ ( QS 15 : 9 ).
5. Al Muhaqqiq Al Tsani.
Syaikh Ali bin Abdil Al Kharkhi yang dikenal dengan gelar Al Muhaqiq Al Tsani telah menulis sebuah buku tentang penolakan adanya pengurangan dan penambahan Al Qur’an berdasarkan ijma’.
6. Syaikh Ja’far Al Najafi.
Syaikh Ja’far Al Najafi adalah seorang yang terkemuka pada zamannya dan ia adalah salah seorang ahli fiqih. Dalam mukadimah bukunya yang berjudul Kasyif Al Ghita’ , beliau menulis : “Tidak ragu lagi, Al Qur’an senantiasa terjaga dari kekurangan dengan penjagaan yang ketat dari Allah yang disebutkan dalam Al Qur’an dan kesepakatan para ulama di setiap zaman. Pendapat beberapa orang yang menolak keterangan itu tidak perlu dirisaukan”
7. Al Sayyid Muhsin Al Muhaqqiq Al Baghdadi.
Ia adalah salah satu tokoh terkemuka pada zamannya. Dalam bukunya yang berjudul Syarh Al Waqifiyah , sebuah uraian mengenai ushul fiqih, ia menulis : “ Adanya ijma’ para ulama tentang tidak adanya tambahan di dalam Al Qur’an didukung oleh kebanyakan ulama. Begitu pula ulama kami, Syi’ah Imamiyah, mereka juga sepakat tentang tidak adanya kekurangan di dalam Al Qur’an”
Yang kami sebutkan di atas adalah nama ulama akhir – akhir ini atau yang sering kali disebut dengan ulama’ mutaakhkhirin . ( ‘Sunnah Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah, karya tokoh Syi’ah termuka, Husain Al Habsyi, halaman 98 – 102 ).
Nah, anda lihat seluruh para ulama Syi’ah sudah sepakat ( ‘ijma ) bahwa Al Qur’an tidak mengalami perubahan ( tahrif ) , baik penambahan ataupun pengurangan. Lalu, muncullah Ustad salafi yang bukan Syi’ah dan secara semena – mena memvonis bahwa Syi’ah meyakini tahrif Al Qur’an . Ini sangat menggelikan dan kita harus mempertanyakan, darimana anda mendapatkan ‘wangsit’ semacam itu , Pak Ustad ???.
Sengaja saya mengutip pendapat para ulama Syi’ah tersebut langsung dari bukunya Ustad Husain Al Habsyi yang berjudul ‘ Sunnah Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah ‘ itu.
Hadis yang disampaikan salafi itu secara lengkap berbunyi :
“ Sesungguhnya Al Qur’an yang dibawa Jibril AS kepada ( Nabi ) Muhammad SAW adalah 17 ribu ayat ”
Memang benar, hadis di atas diriwayatkan Syeikh al Kulaini (RH) dalam Kitab Al Kâfi pada Kitabu Fadhli Al Qur’an, Bab An Nawâdir. Namun, yang luput dari perhatian salafi ialah kenyataan bahwa hadis di atas adalah hadis Âhâd (bukan mutawâtir) yang tidak akan pernah ditemukan di bagian lain di dalam kitab Al Kâfi maupun kitab-kitab hadis Syi’ah lainnya dengan sanad di atas.
.
For your information. Bahwa al Kulaini (RH) memasukkan hadis di atas dalam Bab An Nawâdir. Dan, tahukah anda apa yang kami maksudkan dengan An Nawadir ?. Seperti disebutkan Syeikh Mufîd bahwa para ulama Syi’ah telah menetapkan bahwa hadis-hadis nawâdir adalah tidak dapat dijadikan pijakan dalam amalan, sebagaimana istilah nadir ( bentuk tunggal kata Nawâdir) sama dengan istilah Syâdz. Dan para Imam Syi’ah AS. telah memberikan sebuah kaidah dalam menimbang sebuah riwayat yaitu hadis syâdz harus ditinggalkan dan kita harus kembali kepada yang disepakati al Mujma’ ‘Alaih.
.
Imam Ja’far as. bersabda:
َ“Perhatikan apa yang di riwayatkan oleh mereka dari kami yang jadi dasar keputusan mereka. Diantara riwayat riwayat itu, apa yang disepakati oleh sahabat-sahabatmu, ambillah ! . Adapun riwayat yang syâdz dan tidak masyhur di antara sahabat-sahabatmu tinggalkanlah !. Karena riwayat yang sudah disepakati itu tidak mengandung keraguan ” ( HR. Al Kâfi, Kitab Fadhli Al ‘Ilmi, Bab Ikhtilâf Al Hadîts, hadis no. 10 )
Sementara hadis di atas tidak meraih kemasyhuran dari sisi dijadikannya dasar amalan dan fatwa, tidak juga dari sisi berbilangnya jalur periwayatannya. Ia sebuah riwayat Syâdz Nâdirah dan bertentangan dengan ijmâ’ mazhab seperti yang dinukil dari para tokoh terkemukan Syi’ah di antaranya Syeikh Shadûq, Syeikh Mufîd, Sayyid al Murtadha ‘Almul Hudâ, Syeikh ath Thûsi, Allamah al Hilli, Syeikh ath Thabarsi dll.
.
Hadis di atas tidak memenuhi syarat-syarat diterimanya sebuah riwayat dan kaidah-kaidah pemilahan antara hadis shahih dan selainnya yang telah ditetapkan Syeikh Al Kulaini sendiri dalam Al Kâfi.
.
Pendek kata, hadis tersebut – menurut ulama Syi’ah – berstatus syadz ( meragukan ) dan ditolak untuk diamalkan atau dijadikan pegangan , karena itu tidak pernah dijadikan dasar amalan dan keyakinan Syi’ah.
saudaraku……
Mushaf maksudnya suatu kumpulan sahifah yang merupakan bentuk tunggal untuk kata ‘halaman’ ( shuhuf ). Arti literal dari kata mushaf adalah naskah yang terikat diantara dua papan. Pada jaman itu orang-orang biasa menulis di atas kulit dan benda benda lain. Mereka menggulung tulisan-tulisan itu dikenal sebagai gulungan surah, atau mereka memakai lembaran-lembaran terpisah dan mengikatnya bersama-sama, karena itu disebut mushaf. Sekarang ini kita menyebutnya ‘buku’. Kata yang sebanding dengan buku adalah ‘kitab’ yang dulu ( dan sekarangpun masih ) biasa ditujukan untuk korespondensi atau untuk suatu dokumen tertulis atau tercatat.
Al Qur’an adalah sebuah mushaf ( buku / kitab), tetapi tidak setiap mushaf kita sebut dengan Al Qur’an. Mushaf Fatimah bukanlah Al Qur’an. Dalam sebuah hadis, dikatakan bahwa Fathimah AS, sesudah Rasulullah SAW wafat, biasa menulis apa yang sudah diberitahukan kepadanya tentang apa yang akan terjadi pada anak cucunya dan kisah-kisah mengenai para penguasa selanjutnya ( hingga hari kebangkitan ). Fathimah AS mencatat atau meminta Imam Ali untuk mencatatkan informasi-informasi tersebut, yang disimpan keluarga para imam, dan disebut Kitab ( Mushaf ) Fathimah.
Kesimpulan, tidak pernah ada Al Qur’an yang disebut dengan Mushaf Fatimah. Ini hanya tuduhan yang diada – adakan oleh orang – orang yang membenci dan memusuhi Syi’ah.
Tensi pergolakan makin panas di Timur Tengah, meski sebagian lain
sudah berada pada fase pasca krisis tinggal menata hari depan. Tapi
sejumlah berita yang berkembang di Timur Tengah akhir-akhir ini
menegaskan bahwa Timur Tengah sedang memasuki era baru menanti Imam
Mahdi !
Oleh karenanya, menarik untuk menganalisa akan seperti apa Timur Tengah 10 atau 20 tahun kemudian.
Kita asumsikan pekerjaan menumbangkan rejim-rejim Arab akan selesai sebagian besarnya pada akhir 2012, atau maksimal tahun 2013. Apa yang akan terjadi sesudah itu?
Iran saat ini sedang dalam masa keemasan dengan Syiahnya. Sejak berhenti berperang melawan Iraq tahun 80-an, praktis konsentrasinya hanya menyebarkan pengaruh melalui ajaran Syiah ke seluruh kawasan bahkan dunia. Bahkan Indonesia dijadikan obyek garapan serius.
Iran menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Ia punya pengaruh luas di dunia Islam. Iraq sudah berada dalam kontrol Iran setelah ditinggal Amerika, meski tidak penuh. Jika Bahrain berhasil, akan bertambah lagi negara Syiah. Dan banyak lagi.
Syiah dengan dukungan Iran sudah siap menggeliat. Syiah dan Iran sudah siap menunggu untuk menjadi super power berikutnya, pasca tumbangnya Amerika dan koalisi. Sekitar 10 atau 20 tahun ke depan, Iran dengan Syiahnya akan jauh lebih kuat dari sekarang. Kakinya berpijak di sejumlah kawasan dengan lebih kuat,
Misalnya Mesir, saat para aktifis Ikhwan sibuk bertarung melawan kaum sekuler dalam menentukan warna negaranya, Syiah dengan leluasa berdakwah di tengah masyarakat. Tak ada lagi undang-undang atau kekuasaan yang bisa melarangnya, karena eranya sudah terbuka. Dalam 10 atau 20 tahun ke depan, Iran tinggal menuai hasilnya. Demikian pula di negara-negara lain.
Saat Husni Mubarak berkuasa, di balik kebengisannya kepada rakyat, ada manfaat geopolitik yang tak disadari, yakni kebenciannya kepada Iran. Sejak Iran sukses menumbangkan tiran Reza Pahlevi tahun 1979, dan haluan negara berobah menjadi Syiah tulen, Mesir tak pernah mengijinkan kapal Iran melintas di terusan Suez. Tapi setelah Mesir menumbangkan Husni Mubarak, untuk pertama kali terusan Suez dilintasi kapal perang Iran.
Pergolakan di Bahrain juga meresahkan, di mana para demonstrannya adalah Syiah melawan rejim penguasa yang Sunni. Arab Saudi dalam posisi dilematis, jika membiarkan rejim Bahrain ditumbangkan oleh demonstran Syiah, maknanya rejim Sunni yang notabene sahabat Saudi akan hilang. Jelas Saudi dalam bahaya, karena ancaman Syiah makin mendekat ke garis perbatasannya. Meski akan mengundang pandangan miring dari dunia internasional, Arab Saudi merasa perlu mengirimkan bala tentara secara langsung ke Bahrain, sebagai upaya membendung gerak maju Syiah.
Tak jauh beda Oman, Kuwait dan Yaman, yang semuanya menyimpan potensi penganut Syiah yang cukup besar. Jika pergolakan rakyat ini bisa dimainkan dengan baik oleh Iran, bukan mustahil Arab Saudi makin terdesak oleh gerak maju pengaruh Iran yang Syiah di kawasan. Sebelum pecah pergolakan saja, pemberontak Houtsi di Yaman sudah sangat merepotkan Saudi.
Belum lagi ditambah pergolakan dalam negeri Saudi, yang juga disulut oleh penganut Syiah yang asli berkewarga-negaraan Saudi. Mereka terkonsentrasi di kota-kota bagian timur Saudi, seperti Hufuf, Qatif dan Awamiya. Rejim Saudi yang berpaham Sunni sedang diguncang gerakan rakyat pengikut Imam Ali
Artinya, pergolakan Timur Tengah ini sudah agak terlambat bagi Amerika dan Barat secara umum, karena mereka terlanjur terperosok di kubangan Afghanistan dan Iraq yang membuat mereka tak lagi bisa lincah bergerak. Dahulu ketika Amerika masih kuat, pergolakan semacam ini akan menjadi peluang emas, karena tak ada saingan. Tapi kini, pesaingnya sudah banyak.
Namun ini sama sekali tidak berarti Barat sudah lumpuh. Mereka masih kuat dan berbahaya, tapi tidak lagi menjadi pemain tunggal dalam memanfaatkan momentum pergolakan semacam ini, apalagi di kawasan sepenting Timur Tengah yang merupakan panggung utama pergolakan dunia.
Situs internet Asr Iran (Iran Age) melaporkan bahwa sejumlah besar warga Palestina di Gaza telah menjadi Syiah dalam beberapa tahun terakhir, meskipun wilayah itu dikendalikan oleh penguasa Islam Sunni Hamas.
Sebuah laporan yang serupa oleh Agence-France Press mengatakan bahwa sejumlah besar warga Gaza telah menjadi Syiah dalam beberapa tahun terakhir, sinyal ini menjadi tanda yang jelas dari peningkatan pengaruh Iran di antara warga Palestina.
Negara-negara Arab telah lama menuduh Iran menghasut kebencian dan memicu ketegangan sektarian di antara masyarakat mereka.
Penguasa Hamas, sementara itu, sangat berhati-hati berurusan dengan para muslim Sunni yang menjadi Syiah, agar tidak membahayakan hubungan mereka dengan sekutu mereka yang paling dekat Teheran.
Abdul Rahim Hamad, seorang muslim Sunni yang murtad menjadi Syiah yang tinggal di kamp pengungsi Jabalia, mengatakan kepada AFP bahwa ia menjadi Syi’ah lima tahun yang lalu. Dia mengatakan bahwa adanya peningkatan jumlah Syi’ah di Gaza karena pengaruh Iran dan Hizbullah Libanon di wilayah tersebut.
“Kami sekarang berjumlah ratusan di Gaza. Kami akan memulai kegiatan politik kami secepatnya. Syi’ah Palestina akan memainkan peranan penting dalam mengontrol wilayah ini di masa depan,” seperti dikutip AFP atas pernyatannya.
Ahmad Yussuf, penasehat Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyah, membantah adanya peningkatan jumlah Syi’ah di Gaza, tapi ia menambahkan bahwa rakyat Palestina “cinta Iran dan Hizbullah.”.
KEUNIKAN DARI ANGKA 12:
PENJELASAN
DARI AGAMA LAIN:Ada sebuah kenyataan yang menarik. Saya dapati dalam
sebuah Injil (versi Derby) sebuah pasal dari kitab Genesis (Kejadian)
sebagai berikut:
“Dan untuk Ismail telah Kudengar engkau; lihatlah, akan aku berkahi dia, dan menjadikannya subur, dan akan melipatgandakannya (membiakkannya); dua belas pangeran akan diturunkannya, dan akan kubuatnya umat yang besar.” (Genesis 17: 20).
Jadi dalam Injil dinubuwwahkan bakal ada 12 pemimpin yang agung dari jalur keturunan Ismail nantinya dan akan membuatnya umat yang besar.
LIHATLAH DENGAN JELAS! DARI JALUR NABI ISMAIL KELAK AKAN TURUN 12 PEMIMPIN YANG DIJANJIKAN! LIHAT LAGI AYAT 124 SURAH AL-BAQARAH (yang anda bilang itu untuk Nabi Ibrahim saja dan berikut kutipan dari anda):
Ayatullah Golpeygani menulis buku tersebut setelah banyak pihak yang meminta jawaban dari berbagai syubhah dari kaum Wahabi.
Buku tersebut menjawab seluruh syubhah dan pertanyaan yang dikemukakan Wahabi, yang sebelumnya—dan berulangkali—telah dijawab oleh para ulama Syiah dengan berdasarkan pada al-Quran, sunnah, logika, dan sejarah.
Buku Sirat-e Mostaqim Ayatullah Golpeygani ini dapat menjadi sumber bagi para peneliti, mubaligh, dan bimbingan bagi orang yang menghadapi syubhah dari kaum Wahabi.
Kapan Al Quran dikumpulkan ?? Inilah versi syi’ah.
Tuesday, June 19, 2012 10:59
oleh : Ustad Husain Ardilla
Al-Quran Karim yang diklaim sebagai tulisan tangan
Pemimpin Orang-orang Bertakwa, Imam Ali as. Di stand Penerbit Hizmet
Turki, diekspos di Ruang Pameran Al-Quran Internasional.
Penerbit Hizmet yang berada di Istanbul Turki, dalam
rangka untuk mengekspos peninggalan-peninggalan sejarah agama yang
mereka miliki kepada masyarakat Iran, untuk pertama kalinya, ikut serta
dalam pameran yang diadakan di Ruang Pameran Al-Quran Internasional
Tehran.
Diantara peninggalan yang dipamerkan kepada para
pengunjung adalah sebuah transkripsi Al-Quran Karim yang diklaim sebagai
hasil tulisan Imam Ali as dan sebuah buku berjudul “Amanat-amanat Suci”
yang berisikan gambar-gambar tentang peninggalan-peninggalan yang
berkaitan dengan Rasulullah saw dan para Imam Suci as, terhusus tentang
Sayidah Fatimah Az-Zahra as yang tersimpan di Museum Topkapi Istanbul.
Peninggalan lain yang juga di pamerkan pada stand
Penerbit Hizmet Turki adalah, sebuah transkripsi Al-Quran yang diklaim
sebagai tulisan tangan Ustman bin Affan bergaya tulis Kufah yang
dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Sejarah, Seni dan Kebudayaan Islam
ARSIKA bekerjasama dengan Badan Koperasi Islam dan juga dua orang
kaligrafer terkenal Turki.
Meskipun sesi internasional pameran Al-Quran belum resmi
dibuka, namun dikarenakan sambutan yang meluas oleh negara-negara
kawasan dalam mengikuti even ini, saat ini di Mushala Tehran, stand
negara Lebanon dan Turki sudah mulai memamerkan peninggalan-peninggalan
yang mereka miliki.
Iran telah meluncurkan Quran Persia tertua selama 18 edisi Pameran Quran Internasional di ibu kota Teheran.
Revaqi, yang telah melakukan penelitian ekstensif Quran Persia, menemukan kitab abad ke-10 di antara ribuan naskah Al-Quran disimpan di perpustakaan, menurut kantor berita Iran IRNA
Quran tersebut diterbitkan dalam dua volume berisi teks asli bahasa Arab dan ditulis pula dalam skrip Kufic disertai dengan terjemahan Persia.
Sebagai halaman pertama dan terakhir dari buku yang hilang, identitas penerjemah tidak dapat ditentukan.
Di Pusat Perpustakaan Astan Quds Razavi tardapat 80.000 naskah dan ribuan buku litografi kuno, dari sekitar 16.000 diantaranya adalah naskah Alquran.
Sepuluh dari naskah-naskah Al-Quran tersebut berisi tulisan tangan dari Imam Syiah, Imam Ali (SAW), Imam Husain (SAW), Imam Hassan (SAW), Imam Sajjad (SAW), Imam Reza (saw) dan Imam Kazem (saw).
Lebih dari 340 orang Iran dan 15 penerbit internasional menawarkan produk-produk mereka pada tahun ini di Pameran Quran, dan lebih dari 90 perusahaan sedang melakukan presentasi perangkat lunak Alquran.
Pada pameran tahun ini juga diadakan pertunjukan teater, pameran foto dan resital puisi di sela-sela acara sekaliber internasional tersebut.
Pengunjung juga dapat menikmati melihat langit pada malam hari di atas kota Teheran menggunakan beberapa teleskop didirikan di situs tersebut.
Pameran Manuskrip Qur’an Yang Berhubungan Dengan Para Imam as Dalam Kompetisi Internasional Al-Qur’an.
Tim Internasional: Enam mansukrip kuno Al-Qur’an yang
dipercaya berhubungan dengan para Imam as dipamerkan di sela-sela
kompetisi internasional Al-Qur’an.
Enam manuskrip kuno tulisan tangan Al-Qur’an yang
dipercaya pernah ditulis sendiri oleh para Imam Ali as, Imam Hasan as,
Imam Husain as, Imam Sajjad as, dan Imam Musa Kadzim as, dipamerkan
dalam Ruang Pameran Propinsi Quds Razavi dalam kompetisi Qur’an
internasional ke-29 yang sedang berlangsung di Milad Tower Tehran.
Dua manuskrip Qur’an lainnya dipercaya juga tulisan
tangan para Imam, namun masih belum dipastikan Imam siapakah yang telah
menulisnya.
Manuskrip-manuskrip Qur’an tersebut ditulis dengan khat
Kufi. Sedangkan menurut para penanggung jawab Ruang Pameran Propinsi
Quds Razavi, ada sekitar 84.000 manuskrip Qur’an yang disimpan dalam
perpustakaan Propinsi Quds Razavi.
Referensi Sunni :
– Fat’hul Bari fi Sharh Sahih al-Bukhari, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 10, hal 386
– al-fihrist, oleh (Ibn) an-Nadim, hal 30
– al-Itqan, oleh al-Suyuti, vol 1, hal 165
– al-Masahif, oleh Ibn Abi Dawud, hal 10
– Hilyatul awliya’, oleh Abu Nu’aym, vol 1, hal 67
– al-Sahibi, oleh Ibn Faris, hal 79
– ‘Umdatul Qari, oleh al-Ayni, vol 20, hal 16
– Kanzul Ummal, oleh al-Muttaqi al-Hindi, vol 15, hal 112-113
– al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab. 9, bagian 4, hal 197
– Ma’rifat al-Qurra’ al-kibar, oleh al-Dhahabi, vol 1, hal 31
Dalam hadits syiah juga diterangkan bahwa Nabi Muhammad lah yang memerintahkan Imam ‘Ali untuk melakukan pembukuan tersebut. (Al-Bihar vol 92 hal 40-41, 48, 51-52).
Adapun keunikan dari Al-Qur’an yang disusun Imam ‘Ali adalah :
A. Dikumpulkan berdasarkan turunnya wahyu, hal inilah yang membuat Muhammad ibn Siren (seorang tabi’i, ulama terkemuka) merasa menyayangkan bahwa Al-Qur’an tsb kini tidak berada di tangan umat muslim “Jika transkip Al-Qur’an itu berada di tangan kita, tentunya banyak pengetahuan yang dapat kita petik”.
Referensi Sunni :
– at-Tabaqat, oleh Ibn Sa’d, vol 2, bag 2, hal 101
– Ansab al-ashraf, oleh al-Baladhuri, vol 1, hal 587
– al-Istiab, oleh Ibn Abd al-Barr, vol 3, hal 973-974
– Sharh Ibn Abi al-Hadid, vol 6, hal 40-41
– al-Tas’hil, oleh Ibn Juzzi al-Kalbi, vol 1, hal 4
– al-Itqan, oleh al-Suyuti, vol 1, hal 166
– al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab. 9, bagian 4, hal 197
– Ma’rifat al-Qurra’ al-kibar, oleh al-Dhahabi, vol 1, hal 32
Berdasarkan transkip tersebut mayoritas ulama sunni menyatakan bahwa surat yang pertama kali turun adalah surat al-iqra/al-alaq (QS 96).
Referensi Sunni:
– al-Burhan, oleh al-Zarkashi, vol 1, hal 259
– al-Itqan, oleh al-Suyuti, vol 1, hal 202
– Fathul Bari, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 10, hal 417
– Irshad al-sari, oleh al-Qastalani, vol 7, hal 454
Sedangkan pada kenyataannya surat Al-Alaq justru bukan terletak dibagian awal Al-Quran, tapi justru hampir di akhirnya. Mayoritas muslim juga sepakat bahwa ayat 5:3 merupakan salah satu dari ayat-ayat yang terakhir kali diturunkan (tapi bukan yang terakhir). Tapi pada kenyataannya tidak terletak pada bagian akhir Al-Qur’an.
Hal ini membuktikan bahwa meskipun Al-Quran yang saat ini kita gunakan benar-benar lengkap, namun susunannya tidak sesuai dgn yang semestinya.
Oleh sebab itulah wajar kiranya jika Imam ‘Ali mengatakan : “Tanyakan lah kepadaku sebelum kalian kehilanganku. Demi Allah, jika kalian bertanya tentang apa pun yang terjadi sampai hari pengadilan, aku akan menjawabnya. Tanyalah aku, Demi Allah, kalian tak akan mengetahui apapun sebelum aku mengatakannya kepadamu. Tanyakan kepadaku tentang kitab Allah,Demi Allah sebab tidak ada satu pun ayat yang tidak aku ketahui, baik ketika diturunkan pada siang atau malam hari, baik di gurun maupun di pegunungan.”.
Referensi Sunni :
– al-Riyadh al-Nadhirah, oleh al-Muhib al-Tabari, vol 2, hal 198
– at-Tabaqat, oleh Ibn Sa’d, vol 2, bag 2, hal 101
– al-Isabah, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 4, hal 568
– Tahdhib al-Tahdhib, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 7, hal 337-338
– Fathul Bari, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, vol 8, hal 485
– al-Istiab, oleh Ibn Abd al-Barr, vol 3, hal 1107
– Tarikh al-Khulafa, oleh al-Suyuti, hal 124
– al-Itqan, by al-Suyuti, vol 2, hal 319
B. Dalam transkip Al-quran ini didalamnya terdapat tafsir dan ta’wil yang langsung ditafsirkan serta di ta’wilkan oleh Nabi Muhammad Saaw, tapi bukan pada bagian ayat-ayat Al-Quran nya.
C. Dalam transkip ini juga terdapat nama-nama orang, lokasi, serta peristiwa yang menyebabkan suatu ayat diturunkan atau bisa dikatakan asba al-nuzul-nya.
Referensi Sunni :
– Hilyatul Awliyaa, oleh Abu Nu’aym, vol 1, hal 67-68
– at-Tabaqat, oleh Ibn Sa’d, vol 2, bag 2, hal 101
– Kanzul Ummal, oleh al-Muttaqi al-Hindi, vol 15, hal 113
– al-Sawa’iq al-Muhriqah, oleh Ibn Hajar al-Haythami, Bab. 9, Sub-Bab 4, hal 197
Dari keterangan diatas terutama dari ucapan Muhammad ibn Siren dapat disimpulkan bahwa Mushaf Imam ‘Ali bukan hilang beberapa lembar, tapi semuanya. Tapi itu hanya pendapat saya saja, mungkin ada yang mau tambahin atau koreksi.
Mengenal Mushaf Imam Ali.
Nubuat kebangkitan Islam di Iran dalam Al Quran:
“….dan jika mereka berpaling, digantikan satu kaum selain kamu kemudian
mereka tidak menjadi seperti kamu” (surah Muhammad, ayat 38).
Begitu juga Surah Jumuah ayat 3 dalam Sunan Tirmidzi menceritakan hal yang sama.
Yang dimaksud dengan mushaf Imam Ali As adalah naskah al-Qur’an yang dikumpulkan dan disusun oleh Imam Ali As pasca wafatnya Rasulullah Saw.Mushaf ini memiliki beberapa tipologi tertentu seperti susunan tepat ayat-ayat dan surah-surah berdasarkan nuzul (pewahyuan), sesuai dengan bacaan Rasulullah Saw (yang merupakan bacaan paling orisional) yang mencakup tanzil, ta’wil dan lain sebagainya.
Beberapa tipologi ini tidak dapat ditemukan pada mushaf-mushaf lainnya. Inti keberadaan mushaf seperti ini telah ditetapkan; misalnya pada kitab al-Thabaqât al-Kubrâ, Muhammad bin Sa’ad (w 230 H); Fadhâil al-Qur’ân, Ibnu Dhurais (w 294 H); Kitâb al-Mashâhif, Ibnu Abi Daud (w 316 H); Kitâb al-Fahrast, Ibnu Nadim yang mengutip dari Ahmad bin Ja’far Munadi yang lebih dikenal sebagai Ibnu Munadi; al-Mashâhif, Ibnu Asytah (w 360 H); Hilyât al-Auliyah wa Thabaqât al-Ashfiyah, Abi Nu’aim al-Isfahani (w 430 H);Al-Isti’âb fi Ma’rifat al-Ashhâb, bahkan volume literatur Ahlusunnah dan berita-berita tentang masalah ini lebih banyak dari literatur-literatur Syiah sendiri.
Ringkasan Pertanyaan.
Bilamana al-Qur’an yang ada pada zaman kita sekarang ini dikumpulkan?
Pertanyaan:
Telah jelas bahwa ketika Rasulullah Saw membacakan al-Qur’an untuk
masyarakat ketika itu, sahabat-sahabat Nabi, yang bertugas mencatat
Wahyu Ilahi pada waktu itu, juga menuliskan ayat-ayat al-Qur’an itu,
namun pertanyaannya adalah kapankah terjadi pengumpulan al-Qur’an secara
keseluruhan sehingga pengumpulan tersebut menghasilkan “al-Qur’an” yang
ada pada zaman kita sekarang?
Jawaban :
Ada tiga pendapat yang menyatakan tentang bagaimana al-Qur’an dikumpulkan:
1. Al-Qur’an dikumpulkan semenjak pada zaman Rasulullah Saw dan dengan pengawasan secara langsung dari beliau meski bukan beliau sendiri yang menulis dan mengumpulkannya.[1]
2. Al-Qur’an yang ada pada zaman sekarang ini dikumpulkan oleh Imam Ali As dan pengumpulannya beliau lakukan selepas Rasulullah Saw wafat dan melakukan hal ini ketika berdiam diri di rumah.[2]
3. Al-Qur’an dikumpulkan setelah wafatnya Rasulullah Saw oleh sebagian sahabat Nabi Saw.[3]
Mayoritas ulama Syiah menerima pendapat yang pertama, khususnya ulama-ulama kiwari yang meyakini bahwa al-Qur’an dikodifikasi pada masa Rasulullah Saw dan dilakukan di bawah pengawasan beliau.[4]
Sebagian lainnya menerima pandangan kedua dan memandang bahwa Imam Ali As yang mengkodifikasi al-Qur’an ini.[5]
Namun sebagian besar Ahli Sunah memilih pendapat ketiga. Kaum orientalis juga meyakini kebenaran akan pendapat belakangan ini, bahkan mereka menambahkan bahwa al-Qur’an yang dikumpulkan oleh Imam Ali As tidak mendapat perhatian dari para sahabat sendiri.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa sesuai dengan pendapat yang pertama dan kedua, pengumpulan al-Qur’an disandarkan kepada Allah Swt. Demikian pula dengan keberadaan surat-surat beserta urutannya yang juga merupakan Wahyu Allah Swt. Karena Rasulullah, sesuai dengan penjelasan al-Qur’an bahwa, “Dan dia tidak berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Qs. al-Najm [53]: 2-3). Segala sesuatu yang disabdakan oleh Nabi Saw, khususnya dalam masalah keagamaan, mengikuti petunjuk wahyu, demikian pula para Imam, selepas wafatnya nabi, adalah penerus jalan risalah dan telah diangkat oleh Allah Swt dengan dibekali ilmu laduni.
Kelompok yang menerima pendapat ketiga, mereka bukan saja tidak akan dapat membuktikan bahwa kedua hal ini bersumber dari Tuhan dan memiliki corak Ilahiah; tentang kemunculan surat-surat dan urutannya yang ada di al-Qur’an, namun juga pada hakekatnya mereka mengingkari bahwa kedua hal ini bersumber dari Tuhan. Mereka berpandangan bahwa selera pribadi para sahabat turut andil dalam menentukan urusan ini.
Dalam pembahasan ini perlu diketahui bahwa:
1. Allamah Thabathaba’i berkata ketika menafsirkan ayat: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Qs. Hijr: 9) bahwa: Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh al-Qur’an, seperti kefasihan dan keindahan gaya bahasa, tidak adanya ikhtilaf antara satu ayat dengan ayat yang lainnya dan juga tidak adanya seorang pun yang bisa menandinginya, semuanya terdapat dalam al-Qur’an yang ada pada tangan kita sekarang. Oleh karena itu kita simpulkan bahwa al-Qur’an yang ada pada zaman sekarang ini, adalah al-Qur’an yang ada pada masa permulaan datangnya agama Islam juga dan yang telah pula dikenal pada zaman Nabi Muhammad Saw sendiri.[6]
Walaupun penafsiran ini menafikan adanya distorsi (tahrif) terhadap Al Qur’an, namun tidak dapat menetapkan dan membuktikan bahwa kumpulan, bentuk dan coraknya adalah bersumber dari Tuhan; lantaran tipologi yang telah disebutkan tersebut, tidak sedimikian sehingga dapat membuktikan urutan kumpulan ayat-ayat yang merajut surah-surah, dan urutan surah-surah yang membentuk al-Qur’an yang ada tidak dapat digunakan sebagai dalil untuk menetapkan bahwa urutan keseluruhan ayat-ayat yang membentuk suatu surat, dan urutan kumpulan surat-surat yang membentuk al-Qur’an yang ada sebagaimana yang ada pada zaman Nabi Saw.
2. Apabila ada seorang yang mampu menetapkan dan membuktikan kemukjizatan bilangan di samping kosa-kata dan susunan Qur’ani pada domain surah-surah dan urutan-urutannya yaitu antara ayat-ayat yang terdapat pada satu surah dan dengan surah-surah itu sendiri terjalin hubungan bilangan khusus dimana hal tersebut mustahil bagi manusia maka corak Ilahiah surah-surah dan urutannya juga akan terbukti, namun demikian kembali corak Ilahiah urutan seluruh ayat-ayat yang terajut dalam sebuah surah tidak akan terbukti.[7]
Untuk memahami lebih detail tentang pembahasan ini, silahkan Anda merujuk:
Mahdi Hadavi Tehrani, Mabâni Kalâmi Ijtihâd
1. Al-Qur’an dikumpulkan semenjak pada zaman Rasulullah Saw dan dengan pengawasan secara langsung dari beliau meski bukan beliau sendiri yang menulis dan mengumpulkannya.[1]
2. Al-Qur’an yang ada pada zaman sekarang ini dikumpulkan oleh Imam Ali As dan pengumpulannya beliau lakukan selepas Rasulullah Saw wafat dan melakukan hal ini ketika berdiam diri di rumah.[2]
3. Al-Qur’an dikumpulkan setelah wafatnya Rasulullah Saw oleh sebagian sahabat Nabi Saw.[3]
Mayoritas ulama Syiah menerima pendapat yang pertama, khususnya ulama-ulama kiwari yang meyakini bahwa al-Qur’an dikodifikasi pada masa Rasulullah Saw dan dilakukan di bawah pengawasan beliau.[4]
Sebagian lainnya menerima pandangan kedua dan memandang bahwa Imam Ali As yang mengkodifikasi al-Qur’an ini.[5]
Namun sebagian besar Ahli Sunah memilih pendapat ketiga. Kaum orientalis juga meyakini kebenaran akan pendapat belakangan ini, bahkan mereka menambahkan bahwa al-Qur’an yang dikumpulkan oleh Imam Ali As tidak mendapat perhatian dari para sahabat sendiri.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa sesuai dengan pendapat yang pertama dan kedua, pengumpulan al-Qur’an disandarkan kepada Allah Swt. Demikian pula dengan keberadaan surat-surat beserta urutannya yang juga merupakan Wahyu Allah Swt. Karena Rasulullah, sesuai dengan penjelasan al-Qur’an bahwa, “Dan dia tidak berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Qs. al-Najm [53]: 2-3). Segala sesuatu yang disabdakan oleh Nabi Saw, khususnya dalam masalah keagamaan, mengikuti petunjuk wahyu, demikian pula para Imam, selepas wafatnya nabi, adalah penerus jalan risalah dan telah diangkat oleh Allah Swt dengan dibekali ilmu laduni.
Kelompok yang menerima pendapat ketiga, mereka bukan saja tidak akan dapat membuktikan bahwa kedua hal ini bersumber dari Tuhan dan memiliki corak Ilahiah; tentang kemunculan surat-surat dan urutannya yang ada di al-Qur’an, namun juga pada hakekatnya mereka mengingkari bahwa kedua hal ini bersumber dari Tuhan. Mereka berpandangan bahwa selera pribadi para sahabat turut andil dalam menentukan urusan ini.
Dalam pembahasan ini perlu diketahui bahwa:
1. Allamah Thabathaba’i berkata ketika menafsirkan ayat: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Qs. Hijr: 9) bahwa: Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh al-Qur’an, seperti kefasihan dan keindahan gaya bahasa, tidak adanya ikhtilaf antara satu ayat dengan ayat yang lainnya dan juga tidak adanya seorang pun yang bisa menandinginya, semuanya terdapat dalam al-Qur’an yang ada pada tangan kita sekarang. Oleh karena itu kita simpulkan bahwa al-Qur’an yang ada pada zaman sekarang ini, adalah al-Qur’an yang ada pada masa permulaan datangnya agama Islam juga dan yang telah pula dikenal pada zaman Nabi Muhammad Saw sendiri.[6]
Walaupun penafsiran ini menafikan adanya distorsi (tahrif) terhadap Al Qur’an, namun tidak dapat menetapkan dan membuktikan bahwa kumpulan, bentuk dan coraknya adalah bersumber dari Tuhan; lantaran tipologi yang telah disebutkan tersebut, tidak sedimikian sehingga dapat membuktikan urutan kumpulan ayat-ayat yang merajut surah-surah, dan urutan surah-surah yang membentuk al-Qur’an yang ada tidak dapat digunakan sebagai dalil untuk menetapkan bahwa urutan keseluruhan ayat-ayat yang membentuk suatu surat, dan urutan kumpulan surat-surat yang membentuk al-Qur’an yang ada sebagaimana yang ada pada zaman Nabi Saw.
2. Apabila ada seorang yang mampu menetapkan dan membuktikan kemukjizatan bilangan di samping kosa-kata dan susunan Qur’ani pada domain surah-surah dan urutan-urutannya yaitu antara ayat-ayat yang terdapat pada satu surah dan dengan surah-surah itu sendiri terjalin hubungan bilangan khusus dimana hal tersebut mustahil bagi manusia maka corak Ilahiah surah-surah dan urutannya juga akan terbukti, namun demikian kembali corak Ilahiah urutan seluruh ayat-ayat yang terajut dalam sebuah surah tidak akan terbukti.[7]
Untuk memahami lebih detail tentang pembahasan ini, silahkan Anda merujuk:
Mahdi Hadavi Tehrani, Mabâni Kalâmi Ijtihâd
[1]. Sayid Abdul Wahab Thaliqani, ‘Ulumul Qur’ân, Hal. 83.
[2]. Sayid Muhammad Ridha Jalali Naini, Târikh Jam’ Qur’ân Karim, Hal. 87.
[3]. Pendapat ini banyak diterima oleh kebanyakan Ahlus Sunah, Idem , Hal. 19-51.
[4]. Sayid Abdul Wahab Thaliqani, ‘Ulumul Qur’an, Hal. 83; Sayid Ali Milani, al-Tahqiq fii Nafii al-Tahrif ‘an al-Qur’an al-Syarif, hal. 41-42, dan hal. 46, Muhammad Hadi Ma’rifat, Shiyanat al-Qur’an min al-Tahrif, hal. 34.
[5]. Sayid Muhammad Ridha Jalali Naini, Târikh Jam’ Qur’ân Karîm, Hal. 80.
[6]. Allamah Thaba-thabai, al-Mizan, jil. 12, Hal. 104, 106 dan 138.
[7]. Mahdi Hadavi Tehrani, Mabâni Kalâmi Ijtihâd, Hal. 54-55, Muasasah Farhange Khaneh Khurd, Qum, Cetakan pertama, 1377.
[2]. Sayid Muhammad Ridha Jalali Naini, Târikh Jam’ Qur’ân Karim, Hal. 87.
[3]. Pendapat ini banyak diterima oleh kebanyakan Ahlus Sunah, Idem , Hal. 19-51.
[4]. Sayid Abdul Wahab Thaliqani, ‘Ulumul Qur’an, Hal. 83; Sayid Ali Milani, al-Tahqiq fii Nafii al-Tahrif ‘an al-Qur’an al-Syarif, hal. 41-42, dan hal. 46, Muhammad Hadi Ma’rifat, Shiyanat al-Qur’an min al-Tahrif, hal. 34.
[5]. Sayid Muhammad Ridha Jalali Naini, Târikh Jam’ Qur’ân Karîm, Hal. 80.
[6]. Allamah Thaba-thabai, al-Mizan, jil. 12, Hal. 104, 106 dan 138.
[7]. Mahdi Hadavi Tehrani, Mabâni Kalâmi Ijtihâd, Hal. 54-55, Muasasah Farhange Khaneh Khurd, Qum, Cetakan pertama, 1377.
Rupanya orang Syi’ah sangat mengagungkan Quran, kitab suci orang Islam.
Bertempat di KLCC, sebuah pameran al Quran dan kaligrafi dari Iran
telah berlansung. Sayang, atas sebab-sebab tertentu, saya tidak mampu
untuk pergi. Begitu hampir sekali. InsyaAllah, jika ada gambar dari
rakan-rakan yang hadir, saya akan buat sedikit catitan di blog ini.
Rupanya orang Syiah ini sangat mengagungkan Quran, kitab suci orang Islam. Merata tempat diorang buat pameran seperti di KLCC. Mungkin ini tanda kesesatan yang nyata. Gambar berikut adalah pameran Al Quran di negara Syiah, Iran. Jom serbu>>
So, rasanya diorang ini golongan sesat ke dengan cara mereka mengagungkan Al Quran?
Rupanya orang Syiah ini sangat mengagungkan Quran, kitab suci orang Islam. Merata tempat diorang buat pameran seperti di KLCC. Mungkin ini tanda kesesatan yang nyata. Gambar berikut adalah pameran Al Quran di negara Syiah, Iran. Jom serbu>>
Ish..ish..hormatnya mereka pada Quran, sampai berdoa..
Macam-macam la orang Syiah ni..
So, rasanya diorang ini golongan sesat ke dengan cara mereka mengagungkan Al Quran?
Al Quran di Iran ? hampir disemua masjid Iran ada program membaca al-Qur’an.
Iran, Syiah dan Fitnah-fitnah Murahan Itu.
|
Ismail Amin*
Sejak
2007 saya berada di Iran. Dipertengahan tahun itu saya pertama kali
menginjakkan kaki di kota Qom. Bukan tanpa informasi. Saya justru
mendapat bekal, Iran itu negeri Syiah. Syiah itu sesat bahkan bukan
bagian dari Islam. Mereka punya Al-Qur’an yang berbeda dengan yang
dibaca kaum muslimin dinegeri muslim lain di dunia. Sehari sebelum
berangkat, Ust. Said Abdushshamad tokoh yang getol mengkampanyekan
gerakan anti Syiah di Makassar menemuiku. Sangat kebetulan, saudara
kandung beliau, bertetanggaan dengan rumah ibuku di Makassar.
Mungkin
beliau tahu informasi rencana kepergianku ke Iran dari Puang Tia,
saudara perempuannya itu. Diapun menjejaliku dengan nasehat untuk
waspada terhadap ajaran Syiah. Saya cukup mengiyakan saja. Setiba di
Iran, yang disampaikan hampir semuanya berkebalikan. Saya melihat Iran
negara yang Islami, justru sangat Islami. Tidak ada satupun perempuan
yang bebas keluar rumah tanpa mengenakan jilbab, dan hampir semuanya
berwarna hitam. Dimanapun aku mampir shalat berjama’ah, masjid-masjid
nyaris penuh. Kompleks Haram dijantung kota Qom, tempat dimakamkannya
Sayyidah Fatimah Maksumah sa adik kandung Imam Ridha as terbuka 24 jam.
Dan
peziarah selalu berdatangan tanpa henti. Aktivitas Islami tidak pernah
tidak terlihat dikompleks itu. Ada yang mengaji, shalat, membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk membahas masalah agama, atau sekedar
bercengkrama dengan keluarga. Anak-anak kecil bebas lari berkeliaran.
Setelah berkeluarga, sayapun selalu membawa istri dan kedua anakku
ditempat itu selepas maghrib dan pulang kerumah menjelang subuh. Yang
menarik, dan menurut saya, ini nilai lebihnya Haram itu, tersedia
posko-posko tanya jawab dan diskusi agama. Sebut saja seperti ruang
pengaduan di gereja.
Bukan
untuk membeli surat pengampunan dosa. Sama sekali bukan. Melainkan
untuk bertanya masalah agama: aqidah, akhlak dan fiqh serta konsultasi
keluarga. Semua ada posko khususnya. Termasuk posko khusus mengecek
benar tidaknya bacaan dalam shalat. Yang melayani adalah pakar-pakar
Islam dibidangnya. Saya sering mampir bertanya masalah aqidah. Mereka
menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan. Istri sendiri betah
berlama-lama di posko fiqh, bertanya mengenai hukum amalan keseharian.
Disepanjang
jalan, terpampang papan-papan reklame yang bertuliskan pesan-pesan
Islami dan baliho-baliho besar gambar Ayatullah plus informasi jadwal
pengajiannya (bukan baliho kampanye politik). Di baliho itu tertulis,
hari ini kelas tafsir, besoknya kelas akhlak, lusanya kelas fiqh di sini
dan disitu. Tidak hanya itu ceramah para Ayatullah itu disiarkan di
tivi-tivi secara langsung bahkan lewat radio. Esoknya sudah tersedia
cd-cd rekamannya di kios-kios CD, dan selalu laku keras. Warga Iran
memang pendengar yang baik. Mereka betah mendengar ceramah ataupun
pidato-pidato politik berjam-jam.
Momentum
shalat Jum’at dimanfaatkan pemerintah Iran untuk menyampaikan
pesan-pesan politik. 2-3 jam sebelum khutbah Jum’at, jama’ah Jum’at
dijejali orasi politik satu dua tokoh aktivis, kebanyakannya
menceritakan kondisi dunia Islam, dan selalu terdengar slogan perlawanan
terhadap AS dan Israel. Di mimbar Jum’at bahkan ditulis, AS letaknya
dibawah kaki kami. Kalau pidatonya membakar, jama’ah serentak berdiri,
mengepalkan tangan sembari meneriakkan yel-yel dukungan terhadap
pemimpin mereka dan kecaman terhadap AS. Persis situasi demonstrasi di
jalan-jalan.
Dengan
kondisi seperti itu, sangat ganjil kalau sampai ada yang
mengantuk. Bagi yang sibuk dan tidak sempat membaca Koran tiap hari,
cukup mendengarkan pidato-pidato tersebut, ia akan paham apa yang
terjadi selama sepekan itu. Karena itu, rakyat Iran tidak mudah
terpengaruh propaganda murahan dari media-media asing. Mereka mandiri
disegala hal, ekonomi, keamanan, budaya, sosial dan politik.
Masjid-masjid
di Qom, tidak terlalu besar, tapi lapang dan nyaman bagi jama’ah.
Terdapat beberapa kursi, buat mereka yang kesulitan shalat dengan duduk
melantai. Terdapat bantal sandaran, buat para orangtua lanjut usia untuk
menyandarkan tubuhnya saat mendengarkan ceramah atau sekedar mengaji.
Dan
dihari-hari tertentu, sambil dengar ceramah kita bisa menikmati segelas
susu dan 1-2 biji kurma yang disediakan gratis pengurus masjid. Setelah
shalat, remaja masjid akan membagikan Al-Qur’an, hampir disemua masjid
ada program membaca al-Qur’an satu-dua halaman berjama’ah. Dipimpin
qari-qari yang bacaannya sangat merdu. Di Tv ada saluran khusus
menyiarkan program-program Qur’ani. Semua acara serba Qur’ani. Kelas
tafsir, kelas ulumul Qur’an. Bincang-bincang Al-Qur’an menjawab problem
keseharian, termasuk menyiarkan profil-profil para penghafal Al-Qur’an.
Iran kaya dengan hafiz Al-Qur’an.
Mulai
dari usia sekolah dasar, remaja sampai usia dewasa. Saya pernah
mewancarai beberapa remaja Iran yang hafal Al-Qur’an. Mulai dari Ali
Amini yang telah menghafal Qur’an di usia 8 tahun sampai Mujtaba
Karsenasi yang menghafal 30 juz al-Qur’an diusia 15 tahun. Mereka adalah
penerus dari Husan Tabatabai, Doktor Cilik Penghafal Qur’an, yang
dikenal sebagai mukjizat abad 20 karena memiliki penguasaan dan
pengetahuan Al-Qur’an yang mengagumkan, sampai mendapat gelar doctor
honoris causa bidang studi Al-Qur’an. Wawancara saya itu dimuat dalam
buku Bintang-bintang Penerus Doktor Cilik yang kususun bersama bu Dina
Sulaeman dan suaminya, diterbitkan Pustaka Iiman pertengahan tahun 2011.
Toko-toko
buku jumlahnya hampir berimbang dengan toko kelontong. Di tengah kota,
hampir disetiap lorong ada toko buku. Bukan hanya buku-buku karya ulama
Syiah namun juga kitab-kitab ulama Sunni. Diperpustakaan pun demikian.
Meski berbeda, orang-orang syiah tidak fobia terhadap karya-karya ulama
sunni. Hal yang berbeda dari mereka yang menyebut syiah itu sesat. Bisa
jadi bahkan melihat langsung buku-buku syiah saja mereka tidak pernah.
Mahasiswa
Indonesia di Iran, tidak semuanya Syiah. Ada juga yang Sunni. Mereka
tersebar di Teheran, Ghorghon dan Esfahan. Untuk menepis fitnah, di Iran
warga Sunni dibunuhi, disiksa dan mendapat perlakuan tidak adil dari
pemerintah Iran yang Syiah, saya mewancarai teman asal Indonesia yang
belajar di Universitas agama yang bermazhab Sunni. Namanya Syarif
Hidayatullah dan wawancara itu dimuat di ABNA. Dari lisannya, ia menepis
tudingan dan fitnah tidak bertanggungjawab itu.
Pemerintah
Iran gemar menyelenggarakan event-event internasional. Konferensi
Mahdawiyat, konferensi ulama Islam, konferensi pemuda Islam, konferensi
perempuan Islam, MTQ Internasional dan Pameran kitab Internasional yang
melibatkan banyak negara muslim. Karena itu, banyak tokoh-tokoh nasional
kita yang mengunjungi Iran sebagai delegasi Indonesia dalam event-event
tersebut. Selama di Iran, setidaknya saya sudah bertemu dengan DR. Amin
Rais (tokoh Muhammadiyah), Prof. Quraish Shihab (mantan menteri agama
dan mantan ketua MUI), Dr. Umar Shihab (ketua MUI Pusat) dan Muh. Maftuh
Basyuni (menteri agama kabinet SBY-JK).
Tokoh-tokoh
nasional itu mengunjungi langsung kampus saya di Qom. Berbincang dan
membuka ruang dialog dengan mahasiswa Indonesia di Qom. Tidak ada yang
ganjil. Mereka tidak meminta kami waspada dengan Iran dan Syiahnya.
Justru meminta semua mahasiswa Indonesia belajar serius dan bisa
memanfaatkan ilmunya jika kembali ke tanah air. Dengan adanya
event-event internasional yang melibatkan banyak negara muslim tersebut
menyodorkan fakta yang tidak terbantahkan, Iran diakui keberadaannya
sebagai negara Islam. Terlebih lagi Republik Islam Iran juga memang
termasuk dalam anggota OKI, organisasi internasional yang beranggotakan
khusus negara-negara yang bermayoritas penduduk muslim. Tidak ada
satupun negara yang keberatan dengan penamaan Iran sebagai Republik
Islam juga semakin menguatkan fakta itu.
Hubungan
mahasiswa Indonesia di Qom dengan KBRI di Teheran pun sangat akrab.
Berkali-kali pihak KBRI datang ke Qom mengadakan silaturahmi, buka puasa
bersama, atau silaturahmi pasca lebaran. Mengundang untuk menonton
timnas PSSI yang bertanding di Teheran. Ataupun pada saat 17 Agustus,
upacara bendera dan makan bersama. Saya pernah meraih juara I lomba
penulisan karya tulis ilmiah yang diadakan KBRI Teheran. Dan perlu
teman-teman tahu, semua staff di KBRI Teheran tidak ada yang Syiah,
semuanya Sunni. Kalaupun memang Sunni mendapat tindakan semena-mena dari
pemerintah Iran, bahkan katanya di Teheran tidak ada masjid Sunni,
staff KBRI yang akan lebih dulu menyampaikan hal itu. Atau minimal
kedutaan besar Malaysia, Arab Saudi, Mesir, dst yang ada di Teheran.
Mengapa yang getol menyebarkan propaganda negatif tentang Iran justru
media-media yang tidak satupun staff atau wartawannya yang pernah ke
Iran?.
Guru-guru
besar UIN Syarif Hdayatullah Jakarta bahkan sejumlah guru besar UIN
Alauddin Makassar pernah ke Iran. Seorang Dosen Unismuh Makassar pernah
ke Qom, mengadakan penelitian tesis doktoralnya. Saya yang menemani
beliau berkunjung ke Teheran dan Masyhad. Mengajaknya shalat berjama’ah
dibeberapa masjid-masjid. Ia shalat sambil bersedekap dengan tenang di
tengah-tengah jama’ah Iran yang tidak bersedekap. Saya pernah menyambut
tamu dirumah, ketua umum PB HMI, dan delegasi HMI yang ikut dalam
konferensi perempuan internasional di Teheran.
Kesemua
tamu itu sunni. Dan sepulangnya mereka menulis pengalaman mereka selama
di Iran dan dimuat dimedia. Tidak ada cerita sunni dibantai, cerita
sahabat-sahabat Nabi dilaknat dimimbar-mimbar, tidak ada cerita mereka
menemukan Al-Qur’an orang Iran yang berbeda, tidak ada cerita praktik
nikah mut’ah yang kebablasan sampai katanya dimasjid-masjid di Iran
disediakan ruangan khusus untuk melakukan praktik mut’ah. Yang ada
semangat ukhuwah dan persahabatan yang menakjubkan dari orang-orang Iran
yang mazhabnya beda.
Saya
yang sampai saat ini masih berada di Iran masih sering mendapat kiriman
konten-konten yang negatif tentang Iran dan Syiah, sembari menasehatkan
saya tentang bahaya Syiah. Saya tegaskan, sekalipun pada akhirnya saya
tidak memilih Syiah sebagai mazhabku dalam berIslam, saya tidak akan
merusak diri dengan mengkafirkan sesama muslim. Yang mengkafirkan
orang-orang Syiah yang juga bersyahadat, shalat, puasa, zakat dan naik
haji. Saya tidak mungkin mau menghina akal sehat dan rasioku dengan
lebih mempercayai mereka dari apa yang saya lihat dan rasakan langsung.
Kalau
Prof. Amin Rais, DR. Diin Syamsuddin, KH. Hasyim Mazudi, Habib Rizieq,
Muh. Maftuh Basyuni , guru-guru besar UIN, akdemisi Universitas2 Islam
Indonesia yang dengan hanya beberapa jam di Iran telah berkesimpulan
untuk tidak sampai mengkafirkan Syiah bagaimana dengan saya yang hidup
ditengah-tengah mereka bertahun-tahun, dan melihat langsung
amalan-amalan mereka?.
Sayang,
bahkan selama Ramadhan inipun mereka kelompok takfiri masih juga getol
menyebar berita dusta tentang Iran dan rakyatnya. Kebanyakan yang
melakukan itu adalah aktivis dakwah, aktivis ormas Islam, bahkan katanya
akademisi di lembaga penelitian. Apa ketika saya kembali ke tanah air,
dan kembali ditemui oleh KH. Said Abdushshamad (sekarang sudah Kyai
Haji) dan menjelaskan kepada saya tentang Iran seakan lebih tahu dari
saya sendiri yang menetap bertahun-tahun di Iran dan mengingatkan
tentang Syiah seakan lebih tahu dari saya yang mendengar langsung
ceramah-ceramah Syiah dari Ayatullah di Qom, apa saya akan
mempercayainya karena beliau Kyai Haji, karena beliau ketua umum LPPI
Indonesia Timur dan karena beliau jauh lebih tua dari saya?.
Sangat mengerikan menyerahkan urusan Islam kepada mereka.
*Mahasiswa Indonesia, sementara menetap di Iran.
Mushaf Fatimah, Quran Syiah..??
Senin, 04 Juli 2011 10:53 Redaksi
Menjawab Artikel “Bukti Kekufuran Syi’ah terhadap Al-Qur’an ” tulisan http://www.syiahindonesia.com
Pandangan Islam Terhadap Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan rujukan pertama dalam memahami Islam. Keimanan kepada al-Qur’an merupakan salah satu rukun dari rukun iman yang enam. Syi’ah imamiyah meyakini seyakin-yakinnya bahwa Al-Qur’an Al-Karim adalah Kalamullah yang terpelihara dari perubahan, penambahan atau pengurangan. Karena, Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Qs. Al-Hijr 9).
Ayat ini adalah jaminan dari Allah sendiri, bahwa kitab suci-Nya tidak akan mengalami pengurangan atau penambahan atau pun perubahan. Sebab, Allah sendiri-lah yang akan langsung menjaganya. Allah juga berfirman:
“Dan Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang padanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji” (Qs. Fushshilat 41-42).
Allah telah menegaskan bahwa kitab suci-Nya Al-Qur’an ini diturunkan dengan persaksian dan keilmuan Allah.
Mushaf Fatimah Quran Syi’ah ???
Sesungguhnya banyak orang yang tidak benar benar mengenal Syiah kecuali mereka hanya membebek ulama mereka. Sementara banyak juga yang sangat bangga dengan doktrin Mushaf Fatimah adalah Quran orang Syiah.Satu satunya sebab mengapa mereka akhirnya terjerumus lebih dalam kepelosok kebodohan adalah karena mereka dengan berani mengikuti ulama ulama puritan yang ‘sangat berani’ mengubah ubah Hadith Hadith Rasulullah Saww.Sehingga besar kemungkinan mereka bukanlah pemerhati atau pun mewakili Kaum Syiah kecuali hanya menjadi perpanjangan tangan kaum takhfiri saja.Inilah Hadith yang menjadi ‘alat’ kaum takhfiri dalam memfitnah Syiah, dengan memotong di kalimat belakang (un bold)
Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.Mushaf Fatimah di susun oleh Imam Ali As disaat beliau dalam kesendirian pasca Kebanyakan penduduk madinah meninggalkan beliau.
Sebagian muslimin menuduh bahwa Mushaf Fathimah Az-Zahra as adalah Quran orang-orang Syiah yang ada di tangan Imam Mahdi af yang akan disodorkan ketika dia muncul. Dan sebagian memberatkan wujudnya Mushaf itu.
Pertanyaannya adalah mengapa sebagian muslimin begitu benci dan menaruh dendam terhadap Syiah dan menuduh bahwa orang-orang Syiah memiliki al-Quran tersendiri selain yang ada di tangan orang non Syiah? Bahkan sampai saat ini senantiasa ada orang-orang dengki yang mengkritik secara tidak obyektif hanya ingin menjatuhkan dan mencari kelemahan saja tanpa ada niat ingin mencari kebenaran?
Jawabannya adalah:
1. Selain mereka tidak merujuk ke sumber-sumber hadis Syiah, mereka hanya termakan oleh hasutan musuh-musuh Syiah.
2. Mereka tidak mau menerima bahwa orang-orang Syiah meyakini bahwa Fathimah as; putri Nabi Muhammad saw memiliki sebuah Mushaf.
3. Kebencian dan kekerasan hati mereka terhadap ajaran Syiah yang disampaikan oleh para Imam Maksum as dan tidak mau orang lain memiliki keyakinan seperti apalagi dirinya.
4. Mereka berpikir bahwa Mushaf adalah kumpulan al-Quran sebagaimana istilah yang diterapkan pada zaman Rasulullah saw bahwa Mushaf adalah kumpulan-kumpulan tulisan al-Quran, padahal pada zaman itu Mushaf secara bahasa adalah kumpulan-kumpulan lembaran yang sudah dijilid dalam bentuk sebuah buku.
Jadi Mushaf bukan hanya kumpulan tulisan al-Quran saja, tetapi mencakup juga kumpulan-kumpulan tulisan selain al-Quran. Oleh karena itu Mushaf Fathimah adalah kumpulan-kumpulan tulisan yang isinya adalah pembicaraan malaikat Jibril kepada Sayyidah Fathimah sepeninggal Ayahnya saw. Walaupun sampai saat ini al-Quran itu sendiri juga dikenal dengan istilah “Mushaf Syarif”.
Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.
Hadis ini menjelaskan bahwa Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali al-Quran dan tidak satu kata pun, namun dari sisi kandungan dan topik, kendati satu kata pun dari dhahirnya al-Quran tidak tampak di sana.
Boleh jadi orang-orang yang dengki akan menyanggah bahwa banyak hadis-hadis tentang “al-Quran mencakup semua hukum, dan kejadian-kejadian sekarang dan yang akan datang”, lalu apa Mushaf Fathimah itu dan bagaimana memahami hadis berikut ini?:
Allamah Majlisi menjelaskan: “Iya memang al-Quran demikian, tetapi Mushaf adalah makna dan bacaan yang tidak kita pahami dari al-Quran, bukan tulisan lahiriahnya yang kita pahami dari al-Quran. Oleh karena itu apa yang anda maksud adalah lafadh dhahrinya al-Quran, dan itu tidak ada dalam Mushaf Fathimah.
Untuk mengetahui lebih dalam, apa sebenarnya Mushaf Fathimah? Sejak kapan ia ada? Ia mencakup pembahasan apa saja? Sekarang ada di mana dan di tangan siapa? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini. Mungkin bisa membuka wawasan sebagian kita yang belum banyak mengetahuinya.
Sayyidah Fathimah As bergelar Al Muhaddatsah.
Imam Shadiq mengenai sebab penamaan Fathimah Az-Zahra As dengan nama Muhaddatsah berkata:
“Fathimah as disebut Muhaddatsah karena malaikat Jibril senantiasa turun dan menyampaikan kabar kepadanya sebagaimana menyampaikan kabar kepada Maryam as; putri Imran”.
Malaikat Jibril berkata kepada Fathimah as sebagaimana berkata kepada Maryam; dalam ayat 42 dan 43 surat Maryam. Berhubung lawan bicaranya Sayyidah Fathimah, maka Jibril berkata demikian: “Hai Fathimah! Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. Hai Fathimah! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.
Suatu malam, Sayyidah Fathimah berbincang-bincang dengan para malaikat dan berkata:
“Bukankah Maryam (juga bergelar Sayyidatunissa lil alamin – dizamannya); putri Imran, wanita yang paling utama di antara wanita-wanita di alam?
Para malaikat menjawab: “Maryam adalah wanita yang paling utama di zamannya, tetapi Allah menetapkanmu sebagai wanita yang paling utama di zamanmu dan zamannya Maryam dan kamu adalah penghulu semua wanita yang pertama sampai yang terakhir”.
Para malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Antara lain:
1. Maryam; ibu Nabi Isa as.
2. Istri Imran; ibu Nabi Musa
3. Sarah; ibu Nabi Ishaq as.
4. Sayyidah Fathimah as.
Ketika Rasulullah Saww sakit di atas tempat tidur. Ada orang laki-laki asing mengetuk pintu. Sayyidah Fathimah as bertanya: “Siapa?”. Ia menjawab: “Aku orang asing, punya pertanyaan kepada Rasulullah, anda mengizinkan saya untuk masuk?”.
Sayyidah Fathimah As menjawab: “Kembalilah, semoga Allah merahmatimu. Rasulullah tidak enak badan”. Ia pergi kemudian kembali lagi dan mengetuk pintu dan berkata: “Ada orang asing yang minta izin kepada Rasulullah, bolehkah dia masuk?”. Pada saat itu Rasulullah Saww bangun dan berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah! Tahukah kamu siapa dia?”. Tidak ya Rasulullah!. Beliau bersabda: “Ia adalah orang yang membubarkan perkumpulan, menghapus kelezatan duniawi, ia adalah malaikat maut! Demi Allah sebelum aku ia tidak pernah meminta izin dari seorang pun dan sepeninggalku ia tidak akan meminta izin dari seorang pun, karena kehormatan dan kemuliaan yang aku miliki di sisi Allah, ia meminta izin dariku, maka izinkanlah dia masuk!”
Sayyidah Fathimah berkata: “Masuklah, semoga Allah merahmatimu!”. Masuklah malaikat maut bagaikan angin semilir seraya berkata: “Assalamu ala Ahli Baiti Rasulillah!”.
Munculnya Mushaf Fathimah.
Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.
Imam menjelaskan kandungannya:
1. Tentang kabar-kabar sekarang dan kabar yang akan datang sampai hari kiamat.
2. Tentang kabar langit dan nama-nama malaikat langit.
3. Jumlah dan nama orang-orang yang diciptakan Allah swt.
4. Nama-nama utusan Allah dan nama-nama orang yang mendustakan Allah.
5. Nama-nama seluruh orang mukmin dan orang kafir dari awal sampai akhir penciptaan.
6. Nama-nama kota dari barat sampai timur dunia.
7. Jumlah orang-orang mukmin dan kafir setiap kota.
8. Ciri-ciri orang-orang pendusta.
9. Ciri-ciri umat terdahulu dan sejarah kehidupan mereka.
10. Jumlah orang-orang zalim yang berkuasa dan masa kekuasaannya.
11. Nama-nama pemimpin dan sifat-sifat mereka, satu persatu yang berkuasa di bumi, dan keterangan pembesar-pembesar mereka, serta siapa saja yang akan muncul di masa yang akan datang.
12. Ciri-ciri penghuni surga dan jumlah orang yang akan masuk surga.
13. Ciri-ciri penghuni neraka dan nama-nama mereka.
14. Pengetahuan al-Quran, Taurat, Injil, Zabur sebagaimana yang diturunkan dan jumlah pohon-pohon di seluruh daerah.
Mushaf Fathimah ada di tangan Imam Maksum as dan silih berganti sampai sekarang ada di tangan Imam Mahdi af.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as tentang siapakah yang memegang mushaf tersebut sepeninggal Sayyidah Fathimah. Imam Baqir menjawab: “Sayyidah Fathimah secara langsung menyerahkannya kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam Zaman af. [Disadur dari Judul Asli Mengenal Mushaf Sayyidah Fathimah Az-Zahra as] ->[ Emi Nur Hayati Ma’sum Said - Al Shia ].
Maraji :
* Makalah ini disarikan secara bebas dari makalah Mushaf Fathimah Menurut Pandangan Para Imam Maksum as, Muhammad Hasan Amani.
* Lisan Arab, jilid 10 kata Shahafa. Mufradat Raghib.
* Ringkasan hadis, Usul Kafi, jilid 1, hal 239. Bashair ad-Darajat, hal 151. Bihar al-Anwar, jilid 26, hal 28.
* Bihar Al-Anwar, jilid 26, hal 40.
* Awalim Al-ulum wa al-Ma’arif wa al-Ahwal, Allamah Bahani, hal 36
* Ibid.
* Manaqib Ibnu Shahr Ashub, jilid 3, hal 336. penerbit Intisyarat Allamah.
* Lihat: Usul Kafi, jilid 1, hal 240. Bashair ad-Darajat, hal 157. Musnad Fathimah Az-Zahra, hal 282. Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 80. jilid 26, hal 44-46 dan 48. jilid 47, hal 271.
* Musnad Fathimah, rangkuman hal 290-291.
* Ibid, hal 292.
Mushaf Fatimah ???
Sesungguhnya banyak orang yang tidak benar benar mengenal Syiah kecuali mereka hanya membebek ulama mereka.
Sementara banyak juga yang sangat bangga dengan doktrin Mushaf Fatimah adalah Quran orang Syiah.
Satu satunya sebab mengapa mereka akhirnya terjerumus lebih dalam kepelosok kebodohan adalah karena mereka dengan berani mengikuti ulama ulama puritan yang ‘sangat berani’ mengubah ubah Hadith Hadith Rasulullah Saww.
Sehingga besar kemungkinan mereka bukanlah pemerhati atau pun mewakili Kaum Syiah kecuali hanya menjadi perpanjangan tangan kaum takhfiri saja.
Inilah Hadith yang menjadi ‘alat’ kaum takhfiri dalam memfitnah Syiah, dengan memotong di kalimat belakang (un bold)
Abu Basyir berkata: “Aku berada di sisi Imam Shadiq as dan aku berkata: “Apa Mushaf Fathimah itu?”. Beliau menjawab: “Mushaf yang tebalnya tiga kali al-Quran yang ada di tanganmu. Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya.
Mushaf Fatimah di susun oleh Imam Ali As disaat beliau dalam kesendirian pasca Kebanyakan penduduk madinah meninggalkan beliau.
Sebagian muslimin menuduh bahwa Mushaf Fathimah Az-Zahra as adalah Quran orang-orang Syiah yang ada di tangan Imam Mahdi af yang akan disodorkan ketika dia muncul. Dan sebagian memberatkan wujudnya Mushaf itu.
Pertanyaannya adalah mengapa sebagian muslimin begitu benci dan menaruh dendam terhadap Syiah dan menuduh bahwa orang-orang Syiah memiliki al-Quran tersendiri selain yang ada di tangan orang non Syiah? Bahkan sampai saat ini senantiasa ada orang-orang dengki yang mengkritik secara tidak obyektif hanya ingin menjatuhkan dan mencari kelemahan saja tanpa ada niat ingin mencari kebenaran? Jawabannya adalah:
- Selain mereka tidak merujuk ke sumber-sumber hadis Syiah, mereka hanya termakan oleh hasutan musuh-musuh Syiah.
- Mereka tidak mau menerima bahwa orang-orang Syiah meyakini bahwa Fathimah as; putri Nabi Muhammad saw memiliki sebuah Mushaf.
- Kebencian dan kekerasan hati mereka terhadap ajaran Syiah yang disampaikan oleh para Imam Maksum as dan tidak mau orang lain memiliki keyakinan seperti apalagi dirinya.
- Mereka berpikir bahwa Mushaf adalah kumpulan al-Quran sebagaimana istilah yang diterapkan pada zaman Rasulullah saw bahwa Mushaf adalah kumpulan-kumpulan tulisan al-Quran, padahal pada zaman itu Mushaf secara bahasa adalah kumpulan-kumpulan lembaran yang sudah dijilid dalam bentuk sebuah buku. Jadi Mushaf bukan hanya kumpulan tulisan al-Quran saja, tetapi mencakup juga kumpulan-kumpulan tulisan selain al-Quran. Oleh karena itu Mushaf Fathimah adalah kumpulan-kumpulan tulisan Sayyidah Fathimah sepeninggal Ayahnya saw. Walaupun sampai saat ini al-Quran itu sendiri juga dikenal dengan istilah “Mushaf Syarif”.
Hadis ini menjelaskan bahwa Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali al-Quran , adapun kalimat : “”Namun, demi Allah, tidak satu kata pun dari al-Quran ada di dalamnya”” bermakna metafora atau kiasan yang bermakna “”kumpulan tulisan Sayyidah Fathimah, sepeninggalnya secara langsung diserahkan kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam Mahdi.. Adapun Al Quran Syi’ah sama persis dengan Al Quran Sunni””
Boleh jadi orang-orang yang dengki akan menyanggah bahwa banyak hadis-hadis tentang “al-Quran mencakup semua hukum, dan kejadian-kejadian sekarang dan yang akan datang”, lalu apa Mushaf Fathimah itu dan bagaimana memahami hadis berikut ini?:
Allamah Majlisi menjelaskan: “Iya memang al-Quran demikian, tetapi Mushaf adalah makna dan bacaan yang tidak kita pahami dari al-Quran, bukan tulisan lahiriahnya yang kita pahami dari al-Quran. Oleh karena itu apa yang anda maksud adalah lafadh dhahrinya al-Quran, dan itu tidak ada dalam Mushaf Fathimah.
Untuk mengetahui lebih dalam, apa sebenarnya Mushaf Fathimah? Sejak kapan ia ada? Ia mencakup pembahasan apa saja? Sekarang ada di mana dan di tangan siapa? Mari kita ikuti penjelasan berikut ini. Mungkin bisa membuka wawasan sebagian kita yang belum banyak mengetahuinya.
Sayyidah Fathimah As bergelar Al Muhaddatsah.
Imam Shadiq mengenai sebab penamaan Fathimah Az-Zahra As dengan nama Muhaddatsah berkata: “Fathimah as disebut Muhaddatsah karena malaikat Jibril senantiasa turun dan menyampaikan kabar kepadanya sebagaimana menyampaikan kabar kepada Maryam as; putri Imran”.
Malaikat Jibril berkata kepada Fathimah as sebagaimana berkata kepada Maryam; dalam ayat 42 dan 43 surat Maryam. Berhubung lawan bicaranya Sayyidah Fathimah, maka Jibril berkata demikian: “Hai Fathimah! Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. Hai Fathimah! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”.
Suatu malam, Sayyidah Fathimah berbincang-bincang dengan para malaikat dan berkata:“Bukankah Maryam (juga bergelar Sayyidatunissa lil alamin – dizamannya); putri Imran, wanita yang paling utama di antara wanita-wanita di alam?
Para malaikat menjawab: “Maryam adalah wanita yang paling utama di zamannya, tetapi Allah menetapkanmu sebagai wanita yang paling utama di zamanmu dan zamannya Maryam dan kamu adalah penghulu semua wanita yang pertama sampai yang terakhir”.
Para malaikat biasanya hanya berbicara dengan para nabi saja. Namun ada empat wanita mulia yang hidup di zaman para nabi, dan kendati mereka bukan nabi, tetapi para malaikat berbicara dengan mereka. Antara lain:
1. Maryam; ibu Nabi Isa as.
2. Istri Imran; ibu Nabi Musa
3. Sarah; ibu Nabi Ishaq as.
4. Sayyidah Fathimah as.
Ketika Rasulullah Saww sakit di atas tempat tidur. Ada orang laki-laki asing mengetuk pintu. Sayyidah Fathimah as bertanya: “Siapa?”. Ia menjawab: “Aku orang asing, punya pertanyaan kepada Rasulullah, anda mengizinkan saya untuk masuk?”.
Sayyidah Fathimah As menjawab: “Kembalilah, semoga Allah merahmatimu. Rasulullah tidak enak badan”. Ia pergi kemudian kembali lagi dan mengetuk pintu dan berkata: “Ada orang asing yang minta izin kepada Rasulullah, bolehkah dia masuk?”. Pada saat itu Rasulullah Saww bangun dan berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah! Tahukah kamu siapa dia?”. Tidak ya Rasulullah!. Beliau bersabda: “Ia adalah orang yang membubarkan perkumpulan, menghapus kelezatan duniawi, ia adalah malaikat maut! Demi Allah sebelum aku ia tidak pernah meminta izin dari seorang pun dan sepeninggalku ia tidak akan meminta izin dari seorang pun, karena kehormatan dan kemuliaan yang aku miliki di sisi Allah, ia meminta izin dariku, maka izinkanlah dia masuk!”
Sayyidah Fathimah berkata: “Masuklah, semoga Allah merahmatimu!”. Masuklah malaikat maut bagaikan angin semilir seraya berkata: “Assalamu ala Ahli Baiti Rasulillah!”.
Munculnya Mushaf Fathimah.
Imam Shadiq as bersabda: “Sepeninggal Rasulullah saw Sayyidah Fathimah hanya hidup selama tujuh puluh lima hari. Di masa-masa kesedihan beliau itu malaikat Jibril selalu turun menemuinya memberitakan keadaan ayahnya di sisi Allah dan memberitakan tentang kejadian yang akan datang mengenai anak-anaknya (kejadian yang akan menimpa kesahidan anak-anaknya di tangan manusia-manusia zalim), dan Imam Ali menulisnya dalam sebuah Mushaf sehingga disebut sebagai Mushaf Fathimah”.
Poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah as.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as mengenai poin-poin yang ada dalam Mushaf Fathimah.
Imam menjelaskan kandungannya:
- Tentang kabar-kabar sekarang dan kabar yang akan datang sampai hari kiamat.
- Tentang kabar langit dan nama-nama malaikat langit.
- Jumlah dan nama orang-orang yang diciptakan Allah swt.
- Nama-nama utusan Allah dan nama-nama orang yang mendustakan Allah.
- Nama-nama seluruh orang mukmin dan orang kafir dari awal sampai akhir penciptaan.
- Nama-nama kota dari barat sampai timur dunia.
- Jumlah orang-orang mukmin dan kafir setiap kota.
- Ciri-ciri orang-orang pendusta.
- Ciri-ciri umat terdahulu dan sejarah kehidupan mereka.
- Jumlah orang-orang zalim yang berkuasa dan masa kekuasaannya.
- Nama-nama pemimpin dan sifat-sifat mereka, satu persatu yang berkuasa di bumi, dan keterangan pembesar-pembesar mereka, serta siapa saja yang akan muncul di masa yang akan datang.
- Ciri-ciri penghuni surga dan jumlah orang yang akan masuk surga.
- Ciri-ciri penghuni neraka dan nama-nama mereka.
- Pengetahuan al-Quran, Taurat, Injil, Zabur sebagaimana yang diturunkan dan jumlah pohon-pohon di seluruh daerah.
Abu Bashir bertanya kepada Imam Muhammad Baqir as tentang siapakah yang memegang mushaf tersebut sepeninggal Sayyidah Fathimah. Imam Baqir menjawab: “Sayyidah Fathimah secara langsung menyerahkannya kepada Imam Ali as dan sepeninggal Imam Ali ada di tangan Imam Hasan as kemudian sepeninggal beliau ada di tangan Imam Husein kemudian silih berganti di antara Imam maksum keturunan Imam Husein sehingga diserahkan kepada Imam Zaman af. [Disadur dari Judul Asli Mengenal Mushaf Sayyidah Fathimah Az-Zahra as]->[Emi Nur Hayati Ma’sum Said - Al Shia].
Maraji :
* Makalah ini disarikan secara bebas dari makalah Mushaf Fathimah Menurut Pandangan Para Imam Maksum as, Muhammad Hasan Amani.
- Lisan Arab, jilid 10 kata Shahafa. Mufradat Raghib.
- Ringkasan hadis, Usul Kafi, jilid 1, hal 239. Bashair ad-Darajat, hal 151. Bihar al-Anwar, jilid 26, hal 28.
- Bihar Al-Anwar, jilid 26, hal 40.
- Awalim Al-ulum wa al-Ma’arif wa al-Ahwal, Allamah Bahani, hal 36
- Ibid.
- Manaqib Ibnu Shahr Ashub, jilid 3, hal 336. penerbit Intisyarat Allamah.
- Lihat: Usul Kafi, jilid 1, hal 240. Bashair ad-Darajat, hal 157. Musnad Fathimah Az-Zahra, hal 282. Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 80. jilid 26, hal 44-46 dan 48. jilid 47, hal 271.
- Musnad Fathimah, rangkuman hal 290-291.
- Ibid, hal 292.
Dengan kondisi tubuh yang lemah dan terluka Putri Cahaya terbaring lemah di pembaringan di temani Sang Suami Tercinta, 2 pemuda suci buah Hati Kesayangan Nabi Suci SAWW dan para Putri putri Suci Imam Ali As.
Lepas seminggu lalu Beliau AS menemui “sang Khalifah Musyawarah” di masjid Madinah dan mengingatkan kembali kepadanya bahwa Hak Keluarga Muhammad (SAWW) harus di kembalikan kepada Pemiliknya.
Kala itu beliau menyampaikan sebuah Khutbah Panjang yang amat Indah dan menyentuh nurani..
Khutbah yang tak urung membuat hadirin dan sang khalifah Saqifah tersedu-sedu.
Namun ternyata bisikan Raja Laknatullah telah mempengaruhinya hingga tak membuat nya berkenan mengembalikan Hak Keluarga Nabi Kepada Pemiliknya..Al Mardhiyyah pun kembali ke rumah dengan jiwa terluka…
dengan Perasaan kecewa haqnya telah dirampas.
Hal yang justru membuat keadaan Beliau semakin lemah..
Beban yang tidak layak dibayangkan namun nyata dialami Sang Putri Cahaya AS..Sudah beberapa hari ini beliau tidak siuman karena menanggung luka dan kerinduan membuncah pada Ayahanda Tercinta Saww..
Kehadiran Jibril yang kerap mengunjunginya dan menyampaikan salam dari Manusia Agung SAWW sedikit menjadi penghibur lara walau tak mengobatinya.
Lepas dari siumannya datanglah 2 orang yang telah menyakiti beliau seraya ingin memperoleh maaf dan ridho atas perlakuan mereka kepada Putri Cahaya As, karena mereka ingat dan faham Pesan Suci Nabi bahwa ‘ siapa yang menyakiti Fatimah ia menyakitiku…’ (bukhari) .
Namun sayang, kehadiran mereka telah terlambat, Kehadiran mereka tidak lagi membuat segalanya akan baik. Singkat cerita, mereka pun akhirnya diterima Sang Bidadari -setelah Imam Ali As membantu membujuk istrinya tuk menerima mereka-
Dihadapan Az Zahra As mereka menyampaikan permohonan maaf dan memohon keridhoan atas tindakan mereka. Dengan Wajah berpaling dan sepanjang pertemuan Beliau tidak memandang mereka, Al Radhiyyah berkata bahwa saat ia kembali kepada Tuhan akan diadukannya segala perbuatan Mereka kepada Ayahanda Tercinta SAWW dan agar ALLAH menurunkan segala keburukan pada mereka.
Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan Rasulullah Saww, Keridhoan Fatimah adalah Keridhoan ALLAH..
Mereka pun kembali dengan hati hancur dan harapan sia sia, Demi ALLAH, Mereka tidak mendapat Ridho Fatimah…..
Lepas Hari itu Beliau menyampaikan sebuah wasiat kepada Suami Tercinta, Saudara Rasul, Jawara Langit, Singa ALLAH, Pelindung Nabi ALLAH, Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib AS…
Dihadapan suami dan para Putra Mulia AS, serta disaksikan airmata Suci washi Nabi, Belahan jiwa… Cahaya Nabi menyampaikan wasiat sucinya.
“Hai Abu Hasan, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu,
Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu”
Imam Ali as menjawab: “Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang kau perintahkan padaku,
Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku”
Sayyidah Fatimah as mulai berkata: “Abu Hasan,engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat,
Dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku”
Imam Ali as menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa, Tidak wahai Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku, Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu, Tetapi ini adalah hal yang harus terjadi”.
“Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saww atasku, Sungguh besar musibah kematianmu dan kepergian atasku, Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan”.
Kemudian Imam Ali as mengusap kepala Fatimah sambil menangis.
Lalu Sayyidah Fatimah As melanjutkan wasiatnya:
“Abu Hasan, jika aku telah meninggal, Mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah saww, lalu kafanilah aku, Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku, Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka”.
Kemudian Sayyidah Fatimah As meneruskan: “Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, Dan sembunyikanlah letak kuburanku”.
“Abu Hasan, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan as dan Husien as,
Jangan kau bentak mereka, Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita, Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka Rasulullah saw,
Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah as”.
Kemudian Imam as keluar menuju mesjid.
Fatimah as berdiri dan memandikan Hasan as dan Husein as,
Ia mengganti pakaian Hasan as dan Husein as setelah menyiapkan makanan bagi mereka.
Fatimah as berkata kepada mereka: “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid”
Sebagaimana biasa, Fatimah as menitipkan Zainab kerumah ummu Salamah.
Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah.
Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku:
“Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku, Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran”.
“Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,
Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww”.
Asma’ berkata: “ Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar”.
Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an,
Tiba-tiba suara Fatimah as berhenti.
Aku memanggilnya: “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab,
Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat,
Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya.
Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.
Asma’ berkata: “Aku menciuminya dan berkata kepadanya: “Wahai Tuanku/Pemimpinku”,
“Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw”.
Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid,
Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku:
“Asma’, dimana ibu kami Fatimah as ?”
Aku menjawab: “Kedua pemimpinku, ibu kalian sedang tidur”.
Husein as berkata: “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini , saat waktu shalatnya?
Tidak biasanya ia tertidur disaat ini”.
Aku berkata: “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian”.
Asma’ berkata: “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as”.
Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.
“Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as”.
Husein as berkata: “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?
Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?”
Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamar…
Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya,
Lalu berkata: “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu…Husein,
Ibu…, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”.
Husein berteriak: “Hai Hasan as…, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as”.
Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya
Asma’ berkata: “Aku masuk kamar… Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku”.
Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah as
Dan dia berkata: “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”.
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun….
Sebuah riwayat mengatakan :
Saat Imam Ali As dan Putra Putri Suci menangisi jenazah agung Putri Nabi dengan menautkannya dikaki, tangan dan sambil memeluk beliau alaihassalam..
Terdengar suara tanpa wujud…
“Ya Abal Hasan Hentikan tangisan putra putri Fatimah, sungguh langit dan isinya berguncang menyaksikan ratapan kalian…”
Sungguh inilah Duka terbesar setelah kami kehilangan Panutan Agung Ayahandamu tercinta Al musthofa Saww…
Salam rindu kami padamu Ya ummu Aimmah…
Salam rindu kamu wahai sirrullah..
(Dinukil dari kajian lama, berbagai sumber & Al-shia).
Pernyataan menggelikan yang dilontarkan oleh Ustad salafi ialah adanya Qur’an orang Syiah yang disebutnya dengan Mushaf Fatimah. “ Al Qur’an mereka yang berjumlah 17 ribu ayat itu disebut Mushaf Fatimah “. Dalam catatan kaki, ia mengutipnya, dari kitab Al Kafi, juz 1 halaman 240 – 241.
Padahal, kalau kita merujuk kepada kitab tersebut, tidak ada satu kata atau kalimat dimanapun di dalam kitab tersebut yang menyebutkan bahwa Mushaf Fatimah adalah kitab suci Al Qur’an. Entah darimana Ustad salafi memperoleh ‘mimpi’ bahwa Mushaf Fatimah adalah kitab suci Al Qur’an. Sekedar pengetahuan buat Ustad salafi bahwa dalam ajaran Syi’ah ( versi orang Syi’ah ) yang kami yakini, Mushaf Fatimah bukanlah kitab suci Al Qur’an.
Di dalam buku berjudul “ Sunnah Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah “, karya Husein Al Habsyi, pada halaman 98 di bawah subjudul Beberapa Pendapat Ulama Syi’ah Imamiyah Tentang Al Qur’an, tertulis sebagai berikut :
“Perlu diketahui, tuduhan yang mengatakan bahwa Syi’ah Imamiyah beranggapan bahwa Al Qur’an telah diubah atau dikurangi adalah tuduhan yang tidak berdasar dan salah. Disini kami ingin menyampaikan keterangan – keterangan ulama Syi’ah Imamiyah yang berkaitan dengan masalah ini, antara lain :
1. Syaikh Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Al Qummi.
Di dalam risalahnya yang berjudul I’tiqaduna Fi Al Qur’an menyebutkan : “ Keyakinan kami tentang Al Qur’an ialah bahwa Al Qur’an yang sebenarnya adalah yang sekarang ada pada masyarakat dunia dan tidak lebih dari itu. Dan, orang yang menuduh bahwa Syi’ah Imamiyah mengatakan dan beranggapan lebih dari itu, ketahuilah bahwa ia adalah seorang pembohong”.
Al Qummi juga dengan tegas mengatakan bahwa “ Keyakinan dan anggapan seperti itu adalah anggapan seluruh Imamiyah dan mereka mengatakan bohong kepada orang yang menuduh adanya pengubahan ( tahrif ) pada Syi’ah ”
2. Syaikh Muhammad bin Hasan Al Thusi.
Al Tibyan fi Tafsir Al Qur’an : “Anggapan bahwa Al Qur’an telah dikurangi dan ditambah sama sekali tidak layak diketengahkan oleh siapapun yang membahas persoalan ini, sebab adanya tambahan sudah di-ijma’- kan kebatilannya”
3. Abu Ali Al Fadhl Al Thabrasi.
Penulis kitab Tafsir Majma’ Al Bayan mengatakan dalam salah satu mukadimah kitabnya : “ Anggapan tentang adanya penambahan Al Qur’an merupakan satu hal yang sudah jelas salah dan menyalahi ijma’ yang ada….”.
4. Syaikh Al Nabhani.
Al Syaikh Bahauddin Muhammad bin Al Husain Al Amili berkata : “ Pendapat yang benar ialah bahwa Al Qur’an terjaga dari pengubahan baik berupa pengurangan maupun penambahan, berdasarkan firman Allah SWT : “ Dan sesungguhnya Kami benar – benar memeliharanya “ ( QS 15 : 9 ).
5. Al Muhaqqiq Al Tsani.
Syaikh Ali bin Abdil Al Kharkhi yang dikenal dengan gelar Al Muhaqiq Al Tsani telah menulis sebuah buku tentang penolakan adanya pengurangan dan penambahan Al Qur’an berdasarkan ijma’.
6. Syaikh Ja’far Al Najafi.
Syaikh Ja’far Al Najafi adalah seorang yang terkemuka pada zamannya dan ia adalah salah seorang ahli fiqih. Dalam mukadimah bukunya yang berjudul Kasyif Al Ghita’ , beliau menulis : “Tidak ragu lagi, Al Qur’an senantiasa terjaga dari kekurangan dengan penjagaan yang ketat dari Allah yang disebutkan dalam Al Qur’an dan kesepakatan para ulama di setiap zaman. Pendapat beberapa orang yang menolak keterangan itu tidak perlu dirisaukan”
7. Al Sayyid Muhsin Al Muhaqqiq Al Baghdadi.
Ia adalah salah satu tokoh terkemuka pada zamannya. Dalam bukunya yang berjudul Syarh Al Waqifiyah , sebuah uraian mengenai ushul fiqih, ia menulis : “ Adanya ijma’ para ulama tentang tidak adanya tambahan di dalam Al Qur’an didukung oleh kebanyakan ulama. Begitu pula ulama kami, Syi’ah Imamiyah, mereka juga sepakat tentang tidak adanya kekurangan di dalam Al Qur’an”
Yang kami sebutkan di atas adalah nama ulama akhir – akhir ini atau yang sering kali disebut dengan ulama’ mutaakhkhirin . ( ‘Sunnah Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah, karya tokoh Syi’ah termuka, Husain Al Habsyi, halaman 98 – 102 ).
Nah, anda lihat seluruh para ulama Syi’ah sudah sepakat ( ‘ijma ) bahwa Al Qur’an tidak mengalami perubahan ( tahrif ) , baik penambahan ataupun pengurangan. Lalu, muncullah Ustad salafi yang bukan Syi’ah dan secara semena – mena memvonis bahwa Syi’ah meyakini tahrif Al Qur’an . Ini sangat menggelikan dan kita harus mempertanyakan, darimana anda mendapatkan ‘wangsit’ semacam itu , Pak Ustad ???.
Sengaja saya mengutip pendapat para ulama Syi’ah tersebut langsung dari bukunya Ustad Husain Al Habsyi yang berjudul ‘ Sunnah Syi’ah Dalam Ukhuwah Islamiyah ‘ itu.
Hadis yang disampaikan salafi itu secara lengkap berbunyi :
“ Sesungguhnya Al Qur’an yang dibawa Jibril AS kepada ( Nabi ) Muhammad SAW adalah 17 ribu ayat ”
Memang benar, hadis di atas diriwayatkan Syeikh al Kulaini (RH) dalam Kitab Al Kâfi pada Kitabu Fadhli Al Qur’an, Bab An Nawâdir. Namun, yang luput dari perhatian salafi ialah kenyataan bahwa hadis di atas adalah hadis Âhâd (bukan mutawâtir) yang tidak akan pernah ditemukan di bagian lain di dalam kitab Al Kâfi maupun kitab-kitab hadis Syi’ah lainnya dengan sanad di atas.
.
For your information. Bahwa al Kulaini (RH) memasukkan hadis di atas dalam Bab An Nawâdir. Dan, tahukah anda apa yang kami maksudkan dengan An Nawadir ?. Seperti disebutkan Syeikh Mufîd bahwa para ulama Syi’ah telah menetapkan bahwa hadis-hadis nawâdir adalah tidak dapat dijadikan pijakan dalam amalan, sebagaimana istilah nadir ( bentuk tunggal kata Nawâdir) sama dengan istilah Syâdz. Dan para Imam Syi’ah AS. telah memberikan sebuah kaidah dalam menimbang sebuah riwayat yaitu hadis syâdz harus ditinggalkan dan kita harus kembali kepada yang disepakati al Mujma’ ‘Alaih.
.
Imam Ja’far as. bersabda:
يَنْظُرُ إلَى ما كان مِن رِوَايَتِهِم عَناّ فِي ذلك
الذي حَكَمَا بِه الْمُجْمَع عليه مِن أصحابِك فَيُؤْخَذُ بِه من
حُكْمِنَا وَ يُتْرَكُ الشَّاذُّ الذي ليْسَ بِمَشْهُوْرٍ عند أصحابِكَ،
فإنَّ الْمُجْمَعَ عليه لاَ رَيْبَ فيه.
َ“Perhatikan apa yang di riwayatkan oleh mereka dari kami yang jadi dasar keputusan mereka. Diantara riwayat riwayat itu, apa yang disepakati oleh sahabat-sahabatmu, ambillah ! . Adapun riwayat yang syâdz dan tidak masyhur di antara sahabat-sahabatmu tinggalkanlah !. Karena riwayat yang sudah disepakati itu tidak mengandung keraguan ” ( HR. Al Kâfi, Kitab Fadhli Al ‘Ilmi, Bab Ikhtilâf Al Hadîts, hadis no. 10 )
Sementara hadis di atas tidak meraih kemasyhuran dari sisi dijadikannya dasar amalan dan fatwa, tidak juga dari sisi berbilangnya jalur periwayatannya. Ia sebuah riwayat Syâdz Nâdirah dan bertentangan dengan ijmâ’ mazhab seperti yang dinukil dari para tokoh terkemukan Syi’ah di antaranya Syeikh Shadûq, Syeikh Mufîd, Sayyid al Murtadha ‘Almul Hudâ, Syeikh ath Thûsi, Allamah al Hilli, Syeikh ath Thabarsi dll.
.
Hadis di atas tidak memenuhi syarat-syarat diterimanya sebuah riwayat dan kaidah-kaidah pemilahan antara hadis shahih dan selainnya yang telah ditetapkan Syeikh Al Kulaini sendiri dalam Al Kâfi.
.
Pendek kata, hadis tersebut – menurut ulama Syi’ah – berstatus syadz ( meragukan ) dan ditolak untuk diamalkan atau dijadikan pegangan , karena itu tidak pernah dijadikan dasar amalan dan keyakinan Syi’ah.
saudaraku……
Mushaf maksudnya suatu kumpulan sahifah yang merupakan bentuk tunggal untuk kata ‘halaman’ ( shuhuf ). Arti literal dari kata mushaf adalah naskah yang terikat diantara dua papan. Pada jaman itu orang-orang biasa menulis di atas kulit dan benda benda lain. Mereka menggulung tulisan-tulisan itu dikenal sebagai gulungan surah, atau mereka memakai lembaran-lembaran terpisah dan mengikatnya bersama-sama, karena itu disebut mushaf. Sekarang ini kita menyebutnya ‘buku’. Kata yang sebanding dengan buku adalah ‘kitab’ yang dulu ( dan sekarangpun masih ) biasa ditujukan untuk korespondensi atau untuk suatu dokumen tertulis atau tercatat.
Al Qur’an adalah sebuah mushaf ( buku / kitab), tetapi tidak setiap mushaf kita sebut dengan Al Qur’an. Mushaf Fatimah bukanlah Al Qur’an. Dalam sebuah hadis, dikatakan bahwa Fathimah AS, sesudah Rasulullah SAW wafat, biasa menulis apa yang sudah diberitahukan kepadanya tentang apa yang akan terjadi pada anak cucunya dan kisah-kisah mengenai para penguasa selanjutnya ( hingga hari kebangkitan ). Fathimah AS mencatat atau meminta Imam Ali untuk mencatatkan informasi-informasi tersebut, yang disimpan keluarga para imam, dan disebut Kitab ( Mushaf ) Fathimah.
Kesimpulan, tidak pernah ada Al Qur’an yang disebut dengan Mushaf Fatimah. Ini hanya tuduhan yang diada – adakan oleh orang – orang yang membenci dan memusuhi Syi’ah.
Syi’ah Imamiyah dan Iran adalah Super Power Dunia Masa Depan !
( oleh Amin Farazala Al Malaya, nick name : Ustad Syi’ah Ali / Ibnu Jakfari )Oleh karenanya, menarik untuk menganalisa akan seperti apa Timur Tengah 10 atau 20 tahun kemudian.
Kita asumsikan pekerjaan menumbangkan rejim-rejim Arab akan selesai sebagian besarnya pada akhir 2012, atau maksimal tahun 2013. Apa yang akan terjadi sesudah itu?
Iran saat ini sedang dalam masa keemasan dengan Syiahnya. Sejak berhenti berperang melawan Iraq tahun 80-an, praktis konsentrasinya hanya menyebarkan pengaruh melalui ajaran Syiah ke seluruh kawasan bahkan dunia. Bahkan Indonesia dijadikan obyek garapan serius.
Iran menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Ia punya pengaruh luas di dunia Islam. Iraq sudah berada dalam kontrol Iran setelah ditinggal Amerika, meski tidak penuh. Jika Bahrain berhasil, akan bertambah lagi negara Syiah. Dan banyak lagi.
Syiah dengan dukungan Iran sudah siap menggeliat. Syiah dan Iran sudah siap menunggu untuk menjadi super power berikutnya, pasca tumbangnya Amerika dan koalisi. Sekitar 10 atau 20 tahun ke depan, Iran dengan Syiahnya akan jauh lebih kuat dari sekarang. Kakinya berpijak di sejumlah kawasan dengan lebih kuat,
- Iran negara kaya dengan uang minyak yang melimpah, hanya kalah dari Saudi.
- Iran tak terlibat dalam peperangan dengan bangsa manapun, sehingga dana mereka utuh.
- Iran punyapendakwah di semua negara Timur Tengah dengan ajaran Syiahnya. Mereka bisa dimanfaatkan untuk membelokkan agenda reformasi, atau minimal mengurangi resistensi masyarakat Sunni terhadap ajaran Syiah.
- Iran sangat dekat dengan tempat-tempat pergolakan di Timur Tengah, dan memiliki postur yang relatif sama, juga bisa berbahasa Arab. Mudah bagi mereka berdakwah !
- Iran juga mandiri secara teknologi, yang bisa menjadi alternatif jika masyarakat Timur Tengah menolak Barat. Militernya juga kuat, bahkan mungkin terkuat di kawasan.
- Iran juga konsisten ada permusuhan kepada Amerika dan Israel, yang membuat rakyat Timur Tengah sulit untuk mengabaikan Iran, misalnya dalam kasus pembelaan terhadap gaza.
- Iran juga tak dipusingkan dengan Al-Qaeda, berbeda dengan Saudi atau Barat. Wajar, sebab Al-Qaeda hanya bisa beroperasi jika ada basis Sunni-nya, sementara Iran sedikit sekali penganut Sunninya. Artinya, kekuatan ekonomi dan militer Iran dalam keadaan stabil walaupun ada embargo dari Amerika !
Misalnya Mesir, saat para aktifis Ikhwan sibuk bertarung melawan kaum sekuler dalam menentukan warna negaranya, Syiah dengan leluasa berdakwah di tengah masyarakat. Tak ada lagi undang-undang atau kekuasaan yang bisa melarangnya, karena eranya sudah terbuka. Dalam 10 atau 20 tahun ke depan, Iran tinggal menuai hasilnya. Demikian pula di negara-negara lain.
Saat Husni Mubarak berkuasa, di balik kebengisannya kepada rakyat, ada manfaat geopolitik yang tak disadari, yakni kebenciannya kepada Iran. Sejak Iran sukses menumbangkan tiran Reza Pahlevi tahun 1979, dan haluan negara berobah menjadi Syiah tulen, Mesir tak pernah mengijinkan kapal Iran melintas di terusan Suez. Tapi setelah Mesir menumbangkan Husni Mubarak, untuk pertama kali terusan Suez dilintasi kapal perang Iran.
Pergolakan di Bahrain juga meresahkan, di mana para demonstrannya adalah Syiah melawan rejim penguasa yang Sunni. Arab Saudi dalam posisi dilematis, jika membiarkan rejim Bahrain ditumbangkan oleh demonstran Syiah, maknanya rejim Sunni yang notabene sahabat Saudi akan hilang. Jelas Saudi dalam bahaya, karena ancaman Syiah makin mendekat ke garis perbatasannya. Meski akan mengundang pandangan miring dari dunia internasional, Arab Saudi merasa perlu mengirimkan bala tentara secara langsung ke Bahrain, sebagai upaya membendung gerak maju Syiah.
Tak jauh beda Oman, Kuwait dan Yaman, yang semuanya menyimpan potensi penganut Syiah yang cukup besar. Jika pergolakan rakyat ini bisa dimainkan dengan baik oleh Iran, bukan mustahil Arab Saudi makin terdesak oleh gerak maju pengaruh Iran yang Syiah di kawasan. Sebelum pecah pergolakan saja, pemberontak Houtsi di Yaman sudah sangat merepotkan Saudi.
Belum lagi ditambah pergolakan dalam negeri Saudi, yang juga disulut oleh penganut Syiah yang asli berkewarga-negaraan Saudi. Mereka terkonsentrasi di kota-kota bagian timur Saudi, seperti Hufuf, Qatif dan Awamiya. Rejim Saudi yang berpaham Sunni sedang diguncang gerakan rakyat pengikut Imam Ali
Artinya, pergolakan Timur Tengah ini sudah agak terlambat bagi Amerika dan Barat secara umum, karena mereka terlanjur terperosok di kubangan Afghanistan dan Iraq yang membuat mereka tak lagi bisa lincah bergerak. Dahulu ketika Amerika masih kuat, pergolakan semacam ini akan menjadi peluang emas, karena tak ada saingan. Tapi kini, pesaingnya sudah banyak.
Namun ini sama sekali tidak berarti Barat sudah lumpuh. Mereka masih kuat dan berbahaya, tapi tidak lagi menjadi pemain tunggal dalam memanfaatkan momentum pergolakan semacam ini, apalagi di kawasan sepenting Timur Tengah yang merupakan panggung utama pergolakan dunia.
Syi’ah Meningkat di Kalangan Sunni Gaza.
Jumlah kaum Syi’ah meningkat di Jalur Gaza, yang memiliki mayoritas penduduk Sunni, sebuah website Iran melaporkan pekan lalu.Situs internet Asr Iran (Iran Age) melaporkan bahwa sejumlah besar warga Palestina di Gaza telah menjadi Syiah dalam beberapa tahun terakhir, meskipun wilayah itu dikendalikan oleh penguasa Islam Sunni Hamas.
Sebuah laporan yang serupa oleh Agence-France Press mengatakan bahwa sejumlah besar warga Gaza telah menjadi Syiah dalam beberapa tahun terakhir, sinyal ini menjadi tanda yang jelas dari peningkatan pengaruh Iran di antara warga Palestina.
Negara-negara Arab telah lama menuduh Iran menghasut kebencian dan memicu ketegangan sektarian di antara masyarakat mereka.
Penguasa Hamas, sementara itu, sangat berhati-hati berurusan dengan para muslim Sunni yang menjadi Syiah, agar tidak membahayakan hubungan mereka dengan sekutu mereka yang paling dekat Teheran.
Abdul Rahim Hamad, seorang muslim Sunni yang murtad menjadi Syiah yang tinggal di kamp pengungsi Jabalia, mengatakan kepada AFP bahwa ia menjadi Syi’ah lima tahun yang lalu. Dia mengatakan bahwa adanya peningkatan jumlah Syi’ah di Gaza karena pengaruh Iran dan Hizbullah Libanon di wilayah tersebut.
“Kami sekarang berjumlah ratusan di Gaza. Kami akan memulai kegiatan politik kami secepatnya. Syi’ah Palestina akan memainkan peranan penting dalam mengontrol wilayah ini di masa depan,” seperti dikutip AFP atas pernyatannya.
Ahmad Yussuf, penasehat Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyah, membantah adanya peningkatan jumlah Syi’ah di Gaza, tapi ia menambahkan bahwa rakyat Palestina “cinta Iran dan Hizbullah.”.
12 PEMIMPIN SEPENiNGGAL NABi SAW YANG ADA DALAM HADITS-HADITS AHLU SUNNAH.
LANJUTANNYA LAGI NIH………….
Ada berbagai macam cara atau metode untuk menafsirkan al-Qur’an:
a. . Menafsirkan al-Qur’an dengan nafsu (seperti
yang anda lakukan di atas karena anda tidak menjelaskan mengapa anda
menuliskan kalimat HANYA KEPADA IBRAHIM. Kelihatan anda tergesa-gesa
dalam menuliskan tafsiran ini).
b. Menafsirkan al-Qur’an lewat bahasa/terjemahannya (ini saya lakukan terhadap ayat itu).
c. Menafsirkan al-Qur’an lewat hadits yang
kira-kira bisa menjadi penjelasan dari ayat al-Qur’an itu (ini yang saya
lakukan terhadap ayat 124, Al-Baqarah—yang baru ustadz kenal karena
saya mengenalkannya—dengan hadits 12 Imam dari Ahlu Sunnah).
d. Menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an yang
pernah dilakukan oleh Sayyid Allama Thabatabai dalam tafsir
Al-Qur’an-nya yang terkenal yaitu Al-Mizan.
Al-Ustadz Alvaen yang terhormat. Yang saya lakukan
ketika saya menafsirkan ayat 124 dari Al-Baqarah itu ialah cara atau
metode nomor 2 dan 3. Itu saya kira lebih aman dengan mencari penjelasan
dalam hadits ketimbang dikira-kira memakai hawa nafsu seperti yang anda
lakukan.
A. PENJELASAN DALAM HADITS:
Berikut beberapa hadits yang juga ikut memberikan
sumbangan yang cukup besar untuk menafsirkan ayat itu sesuai dengan
tafsiran yang saya sampaikan. Tidak ada paksaan dari saya untuk anda
agar anda mengikuti apa yang saya yakini. Saya sampaikan hadits-hadits
berikut untuk menunjukkan kaitan atau hubungan antara kata-kata “DAN
JUGA DARI KETURUNANKU (Ibrahim)” dengan keturunan atau hubungan darah
yang ada pada Nabi Muhammad yang bersambung pada Nabi Ibrahim. Berikut
hadits-hadits itu:
a. Dari Ubayah bin Rabi’i, dari Jabir, ia berkata:
“Beliau bersabda, ‘Aku adalah pemimpin para Nabi,
Ali adalah pemimpin para washi (pengemban wasiatku) dan para washiku;
sepeninggalku ada dua belas, yang pertama, Ali dan yang terakhir adalah
Al-Qaim al-Mahdi” (lihat Yanabi’ al-Mawaddah; al-Qanduzi al-Hanafi, hal. 455).
Hadits ini dengan jelas juga menafsirkan
hadits-hadits sebelumnya yang menyebutkan ada dua belas pemimpin setelah
Rasulullah. Di sini dengan jelas menutup peluang pemimpin gadungan lain
yang bisa anda masukkan kedalam untaian pemimpin yang dua belas itu.
Dan itu ditambah dengan kenyataan bahwa semuanya adalah keturunan Nabi
Ibrahim lewat sebuah suku bernama Bani Hasyim (lihat hadits yang pernah
saya sampaikan) sampai kepada keturunan terbaiknya, Muhammad Al-Mustafa.
b. Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:
“Aku mendengar Rasulullah saw berkata, ‘Aku, Ali,
Hasan, dan Husein serta sembilan dari keturunan Husein adalah
pribadi-pribadi yang disucikan dan dipelihara (makshum dari dosa dan
kesalahan)”
(lihat Kifayat al-Atsar, Yanabi’ al-Mawaddah, hal 258 dan 445, dari riwayat al-Hamwaini, dalam kitabnya Faraid Al-Simthain, lihat kitab: Mustakhab Al-Atsar, hal. 65).
Hadits ini juga menjelaskan ayat 124, Al-Baqarah
(yang baru ustadz dengar tafsirannya dari saya) yang menjelaskan kalimat
atau ungkapan “JANJIKU INI TIDAK MENGENAI ORANG-ORANG YANG DZALIM”.
Hadits tersebut di atas menjelaskan betapa KETURUNAN IBRAHIM YANG
BERJUMLAH 12 (lewat suku kenamaan BANI HASYIM) dan lewat makhluk paling
mulia MUHAMMAD AL-MUSTAFA itu semuanya terjaga dari perbuatan dosa; baik
dosa kecil maupun dosa besar. Mereka bukanlah orang-orang dzalim.
Bandingkan dengan sebagian orang yang namanya ustadz sampaikan kepada
saya (dan kemudian ustadz campakkan juga sambil berkata malu malu
kucing: SAYA TIDAK MEYAKINI DAFTAR NAMA ITU).
c. Dari Abu Dzar, dari Fathimah as, ia berkata, “Kutanyakan kepada ayahku tentang makna ayat:
وبينهما حجاب وعلى الأعراف رجال يعرفون كلا بسيماهم ونادوا أصحاب الجنة أن سلام عليكم لم يدخلوها وهم يطمعون
“Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka)
ada batas; dan di atas A`raaf itu ada orang-orang yang mengenal
masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan
mereka menyeru penduduk surga:” Salaamun `alaikum”. Mereka belum lagi
memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya)” (QS. Al-A’raf:
46).
Beliau saw menjawab: “Mereka adalah para imam
sepeninggalku; Ali dan kedua cucuku (Hasan dan Husein) serta sembilan
orang dari Sulbi Husein, dan merekalah orang-orang (yang bertempat di)
A’raf, tiada akan masuk surga kecuali orang yang mengenal mereka dan
dikenal oleh mereka, tidak akan masuk neraka kecuali orang yang
mengingkari mereka dan mereka pun tidak mengenalnya, Allah tidak akan
dikenal kecuali lewat jalan mengenal mereka.” (Kifayat al-Atsar dan al-Manaqib (lihat juga: Muntakhab al-Atsar, hal. 72).
Hadits itu menunjukkan dengan tegas bahwa mengikuti
mereka adalah wajib dan mengingkarinya adalah dosa. Mengikuti mereka
berarti bermakmum kepada mereka; bermakmum berarti berwilayah kepada
mereka; menjadikan mereka pemimpin yang kita cinta……..kita patuhi
tuntunannya.
d. Dari Jabir bin Yazid al-Ju’fy, ia berkata, “Jabir bin Abdillah Anshari berkata, ‘Ketika Allah SWT menurunkan ayat:
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول
وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم
تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisaa: 59)
Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Kami telah kenal
Allah dan RasulNya. Akan tetapi siapakah Ulil Amri yang ketaatan
kepadanya dihubungkan dengan ketaatan kepada Anda? Maka beliau menjawab:
“Hai, Jabir! Mereka adalah para khalifah
(penggantiku) dan pemimpin umat Islam setelahku. Yang pertama ialah Ali
bin Abi Thalib, kemudian Hasan dan Husein, kemudian Ali bin Husein,
kemudian Muhammad bin Ali, yang dalam Taurat dikenal dengan Al-Baqir dan
kamu, hai Jabir, akan menemuinya. Jika kamu menjumpainya, sampaikan
salamku atasnya! Kemudian Ash-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa
bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian
Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, kemudian orang yang nama dan
kunyahnya sama denganku, ia adalah al-Hujjah (bukti) Allah di bumiNya,
peninggalanNya di kalangan (di antara) hamba-hambaNya, ia adalah putera
Hasan bin Ali, Allah akan menaklukkan Timur dan Barat melalui tangannya,
ia akan menghilang dari pengikutnya dan orang-orang yang mencintainya,
sehingga tidak akan meyakini imamah-nya dengan teguh kecuali
orang yang hatinya telah diuji oleh Allah (dan berhasil dengan)
keimanan‘. Jabir berkata, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah
pengikut-pengikutnya dapat mengambil manfaat darinya pada masa ghaibnya?
Beliau menjawab, ‘Demi zat yang membangkitkanku (mengutusku) dengan
kenabian, mereka akan bersinar dengan sinar cahayanya dan mengambil
manfaat dengan wilayahnya pada masa ghaibnya, sebagaimana manusia
menarik manfaat dari matahari ketika ditutupi oleh awan tebal.” (lihat Ikmaluddin, 1: 365, Ilzam an-Nashib, 1: 55 dan Yanabi’, hal. 465)
KEUNIKAN DARI ANGKA 12:
Adalah sangat unik dan menarik di sini untuk
diketengahkan angka dua belas yang tampaknya menjadi salah satu angka
favorit dalam Al-Qur’an ada kurang lebih 5 (kalau tidak salah)
disebutkan dalam Al-Qur’an misalnya dalam: (QS. 2: 60), (QS. 5: 12),
(QS. 7: 160), (QS. 9: 36), satu lagi saya lupa. Berikut saya petikkan
salah satunya
:
ولقد أخذ الله ميثاق بني إسرائيل وبعثنا منهم اثني
عشر نقيبا وقال الله إني معكم لئن أقمتم الصلاة وآتيتم الزكاة وآمنتم برسلي
وعزرتموهم وأقرضتم الله قرضا حسنا لأكفرن عنكم سيئاتكم ولأدخلنكم جنات
تجري من تحتها الأنهار فمن كفر بعد ذلك منكم فقد ضل سواء السبيل
“ Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin
dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika
kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada
rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di
dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah
itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”. (QS.
Al-Maaidah 12).
.
Lebih unik lagi apabila kita mengumpulkan angka
duabelas ini dengan 3 orang Nabi yang dianggap menjadi representasi dari
3 agama samawi:
– NABI MUSA (representasi agama Yahudi): Memiliki
12 orang kepercayaan, masing-masing menjadi pemimpin sukunya dan setiap
suku diberi masing-masing satu mata air. Jadi keseluruhan ada 12 mata
air yang disebut uyun Musa. LIhat (QS. 2: 60), (QS. 5: 12), (QS. 7: 160)
– NABI ISA (representasi agama Kristiani): memiliki 12 murid yang disebut dengan al-Hawariyyun.
– NABI MUHAMMAD (representasi agama Islam): telah mewasiatkan akan adanya 12 pemimpinyang dijanjikan sepeninggal beliau.
“Dan untuk Ismail telah Kudengar engkau; lihatlah, akan aku berkahi dia, dan menjadikannya subur, dan akan melipatgandakannya (membiakkannya); dua belas pangeran akan diturunkannya, dan akan kubuatnya umat yang besar.” (Genesis 17: 20).
Jadi dalam Injil dinubuwwahkan bakal ada 12 pemimpin yang agung dari jalur keturunan Ismail nantinya dan akan membuatnya umat yang besar.
LIHATLAH DENGAN JELAS! DARI JALUR NABI ISMAIL KELAK AKAN TURUN 12 PEMIMPIN YANG DIJANJIKAN! LIHAT LAGI AYAT 124 SURAH AL-BAQARAH (yang anda bilang itu untuk Nabi Ibrahim saja dan berikut kutipan dari anda):
“ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”.
Allah berfirman: “Janji-Ku ini tidak mengenai orang-orang yang lalim
.
ayat ini membicarakan tentang nabi ibrahim saja. ” KEPADA NABI IBRAHIM SAJA” lalu ibrahim berdoa agar supaya keturunan-nya juga. maka allah berfirman janji-ku ini tidak mengenai orang-orang yang lalim
ayat ini membicarakan tentang nabi ibrahim saja. ” KEPADA NABI IBRAHIM SAJA” lalu ibrahim berdoa agar supaya keturunan-nya juga. maka allah berfirman janji-ku ini tidak mengenai orang-orang yang lalim
.
ayat tersebut dengan jelas dan terang
mengatakan bahwa yang mengangkat para nabi sebagai imam itu hanya allah
yang menentukan, dan itu berlaku kepada para nabi. lalu di mana posisi
12 imam anda dalam ayat di atas..?? adakah ayat di atas menentukan 12
imam anda..?? adakah di dalam ayat tersebut mengatakan bahwa allah akan
menangkat 12 imam bagi orang syiah..?? saya tidak temukan itu melainkan
orang syiah mengabung-ngabungkanya sesuai dengan kehendak hawa nafsu
yang di penuhi oleh kedustaan. kebohongan dan kemunafikan.
Anda menuduh saya mengada-ada padahal anda
sendirilah yang mengada-ada. Tafsiran anda itu hanya berupa satu frase
saja yaitu KEPADA NABI IBRAHIM SAJA.
Marilah kita kupas yang dari Injil (karena saya
masih yakin, Injil itu tidak semuanya isinya salah ada juga kebenaran di
dalamnya—keyakinan ini juga diyakini oleh orang lain sebelum saya).
Injil versi Derby mengatakan bahwa Nabi Ismail
(jelas ini keturunan Nabi Ibrahim) akan menurunkan 12 pangeran (atau
pemimpin) dari keturunannya dan kita lihat dalam silsilah keturunan di
bawah ini, dari Nabi Ismail kita tidak mendapati satu Nabi pun kecuali
Nabi Muhammad yang dari keluarganya itu ada 12 pemimpin yang dijanjikan
(1 sepupunya (Ali) dan 11 adalah keturunan Rasulullah dari puterinya
Fathimah yang menikah dengan sepupunya itu).
KECURIGAAN banyak orang terhadap ideologi wahhabi yang diduga menjadi induk semang atas tindak kekerasan atau teror atas nama agama di belahan dunia mendapat perhatian sejumlah kalangan, baik dari agamawan, aktivis sosial, dan bahkan pengamat politik. Gerakan wahhabi sebenarnya merupakan langgam lawas, tetapi pemunculannya selalu aktual, karena dikait-kaitkan dengan setiap tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama.Tragedi 11 September 2001 yang meluluhlantahkan WTC, gedung kebanggaan negeri Paman Sam, sepertinya menjadi ”perantara positif” sekaligus ”hikmah”.
Pascaperistiwa September kelabu itu, sejumlah analisis kritis
membuka tirai ideologi wahhabi yang ternyata mempunyai andil dalam
mendoktrinisasi kelompok Islam tertentu yang secara sosiologis
dikategorikan ”keras” dan ”ekstrem”.Pertanyaannya, bagaimana menguji
kebenaran asumsi dan stereotip negatif itu? Buku ini selain memberikan
informasi penting tentang seluk-beluk yang menyangkut gerakan wahhabi,
juga menyediakan ruang dialektika-kritis bagi pembacanya -bagaimana
mestinya kita menyikapi gerakan yang mewabah bernama wahhabi itu.Nur
Khalik Ridwan, penulisnya, terlihat sangat bersemangat dan berapi-api
mengeksplorasi bahasan tema dalam buku yang dirangkai dalam tiga seri
ini. Sebab, jika dilihat dari aspek kapabilitas intelektualnya, Nur
Khalik Ridwan dikenal sebagai sosok muda yang sangat produktif
melahirkan karya bergenre kritis, terutama dalam bidang pemikiran
keagamaan.
Itu sebabnya, tidak heran, Kang Khalik -sapaan akrabnya- oleh
sebuah majalah terkemuka di tanah air pernah dinobatkan sebagai salah
seorang sosok penggiat revolusi kaum muda.Buku ini adalah satu-satunya
karya (setidaknya di Indonesia) yang berhasil merekam dan memotret
keberadaan gerakan wahhabi secara kritis dan komprehensif. Pada buku
pertama, diterangkan aspek historisitas, doktrin, dan penamaan istilah
”wahhabi”, yang dinisbatkan pada pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahhab.
Dua kritikus legendaris atas wahhabi, Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab
al-Hanbali dan Syaikh Ahmad Zaini Dahlan as-Safi’i, juga tak luput dari
perhatian Nur Khalik Ridwan yang ditampilkan secara dramatis. Buku
pertama ini diberi judul Doktrin Wahhabi dan Benih-Benih Radikalisme
Islam.
Menurut Nur Khalik Ridwan, penulisan buku ini dilandasi beberapa
faktor penting, yaitu adanya pengaruh wahhabisme yang begitu besar
terhadap banyak gerakan Islam dan radikalisasi-radikalisasi lain
berbasis agama; belum ada kajian di Indonesia yang secara khusus
membahas wahhabi dari akar sejarah hingga soal bagaimana posisinya di
negara Arab; terjadinya tren pergeseran dan penolakan wahhabisme justru
di kalangan ormas yang dulu terpengaruh ide-ide wahhabi; semakin
gencarnya transnasionalisasi ide-ide wahhabi dan ekspansi yang
bertubi-tubi, hingga ke berbagai negara, termasuk Indonesia; dan
menjamurnya web blog yang dikuasai para wahhabi untuk menyebarkan
wacana, ideologi, dan gerakannya (Jld I, hlm 3-10).
Buku kedua, yang bertitel Perselingkuhan Wahhabi dalam Agama, Bisnis,
dan Kekuasaan, memuat analisis tajam persoalan relasi gerakan wahhabi
dengan kekuasaan -dalam hal ini Kerajaan Arab Saudi. Hamid Algar menulis
komentar menarik dalam Wahhabism: A Critical Essay (2002), yang
sayangnya, tidak dirujuk oleh Nur Khalik. Menurut Algar, dalam sejarah
pemikiran Islam yang berlangsung lama dan sangat kaya, wahhabisme tidak
menempati posisi yang memiliki arti penting. Gerakan wahhabi bernasib
baik karena muncul di Semenanjung Arab (Najad, sebuah tempat yang
relatif jauh dari semenanjung itu) dan karena itu dekat dengan Haramayn,
yang secara geografis merupakan jantung dunia muslim.
Keluarga Saudi, yang menjadi patron gerakan wahhabi, sangat mujur ketika pada abad ke-20 memperoleh kekayaan minyak luar biasa, yang sebagiannya telah digunakan untuk menyebarluaskan paham wahhabisme di dunia Islam dan wilayah-wilayah lain. Jika kedua faktor itu tidak ada, wahhabisme mungkin hanya akan tercatat dalam sejarah sebagai gerakan sektarian yang marginal dan berumur pendek.
Pada buku ketiga, Membedah Ideologi Kekerasan Wahhabi, Nur Khalik mencurahkan tenaga dan pikiran untuk melakukan kajian kritis terhadap ajaran atau doktrin, serta cara berpikir wahhabi yang sangat eksklusif dan menekankan absolutisme. Nur Khalik mencatat, di ranah ini tidak jarang mereka (kelompok wahhabi) mengafirkan umat Islam di luar kelompoknya, seperti tuduhan takfir (pengafiran) kepada umat Islam salaf dan khalaf yang ber-tawassul dengan para nabi, sahabat, tabi’in, dan wali-wali Allah yang saleh (Jld III, hlm 129). Ini sekaligus menjadi salah satu ciri seseorang sebagai anggota kelompok wahhabi.
Karena itu, ajaran dan doktrin-doktrin wahhabi sungguh bertentangan dengan keyakinan mayoritas muslim dunia (Sunni). Memang, sejak awal, para ulama Sunni telah mengamati bahwa kelompok wahhabi tidak termasuk bagian dari ahlu sunnah wal jamaah. Hal itu karena hampir seluruh praktik, tradisi, dan kepercayaan yang dikecam Muhammad bin Abdul Wahhab secara historis telah merupakan bagian integral Islam Sunni, yang dipelihara dalam berbagai literatur yang sangat kaya dan diterima mayoritas kaum muslim.
Di buku ketiga ini, diskusi tentang bagaimana gerakan wahhabi bergerilya ke wilayah-wilayah Islam, termasuk di Indonesia, terasa semakin lengkap dan menemukan pijakan relevansi dengan kenegaraan kita. Namun, Nur Khalik belum tuntas menganalisisnya. Sebab, menurut pengakuannya, dia masih dalam proses mengimajinasikan, dan direncanakan disusun menjadi buku tersendiri di lain waktu.
Yang pasti, inilah buku ”babon” (induk) yang secara khusus membongkar gerakan wahhabi beserta peran dan implikasi politisnya. Selamat membaca. (*)
Judul Buku: Seri Gerakan Wahhabi.
Penulis: Nur Khalik Ridwan.
Penerbit : Tanah Air, Jogjakarta.
Cetakan : Pertama, November 2009.
Ama Salman@Ali Usman,
PENDAHULUAN.
Dalam beberapa tahun saja yaitu dalam rintisan berdirinya kerajaan Wahhabi Saudi Arabia III –Mamlakah al Arabiyyah al Saudiyyah (The Kingdom of Saudi Arabia, yaitu kerajaan Saudi Arabia sekarang). Sekte ini telah lebih dari membunuh 400.000 nyawa kaum muslimin dan membuat cacat permanen lebih dari 350.000 orang lainya dalam Ambisi mendirikan Kerajaan Saudi Arabia.Penulisan ini bukan didasari kepada kebencian terhadap Sekte Wahhabi dan kerajaan Saudi Arabia yang telah sukses memecah belah bangsa Arab menjadi berkeping-keping hingga sekarang. Serta keberhasilanya mempermalukan dunia Islam sejak berdirinya hingga hari ini. Namun lebih didasari pada semangat kebebasan berfikir yang sangat ditentang keras oleh ajaran Wahhabi dan pengagum ajaran ini.
Kafilah itu dipimpin oleh Sahmi bin Hathlul.Ketika rombongan kafilah sampai di Basra mereka bertemu dengan saudagar Yahudi yang kaya bernama Murdahai bin Ibrahim bin Musa yang menjual bahan2 kebutuhan pangan yang mereka perlukan. Disela-sela tawar menawar, saudagar Yahudi itu menanyakan mereka darimana dan dijawab bahwa mereka adalah Kabilah Al-Masalih dari Bani Anza. Mendengar hal ini, saudagar Yahudi ini kemudian memeluk satu persatu semua anggota rombongan itu sambil mengatakan bahwa dia juga berasal dari Kabilah Al-Masalih yang terpaksa pindah ke Basra karena perselisihan antara ayahnya dengan anggota Bani Anza lainnya.Mengiringi cerita bohong tersebut, dia memerintahkan pelayannya untuk memenuhi seluruh onta2 mereka dengan tepung gandum, kurma, tamman dan bahan2 kebutuhan pangan mereka lainnya. Kebaikan ini sangat berkesan dan sekaligus membuat mereka bangga karena bertemu “saudara” sendiri yang menjadi saudagar kaya di Irak.
Keluarga Saudi, yang menjadi patron gerakan wahhabi, sangat mujur ketika pada abad ke-20 memperoleh kekayaan minyak luar biasa, yang sebagiannya telah digunakan untuk menyebarluaskan paham wahhabisme di dunia Islam dan wilayah-wilayah lain. Jika kedua faktor itu tidak ada, wahhabisme mungkin hanya akan tercatat dalam sejarah sebagai gerakan sektarian yang marginal dan berumur pendek.
Pada buku ketiga, Membedah Ideologi Kekerasan Wahhabi, Nur Khalik mencurahkan tenaga dan pikiran untuk melakukan kajian kritis terhadap ajaran atau doktrin, serta cara berpikir wahhabi yang sangat eksklusif dan menekankan absolutisme. Nur Khalik mencatat, di ranah ini tidak jarang mereka (kelompok wahhabi) mengafirkan umat Islam di luar kelompoknya, seperti tuduhan takfir (pengafiran) kepada umat Islam salaf dan khalaf yang ber-tawassul dengan para nabi, sahabat, tabi’in, dan wali-wali Allah yang saleh (Jld III, hlm 129). Ini sekaligus menjadi salah satu ciri seseorang sebagai anggota kelompok wahhabi.
Karena itu, ajaran dan doktrin-doktrin wahhabi sungguh bertentangan dengan keyakinan mayoritas muslim dunia (Sunni). Memang, sejak awal, para ulama Sunni telah mengamati bahwa kelompok wahhabi tidak termasuk bagian dari ahlu sunnah wal jamaah. Hal itu karena hampir seluruh praktik, tradisi, dan kepercayaan yang dikecam Muhammad bin Abdul Wahhab secara historis telah merupakan bagian integral Islam Sunni, yang dipelihara dalam berbagai literatur yang sangat kaya dan diterima mayoritas kaum muslim.
Di buku ketiga ini, diskusi tentang bagaimana gerakan wahhabi bergerilya ke wilayah-wilayah Islam, termasuk di Indonesia, terasa semakin lengkap dan menemukan pijakan relevansi dengan kenegaraan kita. Namun, Nur Khalik belum tuntas menganalisisnya. Sebab, menurut pengakuannya, dia masih dalam proses mengimajinasikan, dan direncanakan disusun menjadi buku tersendiri di lain waktu.
Yang pasti, inilah buku ”babon” (induk) yang secara khusus membongkar gerakan wahhabi beserta peran dan implikasi politisnya. Selamat membaca. (*)
Judul Buku: Seri Gerakan Wahhabi.
Penulis: Nur Khalik Ridwan.
Penerbit : Tanah Air, Jogjakarta.
Cetakan : Pertama, November 2009.
Ama Salman@Ali Usman,
PENDAHULUAN.
Dalam beberapa tahun saja yaitu dalam rintisan berdirinya kerajaan Wahhabi Saudi Arabia III –Mamlakah al Arabiyyah al Saudiyyah (The Kingdom of Saudi Arabia, yaitu kerajaan Saudi Arabia sekarang). Sekte ini telah lebih dari membunuh 400.000 nyawa kaum muslimin dan membuat cacat permanen lebih dari 350.000 orang lainya dalam Ambisi mendirikan Kerajaan Saudi Arabia.Penulisan ini bukan didasari kepada kebencian terhadap Sekte Wahhabi dan kerajaan Saudi Arabia yang telah sukses memecah belah bangsa Arab menjadi berkeping-keping hingga sekarang. Serta keberhasilanya mempermalukan dunia Islam sejak berdirinya hingga hari ini. Namun lebih didasari pada semangat kebebasan berfikir yang sangat ditentang keras oleh ajaran Wahhabi dan pengagum ajaran ini.
Wahhabi bukan saja menjadi musuh Islam, namun karena semangat
INTOLERAN-nya yang begitu meresahkan menjadikan sekte ini menjadi musuh
kemanusian keseluruhan yang menjunjung tinggi semangat kebebasan
berfikir dan berpendapat, beragama dan
berkepercayaan(sekte/mazhab).Menurut tokoh Wahhabi DR Said Hawwa dalam
bukunya “al-Islam pada bab Maa yub thilu as Shahadatain (bab pertama)
terbitan Darul Ifta’ Riyadh Saudi Arabia mengatakan “Demokrasi” adalah
salah satu bentuk Shirk yang membatalkan Shahadatain seseorang, dalam
kitab tsb dijelaskan 21 perkara yang membatalkan Shahadat. Tanpa pernah
menjelaskan bagaimana hukumnya mendirikan Kerajaan..??
Dua buku Said
Hawwa yang kontroversial “al-Islam dan Jundullah (Laskar Tuhan) saya
dengar sudah diterbitkan dalam terjemahan bahasa Indonesia, yang menjadi
kitab marja’ kaum Wahhabi Indonesia.Dengan mengetahui sejarah dan latar
belakang berdirinya Wahhabism kita akan bisa menarik benang merah
antara “TERORISM dan WAHHABISM”. Dan suatu kenyataan pula bahwa semua
terrorist Islam adalah Wahhabi.Banyaknya gerakan dan organisasi di
Indonesia yang mengusung Ideologi ini sebagai faham dan modelnya
sebenarnya, amat sangat membahayakan sendi-sendi persatuan bangsa serta
keamanan nasional, meskipun hampir semuanya tidak pernah mau mengatakan
bahwa mereka Wahhabi. Laskar Jihad Ahlusunnah wal Jama’ah yang merupakan
sempalan Thaliban pun juga tidak mau dikatakan Wahhabi.
Bulan May 2006 Washington post berdasarkan laporan dari penelitian
Freedom House foundation melaporkan tentang perubahan kurikulum materi
pelajaran disekolah-sekolah Saudi Arabia yang mengajarkan tentang ajaran
INTOLERAN Wahhabi, katanya telah direvisi pemerintah Kerajaan Saudi
Arabia. Namun setelah diteliti ternyata hanya sedikit sekali
perubahanya. Sembilan poin yang kontroversial ternyata masih ada, antara
lain kepada anak didik diajarkan untuk tidak berkawan dengan non
muslim, menyebutkan golongan Shufi dan shi’ah sebagai polytheism(ahl
shirk) dll. (www.freedomhouse.org) bagian Center for religious Freedom).
Suatu pendidikan kebencian yang tidak mungkin hilang hanya dalam satu
generasi.
Dalam tulisan ini saya tidak membahas masalah materi ajaran Wahhabiyyah, namun lebih dititik beratkan pada “sejarah kelam dan brutal” sekte ini dalam ambisinya mendirikan sebuah Negara Absulut Monarchy sekterian “The Kingdom of Saudi Arabia” Mamlakah al Arabiyyah al Saudiyyah. Pem-fokusan pada pembentukan kerajaan Saudi Arabia karena disamping memang Negara ini adalah “anak haram hasil perselingkuhan antara agamawan dan politikus” yang memang menarik untuk dikaji, juga karena didalam Saudi Arabia ada Negara Hijaz ( Mekka dan Medina) yang masih dijajah Saudi sejak 1924. Disamping bukan bidang saya menulis ttg materi sebuah ajaran dan jurisprodensi agama.
Sejarah PEDANG, DARAH, NYAWA dan HARTA ternyata tidak membuat pemerintah kerajaan Saudi malu dengan sejarah masa lalunya, namun dengan bangganya mereka abadikan dalam lambang resmi Negara.
Diterjemahkan dari publikasi hasil penelitian Muhammad Sahir versi
bahasa inggris dengan judul: “The Saudi Dynasty: From where is it? And
who is the real ancestor of this family?”. Rezim Saudi telah
memerintahkan untuk membunuhnya karena dia telah mengungkapkan siapa
sebenarnya keluarga Saudi itu; apa agama mereka sebenarnya; dan apakah
mereka benar2 asli orang Arab?Inilah terjemahan bebas saya atas hasil
penelitian itu
ada tahun 851 H, sebuah rombongan kafilah dari Kabilah Al-Masalih,
salah satu kabilah dari Bani Anza, mengadakan perjalanan ke Irak dalam
rangka membeli kebutuhan pangan seperti gandum, jagung dll. untuk dibawa
kembali ke Najd.Dalam tulisan ini saya tidak membahas masalah materi ajaran Wahhabiyyah, namun lebih dititik beratkan pada “sejarah kelam dan brutal” sekte ini dalam ambisinya mendirikan sebuah Negara Absulut Monarchy sekterian “The Kingdom of Saudi Arabia” Mamlakah al Arabiyyah al Saudiyyah. Pem-fokusan pada pembentukan kerajaan Saudi Arabia karena disamping memang Negara ini adalah “anak haram hasil perselingkuhan antara agamawan dan politikus” yang memang menarik untuk dikaji, juga karena didalam Saudi Arabia ada Negara Hijaz ( Mekka dan Medina) yang masih dijajah Saudi sejak 1924. Disamping bukan bidang saya menulis ttg materi sebuah ajaran dan jurisprodensi agama.
Sejarah PEDANG, DARAH, NYAWA dan HARTA ternyata tidak membuat pemerintah kerajaan Saudi malu dengan sejarah masa lalunya, namun dengan bangganya mereka abadikan dalam lambang resmi Negara.
Kafilah itu dipimpin oleh Sahmi bin Hathlul.Ketika rombongan kafilah sampai di Basra mereka bertemu dengan saudagar Yahudi yang kaya bernama Murdahai bin Ibrahim bin Musa yang menjual bahan2 kebutuhan pangan yang mereka perlukan. Disela-sela tawar menawar, saudagar Yahudi itu menanyakan mereka darimana dan dijawab bahwa mereka adalah Kabilah Al-Masalih dari Bani Anza. Mendengar hal ini, saudagar Yahudi ini kemudian memeluk satu persatu semua anggota rombongan itu sambil mengatakan bahwa dia juga berasal dari Kabilah Al-Masalih yang terpaksa pindah ke Basra karena perselisihan antara ayahnya dengan anggota Bani Anza lainnya.Mengiringi cerita bohong tersebut, dia memerintahkan pelayannya untuk memenuhi seluruh onta2 mereka dengan tepung gandum, kurma, tamman dan bahan2 kebutuhan pangan mereka lainnya. Kebaikan ini sangat berkesan dan sekaligus membuat mereka bangga karena bertemu “saudara” sendiri yang menjadi saudagar kaya di Irak.
Mereka tidak saja sangat menyukainya tetapi juga sangat
mempercayainya.Ketika rombongan akan kembali ke Najd, saudagar Yahudi
yang berpura-pura sebagai bagian dari Kabilah Al-Masalih itu meminta
agar dia diperkenankan ikut rombongan itu pulang ke Najd. Dengan senang
hati permintaan itu dipenuhi.
Sesampainya di Najd, saudagar Yahudi itu dengan dukungan penuh
“saudara-saudaranya” mulai mempropagandakan dirinya. Namun
pandangan-pandangannya ditentang masyarakat Al-Qasim dibawah pimpinan
Syekh Saleh Salman Abdullah Al Tamimi, seorang ulama Muslim terkemuka.
Dakwahnya meliputi kawasan Najd, Yaman dan Hijaz. Akibat penentangan ini
dia pindah dari Al-Qasim ke Al- Ihsa dan mengganti namanya dengan
Marhan bin Ibrahim Musa.
Dia kemudian tinggal ditempat yang bernama Dir’iya dekat Al-Qatif. Di sini dia mulai menyebarkan cerita bohong tentang Perisai Nabi Muhammad saw bahwa perisai tersebut diambil oleh Kafir Quraisy pada waktu Perang Uhud dan kemudian dijual kepada sebuah kabilah Yahudi bernama Bani Qunaiqa’ yang menyimpannya sebagai pusaka. Dia secara bertahap menaikkan posisinya dimata kaum Badui dengan cerita2 bohong seperti itu dan sekaligus secara halus tersamar mempengaruhi orang2 Badui agar beranggapan bahwa orang Yahudi telah ikut berjasa menjaga peninggalan Islam yang sangat bersejarah.
Dengan semakin kuat posisi dan pengaruhnya dimata kaum Badui Arab, dia kemudian memutuskan untuk menjadikan Dir’iya sebagai ibukota kerajaan Yahudi di tanah Arab dan memproklamirkan dirinya sebagai raja mereka.
Sementara itu Bani Ajaman bersama dengan Bani Khalid menyadari bahaya dari Marhan setelah mereka mengetahui siapa dia sebenarnya dan rencana jahatnya. Mereka kemudian menyerang Dir’iya dan berhasil mendudukinya tetapi tidak berhasil menangkap Marhan karena keburu melarikan diri.
Dalam pelariannya, Marhan bin Ibrahim Musa yang nama aslinya Murdahai bin Ibrahim Musa yang adalah orang Yahudi ini, sampai disebuah tanah pertanian yang waktu itu disebut Al-Malibid Ghusaiba dekat Al-Arid, yang dikemudian hari dan sampai sekarang disebut Al-Riyadh.
Dia meminta kepada pemilik tanah pertanian itu agar diperbolehkan tinggal disitu. Dengan baik hati dan penuh keramahtamahan pemilik tanah pertanian tersebut memperkenankannya. Tetapi, kurang lebih satu bulan setelah ia tinggal disitu, pemilik tanah pertanian yang baik hati itu beserta seluruh keluarganya ia bunuh, dan berpura-pura bahwa pemilik tanah pertanian beserta seluruh keluarganya dibunuh oleh perampok. Kekejian dan kebohongannya tidak sampai disitu saja, ia juga menyebarkan berita bahwa ia sudah membeli seluruh tanah pertanian itu dari pemiliknya sebelum peristiwa tragis itu terjadi. Karenanya sekarang dia berhak atas tanah pertanian itu dan mengubah namanya menjadi Al-Dir’iya, sama dengan nama tempat sebelumnya yang lepas dari tangannya.
Di situ ia kemudian membangun sebuah Tempat Persinggahan yang diberi nama Madaffa, dan bersama-sama dengan para pengikutnya kembali menyebarkan propaganda yang menyesatkan bahwa dia adalah seorang Syeikh Arab tulen dan agung. Dia kemudian membunuh Syeikh Saleh Salman Abdullah Al-Tamimi, musuh bebuyutannya, di sebuah masjid di kota yang disebut Al-Zalafi.
Setelah puas dapat melenyapkan Syeikh Saleh, dia kemudian menjadikan tempat yang namanya sudah diubahnya menjadi Al-Dir’iya tersebut sebagai pusat kegiatannya. Dia mengawini banyak wanita dan memperoleh banyak anak yang semuanya dia beri nama-nama Arab. Salah satu anak lelakinya dia beri nama Al-Maqaran (berakar dari nama Yahudi: Mack-Ren) yang kemudian mempunyai anak lelaki yang diberi nama Muhammad. Anak lelakinya yang lain dia beri nama Saud, dan nama inilah yang kemudian dan sampai sekarang menjadi nama Dinasti Saudi.
Dengan berjalannya waktu, keturunan Marhan si Yahudi ini telah berkembang biak semakin banyak dan semakin kuat di bawah nama Keluarga Saudi. Mengikuti jejak pendahulunya mereka meneruskan gerakan bawah tanah dan konspirasinya menentang Negeri/Bangsa Arab. Secara illegal mereka memperluas wilayahnya dan membunuh setiap orang yang menentang mereka. Mereka menghalalkan segala cara untuk meraih ambisi mereka. Mereka tidak saja menggunakan uang mereka tetapi juga para wanita mereka untuk membeli pengaruh, khususnya terhadap mereka yang mau menulis biografi asli dari Keluarga Yahudi ini. Mereka menyewa penulis bayaran untuk merekayasa biografi mereka, yang sekaligus menyembunyikan keturunan siapa mereka sebenarnya, dengan mengaitkan mereka dengan kabilah-kabilah Arab terkenal seperti Rabi’a, Anza dan Al-Masalikh.
Sebagai contoh rekayasa penulis bayaran ditahun 1362 H atau 1943-an misalnya seperti Muhammad Amin Al-Tamimi, Direktur Perpustakaan Kerajaaan Saudi, membuatkan silsilah yang menyambung kepada Nabi Besar Kita Muhammad Rasulullah saw. Untuk itu ia mendapat hadiah 35.000 Pound Mesir dari Duta Besar Saudi untuk Mesir yang waktu itu dijabat oleh Ibrahim Al-Fadil.
Dalam Buku Sejarah Keluarga Saudi halaman 98 – 101 penulis sejarah bayaran mereka menyatakan bahwa Dinasti Saudi menganggap seluruh penduduk Najd adalah kafir dan karenanya wajib dibunuh, hartanya dirampas, dan para wanitanya dijadikan budak. Tidak ada seorang muslim/muslimah pun yang keyakinannya murni kecuali mereka mengikuti paham Muhammad bin Abdul Wahab. Doktrinnya memberi kekuasaan kepada Keluarga Saudi untuk menghancurkan kota-kota, desa-desa, perkampungan beserta seluruh isinya, membunuh para lelaki dan anak-anak, memperkosa para wanitanya, merobek perut para wanita yang sedang hamil dan kemudian memotong tangan anak-anak mereka lalu membakar mereka. Doktrin brutalnya juga memberi kekuasaan kepada Keluarga Saudi untuk merampas dan menguasai seluruh harta benda dan kekayaan penduduk yang mereka anggap sesat (yaitu mereka yang tidak mengikuti paham Wahabi).
Keturunan Saud (sekarang dikenal dengan Keluarga Saudi) mengkampanyekan pembunuhan terhadap para pemimpin kabilah-kabilah Arab dengan menuduhnya sebagai kaum kafir dan musyrik.
Keluarga Saudi yang sejatinya adalah Keluarga Yahudi ini benar-benar telah melakukan segala macam perbuatan keji atas nama ajaran sesat mereka yaitu Wahabisme, dan benar-benar telah menimbulkan teror dihati para penduduk kota-kota dan desa-desa sejak tahun 1163 H. Mereka menamakan seluruh jazirah Arab yakni Negeri Rasulullah saw dengan nama keluarga mereka yaitu Saudi Arabia seakan seluruh kawasan di jazirah Arab adalah milik pribadi keluarga mereka, dan seluruh penduduk lainnya dianggap sebagai para pelayan dan budak mereka yang harus bekerja keras untuk kesenangan majikan mereka yakni Keluarga Saudi.
Mereka benar-benar menguasai seluruh kekayaan alam sebagai milik pribadi mereka dan bila ada orang yang memprotes kelakuan Dinasti Yahudi ini maka orang tersebut akan dipancung didepan umum. Pernah salah seorang putri mereka pergi ke Florida, Amerika Serikat, dengan segala kebesarannya menyewa 90 (sembilan puluh) Suite Rooms di Grand Hotel dengan harga sewa US$ 1 juta per malam. Tidak ada yang berani memprotes kemewahan dan pemborosan ini karena takut akan dipancung didepan umum.
Kesaksian atas Darah Yahudi dari Keluarga Saudi.
Pada tahun 1960, Radio Sawt Al Arab di Kairo Mesir dan Radio Yaman di Sana’a mengkonfirmasikan kebenaran Darah Yahudi dari Keluarga Saudi.
Raja Faisal Al-Saud waktu itu tidak bisa menolak kenyataan Darah Yahudi dari Keluarga Saudi ketika dia menyatakan kepada Washington Post pada 17 September 1969 dengan berkata: ”Kami, Keluarga Saudi adalah saudara sepupu (cousins) Yahudi. Kami sama sekali tidak setuju kepada sebarang Pemerintah Negara Arab atau Pemerintah Negara Muslim yang menunjukkan kebencian kepada Yahudi, tetapi kita harus hidup berdampingan secara damai dengan mereka. Negara kami (Arabia) adalah asal muasal darimana orang Yahudi pertama muncul, dan kemudian keturunannya menyebar keseluruh penjuru dunia”. Demikianlah deklarasi Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz.
Hafiz Wahbi, Penasehat Kerajaan Saudi, menyebutkan dalam bukunya yang berjudul ”Peninsula of Arabia” bahwa Raja Abdul Aziz Al Saud yang meninggal tahun 1953 telah berkata: ”Pesan kami (Pesan Saudi) kepada seluruh kabilah Arab yang menentang kami: Kakek saya, Saud Awal, pernah menawan sejumlah Sheikh dari Kabilah Mathir dan ketika serombongan orang dari kabilah yang sama datang menuntut pembebasan mereka, Saud Awal memerintahkan kepada para pengawalnya untuk memenggal kepala semua tawanan itu, kemudian, dia ingin menghinakan para penuntut itu dengan mengundang mereka untuk memakan daging korbannya yang sudah dimasak sementara potongan kepalanya ditaruh di atas nampan. Para penuntut itu sangat terkejut dan menolak untuk memakan daging keluarganya sendiri; dan karena penolakannya itu, dia memerintahkan kepada para pengawalnya untuk memenggal kepala mereka juga”.
Hafiz Wahbi mengatakan lebih jauh bahwa maksud Raja Abdul Aziz Al Saud menceritakan kisah berdarah itu agar delegasi dari Kabilah Mathir yang saat itu sedang datang untuk menuntut pembebasan pemimpin mereka saat itu, yakni Sheikh Faisal Al Darwish, untuk tidak meneruskan niat mereka. Karena bila tidak mereka akan mengalami nasib yang sama. Dia membunuh Sheikh itu dan menggunakan darahnya untuk wudhu tepat sebelum ia melakukan sholat (sesuai dengan fatwa sesat paham Wahabi).
Kesalahan Sheikh Faisal Al Darwish saat itu adalah karena dia mengkritik Raja Abdul Aziz Al Saud yang telah menandatangani dokumen yang disiapkan pemerintah Inggris sebagai sebuah Deklarasi untuk memberikan Palestina kepada Yahudi. Penandatanganan itu dilakukan di sebuah konferensi yang diselenggarakan di Al Aqeer pada tahun 1922.
Begitulah dan hal itu berlanjut terus sampai sekarang dalam sistem kekuasaan rezim Keluarga Saudi atau tepatnya Keluarga Yahudi ini. Semua tujuannya adalah: menguasai semua kekayaan dan keberkahan negeri Rasulullah saw; dengan cara merampok dan segala macam perbuatan keji lainnya, penyesatan, pengkafiran, mengeksekusi semua yang menentangnya dengan tuduhan kafir dan musyrik yang semuanya itu didasarkan atas doktrin paham wahabi.
Dia kemudian tinggal ditempat yang bernama Dir’iya dekat Al-Qatif. Di sini dia mulai menyebarkan cerita bohong tentang Perisai Nabi Muhammad saw bahwa perisai tersebut diambil oleh Kafir Quraisy pada waktu Perang Uhud dan kemudian dijual kepada sebuah kabilah Yahudi bernama Bani Qunaiqa’ yang menyimpannya sebagai pusaka. Dia secara bertahap menaikkan posisinya dimata kaum Badui dengan cerita2 bohong seperti itu dan sekaligus secara halus tersamar mempengaruhi orang2 Badui agar beranggapan bahwa orang Yahudi telah ikut berjasa menjaga peninggalan Islam yang sangat bersejarah.
Dengan semakin kuat posisi dan pengaruhnya dimata kaum Badui Arab, dia kemudian memutuskan untuk menjadikan Dir’iya sebagai ibukota kerajaan Yahudi di tanah Arab dan memproklamirkan dirinya sebagai raja mereka.
Sementara itu Bani Ajaman bersama dengan Bani Khalid menyadari bahaya dari Marhan setelah mereka mengetahui siapa dia sebenarnya dan rencana jahatnya. Mereka kemudian menyerang Dir’iya dan berhasil mendudukinya tetapi tidak berhasil menangkap Marhan karena keburu melarikan diri.
Dalam pelariannya, Marhan bin Ibrahim Musa yang nama aslinya Murdahai bin Ibrahim Musa yang adalah orang Yahudi ini, sampai disebuah tanah pertanian yang waktu itu disebut Al-Malibid Ghusaiba dekat Al-Arid, yang dikemudian hari dan sampai sekarang disebut Al-Riyadh.
Dia meminta kepada pemilik tanah pertanian itu agar diperbolehkan tinggal disitu. Dengan baik hati dan penuh keramahtamahan pemilik tanah pertanian tersebut memperkenankannya. Tetapi, kurang lebih satu bulan setelah ia tinggal disitu, pemilik tanah pertanian yang baik hati itu beserta seluruh keluarganya ia bunuh, dan berpura-pura bahwa pemilik tanah pertanian beserta seluruh keluarganya dibunuh oleh perampok. Kekejian dan kebohongannya tidak sampai disitu saja, ia juga menyebarkan berita bahwa ia sudah membeli seluruh tanah pertanian itu dari pemiliknya sebelum peristiwa tragis itu terjadi. Karenanya sekarang dia berhak atas tanah pertanian itu dan mengubah namanya menjadi Al-Dir’iya, sama dengan nama tempat sebelumnya yang lepas dari tangannya.
Di situ ia kemudian membangun sebuah Tempat Persinggahan yang diberi nama Madaffa, dan bersama-sama dengan para pengikutnya kembali menyebarkan propaganda yang menyesatkan bahwa dia adalah seorang Syeikh Arab tulen dan agung. Dia kemudian membunuh Syeikh Saleh Salman Abdullah Al-Tamimi, musuh bebuyutannya, di sebuah masjid di kota yang disebut Al-Zalafi.
Setelah puas dapat melenyapkan Syeikh Saleh, dia kemudian menjadikan tempat yang namanya sudah diubahnya menjadi Al-Dir’iya tersebut sebagai pusat kegiatannya. Dia mengawini banyak wanita dan memperoleh banyak anak yang semuanya dia beri nama-nama Arab. Salah satu anak lelakinya dia beri nama Al-Maqaran (berakar dari nama Yahudi: Mack-Ren) yang kemudian mempunyai anak lelaki yang diberi nama Muhammad. Anak lelakinya yang lain dia beri nama Saud, dan nama inilah yang kemudian dan sampai sekarang menjadi nama Dinasti Saudi.
Dengan berjalannya waktu, keturunan Marhan si Yahudi ini telah berkembang biak semakin banyak dan semakin kuat di bawah nama Keluarga Saudi. Mengikuti jejak pendahulunya mereka meneruskan gerakan bawah tanah dan konspirasinya menentang Negeri/Bangsa Arab. Secara illegal mereka memperluas wilayahnya dan membunuh setiap orang yang menentang mereka. Mereka menghalalkan segala cara untuk meraih ambisi mereka. Mereka tidak saja menggunakan uang mereka tetapi juga para wanita mereka untuk membeli pengaruh, khususnya terhadap mereka yang mau menulis biografi asli dari Keluarga Yahudi ini. Mereka menyewa penulis bayaran untuk merekayasa biografi mereka, yang sekaligus menyembunyikan keturunan siapa mereka sebenarnya, dengan mengaitkan mereka dengan kabilah-kabilah Arab terkenal seperti Rabi’a, Anza dan Al-Masalikh.
Sebagai contoh rekayasa penulis bayaran ditahun 1362 H atau 1943-an misalnya seperti Muhammad Amin Al-Tamimi, Direktur Perpustakaan Kerajaaan Saudi, membuatkan silsilah yang menyambung kepada Nabi Besar Kita Muhammad Rasulullah saw. Untuk itu ia mendapat hadiah 35.000 Pound Mesir dari Duta Besar Saudi untuk Mesir yang waktu itu dijabat oleh Ibrahim Al-Fadil.
Dalam Buku Sejarah Keluarga Saudi halaman 98 – 101 penulis sejarah bayaran mereka menyatakan bahwa Dinasti Saudi menganggap seluruh penduduk Najd adalah kafir dan karenanya wajib dibunuh, hartanya dirampas, dan para wanitanya dijadikan budak. Tidak ada seorang muslim/muslimah pun yang keyakinannya murni kecuali mereka mengikuti paham Muhammad bin Abdul Wahab. Doktrinnya memberi kekuasaan kepada Keluarga Saudi untuk menghancurkan kota-kota, desa-desa, perkampungan beserta seluruh isinya, membunuh para lelaki dan anak-anak, memperkosa para wanitanya, merobek perut para wanita yang sedang hamil dan kemudian memotong tangan anak-anak mereka lalu membakar mereka. Doktrin brutalnya juga memberi kekuasaan kepada Keluarga Saudi untuk merampas dan menguasai seluruh harta benda dan kekayaan penduduk yang mereka anggap sesat (yaitu mereka yang tidak mengikuti paham Wahabi).
Keturunan Saud (sekarang dikenal dengan Keluarga Saudi) mengkampanyekan pembunuhan terhadap para pemimpin kabilah-kabilah Arab dengan menuduhnya sebagai kaum kafir dan musyrik.
Keluarga Saudi yang sejatinya adalah Keluarga Yahudi ini benar-benar telah melakukan segala macam perbuatan keji atas nama ajaran sesat mereka yaitu Wahabisme, dan benar-benar telah menimbulkan teror dihati para penduduk kota-kota dan desa-desa sejak tahun 1163 H. Mereka menamakan seluruh jazirah Arab yakni Negeri Rasulullah saw dengan nama keluarga mereka yaitu Saudi Arabia seakan seluruh kawasan di jazirah Arab adalah milik pribadi keluarga mereka, dan seluruh penduduk lainnya dianggap sebagai para pelayan dan budak mereka yang harus bekerja keras untuk kesenangan majikan mereka yakni Keluarga Saudi.
Mereka benar-benar menguasai seluruh kekayaan alam sebagai milik pribadi mereka dan bila ada orang yang memprotes kelakuan Dinasti Yahudi ini maka orang tersebut akan dipancung didepan umum. Pernah salah seorang putri mereka pergi ke Florida, Amerika Serikat, dengan segala kebesarannya menyewa 90 (sembilan puluh) Suite Rooms di Grand Hotel dengan harga sewa US$ 1 juta per malam. Tidak ada yang berani memprotes kemewahan dan pemborosan ini karena takut akan dipancung didepan umum.
Kesaksian atas Darah Yahudi dari Keluarga Saudi.
Pada tahun 1960, Radio Sawt Al Arab di Kairo Mesir dan Radio Yaman di Sana’a mengkonfirmasikan kebenaran Darah Yahudi dari Keluarga Saudi.
Raja Faisal Al-Saud waktu itu tidak bisa menolak kenyataan Darah Yahudi dari Keluarga Saudi ketika dia menyatakan kepada Washington Post pada 17 September 1969 dengan berkata: ”Kami, Keluarga Saudi adalah saudara sepupu (cousins) Yahudi. Kami sama sekali tidak setuju kepada sebarang Pemerintah Negara Arab atau Pemerintah Negara Muslim yang menunjukkan kebencian kepada Yahudi, tetapi kita harus hidup berdampingan secara damai dengan mereka. Negara kami (Arabia) adalah asal muasal darimana orang Yahudi pertama muncul, dan kemudian keturunannya menyebar keseluruh penjuru dunia”. Demikianlah deklarasi Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz.
Hafiz Wahbi, Penasehat Kerajaan Saudi, menyebutkan dalam bukunya yang berjudul ”Peninsula of Arabia” bahwa Raja Abdul Aziz Al Saud yang meninggal tahun 1953 telah berkata: ”Pesan kami (Pesan Saudi) kepada seluruh kabilah Arab yang menentang kami: Kakek saya, Saud Awal, pernah menawan sejumlah Sheikh dari Kabilah Mathir dan ketika serombongan orang dari kabilah yang sama datang menuntut pembebasan mereka, Saud Awal memerintahkan kepada para pengawalnya untuk memenggal kepala semua tawanan itu, kemudian, dia ingin menghinakan para penuntut itu dengan mengundang mereka untuk memakan daging korbannya yang sudah dimasak sementara potongan kepalanya ditaruh di atas nampan. Para penuntut itu sangat terkejut dan menolak untuk memakan daging keluarganya sendiri; dan karena penolakannya itu, dia memerintahkan kepada para pengawalnya untuk memenggal kepala mereka juga”.
Hafiz Wahbi mengatakan lebih jauh bahwa maksud Raja Abdul Aziz Al Saud menceritakan kisah berdarah itu agar delegasi dari Kabilah Mathir yang saat itu sedang datang untuk menuntut pembebasan pemimpin mereka saat itu, yakni Sheikh Faisal Al Darwish, untuk tidak meneruskan niat mereka. Karena bila tidak mereka akan mengalami nasib yang sama. Dia membunuh Sheikh itu dan menggunakan darahnya untuk wudhu tepat sebelum ia melakukan sholat (sesuai dengan fatwa sesat paham Wahabi).
Kesalahan Sheikh Faisal Al Darwish saat itu adalah karena dia mengkritik Raja Abdul Aziz Al Saud yang telah menandatangani dokumen yang disiapkan pemerintah Inggris sebagai sebuah Deklarasi untuk memberikan Palestina kepada Yahudi. Penandatanganan itu dilakukan di sebuah konferensi yang diselenggarakan di Al Aqeer pada tahun 1922.
Begitulah dan hal itu berlanjut terus sampai sekarang dalam sistem kekuasaan rezim Keluarga Saudi atau tepatnya Keluarga Yahudi ini. Semua tujuannya adalah: menguasai semua kekayaan dan keberkahan negeri Rasulullah saw; dengan cara merampok dan segala macam perbuatan keji lainnya, penyesatan, pengkafiran, mengeksekusi semua yang menentangnya dengan tuduhan kafir dan musyrik yang semuanya itu didasarkan atas doktrin paham wahabi.