Soal: Bagaimana Imam Mahdi af setelah seribuan tahun muncul dalam wajah berusia 40 tahun?
Jawab: Biasanya
bulu badan, alis dan bulu mata setelah puluhan tahun tetap dan tidak
akan tumbuh lagi. Sementara rambut kepala dan janggut yang berada dekat
dengan mereka tetap tumbuh dan berkembang. Padahal keduanya dari kulit,
daging, darah dan makanan yang satu serta mendapat oksigen yang dari
sumber yang sama. Namun, kekuasaan Allah menginginkan agar sebagian
rambut tetap sementara di sampingnya alis yang tetap dan tidak tumbuh.
Selain
itu, tidak ada dalil rasional dan teks agama bahkan fakta empiris yang
menyebutkan tentang keterbatasan umur manusia. Umur manusia bak gerakan;
cepat dan lambatnya gerakan tidak ada pembatasnya, sebagaimana cahaya
tidak terbatas. Dalam al-Quran Allah menjelaskan umur Nabi Nuh as dapat
mencapai angka 1000. Buat Ashabul Kahfi tidur selama 300 tahun.
Peran Yaman di masa munculnya Imam Mahdi af.
Syaikh Ali Kurani seorang penulis berkebangsaan Lebanon dalam bukunya Asar Zhuhur yang diterjemahkan oleh Abbaas Jalali ke
dalam bahasa Persia, setelah menyebutkan hadis-hadis sahih tentang
Yaman dan perannya di mana kemunculan Imam Mahdi af pada halaman 160-163
menganalisa hadis-hadis tersebut. Berikut ini teks buku tersebut:
Dalam
pembahasan mengenai panji-panji pemimpin Yamani lebih memberikan
petunjuk dari panji-panji Khurasani, padahal panji-panji Kurasan dan
mereka penduduk Timur bertujuan untuk menuntun dan menunjuki orang lain
bahkan mereka yang mati di bawah panji-panji ini terhitung sebagai mati
syahid dan agama Allah akan dibantu oleh mereka. Atau disebutkan bahwa
sejumlah orang-orang Iran sebagai menteri-menteri dan penasihat Imam
Mahdi af, salah satunya adalah Syuaib bin Saleh yang akan diangkat oleh
Imam Mahdi af sebagai panglima tertinggi. Atau peran orang-orang Iran
dalam mempersiapkan kemunculan Imam Mahdi af menunjukkan mereka memiliki
kelebihan tersendiri.
Dengan data-data seperti ini, muncul pertanyaan
mengapa panji-panji pemimpin Yaman lebih memberi petunjuk kepada orang
lain dari panji-panji orang Iran?
Ada beberapa kemungkinan:
1.
Sistem dan kebijakan yang diterapkan oleh Sayyid Yamani lebih tepat dan
benar dari sisi ketegasan dan kesederhanaan dibandingkan dengan metode
Islam. Sementara pemerintah Iran tidak demikian karena kebijakan yang
kompleks. Dengan demikian, perbedaannya kembali pada pengalaman
memerintah pada kesederhanaan dan kabilah Yaman dibandingkan dengan
warisan budaya Iran dan komposisi masyarakatnya.
2.
Panji-panji Sayyid Yamani lebih menuntun orang lain karena politik dan
kebijakan eksekusinya lebih tegas dan pengikut yang lebih ikhlas dan
taat serta pengawasan langsung terhadap mereka oleh pemimpinnya.
Tentunya, bila melihat pada aturan-aturan yang ditetapkan oleh Islam,
maka ini lebih sesuai. Sebagaimana yang tertulis dalam surat Imam Ali as
kepada sahabat sekaligus gubernurnya di Mesir. Beliau menyebutkan bahwa
seorang pemimpin lebih ketat dan tegas dengan bawahannya dan lemah
lembut dengan orang-orang yang tidak mampu. Begitu juga sifat Imam Mahdi
af. Sementara itu, orang-orang Iran tidak mengamalkan kebijakan yang
seperti ini. Para pejabat yang bersalah tidak diumumkan di depan umum
agar yang lain mengambil pelajaran, karena mereka khawatir akan
menyebabkan pemerintah Islam menjadi lemah yang menunjukkan perwujudan
Islam.
3.
Kemungkinan lain mengapa panji-panji Sayyid Yamani lebih menunjuki
orang kepada Imam Mahdi af karena ia tidak begitu menjaga aturan-aturan
internasional yang lebih bersifat basa-basi. Berbeda dengan Sayyid
Yamani, Iran berkeyakinan dengan undang-undang internasional dan merasa
berkewajiban untuk melaksanakannya.
4.
Kemungkinan yang lebih bisa diterima adalah dikarenakan pergerakan
Sayyid Yamani dibimbing langsung oleh Imam Mahdi af dan menjadi bagian
tak terpisahkan dari revolusi Imam Mahdi af. Begitu juga Sayyid Yamani
menemui langsung Imam Mahdi af dan mendapat bimbingan. Penguat
argumentasi ini kembali pada riwayat-riwayat yang terkait dengan
revolusi Yaman di mana pemimpinnya yaitu Sayyid Yamani disebutkan: Ia
memberikan petunjuk ke arah kebenaran dan mengajak manusia kepada Imam
Mahdi af dan lain-lain.
Namun, tidak dapat dilupakan peran Iran dalam revolusi Imam Mahdi af.
Berita-berita
yang menguatkan bahwa gerakan Sayyid Yamani lebih menunjukkan dekatnya
kemunculan Imam Mahdi af ketimbang revolusi Iran. Sekalipun diasumsikan
bahwa Sayyid Yamani muncul sebelum kemunculan pasukan Sufyan atau
diasumsikan bahwa ada Sayyid Yamani lainnya yang akan melakukan
revolusi.
Cinta Syiah Yaman terhadap Imam Khomeini.
Badruddin
Thaba’thaba’i al-Hautsi salah satu ulama besar Syiah Yaman yang begitu
mencintai Imam Khomeini. Pada masa perang Iran dan Irak setiap kali
radio Iran berbahasa Arab mengumumkan kemenangan Iran dalam perang, ia
naik ke atap rumah dan menunjukkan kegembiraannya dengan menembak peluru
ke udara.
FARS
memberitakan, Yahya Hasan dalam masalah ini berkata: Orang-orang Syiah
Yaman begitu mencintai pribadi Imam Khomeini dan beliau dianggap sebagai
tokoh yang berani melawan kesombongan dan kediktatoran.
Gambar
Imam Khomeini dan Sayyid Ali Khamene’i hampir pasti ada di setiap rumah
orang-orang Syiah. Yahya Hasan menambahkan: Sekalipun saat ini tekanan
pemerintah Yaman dan pengaruh Wahabi/Salafi di pemerintah, masih
terdapat beberapa karya-karya Imam Khomeini terutama buku 40 hadis.
Syiah Yaman begitu antusias dengan buku ini, bahkan dipelajari dan
diajarkan.
Yahya
Hasan menukil sebuah kisah heroik yang terkait dengan Imam Khomeini.
Katanya: Dalam sebuah serangan yang dilakukan oleh tentara Yaman ke
rumah-rumah orang Syiah, salah seorang komandan pejuang Syiah yang
berada di medan perang karena tahu semakin dekatnya pasukan pemerintah
ke kawasan penduduk, ia menghubungi anak gadisnya yang berumur 14 tahun.
Ia meminta kepada anaknya agar sebelum tentara Yaman masuk ke rumah, ia
membakar gambar Imam Khomeini yang berada di atas lemari. Namun,
anaknya setelah melihat gambar Imam Khomeini ia hanya dapat menangis
karena tidak sampai hati membakar foto Imam Khomeini. Ibunya yang
melihat keadaan anaknya juga ikut sedih, namun sebelum tentara Yaman
memasuki rumahnya ia sempat menanam foto Imam Khomeini di taman depan
rumahnya.
Sayyid
Yahya Hasan menyebutkan akan kebencian Wahabi/Salafi dan para pendukung
Amerika di Yaman terhadap Imam Khomeini. Musuh-musuh Islam dan Syiah
senantiasa menganggap Imam Khomeini dan pikiran-pikirannya sebagai musuh
nomor satu. Semua meyakini bahwa hanya pribadi Imam Khomeini yang mampu
menjegal Amerika dan Wahab/Salafi di kawasan Timur Tengah.
Yahya
Hasan menegaskan: Perubahan terakhir yang terjadi di Yaman dan
kesadaran kaum muslimin yang semakin tumbuh di Timur Tengah dan dunia
dari hari ke hari orang akan semakin tersedot dengan pemikiran Imam
Khomeini dan itu berarti persiapan bagi sebuah pemerintah internasional
yang dipimpin oleh Imam Mahdi af akan terwujud.
Apa artinya penantian akan Imam Mahdi af?
Soal: Apa artinya penantian akan Imam Mahdi af?
Jawab:
Kita setiap malam menanti terbitnya matahari. Namun, arti dari
penantian kita akan terbitnya matahari tidak berarti kita tidak
melakukan apa-apa di tengah malam sampai subuh. Ketika malam tiba,
setiap orang menerangi kamarnya masing-masing.
Ketika
musim kemarau, orang-orang menanti datangnya musim penghujan. Namun,
penantian kita akan musim penghujan tidak berarti di musim kemarau kita
tidak melakukan apa-apa. Kita membersihkan selokan-selokan agar ketika
turun hujan tidak tersumbat dan tidak mengakibatkan banjir.
Pada
masa kegaiban Imam Mahdi af kita juga harus melakukan sesuatu sebagai
bentuk perlawanan terhadap kezaliman sesuai dengan kemampuan kita. Kita
senantiasa berusaha memperbaiki diri dan masyarakat.
Dalam
sebuah riwayat disebutkan “Paling baik amal perbuatan adalah menanti
kemunculan Imam Mahdi af” (Bihar al-Anwar, jilid 75, hal 207).
Dalam
hadis ini penantian bukan sebuah keadaan tapi sebuah perbuatan, paling
baik amal perbuatan. Dengan demikian, para penanti yang hakiki harusnya
orang-orang yang gemar berbuat. Mereka yang menanti seorang pembaharu
harus menunjukkan dirinya sebagai orang pembaharu dan baik. Seorang yang
menanti tamu yang akan datang ke rumahnya tidak pernah bisa merasa
tenang.
Kewajiban
masyarakat di masa kegaiban adalah memperbaiki diri, melakukan amar
makruf dan nahi mungkar, mengajak kepada kebenaran dan menyadarkan orang
lain.
Kongres “Penantian Imam Mahdi af menurut agama-agama Ibrahim di Austria.
Kemarin,
Atase Kebudayaan Iran di Austria mengadakan kongres yang membicarakan
masalah penantian Imam Mahdi af menurut agama-agama Ibrahim.
Kongres
ini sebagai lanjutan dari kongres terdahulu yang pernah diadakan. Bulan
kemarin, diadakan kongres dengan judul “Dua penyelamat manusia;
Muhammad dan Isa”. Pada waktu itu, kongres dihadiri oleh pemikir-pemikir
dari Kristen Islam.
Kongres
penantian Imam Mahdi af menurut agama-agama Ibrahim bertujuan untuk
menginformasikan dengan benar pengertian penantian. Hadir sebagai
pembicara, direktur bidang mazhab Katolik akademi agama di universitas
Vienna dan rohaniwan dari pusat pendidikan dan kebudayaan Islam Austria.
Sinetron kehidupan ibu Imam Mahdi segera dibuat.
Farajullah Salahshur salah satu sutradara Iran akan membuat sinetron tentang ibu Imam Mahdi af Nargis dalam 30 episode.
Situs
Shabestan memberitakan, Farajullah Salahshur berniat untuk
mesinentronkan kehidupan ibu Imam Mahdi af dalam waktu dekat ini.
Menurut Salahshur, ibu Imam Mahdi af adalah wanita teladan dan dapat
menjadi panutan para wanita.
Menurutnya,
Nargis adalah seorang wanita Kristen dan anaknya Imam Mahdi af tidak
hanya milik umat Islam. Pembuatan film ini dapat menjadi sebuah ikatan
yang lebih kuat dan harmonis antara Islam dan Kristen.
Sutradara
ini menjelaskan, penelitian tentang kehidupan Nargis ibu Imam Mahdi af
telah dilakukan, namun masih menunggu persetujuan pertelevisian dan
radio Iran. Bila itu telah disetujui akan dilanjutkan dengan menulis
kembali skenarionya.
Mengenai
penantian pemirsa atas karya-karya agamis, ia berkata, agama datang
untuk menuntun manusia menuju ke Allah. Tujuan agama adalah menjadikan
Allah sebagai pusat. Karya-karya seni juga harus demikian. Tentunya,
tujuan ini akan terwujud ketika sutradara dan penulis naskah setia
dengan ide yang ada. Mereka harus menyingkirkan kepentingan pribadi.
Ketika
ditanya mengenai kelebihan karyanya ini dibandingkan dengan karyanya
yang lain ia menjawab, semua sensitivitas dan ketelitian yang ada dalam
karya-karya saya dapat ditemukan dalam karya saya kali ini. Bedanya,
saya akan membuat serial ini dengan lebih punya daya tarik dan lebih
baik dari karya saya sebelumnya. Karena pengalaman saya semakin
bertambah dalam membuat film.
Salahshur banyak membuat film keagamaan seperti Ashabul Kahfi dan saat ini ia tengah menyelesaikan film tentang Nabi Yusuf as.
NABI ISA dan Imam Mahdi sama sama DIGAIBKAN
OLEH ALLAH SWT KETIKA AKAN DIBUNUH PENGUASA ZALIM. KEDUANYA AKAN
DIMUNCULKAN DI AKHIR ZAMAN GUNA MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN ISLAM GLOBAL.
NABI ISA ………DIGAIBKAN OLEH ALLAH SWT KETIKA AKAN DIBUNUH
PENGUASA ZALIM. Nah, IMAM MAHDI….DIGAIBKAN OLEH ALLAH SWT KETIKA AKAN
DIBUNUH PENGUASA ZALIM.
KEDUANYA AKAN DIMUNCULKAN DI AKHIR ZAMAN GUNA MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN
ISLAM GLOBAL YANG AKAN DIPIMPIN IMAM MAHDI YANG MERUPAKAN KETURUNAN
RASULULLAH SAW.MELALUINYA PEMERINTAHAN AKAN TERKALAHKAN
OTORITER/HEGEMONI ZALIM KONSPIRASI GLOBAL.
SEBUAH GRAND STRATEGY YANG PASTI AKAN TERWUJUD ATAS KEHENDAK ALLAH AZZA WA JALLA.
Isa (عيسى) merupakan seorang nabi yang penting dalam agama Islam. Dalam Kitab Suci Al Qur’an, ia dipanggil Isa bin Maryam atau Isa al-Masih. Kata ini diperkirakan berasal dari bahasa Aram, Eesho atau Eesaa.
Yesus Kristus adalah nama yang umumnya dipakai umat Kristen untuk
menyebutnya, sedangkan orang Kristen Arab menyebutnya dengan Yasu’ al-Masih (يسوع المسيح).
Narasi Qur’an tentang Isa dimulai dari kelahiran Maryam sebagai putri
dari Imran, berlanjut dengan tumbuh kembangnya dalam asuhan Zakariya,
serta kelahiran Yahya. Kemudian Qur’an menceritakan keajaiban kelahiran
Isa sebagai anak Maryam tanpa ayah.
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata :
Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di
dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah) (QS Ali Imran: 45).
Beberapa kepercayaan yang dianut ummat Islam mengenai Isa antara lain :
1. Silsilah nabi Isa tersambung kepada nabi Ibrahim melalui putranya Ishak
2. Isa adalah salah satu nabi yang tergolong dalam ulul azmi, yakni
nabi dan rasul yang memiliki kedudukan tinggi/istimewa bersama dengan
(Muhammad, Ibrahim, Musa dan Nuh).
3. Isa diutus untuk kaum bani Israil
4. Isa bukanlah Tuhan maupun anak Tuhan, melainkan salah seorang
manusia yang diangkat menjadi nabi dan rasul sebagaimana juga setiap
nabi lain yang diutus pada masing-masing kaum.
5. Kelahiran Isa terjadi dengan ajaib, tanpa ayah biologis, atas
kekuasaan Tuhan. Ibunya (Maryam) adalah dari golongan mereka yang suci
dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
6. Isa memiliki beberapa keajaiban atas kekuasaan Tuhan. Di samping
kelahirannya, Ia mampu berbicara saat berumur hanya beberapa hari, Ia
berbicara dan membela Ibunya dari tuduhan perzinaan. Dalam Qur’an juga
diceritakan saat Ia menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan
kebutaan dan penyakit lepra.
7. Isa menerima wahyu dari Tuhan yakni Injil (merujuk pada Perjanjian
Baru agama Kristen), namun versi yang dimiliki oleh umat Kristiani saat
ini dipercayai telah berubah dari versi aslinya. Beberapa pendapat
dalam Islam menyebutkan bahwa Injil Barnabas adalah versi Injil paling akurat yang ada saat ini.
8. Isa tidaklah dibunuh maupun disalib, Tuhan membuatnya terlihat
seperti itu untuk mengelabui musuh-musuhnya. Terdapat beberapa pendapat
yang mengatakan bahwa salah seorang musuhnya diserupakan dengan dia,
sedangkan Isa sendiri diangkat langsung ke surga dan musuhnya yang
diserupakan tadi adalah orang yang disalib.
Sementara pendapat lain (antara lain Ahmad Deedat) mengatakan
bahwa Isa benar-benar disalib namun tidak hingga mati kemudian diangkat
ke surga. Terdapat pula pendapat lain yang mengatakan bahwa yang disalib
oleh tentara Roma bukan Isa melainkan Yudas Iskariot.
Isa masih hidup dan berada di surga, suatu hari Ia akan datang kembali ke bumi untuk melawan Dajjal (atau Antikristus dalam agama kristen) dan merupakan salah satu tanda-tanda dekatnya hari kiamat.
Isa bukan merupakan penebus dosa manusia, Islam menolak konsep dosa
turunan dan menganut konsep bahwa setiap manusia bertanggung jawab dan
akan diadili atas perbuatannya sendiri.
1. Di keluarkan dari Bukhari, Ahmad dan Baihaqi, dari Jabir bin Samurah, berkata,
“Akan wujud 12 orang amir”.
Jabir berkata: Setelah itu baginda(sawa) mengatakan sesuatu yang
tidak dapat aku mendengarnya. Lantas bapaku berkata bahawa baginda
bersabda:
“Semuanya dari Quraish.”
2. Di keluarkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah berkata: Aku masuk
bersama bapaku ke hadhrat Nabi lalu aku mendengar baginda(sawa)
bersabda:
‘Urusan agama ini tidak akan selesai hingga sempurna 12 orang Khalifah.”
Jabir berkata: Kemudian baginda mengatakan sesuatu yang kabur dari
pendengaran ku, maka aku bertanya kepada bapaku. Bapaku menjawab:
“Semuanya daripada Quraish”.
3. Dikeluarkan oleh Muslim dan Ahmad dari Jabir bin Samurah: Aku telah mendengar bahawa Rasulullah bersabda:
“Urusan agama akan tetap berjalan lancar selagi mereka dipimpin oleh 12 orang lelaki.”.
4. Di keluarkan oleh Muslim, Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban, al Khatib
al Tabrizi, dari Jabir bin Samurah, Rasulullah(sawa) bersabda:
“Islam akan tetap mulia (selagi mereka dipimpin oleh) dengan 12 orang khalifah”.
5. Dikeluarkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah berkata: Aku telah
mendengar Nabi bersabda pada petang Jumaat ketika al Aslani di rejam:
“Agama ini akan tetap teguh berdiri hingga hari kiamat kerana kamu dipimpin oleh 12 orang khalifah.”.
6. Di keluarkan oleh Ahmad, Al Hakim, al Haithami di dalam Majma’ uz
Zawaid dinukil dari Thabrani dan al Bazzar, dari Jabir bin Samurah, Nabi
bersabda:
“Urusan umatku akan berada dalam keadaan baik sehinggalah cukup 12 orang khalifah.”.
7. Di keluarkan oleh Ahmad, al Haithami di dalam Majma uz Zawaid,
Ibnu Hajar di dalam al Mathalibul ‘Aliyah, al Busairi di dalam Mukhtasar
al Ithaf dari Masruq berkata: Telah datang seorang lelaki kepada
Abdullah Ibnu Mas’ud lalu berkata:
Apakah Nabimu pernah mengkhabarkan bilangan khalifah setelah pemergiannya?
Ibnu Mas’ud menjawab:
“Ya, tetapi tiada orang pun selain kamu yang bertanyakan perkara ini.
Sesungguhnya kamu masih muda. Bilangan khalidah adalah seperti bilangan
majlis Musa(as), iaitu 12 orang.”.
Inilah antara hadis yang menunjukkan bilangan khalifah/amir
sepeninggalan Rasulullah (sawa), iaitu 12 orang, yang mana selagi di
bawah pimpinan mereka:
1. Islam akan tetap mulia.
2. Agama ini akan tetap teguh.
3. Urusan umat akan tetap dalam keadaan baik.
Syeikh Sulaiman al Qunduzi al Hanafi menerusi kitabnya Yanabi al
Mawaddah telah mengkhususkan satu bab hanya untuk himpunan hadis 12
orang khalifah ini. Beliau menyatakan bahawa Yahya bin Hassan menerusi
kitabnya, al Umdah menyenaraikan 20 jalan sanad bahawa khalifah
sepeninggalan Nabi(sawa) ialah 12 orang. Manakala Bukhari menyenaraikan 3
jalan, Muslim 9 jalan, Abu Daud 3 jalan, dan Tarmizi 1 jalan.
Dalam Ikmal al-Din terdapat sebuah hadis melalui Jabir al-Jufri yang
diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Ya Rasulullah kami
telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, lalu siapakah ulil amri yang Allah
jadikan ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadamu?”
Lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai Jabir, mereka adalah penerusku dan
para pemimpin muslimin. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi
Thalib, kemudian (Imam) Hasan dan (Imam) Husain, kemudian ‘Ali bin
Husain, kemudian Muhammad bin ‘Ali, yang dikenal dalam taurat dengan
nama al-Baqir, yang engkau akan jumpai kelak. Wahai Jabir! Apabila
engkau menjumpainya, sampaikanlah salamku padanya. Setelahnya adalah
ash-Shadiq, Ja’far bin Muhammad; kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali
bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad,
kemudian Hasan bin ‘Ali, setelahnya adalah al-Qa’im yang nama asli dan
gelarnya sama denganku. Dia adalah hujjah Allah di bumi dan pengingat
hamba-hamba-Nya. Dia anak (Imam) Hasan bin ‘Ali (al-’Askari). Peribadi
inilah yang menyebabkan tangan Allah akan membukakan arah Timur dan
Barat dunia dan peribadi ini jugalah yang akan digaibkan dari para
pengikut dan pencintanya. karena inilah (kegaiban -penerj) keimamahannya
tidak dapat dibuktikan oleh pernyataan siapapun kecuali oleh orang yang
keimanannya telah Allah uji.”
Jabir berkata: “Aku bertanya padanya: ‘Wahai Rasulullah! Apakah para
pengikut (syi’ah)-nya akan mendapatkan manfaat dari kegaibannya?’ Dia
menjawab: ‘Ya. Demi Zat yang mengutusku dengan kenabian, mereka akan
mencari cahaya dan taat kepadanya pada masa gaibnya sebagaimana manusia
mendapat manfaat dari (cahaya) matahari ketika awan menutupnya’ …”
(Ikmal al-Din, jilid 1, hal. 253, dengan makna yang hampir sama dalam Yanabi’ al-Mawaddah, hal.117)
* Yanabi al Mawaddah : hal 134 dan 137
* Syawahidul Tanzil:1/48 hadis 202-204
* Tafsir Razi:3/375.
Telah diriwayatkan oleh al Hamwini, di dalam Fara’id al-Simtayn dan
dinukilkan darinya di dalam Yanabi al Mawaddah, dengan sanad dari Ibnu
Abbas berkata:
Seorang Yahudi yang bergelar Nat’sal datang bertemu Rasulullah(sawa) lalu berkata;
Wahai Muhammad(sawa) aku berhajat untuk bertanya kepadamu sesuatu
yang aku pendamkan di dalam diriku. Jika kamu menjawabnya, maka aku akan
mengisytiharkan keislamanku di hadapan mu.” Rasulullah(sawa) menjawab,
“Tanyalah wahai Abu Imarah.” Dia lalu menyoal baginda sehingga beliau
merasa puas dan mengakui kebenaran baginda(sawa).
Kemudian dia berkata, “ Beritahu aku tentang pengganti kamu, siapakah
mereka? Sesungguhnya tiada Rasul yang tidak mempunyai
wasi(pengganti).Rasul kami Musa melantik Yusha bin Nuun sebagai
pengganti dirinya. Baginda menjawab: “Wasi ku ialah Ali bin Abi Thalib,
diikuti oleh kedua cucuku, Hassan dan Hussain, seterusnya diikuti pula
oleh 9 orang keturunan Hussain.
Dia bertanya lagi: “Sebutkan nama-nama mereka kepada ku waha
Muhammad(sawa).” Rasul menjawab, “Apabila Hussain pergi, beliau akan
diganti oleh anaknya, Ali, apabila Ali pergi, Muhammad akan
menggantikannya. Apabila Muhammad pergi, Ja’afar akan menggantikannya.
Apabila Ja’afar pergi, beliau akan digantikan oleh anaknya Musa. Apabila
Musa pergi, anaknya Ali akan menggantikannya. Setelah Ali pergi anaknya
Muhammad akan menggantikannya. Setelah Muhammad pergi, anaknya Ali akan
menggantikannya. Apabila Ali pergi, anaknya Hassan akan
menggantikannya. Apabila Hassan pergi, anaknya Muhammad al Mahdi akan
menggantikannya. Inilah mereka yang 12 orang.Dengan jawapan tersebut
yahudi itu memuji Allah dan menyatakan keislamannya.
Masa dua bulan yang menyedihkan mencapai klimaksnya pada hari
wafatnya Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari, pada tanggal 8
Rabiulawal. Satu hari setelahnya, menurut riwayat, adalah hari id
(perayaan) bagi pencinta ahlulbait as. Dikenal sebagai Id Zahra, hari
untuk menghormati putri Nabi Muhammad saw. sebagai hari kegembiraan dan
kebahagiaan bagi orang-orang beriman.
Sekedar mengingat, 70 hari sebelumnya kita memperingati syahidnya
tidak kurang dari enam manusia suci—Nabi Muhammad, Imam Hasan, Imam
Husain, Imam Zainal Abidin, Imam Ridha, dan Imam Askari (
salâmullâh ‘alaihim).
Selain itu, kita juga mengenang wafatnya pribadi-pribadi seperti Abul
Fadhl Abbas bin Ali, Sayidah Masumah dan para sahabat Imam Husain di
tanah Karbala. Akhirnya, setelah masa kesedihan, kita mengganti pakaian
hitam dan kembali untuk melaksanakan hikmah selama akhir bulan ini.
Salah satu hal penting lain adalah kita menandai hari pertama
kepemimpinan imam kita yang masih hidup, al-Hujjah bin Hasan al-Askari
(semoga Allah mempercepat kemunculannya). Sebagaimana yang disebutkan
dalam doa, ziarah dan riwayat, kemunculan Imam Keduabelas akan menandai
pembalasan atas darah yang tertumpah di Karbala.
Dengan peristiwa penting ini kita merayakan Id Zahra dan dengan sungguh-sungguh kita mohon kepada
Allah
Swt. untuk mempercepat kemunculan hujjah terakhir-Nya. Melalui keadilan
yang akan imam tunjukkan, hari ini akan benar-benar dirayakan sebagai
Id Fatimah az-Zahra dan seluruh pengikutnya yang sejati.
Pengamat sejarah menyatakan empat peristiwa bersejarah penting pada
tanggal 9 Rabiulawal. Pertama, beberapa sejarawan berpendapat bahwa Nabi
Muhammad lahir pada tanggal 9 Rabiulawal. Terdapat dua pendapat lain:
12 Rabiulawal dan 17 Rabiulawal. Bagi Syiah, riwayat yang paling
terkenal adalah yang menyebutkan bahwa Nabi
Muhammad saw. lahir pada tanggal 17 Rabiulawal 570 M.
Apapun keadaannya, tanggal tidaklah membuat perbedaan besar. Karena
Ayatullah Khomeini, pendiri revolusi Islam telah mengumumkan pekan
antara 9 dan 17 Rabiulawal sebagai
“Usbû’ Al-Wahdah” berarti
“Pekan Persatuan” di antara umat muslim. Umat muslim seluruh dunia
diminta untuk bersama-sama dan merayakan maulid Nabi Muhammad selama
sepekan.
Kedua, sehubungan dengan pentingnya hari ini, dicatat bahwa Nabi
Muhammad sendiri terlihat senyum dan “merayakan” sekali dengan berkumpul
di kota Madinah pada hari ini ketika kehadiran Imam Ali, Imam Hasan dan
Imam Husain kemudian berkata, “Pada hari inilah Allah Swt. akan
menghancurkan musuh-musuh kalian dan musuh-musuh kakek kalian dan pada
hari inilah ketika Allah (Swt.) akan menerima perbuatan pengikut kalian
dan mereka yang mencintai kalian. Inilah hari ketika firman Allah
menjadi kenyataan di mana Ia berfirman (dalam Quranul Karim):
‘Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka…’ (QS. 27: 52). Dan pada hari inilah Firaun masa Ahlulbait akan dihancurkan…”
Ketiga, tanggal 9 Rabiulawal juga dikenal sebagai Id Zahra berarti perayaan
Fatimah
az-Zahra as., karena 3-4 tahun setelah tragedi Karbala, pada hari
inilah kegembiraan dan kebahagiaan terpulihkan dalam keluarga ahlulbait
as. Dari tragedi Karbala pada tahun 61 H hingga hari ini, anggota
keluarga Nabi Muhammad saw. terus-menerus berduka dan bersedih atas
kesyahidan Imam Husain as.
Umar bin Saad bin Abi Waqas adalah pembunuh Imam Husain yang pertama kali menembakkan panah ke arah Imam Husain pada tanggal 9
Muharam
61 H, yang dengan itu memulai secara resmi peperangan melawan Imam
Husain as.! Dan ia menyatakan, “Hai warga Kufah dan Syam, jadilah saksi
dengan ini pada Hari Pengadilan, bahwa akulah orang pertama yang
menembakkan panah kepada Husain!” Kemudian, Imam Husain mengatakan
kepada tentara Yazid yang dikomandani Umar, setelah memberikan khotbah
yang luar biasa, bahwa beliau butuh satu malam lagi untuk beribadah!
Mukhtar bin Ubaidullah ats-Tsaqafi mengumumkan tujuan revolusinya di Masjid
Kufah,
“Saya akan menyesuaikan kepada Kitabullah dan sunah nabi-Nya. Saya akan
mengambil pembalasan terhadap pembunuh Imam Husain. Saya akan berperang
melawan mereka yang merusak hukum Allah. Saya akan membela kaum lemah
atas kaum kuat (penindas).”
Hanya orang yang beruntung yang punya kesempatan untuk merayakan id
ini! Inilah hari; ketika pertama kalinya setelah pembantaian Imam Husain
dan para sahabatnya, Imam Ali Zainal Abidin dapat tersenyum! Apakah
alasan ini tidak cukup untuk kita merayakannya? Kebahagiaan kita bersama
kebahagiaan maksumin dan kesedihan kita juga untuk mereka! Karena
itulah 9 Rabiulawal menjadi hari kemuliaan, kehormatan, kejayaan dan
rahmat. Inilah hari raya besar yang juga dinamai
“Eid Asy-Syaja’.”
Keempat atau terakhir, 9 Rabiulawal adalah hari pertama bagi
keimamahan al-Hujjah bin Hasan al-Askari (semoga Allah mempercepat
kemunculannya), sebuah hari suka cita dan perayaan.
Benar bahwa seorang imam menjadi imam sejak lahir, tapi setiap imam
menjalankan peran resmi atas kepemimpinannya setelah wafat imam
sebelumnya. Alasan mengapa kita merayakannya, khususnya al-Hujjah bin
Hasan, adalah untuk mengingatkan diri kita atas keberadaannya dan
tanggung jawab kita kepadanya. Ayahnya sekaligus Imam Kesebelas, Imam
Hasan al-Askari wafat pada tanggal 8 Rabiulawal 260 H dan Imam
Keduabelas, Imam Mahdi, menjalankan keimamahannya secara resmi pada usia
lima tahun pada tanggal 9 Rabiulawal 260 H.
Kita berdoa kepada Allah untuk menjaga agar kita tetap kokoh pada
jalan-Nya, dan agar selalu menjaga kita dari kelalaian dalam menjalankan
tugas-tugas kita kepada-Nya dan Imam Muhammad al-Mahdi (semoga Allah
mempercepat kemunculannya), dan juga memasukkan kita ke dalam penolong
dan sahabat Imam
Mahdi. Ilahi amin.
Salah satu cara agar kita berusaha menjadi sahabat Imam Mahdi afs.
adalah menjalankan tanggung jawab yang ada pada diri kita, termasuk
membaca Doa
al-’Ahd (Janji) setiap pagi di mana kita
mengatakan: “Ya Allah, sesungguhnya saya memperbarui (janji setia) pada
pagi hari ini dan semua hari sisa-sisa janjiku… Ya Allah, masukkan aku
di antara penolongnya, pembelanya, yang memenuhi harapan dan
perintahnya… Ya Allah, jadikanlah ia sebagai tempat berlindung bagi
hamba-Mu yang tertindas; penolong bagi mereka yang tidak memiliki
penolong selain-Mu… penguat ilmu agama-Mu dan sunah nabi-Mu. Semoga
salawat Allah tercurahkan kepadanya dan keluarganya.”
Selain doa, tentu saja, kita harus juga menjadi sahabat sejati Imam
Zaman, dengan mengingat Salman, Abu Dzar, Ammar bin Yasir, dan Malik
yang menjadi sahabat Imam Ali. Begitu juga dengan para syuhada Karbala
yang merupakan sahabat sejati Imam Husain. Kita harus membentuk karakter
kita dalam jalan yang benar ini dan menjauh dari dosa. Kita tidak boleh
puas dengan kondisi sekarang atau menjadi biasa-biasa saja.
Imam Shadiq as. pernah berkata, “Seseorang tidak dianggap sebagai
pengikut kami jika ia hidup di suatu kota dengan populasi 100.000, dan
ada orang yang lebih takwa daripadanya.” Kita harus menjaga konsep ini
dalam hati dan memperjuangkan dengan semangat tinggi untuk mencapai
peringkat tertinggi dalam ketakwaan.
Hadis tentang Imam Muhammad al-Mahdi (semoga Allah mempercepat
kemunculannya): “Dunia tidak akan berakhir, kata Nabi Muhammad saw.,
“sampai seorang laki-laki dari keluargaku (
ahlulbait)
dan namanya seperti namaku akan menjadi pemimpin dunia. Ketika kalian
melihat bendera hijau dari arah Khurasan, maka bergabunglah bersama
mereka, karena Imam Allah akan bersama panji-panji yang akan disebut
al-Mahdi.”
Terakhir dan ini penting: Ahmad bin Ishaq al-Qummi adalah seorang
sahabat besar dari Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari as. Pada tanggal
9 Rabiulawal, Muhammad Hamadani dan Yahya Baghdadi datang
mengunjunginya dan diberi tahu bahwa Ahmad sedang sibuk melakukan
ghusl
(mandi) pada hari itu. Ketika mereka menanyakan tentang mandi apa itu,
mereka diberi tahu bahwa Ahmad mendengar dari Imam Kesepuluh, Imam Hadi
as., yang berkata: “Tanggal 9 Rabiulawal adalah hari raya. Inilah hari
raya besar kita dan hari raya pengikut kami.”.
Setelah melakukan mandi, Ahmad bin Ishaq al-Qummi mengatakan kepada
tamunya, “Saya telah melakukan mandi karena hari ini adalah id 9
Rabiulawal. Saya mengunjungi Imam Hasan al-Askari pada hari ini dan
memperhatikan cincinnya bersinar. Orang-orang di rumahnya mengenakan
pakaian baru dan memakai wewangian. Ketika saya menanyakan alasannya,
Imam Askari berkata, ‘Hari ini tanggal 9 Rabiulawal. Inilah hari id bagi
kita dan pengikut kita’.”
Penyimpangan Terjemahan Hadis Bukhari tentang Imam Mahdi.
Hadis nomor 658 bab empat kitab
Shahîh al-Bukhârî edisi bahasa Arab/Inggris menyebutkan riwayat singkat tentang kedatangan Yesus (Nabi Isa alaihisalam) dan kehadiran seorang
Imam. Terjemahan itu berubah pada edisi cetakan berikutnya!
Shahîh al-Bukhârî
merupakan kitab hadis utama bagi saudara ahlusunah dan dianggap sebagai
kitab terpercaya setelah Alquran. Penerjemahan bahasa Inggrisnya yang
dilakukan oleh
Muhammad Muhsin Khan dalam 9 jilid, telah diterbitkan dalam beberapa edisi.
Hadis yang didiskusikan ini terdapat pada edisi Dar al-Fikr (tanpa tahun, meskipun baru) sebagai berikut:
Shahîh Al-Bukhârî,
Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 437, hadis nomor 658,
Beirut: Dar al-Fikr (9 jilid), diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, t.t.
Bagi mereka, yang meskipun pemahaman bahasa Arabnya kurang, akan dapat melihat bahwa teks hadis Arab yang digarisbawahi (
wa imâmukum minkum) dan padanan bahasa Inggrisnya sangat berbeda!
Terjemahan yang tepat seharusnya:
How will you do when the son of Mary descends and your imam is one of your number?
Apa yang akan kalian lakukan ketika putra Mariam turun sedangkan imam kalian berada di antara kalian?
Terjemahan ini dapat dilihat pada terjemahan James Robson dalam kitab
Misykat Al-Mashabih karya Khatib At-Tabrizi, yang mengutip hadis tersebut dari
Shahîh Al-Bukhâri:
Misykat Al-Mashabih, Al-Khatib At-Tabrizi (w. 737 H), jilid
3, hal. 1159, bab enam (Keturunan Yesus), Lahore: Shaikh Muhammad Ashraf
(2 jilid), diterjemahkan oleh James Robson, 1964.
Mungkinkah ini ketidaksengajaan penerjemah Shahîh Al-Bukhârî?
Terjemahan Muhammad Muhsin Khan telah diperiksa ulang oleh beberapa
ulama, sebagaimana terlihat dalam lembar pengesahan di halaman pertama
setiap jilidnya:
Shahîh Al-Bukhârî, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 1, Beirut: Dar al-Fikr (9 jilid), diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, t.t.
Lalu, siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan ini?
Lembar pengesahan tersebut juga muncul pada edisi awal yang diterbitkan di
Pakistan
pada tahun 1971. Pada edisi tersebut kami menemukan bahwa penyimpangan
fatal itu tidak ada. Hadis itu diterjemahkan lebih akurat. Perlu diingat
bahwa pada jilid, halaman, dan nomor hadis pada edisi berikut, serupa
dengan edisi Dar al-Fikr sebelumnya.
Shahîh Al-Bukhârî,
Al-Bukhari,
Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 437, hadis nomor 658,
Pakistan: Sethi Straw Board Mills (Conversion) Ltd (9 jilid),
diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, 1971.
Terlihat bahwa “kesalahan” ini sebenarnya penyimpangan yang jelas dan
sengaja dari teks terjemahannya. Hal ini terus terjadi hingga edisi
terakhir yang dicetak ulang sampai sekarang dan masih menunjukkan
penyimpangan (
tahrif). Termasuk edisi terakhir yang diterbitkan di Pakistan. Bahkan
database hadis
online memiliki terjemahan yang keliru. Misalnya lihat:
Shahîh Al-Bukârî, Al-Bukhari, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, kitab 55, hadis nomor 658. Terjemahan
online: (Klik
di sini untuk lihat
online).
Apa hubungan Fath Al-Bârî dengan versi yang keliru ini?
Fath al-Bârî merupakan uraian (
syarh) paling terkenal dalam
Shahîh al-Bukhârî. Kitab itu ditulis oleh Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H), seorang ulama dengan reputasi besar di kalangan
ahlusunah.
Meskipun analisis di atas menunjukkan penyimpangan yang jelas dan
terlihat sengaja, pengecekkan terhadap syarah hadis tersebut dalam
Fath Al-Bârî
menjadi lebih jelas. Berikut ini adalah teks yang panjang dan sangat
beralasan jika Ibnu Hajar mengutip pendapat beberapa pihak mengenai arti
dan maksud riwayat tersebut.
Beberapa komentar diterjemahkan di bawah:
Fath al-Bârî bî Syarh Shahîh al-Bukhârî, Ibnu Hajar Al-Asqalani (w. 852 H), dalam hadis nomor 3193 (klik
di sini untuk lihat
online).
Menurut Ahmad dari Jabir tentang kisah
dajal dan turunnya Isa, “Ketika mereka bersama Isa, akan dikatakan: ‘Bangkitlah wahai
Ruhullah (Nabi Isa)’, beliau berkata: ‘Biarkan imam kalian memimpin
salat‘.”
Juga Ibnu Majah dalam hadis panjang dari Abu Umamah tentang dajal
berkata: Mereka semua, maksudnya kaum kuslim, di Baitul Muqaddas
(Yerusalem) dan imam mereka yang saleh maju memimpin salat mereka,
ketika Isa turun; sang imam mundur dan meminta Isa untuk memimpin. Lalu
Isa berdiri di antara bahunya (maksudnya menghadapnya) lalu berkata,
“Pimpinlah! (Salat ini) disiapkan untukmu.”.
Abul Hasan al-Khasai al-Abidi berkata dalam
Manâqib asy-Syâfi’î
bahwa kabar itu adalah mutawatir yakni al-Mahdi berasal dari umat ini
dan Isa akan salat dibelakangnya. Dia menyebutkan tentang penolakan
hadis yang dikeluarkan Ibnu Majah yang berasal dari Anas yang mengatakan
“tidak ada Mahdi kecuali Isa”.
Abu Dzar al-Harawi berkata dari al-Jauzaqi dari beberapa orang
terdahulu, berkata: arti dari perkataan “imam kalian berada di antara
kalian” adalah bahwa dia akan memerintah berdasarkan al-Quran dan bukan
Injil.
[...]
Ibnu al-Jauzi berkata: Jika Isa memimpin maka akan terjadi keraguan
dipikiran manusia apakah ia akan memimpin sebagai wakil atau sebagai
pemrakarsa hukum [baru]. Oleh karena itu, dia akan salat sebagai makmum
sehingga tidak diliputi keraguan, mengingat ucapan (nabi kita) “tidak
ada nabi setelahku”. Tentang salatnya Isa dibelakang lelaki dari umat
ini, yang terjadi di akhir zaman menjelang hari kiamat, merupakan dalil
sahih (bukti yang benar) dari ucapan bahwa bumi tidak mungkin ada tanpa
tegaknya hujah Allah (
qâ’im lillâh bi hujjah). Wallahualam.
Menjadi jelas dari kutipan di atas bahwa terdapat berbagai penjelasan
yang dikutip Ibnu Hajar untuk menyatakan makna hadis ini dan identitas
sang imam. Penyimpangan teks terjemahan Muhsin Khan dilakukan dengan
mengganti terjemahan dan memilih
salah satu dari beberapa penjelasan, yakni yang diwarnai merah. Sedangkan yang lainnya, termasuk yang diwarnai biru, ditolak.
Lalu siapa “imam” yang disebutkan dalam riwayat itu?
Pemahaman
Syiah ini mengacu kepada Imam Mahdi yang merupakan Imam Kedua Belas dan Penerus dari Nabi (saw.) dari keluarganya (
ahlulbait). Beliau merupakan
Qâim al-Hujjah, di mana Yesus (Nabi Isa) akan salat di belakangnya ketika turun.
Belajar dari Kesabaran Ahlulbait.
Di suatu hari yang indah, Rasulullah saw. berkumpul bersama putrinya,
Fatimah, dan menantunya, Ali. Bersama beliau juga telah ada cucu yang
berasal dari rahmatullah, Hasan dan Husain. Berkumpulnya keluarga
tersebut sangat menyejukkan hati. Siapa lagi orang yang seperti nabi?
Siapa lagi yang seperti Ali? Siapa lagi yang seperti Fatimah? Siapa lagi
yang seperti
Hasanain? Sebuah momen indah dalam sejarah kemanusiaan.
Tak lama kemudian, tiba-tiba
Jibril turun menemui nabi saw. “Wahai utusan Allah, apakah engkau dalam keadaan senang dan bahagia?”
“Tentu saja,” jawab nabi. “Ini Ali, ini Fatimah, dan ini Hasan serta Husain. Inilah keluargaku yang indah.”
Jibril berkata, “Aku akan sampaikan apa yang akan terjadi kepada
mereka sepeninggalmu.” Kemudian Jibril menjelaskan tentang cucu nabi
yang syahid di Karbala. Tiba-tiba tangisan mulai mengalir dari mata nabi
yang suci. Segala sesuatunya berubah.
Sumber: hedzzation.deviantart.com.
Nabi tertunduk dan sujud di hadapan Allah dalam waktu yang sangat
lama. Tangisannya membuat sujud semakin lama. Barulah nabi bangun.
Manusia yang paling dekat dengan nabi, Ali, bertanya tentang apa yang
terjadi. Nabi berkata akan menjelaskannya setelah mengambil janji dari
mereka, “Keluargaku, zuriahku, ahlulbaitku! Akankah kalian bersabar?”
Mereka menjawab, “Tentu saja, wahai rasulullah.” Lalu nabi menceritakan
apa yang akan menimpa mereka… sampai semuanya terjadi.
Di antara syarat untuk mempunyai hubungan dan keanggotaan yang hakiki
dengan nabi saw. melalui nasab atau cinta dan ketaatan adalah memiliki
kesabaran yang sempurna atas segala ujian dan kesengsaraan yang akan
dihadapi.
Zainab binti Ali tidak berada di sana saat berkumpulnya keluarga
nabi. Tapi hadis nabi tersebut telah disampaikan oleh ibu dan ayahnya.
Zainab sangat ingat dengan hadis tersebut. Dia mengambil janji sendiri
dan telah memahami pelajarannya. Zainab telah bersabar sepanjang waktu…
sampai dia tiba di Karbala.
Imam Ali bin Husain Zainal Abidin berdiri di samping jasad ayahnya.
Beliau melihat apa yang dilihat. Tak ada yang bisa menggambarkan apa
yang dia lihat. Beliau melihat apa yang dilihat. Beliau melihat sampai
ruhnya seakan-akan keluar dari tubuhnya.
Ketika itu Zainab berlari menuju keponakannya, Zainal Abidin. “Wahai
keponakanku, sayangku, kami tidak memiliki siapa-siapa lagi selain
dirimu. Aku melihat dirimu seolah-olah hendak mati… Ada apa?”
“Bibi!” serunya menangis. “Bukankah jasad ini hujah Allah (di atas
muka bumi)? Ini Husain… Nabi biasa menggendong di pelukannya. Tapi lihat
keadaannya sekarang?!”
Saat itu, barulah Zainab mengingatkan keponakannya tentang
berkumpulnya keluarga nabi saat dulu. Janji itu telah diambil. “Allah
telah mengambil janji dari kami, ahlulbait, bahwa kami akan sabar dan
tegar di atas segala musibah.”.