Soal: Bagaimana Imam Mahdi af setelah seribuan tahun muncul dalam wajah berusia 40 tahun?
Jawab: Biasanya bulu badan, alis dan bulu mata setelah puluhan tahun tetap dan tidak akan tumbuh lagi. Sementara rambut kepala dan janggut yang berada dekat dengan mereka tetap tumbuh dan berkembang. Padahal keduanya dari kulit, daging, darah dan makanan yang satu serta mendapat oksigen yang dari sumber yang sama. Namun, kekuasaan Allah menginginkan agar sebagian rambut tetap sementara di sampingnya alis yang tetap dan tidak tumbuh.
Selain
itu, tidak ada dalil rasional dan teks agama bahkan fakta empiris yang
menyebutkan tentang keterbatasan umur manusia. Umur manusia bak gerakan;
cepat dan lambatnya gerakan tidak ada pembatasnya, sebagaimana cahaya
tidak terbatas. Dalam al-Quran Allah menjelaskan umur Nabi Nuh as dapat
mencapai angka 1000. Buat Ashabul Kahfi tidur selama 300 tahun.
Peran Yaman di masa munculnya Imam Mahdi af.
Syaikh Ali Kurani seorang penulis berkebangsaan Lebanon dalam bukunya Asar Zhuhur yang diterjemahkan oleh Abbaas Jalali ke
dalam bahasa Persia, setelah menyebutkan hadis-hadis sahih tentang
Yaman dan perannya di mana kemunculan Imam Mahdi af pada halaman 160-163
menganalisa hadis-hadis tersebut. Berikut ini teks buku tersebut:
Dalam
pembahasan mengenai panji-panji pemimpin Yamani lebih memberikan
petunjuk dari panji-panji Khurasani, padahal panji-panji Kurasan dan
mereka penduduk Timur bertujuan untuk menuntun dan menunjuki orang lain
bahkan mereka yang mati di bawah panji-panji ini terhitung sebagai mati
syahid dan agama Allah akan dibantu oleh mereka. Atau disebutkan bahwa
sejumlah orang-orang Iran sebagai menteri-menteri dan penasihat Imam
Mahdi af, salah satunya adalah Syuaib bin Saleh yang akan diangkat oleh
Imam Mahdi af sebagai panglima tertinggi. Atau peran orang-orang Iran
dalam mempersiapkan kemunculan Imam Mahdi af menunjukkan mereka memiliki
kelebihan tersendiri.
Dengan data-data seperti ini, muncul pertanyaan
mengapa panji-panji pemimpin Yaman lebih memberi petunjuk kepada orang
lain dari panji-panji orang Iran?
Ada beberapa kemungkinan:
1.
Sistem dan kebijakan yang diterapkan oleh Sayyid Yamani lebih tepat dan
benar dari sisi ketegasan dan kesederhanaan dibandingkan dengan metode
Islam. Sementara pemerintah Iran tidak demikian karena kebijakan yang
kompleks. Dengan demikian, perbedaannya kembali pada pengalaman
memerintah pada kesederhanaan dan kabilah Yaman dibandingkan dengan
warisan budaya Iran dan komposisi masyarakatnya.
2.
Panji-panji Sayyid Yamani lebih menuntun orang lain karena politik dan
kebijakan eksekusinya lebih tegas dan pengikut yang lebih ikhlas dan
taat serta pengawasan langsung terhadap mereka oleh pemimpinnya.
Tentunya, bila melihat pada aturan-aturan yang ditetapkan oleh Islam,
maka ini lebih sesuai. Sebagaimana yang tertulis dalam surat Imam Ali as
kepada sahabat sekaligus gubernurnya di Mesir. Beliau menyebutkan bahwa
seorang pemimpin lebih ketat dan tegas dengan bawahannya dan lemah
lembut dengan orang-orang yang tidak mampu. Begitu juga sifat Imam Mahdi
af. Sementara itu, orang-orang Iran tidak mengamalkan kebijakan yang
seperti ini. Para pejabat yang bersalah tidak diumumkan di depan umum
agar yang lain mengambil pelajaran, karena mereka khawatir akan
menyebabkan pemerintah Islam menjadi lemah yang menunjukkan perwujudan
Islam.
3.
Kemungkinan lain mengapa panji-panji Sayyid Yamani lebih menunjuki
orang kepada Imam Mahdi af karena ia tidak begitu menjaga aturan-aturan
internasional yang lebih bersifat basa-basi. Berbeda dengan Sayyid
Yamani, Iran berkeyakinan dengan undang-undang internasional dan merasa
berkewajiban untuk melaksanakannya.
4.
Kemungkinan yang lebih bisa diterima adalah dikarenakan pergerakan
Sayyid Yamani dibimbing langsung oleh Imam Mahdi af dan menjadi bagian
tak terpisahkan dari revolusi Imam Mahdi af. Begitu juga Sayyid Yamani
menemui langsung Imam Mahdi af dan mendapat bimbingan. Penguat
argumentasi ini kembali pada riwayat-riwayat yang terkait dengan
revolusi Yaman di mana pemimpinnya yaitu Sayyid Yamani disebutkan: Ia
memberikan petunjuk ke arah kebenaran dan mengajak manusia kepada Imam
Mahdi af dan lain-lain.
Namun, tidak dapat dilupakan peran Iran dalam revolusi Imam Mahdi af.
Berita-berita
yang menguatkan bahwa gerakan Sayyid Yamani lebih menunjukkan dekatnya
kemunculan Imam Mahdi af ketimbang revolusi Iran. Sekalipun diasumsikan
bahwa Sayyid Yamani muncul sebelum kemunculan pasukan Sufyan atau
diasumsikan bahwa ada Sayyid Yamani lainnya yang akan melakukan
revolusi.
Cinta Syiah Yaman terhadap Imam Khomeini.
Badruddin
Thaba’thaba’i al-Hautsi salah satu ulama besar Syiah Yaman yang begitu
mencintai Imam Khomeini. Pada masa perang Iran dan Irak setiap kali
radio Iran berbahasa Arab mengumumkan kemenangan Iran dalam perang, ia
naik ke atap rumah dan menunjukkan kegembiraannya dengan menembak peluru
ke udara.
FARS
memberitakan, Yahya Hasan dalam masalah ini berkata: Orang-orang Syiah
Yaman begitu mencintai pribadi Imam Khomeini dan beliau dianggap sebagai
tokoh yang berani melawan kesombongan dan kediktatoran.
Gambar
Imam Khomeini dan Sayyid Ali Khamene’i hampir pasti ada di setiap rumah
orang-orang Syiah. Yahya Hasan menambahkan: Sekalipun saat ini tekanan
pemerintah Yaman dan pengaruh Wahabi/Salafi di pemerintah, masih
terdapat beberapa karya-karya Imam Khomeini terutama buku 40 hadis.
Syiah Yaman begitu antusias dengan buku ini, bahkan dipelajari dan
diajarkan.
Yahya
Hasan menukil sebuah kisah heroik yang terkait dengan Imam Khomeini.
Katanya: Dalam sebuah serangan yang dilakukan oleh tentara Yaman ke
rumah-rumah orang Syiah, salah seorang komandan pejuang Syiah yang
berada di medan perang karena tahu semakin dekatnya pasukan pemerintah
ke kawasan penduduk, ia menghubungi anak gadisnya yang berumur 14 tahun.
Ia meminta kepada anaknya agar sebelum tentara Yaman masuk ke rumah, ia
membakar gambar Imam Khomeini yang berada di atas lemari. Namun,
anaknya setelah melihat gambar Imam Khomeini ia hanya dapat menangis
karena tidak sampai hati membakar foto Imam Khomeini. Ibunya yang
melihat keadaan anaknya juga ikut sedih, namun sebelum tentara Yaman
memasuki rumahnya ia sempat menanam foto Imam Khomeini di taman depan
rumahnya.
Sayyid
Yahya Hasan menyebutkan akan kebencian Wahabi/Salafi dan para pendukung
Amerika di Yaman terhadap Imam Khomeini. Musuh-musuh Islam dan Syiah
senantiasa menganggap Imam Khomeini dan pikiran-pikirannya sebagai musuh
nomor satu. Semua meyakini bahwa hanya pribadi Imam Khomeini yang mampu
menjegal Amerika dan Wahab/Salafi di kawasan Timur Tengah.
Yahya
Hasan menegaskan: Perubahan terakhir yang terjadi di Yaman dan
kesadaran kaum muslimin yang semakin tumbuh di Timur Tengah dan dunia
dari hari ke hari orang akan semakin tersedot dengan pemikiran Imam
Khomeini dan itu berarti persiapan bagi sebuah pemerintah internasional
yang dipimpin oleh Imam Mahdi af akan terwujud.
Apa artinya penantian akan Imam Mahdi af?
Soal: Apa artinya penantian akan Imam Mahdi af?
Apa artinya penantian akan Imam Mahdi af?
Soal: Apa artinya penantian akan Imam Mahdi af?
Jawab: Kita setiap malam menanti terbitnya matahari. Namun, arti dari penantian kita akan terbitnya matahari tidak berarti kita tidak melakukan apa-apa di tengah malam sampai subuh. Ketika malam tiba, setiap orang menerangi kamarnya masing-masing.
Ketika musim kemarau, orang-orang menanti datangnya musim penghujan. Namun, penantian kita akan musim penghujan tidak berarti di musim kemarau kita tidak melakukan apa-apa. Kita membersihkan selokan-selokan agar ketika turun hujan tidak tersumbat dan tidak mengakibatkan banjir.
Pada masa kegaiban Imam Mahdi af kita juga harus melakukan sesuatu sebagai bentuk perlawanan terhadap kezaliman sesuai dengan kemampuan kita. Kita senantiasa berusaha memperbaiki diri dan masyarakat.
Dalam sebuah riwayat disebutkan “Paling baik amal perbuatan adalah menanti kemunculan Imam Mahdi af” (Bihar al-Anwar, jilid 75, hal 207).
Dalam hadis ini penantian bukan sebuah keadaan tapi sebuah perbuatan, paling baik amal perbuatan. Dengan demikian, para penanti yang hakiki harusnya orang-orang yang gemar berbuat. Mereka yang menanti seorang pembaharu harus menunjukkan dirinya sebagai orang pembaharu dan baik. Seorang yang menanti tamu yang akan datang ke rumahnya tidak pernah bisa merasa tenang.
Kewajiban masyarakat di masa kegaiban adalah memperbaiki diri, melakukan amar makruf dan nahi mungkar, mengajak kepada kebenaran dan menyadarkan orang lain.
Kongres “Penantian Imam Mahdi af menurut agama-agama Ibrahim di Austria.
Kemarin,
Atase Kebudayaan Iran di Austria mengadakan kongres yang membicarakan
masalah penantian Imam Mahdi af menurut agama-agama Ibrahim.
Kongres
ini sebagai lanjutan dari kongres terdahulu yang pernah diadakan. Bulan
kemarin, diadakan kongres dengan judul “Dua penyelamat manusia;
Muhammad dan Isa”. Pada waktu itu, kongres dihadiri oleh pemikir-pemikir
dari Kristen Islam.
Sinetron kehidupan ibu Imam Mahdi segera dibuat.
Farajullah Salahshur salah satu sutradara Iran akan membuat sinetron tentang ibu Imam Mahdi af Nargis dalam 30 episode.
Situs
Shabestan memberitakan, Farajullah Salahshur berniat untuk
mesinentronkan kehidupan ibu Imam Mahdi af dalam waktu dekat ini.
Menurut Salahshur, ibu Imam Mahdi af adalah wanita teladan dan dapat
menjadi panutan para wanita.
Menurutnya,
Nargis adalah seorang wanita Kristen dan anaknya Imam Mahdi af tidak
hanya milik umat Islam. Pembuatan film ini dapat menjadi sebuah ikatan
yang lebih kuat dan harmonis antara Islam dan Kristen.
Sutradara
ini menjelaskan, penelitian tentang kehidupan Nargis ibu Imam Mahdi af
telah dilakukan, namun masih menunggu persetujuan pertelevisian dan
radio Iran. Bila itu telah disetujui akan dilanjutkan dengan menulis
kembali skenarionya.
Mengenai
penantian pemirsa atas karya-karya agamis, ia berkata, agama datang
untuk menuntun manusia menuju ke Allah. Tujuan agama adalah menjadikan
Allah sebagai pusat. Karya-karya seni juga harus demikian. Tentunya,
tujuan ini akan terwujud ketika sutradara dan penulis naskah setia
dengan ide yang ada. Mereka harus menyingkirkan kepentingan pribadi.
Ketika
ditanya mengenai kelebihan karyanya ini dibandingkan dengan karyanya
yang lain ia menjawab, semua sensitivitas dan ketelitian yang ada dalam
karya-karya saya dapat ditemukan dalam karya saya kali ini. Bedanya,
saya akan membuat serial ini dengan lebih punya daya tarik dan lebih
baik dari karya saya sebelumnya. Karena pengalaman saya semakin
bertambah dalam membuat film.
Salahshur banyak membuat film keagamaan seperti Ashabul Kahfi dan saat ini ia tengah menyelesaikan film tentang Nabi Yusuf as.
NABI ISA dan Imam Mahdi sama sama DIGAIBKAN
OLEH ALLAH SWT KETIKA AKAN DIBUNUH PENGUASA ZALIM. KEDUANYA AKAN
DIMUNCULKAN DI AKHIR ZAMAN GUNA MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN ISLAM GLOBAL.
KEDUANYA AKAN DIMUNCULKAN DI AKHIR ZAMAN GUNA MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN
ISLAM GLOBAL YANG AKAN DIPIMPIN IMAM MAHDI YANG MERUPAKAN KETURUNAN
RASULULLAH SAW.MELALUINYA PEMERINTAHAN AKAN TERKALAHKAN
OTORITER/HEGEMONI ZALIM KONSPIRASI GLOBAL.
SEBUAH GRAND STRATEGY YANG PASTI AKAN TERWUJUD ATAS KEHENDAK ALLAH AZZA WA JALLA.
Isa (عيسى) merupakan seorang nabi yang penting dalam agama Islam. Dalam Kitab Suci Al Qur’an, ia dipanggil Isa bin Maryam atau Isa al-Masih. Kata ini diperkirakan berasal dari bahasa Aram, Eesho atau Eesaa.
Yesus Kristus adalah nama yang umumnya dipakai umat Kristen untuk
menyebutnya, sedangkan orang Kristen Arab menyebutnya dengan Yasu’ al-Masih (يسوع المسيح).
Narasi Qur’an tentang Isa dimulai dari kelahiran Maryam sebagai putri
dari Imran, berlanjut dengan tumbuh kembangnya dalam asuhan Zakariya,
serta kelahiran Yahya. Kemudian Qur’an menceritakan keajaiban kelahiran
Isa sebagai anak Maryam tanpa ayah.
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata :
Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di
dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah) (QS Ali Imran: 45).
Beberapa kepercayaan yang dianut ummat Islam mengenai Isa antara lain :
1. Silsilah nabi Isa tersambung kepada nabi Ibrahim melalui putranya Ishak
2. Isa adalah salah satu nabi yang tergolong dalam ulul azmi, yakni
nabi dan rasul yang memiliki kedudukan tinggi/istimewa bersama dengan
(Muhammad, Ibrahim, Musa dan Nuh).
3. Isa diutus untuk kaum bani Israil
4. Isa bukanlah Tuhan maupun anak Tuhan, melainkan salah seorang
manusia yang diangkat menjadi nabi dan rasul sebagaimana juga setiap
nabi lain yang diutus pada masing-masing kaum.
5. Kelahiran Isa terjadi dengan ajaib, tanpa ayah biologis, atas
kekuasaan Tuhan. Ibunya (Maryam) adalah dari golongan mereka yang suci
dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
6. Isa memiliki beberapa keajaiban atas kekuasaan Tuhan. Di samping
kelahirannya, Ia mampu berbicara saat berumur hanya beberapa hari, Ia
berbicara dan membela Ibunya dari tuduhan perzinaan. Dalam Qur’an juga
diceritakan saat Ia menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan
kebutaan dan penyakit lepra.
7. Isa menerima wahyu dari Tuhan yakni Injil (merujuk pada Perjanjian
Baru agama Kristen), namun versi yang dimiliki oleh umat Kristiani saat
ini dipercayai telah berubah dari versi aslinya. Beberapa pendapat
dalam Islam menyebutkan bahwa Injil Barnabas adalah versi Injil paling akurat yang ada saat ini.
8. Isa tidaklah dibunuh maupun disalib, Tuhan membuatnya terlihat
seperti itu untuk mengelabui musuh-musuhnya. Terdapat beberapa pendapat
yang mengatakan bahwa salah seorang musuhnya diserupakan dengan dia,
sedangkan Isa sendiri diangkat langsung ke surga dan musuhnya yang
diserupakan tadi adalah orang yang disalib.
Sementara pendapat lain (antara lain Ahmad Deedat) mengatakan
bahwa Isa benar-benar disalib namun tidak hingga mati kemudian diangkat
ke surga. Terdapat pula pendapat lain yang mengatakan bahwa yang disalib
oleh tentara Roma bukan Isa melainkan Yudas Iskariot.
Isa masih hidup dan berada di surga, suatu hari Ia akan datang kembali ke bumi untuk melawan Dajjal (atau Antikristus dalam agama kristen) dan merupakan salah satu tanda-tanda dekatnya hari kiamat.
Isa bukan merupakan penebus dosa manusia, Islam menolak konsep dosa
turunan dan menganut konsep bahwa setiap manusia bertanggung jawab dan
akan diadili atas perbuatannya sendiri.
1. Di keluarkan dari Bukhari, Ahmad dan Baihaqi, dari Jabir bin Samurah, berkata,
“Akan wujud 12 orang amir”.
Jabir berkata: Setelah itu baginda(sawa) mengatakan sesuatu yang tidak dapat aku mendengarnya. Lantas bapaku berkata bahawa baginda bersabda:
“Semuanya dari Quraish.”
2. Di keluarkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah berkata: Aku masuk bersama bapaku ke hadhrat Nabi lalu aku mendengar baginda(sawa) bersabda:
‘Urusan agama ini tidak akan selesai hingga sempurna 12 orang Khalifah.”
Jabir berkata: Kemudian baginda mengatakan sesuatu yang kabur dari pendengaran ku, maka aku bertanya kepada bapaku. Bapaku menjawab:
“Semuanya daripada Quraish”.
3. Dikeluarkan oleh Muslim dan Ahmad dari Jabir bin Samurah: Aku telah mendengar bahawa Rasulullah bersabda:
“Urusan agama akan tetap berjalan lancar selagi mereka dipimpin oleh 12 orang lelaki.”.
4. Di keluarkan oleh Muslim, Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban, al Khatib al Tabrizi, dari Jabir bin Samurah, Rasulullah(sawa) bersabda:
“Islam akan tetap mulia (selagi mereka dipimpin oleh) dengan 12 orang khalifah”.
5. Dikeluarkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah berkata: Aku telah mendengar Nabi bersabda pada petang Jumaat ketika al Aslani di rejam:
“Agama ini akan tetap teguh berdiri hingga hari kiamat kerana kamu dipimpin oleh 12 orang khalifah.”.
6. Di keluarkan oleh Ahmad, Al Hakim, al Haithami di dalam Majma’ uz Zawaid dinukil dari Thabrani dan al Bazzar, dari Jabir bin Samurah, Nabi bersabda:
“Urusan umatku akan berada dalam keadaan baik sehinggalah cukup 12 orang khalifah.”.
7. Di keluarkan oleh Ahmad, al Haithami di dalam Majma uz Zawaid, Ibnu Hajar di dalam al Mathalibul ‘Aliyah, al Busairi di dalam Mukhtasar al Ithaf dari Masruq berkata: Telah datang seorang lelaki kepada Abdullah Ibnu Mas’ud lalu berkata:
Apakah Nabimu pernah mengkhabarkan bilangan khalifah setelah pemergiannya?
Ibnu Mas’ud menjawab:
“Ya, tetapi tiada orang pun selain kamu yang bertanyakan perkara ini. Sesungguhnya kamu masih muda. Bilangan khalidah adalah seperti bilangan majlis Musa(as), iaitu 12 orang.”.
Inilah antara hadis yang menunjukkan bilangan khalifah/amir sepeninggalan Rasulullah (sawa), iaitu 12 orang, yang mana selagi di bawah pimpinan mereka:
1. Islam akan tetap mulia.
2. Agama ini akan tetap teguh.
3. Urusan umat akan tetap dalam keadaan baik.
Syeikh Sulaiman al Qunduzi al Hanafi menerusi kitabnya Yanabi al Mawaddah telah mengkhususkan satu bab hanya untuk himpunan hadis 12 orang khalifah ini. Beliau menyatakan bahawa Yahya bin Hassan menerusi kitabnya, al Umdah menyenaraikan 20 jalan sanad bahawa khalifah sepeninggalan Nabi(sawa) ialah 12 orang. Manakala Bukhari menyenaraikan 3 jalan, Muslim 9 jalan, Abu Daud 3 jalan, dan Tarmizi 1 jalan.
Dalam Ikmal al-Din terdapat sebuah hadis melalui Jabir al-Jufri yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Ya Rasulullah kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, lalu siapakah ulil amri yang Allah jadikan ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadamu?”
“Akan wujud 12 orang amir”.
Jabir berkata: Setelah itu baginda(sawa) mengatakan sesuatu yang tidak dapat aku mendengarnya. Lantas bapaku berkata bahawa baginda bersabda:
“Semuanya dari Quraish.”
2. Di keluarkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah berkata: Aku masuk bersama bapaku ke hadhrat Nabi lalu aku mendengar baginda(sawa) bersabda:
‘Urusan agama ini tidak akan selesai hingga sempurna 12 orang Khalifah.”
Jabir berkata: Kemudian baginda mengatakan sesuatu yang kabur dari pendengaran ku, maka aku bertanya kepada bapaku. Bapaku menjawab:
“Semuanya daripada Quraish”.
3. Dikeluarkan oleh Muslim dan Ahmad dari Jabir bin Samurah: Aku telah mendengar bahawa Rasulullah bersabda:
“Urusan agama akan tetap berjalan lancar selagi mereka dipimpin oleh 12 orang lelaki.”.
4. Di keluarkan oleh Muslim, Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban, al Khatib al Tabrizi, dari Jabir bin Samurah, Rasulullah(sawa) bersabda:
“Islam akan tetap mulia (selagi mereka dipimpin oleh) dengan 12 orang khalifah”.
5. Dikeluarkan oleh Muslim dari Jabir bin Samurah berkata: Aku telah mendengar Nabi bersabda pada petang Jumaat ketika al Aslani di rejam:
“Agama ini akan tetap teguh berdiri hingga hari kiamat kerana kamu dipimpin oleh 12 orang khalifah.”.
6. Di keluarkan oleh Ahmad, Al Hakim, al Haithami di dalam Majma’ uz Zawaid dinukil dari Thabrani dan al Bazzar, dari Jabir bin Samurah, Nabi bersabda:
“Urusan umatku akan berada dalam keadaan baik sehinggalah cukup 12 orang khalifah.”.
7. Di keluarkan oleh Ahmad, al Haithami di dalam Majma uz Zawaid, Ibnu Hajar di dalam al Mathalibul ‘Aliyah, al Busairi di dalam Mukhtasar al Ithaf dari Masruq berkata: Telah datang seorang lelaki kepada Abdullah Ibnu Mas’ud lalu berkata:
Apakah Nabimu pernah mengkhabarkan bilangan khalifah setelah pemergiannya?
Ibnu Mas’ud menjawab:
“Ya, tetapi tiada orang pun selain kamu yang bertanyakan perkara ini. Sesungguhnya kamu masih muda. Bilangan khalidah adalah seperti bilangan majlis Musa(as), iaitu 12 orang.”.
Inilah antara hadis yang menunjukkan bilangan khalifah/amir sepeninggalan Rasulullah (sawa), iaitu 12 orang, yang mana selagi di bawah pimpinan mereka:
1. Islam akan tetap mulia.
2. Agama ini akan tetap teguh.
3. Urusan umat akan tetap dalam keadaan baik.
Syeikh Sulaiman al Qunduzi al Hanafi menerusi kitabnya Yanabi al Mawaddah telah mengkhususkan satu bab hanya untuk himpunan hadis 12 orang khalifah ini. Beliau menyatakan bahawa Yahya bin Hassan menerusi kitabnya, al Umdah menyenaraikan 20 jalan sanad bahawa khalifah sepeninggalan Nabi(sawa) ialah 12 orang. Manakala Bukhari menyenaraikan 3 jalan, Muslim 9 jalan, Abu Daud 3 jalan, dan Tarmizi 1 jalan.
Dalam Ikmal al-Din terdapat sebuah hadis melalui Jabir al-Jufri yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Ya Rasulullah kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, lalu siapakah ulil amri yang Allah jadikan ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadamu?”
Lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai Jabir, mereka adalah penerusku dan
para pemimpin muslimin. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi
Thalib, kemudian (Imam) Hasan dan (Imam) Husain, kemudian ‘Ali bin
Husain, kemudian Muhammad bin ‘Ali, yang dikenal dalam taurat dengan
nama al-Baqir, yang engkau akan jumpai kelak. Wahai Jabir! Apabila
engkau menjumpainya, sampaikanlah salamku padanya. Setelahnya adalah
ash-Shadiq, Ja’far bin Muhammad; kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali
bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad,
kemudian Hasan bin ‘Ali, setelahnya adalah al-Qa’im yang nama asli dan
gelarnya sama denganku. Dia adalah hujjah Allah di bumi dan pengingat
hamba-hamba-Nya. Dia anak (Imam) Hasan bin ‘Ali (al-’Askari). Peribadi
inilah yang menyebabkan tangan Allah akan membukakan arah Timur dan
Barat dunia dan peribadi ini jugalah yang akan digaibkan dari para
pengikut dan pencintanya. karena inilah (kegaiban -penerj) keimamahannya
tidak dapat dibuktikan oleh pernyataan siapapun kecuali oleh orang yang
keimanannya telah Allah uji.”
Jabir berkata: “Aku bertanya padanya: ‘Wahai Rasulullah! Apakah para pengikut (syi’ah)-nya akan mendapatkan manfaat dari kegaibannya?’ Dia menjawab: ‘Ya. Demi Zat yang mengutusku dengan kenabian, mereka akan mencari cahaya dan taat kepadanya pada masa gaibnya sebagaimana manusia mendapat manfaat dari (cahaya) matahari ketika awan menutupnya’ …”
(Ikmal al-Din, jilid 1, hal. 253, dengan makna yang hampir sama dalam Yanabi’ al-Mawaddah, hal.117)
* Yanabi al Mawaddah : hal 134 dan 137
* Syawahidul Tanzil:1/48 hadis 202-204
* Tafsir Razi:3/375.
Telah diriwayatkan oleh al Hamwini, di dalam Fara’id al-Simtayn dan dinukilkan darinya di dalam Yanabi al Mawaddah, dengan sanad dari Ibnu Abbas berkata:
Seorang Yahudi yang bergelar Nat’sal datang bertemu Rasulullah(sawa) lalu berkata;
Wahai Muhammad(sawa) aku berhajat untuk bertanya kepadamu sesuatu yang aku pendamkan di dalam diriku. Jika kamu menjawabnya, maka aku akan mengisytiharkan keislamanku di hadapan mu.” Rasulullah(sawa) menjawab, “Tanyalah wahai Abu Imarah.” Dia lalu menyoal baginda sehingga beliau merasa puas dan mengakui kebenaran baginda(sawa).
Kemudian dia berkata, “ Beritahu aku tentang pengganti kamu, siapakah mereka? Sesungguhnya tiada Rasul yang tidak mempunyai wasi(pengganti).Rasul kami Musa melantik Yusha bin Nuun sebagai pengganti dirinya. Baginda menjawab: “Wasi ku ialah Ali bin Abi Thalib, diikuti oleh kedua cucuku, Hassan dan Hussain, seterusnya diikuti pula oleh 9 orang keturunan Hussain.
Dia bertanya lagi: “Sebutkan nama-nama mereka kepada ku waha Muhammad(sawa).” Rasul menjawab, “Apabila Hussain pergi, beliau akan diganti oleh anaknya, Ali, apabila Ali pergi, Muhammad akan menggantikannya. Apabila Muhammad pergi, Ja’afar akan menggantikannya. Apabila Ja’afar pergi, beliau akan digantikan oleh anaknya Musa. Apabila Musa pergi, anaknya Ali akan menggantikannya. Setelah Ali pergi anaknya Muhammad akan menggantikannya. Setelah Muhammad pergi, anaknya Ali akan menggantikannya. Apabila Ali pergi, anaknya Hassan akan menggantikannya. Apabila Hassan pergi, anaknya Muhammad al Mahdi akan menggantikannya. Inilah mereka yang 12 orang.Dengan jawapan tersebut yahudi itu memuji Allah dan menyatakan keislamannya.
Masa dua bulan yang menyedihkan mencapai klimaksnya pada hari wafatnya Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari, pada tanggal 8 Rabiulawal. Satu hari setelahnya, menurut riwayat, adalah hari id (perayaan) bagi pencinta ahlulbait as. Dikenal sebagai Id Zahra, hari untuk menghormati putri Nabi Muhammad saw. sebagai hari kegembiraan dan kebahagiaan bagi orang-orang beriman.
Sekedar mengingat, 70 hari sebelumnya kita memperingati syahidnya tidak kurang dari enam manusia suci—Nabi Muhammad, Imam Hasan, Imam Husain, Imam Zainal Abidin, Imam Ridha, dan Imam Askari (salâmullâh ‘alaihim). Selain itu, kita juga mengenang wafatnya pribadi-pribadi seperti Abul Fadhl Abbas bin Ali, Sayidah Masumah dan para sahabat Imam Husain di tanah Karbala. Akhirnya, setelah masa kesedihan, kita mengganti pakaian hitam dan kembali untuk melaksanakan hikmah selama akhir bulan ini.
Salah satu hal penting lain adalah kita menandai hari pertama kepemimpinan imam kita yang masih hidup, al-Hujjah bin Hasan al-Askari (semoga Allah mempercepat kemunculannya). Sebagaimana yang disebutkan dalam doa, ziarah dan riwayat, kemunculan Imam Keduabelas akan menandai pembalasan atas darah yang tertumpah di Karbala.
Dengan peristiwa penting ini kita merayakan Id Zahra dan dengan sungguh-sungguh kita mohon kepada Allah Swt. untuk mempercepat kemunculan hujjah terakhir-Nya. Melalui keadilan yang akan imam tunjukkan, hari ini akan benar-benar dirayakan sebagai Id Fatimah az-Zahra dan seluruh pengikutnya yang sejati.
Pengamat sejarah menyatakan empat peristiwa bersejarah penting pada tanggal 9 Rabiulawal. Pertama, beberapa sejarawan berpendapat bahwa Nabi Muhammad lahir pada tanggal 9 Rabiulawal. Terdapat dua pendapat lain: 12 Rabiulawal dan 17 Rabiulawal. Bagi Syiah, riwayat yang paling terkenal adalah yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw. lahir pada tanggal 17 Rabiulawal 570 M.
Apapun keadaannya, tanggal tidaklah membuat perbedaan besar. Karena Ayatullah Khomeini, pendiri revolusi Islam telah mengumumkan pekan antara 9 dan 17 Rabiulawal sebagai “Usbû’ Al-Wahdah” berarti “Pekan Persatuan” di antara umat muslim. Umat muslim seluruh dunia diminta untuk bersama-sama dan merayakan maulid Nabi Muhammad selama sepekan.
Kedua, sehubungan dengan pentingnya hari ini, dicatat bahwa Nabi Muhammad sendiri terlihat senyum dan “merayakan” sekali dengan berkumpul di kota Madinah pada hari ini ketika kehadiran Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain kemudian berkata, “Pada hari inilah Allah Swt. akan menghancurkan musuh-musuh kalian dan musuh-musuh kakek kalian dan pada hari inilah ketika Allah (Swt.) akan menerima perbuatan pengikut kalian dan mereka yang mencintai kalian. Inilah hari ketika firman Allah menjadi kenyataan di mana Ia berfirman (dalam Quranul Karim): ‘Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka…’ (QS. 27: 52). Dan pada hari inilah Firaun masa Ahlulbait akan dihancurkan…”
Ketiga, tanggal 9 Rabiulawal juga dikenal sebagai Id Zahra berarti perayaan Fatimah az-Zahra as., karena 3-4 tahun setelah tragedi Karbala, pada hari inilah kegembiraan dan kebahagiaan terpulihkan dalam keluarga ahlulbait as. Dari tragedi Karbala pada tahun 61 H hingga hari ini, anggota keluarga Nabi Muhammad saw. terus-menerus berduka dan bersedih atas kesyahidan Imam Husain as.
Umar bin Saad bin Abi Waqas adalah pembunuh Imam Husain yang pertama kali menembakkan panah ke arah Imam Husain pada tanggal 9 Muharam 61 H, yang dengan itu memulai secara resmi peperangan melawan Imam Husain as.! Dan ia menyatakan, “Hai warga Kufah dan Syam, jadilah saksi dengan ini pada Hari Pengadilan, bahwa akulah orang pertama yang menembakkan panah kepada Husain!” Kemudian, Imam Husain mengatakan kepada tentara Yazid yang dikomandani Umar, setelah memberikan khotbah yang luar biasa, bahwa beliau butuh satu malam lagi untuk beribadah!
Mukhtar bin Ubaidullah ats-Tsaqafi mengumumkan tujuan revolusinya di Masjid Kufah, “Saya akan menyesuaikan kepada Kitabullah dan sunah nabi-Nya. Saya akan mengambil pembalasan terhadap pembunuh Imam Husain. Saya akan berperang melawan mereka yang merusak hukum Allah. Saya akan membela kaum lemah atas kaum kuat (penindas).”
Hanya orang yang beruntung yang punya kesempatan untuk merayakan id ini! Inilah hari; ketika pertama kalinya setelah pembantaian Imam Husain dan para sahabatnya, Imam Ali Zainal Abidin dapat tersenyum! Apakah alasan ini tidak cukup untuk kita merayakannya? Kebahagiaan kita bersama kebahagiaan maksumin dan kesedihan kita juga untuk mereka! Karena itulah 9 Rabiulawal menjadi hari kemuliaan, kehormatan, kejayaan dan rahmat. Inilah hari raya besar yang juga dinamai “Eid Asy-Syaja’.”
Keempat atau terakhir, 9 Rabiulawal adalah hari pertama bagi keimamahan al-Hujjah bin Hasan al-Askari (semoga Allah mempercepat kemunculannya), sebuah hari suka cita dan perayaan.
Benar bahwa seorang imam menjadi imam sejak lahir, tapi setiap imam menjalankan peran resmi atas kepemimpinannya setelah wafat imam sebelumnya. Alasan mengapa kita merayakannya, khususnya al-Hujjah bin Hasan, adalah untuk mengingatkan diri kita atas keberadaannya dan tanggung jawab kita kepadanya. Ayahnya sekaligus Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari wafat pada tanggal 8 Rabiulawal 260 H dan Imam Keduabelas, Imam Mahdi, menjalankan keimamahannya secara resmi pada usia lima tahun pada tanggal 9 Rabiulawal 260 H.
Kita berdoa kepada Allah untuk menjaga agar kita tetap kokoh pada jalan-Nya, dan agar selalu menjaga kita dari kelalaian dalam menjalankan tugas-tugas kita kepada-Nya dan Imam Muhammad al-Mahdi (semoga Allah mempercepat kemunculannya), dan juga memasukkan kita ke dalam penolong dan sahabat Imam Mahdi. Ilahi amin.
Salah satu cara agar kita berusaha menjadi sahabat Imam Mahdi afs. adalah menjalankan tanggung jawab yang ada pada diri kita, termasuk membaca Doa al-’Ahd (Janji) setiap pagi di mana kita mengatakan: “Ya Allah, sesungguhnya saya memperbarui (janji setia) pada pagi hari ini dan semua hari sisa-sisa janjiku… Ya Allah, masukkan aku di antara penolongnya, pembelanya, yang memenuhi harapan dan perintahnya… Ya Allah, jadikanlah ia sebagai tempat berlindung bagi hamba-Mu yang tertindas; penolong bagi mereka yang tidak memiliki penolong selain-Mu… penguat ilmu agama-Mu dan sunah nabi-Mu. Semoga salawat Allah tercurahkan kepadanya dan keluarganya.”
Selain doa, tentu saja, kita harus juga menjadi sahabat sejati Imam Zaman, dengan mengingat Salman, Abu Dzar, Ammar bin Yasir, dan Malik yang menjadi sahabat Imam Ali. Begitu juga dengan para syuhada Karbala yang merupakan sahabat sejati Imam Husain. Kita harus membentuk karakter kita dalam jalan yang benar ini dan menjauh dari dosa. Kita tidak boleh puas dengan kondisi sekarang atau menjadi biasa-biasa saja.
Imam Shadiq as. pernah berkata, “Seseorang tidak dianggap sebagai pengikut kami jika ia hidup di suatu kota dengan populasi 100.000, dan ada orang yang lebih takwa daripadanya.” Kita harus menjaga konsep ini dalam hati dan memperjuangkan dengan semangat tinggi untuk mencapai peringkat tertinggi dalam ketakwaan.
Hadis tentang Imam Muhammad al-Mahdi (semoga Allah mempercepat kemunculannya): “Dunia tidak akan berakhir, kata Nabi Muhammad saw., “sampai seorang laki-laki dari keluargaku (ahlulbait) dan namanya seperti namaku akan menjadi pemimpin dunia. Ketika kalian melihat bendera hijau dari arah Khurasan, maka bergabunglah bersama mereka, karena Imam Allah akan bersama panji-panji yang akan disebut al-Mahdi.”
Terakhir dan ini penting: Ahmad bin Ishaq al-Qummi adalah seorang sahabat besar dari Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari as. Pada tanggal 9 Rabiulawal, Muhammad Hamadani dan Yahya Baghdadi datang mengunjunginya dan diberi tahu bahwa Ahmad sedang sibuk melakukan ghusl (mandi) pada hari itu. Ketika mereka menanyakan tentang mandi apa itu, mereka diberi tahu bahwa Ahmad mendengar dari Imam Kesepuluh, Imam Hadi as., yang berkata: “Tanggal 9 Rabiulawal adalah hari raya. Inilah hari raya besar kita dan hari raya pengikut kami.”.
Setelah melakukan mandi, Ahmad bin Ishaq al-Qummi mengatakan kepada tamunya, “Saya telah melakukan mandi karena hari ini adalah id 9 Rabiulawal. Saya mengunjungi Imam Hasan al-Askari pada hari ini dan memperhatikan cincinnya bersinar. Orang-orang di rumahnya mengenakan pakaian baru dan memakai wewangian. Ketika saya menanyakan alasannya, Imam Askari berkata, ‘Hari ini tanggal 9 Rabiulawal. Inilah hari id bagi kita dan pengikut kita’.”
Jabir berkata: “Aku bertanya padanya: ‘Wahai Rasulullah! Apakah para pengikut (syi’ah)-nya akan mendapatkan manfaat dari kegaibannya?’ Dia menjawab: ‘Ya. Demi Zat yang mengutusku dengan kenabian, mereka akan mencari cahaya dan taat kepadanya pada masa gaibnya sebagaimana manusia mendapat manfaat dari (cahaya) matahari ketika awan menutupnya’ …”
(Ikmal al-Din, jilid 1, hal. 253, dengan makna yang hampir sama dalam Yanabi’ al-Mawaddah, hal.117)
* Yanabi al Mawaddah : hal 134 dan 137
* Syawahidul Tanzil:1/48 hadis 202-204
* Tafsir Razi:3/375.
Telah diriwayatkan oleh al Hamwini, di dalam Fara’id al-Simtayn dan dinukilkan darinya di dalam Yanabi al Mawaddah, dengan sanad dari Ibnu Abbas berkata:
Seorang Yahudi yang bergelar Nat’sal datang bertemu Rasulullah(sawa) lalu berkata;
Wahai Muhammad(sawa) aku berhajat untuk bertanya kepadamu sesuatu yang aku pendamkan di dalam diriku. Jika kamu menjawabnya, maka aku akan mengisytiharkan keislamanku di hadapan mu.” Rasulullah(sawa) menjawab, “Tanyalah wahai Abu Imarah.” Dia lalu menyoal baginda sehingga beliau merasa puas dan mengakui kebenaran baginda(sawa).
Kemudian dia berkata, “ Beritahu aku tentang pengganti kamu, siapakah mereka? Sesungguhnya tiada Rasul yang tidak mempunyai wasi(pengganti).Rasul kami Musa melantik Yusha bin Nuun sebagai pengganti dirinya. Baginda menjawab: “Wasi ku ialah Ali bin Abi Thalib, diikuti oleh kedua cucuku, Hassan dan Hussain, seterusnya diikuti pula oleh 9 orang keturunan Hussain.
Dia bertanya lagi: “Sebutkan nama-nama mereka kepada ku waha Muhammad(sawa).” Rasul menjawab, “Apabila Hussain pergi, beliau akan diganti oleh anaknya, Ali, apabila Ali pergi, Muhammad akan menggantikannya. Apabila Muhammad pergi, Ja’afar akan menggantikannya. Apabila Ja’afar pergi, beliau akan digantikan oleh anaknya Musa. Apabila Musa pergi, anaknya Ali akan menggantikannya. Setelah Ali pergi anaknya Muhammad akan menggantikannya. Setelah Muhammad pergi, anaknya Ali akan menggantikannya. Apabila Ali pergi, anaknya Hassan akan menggantikannya. Apabila Hassan pergi, anaknya Muhammad al Mahdi akan menggantikannya. Inilah mereka yang 12 orang.Dengan jawapan tersebut yahudi itu memuji Allah dan menyatakan keislamannya.
Masa dua bulan yang menyedihkan mencapai klimaksnya pada hari wafatnya Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari, pada tanggal 8 Rabiulawal. Satu hari setelahnya, menurut riwayat, adalah hari id (perayaan) bagi pencinta ahlulbait as. Dikenal sebagai Id Zahra, hari untuk menghormati putri Nabi Muhammad saw. sebagai hari kegembiraan dan kebahagiaan bagi orang-orang beriman.
Sekedar mengingat, 70 hari sebelumnya kita memperingati syahidnya tidak kurang dari enam manusia suci—Nabi Muhammad, Imam Hasan, Imam Husain, Imam Zainal Abidin, Imam Ridha, dan Imam Askari (salâmullâh ‘alaihim). Selain itu, kita juga mengenang wafatnya pribadi-pribadi seperti Abul Fadhl Abbas bin Ali, Sayidah Masumah dan para sahabat Imam Husain di tanah Karbala. Akhirnya, setelah masa kesedihan, kita mengganti pakaian hitam dan kembali untuk melaksanakan hikmah selama akhir bulan ini.
Salah satu hal penting lain adalah kita menandai hari pertama kepemimpinan imam kita yang masih hidup, al-Hujjah bin Hasan al-Askari (semoga Allah mempercepat kemunculannya). Sebagaimana yang disebutkan dalam doa, ziarah dan riwayat, kemunculan Imam Keduabelas akan menandai pembalasan atas darah yang tertumpah di Karbala.
Dengan peristiwa penting ini kita merayakan Id Zahra dan dengan sungguh-sungguh kita mohon kepada Allah Swt. untuk mempercepat kemunculan hujjah terakhir-Nya. Melalui keadilan yang akan imam tunjukkan, hari ini akan benar-benar dirayakan sebagai Id Fatimah az-Zahra dan seluruh pengikutnya yang sejati.
Pengamat sejarah menyatakan empat peristiwa bersejarah penting pada tanggal 9 Rabiulawal. Pertama, beberapa sejarawan berpendapat bahwa Nabi Muhammad lahir pada tanggal 9 Rabiulawal. Terdapat dua pendapat lain: 12 Rabiulawal dan 17 Rabiulawal. Bagi Syiah, riwayat yang paling terkenal adalah yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw. lahir pada tanggal 17 Rabiulawal 570 M.
Apapun keadaannya, tanggal tidaklah membuat perbedaan besar. Karena Ayatullah Khomeini, pendiri revolusi Islam telah mengumumkan pekan antara 9 dan 17 Rabiulawal sebagai “Usbû’ Al-Wahdah” berarti “Pekan Persatuan” di antara umat muslim. Umat muslim seluruh dunia diminta untuk bersama-sama dan merayakan maulid Nabi Muhammad selama sepekan.
Kedua, sehubungan dengan pentingnya hari ini, dicatat bahwa Nabi Muhammad sendiri terlihat senyum dan “merayakan” sekali dengan berkumpul di kota Madinah pada hari ini ketika kehadiran Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain kemudian berkata, “Pada hari inilah Allah Swt. akan menghancurkan musuh-musuh kalian dan musuh-musuh kakek kalian dan pada hari inilah ketika Allah (Swt.) akan menerima perbuatan pengikut kalian dan mereka yang mencintai kalian. Inilah hari ketika firman Allah menjadi kenyataan di mana Ia berfirman (dalam Quranul Karim): ‘Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka…’ (QS. 27: 52). Dan pada hari inilah Firaun masa Ahlulbait akan dihancurkan…”
Ketiga, tanggal 9 Rabiulawal juga dikenal sebagai Id Zahra berarti perayaan Fatimah az-Zahra as., karena 3-4 tahun setelah tragedi Karbala, pada hari inilah kegembiraan dan kebahagiaan terpulihkan dalam keluarga ahlulbait as. Dari tragedi Karbala pada tahun 61 H hingga hari ini, anggota keluarga Nabi Muhammad saw. terus-menerus berduka dan bersedih atas kesyahidan Imam Husain as.
Umar bin Saad bin Abi Waqas adalah pembunuh Imam Husain yang pertama kali menembakkan panah ke arah Imam Husain pada tanggal 9 Muharam 61 H, yang dengan itu memulai secara resmi peperangan melawan Imam Husain as.! Dan ia menyatakan, “Hai warga Kufah dan Syam, jadilah saksi dengan ini pada Hari Pengadilan, bahwa akulah orang pertama yang menembakkan panah kepada Husain!” Kemudian, Imam Husain mengatakan kepada tentara Yazid yang dikomandani Umar, setelah memberikan khotbah yang luar biasa, bahwa beliau butuh satu malam lagi untuk beribadah!
Mukhtar bin Ubaidullah ats-Tsaqafi mengumumkan tujuan revolusinya di Masjid Kufah, “Saya akan menyesuaikan kepada Kitabullah dan sunah nabi-Nya. Saya akan mengambil pembalasan terhadap pembunuh Imam Husain. Saya akan berperang melawan mereka yang merusak hukum Allah. Saya akan membela kaum lemah atas kaum kuat (penindas).”
Hanya orang yang beruntung yang punya kesempatan untuk merayakan id ini! Inilah hari; ketika pertama kalinya setelah pembantaian Imam Husain dan para sahabatnya, Imam Ali Zainal Abidin dapat tersenyum! Apakah alasan ini tidak cukup untuk kita merayakannya? Kebahagiaan kita bersama kebahagiaan maksumin dan kesedihan kita juga untuk mereka! Karena itulah 9 Rabiulawal menjadi hari kemuliaan, kehormatan, kejayaan dan rahmat. Inilah hari raya besar yang juga dinamai “Eid Asy-Syaja’.”
Keempat atau terakhir, 9 Rabiulawal adalah hari pertama bagi keimamahan al-Hujjah bin Hasan al-Askari (semoga Allah mempercepat kemunculannya), sebuah hari suka cita dan perayaan.
Benar bahwa seorang imam menjadi imam sejak lahir, tapi setiap imam menjalankan peran resmi atas kepemimpinannya setelah wafat imam sebelumnya. Alasan mengapa kita merayakannya, khususnya al-Hujjah bin Hasan, adalah untuk mengingatkan diri kita atas keberadaannya dan tanggung jawab kita kepadanya. Ayahnya sekaligus Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari wafat pada tanggal 8 Rabiulawal 260 H dan Imam Keduabelas, Imam Mahdi, menjalankan keimamahannya secara resmi pada usia lima tahun pada tanggal 9 Rabiulawal 260 H.
Kita berdoa kepada Allah untuk menjaga agar kita tetap kokoh pada jalan-Nya, dan agar selalu menjaga kita dari kelalaian dalam menjalankan tugas-tugas kita kepada-Nya dan Imam Muhammad al-Mahdi (semoga Allah mempercepat kemunculannya), dan juga memasukkan kita ke dalam penolong dan sahabat Imam Mahdi. Ilahi amin.
Salah satu cara agar kita berusaha menjadi sahabat Imam Mahdi afs. adalah menjalankan tanggung jawab yang ada pada diri kita, termasuk membaca Doa al-’Ahd (Janji) setiap pagi di mana kita mengatakan: “Ya Allah, sesungguhnya saya memperbarui (janji setia) pada pagi hari ini dan semua hari sisa-sisa janjiku… Ya Allah, masukkan aku di antara penolongnya, pembelanya, yang memenuhi harapan dan perintahnya… Ya Allah, jadikanlah ia sebagai tempat berlindung bagi hamba-Mu yang tertindas; penolong bagi mereka yang tidak memiliki penolong selain-Mu… penguat ilmu agama-Mu dan sunah nabi-Mu. Semoga salawat Allah tercurahkan kepadanya dan keluarganya.”
Selain doa, tentu saja, kita harus juga menjadi sahabat sejati Imam Zaman, dengan mengingat Salman, Abu Dzar, Ammar bin Yasir, dan Malik yang menjadi sahabat Imam Ali. Begitu juga dengan para syuhada Karbala yang merupakan sahabat sejati Imam Husain. Kita harus membentuk karakter kita dalam jalan yang benar ini dan menjauh dari dosa. Kita tidak boleh puas dengan kondisi sekarang atau menjadi biasa-biasa saja.
Imam Shadiq as. pernah berkata, “Seseorang tidak dianggap sebagai pengikut kami jika ia hidup di suatu kota dengan populasi 100.000, dan ada orang yang lebih takwa daripadanya.” Kita harus menjaga konsep ini dalam hati dan memperjuangkan dengan semangat tinggi untuk mencapai peringkat tertinggi dalam ketakwaan.
Hadis tentang Imam Muhammad al-Mahdi (semoga Allah mempercepat kemunculannya): “Dunia tidak akan berakhir, kata Nabi Muhammad saw., “sampai seorang laki-laki dari keluargaku (ahlulbait) dan namanya seperti namaku akan menjadi pemimpin dunia. Ketika kalian melihat bendera hijau dari arah Khurasan, maka bergabunglah bersama mereka, karena Imam Allah akan bersama panji-panji yang akan disebut al-Mahdi.”
Terakhir dan ini penting: Ahmad bin Ishaq al-Qummi adalah seorang sahabat besar dari Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari as. Pada tanggal 9 Rabiulawal, Muhammad Hamadani dan Yahya Baghdadi datang mengunjunginya dan diberi tahu bahwa Ahmad sedang sibuk melakukan ghusl (mandi) pada hari itu. Ketika mereka menanyakan tentang mandi apa itu, mereka diberi tahu bahwa Ahmad mendengar dari Imam Kesepuluh, Imam Hadi as., yang berkata: “Tanggal 9 Rabiulawal adalah hari raya. Inilah hari raya besar kita dan hari raya pengikut kami.”.
Setelah melakukan mandi, Ahmad bin Ishaq al-Qummi mengatakan kepada tamunya, “Saya telah melakukan mandi karena hari ini adalah id 9 Rabiulawal. Saya mengunjungi Imam Hasan al-Askari pada hari ini dan memperhatikan cincinnya bersinar. Orang-orang di rumahnya mengenakan pakaian baru dan memakai wewangian. Ketika saya menanyakan alasannya, Imam Askari berkata, ‘Hari ini tanggal 9 Rabiulawal. Inilah hari id bagi kita dan pengikut kita’.”
Penyimpangan Terjemahan Hadis Bukhari tentang Imam Mahdi.
Hadis nomor 658 bab empat kitab Shahîh al-Bukhârî edisi bahasa Arab/Inggris menyebutkan riwayat singkat tentang kedatangan Yesus (Nabi Isa alaihisalam) dan kehadiran seorang Imam. Terjemahan itu berubah pada edisi cetakan berikutnya! Shahîh al-Bukhârî
merupakan kitab hadis utama bagi saudara ahlusunah dan dianggap sebagai
kitab terpercaya setelah Alquran. Penerjemahan bahasa Inggrisnya yang
dilakukan oleh Muhammad Muhsin Khan dalam 9 jilid, telah diterbitkan dalam beberapa edisi.
Hadis yang didiskusikan ini terdapat pada edisi Dar al-Fikr (tanpa tahun, meskipun baru) sebagai berikut:
Shahîh Al-Bukhârî, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 437, hadis nomor 658, Beirut: Dar al-Fikr (9 jilid), diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, t.t.
Hadis yang didiskusikan ini terdapat pada edisi Dar al-Fikr (tanpa tahun, meskipun baru) sebagai berikut:
Shahîh Al-Bukhârî, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 437, hadis nomor 658, Beirut: Dar al-Fikr (9 jilid), diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, t.t.
Bagi mereka, yang meskipun pemahaman bahasa Arabnya kurang, akan dapat melihat bahwa teks hadis Arab yang digarisbawahi (wa imâmukum minkum) dan padanan bahasa Inggrisnya sangat berbeda!
Terjemahan yang tepat seharusnya:
Misykat Al-Mashabih, Al-Khatib At-Tabrizi (w. 737 H), jilid 3, hal. 1159, bab enam (Keturunan Yesus), Lahore: Shaikh Muhammad Ashraf (2 jilid), diterjemahkan oleh James Robson, 1964.
Terjemahan yang tepat seharusnya:
How will you do when the son of Mary descends and your imam is one of your number?Terjemahan ini dapat dilihat pada terjemahan James Robson dalam kitab Misykat Al-Mashabih karya Khatib At-Tabrizi, yang mengutip hadis tersebut dari Shahîh Al-Bukhâri:
Apa yang akan kalian lakukan ketika putra Mariam turun sedangkan imam kalian berada di antara kalian?
Misykat Al-Mashabih, Al-Khatib At-Tabrizi (w. 737 H), jilid 3, hal. 1159, bab enam (Keturunan Yesus), Lahore: Shaikh Muhammad Ashraf (2 jilid), diterjemahkan oleh James Robson, 1964.
Mungkinkah ini ketidaksengajaan penerjemah Shahîh Al-Bukhârî?
Shahîh Al-Bukhârî, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 1, Beirut: Dar al-Fikr (9 jilid), diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, t.t.
Lalu, siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan ini?
Shahîh Al-Bukhârî, Al-Bukhari, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, hal. 437, hadis nomor 658, Pakistan: Sethi Straw Board Mills (Conversion) Ltd (9 jilid), diterjemahkan oleh Muhammad Muhsin Khan, 1971.
Terlihat bahwa “kesalahan” ini sebenarnya penyimpangan yang jelas dan sengaja dari teks terjemahannya. Hal ini terus terjadi hingga edisi terakhir yang dicetak ulang sampai sekarang dan masih menunjukkan penyimpangan (tahrif). Termasuk edisi terakhir yang diterbitkan di Pakistan. Bahkan database hadis online memiliki terjemahan yang keliru. Misalnya lihat:
Shahîh Al-Bukârî, Al-Bukhari, Muhammad b. Ismail (w. 256 H), jilid 4, kitab 55, hadis nomor 658. Terjemahan online: (Klik di sini untuk lihat online).
Apa hubungan Fath Al-Bârî dengan versi yang keliru ini?
Beberapa komentar diterjemahkan di bawah:
Fath al-Bârî bî Syarh Shahîh al-Bukhârî, Ibnu Hajar Al-Asqalani (w. 852 H), dalam hadis nomor 3193 (klik di sini untuk lihat online).
Menurut Ahmad dari Jabir tentang kisah dajal dan turunnya Isa, “Ketika mereka bersama Isa, akan dikatakan: ‘Bangkitlah wahai Ruhullah (Nabi Isa)’, beliau berkata: ‘Biarkan imam kalian memimpin salat‘.” Juga Ibnu Majah dalam hadis panjang dari Abu Umamah tentang dajal berkata: Mereka semua, maksudnya kaum kuslim, di Baitul Muqaddas (Yerusalem) dan imam mereka yang saleh maju memimpin salat mereka, ketika Isa turun; sang imam mundur dan meminta Isa untuk memimpin. Lalu Isa berdiri di antara bahunya (maksudnya menghadapnya) lalu berkata, “Pimpinlah! (Salat ini) disiapkan untukmu.”.
Abul Hasan al-Khasai al-Abidi berkata dalam Manâqib asy-Syâfi’î bahwa kabar itu adalah mutawatir yakni al-Mahdi berasal dari umat ini dan Isa akan salat dibelakangnya. Dia menyebutkan tentang penolakan hadis yang dikeluarkan Ibnu Majah yang berasal dari Anas yang mengatakan “tidak ada Mahdi kecuali Isa”.
Abu Dzar al-Harawi berkata dari al-Jauzaqi dari beberapa orang terdahulu, berkata: arti dari perkataan “imam kalian berada di antara kalian” adalah bahwa dia akan memerintah berdasarkan al-Quran dan bukan Injil.
[...]
Ibnu al-Jauzi berkata: Jika Isa memimpin maka akan terjadi keraguan dipikiran manusia apakah ia akan memimpin sebagai wakil atau sebagai pemrakarsa hukum [baru]. Oleh karena itu, dia akan salat sebagai makmum sehingga tidak diliputi keraguan, mengingat ucapan (nabi kita) “tidak ada nabi setelahku”. Tentang salatnya Isa dibelakang lelaki dari umat ini, yang terjadi di akhir zaman menjelang hari kiamat, merupakan dalil sahih (bukti yang benar) dari ucapan bahwa bumi tidak mungkin ada tanpa tegaknya hujah Allah (qâ’im lillâh bi hujjah). Wallahualam.
Menjadi jelas dari kutipan di atas bahwa terdapat berbagai penjelasan yang dikutip Ibnu Hajar untuk menyatakan makna hadis ini dan identitas sang imam. Penyimpangan teks terjemahan Muhsin Khan dilakukan dengan mengganti terjemahan dan memilih salah satu dari beberapa penjelasan, yakni yang diwarnai merah. Sedangkan yang lainnya, termasuk yang diwarnai biru, ditolak.
Lalu siapa “imam” yang disebutkan dalam riwayat itu?
Belajar dari Kesabaran Ahlulbait.
Tak lama kemudian, tiba-tiba Jibril turun menemui nabi saw. “Wahai utusan Allah, apakah engkau dalam keadaan senang dan bahagia?”
“Tentu saja,” jawab nabi. “Ini Ali, ini Fatimah, dan ini Hasan serta Husain. Inilah keluargaku yang indah.”
Jibril berkata, “Aku akan sampaikan apa yang akan terjadi kepada mereka sepeninggalmu.” Kemudian Jibril menjelaskan tentang cucu nabi yang syahid di Karbala. Tiba-tiba tangisan mulai mengalir dari mata nabi yang suci. Segala sesuatunya berubah.
Sumber: hedzzation.deviantart.com.
Nabi tertunduk dan sujud di hadapan Allah dalam waktu yang sangat lama. Tangisannya membuat sujud semakin lama. Barulah nabi bangun. Manusia yang paling dekat dengan nabi, Ali, bertanya tentang apa yang terjadi. Nabi berkata akan menjelaskannya setelah mengambil janji dari mereka, “Keluargaku, zuriahku, ahlulbaitku! Akankah kalian bersabar?” Mereka menjawab, “Tentu saja, wahai rasulullah.” Lalu nabi menceritakan apa yang akan menimpa mereka… sampai semuanya terjadi.
Di antara syarat untuk mempunyai hubungan dan keanggotaan yang hakiki dengan nabi saw. melalui nasab atau cinta dan ketaatan adalah memiliki kesabaran yang sempurna atas segala ujian dan kesengsaraan yang akan dihadapi.
Zainab binti Ali tidak berada di sana saat berkumpulnya keluarga nabi. Tapi hadis nabi tersebut telah disampaikan oleh ibu dan ayahnya. Zainab sangat ingat dengan hadis tersebut. Dia mengambil janji sendiri dan telah memahami pelajarannya. Zainab telah bersabar sepanjang waktu… sampai dia tiba di Karbala.
Imam Ali bin Husain Zainal Abidin berdiri di samping jasad ayahnya. Beliau melihat apa yang dilihat. Tak ada yang bisa menggambarkan apa yang dia lihat. Beliau melihat apa yang dilihat. Beliau melihat sampai ruhnya seakan-akan keluar dari tubuhnya.
Ketika itu Zainab berlari menuju keponakannya, Zainal Abidin. “Wahai keponakanku, sayangku, kami tidak memiliki siapa-siapa lagi selain dirimu. Aku melihat dirimu seolah-olah hendak mati… Ada apa?”
“Bibi!” serunya menangis. “Bukankah jasad ini hujah Allah (di atas muka bumi)? Ini Husain… Nabi biasa menggendong di pelukannya. Tapi lihat keadaannya sekarang?!”
Saat itu, barulah Zainab mengingatkan keponakannya tentang berkumpulnya keluarga nabi saat dulu. Janji itu telah diambil. “Allah telah mengambil janji dari kami, ahlulbait, bahwa kami akan sabar dan tegar di atas segala musibah.”.
Post a Comment
mohon gunakan email