Tanggal 9 Rabiul Awal tahun 260 Hijriah
atau sehari setelah wafatnya Imam Hasan Askari as, dimulailah hari
pertama kepemimpinan Imam Mahdi as. Beliau adalah putra Imam Askari as,
yang lahir pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 255 Hijriyah di kota
Samarra, Irak.Imam Mahdi as saat ini sedang menjalani masa ghaibat
(tersembunyi dari hadapan publik) dan masa itu akan berlangsung sampai
waktu yang dijanjikan untuk melawan kezaliman dan menegakkan keadilan di
muka bumi.
Semua agama langit dan kebanyakan aliran kepercayaan telah berbicara
tentang kemunculan seorang reformis dan juru selamat dunia di akhir
zaman. Mereka semua percaya bahwa suatu saat nanti dunia akan dilanda
krisis besar dan dipenuhi dengan penindasan dan kerusakan, pada masa
itu seorang reformis sejati akan muncul untukmenata kekacauan yang
melanda umat manusia. Menurut keyakinan umat Islam, juru selamat itu
adalah Imam Mahdi as yang akan muncul menghiasi dunia dengan keadilan
dan memberantas kezaliman. Seorang ulama Sunni, Ibn Abi
al-Hadidmengatakan, "Semua mazhab Islam sepakat bahwa usia dunia tidak
akan berakhir kecuali setelah kemunculan al-Mahdi."
Asbagh bin al-Nubata, seorang sahabat Imam Ali as berkata, "Suatu
hari aku datang menemui Imam Ali. Aku melihat beliau larut dalam
pikiran. Aku sangat heran dengan pemandangan itu dan berkata kepadanya,
‘Wahai Amirul Mukminin, ada kejadian apa sehingga engkau tampak
khawatir dan tenggelam dalam lautan pikiran?" Beliau menjawab, "Aku
sedang memikirkan seorang anak dari generasikuyang akan lahir ke dunia
di kemudian hari. Dia adalah putraku yang kesebelas. Dia adalah Mahdi
kami Ahlul Bait, di mana akan memenuhi dunia dengan keadilan dan
kemakmuran setelah penuh dengan kezaliman dan kerusakan. Namun sebelum
itu, ia akan menjalani sebuah masa ghaibat, di mana pada masa itu
kebanyakan orang akan menyimpang dari kebenaran dan jalan lurus."
Tidak diragukan lagi bahwa kepemimpinan para utusan Tuhan dalam
membimbing manusia bertujuan untuk mengantarkan mereka menuju
kesempurnaan sejati.Akan tetapi, kesempurnaan itu akan dicapai jika
masyarakat memiliki kesiapan untukmemanfaatkan petunjuk dan bimbingan
Ilahi itu. Jika kondisi itu tidak tercipta di tengah masyarakat,
makakehadiran para utusan langit tentu saja tidak akan membawa banyak
hasil.Oleh karena itu, Allah Swt – dengan maslahat tertentu –
menyembunyikan mereka di balik tirai keghaiban guna mempertahankan misi
hidayah manusia ketika mereka tidakmemahami kadar nikmat tersebut.
Oleh karena itu, rahmat Tuhan akan senantiasa berlanjut kepada manusia
melalui juru selamat dan pintu hidayah juga tetap terbuka.
Imam Ali as berkata, "Bumi tidak akan pernah kosong dari hujjah
Tuhan, yang akan bangkit untuk-Nya dan dengan argumentasi yang
jelas–baik dalam bentuk terang-terangan dan terlihat atau secara
tersembunyi dan ghaib –sehingga hujjah Tuhan tidak lenyap dan
tanda-tanda keberadaannya tidak sirna."
Keghaiban Imam Mahdi as adalah bukan sebuah kisah baru. Tuhan –
berdasarkan mashalat tertentu – juga menyembunyikan para nabi dari
pandangan masyarakat. Menurut al-Quran, Nabi Musa as dijauhkan dari Bani
Israil selama empat puluh hari dan kembali ke tengah kaumnya setelah
masa itu berakhir. Demikian juga dengan Nabi Yunus as. Ketika umat Nabi
Yunus as terus-terusan menentang beliau dan mengancamnya, beliau pergi
meninggalkan kaumnya dan tidak ada yang tahu kemana nabi
menghilang.Akan tetapi pada kenyataannya, Tuhan mempertahankan
kehidupan Nabi Yunus as di perut ikan karena maslahat tertentu.
Kemudian Tuhan mengembalikan dia dengan selamat ke tengah kaumnya
setelah mereka bertaubat.
Nabi Isa as – menurut ayat 156 surat an-Nisa' – tidak dibunuh dan
disalib, tapi sampai sekarang masih hidup meskipun beliau tidak terlihat
oleh khalayak. Sunnah Ilahi senantiasa menguji manusia di sepanjang
masa dan juga di masa ghaibat. Imam Ali as berkata, "Bagi Imam Zaman,
ada sebuah fase ghaibat di mana manusia harus bertakwa dalam kondisi itu
serta berkomitmen terhadap agama, syariat, dan aturan-aturannya."
Kemudian Imam Ali as membacakan ayat 214 surat al-Baqarah yang berbunyi,
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
Salah satu ketetapan Tuhan adalah menguji hamba-Nya dan memilih
orang-orang saleh dari mereka. Pada dasarnya, kehidupan merupakan lahan
untuk ujian sehingga manusia dapat mengembangkan semua potensinya dan
tetap mempertahankan kekuatan iman dan sabar. Itulah jalan untuk menuju
kesempurnaan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengindentifikasi
kekuatan iman dan mengukur tingkat komitmen manusia terhadap
ajaran-ajaran langit adalah perilaku merekapada masa keghaiban para
utusan Tuhan.
Sebagai contoh,ketika Nabi Musa as pergi ke miqat di bukit Thur Sina
selama 40 hari,kebanyakan masyarakat yang lemah imannya termakan oleh
tipu daya Samiri dan mereka berpaling dari ajaran Ilahi. Mengenai
peristiwa itu dan keghaiban Juru Selamat, Imam Ali as berkata, "Dia
akan tersembunyi dari pandangan manusia sehingga tampak jelas antara
orang yang sesat dan mereka yang tidak sesat."
Krisis dan ketimpangan pemikiran dan akidah akan melanda umat manusia
pada masa ghaibat Imam Mahdi as. Pada masa itu, golongan yang lemah
imannya akan dilanda keraguan dan kebimbangan, sementara orang-orang
yang hatinya tertancap akar keimanan, mereka akan memperoleh pahala yang
besar dari Tuhan. Imam Ali as telah memberitahukan dampak-dampak
tersebut jauh sebelum Imam Mahdi as lahir ke dunia. Imam Ali as dalam
sebuah kesempatan berkata, "Pada masa keghaiban Imam Mahdi, masyarakat
akan keluar dari kerangka hukum syariat dan kebanyakan dari mereka
mengira bahwa hujjah Ilahi telah meninggal dan imamah telah berakhir.
Akan tetapi, aku bersumpah kepada Tuhan bahwa pada masa itu, hujjah
Tuhan hadir di tengah masyarakat di jalan-jalan dan pasar dan dia
mendengar pembicaraan mereka… dia menyaksikan masyarakat, tapi mereka
tidak mampu melihat Imam Mahdi sampai waktu yang ditentukan oleh Tuhan."
Di bagian lain, Imam Ali as berbicara tentang bagaimana ujian Tuhan
dapat menjadi parameter untuk mengenali orang-orang yang mendapat
petunjuk dari mereka yang sesat dan berputus asa. Beliau berkata, "Aku
bersumpah atas nama Tuhan bahwa aku dan kedua putraku (Hasan dan Husein)
akan syahid. Tuhan di akhir zaman akan mengutus seseorang untuk
menuntut darah kami dan ia akan ghaib untuk beberapa waktu sehingga
masyarakat diuji dan barisan orang-orang sesat akan terpisah. Sebagian
manusia akan berputus asa dari kehadiran Imam Mahdidan karena rasa
pesimis itu, mereka bahkan akan mengeluarkan ucapan ini, ‘Tuhan tidak
butuh kepada keluarga Muhammad, yaitu jika seseorang dari keluarga
Muhammad masih ada di muka bumi, maka ia sudah bangkit sejak dulu untuk
mengakhiri kekacauan dan ketidakadilan ini."
Salah satu alasan penting keghaiban Imam Mahdi as adalah untuk
mempersiapkan masyarakat dalam meniti tujuan akhir dan mencapai Tuhan.
Persiapan itu termasuk untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang kebutuhan kepada seorang pemimpin yang adil, menciptakan
peluang yang tepat untuk membentuk sebuah pemerintahan global,
membangkitkan kebencian masyarakat terhadap kezaliman dan penindasan,
dan memperluas nilai-nilai spiritualitas dan keamanan dunia.
Sampai kondisi itu terwujud, Imam Mahdi as akan berada di balik
tirai keghaiban. Sebab, tugas beliau adalah merealisasikan seluruh
program dan tujuan pengutusan para nabi. Langkah-langkah dan program
reformasi Imam Mahdi as memerlukan pemahaman yang tinggi dan kesiapan
masyarakat. Seorang ilmuwan besar Islam, Syeikh Thusi berkata,
"Sebenarnya, sebelum masyarakat mewujudkan peluang untuk kekuasaan Imam
Mahdi, maka masa ghaibat akan berlanjut, sebab Tuhan menghendaki
penguatan beliau melalui masyarakat, bukan para malaikat."