Pesan Rahbar

Home » » Salman Al Farisi Adalah Putra Islam

Salman Al Farisi Adalah Putra Islam

Written By Unknown on Thursday 24 July 2014 | 21:57:00


Putra Islam

Hari menjelang siang. Kaum Muslim duduk di masjid Nabi, menunggu azan untuk menunaikan salat.

Salman memasuki masjid dan disambut oleh saudara-saudara Mukminnya.

Kaum Muslim ingin mengetahui suku laki-laki Persia itu. Mereka menyebutkan suku mereka masing-masing dengan keras Salman dapat mendengarnya.

Salah seorang dari mereka berkata," Aku berasal dari suku Tanin." Yang lain berkata," Aku berasal dari suku Quraisy." Yang ketiga berkata," Aku berasal dari suku Al Ash." Dan seterusnya.

Tetapi Salman hanya diam. Mereka tetap ingin mengetahui sukunya. Sehingga, mereka bertanya padanya," Salman, dari mana kau berasal?"

Untuk mengajarkan pada mereka arti Islam, Salman menjawab," Aku adalah putra Islam ! Aku dulu tersesat! Sampai Allah menuntunku dengan Muhammad saw. Aku Adalah orang miskin! Sampai Allah membuatku kaya dengan Muhammad. Aku adalah seorang budak! Sampai Allah membebaskanku dengan Muhammad. Islam-lah sukuku!"

Kaum Muslim di masjid menjadi diam, karena Salman mengajarkan pada mereka sebuah pelajaran Islam.


Siapa Salman

Namanya aslinya adalah Ruzbah, yang artinya bahagia. Ia lahir di sebuah desa di Isfahan, Persia.Ayahnya adalah seorang kepala desa yang kaya raya. Pada saat itu, orang-orang Persia menyembah api, karena api adalah simbol dari cahaya. Oleh karena itu, api dianggap suci oleh mereka. Mereka pun mempunyai kuil-kuil di mana api dijaga agar tetap menyala selamanya. Dan di sana juga terdapat para pendeta. Mereka terus menyalakan api siang dan malam.

Ketika Ruzbah tumbuh dewasa, ayahnya menginginkan ia untuk menjadi orang penting. Sehingga ia memintanya untuk mengurus kuil dan terus menjaga nyala api.

Ruzbah berpikir tentang api. Ia tidak mau menganggapnya sebagai Tuhan, karena manusialah yang menjaga api itu supaya terus menyala dan tidak padam.

Suatu hari, pemuda itu berjalan-jalan melewati lading-ladang hijau. Di kejauhan, ia melihat sebuah gedung yang indah. Lalu ia pun menuju ke sana.

Gedung itu adalah sebuah gereja. Gedung itu dibangun oleh beberapa pendeta untuk beribadah kepada Allah.

Pada saat itu, agama Nasrani adalah agama Allah yang benar, bukan Nasrani seperti zaman sekarang ini.Pemuda itu berbincang dengan para pendeta di sana. Cinta kepada Allah meliputi hatinya. Lalu ia bertanya pada mereka," Dari mana asal agama ini?" Para pendeta itu menjawab, " Agama ini berasal dari Syam."


Hijrah

Ruzbah memutuskan untuk pergi ke Syam. Lalu ia menunggu rombongan kafilah dagang. Para kafilah dagang pun mengizinkannya ikut dengan mereka.

Pemuda itu tinggal di rumah seorang pendeta. Ia ingin mempelajari dasar-dasar agama, perilaku yang baik, dan mempelajari injil.

Selang beberapa waktu, sang pendeta itu meninggal dunia. Sehingga Ruzbah pindah ke Mosul (sebuah kota di Irak utara). Di sana ia tinggal di sebuah gereja. Lalu ia pindah ke Nasibin, kemudian ke Ammuriyah.

Ruzbah tinggal di Ammuriyah selama beberapa waktu. Pendeta di Ammuriyah adalah seorang baik. Sebelum ia meninggal, ia berpesan pada Ruzbah," Dalam waktu dekat, Allah akan mengutus seorang nabi. Nabi Itu akan membawa agama Ibrahim. Dan beliau akan hijrah ke tanah yang penuh dengan pohon kurma."

Ruzbah lalu bertanya padanya," Ap tanda-tandanya?"

Pendeta itu menjawab," Tanda-tandanya adalah beliau mau menerima hadiah, tetapi tidak menerima sedekah. Dan tanda-tanda kenabiannya berada di antara bahunya."

Pendeta yang baik itu lalu meninggal, dan Ruzbah pun sendirian. Kemudian berpikir untuk pindah ke Jazirah Arab.

Suatu hari, ada kafilah melewatinya. Kafilah itu hendak kembali ke Hijaz. Maka ia pun memberikan seluruh uangnya kepada mereka untuk menumpang di Makkah.

Para pedagang itu menerima uangnya dan merampas kemerdekaannya. Mereka malah menjualnya pada seorang Yahudi sebagai seorang budak. Ruzbah merasa sedih karena pengkhianatan itu, tetapi ia tetap bersabar. Sejak saat itu, ia mulai bekerja pada orang Yahudi tersebut di ladangnya.

Hari-hari pun berlalu. Suatu pagi, seorang dari bani Quraidha mengunjungi sepupunya, tuannya Ruzbah. Ia melihat Ruzbah sedang bekerja keras. Laki-laki itu pun berkata pada saudara sepupunya," Tolong, juallah budak itu padaku."

Ruzbah gembira karena orang bani Quraidha itu tinggal di Yatsrib, yang dipenuhi dengan pohaon kurma. Pendeta Ammuriyah berkata padanya bahwa Nabi yang akan dijanjikan akan muncul disana. Ruzbah selalu menghitung hari. Ia menanti kemunculan sang Nabi.

Suatu hari, sewaktu ia sedang bekerja di lading, ia mendengar tuannya berkata pada seorang temannya," Muhammad telah tiba di Quba. Dan beberapa orang dari Yatsrib telah menerimanya."

Ruzbah gembira menerima berita itu, karena saatnya telah tiba, ia akan memperoleh kebebasannya. Ia menunggu hingga malam. Ketoika hari menjadi gelap, ia mengambil beberpa butir kurma dan meninggalkan tuannya dengan diam-diam.

Jarak antara Yatsrib dan Quba sekitar dua mil. Ia segera menempuhnya dengan cepat. Ketika tiba di Quba, ia langsung menemui Nabi Muhammad saw. Dan berkata," Aku telah mendengar bahwa Anda adalah orang baik, dan aku lihat ada beberapa orang lain bersama Anda. Oleh karena itu, aku bawakan untuk Anda kurma-kurmaini sebagai sedekah."

Namun Nabi Muhammad saw. Lalu membagi-bagikan kurma itu pada sahabat-sahabat beliau, tetapi beliau sendiri tidak memakannyasedikit pun. Ruzbah berkata pada dirinya," Ini adalah tanda yang petama."

Hari berikutnya, ia datang lagi. Ia membawa beberapa butuir kurma lagi. Lalu ia berkata pada Anbi Muhammad saw.," Ini adalah hadia."

Nabi saw. Mengambil kurma-kurma itu dan berterima kasih. Beliau saw. Lalu membagi-bagikan kurma itu pada sahabat-sahabat beliau, dan beliau sendiri juga memakannya beberapa butir. Ruzbah berkata pada idrinya," Dan ini adalah tanda yang kedua."

Karena itu, Ruzbah merasa yakin bahwa Muhammad saw. Adalah nabi yang dijanjikan. Ia lalu memeluk Nabi saw. Dan menyatakan keislamannya. Karena itulah, Nabi Muhammad saw. Menamainya Salman.


Kemerdekaan

Islam telah datang untuk memerdekakan manusia dari penguasaan manusia lain. Allah SWT memberikan manusia kebebasan. Sehingga Nabi Muhammad saw. Lalu berkata pada sahabat-sahabat beliau," Bantulah Salman untuk mendapatkan kemerdekaannya."

Orang Yahudi yang menjadi majikan Salman menerima untuk membebaskannya. Dan sebagai gantinya, ia meminta ditanamkan tiga ribu pohon kurma.

Nabi saw. Pun mulai menanam pohon kurma itu. Semua pohon itu pun hidup. Dengan cara inilah Allah SWT memerdekakan Salman. Sehingga ia hidup dengan bahagia bersama Nabi Muhammad saw.


Pertahanan Madinah

Pada bulan Ramadhan tahun 5 H, kaum Muslim mendengar bahwa kaum musyrik bermaksud menyerbu Madinah.

Orang-orang Yahudi selalu memanas-manasi dan mendesak kaum kafir Quraisy dan suku-suku Arab untuk menyerbu Madinah serta menghancurkan Islam. Orang-orang Yahudi mengeluarkan banyak uang untuk mengerahkan sepuluh ribu tentara.

Nabi Muhammad saw. Selalu meminta saran dari sahabat-sahabatnya untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi kaum Muslim. Kaum Muslim mengadakan pertemuan di Masjid Nabi saw. Untuk bertukar pikiran.

Serbuan itu sangat berbahaya, karena pasukan kaum Muslim hanya sekitar seribu orang, sementara para penyerbu berjumlah sepuluh ribu orang. Disamping itu, mereka memiliki persenjataan yang lengkap.

Kau Muslim saling bertukar pendapat untuk menemukan cara dalam menghadapi serangan. Salman tiba-tiba berdiri dan berkata," Ya Rasulullah, di Persia kami menggali parit ketika musuh menyerang kami."

Usul Salman itu diterima kaum Muslim. Nabi Muhammad saw. Dan kaum Muslim pun merasa gembira.


Parit

Perbatasan utara Madinah adalah dataran rendah. Nabi Muhammad saw. Menginginkan parit dibuat dengan panjang 5 ribu meter, lebar 9 meter, dan dengan kedalaman 7 meter.

Esok harinya, kaum Muslim pergi dengan membawa alat-alat penggali

Parit itu dikerjakan dengan cermat dan cepat. Nabi Muhammad saw. Memerintahkan tiap 10 orang untuk menggali parit sepanjang 40 meter.

Pada saat itu musim dingin. Angin yang berhembus sangat dingin. Kaum Muslim sedang berpuasa. Meskipun demikian, mereka tetap bekerja dengan giat.

Nabi Muhammad saw. Sendiri bekerja dengan giat, memberi semangat pada sahabat-sahabat beliau dan memanjatkan doa," Ya Allah, Engkau telah membimbing kami! Dan menjadikan kami mengeluarkan zakat dan mendirikan salat! Kemudian menganugerahi kami dengan kesabaran! Dan menjadikan kami teguh ketika kami bertemu dengan musuh kami!"


Batu

Salman bekerja bersama saudara-saudaranya dari Muhajirin dan Anshar.

Suatu hari, mereka menemukan sebuah batu putih yang keras. Salman mencoba menghancurkannya dengan kapaknya. Sahabat-sahabatnya mencoba untuk menghancurkannya juga, tapi mereka semua tidak sanggup. Di mana pun mereka memukul batu itu, yang muncul hanya percikan api dari batu tersebut.

Oleh karena itu, mereka meminta pendapat Salman. Salman lalu pergi untuk menceritakan kepada Nabi saw. Tentang batu tersebut, dan meminta izin untuk mengubah arah parit itu.

Nabi Muhammad saw. Datang ke parit dan mengambil kapak dari Salman. Beliau saw. Lalu masuk ke dalam parit, dan meminta pada kaum Muslim untuk mengambilkan sedikit air.

Nabi saw. Lalu menumpahkan air itu ke atas batu tersebut, memegang kapaknya, dan berkata," Dengan nama Allah ( Bismillaah )."

Beliau saw. Lalu memukul batu itu dengan kapak dan batu itu pun terbelah sepertiga bagian. Nabi Muhammad saw. Lalu berkata," Allah Mahabesar! Aku telah diberi jalan ke Syam! Demi Allah, aku dapat melihat istana-istananya!"

Nabi Muhammad saw. Memukul batu itu lagi, dan batu itu terbelah lagi sepertiga bagian. Beliau pun berkata," Allah Mahabesar! Aku telah diberi jalan ke Persia! Demi Allah, aku dapat melihat istana-istana Al Madain!"

Kemudian beliau saw. memukul untuk ketiga kalinya, yang menghancurkan batu itu, lalu berkata," Allah Mahabesar! Aku telah diberi jalan ke Yaman! Demi Allah, aku dapat melihat gerbang Sana'a!"

Kaum Muslim pun gembira atas janji kemenangan dari Allah tersebut.

Namun kaum munafik mencibir kaum Mukmin," Bagaimana kalian akan menaklukkan Persia, Roma, dan Yaman, sementara kalian sedang menggali parit di Yatsrib?"

Tetapi kaum Mukmin tidak ragu terhadap janji kemenangan dari Allah, karena Allah memberikan kemenangan kepada hamba-Nya yang tulus.

Kaum Muslim terus menggali parit siang dan malam, selama satu bulan. Selama waktu itu, kaum Muslim memindahkan hasil panen pertanian ke Madinah, untuk kebutuhan hidup selama pengepungan dan untuk mencegah musuh memanfaatkannya.


Pengepungan

Pasukan kafir yang dipimpin oleh Abu Sufyan tiba di Madinah. Melihat Parit yang ada, mereka terkejut dan berkata," Orang-orang Arab tidak mengenal siasat seperti ini!"

Dan kaum musyrik tersebut tahu bahwa itu pastilah ide Salman. Mereka pun lalu mengepung Madinah. Namun, Abu Sufyan gagal menemukan jalan untuk melewati parit itu.

Selama masa pengepungan, kaum Muslim dan kaum musyrik saling melontarkan panah.

Suatu hari, salah seorang penuggang kuda kaum musyrik berhasil melewati parit dan mencapai garis depan pasukan kaum Muslim.

Nabi Muhammad saw. Memerintahkan pasukannya untuk menghalangi orang itu, yang bernama Amr bin Abdu Wudd, seorang musyrik yang begitu ditakuti. Namun, hanya Imam Ali bin Abi Thalib yang berani menanggapi seruan Nabi saw. Dan berperang tanding melawan Amr.

Ketika Imam Ali bertempur melawan musuh Islam tersebut, Nabi Muhammad saw. Berdoa pada Allah SWT agar memberikan kemenangan pada kaum Muslim.Kemudian beliau berkata," Hari Ini, keimanan berperang melawan kekafiran."

Imam Ali akhirnya berhasil mengalahkan mushnya, dan kaum Muslim pun berseru," Allah Mahabesar! Allah Mahabesar!"

Ketika kaum musyrik maju menuju parit, kaum Muslim mengejar dan membunuh beberapa di antara mereka.


Kemenangan

Kaum musyrik tidak berhasil melintasi parit. Pengepungan menjadi semakin lama. Allah memberikan kemenangan kepada Rasulullah saw. dan kaum Mukmin.

Angin kencang menerpa pasukan kafir. Angin itu merobohkan kemah-kemah mereka dan membuat mereka takut.

Kaum musyrik telah lelah mengepung. Sehingga pada suatu malam, Abu Sufyan memutuskan untuk menarik pasukannya.

Pagi harinya, Nabi Muhammad saw. mengirim Hudhaifa ke garis depan pasukan musuh untuk memperoleh informasi.

Hudhaifa melaporkan kepada Rasulullah saw. tentang kekalahan pasukan musuh. Kaum Muslim dipenuhi kebahagiaan. Mereka bersyukur kepada Allah SWT karena memberi mereka kemenangan atas musuh agama dan kemanusiaan.

Setelah sebulan pengepungan, kaum Muslim dengan bahagia kembali ke rumah masing-masing.


Di Masjid Nabi

Kaum Muslim datang bersama-sama ke Masjid Nabi saw. Mereka bersyukur kepada Allah SWT. Mereka memandang Salman, sahabat besar itu, dengan rasa cinta dan hormat, karena gagasannya telah menyelamatkan Madinah dan Islam dari penyerang.

Karena itulah, kaum Anshar di Madinah berkata," Salman adalah bagian dari kami."

Kaum Muhajirin berteriak pula," Salman adalah bagian dari kami."

Lalu kaum Muslim memperhatikan Nabi saw. untuk mendengar pandangan beliau saw. tentang Salman. Beliau saw. bersabda," Salman adalah bagian dari keluargaku!"

Kemudian Nabi saw. bersabda," Jangan katakana Salman al Farisi, tetapi katakanlah Salman al Muhammadi!"

Sejak saat itu, kaum Muslim memandang Salman dengan penuh rasa terima kasih dan hormat.


Jihad

Salman selalu pergi berjihad bersama Nabi Muhammad saw. untuk mempertahankan misi Islam melawan para musuh.

Salman mengambil bagian dalam seluruh peperangan kaum Muslim, seperti Perang bani Quraidha, Perang Khaibar, Penaklukan Makkah, Perang Hunain, Perang Tabuk, dan lain-lain.

Salman adalah salah seorang yang paling awal membai'at (menyatukan sumpah setianya) Rasulullah saw. di bawah pohon, yang dikenal dengan Bai'at al Ridwan.

Salman adalah salah seorang Mukmin sejati dan mujahid 9orang-orang yang berjuang di jalan Allah) yang setia.

Karena itulah, Nabi Muhammad saw. bersabda," Surga merindukan tiga orang. Mereka adalah Ali, Ammar dan Salman."

Mereka berasal dari tiga negeri yang berbeda. Islam telah menyatukan mereka. Sehingga mereka menjadi bersaudara.

Sementara itu, Abu Sufyan memandang rendah Salman, karena ia menganggap bahwa orang-orang Arab lebih baik daripada orang-orang non-Arab.

Namun Nabi Muhammad saw. bersabda," Tidak ada perbedaan antara orang Arab dan Ajam (non-Arab), kecuali dengan ketakwaannya kepada Allah."

Salman, Bilal, dan Suhaib hendak memberi Abu Sufyan sebuah pelajaran untuk mengingatkannya pada kemurahan Islam. Mereka berkata padanya," Pedan-pedang tak mengambil apa pun dari musuh-musuh Allah."

Abu Bakar mendengar kata-kata mereka, sehingga ia berkata dengan marah," Mengapa kalian berkata seperti itu pada pemuka kaum Quraisy dan pemimpin mereka?"

Abu Bakar lalu pergi menemui Nabi Muhammad saw. untuk mengatakan pada beliau saw. tentang kata-kata mereka. Tetapi Nabi Muhammad saw. justru berkata,"Wahai Abu Bakar, apakah engkau telah membuat mereka marah? Jika engkau telah membuat mereka marah, maka engkau telah membuat Allah murka!"

Abu Bakar merasa bersalah. Oleh karena itu, ia segera menemui mereka dan berkata," Saudaraku, aku mungkin telah membuat kalian marah !" Mereka pun menjawab dengan kebaikan seorang Muslim," Tidak wahai Abu Bakar, semoga Allah memaafkanmu!"


Wafatnya Nabi

Pada hari senin, 28 Safar, Nabi Muhammad saw. meninggal dunia. Kaum Muslim menjadi sedih. Dan Salman pun menangis atas kepergian beliau saw. itu.

Salman sangat mencintai Nabi Muhammad saw. Ia meneladani perbuatan beliau saw. dan mengingat sabda-sabda beliau saw.

Karena itulah Salman mencintai Ali, karena Allah dan Rasulullah saw. mencintai beliau.

Ia pun mendengar Nabi saw. berulang kali bersabda:

"Ali bersama keadilan dan keadilan bersama Ali."

"(wahai Ali,) Kedudukanmu di sisiku sebagaimana kedudukanmu Harun di sisi Musa, hanya saja tak ada lagi nabi setelahku."

"Siapa saja yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya."

Salman mendengar sabda tersebut, demikian para sahabat lainnya. Karena itulah, ia mengimani kepemimpinan Imam Ali dan hak Kekhalifahan beliau sepeninggal Nabi Muhammad saw.


Bai'at (Sumpah Setia)

Sementara Imam Ali sibuk mengurus jenazah Nabi saw. Abu Bakar malah diangkat menjadi Khalifah dalam sebuah musyawarah di Saqifah.

Beberapa sahabat Nabi saw. terkejut dengan pengangkatan itu. Dan mereka pun menentangnya, karena mereka tahu bahwa Khalifah yang sebenarnya adalah Imam Ali.

Dengan alas an itulah Salman, Abu Dzar, Miqdad, Ammar bin Yasir, Abdullah bin Abbas, Zubair bin Awam, Qais bin Sa'ad,Usamah bin Zaid, Abu Ayyub al Anshari, Abdullah bin Mas'ud, dan lain-lain tidak membai'at (menyatakan sumpah setianya kepada) Abu Bakar.

Imam Ali menjaga sikapnya untuk tidak berbai'at hingga istri beliau, Fathima az Zahrah (putri Rasulullah saw.), meninggal dunia.

Imam Ali kemudian terpaksa membai'at Abu Bakar untuk menyelamatkan kaum Muslim dari perpecahan, sebagaimana amanat Nabi saw. kepada beliau. Salman masih menunggu, lalu Imam Ali berkata padanya," Wahai Aba Abdullah, berbai'atlah."

Salman taat kepada Allah SWT, Rasulullah saw., dan Imam Ali. Sehingga ia pun berbai'at.

Imam Ali pun mencintai Salman, dan berkata tentang dirinya:

"Salman adalah bagian dari keluarga Nabi."

"Ia bagaikan Lukman al Hakim."

"Ia telah membaca kitab pertamadan kitab terakhir, yaitu Injil dan Alquran."


Al Madain

Salman mengambil bagian dalam pertempuran yang terjadi di Persia. Ia berada id barisan terdepan dalam pertempuran itu. Dan ia bertempur dengan gagah berani.

Sa'ad bin Abi Waqqas memimpin pasukan dalam pertempuran di Al Madain (ibu kota Persia saat itu). Salman berada di sampingnya.Ia menyeberangi sungai dengan menunggang kudanya.

Salman menjadi penghubung antara kaum Muslim dengan rakyat Persia. Karena itulah, kota Iwan dapat ditaklukkan tanpa pertumpahan darah.

Khalifah Umar bin Khaththab lalu menunjuknya sebagai Gubernur Al Madain.

Salman adalah contoh penguasa Muslim yang adil. Gajinya sebesar lima ribu dirham. Namun, ia membagikan seluruh gajinya itu untuk fakir miskin.

Ia hidup dengan sederhana. Ia membeli daun kurma dengan harga satu dirham. Lau ia menjadikannya keranjang-keranjang dan menjualnya seharga tiga dirham. Ia gunakan satu dirham untuk nafkah keluarganya, satu dirham untuk fakir miskin, dan satu dirham sisanya untuk membeli daun kurma lagi.

Pakaiannya sangat sederhana. Ketika para musafir dan orang asing melihatnya, mereka mengiranya seorang fakir miskin dari Al Madain

Suatu hari, ketika Salman berjalan di pasar, seorang musafir pernah memintanya untuk membawakan barangnya. Salman lalu membawakan barangnya dan berjalan di belakang musafir itu. Di jalan, orang-orang memberi salam pada Salman dengan rasa hormat. Musafir itu pun heran dan bertanya pada orang-orang di sekitarnya," Siapa lelaki miskin itu?"

Mereka menjawab," Ia adalah Salman al Farisi, sahabat Rasulullah saw. dan gubernur Al Madain."

Musafir tiu pun terkejut. Ia meminta maaf kepada Salman dan meminta Salman untuk meletakkan barang-barangnya. Namun, Salman menolak dan berkata," Hingga aku melihatmu selesai."


Kufah

Setelah penaklukan Al Madain, kaum Muslim mulai mencari tempatyang layak untuk dihuni.

Sehingga kemudian Salman dan Hudhaifa bin al Yaman pergi mencari tanah yang layak dan sesuai dengan pola hidup kaum Muslim.

Mereka lalu memilih Kufah dan melakukan salat di sana. Pada hari itu, kota Kufa didirikan, yang di kemudian hari menjadi ibu kota pemerintahan Islam dan sebagai pusat ilmu pengetahuan.

Salman mendengar sabda tersebut, demikian juga para sahabat lainnya. Karena itulah, ia mengimani kepemimpinan Imam Ali dan hak kekhalifahan beliau sepeninggal Nabi Muhammad saw.


Berjihad lagi

Utsman menjadi khalifah. Namun kaum Muslim melengserkannya.

Salman menjadi gembira. Ia lalu berangkat ke Madinah untuk berziarah ke makam Nabi Muhammad saw., dan untuk salat di Mesjid Nabi.

Salman mencintai jihad untuk mempertahankan pemerintahan Islam melawan musuh-musuh Allah. Ia lalu bergabung dengan pasukan kaum Muslim untuk menaklukan kota Balengerd di Turki. Dan ia menunjukkan keberanian di sana.


Kembali

Salman telah berusia lanjut. Ia pun menderita sakit keras. Kaum Muslim mengunjunginya dan memohon kepada Allah bagi kesembuhan penyakitnya. Mereka memandangnya dengan rasa cinta, karena ia mencintai Allah dan rakyat serta banyak berbuat kebaikan.

Suatu pagi, Salman meminta istrinya untuk mengambilkan bungkusan yang telah disimpannya selama beberapa tahun. Istrinya bertanya tentang bungkusan itu, dan Salman pun berkata,"Demi Rasulullah yang telah berkata padaku,' Jika kematian menghampirimu, beberapa orang (maksudnya malaikat) akan datang padamu. Mereka menyukai wewangian tetapi tidak memakan makanan."

Ia pun membuka bungkusan itu dan memercikinya dengan air. Bau wangi pun menyebar dan memenuhi seluruh ruangan. Lalu Salman meminta istrinya untuk membuka semua pintu.

Selang beberapa saat, Salman pun menutup matanya dan meninggal dunia.


Makamnya

Salman adalah seorang pemuda ketika meninggalkan tanah Persia (Iran). Ia mengunjungi banyak kota di Turki,Syam, Irak, dan Hijaz. Setelah kehidupannya yang penuh dengan jihad dan ibadah, ia pun meninggal dunia di Al Madain.

Rakyat Al Madain menyebutnya Salman Paak. Paak adalah bahasa Persia yang bermakna suci dan bersih.

Ya ! Salman adalah orang yang bersih hatinya. Dan ia adalah bagian dari keluarga Nabi saw.[]

(IRIB-Indonesia/Al-Shia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: