Gambar: Bendera Tebaru Saudi
Jangan selalu percaya pada apa yang Anda
lihat. Anggapan bahwa seeing is believing tidak selamanya benar.
Misalnya, dalam contoh Arab Saudi dan Israel. Kedua negara ini
sepertinya terlihat sangat berbeda, namun dalam kenyataannya keduanya
memiliki banyak kesamaan. Malah, makin dalam kita meneropong dua entitas
ini, makin terlihat kesamaan di antara keduanya. Dan memang, keduanya
adalah entitas yang lahir dari rahim yang sama: imperialisme dan
kolonialisme.
Tulisan ini hanya akan mencoba mendaftar
saja sejumlah fakta kesamaan antara kedua negara bentukan penjajah
Inggris ini. Fakta-fakta ini dapat dengan mudah dicari digoogle dan di
internet.
Pertama, kedua negara ini sama2 menempati
tanah yang bukan miliknya. Sebagian besar orang Yahudi yang kini
menempati Palestina bukanlah penduduk asli, melainkan pendatang dari
Eropa, Afrika, Asia dan Amerika. Fakta yang sama juga terjadi di Arab
Saudi. Jika kita lihat para penguasa Arab Saudi sekarang, maka kita
menemukan bahwa sebagian besar mereka berasal dari wilayah Nejd. Ibukota
Arab Saudi sekarang adalah Riyadh yang merupakan kota terbesar di Nejd,
sementara kebanyakan raja Arab Saudi lahir di Sudair. Karena itu mereka
biasa disebut dengan Sudairi.
Suku Saud kemudian membentuk gerombolan
bersenjata yang meneror warga yang lalu-lalang dan merampok harta
mereka. Pelan2 suku ini menjadi kuat, banyak harta, memiliki senjata
lengkap dan siap menganeksasi wilayah suku-suku lain. Untuk itu, mereka
melakukan aliansi dengan suku-suku yang dapat dibeli dan membentuk
persaudaraan tribal demi meraih ambisi kekuasaan di wilayah sahara ini.
Muhammad bin Saud kemudian merasa bahwa persaudaraan duit, senjata dan
tahta tidak cukup. Karena itu, dia menjalin hubungan baik dengan seorang
ulama ekstremis bernama Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri Wahabi) dan
mendeklarasikan gerakan politik berkedok agama bernama Wahabi. Wahabi
sebenarnya tidak menawarkan sebuah sistem pemikiran dan kepercayaan
tersendiri, kecuali berisi kritik, kecaman, pengkafiran dan terakhir
puncaknya adalah pemusyrikan semua orang yang di luar lingkaran
sempitnya. Mazhab ini lantas muncul sebagai gerakan memusnahkan pihak
lain, siapa pun itu, untuk tujuan menguasai dan menundukkannya.
Kedua, melihat latarbelakang historis di
atas, para penjajah Inggris yang datang ke wilayah asing untuk menguasai
seolah menemukan soulmate-nya pada kelompok Wahabi ini. Tidak segan2
kedua kelompok yang terlihat sangat berbeda ini menjalin aliansi jahat
untuk menguasai Jazirah Arab yang kaya tersebut. Mula2 imperialis
Inggris memasok senjata pada gerombolan bersenjata yang tak mengenal
nilai ini dan mengganyang kekuasaan imperium Ottoman. Setelah itu mereka
menjalin konspirasi untuk mendominasi bangsa2 Arab dengan ancaman di
satu sisi dan iming2 di sisi lain hingga berhasil merebut wilayah yang
sangat luas dari Jazirah Arab. Aliansi imperialis Inggris-Wahabi
berlangsung lancar dan mulus hingga detik ini.
Ketiga, dua rezim yang tampak sebagai
sangat bertentangan ini ialah penggunaan nama suku dan persisnya nama
kakek mereka sebagai nama negara. Nilai di balik pemakaian nama untuk
sebuah negara lebih tinggi dan sakral dibandingkan semua lainnya. Karena
nama itu merangkumkan semuanya, dari visi, maksud, ideologi dan hakikat
berdirinya negara tersebut.
Israel adalah rezim rasis yang secara
tegas menyatakan diri sebagai Jewish state (Negara kaum Yahudi). Dan
Yahudi adalah agama rasis yang menolak keanggotaan di luar ras Yahudi
itu sendiri. Jadi sebenarnya tidak ada pemeluk agama Yahudi yang bukan
dari ras Yahudi. Kesimpulannya, Israel itu secara sah dan diakui sebagai
negara apartheid yang didirikan semata-mata demi memuaskan ilusi ras
ini untuk menguasai dunia.
Ternyata, tidak jauh beda dengan ilusi
rasis kaum Yahudi itu, Keluarga Saud juga memiliki ambisi yang serupa.
Sayangnya, rasisme Saudi ini justru memakai simbol Islam, Al-Haramayn,
Makkah dan Madinah, yang seluruhnya merupakan simbol-simbol perlawanan
terhadap diskriminasi ras dan golongan. Lebih sialnya lagi, dan dalam
rangka memberi kesan hipokrit yang membingungkan, gerakan Saudi-Wahabi
ini menjadikan Tauhid sebagai semboyan keagamaannya. Luarbiasa. Tauhid
yang sesungguhnya adalah agama yang intimya adalah memerdekaan manusia
dari penyembahan terhadap segala sesuatu selain Allah kini menjadi budak
dan pion dalam politik rasis suku Saud dari Nejd untk menguasai dan
mengangkangi Jazirah Arab, tempat-tempat suci umat Islam, dan bahkan
agama umat Islam di seantero dunia.
Adakah kemunafikan yang lebih menjijikkan
dari ini? Untuk menambah efek penghinaan terhadap ajaran Tauhid ini,
maka negara atau entitas bernama Kerajaan Arab Saudi ini memakai kalimat
La Ilaha Illallah sebagai lambang benderanya. Seolah-olah Tauhid yang
merupakan sokoguru kemerdekaan manusia dari segala bentuk perbudakan dan
penghambaan ditundukkan untuk melegitimasi monarki mutlak seorang raja
dan suku di Jazirah Arab.
Penghinaan terhadap Tauhid tidak berhenti
sampai pada pelecehan simbol-simbol Tauhid tapi juga pada pelaksanaan,
menifestasi dan ekspresi Tauhid di dalam dua Masjid Nabawi. Siapa saja
dari kalangan Umat Islam yang pernah berkunjung ke Madinah untuk
berziarah kepada Nabi Pembawa Tauhid akan menyaksikan sendiri penghinaan
kaum Wahabi yang telah menjadi budak suku Saudi menghina, melecehkan
dan memukul semua bentuk ekspesi cinta pada Tauhid dengan
memutarbalikkan fakta bahwa ziarah dalah syirik. Jikalau ziarah Nabi
Muhammad itu syirik karena merupakan pemujaan, pengagungan pada makhluk
sebagaimana yang dituduhkan kaum Wahabi budak suku Saudi, maka
mengunjungi dan shalat menghadap Ka’bah yang tak lebih dari batu itu
tentu lebih syirik lagi. Karena setidak2nya manusia jelas lebih mulia
dari batu. Apalagi manusia ini adalah seorang kekasih Allah yang paling
dekat denganNYA?!
Perilaku serupa rupanya berlangsung pula
sehari2 di Masjid Al-Aqsha di tangan saudara-saudara kembar Saudi, yakni
rezim zionis Yahudi.
Oleh karena itu, tak heran bila kedua
entitas rasis dan ekstremis ini dibela mati-matian oleh
kekuatan-kekuatan dunia yang sama: Amerika Serikat, Inggris, Eropa dan
sebagainya dengan motif yang mengerikan.
Salah satu motif dasar pembelaan
kekuatan-kekuatan kolonialis lama dan baru ini ialah kekayaan dan
kekuasaan. Namun demi menunjang pencapaian dua tujuan dasar itu,
sejumlah kekuatan kegelapan ini perlu melakukan penyesatan dan
pembodohan yang paling ekstrem, pemutarbalikan fakta yang memuakkan, dan
menyajikan konsep-konsep serta prinsip-prinsip hidup yang dapat menjadi
api perjuangan dalam bentuk yang paling kelam. Maka itu, Tauhid yang
sejatinya adalah obor perlawanan terhadap penindasan, perbudakan dan
pengekangan harus dimunculkan dalam kebodohan sikap sebagaimana
dicerminkan oleh kelompok Wahabi ini. Untuk mengubur Tauhid sedalam2nya,
maka ia harus digembar-gemborkan oleh orang yang jauh dari Tauhid.
Dan demikianlah….rezim Wahabi-Saudi dan
Zionis-Yahudi muncul sebagai dua kontradiksi dalam kehidupan manusia
modern di mana kita menyaksikan fanatisme relegius yang luarbiasa di
kalangan awam mereka, namun elit mereka bersikap sangat sekuler.
(myartikel/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email