Pesan Rahbar

Home » , , , , » Studi Kritis Imam Maksum Bermuka Masam

Studi Kritis Imam Maksum Bermuka Masam

Written By Unknown on Tuesday, 2 September 2014 | 16:38:00


Nabi Muhammad SAW adalah seorang Nabi yang diutus Allah SWT untuk seluruh umat manusia. Tidak memandang siapapun manusianya baik kaya atau miskin, terhormat atau tidak, terpandang atau tidak, cacat atau tidak, buta ataupun tidak, semuanya adalah manusia yang untuk merekalah diutus Nabi Muhammad SAW. Sehingga tak terbayangkan oleh kita jika seorang Nabi yang dijaga oleh Allah SWT, seorang Nabi yang merupakan suri tauladan umat manusia, seorang Nabi yang dipuji akhlaknya oleh Allah SWT, seorang Nabi yang sangat menyayangi umatnya tiba-tiba dikatakan telah bermuka masam kepada seorang buta yang mau belajar agama kepadanya. Adakah yang salah dengan si buta sehingga Nabi bermuka masam padanya?.

Salahkah jika seorang buta ingin belajar agama kepada sang Nabi?. Tidak, tidak, sungguh tidak salah, oleh karena itu sudah selayaknya kita meragukan tuduhan-tuduhan yang mengatakan kalau Nabi bermuka masam.
Syiah dengan akidahnya yang meyakini kemaksuman Nabi SAW telah berusaha mensucikan pribadi yang mulia ini dari sikap-sikap yang menodai kesucian dan kemaksumannya. Bagi syiah, seorang Nabi tidak mungkin bermuka masam terhadap sesuatu yang baik. Nabi tidak akan bermuka masam terhadap orang yang mau belajar agama kepadanya, Nabi tentu akan menyambut dengan penuh keramahan dan kasih sayang orang yang bersemangat untuk mendengarkan risalah Tuhan walaupun ia seorang buta. Tidakkah kita ingat ayat Al Quran yang mengatakan kalau Rasulullah SAW sangat penyayang kepada orang mukmin
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat menginginkan kamu (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min” [At-Taubah : 128].
Tidakkah kita membaca ayat:
Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran : 159].
bukankah ini cermin akhlak agung Rasulullah yang disebutkan Allah:
Sungguh, kamu mempunyai akhlak yang agung” [Al-Qalam : 4].
Aneh sekali, ternyata sikap baik Syiah ini justru mendapat hujatan dari mereka yang mengaku ahlussunnah yaitu salafi nasibi. Memang salafi nasibi ini selalu menampakkan kebencian atas kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh Syiah. Kita lihat contoh kebencian mereka ini adalah tulisan si pendusta hakekat.com yang berjudul Imam maksum juga bermuka masam. Orang yang dangkal pikirannya ini mengutip riwayat yang menunjukkan kalau Imam Ali juga bermuka masam. Riwayat yang mustahil dipahaminya dengan baik karena tingkat kecerdasannya yang memang jauh di bawah rata-rata.

Mari kita perhatikan, riwayat yang dikutip oleh hakekat.com:
Tetapi sayangnya perilaku buruk itu dilakukan juga oleh salah satu imam syiah yang konon maksum, yaitu Ali bin Abi Thalib. Saat itu Ali memanggil Ashim’ bin Ziyad, yang meninggalkan kehidupan dunia dan mengurung diri:
Ashim datang, Ali pun bermuka masam melihatnya, dan berkata: Apakah kamu tidak malu pada keluargamu? Apa kamu tidak kasihan pada anakmu…
Nahjul Balaghah Khutbah 167
Tafsir Nur Ats Tsaqalain jilid 5 hal 189
Wasa’il Syiah jilid 5 Bab Dibenci bagi orang yang berkeluarga untuk berpakaian kasar dan mengasingkan diri dari kehidupan dunia.
Majma’ul Bayan jilid 5 hal 88
Thaharatul Maulid 261 – 267
Riwayat ini menunjukkan kalau Imam Ali bermuka masam kepada Ashim bin Ziyad karena tingkah lakunya yang meninggalkan kehidupan dunia dan mengurung diri bahkan menelantarkan keluarganya. Tidak diragukan lagi kalau perilaku yang ditunjukkan Ashim bin Ziyad adalah perilaku yang tidak baik dalam pandangan Islam. Islam tidak pernah menganjurkan pemeluknya untuk meninggalkan kehidupan dunia dan mengurung diri sampai menelantarkan keluarga bahkan sebaliknya islam menganjurkan pemeluknya untuk aktif dalam kehidupan dunia dan menerapkan semua syariat Islam dalam setiap aktivitas dunia yang dijalani. Oleh karena itulah Imam Ali tidak senang dan bermuka masam terhadap perilaku Ashim bin Ziyad yang tidak baik itu. Disini menunjukkan sikap mulia imam Ali yang prihatin dan peduli terhadap Ashim sehingga Imam menasehatinya agar kembali ke jalan yang benar.

Begitulah, mudah sekali untuk memahami bahwa Imam yang bermuka masam kepada Ashim adalah tindakan yang layak dan benar karena merupakan akhlak terpuji sang Imam untuk tidak senang terhadap perilaku yang tidak baik dan kezaliman. Celakanya, orang yang dungu seperti hakekat.com tidak mampu mengerti dengan baik riwayat yang ia bawa. Dengan seenaknya ia mengatakan kalau perilaku Imam Ali itu adalah perilaku yang buruk, memang selicik apapun disembunyikan mental nasibinya kelihatan juga.

Dengan gaya sok pintar, hakekat.com mengajukan pertanyaan bodoh:
Lalu mengapa Nabi mustahil untuk bermuka masam dan Ali boleh melakukannya? Jika Nabi tidak layak untuk bermuka masam maka demikian dengan Ali.
Cih betapa memalukannya jika orang yang tampak jelas kebodohannya tiba-tiba bertanya dengan gaya sok pintar. Tidakkah ia mengetahui permasalahannya dengan baik. Apakah sekedar bermuka masam tanpa tahu sebabnya maka kita dapat menentukan perilaku itu baik atau tidak?. Yang manakah yang lebih berat bermuka masam atau marah?. Apakah Nabi tidak pernah marah? Apakah Nabi tersenyum-senyum jika Beliau melihat kemungkaran yang dilakukan dihadapannya? Apakah seorang maksum tidak boleh menunjukkan rasa tidak suka, bermuka masam dan marah terhadap sesuatu yang tidak baik?. Cih pahami dulu wahai orang dungu, kedua kasus yang anda -hakekat.com- bandingkan memiliki esensi yang berbeda. Nabi mustahil bermuka masam terhadap orang yang mau belajar agama kepadanya, Nabi sudah pasti menyambut si buta dengan penuh keramahan karena memang untuk itulah Nabi diutus. Sedangkan dalam riwayat yang dikutip anda -hakekat.com-, Imam Ali bermuka masam terhadap Ashim yang perilakunya tidak baik yaitu meninggalkan kehidupan dunia dan mengurung diri sampai menelantarkan keluarganya. Bukankah sikap Ashim ini adalah suatu bentuk kezaliman maka oleh karena itu Imam Ali menunjukkan raut muka tidak senang, memang sangat pantas seorang Imam bermuka masam terhadap kezaliman.

Sepertinya pembaca lebih beruntung untuk melihat betapa hakekat.com tidak memiliki kecerdasan yang cukup bahkan untuk memahami satu riwayat yang ia baca. Tetapi tidakkah anda para pembaca prihatin, ternyata kedunguan hakekat.com diiringi pula dengan kesombongan:
Sepertinya pembaca lebih beruntung, karena kita berkesempatan menelaah isi kitab syiah lebih banyak dari penulis kitab sejarah Nabi di atas – Ja’far Murtadha- yang menulis 10 jilid tentang sejarah Nabi. Begitulah ulama syiah, belum banyak menelaah sudah sok menulis buku.
Ulama yang mulia, Ja’far Murtadha tidak memerlukan pembelaan dari perkataan seorang yang dungu dan sombong seperti hakekat.com. Sungguh tidak tahu malu ia berani mengkritik seorang ulama sekaliber Ja’far Murtadha padahal ia sendiri perlu dikoreksi pikirannya. Memahami satu riwayat yang ia tulis saja ia tidak mampu apalagi mengkritik ulama. Sungguh kasihan
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: