Aparat Iran Segel Tempat Ibadah Kaum Sunni di Teheran dan Menahan Imam.
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/aparat-iran-segel-tempat-ibadah-kaum-sunni-di-teheran-dan-menahan-imam.htm
Pemerintah Iran menyerbu tempat ibadah kaum Muslim Sunni di Teheran pada hari Ahad lalu (6/2/2014), di mana mereka menyegel rumah dan menangkap Imam masjid, Syaikh Ubaidullah Musa Zadih.
Kaum Sunni di Iran tidak diizinkan untuk membangun sebuah masjid di Teheran, mereka telah berusaha untuk mendapatkan izin untuk membangun sebuah masjid di ibukota Iran, tetapi upaya mereka selalu sia-sia dan gagal, sehingga kaum Sunni di Iran menawarkan sholat lima waktu termasuk shalat Jumat dengan menggunakan beberapa rumah, tapi sayangnya, aparat keamanan pada hari Ahad pagi lalu menggerebek sebuah rumah di mana jamaah kaum Sunni sedang shalat, setelah penyegelan itu mereka menahan imam yang merupakan pemimpin agama dari kaum Sunni di wilayah itu.
Aparat keamanan juga mengancam warga Sunni di dua rumah lain untuk ditangkap dan menyegel tempat ibadah mereka jika mereka tidak berhenti melaksanakan shalat di tempat itu, meskipun kaum Sunni dan administrasi dari Komunitas Sunni Iran berkumpul di tempat-tempat tertentu hanya untuk sholat lima waktu dan shalat Jumat, karena itu merupakan hak dasar setiap individu yang harus diberikan kepada setiap orang; jamaah kaum Sunni Iran tidak pernah mengambil bagian dalam aksi menentang pemerintah.
Patut dicatat bahwa kaum Sunni di Teheran tidak memiliki masjid sendiri, meskipun mereka adalah bagian besar dari penduduk ibukota, dan telah dikenal luas bahwa “Teheran” adalah satu-satunya ibukota di dunia di mana masjid untuk kaum Sunni tidak ada.
Tidak ada yang bisa membayangkan bahwa suatu rezim yang membawa judul “Republik Islam” dan klaim untuk “persatuan” di antara sekte Muslim malah melarang dan menghentikan para pengikut sekte Muslim terbesar di dunia dari melakukan sholat berjamaah di ibukota Teheran.(fq/sunninews)
Tidak Ada Satupun Mesjid Ahlus Sunnah di Teheran, Benarkah?
Tersiar di kalangan banyak orang, bahwa tidak satupun di Teheran terdapat mesjid Ahlus Sunnah, dan pengikut Ahlus Sunnah oleh ketentuan pemerintah Iran ditekan untuk turut shalat berjama’ah di masjid-masjid Syiah. Berita miring ini banyak dihembuskan oleh media-media Barat dan AS, khususnya VOA (Voice of Amerika) yang sayangnya dinukil begitu saja oleh media-media berbasis Islam.
Menurut Kantor Berita ABNA, menukil berita dari Ghaem News , beberapa orang Ahlusunnah Teheran mengklaim bahwa mereka dilarang dan tidak diperbolehkan membangun masjid khusus bagi jama’ah mereka oleh pemerintah setempat. Pengklaiman ini segera mendapat respon oleh media-media Barat dengan menurunkan berita bahwa Teheran satu-satunya ibukota negara yang tidak terdapat masjid Ahlus Sunnahnya.
Berita yang tendensius dan berbau propaganda negatif bagi persatuan Sunni-Syiah ini, oleh pihak Wahabi diterima secara antusias dengan menyebarkan desas-desus fitnah, bahwa pemerintah Iran yang mayoritas Syiah melarang dan menghalang-halangi dakwah Ahlus Sunnah di negara tersebut, dan Ahlus Sunnah mengalami perlakuan tidak adil dari pemerintah Iran, sementara Yahudi dan Nashrani bahkan Majusi di negara tersebut mendapat perlindungan dan hak-haknya.
Ini ada kedustaan belaka, sebab pihak Ahlus Sunnah juga mendapat perwakilan di Parlemen. Di kawasan yang mayoritas Sunni, mereka mendirikan masjid dan mendapat izin untuk melakukan ritual-ritual keagamaan mereka secara terbuka dan bebas.
Di Teheran sendiri, terdapat 9 buah mesjid yang dikelola khusus oleh jama’ah Ahlus Sunnah. Meski demikian karena jumlah mereka yang minoritas dan tersebar sehingga masjid-masjid tersebut kadang sepi dari jam’ah bahkan tidak melangsungkan shalat berjam’ah sama sekali. Namun, masjid-masjid tersebut menjadi sangat ramai di bulan Ramadhan, dan pengikut Ahlus Sunnah menjadikannya sebagai tempat shalat tarawih berjama’ah.
Berikut daftar nama-nama mesjid yang didirikan jama’ah Ahlus Sunnah di Teheran,
1. Masjid Sodiqiyah, Falake 2 Sodiqiyah.
2. Masjid Tehran Fars, jalan Delavaran
3. Masjid Syahr Quds, KM 20 jalan Qadim
4. Masjid Khalij Fars, Bozorkroh Fath
5. Masjid an-Nabi, Syahrak Donesh
6. Masjid Haftjub, jalan Mullarad
7. Masjid Vahidiyeh, Syahriyar
8. Masjid Nasim Syahr, Akbarabad
9. Masjid Reza Abad, Simpang 3 jalan Syahriyar
Konflik Sunni Syiah hanyalah Mitos dan Adu domba Wahabi Salafi.
Sebelum bercokolnya kolonialisme modern yang dipimpin oleh AS dan bagian negara Eropa (Barat), tidak pernah ada konflik antara Syiah dan Ahlus Sunnah. Di beberapa negara yang di dalamnya Muslim Syiah berjumlah signifikan, tidak pernah ada konflik dengan Muslim Ahlus Sunnah, kecuali konflik sporadis di antara kelompok-kelompok kecil dari kedua kalangan. Contohnya di Irak, Lebanon, dan Suriah.
Di Irak, masyarakat Irak yang multietnik dan terdiri dari berbagai kelompok, hidup damai sampai kemudian Inggris melakukan invasi pada 1917. Sejak saat itu hingga kini, Irak terus dilanda masalah sebagai akibat dari penjajahan dan intervensi asing. Justru, konflik ini berkembang ketika AS datang menduduki Irak. Wajar kemudian banyak pihak yang mengatakan konflik ini merupakan rekayasa penjajah untuk memecah perlawanan rakyat Irak.
Bukanlah kebetulan kalau strategi untuk memecah-belah Ahlus Sunnah dan Syiah ini juga merupakan rekomendasi terhadap strategi AS dari RAND Corporation pada laporan yang dipublikasikan tahun 2004 dengan judul, “US Strategy in The Muslim World After 9/11”. Laporan ini secara eksplisit menganjurkan untuk mengeksploitasi perbedaan Ahlus Sunnah dan Syiah demi kepentingan AS di kawasan ini.14
Ahlus Sunnah dan Syiah di Irak memiliki rekam-jejak yang nyata dalam bersikap bahu-membahu melawan penjajahan Inggris terutama antara tahun 1918-1919. Sedikitnya, ada tiga gerakan perlawanan seperti ini. Di Najaf terdapat Jam‘iyah an-Nahdhah al-Islamiyah dan Jam‘iyah al-Wathaniyah al-Islamiyah. Di Baghdad koalisi Ahlus Sunnah-Syiah membentuk Haras al-Istiqlal (Garda Kemerdekaan). Sebagai tambahan, Revolusi Irak yang terjadi pada tahun 1920—yang disebut oleh Inggris sebagai pemberontakan—merupakan perlawanan jihad yang digerakkan oleh Ahlus Sunnah maupun Syiah berdasarkan fatwa Imam Shirazi, ulama besar Karbala.
Muslim Syiah juga menghormati saudara mereka Muslim Ahlus Sunnah, bahkan di negara yang mayoritas bermazhab Syiah sekalipun, seperti di Iran. Selain berbagai fasilitas umum, seperti sekolah, dan sebagainya, di Teheran saja, terdapat sembilan buah masjid yang dikelola khusus oleh jamaah Ahlus Sunnah (perlu diingat bahwa jumlah masjid di negeri-negeri Syiah jauh lebih sedikit dibanding di negeri-negeri Ahlus Sunnah).
Berikut daftar nama-nama masjid yang didirikan jamaah Ahlus Sunnah di Teheran:
1. Masjid Sodiqiyah, Falake 2 Sodiqiyah
2. Masjid Tehran Fars, Jalan Delavaran
3. Masjid Syahr Quds, km 20 Jalan Qadim
4. Masjid Khalij Fars, Bozorkroh Fath
5. Masjid an-Nabi, Syahrak Donesh
6. Masjid Haftjub, Jalan Mullarad
7. Masjid Vahidiyeh, Syahriyar
8. Masjid Nasim Syahr, Akbarabad
9. Masjid Reza Abad, Simpang 3, Jalan Syahriyar
Di Mesir, Ahlus Sunnah pengikut Mazhab Syafi’i hidup rukun dengan Muslim Syiah. Bahkan, sebagai contoh, Mufti Mesir Syaikh Ali Jum’ah mengatakan bahwa Sejarah Mesir adalah sejarah damai antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
Khusus berkenaan dengan konflik di Suriah yang sedang berlangsung saat ini, itu sama sekali bukan konflik antara Ahlus Sunnah dan Syiah, melainkan murni konflik politik.
Terlepas dari kepercayaan mereka kepada tiga Imam Syiah yang pertama, kelompok Alawi sendiri tidak mengikuti fiqih Ja’fari yang diikuti Syiah, melainkan fiqih Hanafi dan Maliki seperti layaknya Ahlus Sunnah (Meskipun, pada kenyataannya, Alawi pada dasarnya tidak mengenal atau memperkenalkan fiqih karena mereka tidak mewajibkan penganutnya untuk mengamalkan syariat apa pun). Bahkan, kalangan Syiah sendiri menolak untuk mengakui bahwa sekte Alawi termasuk Syiah.
Kitab Al-Mausu’ah Al-’Alawiyyah—yang merupakan ensiklopedia sejarah Alawi—menyebutkan bahwa, di samping mengakui imamah (kepemimpinan) Imam Ali sampai Imam Husain, mereka juga mengakui khilafah dari Al-Khulafa Ar-Rasyidin.Nyatanya, Bashar Assad dan ayahnya adalah pemimpin yang secara ideologis beraliran Baath yang sekuler. Maka, menganggap rezim Assad di Suriah adalah representasi Syiah yang menindas Ahlus Sunnah adalah sama salahnya dengan menganggap rezim Saddam yang sekuler (Baath) di Irak adalah representasi Ahlus Sunnah yang menindas Syiah.
Pembohongan bahawa Tidak Ada Masjid Sunni di Iran/Tehran
Malang sekali, hari ini terdapat beberapa 'ustaz'/'ulama' yg membuat banyak pembohongan terhadap Iran dan Syiah, demi untuk menghancurkan perpaduan umat Islam. Mereka lebih teruk dari Yahudi dalam pembohongan dan propaganda mereka.
Mereka mengatakan bahawa kononnya:
Tidak ada masjid Sunni di Iran/Tehran.
Tidak ada kerusi untuk Sunni di dalam Parlimen Iran sedangkan Yahudi dan Kristian diberikan kerusi.
Dan pelbagai lagi tuduhan lain.
Mari kita mulakan dengan nama Allah dan mari kita tunjukkan realiti Iran bagi mendedahkan pembohongan2 ustaz2 dan ulama2 ini. InsyaAllah.
Masjid Tidak Syiah Tidak Sunni, tetapi ia adalah hanya Rumah Allah
Terdapat penekanan yang besar terhadap perpaduan Sunni-Syiah di Iran, dan Imam Khomeini adalah penyokong terbesar kepada perpaduan ini.
Perlembagaan Iran dan Imam Khomeini sangat jelas menyatakan bahawa melabel Masjid sebagai kepunyaan Syiah atau Sunni adalah satu bentuk perpecahan kepada perpaduan umat Islam. Adalah satu tindakan yg dikecam untuk menyatakan bahawa ini adalah Masjid Syiah atau itu adalah Masjid Sunni. Tidak. Semua masjid adalah hanya untuk Allah.
Undang2 Iran menyatakan:
Jika terdapat kawasan di mana majoriti adalah Syiah, maka Sunni diminta untuk solat di belakang Imam Syiah. Manakala kawasan2 yang mana Sunni adalah majoriti, di situ Syiah diminta untuk pergi ke masjid Sunni yang sama dan solat dibelakang Imam Sunni dan mereka tidak dibenarkan untuk membuka mana2 masjid baru yang berasingan.
Mungkin ada segelintir yang menyeleweng dari peraturan ini, tetapi kira-kira 80-90% mengamalkan peraturan ini dan Syiah harus solat di belakang Imam Sunni.
Malah Ayatullah Khamenei dan kesemua Mujtahid Syiah , mereka sendiri solat beberapa kali di belakang Imam Sunni tanpa apa2 masalah.
Pesanan :
Harus ingat, anda tidak seharusnya membandingkan situasi di Iran dengan Arab Saudi. Kerana kerajaan Saudi adalah hipokrit. Tidak ada masjid Syiah di Mekka mahupun di Madinah dan juga kebanyakan bandar2 lain di rab Saudi. Namun, tidak juga Salafi di kawasan Syiah diminta utk solat di belakang Imam Syiah, sebaliknya mereka melayan Syiah sebagai makhluk kotor. Namun 'ustaz2' 'ulama2' tadi itu tidak pula membangkitkan kelakuan buruk regim Saudi ini terhadap Syiah
Keadaan Masjid-Masjid di Pakistan
-Di setiap jalan di Pakitan, anda akan temui sekurang-kurangnya 3-4 Masjid.
-Masjid pertama adalah milik Ahlehadis. 10 meter dari situ ada lagi masjid dan masjid itu milik Deobandi. 25 meter dari situ terdapat lagi masjid , dan itu milik Muslim Barailwi. Dan 10 meter lagi dari situ terdapat masjid Syiah.
-Apakah bagus untuk memiliki 3-4 masjid yang berbeza (Rumah Allah) di setiap jalan? Adakah ini akan menuju ke arah perpaduan umat Islam?
-Dan keadaan paling teruk adalah di Eropah, di mana di Hamburg (Jerman) terdapat tiga masjid berbeza dalam satu bangunan yg sama. Orang2 Kristian mengetawakan keadaan ini.
IRAN : Terdapat 10 000 Masjid Ahlus Sunnah di Iran di mana Imam Sunni mengetuai Solat
Orang-orang fasiq kerap kali datang dengan pelbagai tuduhan palsu demi menghasut dan mencetus kebencian sesama Muslim. Sedangkan Allah telah menetapkan bahawa sekiranya seorang Fasiq datang kepadamu dengan membawa berita, hendaklah kamu menyiasat berita tersebut. Realitinya adalah:
Terdapat 70 000 buah Masjid di Iran.
Di mana 10 000 buah darinya Imam Sunni mengetuai solat.
Ini bermakna, bagi setiap 500 orang sunni, terdapat sebuah masjid di Iran, manakala bagi setiap 1100 orang Syiah, terdapat satu masjid sahaja.
Undang2 Iran menyatakan, bahawa tidak ada Masjid Syiah mahupun Masjid Sunni, tetapi semua Masjid adalah Rumah Allah. Kawasan di mana orang Sunni adalah majoriti, di situ orang Syiah tidak dibenarkan membuka masjid berasingan mereka sendiri, sebaliknya mereka harus pergi dan solat di belakang Imam Sunni, dan begitu juga sebaliknya. Mungkin ada di beberapa kawasan yg menyeleweng dari peraturan ini, tetapi apakah ada tempat di dunia yang mana peraturan diikuti oleh semua orang 100%? Secara amnya, Syiah tidak ada masalah apa pun untuk solat di belakang Imam Sunni di Iran, begitu juga sebaliknya.
Rujukan artikel undang2 lengkap tentang perkara ini. Sila ke sini : http://www.jahannews.com/vdcevx8e.jh8epi9bbj.html
Mudah-mudahan selepas ini kesemua tuduhan2 dan pembohongan2 orang2 Fasiq akan terhenti. InsyaAllah.
Malah di masjid Eropah, Sunni dan Syiah solat bersama. Imam Iran selalu terbang ke Eropah dan Imam Sunni turut datang mengimami solat Jumaah. Tidak ada masalah antara hubungan Sunni-Syiah di sini.
Saksi: Syiah Iran mempunyai Hubungan Mesra dengan Sunni Iran dan Berfikiran Positif terhadap Mereka.
Mengenai isu Sunni-Syiah di Iran, survey PCO (Center for Public Opinion (Amerika)) mengatakan: http://www.terrorfreetomorrow.org/upimagestft/TFT%20Iran%20Survey%20Report%200609.pdf
Syiah Muslim di Iran Berfikiran Positif terhadap sedara Sunni, Kristian, Amerikans dan lain2.
….rakyat Republik Islam Iran,yang mana 87% dari mereka yang menyertai survey ini mengenalkan diri sebagai Syiah, melihat kedua saudara Muslim Sunni dan Kristian mereka dengan pandangan yang sangat2 positif - hanya 8% saja yang menyatakan sebaliknya.
Maka, Syiah Iran tidak sesekali membenci sedara Sunni mereka, dan satu2nya makhluk yang penuh dengan kebencian dan pembohongan adalah ulama2 Takfiri yg ekstremis.
Perlembagaan Iran mengenai Islam dan Perbezaan Fiqh (Mazhab)
Artikel 11 (Perpaduan Prinsip Islam)
Selari dengan ayat suci Al-Quran, "Sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku [21:92], semua umat Islam bersatu membentuk sebuah negara, dan kerajaan Republik Islm Iran mempunyai tugas untuk menyelaraskan dasar2 umum supaya ia dapat menyemai rasa persaudaraan dan perpaduan di kalangan umat Islam, dan ia mesti sentiasa berusaha untuk membawa perpaduan politik, ekonomi, dan budaya dunia Islam.
Artikel 12 (Agama Rasmi)
Agama rasmi Iran adalah Islam dan (mazhab rasminya adalah) Ja'fari (Syiah Imamiyah) dan prinsip ini akan kekal selamanya tidak berubah. Mazhab-mazhab Islam lain diberi kebenaran sepenuhnya (utk diamalkan). Dan pengikut2 mereka bebas untuk beramal sesuai dengan mazhab masing2 dan melaksana ritual agama mereka. Mazhab-mazhab ini menikmati status rasmi dalam hal2 berkaitan dengan pendidikan agama, hal ehwal status peribadi (seperti perkahwinan, perceraian, warisan, dan wasiat) dan tindakan undang2 yang berkaitan di mahkamah.
Di kawasan2 negara ini di mana muslim yang mengikut mazhab tertentu adalah majoriti, undang2 tempatan, dalam lingkungan bidang kuasa majlis tempatan, harus mengikuti peraturan mazhab tersebut tanpa melanggar mana-mana hak pengikut mazhab2 lain.
Artikel 11 adalah mengenai Islam.
Empat mazhab Ahlu Sunnah secara rasminya diiktiraf di Iran bersama-sama dengan mazhab Syiah.
Artikel 12 adalah mengenai Undang-Undang Agama rasmi negara, yang berdasarkan kepada fiqh Ja'fari, tetapi ini hanya termaktub di kawasan di mana Syiah adalah majoriti.
Namun, di kawasan di mana Ahlu Sunnah adalah majoriti, maka undang2 agama rasmi di kawasan itu akan berdasarkan kepada mazhab Ahlus Sunnah dan minoriti Syiah harus mengikut undang2 Ahlus Sunnah di kawasan itu.
Universiti Ahlu Sunnah Al-Azhar membuka kolejnya di Iran
Kesemua mazhab Ahlu Sunnah yang empat (Hanafi, Maliki, Syafie, Hambali) adalah diiktiraf di Iran. Kerajaan Iran telah memperkenalkan semua mazhab ini (bersama2 dgn mazhab Ja'fari) di universiti-universiti mereka. Anda boleh membuat PHD mana2 Fiqh Sunni di universiti2 Iran.
Tambahan pula, kerajaan Iran telah menjemput Universiti Mesir Al-Azhar untuk membuka cawangangan mereka di kota Tehran (mereka yang menyebarkan propaganda palsu bahawa tidak ada masjid Sunni di Tehran harus membaca berita ini baik2, dan ber TAUBAT kerana menyebarkan propaganda yg penuh dengan kebohongan itu.
Link : http://rie.ir/index.aspx?siteid=82&pageid=670&newsview=6738
TEHRAN (FNA) - Universiti Mesir Al-Azhar, adalah salah satu dari institusi Islam paling berprestij, sedang berkira2 untuk membuka sebuah cawangannya di Iran.
"Sheikh Mohammad Sayyid Tantawi, ketua universiti Al-Azhar telah menyambut positif permintaan pihak berkuasa Iran untuk membuka sebuah cawangan universitinya di Tehran dan beliau berkata sedang menimbangkan cadangan itu,"
Tantawi menerima jemputan dari pihak berkuasa Tehran untuk membuka sebuah institusi yang berhubung dengan Al-Azhar untuk mengajar doktrin Sunni di ibu kota Iran itu.
"Delegasi Iran yg diketuai oleh Seyed Hossein Rajabi telah melawat Sheikh (Tantawi) di Al-Azhar tiga hari yang lalu,"
"Mereka bersama-sama telah setuju akan keperluan untuk membawa pengalaman mengajar di Al-Azhar ke Iran, untuk memperomosikan budaya kerjasama dan pertukaran profesor dari pihak universiti-universiti agama antara Keherah dengan Tehran".
Ulama2 Takfiri Berbohong kononnya Tidak Ada Ahli Parlimen Sunni di Iran
Di sini adalah link BBC (note : BBS sangat memusuhi Iran). Tetapi BBC ini memberi kepastian bahawa terdapat 18 orang ahli parlimen Sunni di Iran. Yahudi dan Kristian mendapat kerusi ini sedangkan mereka adalah minoriti, manakala sedara Sunni tidak dianggap sebagai minoriti tetapi sebagai sedara Seislam di Iran. Mungkin terdapat masalah2 kecil, tetapi di bumi manakan segalanya ideal 100%?
Link : http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/3084821.stm
Kesimpulan:
Quran menyeru agar kita menyemak berita dari orang2 yg Fasiq. Ini adalah penting bagi memastikan usaha musuh2 Islam untuk memecah-belah pepaduan umat Islam menemui kegagalan. InsyaAllah.
Tulisan ini diterjemah dari http://www.wilayat.net/attachments/article/181/No_Sunni_Mosques_Iran.pdf
Sumber di petik: https://www.facebook.com/notes/nurr-wahda-islamiah/12-pembohongan-bahawa-tidak-ada-masjid-sunni-di-irantehran/198575473638782
(ABNA/Satu-Islam/Syiah/Hanazaka/ABNS)
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/aparat-iran-segel-tempat-ibadah-kaum-sunni-di-teheran-dan-menahan-imam.htm
Pemerintah Iran menyerbu tempat ibadah kaum Muslim Sunni di Teheran pada hari Ahad lalu (6/2/2014), di mana mereka menyegel rumah dan menangkap Imam masjid, Syaikh Ubaidullah Musa Zadih.
Kaum Sunni di Iran tidak diizinkan untuk membangun sebuah masjid di Teheran, mereka telah berusaha untuk mendapatkan izin untuk membangun sebuah masjid di ibukota Iran, tetapi upaya mereka selalu sia-sia dan gagal, sehingga kaum Sunni di Iran menawarkan sholat lima waktu termasuk shalat Jumat dengan menggunakan beberapa rumah, tapi sayangnya, aparat keamanan pada hari Ahad pagi lalu menggerebek sebuah rumah di mana jamaah kaum Sunni sedang shalat, setelah penyegelan itu mereka menahan imam yang merupakan pemimpin agama dari kaum Sunni di wilayah itu.
Aparat keamanan juga mengancam warga Sunni di dua rumah lain untuk ditangkap dan menyegel tempat ibadah mereka jika mereka tidak berhenti melaksanakan shalat di tempat itu, meskipun kaum Sunni dan administrasi dari Komunitas Sunni Iran berkumpul di tempat-tempat tertentu hanya untuk sholat lima waktu dan shalat Jumat, karena itu merupakan hak dasar setiap individu yang harus diberikan kepada setiap orang; jamaah kaum Sunni Iran tidak pernah mengambil bagian dalam aksi menentang pemerintah.
Patut dicatat bahwa kaum Sunni di Teheran tidak memiliki masjid sendiri, meskipun mereka adalah bagian besar dari penduduk ibukota, dan telah dikenal luas bahwa “Teheran” adalah satu-satunya ibukota di dunia di mana masjid untuk kaum Sunni tidak ada.
Tidak ada yang bisa membayangkan bahwa suatu rezim yang membawa judul “Republik Islam” dan klaim untuk “persatuan” di antara sekte Muslim malah melarang dan menghentikan para pengikut sekte Muslim terbesar di dunia dari melakukan sholat berjamaah di ibukota Teheran.(fq/sunninews)
_____________________________
Tidak Ada Satupun Mesjid Ahlus Sunnah di Teheran, Benarkah?
Tersiar di kalangan banyak orang, bahwa tidak satupun di Teheran terdapat mesjid Ahlus Sunnah, dan pengikut Ahlus Sunnah oleh ketentuan pemerintah Iran ditekan untuk turut shalat berjama’ah di masjid-masjid Syiah. Berita miring ini banyak dihembuskan oleh media-media Barat dan AS, khususnya VOA (Voice of Amerika) yang sayangnya dinukil begitu saja oleh media-media berbasis Islam.
Menurut Kantor Berita ABNA, menukil berita dari Ghaem News , beberapa orang Ahlusunnah Teheran mengklaim bahwa mereka dilarang dan tidak diperbolehkan membangun masjid khusus bagi jama’ah mereka oleh pemerintah setempat. Pengklaiman ini segera mendapat respon oleh media-media Barat dengan menurunkan berita bahwa Teheran satu-satunya ibukota negara yang tidak terdapat masjid Ahlus Sunnahnya.
Berita yang tendensius dan berbau propaganda negatif bagi persatuan Sunni-Syiah ini, oleh pihak Wahabi diterima secara antusias dengan menyebarkan desas-desus fitnah, bahwa pemerintah Iran yang mayoritas Syiah melarang dan menghalang-halangi dakwah Ahlus Sunnah di negara tersebut, dan Ahlus Sunnah mengalami perlakuan tidak adil dari pemerintah Iran, sementara Yahudi dan Nashrani bahkan Majusi di negara tersebut mendapat perlindungan dan hak-haknya.
Ini ada kedustaan belaka, sebab pihak Ahlus Sunnah juga mendapat perwakilan di Parlemen. Di kawasan yang mayoritas Sunni, mereka mendirikan masjid dan mendapat izin untuk melakukan ritual-ritual keagamaan mereka secara terbuka dan bebas.
Di Teheran sendiri, terdapat 9 buah mesjid yang dikelola khusus oleh jama’ah Ahlus Sunnah. Meski demikian karena jumlah mereka yang minoritas dan tersebar sehingga masjid-masjid tersebut kadang sepi dari jam’ah bahkan tidak melangsungkan shalat berjam’ah sama sekali. Namun, masjid-masjid tersebut menjadi sangat ramai di bulan Ramadhan, dan pengikut Ahlus Sunnah menjadikannya sebagai tempat shalat tarawih berjama’ah.
Berikut daftar nama-nama mesjid yang didirikan jama’ah Ahlus Sunnah di Teheran,
1. Masjid Sodiqiyah, Falake 2 Sodiqiyah.
2. Masjid Tehran Fars, jalan Delavaran
3. Masjid Syahr Quds, KM 20 jalan Qadim
4. Masjid Khalij Fars, Bozorkroh Fath
5. Masjid an-Nabi, Syahrak Donesh
6. Masjid Haftjub, jalan Mullarad
7. Masjid Vahidiyeh, Syahriyar
8. Masjid Nasim Syahr, Akbarabad
9. Masjid Reza Abad, Simpang 3 jalan Syahriyar
_____________________________
Konflik Sunni Syiah hanyalah Mitos dan Adu domba Wahabi Salafi.
Sebelum bercokolnya kolonialisme modern yang dipimpin oleh AS dan bagian negara Eropa (Barat), tidak pernah ada konflik antara Syiah dan Ahlus Sunnah. Di beberapa negara yang di dalamnya Muslim Syiah berjumlah signifikan, tidak pernah ada konflik dengan Muslim Ahlus Sunnah, kecuali konflik sporadis di antara kelompok-kelompok kecil dari kedua kalangan. Contohnya di Irak, Lebanon, dan Suriah.
Di Irak, masyarakat Irak yang multietnik dan terdiri dari berbagai kelompok, hidup damai sampai kemudian Inggris melakukan invasi pada 1917. Sejak saat itu hingga kini, Irak terus dilanda masalah sebagai akibat dari penjajahan dan intervensi asing. Justru, konflik ini berkembang ketika AS datang menduduki Irak. Wajar kemudian banyak pihak yang mengatakan konflik ini merupakan rekayasa penjajah untuk memecah perlawanan rakyat Irak.
Bukanlah kebetulan kalau strategi untuk memecah-belah Ahlus Sunnah dan Syiah ini juga merupakan rekomendasi terhadap strategi AS dari RAND Corporation pada laporan yang dipublikasikan tahun 2004 dengan judul, “US Strategy in The Muslim World After 9/11”. Laporan ini secara eksplisit menganjurkan untuk mengeksploitasi perbedaan Ahlus Sunnah dan Syiah demi kepentingan AS di kawasan ini.14
Ahlus Sunnah dan Syiah di Irak memiliki rekam-jejak yang nyata dalam bersikap bahu-membahu melawan penjajahan Inggris terutama antara tahun 1918-1919. Sedikitnya, ada tiga gerakan perlawanan seperti ini. Di Najaf terdapat Jam‘iyah an-Nahdhah al-Islamiyah dan Jam‘iyah al-Wathaniyah al-Islamiyah. Di Baghdad koalisi Ahlus Sunnah-Syiah membentuk Haras al-Istiqlal (Garda Kemerdekaan). Sebagai tambahan, Revolusi Irak yang terjadi pada tahun 1920—yang disebut oleh Inggris sebagai pemberontakan—merupakan perlawanan jihad yang digerakkan oleh Ahlus Sunnah maupun Syiah berdasarkan fatwa Imam Shirazi, ulama besar Karbala.
Muslim Syiah juga menghormati saudara mereka Muslim Ahlus Sunnah, bahkan di negara yang mayoritas bermazhab Syiah sekalipun, seperti di Iran. Selain berbagai fasilitas umum, seperti sekolah, dan sebagainya, di Teheran saja, terdapat sembilan buah masjid yang dikelola khusus oleh jamaah Ahlus Sunnah (perlu diingat bahwa jumlah masjid di negeri-negeri Syiah jauh lebih sedikit dibanding di negeri-negeri Ahlus Sunnah).
Berikut daftar nama-nama masjid yang didirikan jamaah Ahlus Sunnah di Teheran:
1. Masjid Sodiqiyah, Falake 2 Sodiqiyah
2. Masjid Tehran Fars, Jalan Delavaran
3. Masjid Syahr Quds, km 20 Jalan Qadim
4. Masjid Khalij Fars, Bozorkroh Fath
5. Masjid an-Nabi, Syahrak Donesh
6. Masjid Haftjub, Jalan Mullarad
7. Masjid Vahidiyeh, Syahriyar
8. Masjid Nasim Syahr, Akbarabad
9. Masjid Reza Abad, Simpang 3, Jalan Syahriyar
Di Mesir, Ahlus Sunnah pengikut Mazhab Syafi’i hidup rukun dengan Muslim Syiah. Bahkan, sebagai contoh, Mufti Mesir Syaikh Ali Jum’ah mengatakan bahwa Sejarah Mesir adalah sejarah damai antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
Khusus berkenaan dengan konflik di Suriah yang sedang berlangsung saat ini, itu sama sekali bukan konflik antara Ahlus Sunnah dan Syiah, melainkan murni konflik politik.
Terlepas dari kepercayaan mereka kepada tiga Imam Syiah yang pertama, kelompok Alawi sendiri tidak mengikuti fiqih Ja’fari yang diikuti Syiah, melainkan fiqih Hanafi dan Maliki seperti layaknya Ahlus Sunnah (Meskipun, pada kenyataannya, Alawi pada dasarnya tidak mengenal atau memperkenalkan fiqih karena mereka tidak mewajibkan penganutnya untuk mengamalkan syariat apa pun). Bahkan, kalangan Syiah sendiri menolak untuk mengakui bahwa sekte Alawi termasuk Syiah.
Kitab Al-Mausu’ah Al-’Alawiyyah—yang merupakan ensiklopedia sejarah Alawi—menyebutkan bahwa, di samping mengakui imamah (kepemimpinan) Imam Ali sampai Imam Husain, mereka juga mengakui khilafah dari Al-Khulafa Ar-Rasyidin.Nyatanya, Bashar Assad dan ayahnya adalah pemimpin yang secara ideologis beraliran Baath yang sekuler. Maka, menganggap rezim Assad di Suriah adalah representasi Syiah yang menindas Ahlus Sunnah adalah sama salahnya dengan menganggap rezim Saddam yang sekuler (Baath) di Irak adalah representasi Ahlus Sunnah yang menindas Syiah.
_____________________________
Pembohongan bahawa Tidak Ada Masjid Sunni di Iran/Tehran
Malang sekali, hari ini terdapat beberapa 'ustaz'/'ulama' yg membuat banyak pembohongan terhadap Iran dan Syiah, demi untuk menghancurkan perpaduan umat Islam. Mereka lebih teruk dari Yahudi dalam pembohongan dan propaganda mereka.
Mereka mengatakan bahawa kononnya:
Tidak ada masjid Sunni di Iran/Tehran.
Tidak ada kerusi untuk Sunni di dalam Parlimen Iran sedangkan Yahudi dan Kristian diberikan kerusi.
Dan pelbagai lagi tuduhan lain.
Mari kita mulakan dengan nama Allah dan mari kita tunjukkan realiti Iran bagi mendedahkan pembohongan2 ustaz2 dan ulama2 ini. InsyaAllah.
Masjid Tidak Syiah Tidak Sunni, tetapi ia adalah hanya Rumah Allah
Terdapat penekanan yang besar terhadap perpaduan Sunni-Syiah di Iran, dan Imam Khomeini adalah penyokong terbesar kepada perpaduan ini.
Perlembagaan Iran dan Imam Khomeini sangat jelas menyatakan bahawa melabel Masjid sebagai kepunyaan Syiah atau Sunni adalah satu bentuk perpecahan kepada perpaduan umat Islam. Adalah satu tindakan yg dikecam untuk menyatakan bahawa ini adalah Masjid Syiah atau itu adalah Masjid Sunni. Tidak. Semua masjid adalah hanya untuk Allah.
Undang2 Iran menyatakan:
Jika terdapat kawasan di mana majoriti adalah Syiah, maka Sunni diminta untuk solat di belakang Imam Syiah. Manakala kawasan2 yang mana Sunni adalah majoriti, di situ Syiah diminta untuk pergi ke masjid Sunni yang sama dan solat dibelakang Imam Sunni dan mereka tidak dibenarkan untuk membuka mana2 masjid baru yang berasingan.
Mungkin ada segelintir yang menyeleweng dari peraturan ini, tetapi kira-kira 80-90% mengamalkan peraturan ini dan Syiah harus solat di belakang Imam Sunni.
Malah Ayatullah Khamenei dan kesemua Mujtahid Syiah , mereka sendiri solat beberapa kali di belakang Imam Sunni tanpa apa2 masalah.
Pesanan :
Harus ingat, anda tidak seharusnya membandingkan situasi di Iran dengan Arab Saudi. Kerana kerajaan Saudi adalah hipokrit. Tidak ada masjid Syiah di Mekka mahupun di Madinah dan juga kebanyakan bandar2 lain di rab Saudi. Namun, tidak juga Salafi di kawasan Syiah diminta utk solat di belakang Imam Syiah, sebaliknya mereka melayan Syiah sebagai makhluk kotor. Namun 'ustaz2' 'ulama2' tadi itu tidak pula membangkitkan kelakuan buruk regim Saudi ini terhadap Syiah
Keadaan Masjid-Masjid di Pakistan
-Di setiap jalan di Pakitan, anda akan temui sekurang-kurangnya 3-4 Masjid.
-Masjid pertama adalah milik Ahlehadis. 10 meter dari situ ada lagi masjid dan masjid itu milik Deobandi. 25 meter dari situ terdapat lagi masjid , dan itu milik Muslim Barailwi. Dan 10 meter lagi dari situ terdapat masjid Syiah.
-Apakah bagus untuk memiliki 3-4 masjid yang berbeza (Rumah Allah) di setiap jalan? Adakah ini akan menuju ke arah perpaduan umat Islam?
-Dan keadaan paling teruk adalah di Eropah, di mana di Hamburg (Jerman) terdapat tiga masjid berbeza dalam satu bangunan yg sama. Orang2 Kristian mengetawakan keadaan ini.
IRAN : Terdapat 10 000 Masjid Ahlus Sunnah di Iran di mana Imam Sunni mengetuai Solat
Orang-orang fasiq kerap kali datang dengan pelbagai tuduhan palsu demi menghasut dan mencetus kebencian sesama Muslim. Sedangkan Allah telah menetapkan bahawa sekiranya seorang Fasiq datang kepadamu dengan membawa berita, hendaklah kamu menyiasat berita tersebut. Realitinya adalah:
Terdapat 70 000 buah Masjid di Iran.
Di mana 10 000 buah darinya Imam Sunni mengetuai solat.
Ini bermakna, bagi setiap 500 orang sunni, terdapat sebuah masjid di Iran, manakala bagi setiap 1100 orang Syiah, terdapat satu masjid sahaja.
Undang2 Iran menyatakan, bahawa tidak ada Masjid Syiah mahupun Masjid Sunni, tetapi semua Masjid adalah Rumah Allah. Kawasan di mana orang Sunni adalah majoriti, di situ orang Syiah tidak dibenarkan membuka masjid berasingan mereka sendiri, sebaliknya mereka harus pergi dan solat di belakang Imam Sunni, dan begitu juga sebaliknya. Mungkin ada di beberapa kawasan yg menyeleweng dari peraturan ini, tetapi apakah ada tempat di dunia yang mana peraturan diikuti oleh semua orang 100%? Secara amnya, Syiah tidak ada masalah apa pun untuk solat di belakang Imam Sunni di Iran, begitu juga sebaliknya.
Rujukan artikel undang2 lengkap tentang perkara ini. Sila ke sini : http://www.jahannews.com/vdcevx8e.jh8epi9bbj.html
Mudah-mudahan selepas ini kesemua tuduhan2 dan pembohongan2 orang2 Fasiq akan terhenti. InsyaAllah.
Malah di masjid Eropah, Sunni dan Syiah solat bersama. Imam Iran selalu terbang ke Eropah dan Imam Sunni turut datang mengimami solat Jumaah. Tidak ada masalah antara hubungan Sunni-Syiah di sini.
Saksi: Syiah Iran mempunyai Hubungan Mesra dengan Sunni Iran dan Berfikiran Positif terhadap Mereka.
Mengenai isu Sunni-Syiah di Iran, survey PCO (Center for Public Opinion (Amerika)) mengatakan: http://www.terrorfreetomorrow.org/upimagestft/TFT%20Iran%20Survey%20Report%200609.pdf
Syiah Muslim di Iran Berfikiran Positif terhadap sedara Sunni, Kristian, Amerikans dan lain2.
….rakyat Republik Islam Iran,yang mana 87% dari mereka yang menyertai survey ini mengenalkan diri sebagai Syiah, melihat kedua saudara Muslim Sunni dan Kristian mereka dengan pandangan yang sangat2 positif - hanya 8% saja yang menyatakan sebaliknya.
Maka, Syiah Iran tidak sesekali membenci sedara Sunni mereka, dan satu2nya makhluk yang penuh dengan kebencian dan pembohongan adalah ulama2 Takfiri yg ekstremis.
Perlembagaan Iran mengenai Islam dan Perbezaan Fiqh (Mazhab)
Artikel 11 (Perpaduan Prinsip Islam)
Selari dengan ayat suci Al-Quran, "Sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku [21:92], semua umat Islam bersatu membentuk sebuah negara, dan kerajaan Republik Islm Iran mempunyai tugas untuk menyelaraskan dasar2 umum supaya ia dapat menyemai rasa persaudaraan dan perpaduan di kalangan umat Islam, dan ia mesti sentiasa berusaha untuk membawa perpaduan politik, ekonomi, dan budaya dunia Islam.
Artikel 12 (Agama Rasmi)
Agama rasmi Iran adalah Islam dan (mazhab rasminya adalah) Ja'fari (Syiah Imamiyah) dan prinsip ini akan kekal selamanya tidak berubah. Mazhab-mazhab Islam lain diberi kebenaran sepenuhnya (utk diamalkan). Dan pengikut2 mereka bebas untuk beramal sesuai dengan mazhab masing2 dan melaksana ritual agama mereka. Mazhab-mazhab ini menikmati status rasmi dalam hal2 berkaitan dengan pendidikan agama, hal ehwal status peribadi (seperti perkahwinan, perceraian, warisan, dan wasiat) dan tindakan undang2 yang berkaitan di mahkamah.
Di kawasan2 negara ini di mana muslim yang mengikut mazhab tertentu adalah majoriti, undang2 tempatan, dalam lingkungan bidang kuasa majlis tempatan, harus mengikuti peraturan mazhab tersebut tanpa melanggar mana-mana hak pengikut mazhab2 lain.
Artikel 11 adalah mengenai Islam.
Empat mazhab Ahlu Sunnah secara rasminya diiktiraf di Iran bersama-sama dengan mazhab Syiah.
Artikel 12 adalah mengenai Undang-Undang Agama rasmi negara, yang berdasarkan kepada fiqh Ja'fari, tetapi ini hanya termaktub di kawasan di mana Syiah adalah majoriti.
Namun, di kawasan di mana Ahlu Sunnah adalah majoriti, maka undang2 agama rasmi di kawasan itu akan berdasarkan kepada mazhab Ahlus Sunnah dan minoriti Syiah harus mengikut undang2 Ahlus Sunnah di kawasan itu.
Universiti Ahlu Sunnah Al-Azhar membuka kolejnya di Iran
Kesemua mazhab Ahlu Sunnah yang empat (Hanafi, Maliki, Syafie, Hambali) adalah diiktiraf di Iran. Kerajaan Iran telah memperkenalkan semua mazhab ini (bersama2 dgn mazhab Ja'fari) di universiti-universiti mereka. Anda boleh membuat PHD mana2 Fiqh Sunni di universiti2 Iran.
Tambahan pula, kerajaan Iran telah menjemput Universiti Mesir Al-Azhar untuk membuka cawangangan mereka di kota Tehran (mereka yang menyebarkan propaganda palsu bahawa tidak ada masjid Sunni di Tehran harus membaca berita ini baik2, dan ber TAUBAT kerana menyebarkan propaganda yg penuh dengan kebohongan itu.
Link : http://rie.ir/index.aspx?siteid=82&pageid=670&newsview=6738
TEHRAN (FNA) - Universiti Mesir Al-Azhar, adalah salah satu dari institusi Islam paling berprestij, sedang berkira2 untuk membuka sebuah cawangannya di Iran.
"Sheikh Mohammad Sayyid Tantawi, ketua universiti Al-Azhar telah menyambut positif permintaan pihak berkuasa Iran untuk membuka sebuah cawangan universitinya di Tehran dan beliau berkata sedang menimbangkan cadangan itu,"
Tantawi menerima jemputan dari pihak berkuasa Tehran untuk membuka sebuah institusi yang berhubung dengan Al-Azhar untuk mengajar doktrin Sunni di ibu kota Iran itu.
"Delegasi Iran yg diketuai oleh Seyed Hossein Rajabi telah melawat Sheikh (Tantawi) di Al-Azhar tiga hari yang lalu,"
"Mereka bersama-sama telah setuju akan keperluan untuk membawa pengalaman mengajar di Al-Azhar ke Iran, untuk memperomosikan budaya kerjasama dan pertukaran profesor dari pihak universiti-universiti agama antara Keherah dengan Tehran".
Ulama2 Takfiri Berbohong kononnya Tidak Ada Ahli Parlimen Sunni di Iran
Di sini adalah link BBC (note : BBS sangat memusuhi Iran). Tetapi BBC ini memberi kepastian bahawa terdapat 18 orang ahli parlimen Sunni di Iran. Yahudi dan Kristian mendapat kerusi ini sedangkan mereka adalah minoriti, manakala sedara Sunni tidak dianggap sebagai minoriti tetapi sebagai sedara Seislam di Iran. Mungkin terdapat masalah2 kecil, tetapi di bumi manakan segalanya ideal 100%?
Link : http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/3084821.stm
Kesimpulan:
Quran menyeru agar kita menyemak berita dari orang2 yg Fasiq. Ini adalah penting bagi memastikan usaha musuh2 Islam untuk memecah-belah pepaduan umat Islam menemui kegagalan. InsyaAllah.
*****
Tulisan ini diterjemah dari http://www.wilayat.net/attachments/article/181/No_Sunni_Mosques_Iran.pdf
Sumber di petik: https://www.facebook.com/notes/nurr-wahda-islamiah/12-pembohongan-bahawa-tidak-ada-masjid-sunni-di-irantehran/198575473638782
(ABNA/Satu-Islam/Syiah/Hanazaka/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email