Pesan Rahbar

Home » » MIUMI: Syiah di Aceh Bermain Halus

MIUMI: Syiah di Aceh Bermain Halus

Written By Unknown on Friday, 5 December 2014 | 12:19:00

BUKU Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMK Kelas XI kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga terindikasi ikut menyebarkan pemahaman Syiah.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Da’wah Kabupaten Aceh Barat Daya Ustad. Iin Supardi,SS.M.E.I


buku tersebut menjadi referensi mengajar dan pembelajaran untuk kalangan siswa di sekolah, Ini kelihatan sangat jelas sekali materi tersebut mengandung pemahaman prinsipil syiah.

Di halaman lima pada buku tersebut, tertulis makna kosakata “ulil amri” dalam Surat An Nisa ayat 59: yang oleh penulis, yang terdiri dari Hj. Iim Halimah; H. Abd. Rahman; H.A. Sholeh Dimyathi; dan H. Ridhwan itu menjelaskan makna “ulil amri” sebagai berikut:

Para ulama berbeda pendapat tentang maknanya. Ada yang berpendapat bahwa maksud kata ‘penguasa’ adalah imam-imam di kalangan ‘ahlul bait’ (keluarga Nabi saw. Dari keturunan Ali dan Fatimah), ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah ‘penyeru-penyeru’ pada kebaikan dan ada pula yang berpendapat ‘pemuka-pemuka agama yang diikuti kata-katanya’.

Jika dianalisa dari tulisan Buku tersebut ini menunjukkan bahwa mereka telah memperkenalkan paham prinsipil syiah, walaupun tidak secara tegas.


PERKEMBANGAN ajaran Syiah yang membahagiakan banyak kaum modernis hingga kini terus mendapatkan perhatian. Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA. menyatakan bahwa kaum Syiah di Aceh masih bertaqiyah.

“Di Aceh, orang-orang Syiah belum berani menampakkan ajarannya secara terang-terangan. Mereka masih bertaqiyah. Aktivitas mereka di ruang publik hanya sebatas mengadakan seminar dan diskusi publik, lalu diekspose lewat media massa,” paparnya Jum’at (17/1).

Secara kronologis, kemunculan Syiah di Aceh terhitung baru. Yusran menjelaskan pergerakan mereka mulai tampak di tahun 2000 dan berkembang lebih lanjut paska tsunami Aceh tahun 2006.

“Dulu, era tahun 80an sampai 90an tidak ada seminar atau diskusi yang membela kepentingan Syiah. Namun pada tahun 2000 sudah mulai tampak walaupun sedikit. Paska tsunami tahun 2006, LSM dan forum-forum orang Syiah sudah mulai ramai, tapi mereka tidak menamakannya atas nama Syiah,”

Yusran memaparkan kelompok Syiah yang bermain halus. Baru-baru ini muncul kelompok yang fokus mengkaji filsafat dan diketuai oleh seorang alumni Qom. Dan sebuah jaringan masyarakat sipil yang juga diketuai alumni Qom.

Yusran merupakan kaki tangan gerakan wahabi internasional yang berlindung di balik nama AHLUSUNNAH WAL JAMAAH… Sungguh licik


KOMENTAR:

Khalifah Bani Umayah dan penerusnya telah melakukan berbagai cara untuk memberangus peristiwa agung ini dari memori umat Islam. Salah satu yang mereka lakukan adalah menjadikan hari Asyura sebagai kemenangannya yang dirayakan secara meriah dan suka cita.

ketika kebohongannya terungkap, mereka melakukan berbagai cara untuk menjustifikasi kezaliman Yazid yang dilawan dengan kesyahidan Imam Husein. Hingga kini, para pendukung Yazid berupaya menyimpangkan tujuan kebangkitan Imam Husein, dan menimbulkan masalah bagi para peziarah beliau, dan orang-orang yang mengenang perjuangannya.

Setelah tumbangnya Dinasti Umayah, Dinasti Bani Abbasiyah selama tujuh ratus tahun berupaya menyelewengkan peristiwa Asyura. Dan kini cara-cara tersebut dilanjutkan oleh para penerus mereka.Tapi, semakin keras orang-orang zalim merusak dan menyelewengkan kebenaran peristiwa Asyura, peristiwa besar ini terus hidup dan tetap abadi hingga kini, dan pengaruhnya semakin besar dari sebelumnya.

Oleh karena itu, muncul pertanyaan besar apa rahasia keabadian gerakan Asyura? Mengapa peristiwa yang terjadi lebih dari seribu tahun itu tetap abadi di tengah gencarnya upaya merusak dan menyelewengkan peristiwa besar tersebut?

Tidak diragukan lagi faktor keabadian gerakan Asyura adalah pertolongan Allah swt. Dalam al-Quran surat as-Saff ayat 8, Allah swt berfirman, “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”.

Gerakan Asyura yang dikibarkan Imam Husein di padang Karbala demi menjaga dan menyebarkan ajaran agama Allah yang dimaksud di ayat tersebut. Oleh karena itu, Allah swt berfirman bahwa cahaya itu tidak akan padam, tapi justru dengan berlalunya waktu semakin benderang. Oleh karena itulah, Nabi Muhammad Saw bersabda,”Sesungguhnya kesyahidan Imam Husein menjadi api yang berkobar di hati orang-orang mukmin yang tidak akan pernah padam”.

Faktor lain dari keabadian gerakan agung Asyura adalah perkataan dan sirah Nabi Muhammad Saw mengenai Imam Husein dan Karbala. Sepanjang sejarah, umat Islam sangat menghormati Nabi Muhammad Saw. Berdasarkan fatwa ulama Sunni dan Syiah, mengikuti sunnah Rasulullah Saw wajib hukumnya, dan dilarang untuk menentangnya. Sebab dalam al-Quran surat An-Nisa ayat 80, Allah swt berfirman, “Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”. Di bagian lain, surat an-Najm ayat 3 dan 4, Allah swt berfirman, “Dan tiadalah yang diucapkan Rasulullah, (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang disampaikan kepadanya.”

Perintah ilahi ini bukan hanya ditujukan kepada umat Nabi Muhammad Saw saja, tapi juga bagi Rasulullah sendiri yang mengingatkan umat tentang Ahlul Baitnya.Terkait hal ini, Salman Farsi, salah seorang sahabat Rasulullah Saw bertutur, “Aku melihat Husein berada di pangkuan Rasulullah, lalu beliau bersabda ke arah cucunya itu, ‘Engkau adalah pemimpin, engkau anak dan ayah pemimpin, engkau Imam, putra Imam dan ayah para pemimpin. Engkau hujah, putra hujah dan ayah Imam kesembilan, yang kesembilannya adalah Imam Mahdi’,”. Selain menjelaskan mengenai keutamaan Imam Husein, Rasulullah Saw mengungkapkan tentang kesyahidan Imam Husein di hadapan sejumlah sahabatnya di Madinah.

Ibnu Atsir, ahli hadis Sunni menulis, “Asyats bin Sahim meriwayatkan dari ayahnya yang mendengar langsung Rasulullah Saw bersabda, “Putraku Husein akan syahid di sebuah tempat di Irak. Barang siapa yang sezaman dengan Husein, maka ia harus menolongnya.”Aisyah, Istri Rasulullah Saw menceritakan suatu hari melihat Imam Husein yang masih bayi dibawa menghadap Nabi Muhammad Saw. Beliau menciumnya, seraya berkata,”Siapapun yang menziarahi makamnya akan mendapatkan pahala seperti haji”.

Faktor lain keabadian Asyura adalah konsistensi Ahlul Bait dalam mendirikan majelis duka Syuhada Karbala. Ahlul Bait Rasulullah Saw sangat mementingkan acara mengenang perjuangan Asyura. Mereka menjelaskan tujuan perjuangan Imam Husein, upaya mencegah terjadinya penyimpangan Asyura, mengungkap kejahatan Bani Umayah, keutamaan memperingati Asyura dan rahasia keabadian Asyura.

Perjuangan yang disuarakan Sayidah Zainab dari Karbala hingga masuknya para tawanan Asyura menuju Kufah dan Syam, serta Khutbah pencerahan yang beliau sampaikan dengan gagah berani di tengah masyarakat memainkan peran penting dalam memjelaskan kebenaran peristiwa Asyura. Tangisan panjang Imam Sajjad meratapi peristiwa Asyura membangkitkan kesadaran penduduk Madinah. Imam Baqir dan Imam Shadiq mewasiatkan selama 10 tahun untuk mendirikan Majelis duka ketika menjalankan ibadah haji di Mina, dan menjelaskan peristiwa Karbala. Imam Ridha juga mendirikan majelis duka mengenang perjuangan Asyura.

Berbagai faktor tersebut menyebabkan spirit Asyura tetap abadi hingga kini. Salah satu rahasia keabadian Asyura lainnya adalah metode dan tujuan perjuangan Imam Husein. Beliau dengan tegas memperkenalkan jalan perjuangannya secara terang benderang. Imam Husein berkata, “Aku bangkit melawan [penguasa lalim] demi memperbaiki umat kakekku, dan menegakkan Amr Maruf dan Nahi Munkar, sebab Allah swt dalam al-Quran berfirman,”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”(Ali-Imran:104).

Salah satu bentuk dasar Amr Maruf dan Nahi Munkar adalah menasehati orang yang berbuat lalim supaya melakukan kebaikan dan menghentikkan kemunkarannya.Ketika penguasa lalim menimbulkan ancaman bagi prinsip-prinsip Islam harus ada orang yang menegakkan kebaikan dan melawan kezaliman demi tegaknya nilai-nilai Islam. Yazid yang zalim, menjadi Khalifah yang diwarisi dari ayahnya Muawiyah, dan Imam Husein bangkit melawan dan tidak berbaiat kepadanya. Dalam menjalankan tugasnya, Imam Husein memberikan pencerahan kepada masyarakat. Beliau berkata, “Wahai manusia ! Rasulullah Saw bersabda, jika di antara kalian menyaksikan penguasa lalim yang menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah, tidak menepati janjinya, dan menentang sunah Rasulullah dan berperilaku zalim dan dosa di tengah masyarakat… dan kemudian tidak mengubah perbuatannya dengan perkataan dan perbuatan, maka Allah swt menempatkan mereka termasuk orang-orang yang zalim.”

Untuk menyadarkan masyarakat, Imam Husein berkata,”Sadarlah! Ketika suatu kaum telah mentaati setan dan meninggalkan ketaatan terhadap Allah swt, melakukan kerusakan secara terang-terangan dan menghentikan hukum Allah, menjadikan Baitul Mal sebagai kas pribadi dan menghalalkan yang telah diharamkan oleh Allah, maka aku datang untuk mengubah keadaan ini !”

Imam Husein di bagian lain mengungkapkan masalah kehormatan dan maknanya yang tinggi dalam diri seorang mukmin. Beliau berkata, “Sadarlah, mereka yang memberiku dua pilihan, pedang dan kehinaan! Kami memilih syahid, bukan kehinaan. Sebab Allah swt dan Rasul-Nya menghendaki demikian.”Jika dikaji lebih dalam, perkataan ini disampaikan ketika Imam Husein sudah tahu usianya tidak akan lama, dan beliau akan mencapai kesyahidan.Tapi pernyataan ini disampaikan sebagai pelajaran penting bagi umat Islam tentang betapa berharganya kehormatan manusia, meski harus ditebus dengan nyawa sekalipun. Seruan Imam Husein ini sepanjang sejarah menjadi inspirasi tidak hanya untuk umat Islam, tapi juga bagi pejuang penegak keadilan di seluruh penjuru dunia.

Revolusi Imam Husein meskipun tidak mencapai kemenangan secara militer, dan dari luar tampak kalah dibantai oleh pasukan Yazid, tapi perjuangan beliau telah mengubah masyarakat Muslim. Sejatinya, gerakan Asyura adalah garis utama yang melanjutkan kehidupan Islam. Kebangkitan Imam Husein menjadi gerakan sosial yang menunjukkan bahwa reformasi masyarakat Islam berada dalam tanggungjawab setiap Muslim. Dan setiap orang harus mengerahkan seluruh potensinya untuk menyelamatkan ajaran Islam ketika diselewengkan oleh penguasa lalim seperti Bani Umayah. Inilah rahasia penting keabadian Asyura

(Syiah-Ali/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: