Pesan Rahbar

Home » , » Nabi Muhammad Saw, Simbol Keagungan Moral

Nabi Muhammad Saw, Simbol Keagungan Moral

Written By Unknown on Tuesday, 3 February 2015 | 22:53:00


Dewasa ini krisis spiritual menjadi salah satu masalah utama di dunia Barat. Islam adalah agama yang sempurna dan dapat menjawab semua tantangan dan tuntutan zaman termasuk tuntutan jiwa masyarakat Barat yang haus akan spiritual. Agama ini sangat memperhatikan sisi-sisi mendalam jiwa dan fitrah manusia.

Para politisi Barat yang memahami daya tarik, keistimewaan, kesempurnaan dan kebenaran Islam berusaha menghalangi meluasnya agama Samawi ini di tengah masyarakat Barat. Mereka menggelontorkan berbagai proyek anti-Islam (Islamphobia). Contoh terbarunya adalah produksi dan penyangan film Innocence of Muslim yang terang-terangan melecehkan kesucian Nabi Muhammad Saw dan penerbitan karikatur penghinaan terhadap nabi umat Islam ini oleh majalah Perancis, Charlie Hebdo .

Nabi Muhammad Saw mengajarkan manusia akan cinta dan kasih sayang, kemanusiaan, dan kebebasan. Beliau diutus untuk mengajarkan hikmah, penyucian diri, dan suri tauladan bagi umat manusia terutama dalam menjalankan keadilan. Manusia suci pilihan Allah Swt ini dalam pidatonya yang terakhir menjelaskan tentang pesan-pesan penting terkait kemanusiaan seperti martabat, hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat dan berekspresi.

Dalam pidato perpisahan beliau yang disampaikan dalam keadaan sakit, Rasulullah Saw kepada masyarakat mengatakan, "Barang siapa yang memiliki hak dari diriku, katakanlah, ia memafkanku dan merelakanku atau menghukumku (qishash) sehingga perhitungan kami tidak sampai di akhirat."

Seseorang bernama Sauda Bin Qais berdiri dan kepada Rasulullah Saw mengatakan, "Suatu hari kita pulang dari medan perang bersama-sama. Untamu dan untaku berdiri berdampingan kemudian cambuk di tanganmu mengenaiku. Aku tidak tahu apakah itu engkau sengaja atau tidak." Mendengar perkataan Sauda, Rasulullah Saw berkata, " Aku berlindung kepada Allah jika aku lakukan dengan sengaja. Ya Sauda Bin Qais, engkau lakukan qishashmu atau memaafkan perbuatanku itu?" Sauda mengatakan, "Aku akan lakukan qishas terhadapmu." Beliau berkata, "Ambillah cambuk itu dari rumahku."

Nabi Muhammad Saw dengan penuh tawadhu menyiapkan diri untuk dicambuk. Namun Sauda mengatakan bahwa bahunya yang terkena cambuk Rasulullah Saw waktu itu dalam keadaan telanjang. Kemudian beliau menyingkapkan pakaian yang menutupi bahunya. Sauda pun mendekati Rasulullah Saw, namun ia tidak mencambuk bahu beliau tetapi justru menciumnya kemudian berkata, "Aku hanya mencari alasan untuk dapat mencium bahumu."

Rasulullah Saw mengajarkan kepada umat Islam bahwa para pejabat pemerintahan harus bersikap tawadhu dan sopan kepada masyarakat dan tidak berbicara dengan kekuatan dan kekuasaannya. Ibnu Mas'ud meriwayatkan bahwa suatu hari seseorang berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan badan gemetar karena kebesaran dan keagungan beliau. Ketika Rasulullah Saw mengetahui hal itu, beliau mengatakan, "Wahai saudaraku tenanglah, aku bukan seorang raja."

Nabi Muhammad Saw tidak suka bersikap seperti raja. Beliau berperilaku seperti layaknya masyarakat biasa dan duduk di atas tanah bersama mereka. Imam Ali as ketika mensifati keluhuran akhlak dan budi Nabi Muhammad Saw mengatakan, Rasulullah Saw menerima undangan makan para budak. Beliau duduk di atas tanah bersama masyarakat, memeras susu sendiri, berperilaku sederhana dan tawadhu. Beliau tidak pernah selonjorkan kaki di depan orang meskipun di hadapan anak kecil dan tidak pernah duduk bersandar ketika orang-orang datang kepada beliau. Perut beliau selalu kosong dan dalam keadaan lapar. Fisik luar beliau tampak seperti orang-orang lemah tetapi hati beliau kuat.

Poin lain dalam pribadi Nabi Muhammad Saw adalah beliau marah karena Allah Swt. Beliau marah jika ada hak-hak seseorang dilanggar. Dalam hal ini beliau tidak takut kepada siapa pun dan apa pun hingga hak-hak itu dikembalikan kepada pemiliknya. Namun ketika beliau dihina dan di sakiti, beliau tidak pernah merasa dendam atau ingin membalasnya. Beliau justru menunjukkan kemurahan hatinya dengan memaafkan orang yang meyakitinya. Pasca penaklukan kota suci Mekah, beliau memaafkan semua kesalahan orang-orang yang telah menindasnya. Padahal selama 20 tahun kaum kafir Quraisy menindas umat Islam.

Di masa jahiliyah di mana kebodohan menyelimuti umat manusia, Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw. Di masa itu, manusia diliputi kegelapan hingga memiliki keyakinan bahwa anak perempuan tidak berguna. Mereka mengubur hidup-hudup anak perempuannya yang tidak berdosa dan menindas kaum Hawa. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada yang merendahkan perempuan kecuali orang-orang yang rendah dan tercela."

Rasulullah Saw menempatkan perempuan dalam posisi yang terhormat. Ketika terjadi pembaiatan, beliau memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Kaum laki-laki kepada beliau berkata, "Perempuan dan keluarga kami mengikuti kami dan tidak memerlukan baiat mereka kepada engkau." Kemudian turun sebuah ayat kepada Nabi Muhammad Saw bahwa laki-laki tidak dapat menggantikan baiat perempuan.

Di kesempatan lainnya, Rasulullah Saw kembali memposisikan perempuan untuk berbaiat secara independen dan mengajarkan kepada mereka untuk berperan aktif di berbagai bidang seperti sosial, politik, dan tanggung jawab-tanggung jawab lainnya. Sementara hingga satu abad sebelumnya, perempuan di Barat tidak mempunyai hak suara seperti yang diberikan oleh Islam.

Meski Rasulullah Saw mengemban risalah besar dari Allah Swt, namun beliau berperilaku sederhana layaknya masyarakat biasa. Beliau duduk di atas tanah bersama mereka. Ketika seseorang datang dan bergabung dengan mereka, orang tersebut tidak mengetahui yang mana pemimpin dan siapa yang dipimpin, semua kelihatan sama. Kemudian orang itu akan bertanya, "Siapa yang namanya Muhammad di antara kalian?"

Ketika beliau masuk ke sebuah pertemuan, beliau selalu duduk di tempat yang kosong bersama masyarakat lainnya dan tidak pernah mengizinkan orang berdiri hanya untuk menghormati beliau. Beliau berbicara menggunakan kalimat yang pendek dan penuh makna dan tidak pernah menggunakan kata-kata kasar atau memotong pembicaraan orang lain. Kelembutan dan kesopanan Nabi Muhammad Saw menyebabkan masyarakat di masa itu menilai beliau sebagai seorang ayah yang penuh kasih sayang.

Sisi lain pribadi Rasulullah Saw adalah perhatian beliau kepada orang-orang miskin, lemah dan tertindas. Ketika mayarakat kota Madinah menyambut beliau pulang dari perang Tabuk, ada seorang laki-laki tua bernama Saad al-Anshari turut menyambut dan mengulurkan tangan kepada beliau. Kemudian Rasulullah Saw berkata, "Mengapa tanganmu kasar sekali?" Saad menjawab, "Aku bekerja keras dengan skop (alat untuk mengeruk tanah) demi memenuhi kebutuhan keluargaku." Kemudian beliau mengangkat tangan lelaki tua tersebut supaya orang-orang melihatnya lalu menurunkannya dan mencium tangan lelaki tua itu. Beliau kembali mengangkatnya tinggi-tinggi dan berkata,"Demi Allah, tangan ini tidak akan menyentuh api neraka."

Memerangi khurafat adalah sisi lain dari pribadi Rasulullah Saw. Ketika putra beliau Ibrahim yang masih kecil meninggal, Rasulullah sangat bersedih dan menangisinya. Sejumlah sahabat berkata,"Nabi Saw seharusnya tidak menangisi kematian anaknya." Beliau kepada mereka berkata, "Aku menangis tetapi aku tidak mengeluh yang bertentangan dengan Tauhid. Hatiku hancur, mataku mengucurkan air mata namun aku menghadapi kematian dengan benar. Aku mempunyai perasaan. Seorang ayah yang tidak menangis karena berpisah dengan anaknya, maka ia bukan seorang ayah."

Ketika putra Rasulullah Saw Ibrahim meninggal dunia, terjadi gerhana matahari. Masyarakat di masa itu yang dipenuhi dengan khurafat menganggap gerhana matahari sebagai tanda kesedihan langit atas meninggalnya Ibrahim. Kemudian Nabi Muhammad Saw kepada mereka berkata,"Wahai manusia, gerhana matahari hari ini sebagai tanda kebesaran Allah Swt dan tidak ada hubungannya dengan kematian Ibrahim. Gerhana matahari dan bulan bukan untuk kematian atau kelahiran seseorang. Setiap kali kalian melihat gerhana matahari dan bulan maka dirikanlah shalat." Rasulullah Saw tidak hanya memerangi khurafat tetapi juga memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Tauhid supaya tidak tersesat dengan kebodohan mereka.

Nabi Muhammad Saw adalah hamba yang shaleh dan menjelaskan kebenaran dengan argumentasi dan logika. Beliau dengan kekuatan iman dan kelembutan telah menghancurkan pondasi kebatilan dan memadamkan api bujukan setan yang menyesatkan manusia. Di samping itu, beliau juga telah menebarkan suara kebenaran kepada manusia.

Namun Barat berupaya merusak kepribadian mulia Nabi Muhammad Saw dengan menyebarkan berbagai pelecehan dan penghinaan demi mencegah meluasnya ajaran suci beliau. Dalam al-Quran surat Al-i-Imran ayat 54, Allah Swt berfirman, "(Mereka mengatur tipu daya) maksudnya orang-orang kafir dari golongan Bani Israil terhadap Isa karena menunjuk orang yang akan membunuhnya secara diam-diam (dan Allah membalas tipu daya mereka) dengan jalan mengubah muka seorang seperti Isa sehingga mereka bunuh sedangkan Isa diangkat ke langit, (dan Allah sebaik-baik yang membalas tipu daya)."

Tak diragukan lagi, aksi penistaan terhadap kesucian Nabi Muhammad Saw tidak akan menghasilkan apa pun bagi musuh-musuh Islam kecuali hanya meningkatkan ketertarikan dan kecondongan orang kepada agama suci ini.

(Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: