Pesan Rahbar

Home » » Kasus Tanah Fadak, Abu Bakar dan Umar telah mengancam bakar rumah Fatimah lalu menghentikan pemberian Khums kepada keluarga Rasulullah SAW lalu merampas FADAK sehingga Fatimah AS berwasiat supaya beliau ditanamkan di waktu malam dan tidak membenarkan seorang pun daripada para sahabat yang membuatkan beliau marah untuk sembahyang jenazahnya

Kasus Tanah Fadak, Abu Bakar dan Umar telah mengancam bakar rumah Fatimah lalu menghentikan pemberian Khums kepada keluarga Rasulullah SAW lalu merampas FADAK sehingga Fatimah AS berwasiat supaya beliau ditanamkan di waktu malam dan tidak membenarkan seorang pun daripada para sahabat yang membuatkan beliau marah untuk sembahyang jenazahnya

Written By Unknown on Friday 17 April 2015 | 07:18:00

Harus dibedakan ini karena ajaran atau karena Individu.

Bagi Ahlul Sunnah, Mengkritik hatta Nabi Allah SAW pun tidak apa2. Tetapi ketika mengkritik sahabat maka seluruh pelajar Sunny akan berkata Syi’ah telah mencela sahabat. Bukankah haya Sunny yang mengatakan Nabi SAW tidak luput dari kesalahan, sementara Syi’ah menghargai dan menempatkan Nabi sebagai sosok yang Maksum.

bahwa kerajaan saudi didirikan dengan cara pemberontakan kepada khalifah turki ustmani dengan bantuan orang yahudi inggris yang dijuluki Lawrence of arabia,

Untuk mengenang kebaikan imam khomeini yang pro Fatimah berikut ini perbandingan antara Jenazah Syaikh ibn Jibrin wahabi dengan penta’ziyah ahlussunnah dibandingkan Jenazah Khumaini dan orang-orang syiah yang melayatnya :



“Dalam Islam, sedikitnya ada 5 mazhab yang pernah dikenal, yaitu: Mazhab Imam Ja’far ash Shadiq (Mazhab Ahlul Bait), Mazhab Imam Abu Hanifah an Nu’man, Mazhab Imam Malik bin Anas, Mazhab Imam Syafi’i, Mazhab Imam Ahmad ibnu Hanbal, Mazhab Syiah Imamiyah. Sedangkan “Mazhab Salaf” tidak pernah ada! Sebab ulama Salaf itu banyak, termasuk di dalamnya imam-imam mazhab yang tadi.”

ada 5 madzhab dalam Islam, yaitu 4 madzhab Ahlus Sunnah, ditambah madzhab Syiah (madzhab Ja’fari / Imamiyyah) . Pendapat yang masyhur di kalangan Ahlus Sunnah, madzhab fikih itu hanya ada 4 saja, yaitu madzhab Abu Hanifah (Hanafi), Imam Malik (Maliki), Imam Syafi’i (Syafi’i), dan madzhab Imam Ahmad (Hanbali).


Abu Bakar dan Fatimah Geger Soal Warisan

Kita sering mendengar dari orang-orang syiah atau dari buku-buku syiah bahwa Abu Bakar menzalimi Fatimah karena menghalanginya dari warisan tanah Fadak (yang skarang disebut al-Haith).

Gapura menuju Fadak

Bukit kecil di antara bukit Fadak

Sumur tua di Fadak

Pohon-pohon kurma kering

Pohon-pohon kurma kering

Pohon-pohon kurma kering


Foto tanah Fadak sekarang. Fadak adalah nama desa di Hijaz yang didapat secara damai oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tahun 7 H, berjarak 2 atau 3 hari dari Madinah. Di sana ada mata air yang deras dan pohon kurma yang banyak. Foto-foto di atas adalah: gapura menuju Fadak, bukit kecil di antara bukit Fadak; sumur tua di Fadak; pohon-pohon kurma kering; pohon kurma yang kering.

Mereka bahkan mengatakan kalau Abu Bakar mencaplok tanah Fadak. Mereka menggambarkan bahwa Abu Bakar benci Fatimah dan Fatimah benci Abu Bakar sampai mati.


Antara Akal Sehat dan Akal-akalan

Yang dimaksud dengan “akal” adalah “aql sharih”, akal sehat, akal waras, akal fithri, common sense yang dimiliki oleh semua mukallaf, bukan apa yang disebut sebagai logika, tetapi tidak dibenarkan oleh banyak orang yang berpikiran waras. Kalau yang terakhir ini kita sebut dengan “akal-akalan” yang dalam bahasa Arab disebut Takalluf dan Tanaththu’.
Syi’ah benar !
Sunni salah !


Abu Bakar Dan Umar Di Bawah Pasukan Usamah

Menjelang akhir hayat Rasulullah(sawa), baginda telah mengangkat Usamah bin Zaid untuk memimpin pasukan tentera menuju ke tanah Balqa di Syam, tempat terbunuhnya Zaid bin Haritsah RA, Ja’far RA dan Ibnu Rawahah RA. Telah disebutkan oleh banyak ulama bahwa Abu Bakar dan Umar termasuk dalam kumpulan mereka yang ikut dalam Sariyyah Usamah. Saat itu usia Usamah bin Zaid masih muda, anehnya kepemimpinan Usamah ini dikecam oleh sebahagian sahabat Nabi dan khabar kecaman ini sampai ke telinga Rasulullah(sawa).

عن بن عمر ان النبي صلى الله عليه و سلم بعث بعثا وأمر عليهم أسامة بن زيد فطعن بعض الناس في أمرته فقام رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال ان تطعنوا في أمرته فقد تطعنون في إمرة أبيه من قبل وأيم الله ان كان لخليقا للأمارة وان كان لمن أحب الناس إلى وان هذا لمن أحب الناس إلى بعده

Dari Ibnu Umar bahwa Nabi(sawa) telah mengutuskan pasukan tentera dengan mengangkat Usamah bin Zaid sebagai panglima. Kemudian orang-orang [para sahabat] mencela kepemimpinannya tersebut. Lalu Rasulullah(sawa) berdiri dan berkata “Jika kalian mencela kepemimpinannya maka kalian mencela kepemimpinan Ayahnya sebelumnya. Demi Allah, dia (Zaid) memang layak memimpin pasukan dan dia termasuk orang yang paling aku cintai, dan anaknya ini termasuk orang yang paling aku cintai setelahnya. [Shahih Muslim 4/1884 no 2426, Shahih Bukhari 5/23 no 3730, Musnad Ahmad 2/20 no 4701 dan 2/110 no 5888 dan dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth].


Sukar dibayangkan bagaimana para sahabat berani mengecam apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW tetapi memang begitulah kenyataannya. Diriwayatkan Ibnu Sa’ad dalam Ath Thabaqat 4/66 yang berkata:

أخبرنا عبد الوهاب بن عطاء قال أخبرنا العمري عن نافع عن بن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم بعث سرية فيهم أبو بكر وعمر فاستعمل عليهم أسامة بن زيد

Telah mengabarkan kepada kami Abdul Wahab bin Atha’ yang berkata telah mengabarkan kepada kami Al Umari dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Nabi(sawa) mengutus pasukan yang didalamnya terdapat Abu Bakar dan Umar dan mengangkat Usamah bin Zaid sebagai panglima mereka…

Riwayat ini sanadnya hasan, telah diriwayatkan oleh para perawi tsiqat kecuali Al Umari, dia seorang yang hadisnya hasan. Abdul Wahab bin Atha’ adalah seorang perawi yang tsiqat. Dalam At Tahdzib juz 6 no 838 disebutkan bahwa beliau adalah perawi yang dijadikan hujjah oleh Muslim dan telah dinyatakan tsiqat oleh Ahmad bin Hanbal, Yahya Al Qattan, Ibnu Ma’in, Ibnu Hibban, Ibnu Syahin, Daruquthni dan Hasan bin Sufyan. Ibnu Ady dan Nasa’i berkata “tidak ada masalah dengannya”. Nafi’ maula Ibnu Umar adalah seorang yang tsiqat tsabit sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/239.

Al Umari adalah Abdullah bin Umar bin Hafsh bin Ashim bin Umar bin Khattab Al Umari, ia adalah perawi Muslim dan Ashabus Sunan yang diperselisihkan dan pendapat terkuat adalah ia seorang yang hadisnya hasan. Disebutkan dalam At Tahdzib juz 5 no 564 bahawa ia telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Yaqub bin Syaibah, Ahmad bin Yunus dan Al Khalili. Ahmad bin Hanbal menghasankan hadisnya, terkadang berkata “ tidak ada masalah dengannya”, terkadang pula berkata“dia termasuk perawi yang shalih”. Ibnu Ady mengatakan tidak ada masalah dengannya dan shaduq. Al Ajli memasukkannya ke dalam perawi tsiqat dalam Ma’rifat Ats Tsiqat no 937 dan berkata:

عبد الله بن عمر بن حفص بن عاصم بن عمر بن الخطاب أخو عبيد الله لا بأس به مديني

Abdullah bin Umar bin Hafsh bin Ashim bin Umar bin Khattab saudara Ubaidillah ‘tidak ada masalah dengannya’, orang Madinah.

Memang terdapat sebahagian ulama yang mencacatnya dan mereka ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berikut:
1. Ulama yang mencacat Al Umari tanpa menyebutkan alasannya. Disebutkan dalam At Tahdzib juz 5 no 564 diantaranya Yahya bin Sa’id, Ali bin Madini, Bukhari dimana ia hanya mengikuti pencacatan Yahya bin Sa’id
2. Ulama yang mencacat Al Umari bukan dengan jarh yang keras seperti Salih Al Jazarah yang berkata “layyin”(lemah), An Nasa’i dan Al Hakim yang berkata“laisa bi qawiy” (tidak kuat). Dimana pencacatan dengan predikat “laisa bi qawy” boleh bererti seorang yang hadisnya hasan apalagi jika telah dinyatakan tsiqah oleh ulama-ulama lain. 
3. Ulama yang mencacat Al Umari tetapi juga memberikan predikat ta’dil padanya diantaranya At Tirmidzi, pencacatan Tirmidzi hanyalah mengikuti gurunya Bukhari yang mengikuti Yahya bin Sa’id. Dalam kitab Sunan-nya Tirmidzi telah membawakan hadis-hadis Al Umari, terkadang ia menyatakan“laisa bi qawy” dan terkadang ia mengatakan shaduq (Sunan Tirmidzi 1/321 hadis no 172).

Pencacatan terhadap Al Umari tanpa menyebutkan alasannya tidak dapat dijadikan hujjah sebagaimana yang ma’ruf dalam Ulumul hadis jika seorang perawi telah dinyatakan tsiqat oleh ulama-ulama lain maka pencacatan terhadapnya hendaknya bersifat mufassar atau dijelaskan. Satu-satunya alasan pencacatan Al Umari mungkin karena hafalannya seperti yang diisyaratkan Adz Dzahabi dalam Mizan Al ‘Itidal no 4472 dimana Dzahabi juga menyatakan ia shaduq (jujur) dan Adz Dzahabi juga memasukkan Al Umari dalam kitabnya Asma Man Tukullima Fihi Wa huwa Muwatstsaq 1/112 no 190.


Riwayat Al Umari ini juga dikuatkan oleh riwayat lain yang juga menyatakan Abu Bakar dan Umar ikut dalam Sariyyah Usamah. Riwayat tersebut terdapat dalam Al Mushannaf 6/392 no 32305:

حدثنا عبد الرحيم بن سليمان عن هشام بن عروة عن ابيه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان قطع بعثا قبل مؤتة وأمر عليهم اسامة بن زيد وفي ذلك البعث أبو بكر وعمر

Telah menceritakan kepada kami Abdurrahim bin Sulaiman dari Hisyam bin Urwah dari Ayahnya bahawa Rasulullah(sawa) sebelum wafatnya mengutus pasukan dan mengangkat pemimpin diantara mereka Usamah bin Zaid, didalamnya juga terdapat Abu Bakar dan Umar…


Atsar ini diriwayatkan oleh para perawi tsiqat tetapi mursal. Abdurrahim bin Sulaiman dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/598, Hisyam bin Urwah juga dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/267 dan ayahnya Urwah bin Zubair adalah seorang tabiin yang tsiqat dalam At Taqrib 1/671. Riwayat Urwah dan Riwayat Ibnu Umar saling menguatkan sehingga dapat dijadikan hujjah.


Kemudian diriwayatkan dengan sanad yang shahih dalam Tarikh Dimasyq Ibnu Asakir 8/60:

أخبرنا أبو بكر وجيه بن طاهر أنا أبو حامد الأزهري أنا أبو محمد المخلدي أنا المؤمل بن الحسن نا أحمد بن منصور نا أبو النضر هاشم بن القاسم نا عاصم بن محمد عن عبيد الله بن عمر عن نافع عن ابن عمر أن رسول الله (صلى الله عليه وسلم) استعمل أسامة بن زيد على جيش فيهم أبو بكر وعمر فطعن الناس في عمله فخطب النبي (صلى الله عليه وسلم) الناس ثم قال قد بلغني أنكم قد طعنتم في عمل أسامة وفي عمل أبيه قبله وإن أباه لخليق للإمارة وإنه لخليق للأمرة يعني أسامة وإنه لمن أحب الناس إلي فأوصيكم به

Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Wajih bin Thahir yang berkata menceritakan kepada kami Abu Hamid Al Azhari yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad Al Makhlad yang berkata telah menceritakan kepada kami Muammal bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manshur yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Nadhr Hasyim bin Qasim yang berkata telah menceritakan kepada kami Ashim bin Muhammad dari Ubaidillah bin Umar dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW mengangkat Usamah bin Zaid sebagai panglima pasukan yang di dalamnya terdapat Abu Bakar dan Umar.Kemudian orang-orang [para sahabat] mencela pengangkatannya. Nabi SAW kemudian berkhutbah kepada orang-orang “telah sampai kepadaKu bahwa kalian mencela pengangkatan Usamah dan begitu pula pengangkatan Ayahnya sebelumnya. Sesungguhnya Ayahnya memang layak memimpin dan ia yakni Usamah juga layak untuk memimpin dan sesungguhnya ia termasuk orang yang paling aku cintai maka kuwasiatkan kalian untuk taat kepadanya”.

Atsar ini diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya sehingga sanadnya jayyid (baik). Berikut keterangan mengenai para perawinya.
1. Abu Bakar Wajih bin Thahir, Adz Dzahabi dalam Siyar ‘Alam An Nubala20/109 menyebutnya sebagai seorang Syaikh Alim Adil Musnid Khurasan. Ibnu Jauzi dalam Al Muntazam Fi Tarikh 18/54 menyebutkan bahwa ia seorang Syaikh yang shalih shaduq (jujur).
2. Abu Hamid Al Azhari, Adz Dzahabi dalam As Siyar 18/254 menyebutnya sebagai seorang syaikh yang adil dan shaduq. Disebutkan pula biografinya dalam Syadzrat Adz Dzahab Ibnu ‘Imad Al Hanbali 3/311 bahwa ia seorang yang tsiqah.
3. Abu Muhammad Al Makhlad, Adz Dzahabi dalam As Siyar 16/539 menyebutnya sebagai seorang Syaikh, Adil, Imam dan shaduq (jujur). Ibnu ‘Imad Al Hanbali dalam Syadzrat Adz Dzahab 3/131 juga menyebutnyaseorang Syaikh Muhaddis yang Adil.
4. Muammal bin Hasan, Adz Dzahabi dalam Siyar ‘Alam An Nubala 15/21-22 menyebutnya sebagai seorang Imam Muhaddis Mutqin. Dalam Tarikh Al Islam23/592 Adz Dzahabi menyebutnya sebagai Syaikh Naisabur termasuk dari kalangan syaik-syaikh yang mulia.
5. Ahmad bin Manshur Ar Ramadi. Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam At Tahdzib juz 1 no 143 bahwa ia telah dinyatakan tsiqat oleh Daruquthni, Abu Hatim, Maslamah bin Qasim, Al Khalili dan Ibnu Hibban. Dalam At Taqrib 1/47 ia dinyatakan tsiqat. 
6. Abu Nadhr Hasyim bin Qasim, Ibnu Hajar memuat keterangan tentangnya dalam At Tahdzib juz 11 no 39 dan ia telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Ali bin Madini, Ibnu Sa’ad, Abu Hatim dan Ibnu Qani’. Dalam At Taqrib 2/261 ia dinyatakan tsiqat tsabit.
7. Ashim bin Muhammad bin Zaid bin Abdullah bin Umar bin Khattab, Ibnu Hajar menyebutkannya dalam At Tahdzib juz 5 no 92 dan ia dinyatakan tsiqat oleh Ahmad, Ibnu Ma’in, Abu Daud, Abu Hatim dan Ibnu Hibban. Dalam At Taqrib1/459 ia dinyatakan tsiqat.
8. Ubaidillah bin Umar bin Hafsh bin Ashim bin Umar bin Khattab, Ibnu Hajar memuat biografinya dalam At Tahdzib juz 7 no 71, ia adalah perawi Bukhari Muslim yang telah dinyatakan tsiqat oleh banyak ulama diantaranya An Nasa’i, Abu Hatim, Ibnu Ma’in, Ibnu Hibban, Ahmad bin Shalih dan Ibnu Sa’ad. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/637 menyatakan ia tsiqat.
 9. Nafi’ maula Ibnu Umar, Ibnu Hajar menyebutkan keterangannya dalam At Tahdzib juz 10 no 743, ia seorang perawi Bukhari dan Muslim yang dikenal tsiqat. Ibnu Sa’ad, Al Ajli, Ibnu Kharrasy, An Nasa’i, Ibnu Hibban, Ibnu Syahin dan yang lainnya menyatakan bahwa ia tsiqat. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/239 menyatakan Nafi’ tsiqat tsabit.


Semua Atsar di atas menunjukkan dengan jelas bahwa Abu Bakar dan Umar ikut dalam pasukan Usamah bin Zaid di bawah pimpinan Usamah RA. Hal ini juga telah ditegaskan oleh banyak ulama di antaranya:
1. Ibnu Sa’ad dalam kitabnya At Thabaqat 2/190
2. Al Baladzuri dalam kitabnya Ansab Al Asyraf 2/115
3. Ibnu Atsir dalam Al Kamil Fi Tarikh 2/317
4. Ibnu Hajar dalam Tahdzib At Tahdzib juz 1 no 391 biografi Usamah bin Zaid dan dalam Fath Al Bari 8/190
5. Al Hafiz Ibnu Zaky Al Mizzi dalam Tahdzib Al Kamal 2/340 biografi Usamah bin Zaid no 316
6. As Suyuthi dalam Is’af Al Mubatta 1/5 biografi Usamah bin Zaid
7. Ibnu Jauzi dalam kitabnya Al Muntazam 2/405
8. Muhammad bin Yusuf Shalih Asy Syami dalam kitabnya Subul Al Huda Wa Rasyad 11/341
9. Al Qasthalani dalam Irsyad As Sari Syarh Shahih Bukhari 9/423
10. Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 8/46 biografi Usamah bin Zaid
11. Ibnu Manzur dalam Mukhtasar Tarikh Dimasyq 4/248
12. Ibnu Sayyidin Nas dalam kitabnya ‘Uyun Al Atsar 2/352

Apa kata Rasulullah terhadap orang yang tidak mengikuti Sariyyah Usamah? Rasulullah bersabda: “”Perlengkapkan tentara Usamah, Allah melaknati orang yang mengundur diri dari tentera Usamah.”[Al-Syarastani, al-Milal, hlm.21; Ibn Sa’d, Tabaqat,II,hlm.249 dan lain-lain lagi].

Keterangan bahwa Abu Bakar dan Umar di bawah pimpinan Usamah telah diriwayatkan melalui kabar yang shahih dan hal ini juga ditegaskan oleh banyak ulama. Oleh karena itu pengingkaran terhadap hal ini hanyalah usaha yang lemah dan tidak berdasar.


Perhatikan…

Mereka telah membakar Sunnah Nabi (Saw.) (Ibn Sa’d, Tabaqat, V, hlm. 140), “ menghalang orang ramai dari meriwayatkan Sunnah Nabi (Saw.) ” [al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz, I, hlm. 7], mengesyaki Nabi (Saw.) sama ada berada di atas kebenaran atau kebatilan[Muslim, Sahih, IV, hlm.12,14; al-Bukhari, Sahih, II, hlm. 111], mengubah sebahagian hukum Allah dan sunnah Nabi (saw.) (al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa’ hlm.136).


lalu…

Al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf, II, hlm.127 Khalifah Abu Bakar telah menghentikan pemberian Khums kepada keluarga Rasulullah SAWA. Tindakan beliau itu adalah bertentangan dengan Surah al-Anfal(18):41, dan berlawanan dengan Sunnah Rasulullah SAW yang memberi Khums kepada keluarganya menurut ayat tersebut.


lalu …

Sahih Bukhari Jilid 5, Buku 59, Nombor 546: Khalifah Abu Bakar telah mengambil kembali Fadak daripada Fatimah selepas wafatnya Rasulullah SAW.


lalu…

Ibn Qutaibah, al-Imamah, Wal-Siyasah, I, hlm.14: Khalifah Abu Bakar dan Umar adalah di antara orang dimarahi Fatimah. Beliau bersumpah tidak akan bercakap dengan mereka sehingga beliau berjumpa bapanya (Rasulullah) dan merayu kepadanya.


lalu…

Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah, V. hlm.524; al-Bukhari, Sahih, VI, hlm.177; Ibn Abd al-Barr, al-Isti’ab, II, hlm.751): Fatimah berwasiat supaya beliau ditanamkan di waktu malam dan tidak membenarkan seorang pun daripada para sahabat yang membuatkan beliau marah untuk sembahyang jenazahnya.


lalu..

Al-Tabari, Tarikh, III. hlm. 198; Al Mushannaf: Ibnu Abi Syaibah; Ansab al Asyraf: Al Baladzuri;al Isti’ab: Ibnu Abdil Barr; Muruj Adz Dzahab: Al Mas’udi : Peristiwa untuk membakar rumah Fatimah oleh Abu Bakar, Umar, dan sahabat-sahabat yang lain yang menentang Fatimah dan Ali bin Abi Talib. Al-Tabari menyatakan bahawa Umar datang ke rumah Fatimah dan Ali bin Abi Talib dan berkata: Demi Tuhan aku akan membakar kamu semua atau kamu semua keluar untuk memba’ah (Abu Bakar).


lalu..

Abul-Fida. Tarikh, I, hlm. 159; Ibn Abd Rabbih, al-Aqd al-Farid, II, hlm.354; al-Yaqubi, Tarikh, II, hlm. 105; Ibn Qutaibah, al-Imamah Wa al-Siyasah, I, hlm. 12: Fatimah berkata: Kamu semua membakar anakku juga? Maka Umar menjawab: Ya. Sekiranya kamu semua tidak keluar membai’ah. (Abu Bakar).


lalu..

Muslim, Sahih, III, hlm. 69; al-Bukhari, Sahih, I hlm. 36. Umar al-Khatab menghalang Rasulullah s.a.w. daripada menulis wasiat yang terakhir. Manakala Nabi SAW di dalam keadaan tenat beliau meminta pensel dan kertas supaya beliau dapat menulis perkara yang mereka tidak akan berselisih faham mengenainya selepasnya (riwayat yang lain kalimah: “…supaya kamu semua tidak sesat selepasku”). Maka Umar menegah mereka daripada berbuat demikian dan berkata: “Sesungguhnya Rasulullah SAW sedang sakit tenat. Cukuplah bagi kita Kitab Allah sahaja” (Umar al-Khatab berlagak seolah-olah beliau lebih tahu dari Rasulullah s.a.w.).


lalu..

Al-Suyuti di dalam Tarikh al-Khulafa’, hlm, 136 Khalifah Umar adalah orang yang pertama mengurangkan takbir sembahyang jenazah daripada lima kepada empat takbir, orang pertama mengharamkan nikah Mut’ah, yang pertama yang memindahkan makam Ibrahim ke tempat sekarang. Pada masa Rasulullah SAW ianya diletak dengan Ka’bah, orang pertama mengenakan‘aul di dalam ilmu pusaka, orang yang pertama yang memerintahkan azan (pertama) dilakukan sebelum azan (kedua) khutbah, orang pertama yang mendahulukan khutbah Sembahyang Hari Raya daripada sembahyangnya.


lalu..

Di kalangan mereka ada yang telah menghina Nabi (Saw.) dan mempersendakan Nabi (Saw.) dengan mengatakan bahawa Nabi (Saw.) “Sedang meracau” di hadapan Nabi (Saw.) “ Kitab Allah adalah cukup dan kami tidak perlu kepada Sunnah Nabi (Saw.)” . ( al-Bukhari, Sahih, I, hlm. 36; Muslim, Sahih, III, hlm. 69) “Sunnah Nabi (Saw.) mendatangkan perselisihan dan pertengkaran kepada Umat [Al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz, I , hlm.3]”


lalu..

“Mereka telah mengepung dan membakar rumah anak perempuan Nabi (Saw.) Fatimah (a.s) dan berkata: “Aku akan membakar kalian sehingga kalian keluar untuk memberi bai’ah kepada Abu Bakar. “[Al-Tabari, Tarikh, III, hlm. 198; Abu-l-Fida”, Tarikh, I, hlm. 156] merampas Fadak daripada Fatimah (a.s) yang telah diberikan kepadanya oleh Nabi (Saw.) semasa hidupnya(Lihat Ahmad bin Tahir al-Baghdadi, Balaghah al-Nisa’, II, hlm.14; Umar Ridha Kahalah, A’lam al-Nisa’, III, hlm.208; Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, IV, hlm.79, 92), menyakiti hati Fatimah, Ali, al-Hasan dan al-Husain, kerana Rasulullah (saw.) bersabda “Siapa menyakiti Fatimah, dia menyakitiku, dan siapa menyakitiku , dia menyakiti Allah” “Siapa menyakiti Ali, sesungguhnya dia menyakitiku, dan siapa yang menyakitiku, dia menyakiti Allah” “al-Hasan dan al-Husain kedua-dua mereka adalah pemuda Syurga” (al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi’ al-Mawaddah, hlm. 129-131 dan lain-lain).


Hadis Yang Menjelaskan Siapa Ahlul Bait Yang Disucikan Dalam Al Ahzab 33

Di dalam Al Quran, terdapat sebuah ayat yang cukup fenomenal dan menjadi kontroversi di antara pengikut Wahabi dan Pengikut Syiah. Syiah meyakini bahawa Ayatul Tahthir, surah Al Ahzab, ayat 33, yang diturunkan kepada Ahlulbait(as) bukannya turun untuk ister-isteri Nabi, manakala para Wahabi pula memegang pendapat bahawa ayat ini adalah untuk isteri-ister Nabi. Mengikut perkembangan zaman, kerana mereka tidak dapat mempertahankan hujah mereka, kini mereka datang membawa penafsiran baru, iaitu, Ayatul Tathir sebenarnya diturunkan untuk isteri Nabi, tetapi Rasulullah(sawa) memperluaskan maksudnya Ahlulbait(as) agar ia meliputi Imam Ali, Fatimah, Imam Hassan dan Imam Hussain(Solawat ke atas mereka semua).

Di dalam perbahasan ini, saya akan membuktikan bahawa hujah dan penafsiran mereka ini adalah keliru, dan kebenarannya adalah Ayatul Tathir hanya diturunkan kepada Ahlulbait(as) yang tidak termasuk isteri-isteri Nabi. Tentu sahaja, untuk membuktikan kebenaran ini, saya akan bawakan dalil dan hujah sahih dari sumber Sunni, untuk membuktikan kejahilan mereka.

عن عمر بن أبي سلمة ربيب النبي صلى الله عليه و سلم قال لما نزلت هذه الآية على النبي صلى الله عليه و سلم { إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا } في بيت أم سلمة فدعا فاطمة و حسنا و حسينا فجللهم بكساء و علي خلف ظهره فجللهم بكساء ثم قال اللهم هؤلاء أهل بيتي فأذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا قالت أم سلمة وأنا معهم يا نبي الله ؟ قال أنت على مكانك وأنت على خير

Dari Umar bin Abi Salamah, anak tiri Nabi SAW yang berkata “Ayat ini turun kepada Nabi SAW [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] di rumah Ummu Salamah, kemudian Nabi SAW memanggil Fatimah, Hasan dan Husain dan menutup Mereka dengan kain dan Ali berada di belakang Nabi SAW, Beliau juga menutupinya dengan kain. Kemudian Beliau SAW berkata “ Ya Allah Merekalah Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata “Apakah aku bersama mereka, Ya Nabi Allah?”. Beliau berkata “Kamu tetap pada kedudukanmu sendiri dan kamu dalam kebaikan”. [Shahih Sunan Tirmidzi no 3205].


Hujjah mereka ini batal dengan alasan berikut Para Wahabi Nasibi berdalil bahawa hadis di atas adalah menunjukkan ayat itu tidak turun kepada Ahlul Kisa semata-mata, tetapi diturunkan khas untuk para isteri Nabi. Namun atas dasar kecintaannya kepada ahli keluarganya, maka Rasulullah memasukkan Ahlul Kisa ke dalam Ahlulbait(as). Sayangnya, berikut adalah kenyataan yang membatalkan dalil mereka:
1. Hadis dari At Tarmizi di atas menunjukkan bahawa, ketika ayat ini turun, Rasulullah lantas memanggil Ahlul Kisa, dan bukanlah isteri-isteri baginda yang seterusnya. Jika benar ayat ini untuk ister-isteri Nabi, maka sudah tentu baginda akan memanggil isteri baginda yang selebihnya.
2. Ummu Salamah sendiri tidak merasakan bahawa diri beliau adalah termasuk dengan Ahlulbait, ini terbukti dengan pertanyaan beliau: [“Apakah Aku bersama Mereka, Ya Nabi Allah?”] bahkan dalam riwayat lain 3. Ummu Salamah bertanya [“Apakah Aku termasuk Ahlul Bait?”].

Secara logiknya, jika ayat Quran itu diturunkan oleh Allah swt kepada para isteri Nabi, iaitu Ahlulbait(as) itu hanya khusus untuk isteri Nabi pada asalnya, maka apakah hak Rasulullah(sawa), atas dasar kecintaan peribadi beliau, dengan sengaja meluaskan Ahlulbait kepada ahlul Kisa, sedangkan sudah jelas, Ahlulbait di dalam surah itu untuk isteri Nabi?


Nasibi kemudiannya terpaksa membela diri mereka dengan hujah bahawa, Ummu Salamah ketika itu masih belum mengetahui bahawa ayat itu diturunkan kepada beliau, oleh kerana itu barulah beliau bertanya kepada Rasulullah(sawa) dan mengetahui bahawa yat itu turun untuk beliau. Hujah ini terbatal di atas sebab-sebab berikut:

Di awal tadi, hujah Nasibi mengatakan bahawa ayat ini diturunkan untuk isteri Nabi, dan kemudiannya, Rasulullah meluaskan Ahlulbait(as) kepada Ahlul Kisa. Jika benar apa yang mereka ucapkan, maka sepatutnya Rasulullah(sawa) apabila turun sahaja ayat itu, perkara pertama yang dibuat baginda adalah semestinya memberitahukan hal itu kepada Ummu Salamah(tambahan pula ayat ini turun di rumah beliau, logik la sikit) dan seterusnya memanggil isteri-isteri baginda yang lain untuk menerangkan bahawa ayat itu turun kepada mereka. Dan seterusnya, oleh kerana baginda mahu memasukkan Ahlul Kisa ke dalam Ahlulbait(as), barulah baginda memanggil keseluruhan Ahlul Kisa ke rumahnya Ummu Salamah. Mustahil untuk Seorang Rasul, mendahulukan kemahuannya dari kemahuan Allah, iaitu menyatakan ayat tersebut kepada orang yang di tuju.

Jika sekiranya benar seperti apa yang dikatakan oleh Wahabi, iaitu Ummu Salamah bertanya di dalam keadaan tidak mengetahui akan maksudnya Ahlulbait, lalu selepas beliau bertanya, Rasulullah memberi jawabannya. Maka apabila beliau meriwayatkan kepada tabi’in akan hadis ini, sudah pasti beliau sudah menjelaskan kepada tabi’in akan salah faham beliau berkaitan hal ini, iaitu tentang soalan yang beliau tanyakan, dan penjelasan Rasulullah(sawa). Atau, mungkin beliau akan terus menerangkan Ahlulbait(as) itu adalah para isteri Rasulullah(sawa). Tetapi malangnya, kita dapati tidak wujud riwayat tentang penjelasan Rasulullah atau dari Ummu Salamah berkaitan hal ini, membuktikan hujah Wahabi itu kosong dan dipaksakan.


Ayatul Tahhir sememangnya diturunkan untuk Ahlulbait(as) iaitu di zaman Rasulullah(sawa) hanya Imam Ali, Fatimah Zahra, Imam Hassan dan Imam Hussain(sa), dan bukanlah seperti yang dihujahkan oleh Wahabi, iaitu konteks ayat ini adalah untuk isteri Nabi, dan kemasukan Ahlul Kisa hanyalah atas dasar kecintaan peribadi Nabi. Perhatikan riwayat Ummu Salamah berikut:

عن حكيم بن سعد قال ذكرنا علي بن أبي طالب رضي الله عنه عند أم سلمة قالت فيه نزلت (إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا) قالت أم سلمة جاء النبي صلى الله عليه وسلم إلى بيتي, فقال: “لا تأذني لأحد”, فجاءت فاطمة, فلم أستطع أن أحجبها عن أبيها, ثم جاء الحسن, فلم أستطع أن أمنعه أن يدخل على جده وأمه, وجاء الحسين, فلم أستطع أن أحجبه, فاجتمعوا حول النبي صلى الله عليه وسلم على بساط, فجللهم نبي الله بكساء كان عليه, ثم قال: “وهؤلاء أهل بيتي, فأذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا, فنزلت هذه الآية حين اجتمعوا على البساط; قالت: فقلت: يا رسول الله: وأنا, قالت: فوالله ما أنعم وقال: “إنك إلى خير”

Dari Hakim bin Sa’ad yang berkata “kami menyebut-nyebut Ali bin Abi Thalib RA di hadapan Ummu Salamah. Kemudian ia [Ummu Salamah] berkata “Untuknyalah ayat [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] turun . Ummu Salamah berkata “Nabi SAW datang ke rumahku dan berkata “jangan izinkan seorangpun masuk”. Lalu datanglah Fathimah maka aku tidak dapat menghalanginya menemui ayahnya, kemudian datanglah Hasan dan aku tidak dapat melarangnya menemui datuknya dan Ibunya”. Kemudian datanglah Husain dan aku tidak dapat mencegahnya. Maka berkumpullah mereka di sekeliling Nabi SAW di atas hamparan kain. Lalu Nabi SAW menyelimuti mereka dengan kain tersebut kemudian bersabda “Merekalah Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya”. Lalu turunlah ayat tersebut ketika mereka berkumpul di atas kain. Ummu Salamah berkata “Wahai Rasulullah SAW dan aku?”. Demi Allah, beliau tidak mengiyakan. Beliau hanya berkata “sesungguhnya engkau dalam kebaikan”. [Tafsir At Thabari 22/12 no 21739].


Riwayat Hakim bin Sa’ad di atas dikuatkan oleh riwayat dengan matan yang lebih singkat dari Ummu Salamah iaitu:

حدثنا فهد ثنا عثمان بن أبي شيبة ثنا حرير بن عبد الحميد عن الأعمش عن جعفر بن عبد الرحمن البجلي عن حكيم بن سعيد عن أم سلمة قالت نزلت هذه الآية في رسول الله وعلي وفاطمة وحسن وحسين إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا

Telah menceritakan kepada kami Fahd yang berkata telah menceritakan kepada kami Usman bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Jarir bin Abdul Hamid dari ’Amasy dari Ja’far bin Abdurrahman Al Bajali dari Hakim bin Saad dari Ummu Salamah yang berkata : Ayat [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] turun ditujukan untuk Rasulullah, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain [Musykil Al Atsar Ath Thahawi 1/227].


Riwayat Hakim bin Sa’ad ini sanadnya shahih diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat.
1. Fahd, Beliau adalah Fahd bin Sulaiman bin Yahya dengan kuniyah Abu Muhammad Al Kufi. Beliau adalah seorang yang terpercaya (tsiqah) dan kuat (tsabit) sebagaimana dinyatakan oleh Adz Dzahabi dan Ibnu Asakir [Tarikh Al Islam 20/416 dan Tarikh Ibnu Asakir 48/459 no 5635]
2. Usman bin Abi Syaibah adalah perawi Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah. Ibnu Main berkata ”ia tsiqat”, Abu Hatim berkata ”ia shaduq(jujur)” dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Tahdzib At Tahdzib juz 7 no 299]
3. Jarir bin Abdul Hamid, beliau telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Main, Al Ajli, Imam Nasa’i, Al Khalili dan Abu Ahmad Al Hakim. Ibnu Kharrasy menyatakannya Shaduq dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 2 no 116]
4. Al ’Amasy adalah Sulaiman bin Mihran Al Kufi. Beliau telah dinyatakan tsiqat oleh Al Ajli, Ibnu Main, An Nasa’i dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 386]
5. Ja’far bin Abdurrahman disebutkan oleh Ibnu Hajar bahwa Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Ta’jil Al Manfaah 1/ 387]. Imam Bukhari menyebutkan biografinya seraya mengutip bahawa dia seorang Syaikh Wasith tanpa menyebutkan cacatnya [Tarikh Al Kabir juz 2 no 2174]. Disebutkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat bahwa ia meriwayatkan hadis dari Hakim bin Saad dan diantara yang meriwayatkan darinya adalah Al ’Amasy. [Ats Tsiqat juz 6 no 7050]
6. Hakim bin Sa’ad, sebagaimana disebutkan bahwa beliau adalah perawi Bukhari dalam Adab Al Mufrad, dan perawi Imam Nasa’i. Ibnu Main dan Abu Hatim berkata bahwa ia tempat kejujuran dan ditulis hadisnya. Dalam kesempatan lain Ibnu Main berkata laisa bihi ba’sun(yang berarti tsiqah). Al Ajli menyatakan ia tsiqat dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib Ibnu Hajar juz 2 no 787]


Riwayat Ummu Salamah ini dikuatkan oleh riwayat Abu Sa’id Al Khudri sebagai berikut:

حدثنا الحسن بن أحمد بن حبيب الكرماني بطرسوس حدثنا أبو الربيع الزهراني حدثنا عمار بن محمد عن سفيان الثوري عن أبي الجحاف داود بن أبي عوف عن عطية العوفي عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه في قوله عز و جل إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا قال نزلت في خمسة في رسول الله صلى الله عليه و سلم وعلي وفاطمة والحسن والحسين رضي الله عنهم

Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ahmad bin Habib Al Kirmani yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Rabi’ Az Zahrani yang berkata telah menceritakan kepada kami Umar bin Muhammad dari Sufyan Ats Tsawri dari Abi Jahhaf Daud bin Abi ‘Auf dari Athiyyah Al ‘Aufiy dari Abu Said Al Khudri RA bahwa firman Allah SWT [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] turun untuk lima orang iaitu Rasulullah SAW ,Ali, Fathimah ,Hasan dan Husain radiallahuanhum [Mu’jam As Shaghir Thabrani 1/231 no 375].


Riwayat Abu Sa’id ini sanadnya hasan karena Athiyyah Al Aufy seorang yang hadisnya hasan dan Hasan Al Kirmani adalah seorang yang shaduq la ba’sa bihi.
1. Hasan bin Ahmad bin Habib Al Kirmani dia seorang yang shaduq seperti yang disebutkan Adz Dzahabi [Al Kasyf no 1008]. Ibnu Hajar menyatakan ia la ba’sa bihi [tidak ada masalah] kecuali hadisnya dari Musaddad [At Taqrib 1/199]
2. Abu Rabi’ Az Zahrani yaitu Sulaiman bin Daud seorang Al Hafizh [Al Kasyf no 2088] dan Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/385]
3. Umar bin Muhammad Ats Tsawri seorang yang tsiqah, ia telah dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Ma’in, Ali bin Hujr, Abu Ma’mar Al Qathi’I, Ibnu Saad dan Ibnu Syahin. Disebutkan dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang tsiqat [Tahrir Taqrib At Tahdzib no 4832].
4. Sufyan Ats Tsawri seorang Imam Al Hafizh yang dikenal tsiqah. Adz Dzahabi menyebutnya sebagai Al Imam [Al Kasyf no 1996] dan Ibnu Hajar menyatakan ia Al hafizh tsiqah faqih ahli ibadah dan hujjah [At Taqrib 1/371]
5. Daud bin Abi Auf Abu Jahhaf, ia telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in dan Ahmad bin Hanbal. Abu Hatim berkata “hadisnya baik” dan An Nasa’i berkata “tidak ada masalah dengannya”. [At Tahdzib juz 3 no 375] dan Ibnu Syahin telah memasukkan Abul Jahhaf sebagai perawi tsiqah [Tarikh Asma’ Ats Tsiqat no 347].


Athiyyah Al Aufy adalah seorang yang hadisnya hasan.

Ummu Salamah sendiri tidak memahami kejadian itu seperti yang di fahami oleh Wahabi. Malah Ummu Salamah mengakui bahawa beliau bukanlah dari Ahlulbait(as), dan turut menguatkan kenyataan ini adalah sabda Nabi(sawa) kepada beliau: “kamu dalam kebaikan”.

عن أم سلمة رضي الله عنها أنها قالت : في بيتي نزلت هذه الآية { إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت } قالت : فأرسل رسول الله صلى الله عليه و سلم إلى علي و فاطمة و الحسن و الحسين رضوان الله عليهم أجمعين فقال : اللهم هؤلاء أهل بيتي قالت أم سلمة : يا رسول الله ما أنا من أهل البيت ؟ قال : إنك أهلي خير و هؤلاء أهل بيتي اللهم أهلي أحق

Dari Ummu Salamah RA yang berkata “Turun dirumahku ayat [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait] kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali Fathimah Hasan dan Husain radiallahuanhu ajma’in dan berkata “Ya Allah merekalah Ahlul BaitKu”. Ummu Salamah berkata “wahai Rasulullah apakah aku termasuk Ahlul Bait?”. Rasul SAW menjawab “kamu keluargaku yang baik dan merekalah Ahlul BaitKu Ya Allah keluargaku yang haq”. [Al Mustadrak 2/451 no 3558 dishahihkan oleh Al Hakim dan Adz Dzahabi].


حدثنا الحسين بن الحكم الحبري الكوفي ، حدثنا مخول بن مخول بن راشد الحناط ، حدثنا عبد الجبار بن عباس الشبامي ، عن عمار الدهني ، عن عمرة بنت أفعى ، عن أم سلمة قالت : نزلت هذه الآية في بيتي : إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا ، يعني في سبعة جبريل ، وميكائيل ، ورسول الله صلى الله عليه وسلم ، وعلي ، وفاطمة ، والحسن ، والحسين عليهم السلام وأنا على باب البيت فقلت : يا رسول الله ألست من أهل البيت ؟ قال إنك من أزواج النبي عليه السلام وما قال : إنك من أهل البيت

Telah menceritakan kepada kami Husain bin Hakam Al Hibari Al Kufi yang berkata telah menceritakan kepada kami Mukhawwal bin Mukhawwal bin Rasyd Al Hanath yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdul Jabar bin ‘Abbas Asy Syabami dari Ammar Ad Duhni dari Umarah binti Af’a dari Ummu Salamah yang berkata “Ayat ini turun di rumahku [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] dan ketika itu ada tujuh penghuni rumah yaitu Jibril Mikail, Rasulullah, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain. Aku berada di dekat pintu lalu aku berkata “Ya Rasulullah, apakah aku tidak termasuk Ahlul Bait?” Rasulullah SAW berkata “kamu termasuk istri Nabi Alaihis Salam”. Beliau tidak mengatakan “sesungguhnya kamu termasuk Ahlul Bait”. [Musykil Al Atsar Ath Thahawi 1/228]


Riwayat Ummu Salamah ini memiliki sanad yang shahih diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat
Husain bin Hakam Al Hibari Al Kufi adalah seorang yang tsiqat [Su’alat Al Hakim no 90] telah meriwayatkan darinya para perawi tsiqat dan hafiz seperti Ali bin Abdurrahman bin Isa, Abu Ja’far Ath Thahawi dan Khaitsamah bin Sulaiman.

1. Mukhawwal adalah Mukhawwal bin Ibrahim bin Mukhawwal bin Rasyd disebutkan Ibnu Hibban dalam kitabnya Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 9 no 19021]. Abu Hatim termasuk yang meriwayatkan darinya dan Abu Hatim menyatakan ia shaduq [Al Jarh Wat Ta’dil 8/399 no 1831].
2. Abdul Jabbar bin Abbas disebutkan oleh Ahmad, Ibnu Ma’in, Abu Dawud dan Al Ajli bahwa tidak ada masalah padanya. Abu Hatim menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 6 no 209]. Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq tasyayyu’ [At Taqrib 1/552]. Adz Dzahabi menyatakan ia seorang syiah yang shaduq [Al Kasyf no 3085]
3. Ammar Ad Duhni yaitu Ammar bin Muawiyah Ad Duhni dinyatakan tsiqat oleh Ahmad, Ibnu Ma’in, An Nasa’i, Abu Hatim dan Ibnu Hibban [At Tahdzib juz 7 no 662]. Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq [At Taqrib 1/708] tetapi ternyata pernyataan ini keliru dan telah dibetulkan dalam Tahrir At Taqrib bahawa Ammar Ad Duhni adalah seorang yang tsiqat [ Tahrir At Taqrib no 4833]
4. Umarah binti Af’a termasuk dalam thabaqat tabiin wanita penduduk kufah. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 5 no 4880]. Hanya saja Ibnu Hibban salah menuliskan nasabnya. Umarah juga dikenali dengan sebutan Umarah Al Hamdaniyah [seperti yang diriwayatkan oleh Ath Thahawi dalam Musykil Al Atsar]. Al Ajli menyatakan ia tsiqat [Ma’rifat Ats Tsiqah no 2345].

عن أم سلمه رضي الله عنها قالت نزلت هذه الاية في بيتي إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا قلت يارسول الله ألست من أهل البيت قال إنك إلى خير إنك من أزواج رسول الله صلى الله عليه وسلم قالت وأهل البيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وعلي وفاطمة والحسن والحسين رضي الله عنهم أجمعين

Dari Ummu Salamah RA yang berkata “Ayat ini turun di rumahku [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya]. Aku berkata “wahai Rasulullah apakah aku tidak termasuk Ahlul Bait?. Beliau SAW menjawab “kamu dalam kebaikan kamu termasuk istri Rasulullah SAW”. Aku berkata “Ahlul Bait adalah Rasulullah SAW, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radiallahuanhum ajma’in”.[Al Arba’in Fi Manaqib Ummahatul Mukminin Ibnu Asakir hal 106].


Ibnu Asakir setelah meriwayatkan hadis ini, telah menyatakan bahawa hadis ini shahih. Hadis ini juga menjadi bukti bahawa Ummu Salamah sendiri mengakui bahwa Ahlul Bait yang dimaksudkan dalam Al Ahzab 33 firman Allah SWT [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] adalah Rasulullah SAW, Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain.

Seperti yang kita ketahui, kenyataan Wahabi telah terbukti bathil dengan dalil-dalil sokongan yang telah diberikan. Tambahan pula, saya akan sertakan hadis, bahawa Ahlul Kisa sendiri mengakui bahawa merekalah Ahlulbait yang mana kepada mereka ayatul Tathir.

ياأهل العراق اتقوا الله فينا, فإِنا أمراؤكم وضيفانكم, ونحن أهل البيت الذي قال الله تعالى: {إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيراً} قال فما زال يقولها حتى ما بقي أحد في المسجد إِلا وهو يحن بكاءً

Wahai penduduk Iraq bertakwalah kepada Allah tentang kami, karena kami adalah pemimpin kalian dan tamu kalian dan kami adalah Ahlul Bait yang difirmankan oleh Allah SWT [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya]. Beliau terus mengingatkan mereka sehingga tidak ada satu orangpun di dalam masjid yang tidak menangis [Tafsir Ibnu Katsir 3/495].

Riwayat Imam Hasan ini memiliki sanad yang shahih. Ibnu Katsir membawakan sanad berikut:

قال ابن أبي حاتم: حدثنا أبي, حدثنا أبو الوليد, حدثنا أبو عوانة عن حصين بن عبد الرحمن عن أبي جميلة قال: إِن الحسن بن علي

Ibnu Abi Hatim berkata telah menceritakan kepada kami Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Walid yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Hushain bin Abdurrahman dari Abi Jamilah bahwa Hasan bin Ali berkata [Tafsir Ibnu Katsir 3/495]

Ibnu Abi Hatim dan Abu Hatim telah terkenal sebagai ulama yang terpercaya dan hujjahm manakla perawi lainnya adalah perawi tsiqah.

1. Abu Walid adalah Hisyam bin Abdul Malik seorang Hafizh Imam Hujjah. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [2/267]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat [Al Kasyf no 5970]
2. Abu Awanah adalah Wadhdhah bin Abdullah Al Yaskuri. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit [At Taqrib 2/283]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqah [Al Kasyf no 6049].
3. Hushain bin Abdurrahman adalah seorang yang tsiqah. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqah [At Taqrib 1/222] dan Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat hujjah [Al Kasyf no 1124]
4. Abu Jamilah adalah Maisarah bin Yaqub seorang tabiin yang melihat Ali dan meriwayatkan dari Ali dan Hasan bin Ali. Ibnu Hibban menyebutkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 10 no 693]. Ibnu Hajar menyatakan ia maqbul [At Taqrib 2/233]. Pernyataan Ibnu Hajar keliru karena Abu Jamilah adalah seorang tabiin dan telah meriwayatkan darinya sekumpulan perawi tsiqah bahkan Ibnu Hibban menyebutnya dalam Ats Tsiqat maka dia adalah seorang yang shaduq hasanul hadis seperti yang dibetulkan dalam Tahrir At Taqrib [Tahrir At Taqrib no 7039].


Cukuplah setakat ini penulisan ini, kerana bagi mereka yang benar-benar menyayangi Ahlulbait(as) dan bersetuju dengan konsep Imamah, maka tidak ada masalah untuk menerima hujah ini. Yang bermasalah ialah mereka yang buta dalam kecintaan tanpa sebab kepada para sahabat, mereka yang fanatik terhadap pegangan nenek moyang.. Entah mengapa mereka sangat keberatan jika Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain mendapatkan keistimewaan dan keutamaan yang khusus, tetapi dalam masa yang sama, meletakkan sifat kemaksuman kepada buah hati mereka, Muawiyah dan Yazid. Apapun cara mereka, kebathilan akan selalu terungkap dan dikalahkan oleh kebenaran.


Pengakuan Ummu Salamah: Beliau Bukan Ahlulbait

Pembuktian bahawa Ahlulbait(as) tidak termasuk para isteri Nabi, dapat dilakukan dengan banyak sekali jalannya. Oleh itu, tidak salah jika saya mengemukakan beberapa jalan pembuktian dengan analisis yang berbeza-beza. Hadis berikut adalah kata-kata Ummu Salamah sendiri akan perkara ini,

Diriwayatkan dengan sanad yang sahih, bahawa Ummu Salamah sendiri mengakui bahawa Ayatul tathir turun dirumah beliau, dan diriya bukan dari kalangan Ahlulbait(as).

وحدثنا ابن أبي داود أيضا قال حدثنا سليمان بن داود المهري قال حدثنا عبد الله بن وهب قال حدثنا أبو صخر عن أبي معاوية البجلي عن سعيد بن جبير عن أبي الصهباء عن عمرة الهمدانية قالت قالت لي أم سلمة أنت عمرة ؟ قالت : قلت نعم يا أمتاه ألا تخبريني عن هذا الرجل الذي أصيب بين ظهرانينا ، فمحب وغير محب ؟ فقالت أم سلمة أنزل الله عز وجل إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا وما في البيت إلا جبريل ورسول الله صلى الله عليه وسلم وعلي وفاطمة والحسن والحسين رضي الله عنهما وأنا فقلت : يا رسول الله أنا من أهل البيت ؟ قال أنت من صالحي نسائي قالت أم سلمة : يا عمرة فلو قال نعم كان أحب إلي مما تطلع عليه الشمس وتغرب

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Dawud yang berkata telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud Al Mahriy yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Shakhr dari Abu Muawiyah Al Bajaliy dari Sa’id bin Jubair dari Abi Shahba’ dari ‘Amrah Al Hamdaniyah yang berkata Ummu Salamah berkata kepadaku:
“Engkau ‘Amrah?”. Aku berkata “Ya, wahai Ibu kabarkanlah kepadaku tentang laki-laki yang gugur di tengah-tengah kita, ia dicintai sebahagian orang dan tidak dicintai oleh yang lain. Ummu Salamah berkata “Allah SWT menurunkan ayat Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya, dan ketika itu tidak ada di rumahku selain Jibril, Rasulullah, Ali, Fathimah, Hasan, Husein dan aku, aku berkata “Wahai Rasulullah apakah aku termasuk Ahlul Bait?”. Beliau berkata “Engkau termasuk istriku yang shalih”. Ummu Salamah berkata “Wahai ‘Amrah sekiranya Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] menjawab iya niscaya jawaban itu lebih aku sukai daripada semua yang terbentang antara timur dan barat [dunia dan seisinya][Asy Syari’ah Al Ajjuri 4/248 no 1542].


Hadis ini sanadnya shahih. Diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya, ‘Amrah Al Hamdaniyah adalah tabiin wanita di kufah yang tsiqat dikenal meriwayatkan dari Ummu Salamah.

1. Ibnu Abi Dawud adalah Abdullah bin Sulaiman bin Al Asy’at As Sijistani putra dari Abu Dawud, kuniyahnya Abu Bakar sehingga lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar bin Abi Dawud. Al Khalili menyebutnya Al Hafizh Al Imam Baghdad seorang alim yang muttafaq ‘alaihi [Al Irshad Al Khalili 2/6]. Ia termasuk Syaikh [guru] Ath Thabrani, seorang yang hafiz tsiqat dan mutqin [Irsyad Al Qadhi no 576]
2. Sulaiman bin Dawud Al Mahriy adalah perawi Abu Dawud dan Nasa’i. Nasa’i menyatakan ia tsiqat dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 4 no 317]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 1/384]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat faqih [Al Kasyf no 2083]
3. ‘Abdullah bin Wahb bin Muslim Al Qurasiy adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ahmad menyatakan shahih hadisnya. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Abu Zur’ah, Ibnu Sa’ad dan Al Ijli juga menyatakan tsiqat. Nasa’i menyatakan tsiqat. As Saji berkata “shaduq tsiqat”. Al Khalili berkata “tsiqat muttafaq ‘alaihi” [At Tahdzib juz 6 no 141]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat faqih hafizh dan ahli ibadah [At Taqrib 1/545]
4. Abu Shakhr adalah Humaid bin Ziyad perawi Bukhari dalam Adabul Mufrad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i. Yahya bin Sa’id Al Qaththan telah meriwayatkan darinya itu berarti Humaid tsiqat dalam pandangannya. Ahmad bin Hanbal berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Daruquthni menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 3 no 69]. Al Ijli menyatakan Humaid bin Ziyad tsiqat [Ma’rifat Ats Tsiqat no 362]. Terdapat perselisihan mengenai pendapat Ibnu Ma’in terhadapnya. Dalam riwayat Ad Darimi dari Ibnu Ma’in menyatakan “tsiqat tidak ada masalah” [Al Jarh Wat Ta’dil juz 3 no 975]. Dalam riwayat Ibnu Junaid dari Ibnu Ma’in menyatakan “tidak ada masalah padanya” [Sualat Ibnu Junaid no 835]. Dalam riwayat Ishaq bin Manshur dari Ibnu Ma’in menyatakan “dhaif” [Al Jarh Wat Ta’dil juz 3 no 975]. Dalam riwayat Ibnu Abi Maryam dari Ibnu Ma’in menyatakan “dhaif” [Al Kamil Ibnu Adiy 2/236]. An Nasa’i memasukkannya dalam Adh Dhu’afa dan berkata “tidak kuat” [Adh Dhu’afa An Nasa’i no 143]. Yang rajih disini Humaid bin Ziyad adalah seorang yang tsiqat, Ibnu Ma’in telah mengalami tanaqudh dimana ia melemahkannya tetapi juga menguatkannya sedangkan pernyataan Nasa’i “tidak kuat” berarti ia seorang yang hadisnya hasan dalam pandangan An Nasa’i [tidak mencapai derajat shahih].
5. Abu Muawiyah Al Bajaliy adalah ‘Ammar bin Muawiyah Ad Duhniy perawi Muslim dan Ashabus Sunan. Telah meriwayatkan darinya Syu’bah yang berarti ia tsiqat dalam pandangan Syu’bah. Ahmad, Ibnu Ma’in, Abu Hatim dan Nasa’i menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 7 no 662]. Ibnu Hajar menyatakan “shaduq” tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ‘Ammar Ad Duhniy seorang tsiqat [Tahrir At Taqrib no 4833]
6. Sa’id bin Jubair adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Abu Qasim Ath Thabari berkata tsiqat imam hujjah kaum muslimin. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan faqih ahli ibadah memiliki keutamaan dan wara’. [At Tahdzib juz 4 no 14]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit faqih” [At Taqrib 1/349]. Al Ijli berkata “tabiin kufah yang tsiqat” [Ma’rifat Ats Tsiqat no 578]
7. Abu Shahba’ Al Bakriy namanya adalah Shuhaib termasuk perawi Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i. Abu Zur’ah menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Nasa’i menyatakan “dhaif” [At Tahdzib juz 4 no 771]. Al Ijli berkata “Shuhaib mawla Ibnu Abbas tabiin Makkah yang tsiqat” [Ma’rifat Ats Tsiqat no 770]. Ibnu Khalfun menyebutkannya dalam Ats Tsiqat [Al Ikmal Mughlathai 2/198]. Yang rajih dia seorang yang tsiqat, sedangkan pernyataan Nasa’i tidak memiliki asal penukilan yang shahih, namanya tidak tercantum dalam kitab Adh Dhu’afa milik Nasa’i.
8. ‘Amrah Al Hamdaniyah adalah tabiin wanita kufah yang tsiqat. Dalam riwayat lain disebutkan kalau ia adalah ‘Amrah binti Af’a atau ‘Amrah binti Syafi’ [menurut Ibnu Hibban]. Al Ijli berkata “tabiin wanita kufah yang tsiqat” [Ma’rifat Ats Tsiqat no 2345]. Ibnu Hibban menyebutkan dalam Ats Tsiqat, ‘Amrah binti Asy Syaafi’ meriwayatkan dari Ummu Salamah dan telah meriwayatkan darinya ‘Ammar Ad Duhniy [Ats Tsiqat Ibnu Hibban juz 5 no 4880]


Bantahan oleh para Nasibi.

Kesimpulannya adalah hadis diatas adalah Sahih kerana diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah. Percubaan untuk melemahkan perawinya adalah cubaan sia-sia kerana ia telah terbukti dari perbahasan di atas. Bantahan yang layak ditanggapi hanyalah ‘Ammar Ad Duhniy tidak mendengar dari Sa’id bin Jubair jadi riwayat itu terputus.


Disebutkan dari Al Qawaririy dari Abu Bakar bin ‘Ayasy bahwa ‘Ammar Ad Duhniy tidak mendengar dari Sa’id bin Jubair [Ilal Ma’rifat Ar Rijal no 3033]. Pernyataan ini tidak benar karena Ammar Ad Duhny telah mendengar dari Sa’id bin Jubair. Buktinya adalah


Al Bukhari sendiri telah menyebutkan biografi ‘Ammar bin Mu’awiyah Ad Duhniy dan berkata “mendengar dari Abu Thufail dan Sa’id bin Jubair” [Tarikh Al Kabir juz 7 no 120] kemudian Imam Muslim berkata

أبو معاوية عمار بن أبي معاوية الدهني سمع أبا الطفيل وسعيد بن جبير روى عنه الثوري أبو مودود وأبو صخر

Abu Mu’awiyah ‘Ammar bin Abi Muawiyah Ad Duhniy telah mendengar dari Abu Thufail dan Sa’id bin Jubair, telah meriwayatkan darinya Ats Tsawriy, Abu Mawdudi dan Abu Shakhr [Al Asma’ Wal Kuna Muslim 1/758 no 3803].


Selain itu ‘Ammar Ad Duhniy sendiri menyatakan yang dia pernah bertemu Sa’id bin Jubair dan bertanya kepadanya, sebagaimana yang disebutkan oleh Abdurrazaq

أخبرنا عبد الرزاق قال أخبرنا بن عيينة عن عمار الدهني قال سألت سعيد بن جبير

Telah mengabarkan kepada kami ‘Abdurrazaq yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Uyainah dari ‘Ammar Ad Duhniy yang berkata aku bertanya kepada Sa’id bin Jubair [Mushannaf Abdurrazaq 8/26 no 14160].


Jadi pernyataan Abu Bakar bin ‘Ayasy yang menyatakan bahawa ‘Ammar tidak mendengar dari Sa’id bin Jubair itu tidak shahih. Abu Bakar bin ‘Ayasy sendiri memang seorang yang tsiqat atau shaduq tetapi disebutkan yang ia banyak melakukan kesalahannya karena hafalan yang buruk atau mengalami ikhtilaf di akhir umurnya. Ahmad terkadang berkata “tsiqat tetapi melakukan kesalahan” dan terkadang berkata “sangat banyak melakukan kesalahan”. Muhammad bin Abdullah bin Numair mendhaifkannya, Al Ijli menyatakan ia tsiqat tetapi sering salah. Ibnu Sa’ad juga menyatakan ia tsiqat shaduq tetapi banyak melakukan kesalahan, Al Hakim berkata “bukan seorang yang hafizh di sisi para ulama” Al Bazzar juga mengatakan kalau ia bukan seorang yang hafizh. Yaqub bin Syaibah berkata “hadis-hadisnya idhthirab”. As Saji berkata “shaduq tetapi terkadang salah”. [At Tahdzib juz 12 no 151]. Ibnu Hajar berkata “tsiqah, ahli ibadah, berubah hafalannya di usia tua, dan riwayat dari kitabnya shahih” [At Taqrib 2/366].


Boleh jadi riwayat Abu Bakar bin ‘Ayasy ini sebahagian dari keburukan hafalannya atau dari ikhtilathnya di mana tidak diketahui apakah Al Qawaririy meriwayatkan sebelum atau sesudah ia mengalami ikhtilath. Jadi riwayat Abu Bakar bin ‘Ayasy tidak dapat dijadikan hujjah apabila bertentangan dengan pendapat ulama lain dan riwayat shahih lain yakni bahawa ‘Ammar bertemu dengan Sa’id bin Jubair.


Kesimpulan dari hadis di atas.
Al Ahzab 33 ayat tathiir turun di rumah Ummu Salamah di mana saat itu berkumpul Rasulullah(sawa), Sayyidah Fathimah, Imam Hasan dan Imam Husein.
Ayat tathiir turun untuk Ahlul kisa’ dan hal ini menjadi keutamaan bagi mereka, sehingga ketika ‘Amrah bertanya kepada Ummu Salamah tentang Ali maka Ummu Salamah menyebutkan keutamaan ini.
Ummu Salamah bukan sebahagian dari Ahlul Kisa, ini dapat dilihat dari harapan beliau yang menginginkan Rasul(sawa) mengiyakan soalan beliau, dan menganggapnya lebih baik dari dunia dan sekalian isinya.
Rasulullah(sawa) dengan akhlak yang penu mulia, menolak dengan halus pertanyaan Ummu Salamah, dan menggolongkan beliau sebagai termasuk dalam golongan para isterinya yang solehah.(secara peribadi, saya mengambil maksud tersirat kata-kata ini akan wujudnya isteri baginda yang tidak solehah).

Catatan:
Berikut ini adalah tambahan riwayat yang semakna dengan hadis di atas. Riwayat ini menjadi penguat bagi riwayat di atas bahwa Ummu Salamah bukanlah ahlul bait bersama ahlul kisa’

حدثنا محمد بن إسماعيل بن أبي سمينة حدثنا عبد الله بن داود عن فضيل عن عطية عن أبي سعيد عن أم سلمة أن النبي – صلى الله عليه و سلم – غطى على علي و فاطمة و حسن و حسين كساء ثم قال هؤلاء أهل بيتي إليك لا إلى النار قالت أم سلمة : فقلت : يا رسول الله وأنا منهم ؟ قال : لا وأنت على خير

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isma’il bin Abi Samiinah yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Dawud dari Fudhail dari ‘Athiyah dari Abu Sa’id dari Ummu Salamah bahwa Nabi(sawa) menutupi Ali, Fathimah, Hasan dan Husain dengan kain kemudian berkata “Mereka adalah ahlul baitku, kepadamu [ya Allah] jangan masukkan ke dalam neraka”. Ummu Salamah berkata “Wahai Rasulullah, apakah aku bersama mereka?. Baginda(sawa) menjawab “Tidak dan engkau di atas kebaikan”[Musnad Abu Ya’la 12/313 no 6888]


Riwayat di atas diriwayatkan para perawi tsiqat dan shaduq kecuali Athiyah. Athiyah bin Sa’ad bin Junadah Al ‘Aufiy adalah perawi yang shaduq tetapi ia dituduh melakukan tadlis syuyukh dari Al Kalbi. Tuduhan tadlis syuyukh ini adalah dusta karena itu berasal dari Al Kalbi sendiri seorang yang pendusta tetapi aneh sekali tuduhan ini malah diikuti oleh para ulama seperti Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Hibban.

1. Muhammad bin Isma’il bin Abi Saminah adalah perawi Bukhari dan Abu Dawud. Abu Hatim menyatakan ia tsiqat. Shalih bin Muhammad berkata “tsiqat dan ia lebih terpercaya dari Muhammad bin Yahya bin Abi Samiinah”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 9 no 59].
2. ‘Abdullah bin Dawud bin ‘Aamir Al Hamdhaniy adalah perawi Bukhari dan Ashabus Sunan. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat shaduq ma’mun”. Abu Zur’ah dan Nasa’i berkata “tsiqat”. Abu Hatim menyatakan ia shaduq. Daruquthni dan Ibnu Qani’ menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 5 no 346]
3. Fudhail bin Marzuq termasuk perawi Bukhari [dalam Juz Raf’ul Yadain], Muslim dan Ashabus Sunan. Ats Tsawriy menyatakan ia tsiqat. Ibnu Uyainah menyatakan ia tsiqat. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Abu Hatim menyatakan ia shalih shaduq banyak melakukan kesalahan dan tidak bisa dijadikan hujjah. Nasa’i berkata “dhaif”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli menyatakan ia shaduq tasyayyu’ [At Tahdzib juz 8 no 546]. Pendapat yang rajih Fudhail seorang yang hadisnya hasan pembicaraan terhadapnya tidak menurunkan derajatnya dari derajat hasan. Ibnu Ady berkata “Fudhail hadisnya hasan kukira tidak ada masalah padanya” [Al Kamil Ibnu Adiy 6/19].
4. Athiyyah bin Sa’ad bin Junadah Al ‘Aufiy adalah tabiin yang hadisnya hasan. Ibnu Sa’ad berkata ”seorang yang tsiqat, insya Allah memiliki hadis-hadis yang baik dan sebagian orang tidak menjadikannya sebagai hujjah” [Thabaqat Ibnu Sa’ad 6/304]. Al Ijli berkata ”tsiqat dan tidak kuat” [Ma’rifat Ats Tsiqat no 1255]. Ibnu Syahin memasukkannya sebagai perawi tsiqat dan mengutip Yahya bin Ma’in yang berkata ”tidak ada masalah padanya” [Tarikh Asma Ats Tsiqat no 1023]. At Tirmidzi telah menghasankan banyak hadis Athiyyah Al Aufiy dalam kitab Sunan-nya. Sebahagian ulama mendhaifkannya seperti Sufyan, Ahmad dan Ibnu Hibban serta yang lainnya dengan alasan tadlis syuyukh. Satu-satunya kelemahan pada Athiyah bukan terletak pada ‘adalah-nya tetapi pada dhabit-nya. Abu Zur’ah berkata “layyin”. Abu Hatim berkata “dhaif ditulis hadisnya dan Abu Nadhrah lebih aku sukai daripadanya” [At Tahdzib juz 7 no 414]


Di sisi kami, Athiyah bin Sa’ad Al Aufiy adalah seorang yang hadisnya hasan. Kelemahan terhadap dhabit-nya tidak menurunkan hadisnya dari derajat hasan. Dan walaupun salafy bersikap keras untuk mendhaifkannya maka dengan penta’dilan terhadapnya dan kelemahan pada dhabit-nya maka Athiyah adalah perawi yang hadisnya dapat dijadikan i’tibar dan syawahid. Hadis ini menjadi penguat bagi hadis riwayat ‘Amrah Al Hamdaniyah karena keduanya berada dalam satu makna yaitu Ummu Salamah mengakui bahwa dirinya tidak bersama mereka [ahlul kisa’] sebagai ahlul bait.

(Scondprince/Syiah-Ali/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: