Pesan Rahbar

Home » » Tuan Bush bertemu adik Osama bin Laden, lalu: lahirlah terorisme

Tuan Bush bertemu adik Osama bin Laden, lalu: lahirlah terorisme

Written By Unknown on Thursday, 2 April 2015 | 04:43:00


George W. Bush: “Ayahku bertemu Adik Osama pada 11 September 2001. Apakah itu yang membuatnya menjadi tersangka teror?

Oleh: Prof. Michel Chossudovsky

Di bawah undang-undang anti-teroris yang diadaptasi oleh negara-negara barat, seseorang dapat ditangkap karena mengunjungi situsweb seorang anti-Amerika atau Islamis di internet. Di Amerika Serikat, habeas corpus (UU Darurat/Keamanan) telah dihapuskan, polisi bisa menangkap warga negara hanya karena kecurigaan terhadap aktivitas teror tanpa surat perintah. Lebih dari itu, di bawah pemerintahan Obama, praktek “pembunuhan di luar hukum” berlaku pada warga negara Amerika Serikat yang dicurigai.

Di Kanada, di bawah klausul dari usulan RUU ‘Anti-terorisme’ C-51 Kanada, warga negara Kanada dapat ditangkap atas kecurigaan:

"Enam muslim dewasa muda berdiri di depan masjid pada larut malam dengan diskusi panas dalam beberapa bahasa asing. Mereka mungkin saja membicarakan game video, atau olahraga, atau perempuan, atau menganjurkan penggulingan pemerintah Harper. Siapa yang tahu? Namun standar baru penangkapan dan penahanan menjadi alasan untuk mencurigai bahwa mereka mungkin melakukan sebuah aksi – itu sangatlah rendah, hingga seorang petugas bisa saja cenderung untuk menangkap dan menahannya untuk penyelidikan lebih lanjut. Mereka bertindak demikian karena curiga bahwa sebuah penangkapan mungkin untuk mencegah kegiatan terorisme. Sebelumnya, orang-orang Muslim dapat dengan bebas melaksanakan hak konstitusional untuk kebebasan berekspresi dan berkumpul. Sekarang mereka harus ditangkap." (Pusat Kebijakan Alternatif Kanada, 15 Februari 2015).


Standar Ganda anti-terorisme

Secara ironis, undang-undang anti-terorisme tidak berlaku bagi politisi level atas (jabatan tinggi), yaitu dengan ‘sponsor terorisme negara’: juga tidak berlaku bagi diplomat Amerika Serikat dan Kanada, petugas intelejen, yang secara rutin berhubungan dengan organisasi teroris di Timur Tengah.

Individu dapat ditangkap namun presiden dan perdana mentri diperbolehkan untuk berbaur dan bersosialisasi dengan anggota keluarga teroris yang paling terkenal di dunia dan diduga sebagai arsitek serangan 11/9: Osama bin Laden.

Jangan-jangan kita lupa, suatu hari sebelum serangan 11/9, ayah dari Presiden Amerika yang sedang menjabat, George Herbert Walker Bush bertemu Shafig bin Laden, saudara dari otak teror Osama bin Laden. Itu merupakan pertemuan bisnis rutin pada 10-11 September, tidak adak konflik kepentingan, tidak ada hubungan dengan serangan 11/9 yang diduga dilakukan atas kehendak kakak Shafiq Osama.

"Itu tidak membantu ketika World Trade Center terbakar pada 11 September 2001, beritanya tersela dengan sebuah konferensi bisnis Carlyle di Hotel Ritz-Carlton dihadiri oleh adik Osama bin Laden (Shafiq bin Laden). Mantan Presiden Bush Sr, sesama investor, berada bersamanya di konferensi pada hari sebelumnya." (Greg Schneider, Memasangkan Kekuatan dengan Kekayaan, Washington Post, 16 Maret 2003).

Pertemuan bisnis yang dilaksanakan tepat pada 10-11 September di Ritz-Carlton dengan adik Osama terganggu dengan serangan 11/9: murni kebetulan, sama sekali tidak terkait dengan serangan 11/9.

Sehari setelahnya, pada malam 11 September 2001, Presiden George W. Bush menyampaikan pidato bersejarah yang menjelaskan hubungan antara ‘teroris’ dan ‘Negara sponsor terorisme’:

Pencarian sedang berlangsung bagi mereka yang berada di belakang aksi jahat ini. Saya telah memerintahkan mengerahkan suber daya intelejen dan penegak hukum untuk menemukan mereka yang bertanggungjawab dan membawa mereka ke pengadilan. Kami tidak akan membuat pengecualian antara teroris yang melakukan tindakan ini dan orang-orang yang menampung mereka.

Pada pertemuan di Ritz-Carlton hadir pula mantan sekertaris pertahanan Frank Carlucci, mantan Sekretaris Negara James Baker III, dan beberapa anggota keluarga bin Laden lain.

Bin Laden – Bush pertemuan grup Carlyle telah dikonfirmasi oleh The Economist pada Juni 2003 dalam artikel berjudul C – for Capitalism:

Pada hari antek Osama bin Laden menyerang Amerika, Shafiq bin Laden, digambarkan sebagai saudara teroris yang terasingkan, sedang dalam konferensi investasi di Washington, DC, bersama dengan dua orang yang dekat dengan Presiden Bush: Ayahnya, Presiden Bush pertama dan James Baker, mantan sekretaris negara yang mendalangi kampanye legal yang menjamin langkah Dubya ke Gedung Putih. Konferensi diselanggarakan oleh Grup Carlyle, sebuah perusahaan ekuitas yang mengelola miliaran dollar, termasuk pada saat itu, beberapa kekayaan keluarga bin Laden. Grup Carlyle juga memperkerjakan Bush Sr dan Baker.

Segera setelah serangan, ketika tidak ada yang diperbolehkan masuk atau keluar dari Amerika Serikat, beberapa anggota keluarga bin Laden di Amerika diam-diam pulang ke Saudi Arabia. Naiknya biaya pertahanan yang diikuti dengan naiknya nilai investasi Grup Carlyle pada pertahanan perusahaan. (emphasis added).

Grup Carlyle terlibat dengan pembentukan pertahanan dan intelejen. “hal ini secara luas dianggap sebagai sebuah perpanjangan dari pemerintah Amerika Serikat, atau setidaknya Badan Keamanan Nasional, CIA, dan Pentagon.” .

Standar ganda di undang-undang anti-terorisme? Standar ganda di kepolisian dan penegakan hukum? Tidak ada yang terjawab. Tidak ada interogasi polisi atau interogasi adik Osama, Shafiq.

Secara normal, di bawah aturan yang telah ditetapkan dalam investigasi kepolisian, baik Shafig bin Laden maupun ayah presiden George Herbert Walker Bush seharusnya diserahkan ke tahanan untuk diinterogasi polisi, dan kemungkinan besar, Shafig bin Laden akan ditangkap sebagai tersangka potensial. Namun hal tersebut tidak terjadi.

Kehadiran anggota keluarga bin Laden bertemu dengan ayah presiden Amerika Serikat tersebut ditutup-tutupi dan 13 anggota bin Laden termasuk Shafig diterbangkan dari Amerika Serikat pada 19 September 2001 di sebuah pesawat yang disewa oleh Gedung Putih. Sementara itu, tersangka Muslim ditangkap hanya karena kecurigaan belaka, - misalnya bahwa mereka memiliki seorang teman sekolah, yang neneknya diduga merupakan simpatisan ‘jihad’.

Keberangkatan tepat waktu Shafig: pada hari setelah kepergian bin Laden, Presiden Bush memberikan pidato di sidang gabungan parlemen (the House) dan Senat (20 September 2001), di mana dengan tegas menyatakan niat memerintahkan untuk “mengejar negara-negara yang memberikan bantuan atau menyembunyikan terorisme”, dengan tanpa pengecualian. (misalnya Arab Saudi dan Pakistan).

“Kami akan membuat teroris kekurangan dana, membuat mereka melawan satu sama lain, dan mengusir mereka dari tempat ke tempat, hingga tidak ada lagi perlindungan atau tidak ada istirahat. Dan kami akan mengejar negara-negara yang memberi bantuan dan menyembunyikan terorisme. Semua bangsa, di setiap daerah, sekarang harus membuat keputusan.”.

Entah kalian akan bersama kami, atau kalian akan bersama teroris. (tepuk tangan)

Di mulai dari hari ini, bangsa yang terus mendukung terorisme akan dianggap oleh Amerika Serikat sebagai rezim bermusuhan (negara sponsor terorisme). Presoden George W. Bush, 20 September 2001. (penekanan ditambahkan).


Osama di balik serangan 11/9?


Menurut direktur CIA George Tenet dalam pernyataannya suatu pagi pada 11 September 2001, Al Qaeda di bawah kendali Osama bin Laden ada ‘di balik aksi kejam tersebut’.

Dugaan tanggungjawab Osama bin Laden dalam melaksanakan serangan 11/9 kemudian dikonfirmasi oleh perdana menteri Inggris Tony Blair pada pernyataanya pada parlemen 4 Oktober 2001. Bagaimanapun, ini tidak mencegah Tony Blair dari sosialisasi dengan Pangeran Arab Bandar bin Sultan, yang sebelum 11/9 diduga menyediakan bantuan keuangan hingga jutaan dollar untuk jaringan teror Al Qaeda.

Dalam kesaksian (terdakwa pembajakan) Moussawi mengatakan bahwa dia telah membuat sebuah database donor Al Qaeda, termasuk anggota keluarga kerajaan seperti mantan kepala intelejen Pangeran Turki al-Faisal dan Pangeran Bandar bin Sultan yang merupakan duta besar Saudi Arabia untuk Amerika Serikat untuk 22 tahun hingga 2005. Mint Press, 14 Februari 2015.

Dikenal dan didokumentasikan, Arab Saudi, Qatar, Turki, dan Pakistan telah menyembunyikan afiliasi teroris Al Qaeda selama lebih dari dua puluh tahun.

Sesuai dengan amanat George W. Bush pada September 2001 untuk parlemen dan senat, sekutu setia Amerika – yang secara rutin menyediakan dukungan pada teroris- seharusnya dikategorikan sebagai “rezim musuh”. Namun pada prakteknya, “bangsa yang menyediakan tempat yang aman bagi teroris” ini bertindak atas nama Amerika Serikat. Mereka berada di penghubung permanen dan dekat dengan Whasington dan kantor pusat NATO di Brussels.

“Anda bersama dengan kami atau teroris,” kata George W.bush setelah 11/9. Faktanya, pemerintah AS diantara “dengan kami” dan “dengan teroris”. Amerika Serikat adalah yang paling-“negara sponsor terorisme” yang telah mempercayai sekutunya (Arab Saudi) dengan tugas merekrut dan melatih para teroris.


Kilasan: NATO dan Negara Islam (ISIS)

Negara penyumbang penguasa terorisme, bersama dengan NATO memainkan peran utama dalam proses pendanaan, pelatihan, dan perekrutan teroris. Berdasar sumber dari intelejen Israel, NATO dan Komando Tinggi Turki telah terlibat dalam perekrutan ISIS dan tentara bayaran Al Nusrah dari awal pemberontakan Suriah pada Maret 2011.

“Kampanye untuk meminta ribuan relawan Muslim di negara-negara Timur Tengah dan dunia Islam untuk berjuang bersama pemberontak Suriah. Militer Turki akan menjadi tuan rumah relawan tersebut, melatih mereka, dan mengamankan perjalanan mereka ke Suriah. (DEBKAfile, NATO untuk memberikan pemberontak senjata anti-tank,14 Agustus 2011).

Demikian pula Pasukan khusus Barat dan Intelejen Barat telah terintegrasi dengan jajaran ISIS. Pasukan Khusus Inggris dan MI6 telah terlibat dalam pelatihan para pemberontak jihad Suriah. Pada gilirannya, pejabat kedutaan Amerika Serikat dan Kanada berada dalam hubungan dengan entitas teroris.


Penutup:

Apa yang harus menjadi jelas bagi opini publik Barat adalah bahwa “perang melawan terorisme” adalah kebohongan. Para arsitek terorisme adalah Pemerintah Barat dan intelejen mereka. Undang-undang anti-terorisme memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menyampaikan ilusi bahwa masyarakat Barat terancam oleh teroris Muslim dan bahwa pemerintah barat berkomitmen untuk keamanan warganya. Hal ini sendiri merupakan dasar dari kampanye demonisasi yang ditujukan terhadap kaum Muslim.
2. Menyajikan “perang Global terhadap terorisme” melawan musuh luar sebagai usaha yang sah, sehingga memberikan pembenaran untuk agresi perang Amerika Serikat-NATO.
3. Melindungi arsitek politik dan arsitek intelejen terorisme. Hal tersebut menjunjung legitimasi “negara sponsor terorisme” (pejabat negara yang memegang jabatan tinggi) dan dinas intelejennya terlibat dalam pembiayaan rahasia, perekrutan,dan pelatihan teroris atas nama aliansi militer Barat.
4. “Perang Global melawan Terorisme” adalah usaha kriminal. Mereka yang menjunjung tinggi kebenaran akan menjadi target. Undang-undang anti-terorisme akan digunakan untuk melawan mereka yang menanyakan keabsahan konsesus “Perang Global Melawan Terorisme”. Kampanye yang sudah dimulai melalui penargetan yang disebut “teori konspirasi”.

(Koran-Opini/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: