“Sekian
dekade Arab tak pernah bergerak demi Palestina dan Lebanon sebagaimana
mereka bergerak menyerang Yaman… ‘Badai Mematikan’ menerjang Yaman,
sementara ketika Palestina terdera pendudukan dan penindasan selama
sekian dekade, ‘badai atau bahkan semilir kematian’ tak pernah menerjang
barang satu kali,”
Menurut Kantor Berita ABNA, Sekretaris Jenderal Hizbullah,
Hassan Nasrallah, mengutuk “agresi Arab Saudi – Amerika Serikat”
terhadap Yaman serta menegaskan rakyat Yaman berhak membela diri dan
akan menang.
Pemimpin pejuang Lebanon anti Zionis Israel ini menilai
serangan Saudi dan sekutunya ke Yaman jelas-jelas agresi, dan itu
dilakukan di saat mereka bungkam dan tak berkutik menyaksikan kekejaman
Israel terhadap bangsa Palestina.
“Sekian dekade Arab tak pernah bergerak demi Palestina dan
Lebanon sebagaimana mereka bergerak menyerang Yaman… ‘Badai Mematikan’
menerjang Yaman, sementara ketika Palestina terdera pendudukan dan
penindasan selama sekian dekade, ‘badai atau bahkan semilir kematian’
tak pernah menerjang barang satu kali,” tegas Nasrallah, sebagaimana
dilansir al-Mayadeen, Jumat malam (27/3).
“Badai Mematikan” adalah sandi operasi serangan militer
koalisi Arab pimpinan Saudi anti Yaman yang dimulai sejak dini hari
Kamis (26/3/2015) dan sejauh ini telah menjatuhkan sekitar 100 orang,
termasuk perempuan dan anak kecil.
Nasrallah menambahkan, “Agresi terhadap Yaman menjadi bukti
baru bahwa Israel bukanlah musuh bagi sebagian negara Arab….Padahal
seandainya Badai Mematikan mereka lancarkan terhadap Israel niscara kami
akan menjadi pasukan dalam badai itu.”
Lebih jauh dia menegaskan, “Rakyat Yaman yang teraniaya dan
tertindas berhak membela diri dan melawan sebagaimana yang mereka
lakukan sekarang, dan akan merebut kemenangan.”
Dia menilai alasan Saudi menyerang Yaman mengada-ada,
“sebab negara-negara Arab tidak melakukan tindakan demikian untuk
keadaan-keadaan serupa di Tunisia dan lain-lain” dan “tidak ada bukti
bahwa situasi baru di Yaman mengancam keamanan Saudi dan Teluk.”
Menurut Nasrallah, sebab sebenarnya perang Saudi dan
sekutunya terhadap Yaman adalah kegagalan dan keputus asaan Riyadh
terhadap kelompok-kelompok takfiri yang didukungnya, dan ini mereka
lakukan ketika “pemulihan Yaman dapat dilakukan melalui kanal dialog dan
kesepakatan, bukan dengan Badai Mematikan.”
Nasrallah mengaku heran terhadap rezim Riyadh yang
tiba-tiba berubah sikap dan kalap, sebab pimpinan gerakan Ansarullah
(al-Houthi) telah mengirim perwakilannya di Saudi pasca kematian Raja
Abdullah bin Abdulaziz. Selain itu, Ansarullah juga selalu menjalin
komunikasi dengan Saudi maupun negara-negara Arab Teluk Persia lainnya.
(LiputanIslam/ABNA/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email