Diriwayatkan oleh Rasulullah saw, “Di hari kiamat, seorang hamba dihadapkan kepada Allah swt. Kemudian Allah swt memerintahkan para malaikat pengawal untuk menyeretnya ke neraka. Hamba itu berkata, ‘Oh Tuhanku, aku di dunia adalah seorang Muslim dan aku membaca Qur’an…’.”
Syukur adalah salah satu amal ibadah yang sangat ditekankan dalam Al-Qur’an dan riwayat-riwayat Ma’shumin as. Dari segi bahasa, syukur artinya membayangkan nikmat-nikmat yang pernah di berikan lalu menyatakannya melalui ucapan dan perbuatan.
Bersyukur yang sempurna ada di hati, melalui ucapan dan juga amal perbuatan. Begitulah yang dianjurkan dalam riwayat-riwayat Islam.
Diriwayatkan dari Imam Shadiq as, “Jika seseorang mengakui nikmat Tuhan di hatinya, itu sudah termasuk bersyukur.”
Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa Allah swt mengaruniai manusia panca indera seperti pengelihatan dan pendengaran begitu juga hati agar manusia bersyukur. Artinya jika manusia tidak menjadi hamba yang bersyukur, maka tidak ada artinya dia memiliki panca indra dan hati. Orang yang memiliki hati bersih pasti mensyukuri Tuhannya.
Imam Shadiq as berkata, “Dalam Taurat ditulis bahwa jika seseorang melakukan kebaikan kepadamu, maka berterima kasihlah kepadanya. Jika seseorang berterima kasih padamu, lebihkan kebaikanmu padanya. Dengan syukur dan terima kasih nikmat akan bertambah, sebagaimana dengan mengingkarinya nikmat akan sirna.”
Saat Imam Baqir as ditanya, “Mengapa engkau beribadah sampai sedemikian rupa? Bukankah Allah sudah berjanji akan meliputimu dengan rahmat-Nya sampai kapanpun?” Imam menjawab, “Apakah aku tidak harus mensyukuri Tuhanku?”
Dengan demikian tidak ada satu pun hamba yang bisa berkata bahwa dirinya tidak merasa perlu untuk bersyukur. Begitu juga taufik untuk bersyukur harus disyukuri.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email