Dipecat, Pangeran Saudi Menangis

Muqrin bin Abdul-Aziz Al Saʻud terisak menangis ketika mengingat pemecatan posisi putra mahkota yang diberlakukan atas dirinya.
 
Salah seorang aktifis Saudi yang sering membongkar fenomena-fenomena yang terjadi dalam tubuh kerajaan Al Saʻud menulis di halaman Twitternya, ketika salah satu anak Muqrin menanyakan apakah mengundurkan diri ataukah terpaksa mundur, Muqrin terisak menangis dan menjawab terpaksa mundur.

Muqrin kini sudah berusia 70 tahun dan anak ke-35 Abdul-Aziz Al Saʻud. Ia merupakan anak terakhir. Sebelum Bandar bin Sultan, ia pernah memegang jabatan sebagai kepala inteligen luar negeri Arab Saudi.

Setelah Raja Abdullah mati, Muqrin ditunjuk oleh Raja Salman sebagai putra mahkota. Tetapi, beberapa bulan setelah itu, ia dipecat dan posisi putra mahkota diserahkan kepada keponakannya, Muhammad bin Nayef Al Saʻud.

Dalam surat keputusan Raja Salman disebutkan, pemecatan itu terjadi lantaran permohonan Muqrin sendiri.

Sumber-sumber media kala itu memuat banyak laporan dan analisa tentang pertikaian ketat dalam tubuh keluarga kerajaan Al Saʻud. Berita pemboikotan terhadap Muqrin juga tersebar deras.

Berbeda dengan pernyataan yang tertulis dalam keputusan Raja Salman, sebenarnya Muqrin melakukan penentangan dan protes terhadap seluruh perombakan yang dilakukan oleh pemerintah baru Salman. Untuk itu, ia diboikot di dalam salah satu istana dan tidak memiliki akses ke internet, telpon, dan dunia luar. Penyelenggaraan pertemuan di istana pribadinya juga dilarang.

Sebelum ini, tersebar berita dari media-media tidak resmi setempat bahwa Raja Salman akan diteror. Secara otomatis, Muqrin menjadi tertuduh pertama. Salman pun mengeluarkan surat perintah supaya semua orang yang berperan, termasuk Muqrin, dieksekusi. Tetapi, lantaran beberapa alasan, Muqrin hanya dipenjara rumah.

(Shabestan/ABNS)