Syiah berbondong2 beralih ke Sunni, apa masalah? tidak sama sekali… kan sama2 muslim, sebagaimana Sunni ke Syiah, kata Syaikh DR. Ahmad al Tayyib, ulama besar Al Azhar Mesir, sah2 saja… sebagaimana sahnya kedua pengikut mazhab itu saling mengimami dalam shalat, disuatu waktu Syiah menjadi imamnya, dan dikali waktu menjadi makmun dibelakang imam shalat yang sunni…
Ya, sekedar beralih keyakinan mengenai metode yang paling tepat memahami dan mengamalkan ajaran2 Islam… kalau ada yang menggunakan alasan, adanya orang Syiah beralih ke Sunni, atau sebaliknya Sunni beralih ke Syiah, sebagai bukti kebenaran suatu mazhab tertentu… ya silahkan terima, jika Kristiani mengklaim agamanya lebih benar dari Islam, karena tidak sedikitnya muslim yang beralih menjadi pengikut agama Kristen…
Media2 anti Syiah, dengan bangga merilis berita yang selalu diposting berulang2 beralihnya Syaikh Al’Allaamah Abu ‘Ali Husain Al-Muayyid ke mazhab Ahlus Sunnah setelah sebelumnya adalah seorang ulama Syiah di Irak. Terus untuk mendramatisir cerita, katanya dikejar2 dan diancam bunuh oleh otoritas Irak dan Iran, dan karena itu sekarang menetap di Jeddah, karena mendapat suaka dan jaminan keamanan oleh otoritas Arab Saudi… padahal di Irak, apalagi Iran, tidak ada pihak yang secara resmi menanggapinya itu sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan bagi mazhab Syiah, apalagi sampai difatwakan dengan beralih mazhab berarti beliau murtad dari Islam dan wajib dihukum mati…
Fakta yang perlu kalian ketahui:
Ulama Syiah yang beralih ke Sunni, di Sunni secara otomatis tetap dianggap sebagai ulama… dengan beralih mazhab, ulama Syiah tidak kehilangan gelar keulamaannya… buktinya, Syaikh al Muayyid ketika beralih ke Sunni, dengan penuh penghormatan, ia diangkat sebagai ulama besar Sunni yang bertugas di Rabithah Al-‘Aalam Al-islamiy di Jeddah, Arab Saudi… kesibukannya saat ini, duduk di majelis fatwa Arab Saudi, bersama dengan ulama2 Mufti lainnya… dan berceramah dimasjid-masjid besar Arab Saudi…
Hal ini menunjukkan, ketika seseorang menjadi ulama Syiah, maka iapun pakar dan mendalami keilmuan dalam mazhab Sunni.. kalau tidak, mengapa hanya karena beralih mazhab, ia langsung diangkat sebagai ulama besar resmi Arab Saudi, harusnya sebagaimana dakwaan kelompok2 anti Syiah, bahwa Syiah itu orang2 paling dungu, paling dangkal pengetahuannya mengenai agama, sesat pemikiran dan aqidahnya, kafir dan agamanya bukan Islam, maka ketika beralih ke Sunni, harusnya memulai dari awal belajar Islam… bukan malah mendapat kedudukan terhormat sebagai ulama besar Islam bahkan menjadi mufti…
Berbeda dengan seorang Kristiani, sebut saja yang sebelumnya adalah seorang pendeta, ketika beralih menjadi muslim, ia tidak otomatis langsung bisa masuk menjadi pengurus MUI dan diberi gelar keulamaan.. ia harus mempelajari Islam dulu dari awal… minimal kedudukannya hanya sebagai ustad, muballigh atau pendakwah, seperti misalnya Ust. Felix atau Ustadzah Hj. Irene Handono… itu karena antara Kristen dan Islam adalah dua agama yang berbeda.. pokok2 ajaran dan kitab2 yang sebelumnya mereka dalami dan pelajari mengenai Tuhan dan agama berbeda dengan yang dipelajari dalam umat Islam..
Dengan beralihnya Syaikh al Muayyid, yang sebelumnya ulama Syiah lantas menjadi ulama Sunni… sebagaimana Syaikh at Tijani, yang sebelumnya ulama Sunni menjadi ulama Syiah, hanya mengabarkan satu hal… Sunni dan Syiah adalah sama2 muslim.. sama2 mendalami al-Qur’an dan Sunnah Nabawiah… hanya berbeda metode dalam memahami keduanya, dan absah untuk tiba2 saling beralih metode… [ya, saya melihatnya hanya berganti model surban saja] tidak sama sekali membuktikan, bahwa syiah kafir dan bukan Islam…
Muallaf kok, langung jadi mufti dan ulama besar? ^_^
Itu..
(Ismail Amin, Sementara Menetap di Qum, Iran)
Post a Comment
mohon gunakan email