Pesan Rahbar

Home » » Pengertian dan Hadis Bahwa Ahlu Sunnah Itu Syi'ah

Pengertian dan Hadis Bahwa Ahlu Sunnah Itu Syi'ah

Written By Unknown on Saturday, 20 February 2016 | 14:25:00


Ahlu Sunnah (Rasûlillâh) dan Syî‘ ah (Rasûlillâh) adalah dua julukan untuk orang-orang muslim yang berpegang teguh kepada Al-Quran dan Al-Sunnah dan taat kepada Allah dan Rasûl-Nya, maka Ahlus sunnah dan Syi‘ ah itu sama, tidak ada bedanya seperti ummat Islam dan kaum muslim. Dan yang berbeda itu adalah Ahlu Sunnah ...dan Syî‘ ah… yang tidak mengikuti Rasûlullâh saw.
Dan yang tidak sama itu adalah orang-orang yang mengaku-ngaku Ahlus Sunnah dan orang-orang yang mengklaim dirinya Syî‘ ah , maka mereka sampai kapan pun tidak akan pernah sama, sebab yang bâthil itu sifatnya katsrah (banyak).


Makna Sunnah

Sunnah itu artinya:
(1) Tharîqah , yaitu jalan yang menyampaikan seseorang kepada suatu maksud.
(2) Sîrah , yang artinya perjalanan hidup.
(3) Hadîts , seperti dalam perkataan orang, “Kembalilah kepada Al-Quran dan Al-Sunnah.” Maksudnya ialah Al-Qurân dan Hadîts Nabi saw.
(4) Jalan (kehidupan) yang terpuji lagi lurus, dan dikatakan, “Si Fulan dari Ahlus Sunnah .” Maka maknanya bahwa dia dari kalangan ma-nusia yang menempuh jalan yang terpuji lagi lurus.[1]

Tentunya juga apa yang dimaksudkan dengan Sunnah adalah Sunnah Rasûlullâh saw atau apa yang telah di-sunnah -kan oleh beliau. Amîrul Mu`minîn as berkata, “Sunnah itu ialah apa-apa yang di-sunnah-kan oleh Rasûlullâh saw.” [2]

Ahlus sunnah maksudnya ialah ummat Islam yang berpegang kepada Kitâb Allâh dan Sunnah Rasûl -Nya, mereka tidak berpaling darinya, tidak menambah-nambahnya dan tidak menguranginya. Mereka ialah orang-orang yang berada pada jalan yang lurus dan terpuji, yaitu jalan yang telah ditempuh oleh para nabi, para shiddîq , syuhadâ dan shâlih în .[3]

Ahlus sunnah adalah kaum muslim yang tidak tersesat dari jalan yang lurus, karena mereka senantiasa mengikuti petunjuk-petunjuk Allâh ta‘âlâ dan Rasûl-Nya, mereka berpedoman kepada Al-Qurân dan Al-Sunnah yang diriwayatkan Ahlulbait Nabi saw. Mereka menjadikan Islam di atas segalanya, mereka tidak mendahului Allâh dan Rasûl-Nya dengan pendapat dan rasionya. Mereka itulah orang-orang yang syi‘arnya disebutkan dalam Al-Kitâb, “Sami‘nâ wa atha‘nâ (kami men-dengar dan kami taat).” [4]

Ahlus sunnah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir yang apabila Allâh dan Rasûl-Nya telah memutuskan suatu perkara, maka tidak ada pilihan lain bagi mereka selain menerimanya dengan rela.[5]

Dan mereka tidak merasa keberatan pada diri-diri mereka dengan hukum dan keputusan yang telah ditetapkan oleh Rasûlullâh saw serta berserah diri dengan sesungguhnya.[6]


Makna Jamâ‘ah

Jamâ‘ah (jamaah atau jemaah) bukanlah istilah untuk orang ‘Arab dan bukan pula bagi orang ‘Ajam (non ‘Arab). Dan jamaah yang dimaksudkan bukanlah nama sebuah organisasi massa seperti “…Jamaah” atau “Jamaah…” atau “…Jamaah…” atau “Jemaah…” atau “Jemaat…” dan sebagai-nya. Jamâ‘ah yang dimaksudkan tiada lain melainkan orang yang berpegang teguh kepada yang benar walaupun sendirian, karena jamâ‘ah itu kaitannya dengan kualitas bukan dengan kuantitas.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللهِ العَلَوِيِّ رَفَعَهُ قَالَ : قِيْلَ لِرَسُولِ اللهِ ص : مَا جَمَاعَةُ أُمَّتِكَ ؟ قَالَ : مَنْ كَانَ عَلَى الْحَقِّ وَ إِنْ كَانُوا عَشْرَةً. 

Dari ‘Abdullâh bin Yahyâ bin ‘Abdullâh Al-‘Alawi dia mengangkat sanadnya berkata: Rasûlullâh saw ditanya, “Apa jamâ‘ah ummatmu itu?” Beliau berkata, “Jamâ‘ah ummatku adalah ahli kebenaran sekalipun mereka sepuluh orang.” [7]

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ ع قَالَ : سُئِلَ رَسُولُ اللهِ ص عَنْ جَمَاعَةِ أُمَّتِهِ فَقَالَ : جَمَاعَةُ أُمَّتِي أَهْلُ الْحَقِّ وَ إِنْ قَلُّوا. 

Dari Abû ‘Abdillâh as berkata: Rasûlullâh saw telah ditanya tentang jamâ‘ah ummatnya, lalu beliau berkata, “Jamâ‘ah ummatku adalah ahli kebenaran sekalipun sedikit.” [8]

قَالَ أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ : وَ الْجَمَاعَةُ أَهْلُ الْحَقِّ وَ إِنْ كَانُوا قَلِيْلاً

Amîrul Mu`minîn as berkata, “…dan jamâ‘ah adalah kumpulan orang yang benar sekalipun sedikit jumlahnya.” [9]

Dan juga beliau as mengatakan bahwa jamâ ‘ah tidak diukur dengan kuantitas, melainkan dengan kualitas.


Ahlus Sunnah wal Jamâ‘ah

Ahlus Sunnah wal Jamâ‘ah ialah kaum muslim yang ahli dalam mengamalkan sunnah-sunnah Rasûlullâh saw dan ahli dalam hal berpegang kepada yang benar, mereka mencintai serta mengikuti Ahlulbait Nabi saw yang disucikan.

 قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّمَ : أَلاَ وَ مَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ عَلَى السُّنَّةِ وَ الْجَمَاعَةِ. 

Rasûlullâh saw. berkata, “ Ketahuilah, siapa yang mati di atas kecintaan kepada keluarga Muhammad, dia mati di atas al-sunnah wal jamâ‘ah .” [10]

Pokoknya ahlussunnah itu ahlinya dalam hal mengamalkan sunnah Nabi saw, maka mengaku-ngaku sebagai Ahlus Sunnah dengan tidak mengikuti petunjuk Nabi saw adalah dusta belaka.


Syî‘ah 

Syî‘ah artinya pengikut setia sebagaimana pada firman Allâh yang maha tinggi tentang Nabi Ibrâhîm as.

 وَ إِنَّ مِنْ شِيْعَتِهِ لإِبْرَاهِيْمَ, إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ. 

Dan sesungguhnya di antara syi‘ah-nya adalah Ibrâhîm, ketika dia datang kepada Tuhannya dengan hati yang selamat. [11]

وَ دَخَلَ الْمَدِيْنَةَ عَلَى حِيْنِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيْهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلاَنِ, هَذَا مِنْ شِيْعَتِهِ وَ هَذَا مِنْ عَدُوِّهِ, فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيْعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ, فَوَكَزَهُ مُوْسَى فَقَضَى عَلَيْهِ

Dia (Mûsâ as) masuk ke kota pada saat lengah dari penduduknya lalu dia dapati dua orang yang sedang berkelahi yang satu dari syî‘ ah-nya dan yang satunya lagi dari musuhnya. Kemudian orang yang dari syî‘ ah-nya itu meminta tolong untuk mengalahkan musuhnya, lantas dia meninjunya hingga orang itu mati. [12]

Pada ayat diatas ada dua kata syî‘ah yang dipertentangkan dengan kata lawannya, yaitu ‘aduww atau musuh. Selain dalam firman Allâh yang maha suci tersebut, ka-ta syî‘ah juga telah diucapkan oleh Rasûlullâh saw.

وَ أَخْرَجَ ابْنُ عَسَاكِرَ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَقْبَلَ عَلِيٌّ عَلَيْهِ السَّلاَمُ, فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : وَ الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ هَذَا وَ شِيْعَتَهُ لَهُمُ الْفَائِزُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَ نَزَلَتْ : إِِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ. فَكَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا أَقْبَلَ عَلِيٌّ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالُوا : جَاءَ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ. 

Dan Ibnu ‘Asâkir telah meriwayatkan h adîts dari Jâbir bin ‘Abdillah berkata: Adalah kami ketika bersama-sama Na-bi saw, tiba-tiba ‘Ali as datang, lantas Nabi saw berkata, “ Demi yang diriku dalam genggaman-Nya, sesungguhnya orang ini dan syî‘ah-nya (para pengikut setianya) benar-benar ber-untung pada hari kiamat. ’ Dan turunlah ayat, Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu sebaik-baik makhluk .” Maka para sahabat Nabi saw apabila ‘Ali datang mereka berkata, “ Telah datang sebaik-baik makhluk.” [13]


Syî‘ah ‘Ali 

Syî‘ah ‘Ali adalah para pengikut setia Imam ‘Ali dan mereka berdiri di pihak Imâm ‘Ali, mereka dinyatakan sebagai kaum yang beruntung pada hari kiamat nanti seperti kata Rasûlullâh saw di atas, Allâh rela kepada mereka dan mereka juga rela kepada-Nya dan mereka adalah kaum yang masuk surga ‘Aden.

Syî‘ah ‘Ali adalah mereka yang taat kepada ‘Ali, taat kepada ‘Ali berarti taat kepada Nabi, taat kepada Nabi berarti taat kepada Allâh ta‘âlâ.
Demikian juga halnya dengan kedurhakaan, maka orang yang durhaka kepada ‘Ali berarti durhaka kepada Nabi, dan durhaka kepada Nabi berarti durhaka kepada Allâh.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ, وَ مَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ, وَ مَنْ أَطَاعَ عَلِيًّا فَقَدْ أَطَاعَنِي وَ مَنْ عَصَى عَلِيًّا فَقَدْ عَصَانِي. 

Dari Abû Dzarr ra berkata: Rasûlullâh saw telah berkata, “Siapa yang taat kepadaku maka sesungguhnya dia taat kepada Allah, siapa yang durhaka kepadaku maka sesungguhnya dia durhaka kepada Allah, siapa yang taat kepada ‘Ali maka sesungguhnya dia taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada ‘Ali maka sesungguhnya dia telah durhaka kepadaku.” [14]

Syî‘ah adalah orang-orang yang saleh yang senantiasa taat kepada Allâh, taat kepada Rasûl-Nya dan Ulil Amri. Mereka adalah orang-orang yang berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah Nabi saw yang diriwayatkan Ahlulbaitnya, maka mengaku-ngaku syî‘ah tanpa mengikuti perintah Nabi adalah dusta. Maka pengikut setia ‘Ali as (syî‘ah ) itu ialah ummat Islam yang benar-benar mengikuti Rasûlullâh saw dan ‘Ali bin Abî Thâlib as.


Sunnah dan Syî‘ah tidak Ada Bedanya 

Sunnah dan Syî‘ah tidak ada bedanya jika yang dimaksud dengan Sunnah itu Ahlu Sunnah Nabi saw dan yang dimaksud dengan Syî‘ah itu adalah Syî‘ah Nabi saw atau Syî‘ah ‘Ali as. Ahlu Sunnah Nabi saw adalah orang-orang muslim atau muslimah yang benar-benar berpegang teguh kepada sunnah-sunnah Nabi saw sebagai padanan Al-Quran. Dan Syî‘ah Nabi adalah orang-orang yang benar-benar menjadi pengikut Nabi saw.

Berpegang kepada sunnah Nabi dan menjadi pengikutnya sama-sama diperintahkan oleh Rasûlullâh saw, maka Syî‘ah itu adalah Ahlus Sunnah , dan Ahlus Sunnah itu adalah Syî‘ah . Tetapi jika Sunnah dan Syî‘ah itu direduksi maknanya menjadi dua buah madzhab (pendapat), maka yang namanya madzhab (bukan wahyu), tentu keadaannya akan beragam dan berbeda-beda dan bahkan saling bertentangan satu sama lain.

Dan ketika Sunnah dan Syî‘ah dipandang sebagai madzhab , maka harus segera dikembalikan ke posisi netral (ke pengaturan awal), yaitu Al-Islâm supaya menjadi utuh kembali. Dan Islam itu dituangkan dalam Al-Quran dan Al-Sunnah yang sah dari Rasûlullâh saw, dan ini disepakati oleh seluruh ummat Islam.

Maka demi keutuhan persaudaraan, ukhuwwah dan persatuan, jika ada persoalan yang diperselisihkan sekecil apa pun harus segera dikembalikan kepada Allah dan Rasûl-Nya, jika kita beriman kepada Allah dan hari akhir. Allah ‘azza wa jalla berfirman.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَ أَطِيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنازَعْتُمْ فِي شَيْ‏ءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَ الرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَ الْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَ أَحْسَنُ تَأْوِيلاً. 

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Al-Rasûl dan Ulil Amri (Ahlulbait) darimu, jika kamu berselisih dalam suatu perkara, maka kembalikanlah kepada Allah dan Al-Rasûl bila kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itu baik dan lebih indah akibatnya . [15]


Khulâshah (Kesimpulan)

Siapakah Ahlus Sunnah wal Jamâ‘ah itu? Mereka itu adalah orang-orang yang konsisten dan istiqâmah dengan kebenaran, mereka tak berpaling dari Al-Quran dan Sunnah Nabi saw. Dan siapakah Syî‘ah itu? Jawabannya juga sama.

Jadi Ahlus Sunnah atau Syî‘ah sama saja , tidak ada bedanya sedikit pun juga jika disandarkan kepada Rasûlullâh saw dan Ahlulbaitnya as, mereka itu adalah orang-orang yang mulia yang senantiasa setia kepada Allah dan Rasûl-Nya, mereka berpegang kepada Kitab Suci Al-Quran dan sunnati Rasûlillâh yang diriwayatkan Ahlulbaitnya yang disucikan, mereka taat kepada Allah, Rasûl-Nya dan Ulil Amri (Ahlulbait Nabi) sebagaimana yang diperintahkan Allah ta‘âlâ dalam Kitab Suci.

Oleh karena itu janganlah mereka dipertentangkan, sebab sesungguhnya mereka tidaklah bertentangan. Kaum muslim yang suka bertentangan dan bermusuhan itu adalah manu-sia-manusia yang mengaku-ngaku Ahlus Sunnah atau meng-klaim dirinya Syî‘ah , padahal sebenarnya mereka itu bukan dari Ahlus Sunnah dan bukan pula dari Syî‘ah . Sekali lagi Sunnah atau Syî‘ah sama saja, kedua julukan itu dari Rasûlullâh saw untuk orang-orang muslim yang ber-taqwâ .

Referensi:
[1] Lisân Al-‘Arab oleh Ibnu Manzhûr bab sîn.
[2] Bih âr Al-Anwâr 2/266.
[3] QS Al-Nisâ` 4/69.
[4] QS Al-Baqarah 2/285.
[5] QS Al-Ah zâb 33/36.
[6] QS Al-Nisâ` 4/65.
[7] Bih âr Al-Anwâr 2/266.
 [8] Bih âr Al-Anwâr 2/265.
[9] Bih âr Al-Anwâr 2/266.
[10] Tafsîr Al-Kasysyâf, ketika Al-Zamakhsyarî menafsirkan ayat Al-Qur-bâ pada sûrah Al-Syûrâ ayat 23.
[11] QS Al-Shâffât 37/83-84.
[12] QS Al-Qashash 28/15.
[13] Al-Suyûthi dalam Al-Durr Al-Mantsûr ketika menafsirkan sûrah 98/7.
[14] Al-Mustadrak ‘alâ Al-Shah îh ain 3/121 .
[15] Sûrah Al-Nisâ` 4/59.

(Abu-Zahra/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: