PADA sore yang telah ditentukan, kelompok diskusi di kediaman Dr. Fahmi. Setelah ramah-tamah sejenak, diskusi pun dimulai. Tuan Hosyyar mulai berbicara.
Tn. Hosyyar: Ada masalah penting lainnya yang dinilai sebagai bukti-bukti yang lebih mendalam dan terkait dengan topik asal-asal usul Mahdiisme. Semuanya ini merupakan laporan-laporan individu yang mengklaim sebagai Mahdi di masa lalu, yang namanya tercatat dalam sumber-sumber sejarah. Laporan-laporan mengatakan subjek itu tidak hanya tersebar luas, namun juga begitu autentik dalam hari-hari pertama Islam. Untuk menguraikan tujuan saya ini bagi semua yang berkumpul di sini, saya akan menyebutkan sebagian Mahdi-mahdi palsu ini.
Muhammad bin Hanafiyyah dianggap sebagai al-Mahdi oleh sebagian kaum Muslim. Ia diyakini masih hidup dan menghuni eksistensi gaib di Gunung Radhwah. Dia akan bangkit lagi di masa depan dan akan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan.1 Suatu kelompok yang disebut al-Jarudiyyah di antara kaum Zaidiyyah percaya bahwa Muhammad bin Abdullah bin Hasan adalah Mahdi, dan ia dalam persembunyiannya. Mereka menantikan kemunculannya.2 An-Nawusiyyah percaya bahwa Imam Ja’far ash-Shadiq adalah Mahdi, dan bahwa ia masih hidup dan dalam kegaiban. Al-Waqifiyyah percaya bahwa Imam Musa bin Ja’far belum mati dan ada dalam kegaiban. Ia akan muncul di masa depan dan akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan.3
Sekelompok kaum Isma`iliyah percaya bahwa Isma`il belum mati. Alih-alih demikian, ia telah dinyatakan ber-taqiyyah. Al-Baqiriyyah menganggap Imam Muhammad al-Baqir masih hidup dan percaya bahwa dialah Mahdi yang dijanjikan. Al-Muhammadiyyah percaya bahwa menyusul mangkatnya Imam Ali an-Naqi, putranya Muhammad sebagai Mahdi. Mereka percaya hal ini meskipun sebenarnya ia wafat ketika ayahnya masih hidup. Bahkan, mereka percaya bahwa ia masih hidup dan dialah Mahdi yang dijanjikan itu. Al-Jawaziyyah percaya bahwa Imam keduabelas al-Hujjat bin al-Hasan berputra dan dialah Mahdi yang dijanjikan.4 Al-Hasyimiyyah yakin bahwa Abdullah bin Harb al-Kindi adalah Imam. Hidup namun dalam kegaiban, mereka percaya bahwa ia akan muncul di suatu hari. Al-Mubarakiyyah, di antara kelompok Isma`iliyyah, menganggap Muhammad bin Isma`il sebagai seorang Imam yang hidup dalam kegaiban.5
Faksi al-Yazidiyyah percaya bahwa Yazid telah naik ke langit, dan akan kembali di masa depan untuk mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan. Al-Isma`iliyyah berkata bahwa al-Mahdi yang dicantumkan dalam pelbagai hadis tiada lain adalah Muhammad bin Abdullah, dikenal sebagai al-Mahdi, yang menjadi penguasa di Mesir dan Afrika Utara. Guna memperkuat keyakinan mereka, mereka menukil hadis Nabi saw yang mengatakan bahwa di tahun 300 matahari akan terbit dari barat.6
Sekelompok Imamiyyah percaya bahwa Imam Hasan al-Askari masih hidup dan dialah al-Qâ`im yang dimaksud. Dia tinggal di alam gaib dan akan tampil di masa depan dan akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan. Kelompok lain di kalangan mereka percaya bahwa Imam Hasan al-Askari telah mati namun akan kembali hidup dan tampil karena makna qâ`im adalah “bangkit setelah mati.”7
Al-Qaramithah menganggap bahwa Muhammad bin Isma`il sebagai Mahdi yang dijanjikan. Mereka yakin, ia masih hidup dan tinggal di Anatolia. Para pengikut Abu Muslim percaya bahwa Abu Muslim adalah Imam yang hidup dalam kegaiban. Suatu kelompok percaya bahwa Imam Hasan al-Askari adalah Mahdi dan ia kembali hidup setelah mati. Ia terus hidup dalam keadaan ini sampai saatnya tiba ketika ia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan.8
Manipulasi Kepercayaan Masyarakat
Itulah nama-nama dari orang-orang yang mengklaim sebagai Mahdi dalam sejarah awal Islam. Sejumlah orang bodoh mengakui klaim mereka dan menganggap mereka sebagai Mahdi yang dijanjikan. Akan tetapi, mayoritas kelompok ini telah punah dan tidak ada yang tersisa selain sebutan mereka di buku-buku sejarah. Sejak itu sejumlah individu dari dari klan Hasyimiyyah atau non-Hasyimiyyah dari berbagai kawasan dan negeri-negeri di dunia telah muncul mengklaim sebagai Mahdi yang dijanjikan. Secara historis, klaim-klaim semacam itu telah mengarah kepada pemberontakan dan revolusi, yang banyak menumpahkan darah dan kehancuran kehidupan manusia.
Memang mungkin menduga dari peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan munculnya mesiah-mesiah palsu dari subjek Mahdiisme dan tampilnya juru selamat Tuhan di tengah-tengah kebenaran-kebenaran agama yang mapan di kalangan Muslimin, yang dengan cemas menantikan kemunculan Imam Mahdi. Mereka juga menganggap kemenangannya dan kekalahan musuh-musuhnya segera terjadi. Harapan-harapan dari orang-orang seperti itu menjadi sumber utama bagi beberapa individu yang ambisius dan licik untuk memalsukan iman mereka yang tulus dan suci―keimanan yang bersumber dari ajaran-ajaran wahyu Islam―serta mengklaim diri dengan gelar al-Mahdi. Mungkin saja sebagian orang tidak punya niat jahat dan hanya ingin meminda ketaatan yang keliru di masyarakat. Sebenarnya, sebagian dari mereka bahkan tidak mengklaim sebagai utusan yang dijanjikan. Alih-alih, mereka adalah orang-orang awam yang, karena kebodohan mereka, tidak sabar akan kondisi-kondisi yang terjadi, dan ketika kekesalan menyangkut harapan-harapan mereka perihal tampilnya al-Mahdi, menganggap mesiah-mesiah palsu sebagai Mahdi yang dijanjikan.
Pemalsuan Hadis-hadis
Sayangnya, kondisi-kondisi ini yang menyebabkan peredaran hadis-hadis yang menjelaskan dan memuji-muji al-Mahdi serta meramalkan tanda-tanda kemunculannya. Hadis-hadis tersebut diterima dan diriwayatkan dalam pelbagai buku secara tidak kritis. Ulama jujur manapun bisa menyingkapkan hadis-hadis yang diada-adakan ini dengan menginvestigasi catatan-catatan sejarah perihal kemunculan Mahdi-mahdi palsu ini. Selanjutnya mereka meneliti sejumlah kompilasi hadis mengenai ciri-ciri al-Mahdi. Umpamanya, hadis Nabi saw yang berbunyi:
Dunia tidak akan berakhir sampai Allah mengutus seorang laki-laki dari keluargaku, yang namanya sama dengan namaku, dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan sebagaimana ia dipenuhi dengan kezaliman dan tirani.9
Dalam hadis ini, nama ayah Mahdi dikabarkan sama dengan nama ayah Nabi saw, yakni Abdullah. Hal ini berlawanan dengan banyak hadis yang menyatakan bahwa nama ayah Mahdi adalah Hasan. Oleh karenanya, memang mungkin untuk mempercayai bahwa hadis ini diedarkan oleh orang-orang yang mengakui Muhammad bin Abdullah bin Hasan sebagai Mahdi. Mereka niscaya menyusupkan kalimat “yang nama ayahnya sama dengan nama ayahku” ke dalam hadis asli. Hal ini diperkuat oleh pendapat yang dipegang oleh Muhammad bin Yusuf dalam kitabnya bertajuk al-Bayân. Ia menulis bahwa Tirmidzi meriwayatkan hadis serupa dalam musnadnya tanpa menyebutkan kalimat tambahan “yang nama ayahnya…” Abu Dawud juga melaporkan hadis yang sama tanpa kalimat tambahan.
Dalam hadis lain yang direkam oleh Abu al-Faraj dalam Maqâtil ath-Thâlibiyyin, Abu Hurairah dilaporkan telah mendengar Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya, nama al-Mahdi adalah Muhammad bin Abdullah dan ia mengalami kesulitan berbicara.”10 Hadis ini pun suatu pemalsuan dari mereka yang mendukung klaim Muhammad bin Abdullah bin Hasan sebagai Mahdi. Dikatakan, ia punya kesulitan dalam berbicara dan nyaris tidak bisa mengucapkan kata-kata tertentu. Para pengikutnya menjadikan cacat ini sebagai suatu tanda Mahdi dan memalsukan sebuah hadis cacat tersebut.
Dinasti Abbasiyyah juga memalsukan hadis-hadis guna memperteguh klaim mereka kepada peran termasyhur yang diramalkan ini ihwal al-Mahdi. Menurut salah satu hadis ini, Ibn Abbas meriwayatkan dari Nabi saw yang berkata kepada Abbas, pamannya: “Di akhir zaman, al-Mahdi akan muncul di kalangan kalian yang melaluinya petunjuk kebenaran akan tersebar luas dan kobaran petunjuk yang salah akan padam. Sesungguhnya, Allah memulai masalah ini dengan kami dan akan menutupnya melalui keturunan kalian.”11 Dalam hadis lain, Ibn Abbas meriwayatkan sabda Nabi saw: “Dari kami, Ahlulbait, akan muncul al-Saffah, al-Munzhir, al-Manshur, dan al-Mahdi. Al-Mahdi berasal dari keturunan pamanku al-Abbas.”12 Tipis keraguan bahwa memang hadis-hadis ini dibuat-buat oleh Abbasiyyah.
Sebuah hadis disampaikan dari Ali bin Abi Thalib menyangkut munculnya panji-panji hitam dari arah Khurasan. “Di antara panji-panji ini adalah khalifah Allah, al-Mahdi.”13 Hal ini sangat tampak dibuat-buat oleh Abbasiyyah atau oleh para pendukung Abu Muslim Khurasani karena al-Mahdi tidak muncul dari Khurasan, dan panji-panji hitam merupakan lambang Abbasiyyah. Ada sebilangan hadis lain yang jelas-jelas dipalsukan oleh para penuntut Abbasiyyah untuk mengangkat dukungan untuk alasan di atas.
Lazimnya, untuk mengabsahkan klaim-klaim para Mahdi palsu, hadis-hadis yang bersandar kepada Nabi sendiri dipalsukan dan diedarkan di kalangan pengikut. Akibatnya, nyaris tidak ada pemimpin termasyhur yang untuknya tidak ada hadis yang mengangkat Mahdiismenya. Masalahnya, kebanyakan sosok-sosok ini telah mangkat. Akan tetapi, para pengikut mereka menolak untuk mengakui wafatnya mereka. Maka dari itu, hadis-hadis dipalsukan untuk melancarkan revolusi mereka yang akan berawal setelah kematian mereka dan mereka hidup kembali ketika Allah memerintahkan mereka demikian. Al-Fadhl bin Musa meriwayatkan sebuah hadis yang di dalamnya Imam ash-Shadiq ditanya oleh Abu Sa`id al-Khurasani: “Mengapa ia (Mahdi) disebut al-Qâ`im?” Imam menjawab: “Karena ia akan muncul setelah kematiannya. Ia akan muncul demi tugas penting, seperti diperintahkan oleh Allah Yang Mahamulia.”14
Sudah tentu, hadis ini dipalsukan oleh al-Waqifiyyah yang percaya bahwa Imam Musa al-Kazhim belum mati dan dan akan kembali sebagai Mahdi yang dijanjikan. Bahkan, boleh jadi hadis itu dibuat oleh mereka yang percaya bahwa Imam Hasan al-Askari telah mati, namun akan bangkit nanti guna menegakkan masyarakat yang adil. Sebenarnya, dalam konteks ilmu hadis, rantai periwayatannya lemah, karena ia memasukkan seseorang yang keandalannya dipertanyakan. Dalam hadis sejenis dengan sedikit perbedaan, Abu Sa`id bertanya kepada Imam ash-Shadiq: “Apakah al-Mahdi dan al-Qâ`im orangnya sama?” Imam menjawab: “Benar”. Abu Sa`id bertanya lagi: “Mengapa ia disebut al-Mahdi?” Jawab Imam: “Karena ia akan memandu manusia kepada masalah-masalah gaib.” “Mengapa pula ia disebut al-Qâ`im?” Kata Imam: “Karena ia akan bangkit sesudah ia mati, yakni, mati dalam ingatan manusia yang ia akan muncul untuk tujuan besar.”15 Itulah bukti bahwa dua hadis tersebut sesungguhnya satu adanya. Dalam hadis kedua, kematian ditafsirkan sebagai matinya ingatan manusia terhadap namanya.
Keyakinan bahwa al-Mahdi akan mati dan kemudian muncul untuk melakukan revolusinya diterima oleh sebagian orang yang juga bertanggung jawab atas pemalsuan hadis-hadis guna mendukung keyakinan mereka. Oleh karenanya, Imam ash-Shadiq ditanya: “Adakah contoh qa`im (bangkit setelah mati) dalam al-Quran?” Beliau menjawab: “Ya. Sebuah ayat al-Quran membicarakan tentang pemilik keledai, yang kematiannya disebabkan Allah, dan kemudian Allah menghidupkannya lagi.”16
Dalam hadis yang panjang, Mu`awiyah bin Abu Sufyan melaporkan sabda Nabi saw berikut:
Nabi berkata: “Setelah aku wafat, sebuah pulau dengan nama Andalusia akan ditaklukkan. Kemudian pasukan kafirin akan menguasai mereka… Pada saat itu seorang lelaki dari keturunan Fathimah, putri Nabi, akan muncul dari kawasan terjauh dari daerah Maghrib. Dialah al-Mahdi, al-Qâ`im. Dialah tanda pertama dari Kiamat.”17
Hadis itu mungkin dipalsukan oleh Isma`iliyyah yang mendirikan sebuah pemerintahan di kawasan Maghrib. Banyak hadis lain yang diriwayatkan secara tunggal dan karenanya, informasi mengenai mereka tidak bisa dianggap sebagai yang terpercaya. Lebih penting lagi, kalau dibandingkan dengan sejumlah hadis lain tentang Mahdi yang diriwayatkan secara berkali-kali, maka hadis-hadis ini tidak bermakna sama sekali.
Prediksi Keluarga Nabi dan Sebelas Imam tentang Al-Mahdi
Dr. Fahimi: Apakah kepercayaan keluarga Nabi dan para imam menyangkut al-Mahdi?
Tn. Hosyyar: Menyusul wafatnya Nabi saw, tema Mahdiisme juga ada dalam pembahasan di kalangan para sahabat Nabi dan para imam. Keluarga Nabi, sebagai pewaris ilmu-ilmu Nabi dan persoalan-persoalan pelik mengenai keimanan, adalah pihak yang paling mengetahui hadis-hadis kenabian. Mereka membincangkan al-Mahdi dan menjawab persoalan-persoalan yang disematkan kepada mereka tentang topik tersebut. Mari kita kita nukil beberapa contoh maklumat mereka dengan memperhatikan unsur kronologinya. Meskipun ada beberapa hadis yang dikutip satu sama lain dari para imam as dan dari Sayyidah Fathimah az-Zahra as, kami akan menukil satu dari setiap orangnya:
(1) Hadis yang Diriwayatkan oleh Imam Ali tentang Kemunculan Imam Mahdi
Hadis berikut diriwayatkan oleh al-Ashbagh yang mendengar Imam Ali bin Abi Thalib berkata:
Al-Mahdi yang dijanjikan akan muncul di akhir zaman dari kalangan kami [Ahlulbait]. Tidak ada Mahdi dari bangsa lain selain dia yang dinantikan.18
Ada lebih dari lima puluh hadis yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib sekaitan dengan kemunculan al-Mahdi yang berasal dari keluarga Nabi saw.19
(2) Hadis yang diriwayatkan oleh Fathimah az-Zahra as.
Fathimah as berkata kepada putranya Husain:
Ketika aku melahirkanmu, Nabi saw datang menengokku. Beliau menaruh tanganmu ke tangannya seraya berkata kepadaku: “Wahai Fathimah, rawatlah Husainmu, dan ketahuilah bahwa ia adalah ayah dari sembilan imam. Dari keturunannya akan lahir para pemimpin yang adil. Dan imam kesembilan dari mereka adalah al-Qa`im.”20
(3) Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Hasan bin Ali:
Imam Hasan as berkata:
Setelah Nabi akan tampil dua belas imam. Sembilan di antara para imam ini berasal dari saudaraku Husain. Al-Mahdi umat ini termasuk salah satu dari mereka.21
(4) Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Husain bin Ali:
Imam Husain bin Ali berkata:
Dari kami akan tampil dua belas imam. Imam pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah keturunanku yang kesembilan, al-Qâ`im al-Haq. Berkat wujudnya yang dirahmati, Allah akan menghidupkan kembali bumi dan memakmurkannya. Allah akan memenangkan agama-Nya di atas semua agama dan meskipun orang-orang musyrik membencinya. Al-Mahdi akan gaib dari umat selama beberapa waktu. Selama kegaibannya, sejumlah orang akan mengabaikan agama, sementara yang lain akan tetap bertahan dan menderita lantaran keimanan mereka. Kelompok terakhir ini akan ditanya secara sinis: “Jika kepercayaanmu benar, kapan imam kalian yang dijanjikan itu akan muncul?” Namun ingatlah bahwa barangsiapa yang setia di bawah kondisi-kondisi yang tak baik tersebut ketika musuh-musuh mendustakan dan mengganggu mereka, kedudukan mereka laksana orang-orang yang berjuang di sisi Nabi dalam membela agama Allah.22
(5) Hadis yang disampaikan oleh Imam Ali bin Husain:
Ali bin Husain berkata:
Kelahiran al-Qâ`im kami akan tersembunyi dari manusia dengan sedemikian cara sampai-sampai mereka berkata: “Dia tidak lahir sama sekali!” Alasan kegaibannya adalah bahwa sewaktu ia mengawali revolusinya, ia tidak memiliki bai`at seorang pun di lehernya.23
(6) Hadis yang disampaikan oleh Imam Muhammad al-Baqir:
Imam Muhammad al-Baqir berkata kepada Aban bin Taghlib:
Aku sungguh-sungguh menyatakan bahwa imâmah merupakan janji Allah yang telah sampai kepada kami dari Nabi saw. Para imam setelah Nabi berjumlah 12 orang. Sembilan orang di antaranya berasal dari Husain. Di akhir zaman, al-Mahdi akan tampil dari kami yang akan melindungi agama Allah.24
(7) Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ja’far ash-Shadiq:
Imam ash-Shadiq berkata:
Barangsiapa yang mengakui para imam, namun menolak eksistensi al-Mahdi, ia ibarat orang yang mengakui para nabi namun menolak kenabian Muhammad saw.
Seseorang bertanya kepada beliau: “Dari keturunan siapakah al-Mahdi itu?” Imam menjawab:
Keturunan kelima dari Imam Ketujuh [Musa al-Kazhim] adalah al-Mahdi. Akan tetapi, ia akan gaib. Adalah tidak layak bagimu untuk menyebutnya demikian.25
(8) Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Musa al-Kazhim:
Yunus bin Abdurrahman bertanya kepada Imam Musa bin Ja’far: “Apakah Anda al-Qâ`im al-Haq?”. Beliau menjawab:
Benar, akulah al-Qâ`im al-Haq. Namun al-Qâ`im yang akan membersihkan bumi dari musuh-musuh Allah dan akan memenuhinya dengan keadilan dan persamaan adalah keturunan kelimaku. Karena ia khawatir akan hidupnya, ia akan gaib untuk waktu yang lama. Selama periode kegaibannya, sekelompok orang akan berpaling dari agama. Namun sebagian lain akan tetap bertahan dengan keimanan mereka.
Beliau melanjutkan:
Dirahmatilah kaum Syi`ah yang selama periode kegaiban itu tetap setia kepada kami dan tetap sabar dalam loyalitas mereka kepada kami dan permusuhan mereka kepada musuh-musuh kami. Sesungguhnya, mereka dari kami dan kami dari mereka. Mereka diyakinkan dengan imamah kami dan kami mengakui ketaatan mereka kepada kami. Demi Allah, mereka dirahmati! Mereka bersama kami di surga.26
(9) Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali bin Musa ar-Ridha:
Rayyah bin Shalt pernah bertanya kepada Imam ar-Ridha: “Apakah Anda shahib al-`amr (Pemilik Perintah)?” Imam as menjawab:
Benar. Akulah shahib al-`amr. Namun, aku bukan shahib al-`amr yang akan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan. Bagaimana aku bisa menjadi shahib al-`amr ketika Anda adalah saksi atas kelemahan dan ketakberdayaan di mana-mana? Al-Qâ`im yang dijanjikan adalah tua dalam usia namun muda dalam penampilan ketika ia bangkit. Ia akan berjaya dan kuat sehingga apabila ia merentangkan tangannya kepada pohon yang paling besar, pohon itu akan jatuh tumbang. Apabila dia berteriak di tengah-tengah gunung-gunung, batu-batu karang akan hancur berkeping-keping. Tongkat Musa dan kunci Sulaiman di tangannya. Ia adalah keturunanku yang keempat. Allah akan menjaganya dalam kegaiban selama Dia merasa perlu. Kemudian, Allah akan memunculkannya kembali, dan melaluinya Allah akan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan sebagaimana bumi dipenuhi dengan tirani dan penindasan sebelumnya.27
(10) Hadis yang disampaikan oleh Imam Muhammad bin Ali al-Jawad
Imam Muhammad Taqi Al-Jawad berkata kepada Abdul Azhim al-Hasani:
Al-Qâ`im kami adalah Mahdi yang dijanjikan yang engkau harus menantikannya. Dan, ketika ia tampil engkau harus taat. Ia adalah keturunanku yang ketiga. Aku bersumpah demi Allah yang mengutus Muhammad sebagai Nabi dan memilih kami sebagai para imam bahwa meskipun di bumi hanya tersisa satu hari, Allah akan memperpanjang bumi sampai al-Mahdi muncul dan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan sebagaimana ia dipenuhi dengan kezaliman dan kejahatan. Allah menjaga urusan-urusan-Nya dalam satu malam sebagaimana Dia menjaga urusan-urusan Nabi Musa dalam satu malam. Musa telah pergi untuk mengambil api bagi keluarganya dan dia kembali dengan diangkat sebagai Nabi Allah sepenuhnya.
Lantas Imam al-Jawad menambahkan: “Menunggu kemunculan Imam Mahdi merupakan sebaik-baik amal bagi Syi`ah kami.”28
(11) Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali an-Naqi:
Imam Ali an-Naqi berkata: “Setelahku, putraku Hasan menjadi Imam dan setelahnya adalah al-Qâ`im yang akan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan.”29
(12) Hadis yang disampaikan oleh Imam Hasan al-Askari:
Imam Hasan berkata kepada Musa bin Ja’far al-Baghdadi:
Aku melihatmu kebingungan dalam persoalan imam setelahku. Ingatlah bahwa siapapun yang mengakui para imam sepeninggal Nabi, namun menolak imâmah putraku ibarat orang yang telah mengakui kenabian semua nabi kecuali kenabian Muhammad saw. Orang yang menolak yang terakhir ibarat orang menolak semua nabi sebelumnya. Alasannya, ketaatan kepada imam terakhir laksana ketaatan kepada imam pertama di antara kami. Oleh karenanya, siapapun yang menolak yang terakhir dari kami bagaikan orang yang telah menolak imam pertama. Ketahuilah olehmu bahwa kegaiban putraku akan begitu lama sehingga orang-orang akan jatuh ke dalam keragu-raguan kecuali mereka yang menjaga keimanannya kepada Allah.”30
Apakah Hadis-hadis tentang Mahdi Autentik?
Ir. Madani: Anda bisa mengikuti hadis-hadis ini hanya jika hadis-hadis itu bisa dipercaya dan sahih. Apakah Anda menganggap semua hadis tentang al-Mahdi bisa dipercaya?
Tn. Hosyyar: Saya tidak menyatakan bahwa semua hadis itu, tentang tema al-Mahdi sangat bisa dipercaya dan bahwa para perawinya jujur. Akan tetapi, ada sebagian di antaranya yang bisa dinilai autentik tak terbantahkan. Hadis-hadis itu, seperti hadis-hadis lainnya, bisa digolongkan pada autentik (shâhih), baik (hasan), bisa dipercaya, dan lemah (dha`if). Tidak penting untuk melakukan investigasi pada setiap hadis lantaran, seperti yang telah Anda sebutkan, hadis-hadis itu jumlahnya begitu banyak sehingga hanya orang yang jujur dan tak berprasangka yang bisa merujuk hadis-hadis itu dengan percaya. Kepercayaan ini didasarkan pada tema yang mendasari semua hadis bahwa eksistensi al-Mahdi merupakan topik Islam termasyhur yang disemaikan oleh Nabi sendiri dan yang informasi terperincinya disampaikan oleh para imam. Mustahil untuk meyakini dengan kepercayaan bahwa dalam Islam ada sejumlah kecil tema menyangkut eksisensi al-Mahdi yang bisa mengumpulkan hadis terkait begitu banyak sehingga bisa disebut-sebut.
Mari saya jelaskan. Sejak awal misinya hingga haji wada’ (terakhir)-nya, Nabi saw telah menyebutkan tema al-Mahdi dalam banyak kesempatan. Sepeninggal Nabi, Imam Ali, Fathimah az-Zahra, dan para anggota keluarga Nabi terkenal lainnya, melanjutkan hadis-hadis mengenai masa depan menjelang al-Mahdi. Mereka merupakan pengusung pengetahuan kenabian. Setelah mangkatnya Nabi pada tahun 632 M, kaum Muslim menghitung saat-saat bagi kemunculan Imam Mahdi. Ini mengarahkan mereka untuk mengakui para pengklaim palsu yang muncul dari waktu ke waktu dalam sejarah. Hadis-hadis tersebut dilaporkan oleh semua mazhab Islam, semisal Sunni, Syi`ah, teolog Asy`ariyah dan Mu’tazilah, sebagaimana dilaporkan oleh para perawi Arab, Persia, Makkah, dan Madinah. Termasuk mereka yang berasal dari Kufah, Bashrah, Baghdad, dan seterusnya. Dengan hadis-hadis ini, yang sebenarnya jumlahnya lebih dari ribuan, apakah mungkin bagi orang yang jujur untuk meragukan persoalan Imam Mahdi dengan mengklaim bahwa hadis-hadisi ini diada-adakan oleh kaum Syi`ah ektrem dan disandarkan kepada Nabi saw?
***
MALAM kiat larut dan tak ada waktu untuk meneruskan diskusi lebih lanjut. Akhirnya, keputusan dibuat untuk melanjutkan diskusi mendatang di kediaman Dr Fahimi.
CATATAN KAKI
1. Syahrastani, Al-Milal wa an-Nihal, jilid 1, hal.232; Nawbakhti, Firaq al-Syî` ah, edisi Najaf, hal.27.
2. Al-Milal, jilid 1, hal.256; Firaq, hal.62.
3. Al-Milal, jilid 1, hal.273, 278; Firaq, hal.67, 80, 82.
4. Muhammad Karim al-Khurasani, Tanbihat al-Jahiliyyah fi Kasyf al-Asrar al-Bathiniyyah, (Najaf, 1351), hal.40-42.
5. Al-Milal, jilid 1, hal.245, 279.
6. Mir Khwand, Tarikh-i Rawdhat ash-Shafa, edisi Teheran, jilid 4, hal.181.
7. Al-Milal, jilid 1, hal.284; Firaq, hal.96, 97 .
8. Firaq, hal.47, 97.
9. Fushûl al-Muhimmah, hal.274.
10. Ibid., hal.164.
11. Dzakhâ` ir al-'Uqbâh, hal.206.
12. Ibid., hal.206; Lihat juga Ash-Shawâ` iq al-Muhriqqah, hal.235.
13. Yanabi' al-Mawaddah, jilid 1, hal.57.
14. Itsbât al-Hudât, jilid 7, hal.27.
15. Ibid., hal.34.
16. Ibid., hal.28.
17. Ibid., hal.242.
18. Ibid., hal.147.
19. Jumlah ini diturunkan dari hadis yang dikumpulkan dalam Muntakhab Al-Athar karya Shafi Gulpaygani menyangkut subjek yang relevan di sini. Kami akan membatasi hanya kepada sejumlah contoh dari kompilasi itu. Para pembaca yang tertarik pada hadis-hadis tersebut bisa mengacu kepada karya penting ini.
20. Itsbât al-Hudât, jilid 2, hal.552. Lebih dari tiga hadis di sini yang dilaporkan dari Fathimah az-Zahra.
21. Ibid., jilid 2, hal.555. Ada empat hadis yang dilaporkan dari Imam Hasan.
22. Ibid., jilid 2, hal.333, 339; al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal.133. Ada lebih dari tiga belas hadis yang diriwayatkan dari Imam Husain.
23. Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal.135. Juga ada sepuluh hadis yang dilaporkan berdasarkan otoritas Imam Ali bin Husain.
24. Itsbât al-Hudât, jilid 2, hal.559. Ada 66 hadis yang diriwayatkan berdasarkan otoritas Imam al-Baqir.
25. Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal.143; Itsbât al-Hudât, jilid 2, hal.404. Ada 123 hadis yang diriwayatkan berdasarkan otoritas Imam ash-Shadiq.
26. Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal.151; Itsbât al-Hudât, jilid 6, hal.417.
27. Bihâr al-Anwâr, jilid 52, hal.322; Itsbât al-Hudât, jilid 6, hal.420. Ada 18 hadis yang dilaporkan berdasarkan otoritas Iam Ali ar-Ridha. 28. Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal.156; Itsbât al-Hudât, jilid 6, hal.419. Ada lima hadis lain yang dilaporkan berdasarkan otoritas Imam Muhammad at-Taqi.
29. Itsbât al-Hudât, jilid 6, hal.275. Ada lima hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali an-Naqi.
30. Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal.160; Itsbât al-Hudât, jilid 6, hal.427. Juga, ada sekitar dua puluh satu hadis yang dilaporkan berdasarkan otoritas Imam Hasan al-Askari.[]
(Ibrahim-Amini/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email