Di Indonesia, masih banyak yang percaya bahwa selama ini segala cerita dan pemberitaan mengenai ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) hanyalah sebuah kebohongan dan fitnah untuk menghancurkan Islam.
Namun berita ini nampaknya akan memberi pencerahan bahwa hal-hal mengenai ISIS bukanlah kebohongan dan yang terpenting ISIS tidaklah mereprentasikan Islam yang sesungguhnya karena mereka tak lebih dari kelompok yang mengatasnamakan Islam.
Pada Selasa pagi 29 Maret 2016 sebanyak 33 warga negara Indonesia berhasil dipulangkan dari Raqqah, Suriah, kembali ke Tanah Air. Raqqah selama ini dikenal sebagai markas besar kelompok militan ISIS.
Salah satu WNI yang dipulangkan yaitu Sri Rahayu binti Masdin Nur seorang TKI asal Sumbawa, NTB. Ia tinggal selama tiga tahun di kota tersebut, sebelum akhirnya berhasil keluar menuju kota Aleppo, Suriah. Kemudian, pada 12 Maret 2016, Sri dievakuasi oleh Kedutaan Besar RI ke ibukota Suriah, Damaskus.
Sri Rahayu, TKI asal Sumbawa yang bekerja selama 3 tahun di Raqqa, Suriah sebagai PRT. Ia melihat sendiri kekejaman kelompok militan ISIS
Ia menceritakan kisahnya keluar dari Suriah saat melakukan konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri RI yang dihadiri oleh Juru Bicara Kemenlu Armanatha Nasir dan Direktur Perlindungan WNI Lalu Muhammad Iqbal, Selasa 29 Maret 2016.
Sri menceritakan panjang lebar bahwa situasi dan kondisi di Suriah, terutama di kota Raqqah tempat ia bekerja, sudah sangat tidak aman. Anggota ISIS menjarah rumah dan harta benda yang ditinggalkan oleh penghuninya untuk mengungsi.
"Rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya diambil oleh anggota ISIS. Rumah majikan saya tidak, tapi kebanyakan rumah-rumah tetangga saya diambil oleh ISIS. Barang dan hartanya juga diambil," ucapnya.
Setelah merasa benar-benar tidak aman, ia lalu meminta pertolongan seorang temannya warga Suriah untuk menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia agar membantunya keluar dari Raqqah.
Saat itu ia mengaku ingin segera pulang ke Indonesia tapi tidak mengetahui cara untuk menghubungi pihak KBRI. Beruntung, temannya yang warga Suriah tersebut bersedia untuk membantu.
Setelah berhasil terhubung, ia dijemput oleh seorang pengacara berkebangsaan Suriah utusan dari KBRI untuk keluar dari Raqqah dan menuju kota Aleppo.
Namun, bukan perkara mudah untuk bisa keluar dari Raqqah. Menurut penuturan Direktur Perlindungan WNI, tidak sembarang orang bisa keluar masuk dengan mudah di Raqqah.
Beruntungnya lagi, KBRI memiliki seorang pengacara asal Suriah yang mau melakukan tugas evakuasi berbahaya ini. Pengacara asal Suriah tersebut mempunyai akses untuk masuk ke Raqqah dan kenal dengan pihak ISIS maupun pemerintah.
Agar bisa keluar dari sana, Sri mengatakan bahwa dirinya dan pengacara asal Suriah itu harus berjalan secara sembunyi-sembunyi melewati jalur pegunungan selama 6 hari. Mereka tidak bisa menggunakan jalur yang biasa digunakan karena beberapa titik perbatasan di Raqqah telah dijaga ketat oleh anggota ISIS bersenjata lengkap.
Agar bisa aman dalam perjalanan dan tidak dicurigai oleh para anggota ISIS, ia harus mengenakan cadar untuk menutup wajah dan seluruh badannya serta mengaku sebagai istri dari pengacara tersebut apabila bertemu dengan orang lain.
"Saya pakai cadar dan sarung tangan supaya tidak terlihat. Di jalan banyak kemah dan ditanya oleh orang-orang selama di jalan. Jadi mereka tidak tahu saya orang Indonesia. Kalau mereka tahu saya bisa dipenjara," kata Sri.
Setelah tiba di Aleppo ia melanjutkan perjalanan ke kota Damaskus selama 15 hari. Damaskus merupakan kota di mana proses pemulangan ke Indonesia dilakukan oleh KBRI.
Sri Rahayu di KBRI Damaskus saat menceritakan pengalamannya setelah diamankan dari basis ISIS
Selama perjalanan itu Sri mengaku tidak sempat membawa barang-barang pribadinya. Yang dipikirkannya hanya yang penting bisa selamat dan keluar dari sana.
Selama 3 tahun bekerja di Raqqah, sudah banyak kekejaman ISIS yang ia saksikan sendiri. Ia membenarkan berita mengenai kepala-kepala manusia yang diletakkan di pinggir jalan oleh anggota ISIS.
Sri pun menceritakan dengan sedikit bergetar, saat itu ia sedang berbelanja sayur untuk kebutuhan keluarga majikannya. Kemudian, ia melihat kumpulan orang yang sedang berdiri di pinggir jalan.
"Saya tanya ke penjual sayur itu apa yang sedang mereka saksikan, kata orang penjual sayur lebih baik saya jangan ke sana," kata Sri. Karena didorong oleh rasa penasaran akhirnya ia hampiri kerumunan orang tersebut dan ia melihat ada 8 kepala manusia diletakkan berjajar di pinggir jalan.
"Setelah itu lalu saya pulang, sayur-sayur di tangan saya buang karena tidak kuat melihat hal itu. Untung saya tidak melihat proses eksekusinya," tutur Sri.
Selain itu, ia pernah melihat sebuah bom meledak di bagian depan rumah majikannya dan membuat beberapa bagian rumah majikannya hancur berantakan. Ia takut dengan kelompok ISIS yang kekejamannya ia lihat sendiri oleh karena itu ia memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia.
Sri menjelaskan, bahwa sudah setahun belakangan ini dia mencari cara agar bisa keluar dari Suriah. Konflik berkepanjangan antara ISIS dengan pemerintah telah membuat kota Raqqah dihujani bom sepanjang hari. Ia merasa keadaan tidak akan pernah bisa membaik lagi.
(Berbagai-Sumber/Memobee/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email