Pesan Rahbar

Home » » Film Soekarno Tanpa Rasa Patriotisme Kebangsaan dan Kecerdasan

Film Soekarno Tanpa Rasa Patriotisme Kebangsaan dan Kecerdasan

Written By Unknown on Wednesday 16 March 2016 | 03:27:00


Saat sebelum saya hendak menonton film Soekarno, harapan saya sangat tinggi untuk melihat bagaimana tokoh Bapak Bangsa Indonesia ini ditampilkan di dalam sebuah film. Saya sangat mengharapkan melihat dengan lebih nyata seorang Soekarno di dalam pergumulan dan kehidupan pribadi dan publik yang sangat naik turun penuh dan kontroversial di dalam perjuangannya melawan penjajahan Belanda dan Jepang.


Namun semuanya sirna setelah menonton film yang seharusnya menjadi tontonan paling epik tahun ini. Kelemahan mendasar di dalam editing, alur cerita, penggambaran setiap adegan yang sama sekali tidak memancing emosi penonton dan terutama penokohan Soekarno dan diskusi dengan sesama intelektual muda pejuang bangsa seperti Syahrir, Hatta, Agus Salim yang dangkal, tidak cerdas dan tidak bermutu semakin membuat penonton kehilangan arah.

Tokoh Soekarno sepertinya digambarkan lebih cenderung genit dan tidak cerdas, termasuk saat-saat harus diadili dan masuk penjara juga digambarkan sangat murahan dan tidak cerdas. Film ini gagal menggambarkan tokoh Soekarno yang cerdas, termasuk tidak ada momen-momen khusus bagaimana seorang Soekarno bisa membuat Pancasila sebagai dasar negara. Kelemahan dasar pembat film Indonesia yang tidak bisa menampilkan proses secara emosional dari tokoh film atas berbagai keputusan dan kehendaknya memang masih menjadi pekerjaan rumah yang masih panjang.


Saat pulang yang terbayang hanyalah tokoh Soekarno yang genit, tidak cerdas dan cenderung opportunis kepada usahanya untuk memerdekakan Indonesia. Tidak ada pergumulan secara intelektual dan emosi yang ditampilkan dengan baik dan jelas. Soekarno ditampilkan hanya menjadi tokoh yang kurang cerdas yang melakukan spekulasi bekerjasama dengan Jepang dengan harapan bisa memperoleh kemerdekaan secara damai. Soekarno digambarkan sering ketinggalan info dan kurang analitikal melihat perkembangan penyerahan Jepang kepada sekutu dan tindakan Jepang yang memang tidaklah tulus memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Kelemahan mendasar lainnya adalah kurang riset atas tokoh Soekarno, sangat disayangkan film yang seharusnya menjadi sebuah maha karya hanya menjadi tontonan yang mengecewakan.

(Memobee/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: