Sejumlah kalangan menyayangkan dipindahnya diskusi pemikiran Prof. Nurcholish Madjid dari kampus yang ia dirikan Universitas Paramida. Istri Nurcholish, Omi Komaria, juga menyesalkan kebijakan kampus yang melarang diskusi bertajuk ‘Merawat Pemikiran Guru-guru Bangsa’ itu digelar di Paramadina.
“Saya sebetulnya sedih tidak boleh diskusi di Kampus Paramadina, yang mana pendirinya adalah Nurcholish Madjid. Nilai-nilai demokrasi tidak ada lagi,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam diskusi yang hari ini digelar di Century Park Hotel, Jakarta Pusat, seperti dilansir republika.co.id, 12/4.
Moderator diskusi, Ahmad Gaus mengatakan, kebijakan larangan keluar lantaran pihak Kampus menganggap forum itu akan membahas tentang Pilkada DKI Jakarta. Karena itu, banyak di media sosial yang marah terhadap pihak Kampus Paramadina.
“Jadi ini (pelarangan diskusi) gara-gara Pilkada sebenarnya. Akhirnya semuanya kena dampaknya ini,” katanya.
Sementara dalam poster digital yang disebarkan, diskusi ini membahas pemikiran Cak Nur dan juga dua tokoh intelektual Muslim lainnya yaitu pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Buya Syafi’i Ma’arif. Pelarangan pihak kampus ini juga mendapat ragam tanggapan dari netizen.
“Dulu Gus Dur tersingkir dari PKB, sekarang Cak Nur tersingkir dari Paramadina: dua contoh pengambilalihan gagasan yang brutal dalam perkembangan kontemporer Islam Indonesia,” kata akun facebook bernama Amin Mudzakkir, 12/4
Meski demikian, Omi mengingatkan, Cak Nur pernah berpesan bahwa ruang publik diskusi harus selalu dirawat untuk belajar mendengarkan pendapat orang lain.
Namun bagi Omi, dirinya tetap bangga meskipun diskusi itu akhirnya dipindah ke Hotel Century. “Saya sangat bergembira sekali karena semangat anak-anak muda intelektual masih besar, meskipun di luar sana hawanya sangat panas (Pilkada),” katanya.[]
(Republika/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email