Pesan Rahbar

Home » » Arab Supertajir dan Panama Papers; Prahara Mossack Fonseca

Arab Supertajir dan Panama Papers; Prahara Mossack Fonseca

Written By Unknown on Tuesday, 12 April 2016 | 01:33:00

Jaringan perusahaan hukum Mossack Fonseca di seluruh dunia. (Foto: Daily Mail)

Kesohoran Panama sebagai surga pajak diawali ketika Panama mulai mendaftarkan kapal-kapal asing untuk membantu Standard Oil menghindari kewajiban pajak dan aturan membebani di Amerika Serikat.

Suatu pagi pada April 2014, Jurgen Mossack, lelaki kelahiran Jerman merupakan pendiri Mossack Fonseca, firma hukum kenamaan di Panama City, mengirim tiga surat elektronik bertajuk 'Persoalan Serius DARURAT" kepada tiga staf topnya. Dia menulis telah terjadi kekacauan di British Virgin Islands, wilayah yurisdiksi rahasia berpantai pasir putih dengan air laut biru bening di kawasan Karibia, menjadi surga bagi kaum supertajir ingin menyembunyikan harta mereka.

Para investor merasa tertipu terus menelpon kantor. "Kita perlu segera membubarkan perusahaan ini," tulis Mossack. "Saat polisi tiba di sini, kisah kita akan muncul di surat-surat kabar."

Kecemasan Mossack terbukti. Sekitar 11,5 juta dokumen milik Mossack Fonseca dibocorkan seorang sumber kepada koran terbitan Jerman Süddeutsche Zeitung dan dibagikan kepada lebih dari seratus media oleh ICIJ (Konsorsium Internasional Wartawan Investigasi). Menurut ICIJ, bocoran itu diperkirakan seratus kali lebih besar ketimbang Wikileaks.

Bocoran dokumen rahasia diberi judul the Panama Papers itu berisi kegiatan sehari-hari Mossack Fonseca dari 1977 hingga Desember 2015. Mencakup 214.488 entitas perusahaan dan 14.153 klien dari beragam latar: kepala negara, politisi, konglomerat versi Forbes, mafia narkotik, artis, pejabat FIFA (Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional), hingga bintang sepak bola.

Para pemimpin Arab juga terlibat. Mereka adalah Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz, Presiden Uni Emirat Arab Syekh Khalifah bin Zayid an-Nahyan, Presiden Suriah Basyar al-Assad, mantan Presiden Mesir Husni Mubarak, dan mendiang Pemimpin Libya Muammar al-Qaddafi.

Juga ada mantan Presiden Mesir Husni Mubarak, bekas Perdana Menteri Irak Ayad Allawi, mantan Perdana Menteri Yordania Ali Abu ar-Raghib, bekas Perdana Menteri Qatar Syekh Hamad bin Jassim ats-Tsani, mantan Emir Qatar Syekh Hamad bin Khalifah ats-Tsani, bekas Presiden Sudan Ahmad Ali al-Mirghani.

Dalam beberapa tahun belakangan penyelidikan dilakoni pemerintah berpusat pada bagaimana bank-bank besar dipakai untuk memindahkan, menyembunyikan, dan mencuci fulus oleh kaum supertajir. Tapi Panama Papers menunjukkan para pengacara dan agen internal kerap terlibat dalam proses itu.

Mossack Fonseca membantah melakukan kegiatan melanggar hukum. "Kami menyesalkan segala penyalahgunaan perusahaan-perusahaan kami bentuk atau layanan kami sajikan. Kami bakal mengambil langkah-langkah untuk menutup atau menghentikan manipulasi itu," kata Mossack Fonseca. "Dugaan kalian kami menyajikan para pemegang saham struktur dirancang buat menyembunyikan identitas para pemilik sebenarnya salah besar."

Panama sudah lama dikenal sebagai surga bagi kaum superkaya buat menyembunyikan uang dan aset mereka sehingga terhindar dari pajak. Menurut Indeks Kerahasiaan Keuangan 2015, Panama menempati peringkat ke-13 setelah Swiss, Hong Kong, Amerika Serikat, Singapura, Kepulauan Cayman, Luksemburg, Libanon, Jerman, Bahrain, Uni Emirat Arab, Makau, dan Jepang.

Pemerintahan Franklin Delano Roosevelt pun sudah mewanti-wanti banyak orang-orang kelewat kaya di Amerika Serikat menjadikan Panama buat menyembunyikan harta mereka sebelum muncul resesi ekonomi 1930.

Kesohoran Panama sebagai surga pajak diawali ketika Panama mulai mendaftarkan kapal-kapal asing untuk membantu Standard Oil menghindari kewajiban pajak dan aturan membebani di Amerika Serikat. Pada 1927, Wall Street membantu pembuatan undang-undang pembentukan penggabungan perusahaan bersifat longgar. Isinya membolehkan siapa saja membikin perusahaan tak bernama dan bebas pajak.

Keluarga Jurgen Mossack tiba di Panama pada 1960-an. Selama Perang Dunia Kedua, ayahnya bergabung dengan partainya Nazi, Waffen-SS, menurut dokumen intelijen Angkatan Darat Amerika Serikat diperoleh ICIJ. Setibanya di Panama, ayahnya ditawari CIA (dinas rahasia luar negeri Amerika) buat memata-matai komunis di Kuba.

Pada 1970-an, Panama mengesahkan beleid soal kerahasiaan bank untuk menarik duit asing. Sepulangnya ke Panama City pada 1977, sehabis menyelesaikan kuliah sarjana hukum di sebuah universitas Katolik swasta dan meraih gelar MBA di London, Mossack membuka firma hukum sendiri dengan dua karyawan: dirinya dan satu asisten.

Pada 1986, dia bergabung dengan firma hukum kepunyaan Ramon Fonseca menjadi Mossack Fonseca & Co. Fonseca adalah lulusan the London School of Economics dan pernah bekerja enam tahun di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kota Jenewa, Swiss.

Sejak awal, bisnis firma hukum Mossack Fonseca sudah melibatkan klien-klien amat dirahasiakan. Salah satunya adalah Gordon Parry, anggota kawanan perampok batangan emas senilai US$ 40 juta pada 1983 dari gudang Brinks-Mat, dekat Bandar Udara Internasional Heathrow di Ibu Kota London, Inggris.

Kerahasiaan itu kini terbongkar. Tentu saja sungguh menghebohkan karena melibatkan pemimpin, elite, konglomerat, dan pesohor dunia.

(Al-Balad/Daily-Mail/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: