Pesan Rahbar

Home » » Berbicara Pendidikan Islam Kaffah Salah Satunya Adalah Berbicara Sistem Kedaulatan Allah (Sistem Islam Murni)

Berbicara Pendidikan Islam Kaffah Salah Satunya Adalah Berbicara Sistem Kedaulatan Allah (Sistem Islam Murni)

Written By Unknown on Wednesday, 27 April 2016 | 01:37:00


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Berbicara tentang dunia pendidikan, tidak akan pernah selesai sebelum menuntaskan pembicaraan tentang ma nusia itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui sesungguhnya ma nusialah pelaku pendidikan itu. Keberhasilan kita dalam merumuskan konsep pendidikan, tergantung sangat pada keberhasilan kita dalam mendefinisikan manu sia itu sendiri.

Konsep pendidikan yang kita saksikan dewasa ini di seluruh dunia, masih sangat jauh dari esensi pendidikan kemanusiaan. Di negara-negara yang maju seperti Amerika Seri kat, Perancis, Inggeris, Jerman, Jepang, Aus tralia dan lain-lainnya, secara psykolo gis mereka sedang mengalami stress berat. Hal ini terjadi disebabkan mereka kehilangan model yaitu sosok manusia yang mampu membimbing mereka ke jalan yang benar. Me reka kehilangan teladan, representant, sosok yang mampu membuat mereka untuk bere sensi, justeru itulah mereka gagal untuk meru muskan tujuan hidup manusia sesungguh nya.

Di abad ke 21 ini kita masih berhadapan dengan 3 pertanyaan besar Dunia:
-- Siapakah manusia itu sesungguhnya?
-- Apakah tujuan hidupnya? (untuk apa dia dijadikan)
-- Apa sajakah kebutuhannya?

Tiga pertanyaan utama di atas merupakan hal yang teramat penting untuk kita lontarkan ke panggung Dunia agar dapat didiskusikan dengan seksama. Bila kita ingin menuntas kan suatu persoalan, kita harus arif melihat akar permasalahannya. Berbicara tentang Manusia dan Pen didikan, tidak boleh tidak kita harus kembali ke pada sang Khaliq seba gai sumber pendidikan dan Pencipta Manusia itu sendiri (Surah Al-Alaq 1-5).

Untuk mengetahui apakah manusia itu, pertama sekali mari kita lihat sebuah Legenda ilmiah berikut: "Seorang sarjana Bumi akan mengadakan penelitian di planet Mars. Setibanya di Mars, dia menemui sebuah University dimana seorang sarjana planet Mars sedang memberikan kuliah kepada mahasiswanya tentang hasil peneli tiannya di Bumi. Sarjana Bumi memutuskan untuk mendengar kuliah sarjana planet Mars, bagaimana hasil pe nelitiannya di Bumi. Sarjana Bumi mencatat point yang dikira penting dari ucapan sarjana Mars: ".......manusia itu pintar, kuat dan bagus bentuknya, tetapi mereka angkuh, serakah, licik dan kejam. Hobby mereka adalah berperang sesamanya. Mula-mula saya kira mereka berperang untuk memakan dagingnya, rupanya prediksi saya keliru. Mereka meninggalkan mayat-mayat begitu saja setelah menyanyikan lagu heroiknya. Mereka berperang untuk tuannya, tanpa memiliki tujuan yang benar, untuk apa sebenarnya mereka berperang......."

Apa yang dinyatakan sarjana Mars itu tidaklah menunjukkan esensi Manusia, tetapi Basyar. Basyar adalah makhluk yang tidak pernah beresensi. Mereka adalah orang-orang yang tidak memahami tujuan hidup yang sebenarnya. Mereka tidak menemui kebenaran disebabkan banyaknya kezaliman yang telah mereka kerjakan di planet Bumi ini. Mereka memang pintar tetapi tidak teguh Iman. Betapapun kebenaran kita sampaikan kepada mereka namun mereka tetap membantahnya dengan menggunakan versi "Hikayat Mu sang". Berikut ini dengarkan apa kata Albert Camus tentang teory manusia: "Aku ada, karena aku memberontak, kalau aku tidak memberontak aku tidak pernah ada" . Inilah yang dikatakan Manusia dan ini juga yang saya terima sebagai tiory yang benar sebagai Manusia.

Adam adalah Malaikat yang baru menjadi manusia setelah memberontak terhadap intuisi Syurga. Kecuali Adam takseorangpun dibenar kan memberontak terhadap tatanan Allah. Pemberontakan terhadap tatanan Thaghut adalah proses Esensi manusia. Lihatlah bagaimana Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad yang masing-masing memberontak terha dap tatanan Namrud, Firaun, Kaisar-kaisar di Roma dan Abu Sofyan bin Harb. Imam 'Ali terhadap Muawiyah bin Abi Sofyan, Imam Hussein bin Ali terhadap Yazid, bin Muawiyah. Hasan Muhammad di Tiro, Kahar Muzakkar, Kanto Suwiryo dan lain-lain terhadap tatanan Thaghut Hindunesia. Untuk lebih jelas mari kita lihat versi Pemilik Dunia ini sebagai argumentasi yang mutlaq kebenarannya

Untuk menjawab pertanyaan apakah manusia itu utamanya harus berpedoman pada kalam Ila hi (Q.S 2:30). Bila Kitab Al Qur-an kita baca keseluruhannya akan kita temui banyak kesimpulan, diantaranya kesimpulan tentang Malaikat, Iblis dan Adam. Sesung guhnya ketiga jenis mahkluk diatas pada awalnya adalah Malaikat. Yaitu Malaikat yang diciptakan dari sinar (saya istilahkan dengan M1), Malaikat yang diciptakan dari api (saya istilahkan dengan M2) dan Ma laikat yang diciptakan dari tanah (saya istilahkan dengan M3). Adapun urutan penciptaannya adalah, M1, M2, dan terakhir sekali M3.

M1 adalah Malaikat yang tunduk patuh secara mutlak kepada Allah, sejak dari penciptaannya sampai hari Kiamat, bahkan hari Akhirat. M2 Malaikat pembangkang, tak mahu tunduk patuh kepada Allah. Setelah Allah menciptakan M3, Allah memberi perintah kepada M1 dan M2 supaya sujud kepada M3. M2 berkilah dengan kesombongannya bahawa dia dijadikan dari api sedangkan M3 (Adam) dijadikan dari tanah yang menurut M2, M3 lebih hina daripada M2. Disamping itu M2 juga beragumentasi bahwa dia dijadikan lebih duluan dari M3 (Lalu Allah mencabut status Malaikatnya dan menggantikannya dengan status Iblis atau Syaithan dan dia termasuk golongan kafir, sementara tempatnya kelak dalam Neraka (QS,7:11-18). Sedangkan M3 setelah bernegosiasi dengan M1 ternyata dia lebih unggul dari M1. M3 memiliki ilmu, ilmu tentang nama-nama yang tidak dimiliki oleh M1. Justru itu pantaslah Allah mengangkat Adam sebagai wakilNya di Bumi. Hal ini diabadikan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30 - 34.

M3 ditempatkan Allah dalam Syurga bersama permaisurinya Siti Hawa. Allah memberitahukan mereka berdua agar jangan mendekati pohon ini (hazihis syajarata) sebagai batas daerah operasionalnya di kawasan Syurga. Secara syar'i M1 dan permaisurinya digelincirkan Syaithan dengan mengatakan bahwa pohon itu bernama pohon Kekal (khuldi). Agar kekal tinggal di Syurga, M3 ditawarkan untuk memakannya. Dan M3-pun tergoda bersama permaisurinya. Ka rena telah melanggar batas yang telah ditentukan Allah, M3 berobah statusnya menjadi Ma nusia yang bernama Adam dan keduanya diperintahkan turun ke Bumi. Karena pelanggaran yang dilakukan M3 akibat ulah M2, Allah masih menerima taubatnya di Dunia yang kelak akan kembali lagi ke Syurga. Hal ini dapat kita lihat dalam Surah Al Baqarah ayat 35 - 38.

Secara philosofis kendatipun Syaithan menggoda M3, M3 tahupersis resiko memakan buah kayu tersebut yang secara philosophis juga lebih tepat dinamakan buah Kearifan. Ketika M3 sadar mereka tidak produktif di alam surgawi, mereka berkorban demi kemanusiaan dengan cara me makan buah Kearifan . Kendatipun resikonya diturunkan ke Bumi, sebagai hukuman dari pelanggaran yang mereka lakukan, namun mereka juga punya nilai plus yaitu disamping punya Wa wasan dan Kearifan mereka juga sudah dapat berproduksi sementara sebelum memakan buah kearifan, mereka harus tunduk patuh secara mutlak terhadap Konstitusi yang ada di Syurga, tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk berfikir bebas dan juga bebas berbuat de ngan segala resikonya.

Diatas segalanya mereka melepaskan diri dari status Malaikat yang tunduk patuh secara mutlak kepada Allah menjadi Manusia yang bebas berbuat dan mengembangkan keturu nannya (berpro duksi). Pengorbanan M3 sangat diharapkan manusia sebagai keberun tungan. Andaikata M3 tidak mahu memakan buah Kearifan, sampai hari ini mereka tetap berdua saja yaitu M3 dan permaisurinya Siti Hawa. Sebab di Syurga hanya tempat berse nang-senang dan menikmati fasilitas Syurga yang serba kompleks, gemerlap dan fantastis, bukan tempat bekerja dan mela hirkan bayi. Andaikata di Syurga dapat mela hirkan bayi, otomatis memerlukan kerja, paling kurang Baby Sister, buat perawatan bayi-bayinya. Padahal di Surga tidak ada anak-anak dan juga tidak ada orang tua. Umur mereka semua muda belia dan jangan lupa kelak Imam Hassan dan Imam Hussein seba gi ketua pemudanya di Syurga (Hadist Nabi suci)

Adam sebagai manusia pertama, diciptakan Allah dari tanah, elemen yang paling hina namun di kombinasikan dengan roh Allah, spirit suci. Justru itu pada manusia terdapat dua kecenderungan. Kecenderungan mengikuti tanah sebagai bahan bakunya yang membuat dia hina dan kecenderungan mengikuti spirit Allah, roh suci yang menjadikan dia sangat mulia dalam pan dangan Allah (lebih unggul dari para Malaikat). Tubuh manusia bera sal dari tanah namun ken datipun dia cantik (ganteng) tidaklah berarti apa-apa kalau tidak ada nyawa, roh su ci. Tubuh tanpa nyawa akan menjadi santapan cacing-cacing tanah.

Kehidupan di Dunia akan menghadapkan manusia pada dua jalan. Jalan yang mendaki lagi sukar dan jalan yang mulus lagi menyenangkan (QS,90:10). Jalan yang mendaki lagi sukar adalah jalan yang membebaskan kaum dhuafa dari belenggu penindasan dan penjajahan, yang menimpa kuduk-kuduk mereka, membebaskan manusia dari system perbudakan, baik perbudakan ortodok maupun perbudakan modern (QS,7:157 & QS, 90:12-18). Untuk menempuh jalan ini tidak boleh tidak dituntut untuk mendirikan system Allah. Untuk mendi rikan sistem Allah membutuhkan kemantapan Power dan Ideology sebab pasti akan berhadapan dengan keku atan system Thaghut, jelasnya pasti akan berhadapan dengan medan tempur. Justru itulah para Rasul dilengka pi dengan Ideology, Mizan dan Power (QS Al-Hadid : 25).

Setelah periode para Rasul berakhir, tugas mendirikan system Allah dilanjutkan para Imam yang diutus. Andai kata di suatu negeri tidak ada para Imam, tugas tersebut akan diambil alih oleh Ulama atau Penyeru-penyeru kebenaran secara kolektif sebab tugas mendirikan system Allah adalah Haq, lawan kata daripada Bathil. Hal ini perlu digarisba wahi sebab banyak orang yang terkecoh dengan pendapat klasik yang mengatakan hukumnya wajib. Haq dalam konteks ini kedudukannya di atas wajib. Bila hukumnya wajib, andaikata tidak didirikan paling-paling berdosa. Sedangkan perkara dosa masih ada jalan untuk meminta ampun. Sedangkan perka ra Haq, bila tidak didirikan hukumnya bathil. Resiko berada dalam system yang batil adalah Neraka. Andaika ta kita tidak berada dalam system Allah (Haq), otomatis kita berada dalam system Thaghut (bathil) kecuali taqiyah. Untuk kasus ini Allah berfirman; "Qul ja al haqqu wazahaqal baathil, innal bathilakana zahuuqa"

Jalan yang mulus lagi menyenangkan adalah jalan Qabil, pembunuh manusia. Jalan Namruz, Fir-aun, Kaisar-Kaisar di Rhoma. Jalan Abu Sofyan bin Harb, Muawiyah bin Abi Sofyan, Yazid bin Muawiyah. Jalan orang-orang yang bersatu padu dalam system Thaghut Hindunesia-Jawa kecu ali "Taqiah". Kesemuanya adalah jalan orang - orang yang mencari kebahagiaan Dunia diatas penderitaan orang lain (baca kaum dhuafa). Mereka itu umumnya baik secara langsung maupun tidak langsung, menentang ayat-ayat Allah. Mereka sekedar bereksis tensi dan tak pernah beresensi. Manakala berbicara tentang Negara Islam, Kedaulatan Allah, System Allah, sebagian me reka langsung menentangnya, sementara sebagian yang lain merasa grogi, memperlihatkan sikap yang tidak senang dengan mengemukakan berbagai dalih. Tidak mungkinlah, mustahillah, mimpilah, dsb. Mere ka mengaku diri sebagai orang beriman, Islam. Mereka sesungguh nya telah dinyatakan Allah dengan jelas da lam Al Qur-an Karim surat Al Baqarah ayat 8 - 20. Hal ini juga terdapat dalam surat yang lainnya seperti Su rat Al-Munafiqun dari ayat 1 sampai ayat 8 dan juga ayat-ayat di surat-surat lainnya.

Untuk menjawab pertanyaan kedua: apakah tujuan hidup manusia, ada beberapa pendapat yang beredar di kalangan Ummat Islam tentang tujuan hidup. Ada yang mengatakan tujuan hidup adalah untuk mencari kese nangan, kebahagiaan, kesejah teraan, ketenteraman, keamanan dan keharmonisan. Orang-orang yang menga kui tujuan hidup seperti itu, sangat tidak mungkin untuk diajak mendirikan system Allah. Mereka tidak mahu mengambil resiko yang akan memba hayakan kehidupannya. Sementara yang lain meyakini bahawa tujuan hidup adalah untuk beribadah. Mereka meyakini bahawa yang dimaksudkan ibadah hanyalah shalat, shaum (puasa) bertahlil dan bersamadiyah, berdo'a, membaca Quran dan naik Haji ke Baitullah. Mereka itu keli ru 180 derajat. Kekeliruan ini disebabkan ketidaktepatan dalam menterjemahkan kata "liya'buduni" dalam Surat Azzariyat ayat 56. Adapun terjemahan yang tepat adalah: "tunduk patuh kepadaKu" lengkapnya: "tidaklah Ku jadikan Jin dan Manusia kecuali untuk tunduk patuh ke padaKu".

Namun demikian tidaklah salah kita terjemahkan beri'badah kepada-Ku asal saja kita mampu memahami apakah "ibadah" itu sesungguhnya. Apa saja kegiatan manusia di dunia ini disebut i'badah mulai dari aktivitas yang terkecil (kedip mata) sampai membangun Daulah Allah (System Allah). Tinggal lagi alamat i'badah terse but ada dua, yaitu Allah dan Thaghut. Kedip mata saat membaca Kitab Al-Quran untuk membuat lebih jelas/terang berarti beribadah kepada Allah, sedangkan kedip mata saat berjumpa dengan lawan jenis adalah beri badah kepada Thaghut. Mendirikan system Allah berarti beribadah kepada Allah sedangkan mendirikan sys tem Thaghut berarti beribadah kepada Thaghut. Disamping itu kita juga harus memahami benar bahwa ibadah itu memiliki dua dymensi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya bagaikan dua sisi mata uang. Yaitu sisi ritual (hablum minallah) dan sisi sosial (hablum minannas). Ibadah dalam persepsi orang sesat, hanyalah men cakup sisi ritual saja, mereka cenderung mengabaikan sisi sosialnya, termasuk ibadah sosial yang terbesar ya itu mendirikan system Allah (kedaulatan Allah).

Membaca Qur-an adalah ibadah ritual. Ketika kita pahami dalam bahasa kita sendiri untuk kita amalkan, barulah masuk wilayah sosial, kecuali penduduk Dunia yang berbahasa Arab. Hal inilah yang membuat orang keliru. Banyak sekali orang-orang yang mengaku dirinya orang Islam, namun tidak memahami akan fungsi Al Qur-an. Padahal Allah sendiri telah menyatakan dalam Al-Quran: "Kitab (Qur-an ini) tidak ada keraguan (sedikitpun) padanya, adalah sebagai Petunjuk bagi orang-orang yang taqwa". Namun mereka sepertinya telah merobah fungsi Al Qur-an dari hudal lin Naas kepada lil Qari. Bagaimana mungkin pada satu sisi kita mengaku al Qur-an sebagai Pedoman Hidup, namun di sisi yang lain kita hanya membaca-baca saja tanpa be rusaha memahami pesan-pesan Allah dalam pedoman itu sendiri.

Dewasa ini memang sudah menjadi kenyataan dimana-mana hampir di seluruh dunia, banyak sekali sekolah-sekolah yang kuri kulumnya sekedar membaca Qur-an, menghafal Qur-an dan menggunakan Qur-an sebagai seni, baik seni qari maupun seni kaligrafi. sepertinya tak ada sama sekali sekolah memahami Qu-ran. Kalau kita pikir berdasarkan pesan Allah sendiri " . . . .Afala ta'qilun dan afala yatazakkarun". Bagaimana mungkin ada sekolah untuk memahami al Qur-an di negara-negara yang menggu nakan system Thaghut. Andaikata ada sekolah memahami Qur-an di negara tersbeut pastilah akan bermuara kepada mendirikan system Allah. Itulah yang membuat mereka berusaha untuk mempelintirkan fungsi Qur-an di tengah-tengah ummat Islam (ayat-ayat muhkamat dikatakan mutasyabihat). Ini sebetulnya kerjanya antek-antek Snough Hugronye. Snough Hughronye ada lah orientasli Bangsa Belanda yang telah mengenyam pendidikan di Saudi Arabia selama lebih kurang 20 tahun dan berhasil mengelabui sebahagian besar bangsa Acheh - Sumatra dengan menukar nama nya menjadi Abdul Ghafur.

Orang-orang yang meyakini tujuan hidup hanya untuk beribadah ritual semata, juga meyakini untuk mencari pahala semata-mata. Keyakinan mereka berbuat baik di dunia juga untuk mem peroleh syurga di Akhirat ke lak. Untuk memperjelas masalah ini pembaca dipersilakan me ngikuti alinea berikut dengan seksama. Sebagai mana yang telah ditegaskan oleh Allah SWT: " . . . . . afala ta'kiluun? . . . . . . . afala yatazakkarun?"

Umpamakan saja kita mempunyai dua orang kemenakan. Yang pertama bernama Bal'am dan yang kedua bernama Mukhlis. Si Bal'am senantiasa siap melakukan apa saja yang kita suruh asal saja memberikan sedikit uang setiap tugas itu dilaksanakan. Sementara si Mukhlis juga siap apasaja yang kita suruh, namun dia tidak mengharapkan pemberian kita. Dia mahu melakukan apa saja yang kita suruh adalah semata-mata karena kita adalah pamannya. Sebagai paman se jati, kita mustahil mengabaikan keihklasan karya baktinya. Sudah barang pasti kita akan mem berikan yang terbaik sebagai imbalannya pada saat - saat tertentu. Si Bal'am perumpa maan orang-orang yang berbuat baik di Dunia ini dengan mengharapkan pahala yang nota benenya tentu saja Syurga.

Mereka menfokuskan harapannya pada pemberian Allah, bukan padaNya. Sedangkan si Mukhlis, perum pamaan orang-orang yang berbuat baik di dunia secara ikhlas tanpa mengharapkan pahala. Mereka mahu berbuat baik semata-mata kerana Allah yang mereka yakini benar sebagi Tuhannya, Kekasih nya, Pemiliknya. Orang-orang yang memperham bakan diri kepada Allah semacam itu Allah pasti memberi Syurga kepada mereka di hari Akhirat kelak. Si Bal'am pasti akan menjadi orang jahat di permukaan planet Bumi ini andai kata, Oh, "Andaikata" ini harus digarisbawahi agar tidak terjadi kesalahpahaman (mis-under standing) bak kata orang European. Andaikata Allah tidak membuat Neraka, orang-orang seperti Si Bal'am pasti menjadi orang jahat di Dunia ini, sebab mereka juga akan memperoleh fasilitas surga kelak di hari Akhirat (Imam Khomeini: 40 Hadis-hadis Pilihan, Penerbit Mizan Bandung).


"Afala Ta'kilun afala yatazakkarun"

Karena manusia dijadikan Allah dari dua unsur, tanah dan spirit Allah, kebutuhanpun terdiri dari dua unsur, unsur material dan unsur spiritual. Dengan kata lain manusia membutuhkan kurikulum perut dan kurikulum otak. Karena manusia membutuhkan kedua jenis kurikulum tersebut, Allahpun melengkapi manusia dengan ilmu primer dan sekunder. Ilmu primer adalah ilmu yang diturunkan Allah melalui para Rasul yaitu Al-Quran dan Hikmah (QS 62: 2). Sipapun yang telah memiliki ilmu tersebut pasti tidak akan sesat dalam hidup ini. Ilmu tersebut merupakan sebagai mesin untuk menghidupkan "lampu-lampu" kehidupan yang dapat menerangi jalan hidup seseorang untuk menapaki jalan yang lurus (Mahdi Ghulyani: Falsafah Al-Quran dalam Perspektif Ilmu-ilmu Islam, Mizan Bandung). Di dunia Barat pada umumnya mengalami kekosongan daripada jenis ilmu-ilmu tersebut. Hal ini terjadi bersamaan dengan kehilangan manusia teladan, representant atau model untuk ditiru. Sedangkan di dunia Timur umumnya mengalami dekaden.

Di dalam ilmu primer tersebut di atas terdapat juga sinyal-sinyal berkenaan dengan ilmu-ilmu sekunder. Dengan istilah yang lain terdapat lampu-lampu untuk menerangi esensi dari ilmu-ilmu sekunder. Ilmu sekunder dibutuhkan manusia untuk meraih kesejahteraan hidup di atas planet Bumi ini. Dengan kata lain, ilmu sekunder yaitu ilmu untuk mempermak permukaan Bumi ini sekalian dengan manusianya yaitu science dan tekhnology. Ilmu tersebut diturunkan Allah di "Padang Arafah", tempat pertama bertemunya Adam dan Hawa. Sedangkan ilmu Hikmah diturunkan di "Masyarul Haram", suatu tempat yang ditujukan Adam dan Hawa untuk mendapatkan kesadaran suci (DR 'Ali Syari'ati: Haji. Penerbit Rajawali, Surabaya).

Ilmu sekunder (science dan technology) merupakan suatu alat untuk meraih Tujuan Hidup yang benar, yaitu mencari keredhaan Allah. Kalau pemilik alat tersebut juga memiliki petunjuk yang benar (baca ilmu primer) otomatis mereka akan menggunakan alat tersebut untuk mencari keredhaan Allah. Berbicara tentang alat sama dengan berbicara tentang sarana. Umpamakan saja "GLM" yang pernah digunakan TNA dalam meluluhlantakkan Taghut Hindunesia. Persoa lannya sekarang kalau GLM itu dipegang oleh orang-orang yang sedang mabuk (gila) tentu me reka akan menembak siapa saja yang melintas di depan mata kepalanya. Namun kalau pe megang GLM tersebut orang-orang beriman (memiliki ilmu primer yang benar) mereka tidak akan menembak siapapun kecuali musuh Allah, yaitu orang-orang yang haq ditembak, berda sarkan petunjuk Allah sendiri dari Al Qur-an (QS,4:75-76,QS,2:193,216,QS,8:60-65,73,QS,4:71-78,QS,9:14-15) dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya. Dengan demikian kalau ada orang yang mengatakan bahwa ilmu science dan tehnology itu ilmu sekuler, keliru 180 derajat. Ilmu terse but netral, sekuler tidaknya suatu ilmu tergantung kepada pemiliknya. Ilmu tersebut berasal dari Allah (Imanuddin Abdul Rahim, Pengantar buku Islam Alternatif, karya DR Jalaluddin Rah mat, Penerbit Mizan, Bandung).


Pendidikan

Berbicara tentang Pendidikan adalah berbicara tentang kebutuhan manusia. Sebagaimana yang telah penulis uraikan di atas yang berhubungan dengan pertanyaan nomor 3, yaitu apa saja kebutuhan-kebutuhan Manusia.

Dalam alinea-alinea berikut ini akan kita bicarakan konsep pendidikan Islam secara Kaffah. Berbicara menge nai konsep sama halnya dengan berbicara tentang Percetakan dalam suatu Pabrik/mesin Pencetak. Jadi yang pertama kita pikir adalah model barang yang bagaimana yang dibutuhkan konsumen. Sedangkan konsep Pendidikan adalah percetakan kader-kader yang dibutuhkan oleh Pemilik konsep itu sendiri. Kalau kita ingin membuat konsep pendidikan Islam secara Kaffah, pemilik konsepnya adalah Allah. Artinya konsep yang kita buat haruslah berdasarkan petunjuk Allah dalam Al Qur-an. Justru itu kurikulum setiap jenjang pendidikan haruslah terdiri dari materi pemahaman Al-Quran di urutan nomor satu, mulai dari sekolah lanjutan pertama sampai ke Perguruan Tinggi.

Di Perguruan Tinggi selain adanya materi Pemahaman Al-Quran sebagai mata kuliah mayor di setiap jurusan, pemahaman Al-Quran juga harus merupaka syarat mutlak untuk meraih gelar sarjana. Sedangkan di S2, dan Program Doktoral otomatis tentang pemahaman Al-Quran dalah pakarnya. Konsep seperti ini akan mem buahkan manusia-manusia yang pintar dan juga teguh Iman. Setiap lembaga pendidikan dapat dipastikan bah wa materi yang terutama adalah Pemahaman Al-Quran. Lalu porsi kedua ditempatkan oleh Hadist Ittrah Nabi suci. Sejarah Para Rasul, Imam-imam yang di utus dan Ulama Warasaul Ambiya. Selanjutnya diikuti oleh materi perbandingan mazhab yang difokuskan pada toleransi yang sangat tinggi antar semua pengikut mazhab. Mengingat pesan persatuan sangat diutamakan dalam Islam sejati (QS,3:103-107), sehingga kita sadar siapa musuh kita yang sebenarnya. Sering kali terjadi pertikaian antar mazhab di tengah-tengah komu nitas kaum muslimin, padahal hal ini merupakan PR yang disodorkan oleh musuh-musuh kita.

Biaya Pendidikan sejak dari Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi ditanggung sepenuhnya oleh Negara, termasuk biaya transportasi. Sedangkan gaji para guru haruslah yang tertinggi dibandingkan pegawai-pegawai lainnya termasuk militer sekalipun. Dalam pandangan Islam, guru adalah posisi yang paling mulia di tengah-te ngah masyarakat. Dalam hal ini kita dapat meyaksikan apa yang terjadi di Acheh khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Dari penelitian yang pernah penulis buat dengan opsi guru, dokter, tentara, dan pegawai sipil, rata-rata responden lebih suka menjadi dokter dan tentara daripada guru. Minat untuk jadi guru lebih tipis bah kan dibandingkan dengan pegawai sipil sekalipun. Hal ini terjadi disebabkan financial guru yang kurang terja min dibandingkan dengan pegawai lainnya.


Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sarana yang paling penting dalam dunia pendidikan, sama halnya dengan Apotik da lam dunia pengobatan. Karena itu perpustakaan haruslah selektif daripada unsur-unsur yang merusakkan idea lis Islam. Buku-buku orientalis tidak boleh dibaca kecuali pasca Sarjana, mengingat mereka adalah orang-orang yang telah mantap di bidang 'Akidah/ Ideology, Siasah Fatanah (politik Rasul) dan Sejarah Islam.

Untuk orang-orang non akademis (masyarakat biasa) membutuhkan Perpustakaan Keliling yang juga gratis/ dibiayai oleh Negara. Buku-buku di Perpustakaan Keliling juga harus selektif benar, sedangkan buku-buku yang masuk dari Luar Negeri harus melalui tim sensor yang be nar-benar terpercaya dan bertanggung-jawab kepada Allah SWT. Apabila konsep Perpustakaan Keliling berhasil diterapkan akan membuahkan kesadaran masyarakat Islam yang luarbiasa. Seorang kepala keluarga akan sadar bahwa ketika mereka kembali ke rumah tangga tidak hanya membawa roti kepada keluarganya tetapi juga buku. Roti pelambang makanan adalah sarana un tuk memenuhi kurikulum perut (empat sehat lima sempurna), sedangkan buku untuk meme nuhi kebutuhan kurikulum otak. Hal ini memang tidak akan berhasil selama pemimpin-pemim pin negara itu sendiri belum siap untuk hal seperti itu.

Jadi faktor kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan suatu konsep. Karena itu berbicara Pendidikan Islam kaffah adalah berbicara system kedaulatan Allah dimana Pemimpin Top Leadernya pastilah Imam atau minimal Ulama Warasatul Ambiya yang tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah.

Pemimpin yang bertype seperti itulah yang benar-benar memimpin ummahnya ke jalan yang diredhai Allah dan ummahpun bersatu padu bergerak ke arah yang sama pada poros bimbingan Sang Imam (Wakil Tuhan). Ne gara yang memiliki ummah dan Imamah seperti itulah yang da pat disebut Baldatun Thaiyyibatun Wa Rabbun Ghafur. Tidak sembarangan negara dan tidak mungkin disandang oleh suatu negara yang nota benenya lebih tepat disebut negara Thaghut macam Hindunesia-Jawa, bukan?


Penutup

Karena sumber pendidikan manusia berasal daripada Allah (Surah Al-Alaq 1-5), maka konsep Pendidikan Islam Kaffah haruslah dapat memproduksikan manusia-manusia yang pintar dan te guh Iman, bukan manusia-manusia sekuler. Kalau Manager Perusahaan harus memahami pro duksi yang bagaimana dibutuhkan konsu mer, Manager Pendidikan harus memahami kualitas manusia yang bagaimana dikehendaki Allah, bukan yang dikehendaki masyarakat/konsumen.

(Aceh-Karbala/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: