Dok: BBC
Panama tidak termasuk dalam daftar negara, di luar Indonesia, yang menjadi favorit bagi saya. Saya suka Brasil dan Spanyol karena sepakbolanya. Saya suka Perancis, tepatnya Kota Paris, karena di kota ini, Ernest Hemingway dan James Morrison menjalani bagian akhir kehidupan mereka yang memukau. Dan saya juga suka Lebanon, lantaran para penyanyi perempuannya begitu aduhai.
Panama terletak di Amerika Tengah, dan satu-satunya hal dari negara ini yang pernah membuat saya tertarik adalah Roberto Duran. Yakni ketika petinju ini berduel melawan petinju Amerika Serikat, Sugar Ray Leonard. Tapi apa boleh buat, Duran tak cukup kuat untuk membuat Panama melekat dalam benak saya, karena pada waktu itu, saya memang lebih suka pada gaya bertinju Leonard yang indah sekaligus mematikan.
Dan memang, bertahun-tahun sejak dua pertandingan yang digelar tahun 1980 (20 Juni dan 25 November), bahkan setelah duel ketiga (7 Desember 1989), tidak ada kabar dari Panama yang betul-betul bergejolak. Panama sungguh seperti negara tentram, surga bagi orang-orang yang menginginkan ketenangan.
Tapi ketentraman ini ternyata sekadar fatamorgana. Sekadar tampak luar. Sebab jika dilihat dari dalam, negeri ini punya wajah yang lain. Wajah yang misterius, yang merepresentasikan surga di satu sisi, namun neraka di sisi yang lain.
Wajah lain Panama baru-baru ini terungkap dan membuat dunia terkejut. Betapa Panama yang tentram, ternyata, menjadi tempat perlintasan bisnis global yang dicurigai ilegal. Satu dokumen finansial penting (dan diyakini rahasia) yang berhubungan dengan firma bernama Mossack Fonseca, bocor ke publik. Media menuliskannya dengan istilah The Panama Papers.
Yang menghebohkan, selain daftar perusahaan-perusahaan cangkang (shell companies), dokumen ini juga memuat nama-nama individu terkenal, mulai dari selebritis, olahragawan, sampai para pemimpin dunia. Para pesohor ini diduga merupakan pemilik perusahaan-perusahaan cangkang tadi.
Apa yang dimaksud dengan perusahaan cangkang? Perusahaan cangkang adalah sebuah struktur korporasi yang bisa digunakan untuk menyembunyikan kepemilikan aset perusahaan. Mossack Fonseca, membantu klien mereka mendirikan perusahaan cangkang. Perusahaan-perusahaan ini, yang tentu saja tidak seluruhnya memiliki “bentuk fisik”, kemudian dialamatkan di negara- negara yang aman bagi perpajakan (offshore company), seperti Swiss, British Virgin Islands, dan –tentu saja– Panama
Dari sekian banyak perusahaan dan sekian banyak nama, mencuat nama pimpinan Rusia, Vladimir Putin dan pemimpin China, Xi Jinping. Meski juga terdapat nama-nama seperti Mauricio Macri (Presiden Argentina), Sigmundur David Gunnlaugsson (Perdana Menteri Islandia), Salman Bin Abdulaziz Bin Abdulrahman Al Saud (Raja Arab Saudi), David Cameron (Perdana Menteri Inggris), Najib Razak (Perdana Menteri Malaysia), bahkan bintang sepak bola Barcelona dan Argentina, Lionel Messi, dan bintang film Hong Kong, Jackie Chan, sorotan tertajam ditujukan pada Putin dan Jinping.
Situasi ini memunculkan isu baru. Bahwa pembocoran dan pengungkapan dokumen rahasia Mossack Fonseca merupakan sebuah konspirasi politik tingkat tinggi. Rusia, seperti biasa, langsung menuding Amerika Serikat. Walau tidak secara langsung, Rusia menyebut, tidak tertutup kemungkinan, CIA berada di belakang huru-hara ini.
Rusia akan menggelar pemilihan umum pada 2018, dan gelagatnya, Putin akan kembali maju. Bagi Amerika, Putin adalah musuh nomor satu. Demikian pula China yang makin nyata menempatkan diri sebagai raksasa ekonomi dunia. Maka mau tak mau, jika tidak ingin bertambah jeblok, Amerika Serikat harus melemahkan Rusia dan China.
Sorotan Rusia adalah, tidak satu pun orang Amerika berada di daftar itu. Tidak pengusaha, tidak artis, tidak politisi, tidak juga para pejabat pemerintahannya, baik yang masih menjabat maupun yang sudah mantan. Dan Rusia tetap memandang hal ini tak logis meski di saat bersamaan, sejumlah pengamat ekonomi di Amerika, memberikan argumentasi, bahwa jika pun ada orang Amerika yang bermain dalam bisnis ini, mereka tidak perlu jauh-jauh pergi ke Panama. Cukup ke Nevada saja.
Sungguh, saya tidak terlalu memahami kongkalikong yang ruwet dan serba canggih ini. Namun yang membikin saya rada-rada terhibur, di antara sekian tendensi dan pandangan yang melesat-lesat, masih ada saja orang yang mengemukakan pendapat ajaib.
Misalnya ada yang bilang, bahwa Panama Papers sengaja dibesar-besarkan di Indonesia, sebagai bentuk pengalihan dari dua isu besar.
Pertama, pemecatan Fahri Hamzah oleh PKS. Argumentasinya, Fahri mulai ribut, menunjukkan perlawanan keras, dan pemerintah tidak ingin persoalan ini dibiarkan berlarut-larut dan menjadi perhatian utama masyarakat. Apalagi, konon, dalam waktu dekat, Presiden Jokowi akan mengumumkan perombakan kabinet. Satu momentum yang mutlak membutuhkan iklim politik yang tenang.
Isu kedua adalah Pilkada Jakarta. Dalam hal ini kaitannya dengan sepak terjang Basuki Tjahaja Purnama atawa Ahok, Gubernur Jakarta yang menjadi calon kuat untuk terpilih kembali.
Setelah Sanusi rontok dari persaingan menuju kursi Jakarta 1 akibat tersandung kasus dugaan gratifikasi rencana reklamasi Teluk Jakarta yang melibatkan sejumlah “orang kuat” ibukota, para pelontar isu bilang bahwa Ahok mengincar bakal lawannya yang lain, yakni Sandiaga Uno.
Kebetulan, nama pengusaha muda tampan rupawan ini memang terdapat dalam dokumen Panama Papers yang bocor ke publik tersebut. Dengan kata lain, kata mereka, Ahok memanfaatkan Panama Papers untuk menjegal Uno.
Hahaha… Betul-betul bloon, ya.
twitter: @aguskhaidir
(BBC/Tribun-News/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email