Pesan Rahbar

Home » » PENGANTAR LAHIRNYA ISLAM UMAWI (BANI UMAYYA /SUNNI) X MATEREALISME WAHABISME

PENGANTAR LAHIRNYA ISLAM UMAWI (BANI UMAYYA /SUNNI) X MATEREALISME WAHABISME

Written By Unknown on Thursday, 28 April 2016 | 17:34:00


Dalam dunia sunni atau Islam umamwi , ada seribu macam alasan di munculkan hanya sekedar membenarkan aliran pemikiran ini termasuk produksi hadist tentang "generasi pertama", dan berbagai macam modifier linguistik lainnya , anda bisa lihat disini:

1. http://sarwana09.blogspot.com/2012/11/latar-belakang-lahirnya-ahlus-sunnah.html
__________________________________________

Latar Belakang Lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Sebagaimana yang telah diprediksikan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa umatnya akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya ada 1 golongan saja yang kelak akan selamat. Sedangkan yang lainnya akan binasa. Ketika beliau ditanya oleh para sahabat: “siapakah mereka yang akan selamat?” Rasululloh SAW menjawab: “mereka adalah orang-orang yang mengikuti ajaranku dan ajaran para sahabatku”.

Tidaklah cukup bagi seorang hamba mengklaim dirinya sebagai bagian dari Ahlus Sunnah Wal Jama’ah atau bagian fireqoh an-Najihah karena merasa telah mengikuti sunnah Rosululloh SAW. Suatu hal yang sangat mendasar adalah mengkaji dan memahami apa yang Rosul lakukan dan ucapakan serta bagaimana para sahabat meriwayatkan dan mensyarahi sebuah hadist tentang suatu perkara. Dalam makalah ini akan membahas latar belakang lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.


A. Rumusan Masalah 

1. Apa yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah?
2. Bagaimanakah latar belakang lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah?


B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
2. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.


PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam sejarah merupakan istilah yang menjadi nama bagi golongan kaum Muslimin yang memiliki kesamaan dlam beberapa prinsip dan memiliki kesepakatan dalam beberapa pandangan. Istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ini bukan istilah yang datang dari Nabi SAW. Sebagai nama bagi kelompok tertentu.

Secara kebahasan, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah istilah yang tersusun dari tiga kata, yaitu:
1. Kata ahl, yang berarti keluarga, pengikut atau golongan.
2. Kata as-sunnah, secara etimologis (bahasa) memiliki arti at-thariqoh (jalan dan perilaku), baik jalan dan perilaku tersebut benar atau keliru. Sedangkan secara terminology (istilah), para ulama berbeda pendapat tentang pengertian as-sunnah. Lalu apakah pengertian sunnah yang menjadi maksud dalam istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah berkaitan dengan perpecahan umat islam menjadi beberapa golongan?.
Menjawab pertanyaan ini, al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan bahwa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah itu adalah golongan yang mengikuti ajaran Nabi dan ajaran sahabatnya. Pengertian demikian ini merupakan pengertian yang baku dalam istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
3. Kata jama’ah, secara etimologis ialah orang-orang yang memelihara kebersamaan dan kolektifitas dalam mencapai tujuan. Sedangkan secara terminogis, para ulama berbeda pendapat tentang maksud al-jama’ah dalam istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Ada 5 pendapat tentang pengertian jama’ah, antara lain:
a. Menurut sahabat Abu Mas’ud al-Anshori dan Abdulloh bin Mas’ud, jama’ah adalah mayoritas kaum muslimin.
b. Jama’ah adalah para ulama dan imam yang mencapai tingkatan mujtahid.
c. Menurut sahabat Umar bin Abdul ‘Aziz, jama’ah adalah para sahabat Nabi SAW saja bukan generasi sesudah mereka.
d. Jama’ah adalah ijma’ kaum Muslimin terhadap suatu hukum dan prinsip yang harus diikuti oleh pengikut oleh agama-agama lain karena ijma’ mereka dijamin oleh Allah tidak akan tersesat sebagaimana dalam hadist Nabi SAW.
e. Menurut al-Imam at-Thobari, jama’ah adalah jama’ah kaum muslimin apabila bersepakat dalam memilih seorang pemimpin, maka pemimpin itu harus dibaiat dan disetujui oleh kaum muslimin yang lain, dan barang siapa yang melepaskan diri dari kepemimpinannya maka dia keluar dari jama’ah kaum Muslimin.[1]
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah golongan mayoritas umat Muhammad. Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam dasar-dasar akidah. Merekalah yang dimaksud oleh hadist Rosululloh SAW yang artinya:
“........maka barang siapa yang menginginkan tempat lapang di surga hendaklah berpegang teguh pada al-jama’ah; yakni berpegang teguh pada akidah al-jama’ah.” (hadist ini dishohihkan oleh al-Hakim, dan at-Tirmidzi mengatakan hadist hasan shohih).[2]


B. Latar Belakang Lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Ketika Nabi SAW wafat, kaum muslimin masih bersatu dalam agama yang mereka jalani. Klasifikasi sosial yang ada pada saat itu terdiri dari 3 golongan, yaitu orang muslim, orang kafir, dan orang munafik. Namun begitu Nabi wafat, perselisihan diantara mereka terjadi tentang pemimpin yang akan menjadi pengganti Nabi SAW. Namun akhirnya, kekuatan kepemimpinan para sahabat Nabi tersebut mengalahkan semua ambisi dan fanatisme kesukuan, sehingga menggiring mereka pada kesepakatan untuk memilih Abu Bakar As-Shidiq sebagai kholifah. Setelah Ia wafat, khilafah berpindah tangan Umar bin Khatab, sahabat Nabi terbaik setelah Abu Bakar. Hingga akhirnya khalifah Umar menemui ajalnya setelah ditikam oleh seorang budak Persia, yaitu Abu Lu’lu’ah al-Majusi. Setelah ia wafat, khilafah berpindah ketangan kholifah Utsman bin Affan, menantu Nabi SAW. Ia dibaiat sebagai kholifah berdasarkan hasil rapat tim formatur yang dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya.

Setelah 6 tahun dari masa pemerintahan Utsman, friksi internal dan gejolak politik seputar kebijakan-kebijakan Utsman mulai muncul kepermukaan dan menjadi sasaran kritik sebagian masyarakat. Dalam kondisi tersebut, unsur-unsur Majusi dan Yahudi ikut bermain dalam mengeruhkan suasana, sehingga lahirlah berbagai kekacauan dan beragam propaganda dengan membawa kepentingan menurunkannya dari jabatan melalui amr ma’ruf dan nahi mungkar, sehingga hal tersebut barakhir dengan terbunuhnya kholifah Utsman ditangan kaum pemberontak.

Khilafah berpindah tangan ke Ali bin Abi Tholib, menantu dan sepupu Nabi serta sahabat terbaik setelah wafatnya Utsman. Namun beragam kekacauan yang terjadi pada Utsman sangat berpengaruh terhadap pemerintahan Ali bin Abi Tholib. Pada masa pemerintahannya terjadi perang saudara besar-besaran antara Ali dengan kelompok Aisyah, Tholhah, dan Zubair dalam perang jamal, kemudian terjadi perang shiffin dengan kelompok Mu’awiyah bin Abi Sofyan.

Pada masa pemerintahannya, muncul satu kelompok dari pengikut Ali yang memisahkan diri dan kemudian dinamakan dengan aliran khowarij. Mereka mendefinisikan iman dengan keyakinan yang disertai pengamalan, sehingga keyakinan tidaklah berguna ketika tidak disertai pengamalan. Oleh karena itu, khowarij mengkafirkan pelaku dosa. Khowarij berpandangan bahwa Utsman, Ali, Aisyah, Tholhah, Zubair, Muawiyah, dan pengikut mereka dalam perang Jamal dan Shiffin adalah kafir. Khowarij hanya mengakui kholifah Abi Bakar dan Utsman.

Pada masa Ali, lahir juga aliran Sabaiyah dari kalangan Rafidhah (Syi’ah) yang dipimpin oleh Abdulloh bin Saba’. Mereka berpandangan bahwa Ali adalah Tuhan. Ajaran Abdulloh bin Saba’ ini dilanjutkan oleh golongan syiah yang terpecah menjadi 3 golongan besar, yaitu Imamiyah, Zaidiyah, dan Ismailiyah. Kelompok syiah yang ekstrim seperti Imamiyah dan Ismailiyah mengkafirkan seluruh sahabat Nabi kecuali empat orang.

Setelah benturan pemikiran antara Syi’ah dan Khowarij semakin keras pasca proses arbitrase antara Ali dan Mu’awiyah. Situasi tersebut menjadi sebab lahirnya satu kelompok yang netral (tidak memilih antara pihak manapun). Menurut kelompok ini, ketika kita tidak dapat menentukan mana pihak yang salah dan mana yang benar, maka kita harus mengembalikan persoalan ini kepada Allah. Dengan pandangan ini, kelompok tersebut akhirnya dinamakan aliran Murji’ah (kelompok yang mengembalikan persoalan kepada Allah).

Pada akhir generasi sahabat, lahir aliran Qadariyah yang dipimpin oleh Ma’bad al-Juhani, Ghailan al-Dimasyqi dan Ja’ad bin Dirham. Kelompok ini berpandangan bahwa perbuatan manusia terjadi karena rencana sendiri bukan karena takdir Allah. Pendangan mereka menuai penolakan keras dari kalangan sahabat yang masih hidup pada saat itu, seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan lain sebagainya.

Pada masa al-Imam al-Hasan Al-Bashri lahir kelompok Mu’tazilah yang dirintis oleh Atho’ al-Ghazzal yang membawa faham manzilah baina al manzilataini (tempat antara dua tempat). Aliran ini berpandangan bahwa seorang muslim yang fasik tidak dikatakan mukmin dan tidak dikatakan kafir dan diakhirat nanti dia akan kelak dineraka bersama dengan orang-orang kafir. Selain aliran tersebut diatas muncul aliran Najjariyah, Karramiyah dan Wahhabi.

Berdasarkan data sejarah yang ada, setelah terjadinya fitnah pada masa kholifah Utsman bin Affan kemudian aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran islam yang murni dan asli bermunculan satu persatu, maka pada periode akhir generasi sahabat Nabi SAW istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mulai diperbincangkan dan dipopulerkan sebagai nama bagi kaum muslimin yang masih setia kepada ajaran islam yang murni dan tidak terpengaruh dengan ajaran-ajaran baru yang keluar dari mainstrem. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah diriwayatkan dari sahabat Nabi generasi junior (sighor al-shohabah) sepert Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Ibnu Sa’id al-Khurdi. Ibnu Abbas (3SH-68H/619-688) mengatakan:
Ibnu abbas berkata ketika menafsirkan firman Allah: “pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam” (QS. Ali Imron: 106). Adapun orang-orang yang wajahnya putih berseri, adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan orang-orang yang berilmu. Sedangkan orang-orang yang wajahnya hitam muram adalah pengikut bi’ah dan kesesatan.[3]


KESIMPULAN 

1. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah mereka yang menempuh seperti apa yang ditempuh Rosululloh SAW dan para sahabatnya.
2. Munculnya aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran islam menjadi latar belakang lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.


SUMBER

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Syabab. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta: Syahamah Press, 2012)
Ramli, M. Idris. Pengantar Sejarah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.


DISUSUN OLEH: 

Lia Riana, Imam Khoironi, Mifatahul Anam, M. Hadhiq Maftuhin, Sarwono. PBA Madin INSURI Ponorogo


Referensi:
[1] M. Idris Ramli, Pengantar Sejarah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, 53-59.
[2] Syabab Ahlusunnah Wal Jamaah, Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta: Syahamah Press, 2012). [3] Ibid, M. Idris Ramli, 61-70.
_____________________________________________

2. http://albayyinat.net/jwb4t.html....
_____________________________________________

Bilakah lahirnya nama Ahlus Sunnah Waljamaah ?

Dahulu di zamaan Rasulullaah SAW. kaum muslimin dikenal bersatu, tidak ada golongan ini dan tidak ada golongan itu, tidak ada syiah ini dan tidak ada syiah itu, semua dibawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW.

Bila ada masalah atau beda pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah SAW. itulah yang membuat para sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan duniawi.

Kemudian setelah Rasulullah SAW. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali kw. menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh Ibin Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus faham Syiah (Rawafid).

Tapi setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah tersebut mulai membesar, sehingga timbullah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW.

Saat itu muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam, seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW. bersama sahabat-sahabatnya.

Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan akidahnya Ahlus Sunnah Waljamaah. Jadi golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah golongan yang mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus shohabah.

Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW : bahwa golongan yang selamat dan akan masuk surga (al-Firqah an Najiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah SAW) kerjakan bersama sahabat-sahabatku.

Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah Islamiyah yang dibawa oleh Rasulullah dan golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah umat Islam. Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah Waljamaah dan Ahlus Sunnah Waljamaah itulah Islam. Sedang golongan-golongan ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah, Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW yang berarti menyimpang dari ajaran Islam.

Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah ada sebelum Allah menciptakan Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali. Begitu pula sebelum timbulnya ahli bid’ah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.

Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita sepakat bahwa Ahlul Bait adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi SAW. dan mereka tidak menyimpang dari ajaran nabi. Mereka tidak dari golongan ahli bid’ah, tapi dari golongan Ahlus Sunnah.

Demikian sekilas lahirnya nama Ahlus Sunnah Waljamaah.
_____________________________________________

Maaf kalau saya menggunakan istilah "umawi' karena saya melihat aliran pemikiran ini bukanlah berasal secara langsung dari Nabi Islam , akan tetapi melalui perantara dan di persepsikan oleh etnis bani umayya yang di klaim bergelar sahabat...


Selain syi'ah hanyalah para pengikut islam racitan banih umayya, kenapa saya mengatakan begitu?, karena setelah Nbi Muhammad Sawa meninggal dunia bahkan sebelum meninggalnya ummat islam terbagi menjadi dua, yaitu kelompok AUU dan kelompok Syyd Ali .as

Dalam perjalan sejarah kelompok AUU. Pada masa Asyi'ari di kalangan generasi AUU terjadi perdebatan teologi antara Muktazila dan asyi'ari yang kemudian kelompok Asyi'ari mengalami kekalahan dalam perdebatan itu. Akan tetapi ada semacam kelicikan Asyi'ari , yaitu untuk mempertahankan pahamnya yang sudah kelihatan sesatnya dia segerah memberi menamakan kelompoknya dengan nama SUNNI, yang kemudian disebut "Ahlusunna waljama'ah" dengan harapan agar di klaim sebagai ahli hadist dengan tujuan untuk mendapatkan simpatisan dari kalangan masyarakat ,

Rupanya itu benar terjadi , akhirnya kelompok muktazila dikecam dan di klaim habis-habisan oleh orang banyak sebagai kelompok yang sangat sesat , lalu sejarah berjalan sampai selanjudnya muncullah "Abdullah bin wahab". dari kalangan sunni sendiri , terbukti Wahabi didirikan oleh Muhammad bin Abdul wahab, karena pendiri Wahabi ini merupakan murid Ibn Qayyimal-Jauziyah. Ibn Qayyim sendiri merupakan murid Ibn Taimiyah. Ibn Taimiyah adalah pemuka mazhab Hanbali.....Ibnu Taimiyah adalah pengikut Hambali yang ekstrim. Imam Hambali itu imam ahli sunnah yang empat yang selalu mendahulukan nash atau teks daripada akal, jadi banyak sekali menggunakan hadist ahad. Kalau Imam Hanafi kebalikannya, dekat dengan akal. Murid Imam Hambali lebih ekstrim, lahirlah Ibnu Taimiyah yang kemudian punya pengikut Muhammad bin Abd Wahab. Di sini menjadi luar biasa, malah dipraktekkan menjadi tindakan, bongkar kuburan. Sementara Ibnu Taimiyah masih teori dan wacana.

Lebih jelasnya sebagaimana di ketahui Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi. .

Abdullah bin wahab, Menganggap Ahlusunna sudah tak benar lagi dan harus di murnikan atau dibersihkan dari kurafat. Rupanya Abdullah wahab salah kapra dan lebih parah lagi, karena dia adalah pemuda pemalas (pasti malas belajar agama), belakangan di ketahui di terinjecksi pengaruh kerajaan english berpaham "Materealistik"", makanya kalau memperhatikan watak wahabi sangat "materealistik"...Itulah wahabi, istilah kerennya biar wahabi senang sebut saja "The" "Islamic Materealism".. Selesai No problem....

(Tour-Mazhab/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: