Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk:2)
الَّذِى خَلَقَ الْمَوْتَ وَ الحْيَوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكمُْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَ هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُور
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk:2)
Kebanyakan dari manusia merasa ketakutan ketika mendengar kata kematian. Mereka merasa takut akan mati, seperti seorang mahasiswa yang ketakutan dengan ujian atau seorang pemuda yang takut untuk menikah.
Semua rasa takut mereka pasti ada alasannya. Misalnya seorang yang takut menikah, karena ia belum punya penghasilan, tidak punya rumah, dan lain-lain. Atau siswa yang takut dengan ujian, karena merasa dirinya tidak serius dalam belajar, tidak mengerti, dan lain sebagainya.
Tentang kematian pun seperti ihwal di atas. Banyak manusia yang takut akan kematian padahal kematian adalah bagian dari kehidupan yang fana ini. Keberadaannya pun tidak perlu pembuktian, sudah badihi. Anehnya, hampir setiap hari mereka menyaksikannya namun mereka tetap saja takut dengan adanya mati. Entah mengapa?!
Ada orang yang mati untuk menenangkan orang lain dan yang lain untuk menenteramkan dirinya sendiri. Adapun untuk menenangkan orang lain seperti orang-orang kafir dan untuk menenteramkan dirinya adalah bagi orang mukmin. Ia bersitirahat dengan tenang dari hiruk pikuk dunia ini.
Tentang hal ini, Imam Hasan al-Mujtaba as berkata, “Kematian mengantar orang mukmin pada kebahagiaan yang paling besar, karena ia telah hijrah dari kesusahpayahan menuju nikmat yang abadi. Namun kematian mengantar orang kafir pada kecelakaan yang paling besar, karena ia dipindahkan dari surganya (dunia) menuju api neraka yang tiada akhir.[1]
Lalu apa sebenarnya alasan manusia takut akan mati?
Tidak Paham Hakikat Kematian
Tak adanya pengetahuan tentang kematian adalah salah satu alasan manusia takut mati. Manusia masih takut akan mati, padahal di satu sisi Rasul saw bersabda bahwa perginya orang mukmin dari dunia seperti keluarnya bayi dari kegelapan perut ibunya menuju kebahagiaan dunia.[2]
Dari hadis ini dapat dipahami bahwa kematian adalah pintu menuju alam yang lebih luas dan lebih menyenangkan seperti beranjak dari alam perut ibu menuju dunia, yang awalnya gelap dan sempit menuju alam yang terang dan lebih luas. Begitu pun halnya dengan kematian, ia mengantarkan manusia pada alam yang lebih hebat dibandingkan alam dunia. Namun semua ini bersyarat dan syaratnya adalah menjadi orang mukmin.
Selain itu beliau saw juga berkata bahwa kematian bagi seorang mukmin bagaikan sekuntum bunga yang harum.[3]
Anda bisa bayangkan bagaimana perasaan Anda ketika melihat dan mencium bunga yang harum. Selain perasaan menyenangkan dan ingin menciumnya, tiada lagi perasaan takut yang akan muncul. Maka dari itu kematian bagi orang mukmin adalah sesuatu yang menyenangkan dan ia ingin segera mencicipinya.
Tak Ada Persiapan
Ada seseorang yang bertanya pada Rasul saw, “Kenapa aku tidak suka dengan kematian?” Rasul saw menjawab, “Apakah kamu mempunyai harta?”
“Iya.” Lalu beliau bertanya kembali, “Apakah hartamu engkau gunakan untuk akhiratmu?” “Tidak.” “Maka dari itu kamu tidak menyukai kematian.”[4]
Dari cerita ini dapat diambil hikmah bahwa ketika kita menyiapkan segala sesuatu yang kita punya di dunia untuk kematian atau akhirat kita, maka kita tidak akan merasa takut dengan kematian.
Selain itu, kalau kita tidak merusak akhirat kita dan menyejahterakan dunia kita, maka kita akan merasa takut pada kematian. Imam Hasan as berkata, “Engkau takut akan mati karena akhirat engkau rusak dan dunia engkau sejahterakan. Maka sesungguhnya kau tidak akan suka berangkat dari kesejahteraan menuju kehancuran.[5]
Tidak ada persiapan adalah termasuk salah satu alasan manusia takut mati.
Banyak Berbuat Dosa
Imam Ali as berkata, “Tidak ada yang takut akan mati kecuali mereka adalah orang-orang yang berdosa.”[6]
Lalu bagaimana dengan kita yang telah hidup berlumur dosa? Bertaubatlah dan sesalilah dosa-dosa di masa lalu dan jangan mengulanginya. Seperti seorang pasien yang meminta nasihat dari dokter dan dokter pun menasihati untuk jangan memakan pantangan ini-itu.
Memang, dulu kita memakan makanan tersebut dan sekarang janganlah memakannya lagi kalau tidak ingin sakit kembali. Begitupun dengan dosa, ketika kita telah bertaubat kepada Allah SWT, berusahalah untuk tidak mengulanginya kembali, karena kalau kita mengulangi sama saja dengan pasien yang kembali memakan makanan yang telah dilarang oleh dokter.
Terakhir, jika seseorang telah mengetahui hakikat kematian, maka ia tak akan takut mati. Seandainya ia persiapkan dirinya untuk akhirat, ia banyak melakukan kebaikan, dan mematuhi perintah Allah SWT, maka ia tidak akan takut dengan kematian, malah ia akan selalu merindukannya. Seperti Imam Ali as yang mengatakan, “Aku mencintai kematian melebihi seorang bayi yang mencintai susu ibunya,” maka dari itu kenalilah kematian dan persiapkanlah diri kita untuk menyambutnya.
Referensi:
[1] Mizanul Hikmah, jilid 6, hal. 5669
[2] Ibid, hal. 5673
[3] ibid
[4] Ibid, hal. 5699
[5] ibid
[6] Ceramah Dr. Rafei di acara Haft Daqiqeh-i
(ABI-Press/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email