Pesan Rahbar

Home » » Pendukung Syiah Yasir itu Kongslet Layaknya Pemimpinnya Yang Katanya Tidak Tahu Apa-Apa, Dan Yasir Al Habib Adalah Wahabi Lebih Bodoh Lagi

Pendukung Syiah Yasir itu Kongslet Layaknya Pemimpinnya Yang Katanya Tidak Tahu Apa-Apa, Dan Yasir Al Habib Adalah Wahabi Lebih Bodoh Lagi

Written By Unknown on Tuesday 10 May 2016 | 19:48:00


Mari perhatikan ciri-ciri yang terlihat dalam sehari-harinya dari Yasir Al-Habib dari syiah inggris sebagai berikut:

1. Mengucapkan: Allahummal'an aba bakar wa umar wa usman wa muawiyah wa yazid wa aisyah wa hafsyah wa hindun wa umma hakam wa khomeini wa khamenei wa ahmad ismail wa man tabiahum minal malail 'ala ila yaumiddin..

2. Mengucapkan: ALLAHUMMAL'AN SHANAMAIN QURAISY WA SHANAMAIN IRAN ILA YAUMIL QIYAMAH...

3. Mengcapkan: Allahummal'an aba bakar wa umar wa usman wa muawiyah wa yazid wa aisyah wa hafsyah wa hindun wa umma hakam wa khomeini wa khamenei wa ahmad ismail wa man tabiahum minal malail 'ala ila yaumiddin..

________________________________________
Jawaban Kami disini:

Syiah Yasir ini, Apa-apa yang tidak ikut pada zaman Nabi Saw di laknat, Karena anggapan mereka bilang menyembunyikan kebenaran. Lantas Siapakah yang pertama membuka kebenaran???
Bukankah Ahlus sunnah telah membukanya kebenaran tersebut dari awal sebelum Syiah yasir Yasir ada???

__________________________________________

Beberapa Pendapat Syiah Iran Menyatakan Sebagai berikut penjelasannya:

1. Logika Menentang Agama, Inilah Pembahasannya


“Man tamanthaqa faqad fazandaqa”, demikian ungkapan terkenal dari tokoh besar di dunia Islam, Ibn Taimiyyah. Arti harfiahnya kira-kira adalah, “Barang siapa menggunakan logika maka ia telah kafir”.

Apakah sikap seperti ini dapat dibenarkan? Ataukah memang mutlak salah? Apa implikasi jika sikap seperti ini dibenarkan? Dan apa pula konsekuensinya jika ia mutlak salah? Ataukah sikap seperti ini relatif, bisa benar sekaligus bisa salah secara bersamaan atau secara fuzzy ? Dan apa-kah konsekuensinya jika kebenaran sikap seperti ini fuzzy atau relatif?

Logika adalah kaidah-kaidah berfikir. Subyeknya akal-akal rasional. Obyeknya adalah proposisi bahasa. Proposisi bahasa mencerminkan realitas, apakah itu realitas di alam nyata ataupun realitas di alam fikiran. Kaidah-kaidah berfikir dalam logika bersifat niscaya atau mesti. Penolakan terhadap kaidah berfikir ini mustahil (tidak mungkin). Bahkan mustahil pula dalam semua khayalan yang mungkin (all possible intelligebles). Contohnya, sesuatu apapun pasti sama dengan dirinya sendiri, dan tidak sama dengan yang bukan dirinya.

Prinsip berfikir ini telah tertanam secara niscaya sejak manusia lahir. Tertanam secara spontan. Dan selalu hadir kapan saja fikiran digunakan. Dan harus selalu diterima kapan saja realitas apapun dipahami. Bahkan, lebih jauh, prinsip ini sesungguhnya adalah satu dari watak niscaya seluruh yang maujud (the very property of being). Tidak mengakui prinsip ini, yang biasa disebut dengan prinsip non-kontradiksi, akan menghancurkan seluruh kebenaran dalam alam bahasa maupun dalam semua alam lain. Tidak menerimanya berarti meruntuhkan seluruh bagunan agama, filsafat, sains dan teknologi, dan seluruh pengetahuan manusia.

Sebagai contoh perkataan ‘Ibn Taimiyyah di atas, jika misal pernyataan itu benar, maka menggunakan kaidah logika adalah salah. Karena menggunakan kaidah logika salah, maka prinsip non-kontradiksi salah. Kalau prinsip non-kontradiksi salah . Artinya seluruh kebenaran tiada bermakna, tidak bisa dibenarkan ataupun disalahkan, atau bisa dibenarkan dan disalahkan sekaligus. Kalalu seluruh keberadaan tidak bermakna, maka pernyataan itu sendiri “Man tamanthaqa faqad fazandaqa” juga nafi. Tak bermakna. Tak perlu dipikirkan.

Menerima kebenaran pernyataan beliau tersebut sama saja dengan mengkafirkan beliau. Karena jika pernyataan tersebut benar, maka untuk membenarkannya telah digunakan kaidah logika. Dan karena beliau telah menggunakan kaidah logika, menurut pernyataan-nya sendiri beliau kafir. Jadi sebaiknya pernyataan pengkafiran orang yang menggunakan logika ini benar-benar ditolak. Pernyataan ini salah. Salah. Dan mustahil benar. Karena kalau benar, semua orang yang berfikir benar kafir. Dan ini mustahil.

“Wa qul jaa ‘al-haqqa wazahaaqal-baathil, innal-baathila kaana zahuuqa.” Dalam pandangan saya, Islam jelas menentang adanya relativisme Kebenaran. Dalam Islam yang benar pasti benar dan tidak mungkin salah. Sedang yang salah pasti salah dan tak mungkin benar. Dalam dunia dikenali adanya golongan relativis kebenaran yang disebut sufastaiyyah. Golongan relativis kebenaran ini merupakan pewaris mazhab pemikiran sophisme, yang bermula pada abad ke-5 dan ke-4 SM di Yunani melalui pemikiran Protagoras, Hippias, Prodicus, Giorgias dan lain-lain.

Beberapa pemikiran yang mendasari gelombang filsafat pasca-modernis juga merupakan cerminan dari pandangan golongan ini. Dalam majalah Ummat No.3/Thn.I/7 Agustus 1995, hal 76, DR.Wan Mohd Nor Wan Daud menjelaskan bahwa Akidah Islam jelas menentang keras sikap golongan sufastaiyyah ini. Bagi golongan sufastaiyyah, benar itu bisa salah dan salah itu bisa benar. Bagi golongan shopisme Yunsni, semua yang jelas-jelas ada ini dianggap tidak memiliki keberadaan. Jadi ada dan tiada sama saja. Bagi golongan positivis pasca- Renaisance, semua yang tidak bisa diukur tidak bisa ditentukan benar salahnya. Bagi pengikut Marx dan Hegel, kontradiksibukan saja mungkin terjadi, tapi menjadi arah gerakan alam yang sering disebut sebagai dialektika Hegel. Bagi golongan relativis pasca-modern, yang mendasarkan pemiokirannya pada language games ala Wittgenstein ataupun Russel seyiap propisisi adalah bahasa, dan setiap bahasa nilai kebenarannya relatif, karena itu setiap keberanan itu relatif.

Adapun sufastaiyyah, misalnya sama. Menghancurkan kaidah dasar logoka. Yaitu prinsip non-kontradiksi. Hanya Protagoras meniadakannya dalam tingkatan ada-tidaknya segala sesuatu, para positivis meniadakannya pada tingkatan hal yang tidak bisa diindra, Marx dan Hegel meniadaknnya sebagai watak umum segala yang maujud, dan Wittgenstein maupun Russel menghilangkan otoritas fikiran untuk menerapkan kaidahnaya kepada alam di luar fikiran. Hasilnya sama. Runtuhnya seluruh bangunan pengetahuan manusia. Runtuhnya suatu bangunan keyakinan manusia. Bahkan keyakinan tentang adanya dirinya sendiri ! Na’uudzubihi min dzaalik.

Penerapan kaidah-kaidah berfikir yang benar telah menghantarkan para filosof besar pada keyakinan yang pasti akan keberadaan Tuhan. Socraets dengan The Most Beauty -nya. Plato dengan archetype -nya. Aristoteles dengan prime-mover-nya.. ‘Ibn Arabi dengan al-jam’u bainal-‘addaad (coincindentia in oppositorium) nya. Suhrawardi dengan Nur-i-qahir nya. Mulla Shadra dan Mulla Hadi Sabzavary dengan Al-Wujud Al-Muthlaq-nya. Jelas-jelas penerapan logika bagi mereka tidak menentang agama. Malah sebaliknya, me-real-kan agama sampai ke seluruh pori-pori rohaninya yang mingkin. Atau dengan kata lain, mencapai hakikat. Dalam dialog terakhir Socrates, digambarkan betapa figur filsuf ini mati tersenyum setelah menyebut nama Tuhan sebelum akhir hayatnya.

Tentang Aristoteles, sebuah riwayat menyatakan bahwa ia adalah seorang nabi yang didustakan ummatnya. Tentang ‘Ibn ‘Arabi, tidak ada yang menyangsingkan sebagai salah seorang sufi terbesar sepanjang sejarah dengan tak terhitung pengalaman ruhani yang tertulis di kurang lebih 700 kitabnya.

Sedang Mulla Shadra , tujuh kali haji ke Mekkah dengan berjalan dari Qum (Iran) hanya untuk memenuhi panggilan kekasih-Nya. Alih-alih logika menentang agama, malah logika adalah kendaraan super-executive untuk mencapai hakikat. Dan sekali lagi alih-alih logika menentang agama , tanpa logika agama tak-kan dapat terpahami. Jadi apakah logika menentang agama? Wallahu a’lam

2. Kesempurnaan Ajaran Nabi Muhammad saw. dan Konstruktivitas Sosial Masyarakat yang Dibentuk Ajaran Nabi Muhammad saw


Ajaran Nabi Muhammad saw. adalah ajaran yang paripurna. Untuk membuktikan kesempurnaan ajaran tersebut, berarti harus merangkum ajaran tersebut. Karena itu, kami kutip sebagian kecil dari ajarannya –kutipan dari al-Qur’an dan hadits- yang merupakan bukti bahwa ini adalah ajaran yang dibawa oleh seorang nabi [1] .

1) Ajaran Nabi Muhammad saw. mengajarkan sendi-sendi al-mabda’ (asal muasal realitas) bahwa segala sesuatu adalah berasal dari Realitas Tunggal yakni al-Haqq al-Wahid yang tiada lain adalah Hakikat Zat Tuhan itu sendiri. Dan bagaimana Sifat-Sifat Tuhan Yang Maha Suci seperti bahwa Ia adalah Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Hidup dan seterusnya.

“Allah Pencipta (badi’) langit dan bumi…”(QS 2 (AL-BAQARAH):117).

“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa…” (QS 32 (AS-SAJDAH):4).

“dialah Yang Awal, Akhir, Jelas, Bathin, dan Dia Mengetahui segala sesuatu.” (QS 57(AL-HADID):2-3).

“Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS 24(AN-NUR):35).

2) Ajaran Nabi Muhammad saw. mengajarkan tentang hakikat kehidupan dan perjalanan jiwa manusia mulai dari lahir hingga mati dan apa yang dialami manusia setelah kematiannya (al-ma’ad). Dan bagaimana seorang manusia agar mencapai kebahagiaan abadi yang sejati dalam Limpahan RahmatNya di alam keabadian tersebut.

“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al-Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali…” (QS 28(AL-QASHASH):85).

“Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan ke tempat yang seburuk-buruknya. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat baik, maka bagi mereka pahala yang tiada putus. Maka apa yang membuatmu mendustakan hari pembalasan sesudah itu? Tidakkah Allah Yang Paling Adil diantara yang adil?” (QS 95(AT-TIN):8).

“Dan jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS 91(ASY-SYAMS):7-10).

3) Agama yang dibawa nabi Muhammad saw., sebagai ajaran yang dibawa oleh nabi, memiliki cara yang efektif dalam “mengingatkan” manusia akan fitrahnya.

“Apa kau lihat orang yang mendustakan agama? Yaitu orang-orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat. Orang-orang yang terhadap salatnya lalai. Orang-orang yang riya. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS 107(AL-MA’UN)).

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya. sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (QS 104(AL-HUMAZAH)).

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS 30(AR-RUM):30).

4) Cara hidup yang diajarkan oleh agama nabi Muhammad saw. sangat lengkap dalam mendekatkan diri kepada Tuhan dan juga dalam berinteraksi sesama makhluk. Sebagian cara hidup tersebut dicantumkan dalam al-Qur’an, kitab suci agama nabi Muhammad saw.

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya pada saat menasehati anaknya, “Hai anakkku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan dan kepada dua orangtuamu, hanya kepadaKulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKulah kembaimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “Hai anakku, sungguh, jika ada seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”. “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah berbuat baik dan laranglah berbuat ingkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan. Dan janganlah kaupalingkan wajahmu dari manusia dan jangan berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” (QS 31(LUQMAN):13-19).

5) Agama Islam, agama yang dibawa Rasulullah saw., merupakan suatu agama yang memiliki ideologi, tatanan sosial, serta cara hidup (way of life) yang lengkap.

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS 2(AL-BAQARAH):275).

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS 49(AL-HUJURAT):13).

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS 5(AL-MA’IDAH):54).

“…Pada hari ini Kusempurnakan bagimu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 5(AL-MAIDAH):3).

6) Ajaran nabi Muhammad saw. mengandung basis moralitas yang dapat menciptakan keluhuran jiwa seperti ketabahan, kesabaran, keberanian, keadilan, kasih sayang, kedermawanan, dan lain-lain.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,” (QS 2(AL-BAQARAH):45)

“Melepaskan budak, atau memberi makan pada hari kelaparan, kepada yatim yang dekat, atau miskin yang sangat fakir. Kemudian ada diantara orang-orang yang beriman dan saling berwasiat akan kesabaran dan berwasiat akan kasih sayang. Itulah golongan kanan.” (QS 90(AL-BALAD):13-18).

7) Agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. mengandung fundamen-fundamen moralitas sosial seperti persatuan, pengorbanan untuk masyarakat, dan lain-lain.

“Dan tidaklah manusia kecuali umat yang satu…”(QS 10(YUNUS):19).

“Wahai manusia! Sungguh Kami ciptakan kalian dari satu laki dan satu wanita. Lalu Kami buat kalian berbangsa dan bersuku untuk berkenalan. Sungguh yang paling mulia dari kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS 49(AL-HUJURAT):13).

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS 3(ALI IMRAN):200).

“Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat baik dan saling berwasiat kepada kebenaran dan berwasiat kepada kesabaran” (QS 103(AL-‘ASHR):3).

8) Agama yang dibawa nabi Muhammad saw. mengandung suatu petunjuk lengkap agar manusia bisa bertransformasi menjadi insan sempurna. Sebagai contoh adalah yang digambarkan oleh hadits Qudsi berikut ini:
“Senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepadaKu dengan nawafil (amalan-amalan) sunah sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka jadilah Aku telinganya yang dia pakai untuk mendengar, dan jadi matanya yang dipakai untuk melihat, dan lidahnya yang ia pakai untuk berbicara, dan tangannya yang ia pakai untuk berbuat dan kakinya yang ia pakai untuk berjalan/berusaha. Maka dengan Akulah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, berbuat dan berjalan.”

Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia perlu untuk senantiasa beriman dan beramal shalih untuk mencapai kondisi fithrahnya, yakni ahsani taqwim (bentuk yang sebaik-baiknya).

“Sesungguhya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Lalu kami kembalikan mereka ke bentuk yang seburuk-buruknya. Kecuali orang-orang yang berbuat baik…” (QS 90 (AT-TIN):4-6).

Di antara ciri-ciri manusia sempurna (insan kamil) adalah mereka yang menyadari kehadiranNya di segala ruang dan waktu dengan kesadaran yang diliputi Cinta dan Kerinduan yang menyala kepadaNya.

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”.

9) Ajaran nabi Muhammad saw. memiliki argumen-argumen yang kuat tentang kebenaranNya, kebenaran kenabian, dan kebenaran Hari Akhir.

“Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (QS 36(YASIN):81)

“Bertasbih kepada apa-apa di langit dan bumi dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Miliknya kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Dialah Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Mengetahui segala sesuatu.” (QS 57(AL-HADID):2-3).

“Dialah Allah yang tiada tuhan melainkan Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.” (QS 59(AL-HASYR):22).

“Awal agama adalah pengenalanNya. Dan kesempurnaan pengenalanNya adalah pembenaranNya. Dan kesempurnaan pembenaranNya adalah pengEsaanNya. Dan kesempurnaan pengEsaanNya adalah ikhlas kepadaNya. Dan kesempurnaan ikhlas kepadaNya adalah penafian sifat atasNya. Dengan penyaksian bahwa setiap sifat bukanlah yang disifati. Dan penyaksian bahwa yang disifati bukanlah sifat itu sendiri: maka barangsiapa menyifati Allah maka dia telah membayangkanNya. Dan barangsiapa membayangkanNya maka telah menduakanNya. Dan barangsiapa menduakanNya maka dia tidak tahu tentangNya. Dan barangsiapa tidak tahu tentangNya maka dia telah menunjukNya. Dan barangsiapa menunjukNya maka dia telah membatasiNya. Dan barangsiapa membatasiNya maka dia telah menghitungNya. Barangsiapa berkata di dalam apakah Ia maka ia telah mengatakan bahwa Dia dikandung sesuatu, barangsiapa berkata di atas apakah Ia maka ia telah mengosongkan sesuatu dariNya, Dia ada tanpa bermula dan maujud tanpa berasal dari ketiadaan, bersama segala sesuatu namun tidak dengan suatu kesertaan (kedekatan fisik), dan bukan segala sesuatu namun tidak dengan keterpisahan. Dia adalah Pelaku namun tidak dengan makna gerak dan alat.”.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku bermohon kepadamu dengan RahmatMu yang meliputi segala sesuatu dan dengan kekuasaanMu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu dan karenaNya merunduk segala sesuatu dan karenaNya merendah segala sesuatu dengan kemuliaanMu yang mengalahkan segala sesuat dengan kekuatanMu yang tak tertahankan oleh segala sesuatu dengan kebesaranMu yang memenuhi segala sesuatu dengan kekuasaanMu yang mengatasi segala sesuatu dengan wajahMu yang kekal setelah punah segala sesuatu dengan asmaMu yang mencakup segala sesuat dengaan cahaya wajahMu yang menyinari segala sesuatu
Wahai Nur, Wahai Yang Mahasuci!
Wahai Yang Awal dari segala awal!
Wahai Yang Akhir dari segala akhir!”
“Dialah yang mengutus rasulNya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas setiap agama dan cukuplah Allah saksinya.” (QS 38(AL-FATH):28).

“Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,” dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.””

“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri…” (QS 33(AL-AHZAB):6).

“Orang-orang yang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?” Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.” (QS 13(AR-RA’D):7).

“Maka takutilah neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu. Disiapkan untuk orang-orang kafir.”
(QS 2(AL-BAQARAH):24).

“Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.” (QS 76(AL-INSAN):4).

10) Ajaran nabi Muhammad saw. adalah ajaran yang sesuai dengan cara manusia belajar dan sesuai dengan kadar akal mereka. Sebagai contoh, al-Qur’an tidak hanya mengajak manusia melakukan pembuktian rasional filosofis tentang KeberadaanNya, KetunggalanNya dan Sifat serta WujudNya Yang Suci dari segala kekurangan. al-Qur’an juga mengajak manusia untuk mentafakuri fakta-fakta alamiah yang dapat dilihat oleh semua manusia , baik dengan cara berfikir yang paling sederhana hingga para ilmuwan yang menggunakan alat observasi yang canggih dan metoda analisa yang kompleks dalam mencapai kesadaran Ilahiah.

“Tidakkah mereka perhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?” (QS 88(AL-GHASYI’AH):17-20).

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS 3(ALI IMRAN):190).

Al-Qur’an juga mengajak manusia untuk mempelajari narasi-narasi historis dan mengambil pelajaran darinya. Sebagian besar manusia memahami kebenaran, dan menghayati kebenaran, melalui narasi-narasi. Dan tentu sejarah adalah narasi yang memiliki nilai kebenaran amat tinggi, karena berdasar pada realitas yang benar-benar terjadi.

“Dan bagi setiap umat saat tertentu. Maka apabila datang saat mereka, mereka tidak menunda sesaatpun atau mempercepat.” (QS 7(AL-A’RAF):34).

“…Setiap umat akan dipanggil ke catatannya…” (QS 35(AL-JATSIYAH):28).

“…Kami jadikan setiap umat menganggap baik perbuatan mereka…” (QS 6 (AL-AN’AM):1-8).

“… Dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azabKu” (QS 40(AL-MU’MIN):5).

“Wahai manusia! Sesungguhnya yang mengumpulkan manusia adalah setuju dan tidak setuju. Dan sesungguhnya yang membunuh unta Tsamud adalah satu orang, tapi Allah menghukum mereka semua ketika mereka setuju dengannya. Maka Dia (Allah) swt. berfirman: “Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesal.”(QS 26(ASY-SYU’ARA’):157)”.

11) Untuk menjamin keberlanjutan dan keterpeliharaan kemurnian agamanya, nabi Muhammad saw. meninggalkan dua hal yang terjamin keberlanjutan dan keterpeliharaan kemurniannya, yaitu:

“Rasulullah saw. Berkata: sesungguhnya telah aku tinggalkan bagi kalian dua perkara, salah satunya lebih besar daripada yang lain yaitu Kitab Allah ‘Azza wa Jalla sebagai sebuah tali yang menghubungkan langit dan bumi serta itrahku Ahlul Baitku. Mereka tidak akan berpisah sampai bertemu di telaga al-haudh.”.

Kitab Allah, al-Qur’an, merupakan kitab yang terpelihara, seperti yang akan dijelaskan dalam salah satu mukjizat Rasulullah saw.. Sama sekali tidak ada perubahan dalam kitab tersebut. Ini menjamin keberlanjutan agama nabi Muhammad saw. terus ada sampai sekarang dan nanti. Tetapi, walaupun kitab tersebut tidak dirubah, tetap ada upaya-upaya penyelewengan pada agama nabi Muhammad saw.. Karena itu, diperlukan sesuatu yang dapat menyampaikan ajaran yang sesuai dengan ajaran asli secara langsung kepada manusia, dengan bahasa manusia, dan penjelasan yang lebih detil. Karena itu, Rasulullah saw. meninggalkan perkara kedua, yaitu ‘Itrah Ahlul-Baytnya. Hal ini juga diungkapkan dalam sabda Rasulullah saw. yang lain:
“…Rasulullah saw. berkata: Agama akan terus tegak sampai dengan 12 khalifah dari Quraisy. …”

“Barangsiapa aku pemimpinnya, maka ‘Ali pemimpinnya”.

12) Memberikan pandangan hidup dan pandangan dunia yang lengkap bagi manusia, sehingga manusia benar-benar memahami tentang dirinya, semesta lahir, realitas batin dan Tuhan serta alam-alam tak kasat indera, juga memahami posisinya dalam perjalanan segenap semesta menuju kesempurnaan alamiahnya masing-masing, dan juga memahami apa saja yang baik dan terbaik, apa saja yang benar dan paling benar, apa saja yang indah dan terindah bagi dirinya dalam bertindak dan berperilaku dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kesempurnaannya fithrahnya. Pandangan dunia seperti ini tentu setidaknya memberikan suatu jawaban terhadap realitas alam seperti langit, bumi, galaxy, makhluk hidup, lautan, dsb. Juga realitas adialami seperti malaikat, realitas-realitas tak kasat indera, seperti jin, realitas sosial, politik, hukum maupun realitas jiwa manusia itu sendiri secara lengkap dan memuncak.

13) Ajaran nabi Muhammad saw. menyampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang berbuat baik dan peringatan bagi orang-orang yang berbuat tidak baik.

“Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka surga, mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tiap kali mereka diberi rizki buah-buahan darinya, mereka berkata, “Ini rizki mirip dengan yang telah diberikan kepada kami sebelumnya.” Dan untuk mereka di sana istri-istri yang disucikan dan mereka kekal di dalamnya.” (QS 2(AL-BAQARAH):25).

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin dan orang-orang Yahudi dan orang Nasrani dan para Shabi’in barangsiapa percaya (beriman) dengan Allah dan hari akhir dan berbuat baik maka bagi mereka balasan di sisi Tuhan mereka dan tiada takut atas mereka dan tiada bersedih pula.” (QS 2(AL-BAQARAH):62).

“Maka siapa berbuat sekecil atom maka kebaikan menemuinya. Dan siapa berbuat sekecil atom maka keburukan menemuinya.” (QS 99(AL-ZALZALAH):7-8).

“Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang akan kaudustakan?” (QS 55(AR-RAHMAN):46-47).

14) Memberikan suatu petunjuk yang jelas tentang kepemimpinan masyarakat Ilahiah, karena tidak mungkin suatu masyarakat yang baik dan utama terwujud tanpa pimpinan baik dari sisi otoritas keagamaan, sosial politik maupun kepemimpinan batiniah terdalam masyarakat manusia (esoterik) dalam mencapai kesempurnaan realitasnya. Kepemimpinan (Imamah) merupakan satu keharusan untuk menjaga kemurnian agama, menegakkan agama dan memastikan bahwa agama benar-benar menjadi cahaya yang menerangi kehidupan masyarakat dan membawa masyarakat ke arah kesempurnaanya. Hal ini juga ditegaskan oleh para pemikir seperti al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Abu Muhammadi bin Hazm al-Andalusi dalam al-Fishal fi al-Milal, Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, al-Jazairy dalam al-Fiqh ‘ala al- Madzahib al-Arba’ah, al-Muhaqqiq al Karky dalam al-Jawahir, Aayatullah al Burujurdy dalam al-Badr al-Zahir, Ayatullah Khomeiny dalam Kitab al-Bay’.

al-Qur’an menyebutkan:
“Sesungguhnya wali kamu itu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman dan mendirikan shalat, dan membayar zakat ketika mereka ruku’.” (QS 5(AL-MA’IDAH):55).

Kitab-kitab tafsir, baik Sunnah maupun Syi’ah, menyebutkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib. Pada suatu hari, Ali sedang di masjid. Seorang Muslim datang ke masjid Nabi untuk meminta bantuan. Ali memberi isyarat dengan telunjuknya. Orang itu mengambil cincin Ali ketika Ali masih dalam keadaan ruku’. Allah memuji perilaku Ali itu dan menurunkan ayat ini. Ayat ini terkenal sebagai ayat wilayah.

Di antara kitab-kitab tafsir yang menceritakan hal ini adalah Tafsir Ibn katsir, Tafsir al-Thabary, Tafsir al-Jashash, Tafsir al-Baghawy, Tafsir al-Qurthuby, Tafsir al-Razy, Tafsir al-Baydhawy, Tafsir al-Nasafy, Tafsir al-Khazin, Tafsir al-Nisabury, Tafsir al-Suyuthy, Tafsir al-Alusy, Tafsir al-Zamakhsyary, Tafsir al-Manar.

Hadits al-Ghadir yang terkenal sahih dan mutawatir, meriwayatkan sabda Nabi:
“Barangsiapa menganggap aku sebagai maulanya, maka harus pula menganggap Ali sebagai maulanya.”

Rasulullah saw. demikian jelas menunjukkan kepada ummatnya bahwa kepemimpinan setelahnya adalah di tangan Imam ‘Ali bin Abi Thalib ‘a.s. dan sebelas keturunan Rasulullah saw. melalui Imam’Ali bin Abi Thalib ‘a.s dan putri Rasulullah Sayyidah Fathimah ‘a.s.

“Jabir ibn Samurah: pada ‘Isya Jum’at ketika Aslami dirajam aku dengar Rasulullah saw berkata: Agama ini akan terus langgeng sampai tiba as-Syi’ah atau duabelas khalifah memimpin kamu, semuanya dari Quraisy.”

“Jabir ibn Samurah: Aku dengar Nabi saw. berkata: urusan manusia akan terus berlanjut selama dua belas orang memimpin mereka. Kemudian Nabi saw. berkata sesuatu yang tidak jelas kepada saya. Saya bertanya kepada ayahku, “apa yang Nabi saw. katakan?” Dia berkata: “Seluruhnya dari Quraisy.”.

“Imam al-Baqir: Rasulullah saw. bersabda: diantara anak-anakku ada dua belas pionir(pemimpin) yang merupakan nujab?’, muhaddats, dan mufahham. Yang terakhir dari mereka adalah Qa’im yang benar yang akan menyebarkan keadilan di seluruh dunia setelah dunia dipenuhi penindasan.”.

“Jabir bin ‘Abdullah al-Anshar?: Ketika aku masuk ke (rumah) Fathimah as., di depannya ada gumpalan berisi nama-nama wasi dari anak-anaknya. Aku menghitungnya ada dua belas, salah satunya Qa’im, tiga diantaranya Muhammad, dan empat diantaranya ‘Ali.”.

“Jabir bin ‘Abdullah al-Anshar?: ketika Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan kepada Nabi saw. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamuAku berkata: “Wahai Rasulullah, kami sudah tahu Allah dan Rasulnya. Maka siapakah ulil amri yang taat kepadanya diletakkan di samping taat kepadamu?” Rasulullah saw. berkata: “Mereka penggantiku wahai Jabir, dan pemimpin (Imam-Imam Kaum) Muslimin setelahku. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan dan Husain, kemudian ‘Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin ‘Ali yang dikenal dalam Taurat sebagai al-Baqir, Wahai Jabir! Kamu akan bertemunya. Maka kapanpun kamu bertemu dengannya maka sampaikanlah salam dariku kepadanya. Kemudian ash-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin ‘Ali, kemudian yang bernama sama dengan aku, Hujjah Allah di bumi dan yang tersisa dari hamba-hambaNya (baqiyyatuhu), adalah anak Hasan bin ‘Ali. Dialah yang Allah bukakan timur dan barat untuknya. Yang akan disembunyikan dari pengikutnya dan pecintanya dan pada waktu itu tidak ada orang yang tetap percaya Imamahnya kecuali orang-orang yang hatinya disucikan Allah untuk Iman.”.

Tentang keparipurnaan pribadi Nabi Muhammad saw.serta bagaiman pengaruh konstruktif ajaran Beliau saw.mengubah ummatnya, Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Islam Alternatif menuliskan :

Iqbal pernah mencoba melukiskan kebesaran Nabi Muhammad saw. dengan kata-kata:

Sungguh, hati Muslim dipatri cinta nabi

Dialah pangkal mulia

Sumber bangga kita di dunia

Dia tidur di atas tikar kasar

Sedang Umatnya mengguncang tahta Kisra

Inilah pemimpin bermalam-malam terjaga

Sedang umatnya tidur di ranjang raja-raja

Di gua Hira ia bermalam

Sehingga tegak bangsa, hukum dan negara

Di medan perang, pedangnya bersimbah darah

Dibukanya pintu dunia dengan kunci agama

Duhai, belum pernah insan melahirkan putra semacam dia.


Bukan hanya Iqbal dan pujangga-pujangga Muslim saja. Thomas Carlyle, Toynbee, Michael Hart, Will Durant adalah sebagian kecil di antara “orang-orang kafit” yang berusaha juga berkisah tentang manusia besar ini. Marilah kita ambil contoh lukisan orang lain tentang Muhammad. Dalam sebelas rangkaian “Kisah Peradaban” (The Story of Civilization), Will Durant berkisah tentang Muhammad saw. Tentu, seperti kebanyakan pengamat Barat tentang Islam, pandangannya tentang Rasulullah tidaklah bersih dari prasangka dan kebodohan. Will Durant menutup riwayat Nabi Muhammad seperti ini:
Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, maka ia adalah satu di antara tokoh-tokoh besar dalam sejarah. Ia telah berusaha meningkatkan tingkat ruhani dan moral suatu bangsa yang dicengkeram kebiadaban karena panas dan ketandusan Sahara. Ia lebih berhasil dibanding setiap pembaru mana pun. Begitu jarang orang bisa mewujudkan mimpinya sepenuh dia. Ia mencapai tujuannya melalui agama, bukan saja karena ia sendiri beragama, melainkan karena tidak ada medium lain yang dapat menggerakkan orang Arab waktu itu.

Disentuhnya daya khayal mereka, takut dan harap mereka, dan ia berbicara dengan bahasa yang bisa mereka pahami. Ketika ia datang , Arabia adalah padang pasir yang dihuni para penyembah berhala; ketika ia mati, Arabia adalah suatu umat,… Ia tegakkan agama yang sederhana, jelas, dan kuat. Suatu akhlak yang memiliki keberanian luar biasa dan menjadi kebanggaan, yang dalam satu generasi bergerak menuju ratusan kemenangan. Dalam satu abad satu kerajaan besar. Bahkan sampai saat ini umatnya tetap menjadi kekuatan dahsyat meliputi setengah dunia.

Will Durant adalah penulis yang produktif, tetapi apakah tulisannya tentang Muhammad sudah lengkap? Iqbal adalah filsuf dan sekaligus penyair, tetapi apakah Muhammad telah dicerminkan sempurna dalam untaian sajaknya? Al-Barzanji menghabiskan usianya untuk menggubah syair tentang Muhammad, tetapi apakah ia berhasil menggambarkan semua kebesaran Rasulullah saw.? jawabnya, tidak. Manusia besari ini mempunyai pribadi yang menembus berbagai aspek kehidupan. Ia menghimpun semua unsur peradaban besar dalam dirinya. Karena itu, merintihlah Dr. Ahmad Muhammad al-Hufy sebelum menulis Min Akhlaq an-Nabiy, “Ya Rasulallah, Junjunganku? Apakah kata-kata yang tak berdaya ini mampu mengungkapkan ketinggian dan keluhuranmu? Apakah penaku yang tumpul ini dapat menggambarkan budi pekertimu yang mulia?

Bagaimana mungkin setetes air akan sanggup melukiskan samudera yang luas? Bagaimana mungkin sebutir pasir akan mampu menggambarkan gunung yang tinggi? Bagaimana mungkin sepercik cahaya akan dapat bercerita tentang matahari? Sejauh yang dapat dicapai oleh sebuah pena, hanyalah isyarat tentang keluhuran martabatmu, kedudukanmu yang tinggi dan singgasanamu yang agung.?

Karena itu, banyak ahli hanya mengambil satu aspek saja dari kehidupan Nabi Muhammad saw..

Tulisan ini berkenaan dengan kepemimpinan rasulullah. Tetapi Nabi Muhammad adalah pemimpin di segala bidang. Ia memimpin umat di masjid, juga di medan pertempuran. Ia tampak seperti seorang psikolog yang mengubah jiwa manusia yang biadab menjadi jiwa yang memancarkan peradaban. Tetapi ia juga kelihatan seperti seorang sosiolog yang bukan saja menyembuhkan berbagai masalah sosial, melainkan juga menegakkan.

Penulis lain, Michael Hart , menuliskan dalam bukunya “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah” sebagai berikut:

Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agam Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan termpat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhammad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali menyembah berhala. Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empat puluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.

Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik pentung bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya mulai makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mekkah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua tahun setengah dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luarbiasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agam Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif.

Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalamdaftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya.

Pertama, Muhammad memainkan peranna jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristern, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia “pencatat” Kitab Suci Al-Qur’an, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Qur’an dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan.

Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena al-Qur’an bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan al-Qur’an teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata-mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.

Dari berbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan.

Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan.

Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral al-Qur’an di kalasngan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke-13.

Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi – tentu saja – dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973-1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah umat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.

Satu tatanan sosial yang menakjubkan. Ia juga seorang politikus yang mempersatukan suku-suku bangsa hanya dalam waktu kurang dari seperempat abad. Ia juga pemimpin ruhani yang mengantarkan jiwa pengikutnya ke kelezatan samawiah dan keindahan ilahiah. Ia juga pemimpin kaum wanita, yang mengangkat kaum lemah ini dari sekedar pemuas nafsu menjadi manusia yang “di bawah telapak kakinya ada surga”. Ia juga pemimpin kaum fuqara’ dan masakin, hamba sahaya, dan kaum dhu’afa’.


Referensi:
1. Lihat Prophethood for Teens bukti (10d)
2. Al-majlis al-A’la li al-Syu’un al-Islamiyyah, al-Ah?dits al-Qudsiyyah, Kairo, 1983, pp. 81-84, rujuk kepada Dr. M. Wildan Yahya, M.Pd., Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi, Pt. Refika Aditama, Bandung, 2007, pp.42. Hadits Qudsi ini juga dirujuk di 40 Hadits karya Sayyid Ruhullah al-Musawi Khomeini, dan Misykat al-Anwar ( kumpulan hadits Qudsi karya Muhyiddin Ibn Al-‘Arabi)
3. Nahjul Bal?ghah, Ansariyan Publications, Qum, 2002 M/1423 H, Vol. 1, Khutbah 1, pp. 21
Nahjul Bal?ghah, Ansariyan Publications, Qum, 2002 M/1423 H, Vol. 2, Khutbah 201, pp. 133
Imam Ahmad bin Hambal , Musnad Ahmad, Beirut, juz 3, pp. 26, Ahlulbayt Library 1.0
Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Beirut, juz 5, pp. 86, Ahlulbayt Library 1.0
Sunan al-Kibari no. 8145, dari An-Nasa’I , Sunan al-Kibari, Dar al-Kitab al-‘Ilmiyyah , Beirut, 1992, juz 5, pp. 45
4. Lihat misalnya dalam “Manusia dan Agama” karya Syahid Muthahhari, Hikmah Islam karya Sayyid Thabathabai, dan al-Hikmah al-‘Arsyiyyah karya Mulla Shadra
5. At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, juz 5, no. 3797, D?r al-Fikr li al-Thaba’ah wa al-nasyr wa al-tauzi’, Beirut, 1983, juz 5, pp. 297, Ahlul Bayt Library 1.0, book number 1739 dan Sunan al-Kibari no. 8145, dari An-Nasa’I, Sunan al-Kibari, Dar al-Kitab al-‘Ilmiyyah, Beirut, 1992, juz 5, pp. 45
6. Shahih Muzlim:3/1453/10, Musnad Ibnu Hambal:7/410/20869. Rujuk kepada Muhammadi Rayshahri, The Image of the Holy Prophet’s Household (ahl al-Bayt) In The Qur’?n and Had?th, Dar al-Hadith, Qum, 2002, pp.61
7. Shahih Muslim:3/1452/6, al-Khish?l/473/27. Rujuk kepada Muhammadi Rayshahri, The Image of the Holy Prophet’s Household (ahl al-Bayt) In The Qur’?n and Had?th, Dar al-Hadith, Qum, 2002, pp.61
8. Al-K?f ?:1/534/18. Rujuk kepada Muhammadi Rayshahri, The Image of the Holy Prophet’s Household (ahl al-Bayt) In The Qur’?n and Had?th, Dar al-Hadith, Qum, 2002, pp.61
9. al-Kafi:1/532/9, Miraah al-‘Uqul:6/227/9. Rujuk kepada Muhammadi Rayshahri, The Image of the Holy Prophet’s Household (ahl al-Bayt) In The Qur’?n and Hadith, Dar al-Hadith, Qum, 2002, pp.61
10. QS 4(AN-NISA’):59
11. Kamal al-din:253/3,: 1/282, Ta’wil al-Ayah al-Dzahirah:141
12. Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, Mizan, 1999, Bandung, 77
13. Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Pustaka Jaya, Jakarta, 2002, pp. 15-17


3. Perlakuan Buruk Ahli Hadis Terhadap Nabi Muhammad Saw


Demi Kecintaan kepada Nabi yang suci dan dalam menyambut maulid manusia yang digelari rahmatan lil alamin, Nabi yang agung, pelopor dan teladan budi pekerti dan akhlak Karimah, Kami persembahkan artikel dibawah ini untuk membela kesucian beliau dari hadis-hadis pelecehan dan penghinaan terhadap pribadi beliau produk tiran dan kaum nawashib (pembenci keluarga Nabi saw.). sangat disayangkan hadis-hadis palsu ini banyak bertebaran di kitab-kitab hadis standar yang diakui keshahihannya -Abu Salafy-


Oleh: Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky


Ahli hadis mengklaim bahwa Nabi saw. menikahi Aisyah ketika ia berusia enam tahun! Dan beliau saw. berumah tangga (bersebadan) ketika Aisyah berusia sembilan tahun! Ini adalah batil (palsu). [1]

Tentang menikahnya Aisyah dalam usia di atas terdapat dalam Shahihain (Shahih Bukhari & Muslim) dari riwayat Hisyam bin Urwah dari ayahnya (Urwah) dari Aisyah. Ini adalah palsu. Hisyam dan ayahnya termasuk orang yang condong/mendukung para penguasa lalim/tiran. Dan para ulama pun berselisih, Abu Usamah meriwayatkannya dari Hisyam dari ayahnya secara mursal. Sementara Bukhari dan Muslim hanya meriwayatkan yang marfû’ dan riwayat yang sanadnya munqathi’ -dalam kasus ini – lebih kuat. Urwah yang tertuduh dalam riwayat itu. Ia teman dekatnya Mu’awiyah. Sedangkan Hisyam -putranya- sebagian ulama men-tsiqah-kannya semantara ulama lain men-dha’if-kannya. Ia bukan hujjah. Dan adanyaidhthirâb/kekacauan -dalam riwayat ini- ada yang menyambungkan riwayat -dengan menyebut ucapan Aisyah- (al washlu) dan ada yang memutus -hanya menyebut ucapan Urwah- (al irsâl) adalah sebuah bentuk cacat dalam hadis/riwayat, dan fakta sejarah pun menolaknya.

Sebab-sebab itu panjang penjelasan tentangnya, di antaranya adalah: Sesungguhnya Aisyah sudah dewasa ketika dinikahi Nabi saw, usianya sekitar 18 (delapan belas) tahun, kenyataan ini didukung dua bukti:

Bukti Pertama: Ia memeluk Islam bersama ayanya ketika ia masih kecil seperti disebutkan Ibnu Ishaq.

Bukti Kedua: Sebelum Aisyah dinikahi Nabi saw. ia telah dilamar oleh Jubair bin Muth’im, tetapi kemudian Abu Bakar menyemalatkannya dari pinangan itu (dengan membatalkannya) dan kemudian menawarkannya kepada Rasulullah saw. Dan adalah kebiasaan (di masa itu) bahwa seorang bocah kecil tidak mungkin dilamar. Fahami ini!

Jadi kalaupun tidak ada alasan kecuali salah satu dari dua bukti di atas niscaya sudah cukup. Maksud saya islamnya Aisyah bersama islamnnya Abu Bakar ayahnya -dan ia tergolong gelombang pertama yang memeluk Islam- dan Nabi saw. tidak berumah-tangga dengannya melainkan setelah perang Badar. Ini pertama.Kedua: ia dilamar Jubair bin Muth’im. Dan sudah menjadi kebiasaan bahwa mereka tidak melamar anak kecil di bawah umur.


Peran Urwah Dan Hisyam

Mu’waiyah membutuhkan Urwah untuk meramu hadis demi Yazid putranya. Dan al Manshur membutuhkan Hisyam juga untuk putranya. Urwah adalah hasil produk Mu’awiyah, sedangkan Hisyam adalah korban kejeniusan Al Manshur. Mu’awiyah dan al Manshur adalah dua penguasa zalim, dan mereka yang berbagung dengan orang-orang zalim itu telah menyiapkan untuk mereka legalitas Syar’i. Di sini kisahnya, penaklukan demi penaklukan wilayah telah mempersembahkan untuk istana-istana para khalifah tawanan-tawanan wanita di bawah umur, dan putra-putra istana menyukai berpetualangan (dalam dunia seks) kecuali mereka yang diselamatkan Allah dengan benteng ketaqwaan. Dan melegalkan perbuatan (bejat _red) mereka itu dengan menisbatkannya kepada Rasulullah saw. adalah puncak tujuan. Dari sini Allah menetapkan bahwa “kecondongan” kepada kaum zalim adalah sebuah kejahatan.

وَ لا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang lalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.” (QS. Hud[11];113)[2]

Orang-orang dungu tertipu oleh dzikir; Subhanallah dan ruku’ (shalat yang ia peragakan) maka mereka pun memastikannya sebagai orang adil dan bukan zalim. Mereka tidak mengambil para meter dari Al Qur’an tetapi dari selera dan pencitraan lahiriah. Maka perhatikan bagaimana perkara menjadi rumit seperti ini lalu kemudian kaum lalai lagi tertipu terjebak jatuh dalam menghina Rasulullah saw. akibat kurangnya akal mereka -itu jika berasumsi bahwa mereka tidak menerima ongkos/upah/bayaran. Kenyataan inilah yang tidak mampu difahami oleh pengikut kaum dungu yang mana mereka juga orang-orang dungu. Pengetahuan tentang Al Qur’an, kesadaran terhadap sejarah dan pemahaman tentang diri dan kelemahannya serta pengaruh politik terhadap hadis, akidah dan fikih termasuk perkara yang yang kaum dungu bersengketa dengan kami. Hasilnya adalah pencorengan wajah agama!

Jadi yang menghalangi-halangi untuk membela Nabi saw. adalah para tiran dan pengikut mereka dari kalangan kaum dungu, dan setan adalah pemimpin tertinggi (mereka semua) dalam kecaman terhadap Islam dan Nabi Islam. Kami juga menderita akibat mereka. Dan seperti telah kami katakan sebelumnya bahwa Nabi terpenjara di peti Mu’awiyah. Dan peti Mu’awiyah di sini memuat peti al Manshur sedangkan kunci-kuncinya telah dihilangkan oleh Ahli Hadis. Nabi saw. yang menjadi korban.


Contoh Lain:

Contoh lain dari perlakuan buruk Ahli Hadis (terhadap Nabi saw.) adalah apa yang diriwayatkan Ahmad dariIbnu Mahdi dari Mu’awiyah bin Shaleh (seorang perawi hadis yang Nashibi/pembenci keluarga Nabi saw.) dariAzhar al Harrâz (juga seorang Nashibi) dari Abu Kabsyah al Anmâri, ia berkata:
“Ketika Rasulullah duduk bersama para sahabatnya tiba-tiba ia segera masuk (rumahnya) kemudian (setelah beberapa saat) keluar dalam keadaan telah mandi (jenabat)…. dan ia berkata: “Tadi seorang wanita (si fulanah) itu lewat, maka tertanam dalam hatiku syahwat birahi maka aku gauli salah seorang istriku.”!!! [3]

Hadis ini juga produk kota Syam. Abu Kabsyah al Anmâri ini adalah seorang prajurit Mu’awiyah. Azhar al Harrâzi juga seorang prajurit bani Umayyah. Ibnu Shaleh dan Syeikh/guru (Imam) Ahmad yang bernama Ibnu Mahdi padanya terdapat kenashibian. Dan Ahmad bin Hanbal sendiri “tergila-gila” kepada orang-orang Syam dan hadis-hadis riwayat mereka, ia berbanyak-banyak dalam meriwayatkan hadis dari mereka dan juga men-tsiqah-kan mereka. Hasilnya adalah riwayat murahan seperti di atas yang mereka nisbatkan secara zalim dan palsu kepada Nabi saw.

Karena itu orang-orang tidak memahami ketika kami katakan: Waspadai Mu’awiyah dan orang-orang yang condong kepadanya. Mereka tidak memandang bahayanya seperti kami memandangnya. Mereka menyangka bahwa kami mengecamnya karena fanatik membela Imam Ali semata, dan mereka mengulang-ulang perkataa: Semua itu adalah sejarah yang telah lewat dan berakhir! Dan saya pun tidak bisa menerangkan kepada mereka pengaruh buruk Mu’awiyah dalam mencoreng nama harum Islam dan Nabi Islam. Kaum dungu itu sendiri kerdil dalam kajian.

Jadi fakta/hakikat harus kita pelihara untuk hari gelap. Andai kita mengingat kezaliman Mu’awiyah dan kejahatan kecondongan kepada kaum zalim tentu kita sekarang tidak akan kebingungan dalam membantah pelecehan terhadap Nabi saw.

Tanyakan kepada kaum dungu itu apakah kalian rela menikahi anak gadis kecil berusia enam tahun?!

Apakah kalian rela terhadap diri kalian dikatakan: Saya memandang si fulanah itu lalu aku tak sanggup menahan syahwatku maka aku pulang dan aku gauli istriku?!

Pasti mereka akan berkata: Tidak!

Tetapi kenyataannya mereka rela hal seperti itu untuk Rasulullah saw. hanya karena alasan sederhana yaitu mereka menyangkan bahwa orang-orang yang condong kepada kaum zalim itu tidak akan menjual agama Allah dengan harga yang murah, mereka tidak mempercayai ayat Allah. Maka mereka (ulama yang condong kepada para tiran) meriwayatkan kisah-kisah sek palsu yang dapat menghibur para hadirin di majlis-majlis mereka dan dapat memuaskan nafsu serta merendahkan kehormatan Nabi mereka. Semua itu kemunafikan Bani Umayyah.

Pemikiran istana tiran hanya sibuk mengelompokkan orang lain dan tidak mengelompkkan diri mereka sendiri! Fulan sesat! Ahli bid’ah! Pembohong! Semua itu mereka katakan demi melanggengkan pencorengan sejarah Nabi sebagai jembatan menuju syahwat mereka baik syahwat kekerasan maupun syahwat seks.

Pemikiran istana tiran menganggap aneh dan asing kata NASHIBI semata karena ia bodoh dan tidak mengenalnya! Dan berbanyak-banyak menyebut kata: MUBTADI’ (Ahli bid’ah) dan si pembohong. Lalu hasilnya apa? Tetap langgengnya pelecehan terhadap Rasulullah saw.!

Yang penting bagi setan adalah tetap berlangsungnya pengaburan semua cahaya; cahaya Islam, cahaya Nabi, cahaya akal sehat, dan cahaya makrifat. Dan kalian akan menemukan pemikiran istana tiran di jalan yang sama. Itu artinya apa? Itu artinya bahwa kepentingan setan dan kepentingan istana tiran bertemu di sini, dan mereka mampu membentuk generasi-generasi kaum dungu, dan mereka adalah sejahat-jahat generasi pelanjut yang menyusul sejahat-jahat generasi terdahulu. Mereka tidak bangkit memikul tanggung-jawab dan kewajibannya dan tidak membiarkan orang lain bangkit melakukannya…[4]

Catatan:
[1] Shahih Bukhari, Bab Tazwij an-Nabi saw. Aisyah Wa Qudumuha al-Madinah Wa Bina’uhu Biha ( Pernikahan Nabi dengan Aisyah dan kedatangan beliau di kota Madinah dan berumah tangga dengannya):5\70-71;

حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجَهَا وَهِيَ بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ وَبَنَى بِهَا وَهِيَ بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ. قَالَ هِشَامٌ وَأُنْبِئْتُ أَنَّهَا كَانَتْ عِنْدَهُ تِسْعَ سِنِينَ.

“… dari Aisyah, ia berkata, “Nabi saw. menikahiku ketika aku berusia enam tahun. Dan berumah tangga denganku ketika aku berusia sembilan tahun.”

Hisyam berkata, “Dan aku diberitau bahwa ia hidup berumah tangga bersama Nabi saw. selama sembilan tahun.”

a. Kitab an-Nikah, Bab Man Bana Bimra’atihi Wa Hiya Bintu Tis’i Sinin (Orang yang berumah tangga dengan wanita yang berusia sembilan tahun):7\27, hadis nomer: 5158;

حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بْنُ عُقْبَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ عُرْوَةَ تَزَوَّجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَائِشَةَ وَهِيَ بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ وَبَنَى بِهَا وَهِيَ بِنْتُ تِسْعٍ وَمَكَثَتْ عِنْدَهُ تِسْعًا.

“… Nabi menikahi Aisyah ketika ia berusia enam tahun dan berumah tangga ketika berusia sembilan tahun. Dan aisyah tinggal bersma Nabi saw. selama sembilan tahun.

b. Shahih Muslim, Kitab an-Nikah, Bab Tazwîjul Abi al Bikra ash Shaghîrah (seorang ayah menikahkan putri kecilnya), hadis nomer:2547..

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ وَجَدْتُ فِي كِتَابِي عَنْ أَبِي أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسِتِّ سِنِينَ وَبَنَى بِي وَأَنَا بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ قَالَتْ فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَوُعِكْتُ شَهْرًا فَوَفَى شَعْرِي جُمَيْمَةً فَأَتَتْنِي أُمُّ رُومَانَ وَأَنَا عَلَى أُرْجُوحَةٍ وَمَعِي صَوَاحِبِي فَصَرَخَتْ بِي فَأَتَيْتُهَا وَمَا أَدْرِي مَا تُرِيدُ بِي فَأَخَذَتْ بِيَدِي فَأَوْقَفَتْنِي عَلَى الْبَابِ فَقُلْتُ هَهْ هَهْ حَتَّى ذَهَبَ نَفَسِي فَأَدْخَلَتْنِي بَيْتًا فَإِذَا نِسْوَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقُلْنَ عَلَى الْخَيْرِ وَالْبَرَكَةِ وَعَلَى خَيْرِ طَائِرٍ فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِنَّ فَغَسَلْنَ رَأْسِي وَأَصْلَحْنَنِي فَلَمْ يَرُعْنِي إِلَّا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضُحًى فَأَسْلَمْنَنِي إِلَيْهِ.

Sama dengan hadis Bukhari nomer 1 di atas.

و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ هُوَ ابْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ وَبَنَى بِي وَأَنَا بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ.
و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجَهَا وَهِيَ بِنْتُ سَبْعِ سِنِينَ وَزُفَّتْ إِلَيْهِ وَهِيَ بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ وَلُعَبُهَا مَعَهَا وَمَاتَ عَنْهَا وَهِيَ بِنْتُ ثَمَانَ عَشْرَةَ.

“… dari Hisyan dari ayahnya dari Aisyah, bahwa Nabi saw. menikahinya ketika ia berusia enam tahun. Dan ia diarak ke rumah beliau ketika ia berusia sembilan tahun, sementara mainannya masih bersamanya. Dan Nabi wafat ketika Aisyah berusia delapan belas tahun. “

[2] Tentang ayat di atas Ibnu Abbas menerangkan: “Janganlah kalian condong!” Kata: الركون artinya: kecintaan dan kecondongan hati/jiwa.

Abu al Âliyah berkata tentang ayat di atas: “Janganlah kalian merelai/menyetujui pekerjaan orang-orang zalim!.”

As Suddi berkata: “Janganlah kalian mendukung kaum zalim dengan menampakkan sikap setuju!.”

Ikrimah berkata: “Janganlah kalian menaati mereka!.”

Allah menegaskan akibat dari kecondongan kepada kaum zalim dengan segala bentuknya seperti ditafsiran Salaf di atas dengan ancamannya: maka kalian akan disentuh api neraka!

Allamah al Mufassir Imam al Khazin berkata: “Di dalam ayat itu terdapat ancaman atas orang yang condong kepada orang-orang yang zalim, atau rela terhadap perbuatan mereka atau mencintai mereka. Lalu bagaimana dahsyatnya keadaan (yang akan dialami) oleh kaum zalim sendiri?! (Tafsir Lubâb al Ta’wîl;Imam Alâuddîn Ali bin Muhammad al Baghdadi yang dikenal dengan nama al Khâzin,3/256).

Demikian penegasan sikap Al Qur’an al karim. Lalu siapakan yang siap mengindahkan seruan Al Qur’an?! Bukankah tidak sedikit dari umat Islam baik generasi terdahulu maupun sekarang… baik Ahli Hadis maupun para Ahli Fikih dan selainnya telah bermesraan dengan kaum tiran?! Mencintai mereka dengan sepenuh hati dan jiwa! Membela mereka dengan sikap, lisan dan pena bahkan tidak jarang juga dengan pedang! Bukankan Mu’awiyah pemimpin kelompok penganjur ke dalam api neraka?! Mengapakah masih saja sebagian kaum Muslimin condong kepadanya… mencintainya dan mengkultuskannya bak dewa suci!! Apa akibat dari semua penyimpangan mereka itu? Rusaknya agama! Tercorengnya nama harum Nabi tercinta Muhammad saw.

Benar apa yang dikeluhkan Syeikh Hasan bn Farhan al Maliky… Semua kejahatan dan kerusakan yang menimpa agama Islam harus Anda cari dan teliti keterlibatan tangan Mu’awiyah sebagai agen setan terkutuk dalam menyesatkan umat manusia! (Abu Salafy)

[3] Riwayat yang melecehkan kehormatan Nabi saw. seperti di atas tidak hanya diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, para Ahli Hadis lain juga berbangga diri dengan tidak mau ketinggalan meriwayatkannya. Perhatikan kutipan di bawah ini:

Muslim dalam Kitabun-Nikah bab: bab Nadbu man Ra’a Imra’atan Fawaqa’at Fi Nafsihi Ila An Ya’tia Ahlahu Aw Jariyatahu Fayuwaqi’uha (anjuran bagi yang memandang seorang wanita lalu ia mempengaruhi nafsunya hendaknya ia mendatangi sitrinya atau budak sahayanya untuk menggaulinya. Ia meriwayatkan tiga hadis:

a. Dari Jabir, ia berkata:

بينما رسول الله صلى الله عليه وسلم جالس مع أصحابه إذ مرت به امرأة فأعجبته فقام فدخل على زينب بنت جحش فقضى حاجته ثم خرج فقال إذا رأى أحدكم مثل هذا فليأت أهله فإن المرأة تقبل في صورة شيطان وتولي في صورة شيطان فإذا رأى أحدكم امرأة فأعجبته فليأت أهله فإن ذلك يرد مما في نفسه

“Pada suatu ketika Rasulullah saw. duduk bersama para sahabatnya, lewatlah seorang wanita, lalu ia menggiurkan beliau, maka bangun pulang menemui Zainab binti Jahsy, lalu menggaulinya, setelah selesai beliau keluar dan bersabda, ‘Jika seorang dari kalian melihat seperti itu maka hendaknya ia menggauli istrinya, sebab sesungguhnya wanita datang menghadap dengan bentuk setan dan berpaling dalam bentuk setan, maka apabila seorang dari kalian memandangnya hendaknya ia menggauli istrinya karena sesungguhnya yang demikian dapat menolak yang ada dalam nafsunya”.

b. Dari Jabir, ia berkata:
Sesungguhnya Rasulullah saw. melihat seorang wanita, lalu beliau mendatangi Zainab istri beliau yang sedang melunakkan kulit lalu beliau menyelesaikan hajat (hasrat birahi)nya kemudian setelah selesai keluar menjumpai sahabat-sahabat sambil bersabda, “Sesungguhnya wanita datang menghadap dengan bentuk setan dan berpaling dalam bentuk setan, maka apabila seorang dari kalian memandangnya hendaknya ia menggauli istrinya karena sesungguhnya yang demikian dapat menolak yang ada dalam nagsunya”.

3) Dari Jabir, ia berkata, “Bahwa Nabi saw. melihat seorang wanita …(kemudian ia menyebutkan seperti riwayat sebelumnya hanya saja pada akhirnya terdapat redaksi:

فأتى امرأته فليواقعها. فإن ذلك يرد ما في نفسه”.

“Hendaknya ia mendatangi istrinya untuk menggaulinya maka sesungguhnya yang demikan itu dapat mengusir apa yang ada dalam nafsunya.”

Dan:
Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al Mushannaf-nya, bab Ma Qâlû fi ar Rajuli Yara al Mar’ata Fatu’jibihu fal Yujâmi’ Ahlahu (Orang-orang yang berpendapat tentang seorang pria yang melihat seorang wanita lalu ia asyik hendaknya ia menggauli sitrinya) meriwayatkan dari Abdillah ibn Habib, ia berkata:

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم فلقي امرأة فأعجبته فرجع إلى أم سلمة وعندها نسوة يدفن طيبا (وكان طيب ابن النبي قد توفي) قال فعرفن ما في وجهه فأخلينه فقضى حاجته فخرج فقال من رأى منكم امرأة فأعجبته فليأت أهله فليواقعها فإن ما معها مثل الذي معها.

Rasulullah saw. keluar lalu memergoki seorang wanita ia menawan hati beliau, maka pulanglah beliau ke rumah Ummu Salamah, dan keta itu di rumah beliau terdapat banyak wanita yang sedang merawat jenazah Thayyib (putra Nabi saw.). perawi berkata, “Maka para wanita itu mengetahui dari raut wajah Nabi saw. (bahwa beliau sedang naik syahwat), mala mereka meningalkan Nabi sendirian dengan Ummu Salamah, lalu beliau melampiaskan hajatnya, setelahnya keluar dan bersabda, “Barangsiapa memandang seorang wanita lalu ia memikatnya hendaknya ia mendatangi istrinya dan menggaulinya karena yang ada pada istrinya juga yang ada pada wanita itu.”

Abu Salafy: Di sini saya tidak akan berkomentar apa-apa tentangnya. Saya serahkan kepada Anda para pecinta dan pengangung Rasul Tercinta Muhammad bin Abdillah saw.!

[4] Selain dua contoh yang disebutkan Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky di atas di sana terdapat ratusan hadis yang benar-benar mencoreng dan melecehkan kehormatan Nabi dan keagungan maqam kenabian. Di bawah ini saya akan sebutkan sebagiannya agar menjadi jelas bagaimana agama kita benar-benar telah diperangi dan dihancurkan sejak masa dini oleh hadis-hadis palsu yang diproduksi secara rapi oleh mesin produk hadis palsu yang dibangun Mu’awiyah dan para penguasa tiran dengan mempekerjakan para parawi bayaran baik professional maupun amatiran dan akhirnya Ahli Hadis manjadi “sales” dan menjaja produk para tiran itu… mereka menjadi korban dan menyebabkan kaum Muslimin sepanjang masa menjadi korban….

a. Nabi saw. Menggauli Sembilan Istri beliau dalam Satu Malam dengan Sekali Mandi.
b. Dalam kitab Shahih-nya, Bukhari mengulang-ulang periwayatan hadis dari sahabat Anas ibn Malik yang mengatakan bahwa Nabi mulia saw. menggauli sembilan atau sebelas istri beliau dalam satu malam dengan sekali mandi. Gosip tentang rutinitas Nabi tersebut telah menjadi bahan perbincangan umum di kalangan para sahabat Nabi mulia saw. Mereka menggosipkan bahwa Nabi mulia diberi kekuatan sek(wal-iyâdzu billah) seperti kekuatan tiga puluh pria. Dan itu adalah ciri kesempurnaan kenabian beliau (?) gila bukan?!

Riwayat tentang gossip di atas dapat kalian baca dalam berbagai tempat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Perhatikan beberapa kutipan riwayat di bawah ini:
Shahih Bukhari: Kitabul Ghusl, Bab Idza Jama’ Tsumma ‘Ada Wa Man Dâra ‘Alâ Nisâ’ihi Fi Ghuslin Wâhidin (Jika seorang bersetubuh kemudian ia kembali dan orang yang berkeliling menggauli istri-istrinya dengan satu kali mandi):1\73 hadis nomer:268.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدُورُ عَلَى نِسَائِهِ فِي السَّاعَةِ الْوَاحِدَةِ مِنْ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُنَّ إِحْدَى عَشْرَةَ قَالَ قُلْتُ لِأَنَسٍ أَوَكَانَ يُطِيقُهُ قَالَ كُنَّا نَتَحَدَّثُ أَنَّهُ أُعْطِيَ قُوَّةَ ثَلَاثِينَ وَقَالَ سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ إِنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُمْ تِسْعُ نِسْوَةٍ

… dari Anas ibn Malik, ‘Ia berkata, ‘Adalah Nabi saw. berkeliling mengilir sembilan bahkan dalam sebagaian riwayat sebelas istri beliau dalam satu malam dengan hanya sekali mandi. Dan dalam sebagaian darinya ditanyakan kepada Anas: Apakah Nabi saw. mampu melakukan senggama dengan sembilan istri beliau semalam? Maka Anas menjawab , “Kami sering berbincang-bincang bahwa beliau di beri kekuatan tiga puluh leleki.”

c. Kitabul Ghusl, Bab: al-Junub Yakhruju Wa Yamsyi Fi as-Suuq wa Ghairihi ( Seorang yang junub keluar dan berjalan di pasar dan lainnya):1\76 hadis nomer:284.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ.

…dari Qatadah, ia bertutur bahwa Anas ibn Malik mengabarkan kepada mereka bahwa Nabi Allah saw. mengitari sembilan istrinya dalam satu malam. Dan ketika itu beliau mempunyai sembilan orang istri.

d. Hadis yang sama juga diriwaytakan dalam Kitabun-Nikah, Bab Katsratun-Nisa’ (Banyaknya istri):7/4 hadis nomer:5068;

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ

e. Hadis yang sama juga diriwaytakan dalam Kitabun-Nikah, Bab: Man Thafa Ala Nisa’ihi Fi Ghuslin Wahidin (Orang yang berkeliling megauli istri-istrinya dengan satu kali mandi):7/44, hadis nomer:5215;

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ

f. Shahih Muslim dalam :Kitab al-Haidl , hadis nomer :467.

و حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ حَدَّثَنَا مِسْكِينٌ يَعْنِي ابْنَ بُكَيْرٍ الْحَذَّاءَ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ بِغُسْلٍ وَاحِدٍ.

…dari Hisyam ibn Zaid dari Anas, “Sesungguhnya Nabi saw. mengitari istri-istrinya dengan sekali mandi.”

g. Shahih at-Turmudzi : Kitab ath-Thaharah, Bab Mâ Jâ’a fi ar rajuli Yathûfu alâ Nisâ’ihi Bighuslin wahidinhadis nomer :130;

حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ.

قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي رَافِعٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَنَسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ بِغُسْلٍ وَاحِدٍ وَهُوَ قَوْلُ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْهُمْ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ أَنْ لَا بَأْسَ أَنْ يَعُودَ قَبْلَ أَنْ يَتَوَضَّأَ وَقَدْ رَوَى مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ هَذَا عَنْ سُفْيَانَ فَقَالَ عَنْ أَبِي عُرْوَةَ عَنْ أَبِي الْخَطَّابِ عَنْ أَنَسٍ وَأَبُو عُرْوَةَ هُوَ مَعْمَرُ بْنُ رَاشِدٍ وَأَبُو الْخَطَّابِ قَتَادَةُ بْنُ دِعَامَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى وَرَوَاهُ بَعْضُهُمْ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ ابْنِ أَبِي عُرْوَةَ عَنْ أَبِي الْخَطَّابِ وَهُوَ خَطَأٌ وَالصَّحِيحُ عَنْ أَبِي عُرْوَةَ.

…dari Qatadah dari Anas bahwa Nabi saw. mengitari istri-istrinya dengan sekali mandi.

Dan dalam bab (masalah) ini terdapat hadis dari Abu Râfi’. Abu Isa (at Turmudzi) berkata, “Hadis (riwayat) Anas adalah hadis hasan shahih, bahwa Nabi saw. mengitari istri-istrinya dengan sekali mandi. Dan ini adalah pendapat banyak kalangan ahli ilmu (ulama), diantaranya adalah Hasan al Bashri, yaitu tidak mengapa kembali menggauli istri sebelum berwudhu’… .”

i. Sunan an-Nasa’i: Kitab ath-Thaharah, bab Ityânu Nisâ’ Qabla Ihdâtsil Ghusli, hadis nomer :263 dan 264, Kitab an-Nikah : hadis 3147;

أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَيَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لِإِسْحَقَ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ عَلَى نِسَائِهِ فِي لَيْلَةٍ بِغُسْلٍ وَاحِدٍ.

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ قَالَ أَنْبَأَنَا مَعْمَرٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ.

Dan dalam Kitab an-Nikah, Bab Dzikru Amri Rasulillah saw. fi an Nikah…: hadis 3147;

أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مَسْعُودٍ عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُمْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي اللَّيْلَةِ الْوَاحِدَةِ وَلَهُ يَوْمَئِذٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ

j. Sunan Abu Daud: Kitab ath-Thaharah, Bab Fil Junubi Ya’ûd, hadis nomer:188;

حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَكَذَا رَوَاهُ هِشَامُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ وَمَعْمَرٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ وَصَالِحُ بْنُ أَبِي الْأَخْضَرِ عَنْ الزُّهْرِيِّ كُلُّهُمْ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم.َ

k. Sunan Ibnu Majah : Kitab ath-Thaharah, hadis nomer: 581 dan 582;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ وَأَبُو أَحْمَدَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوفُ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ صَالِحِ بْنِ أَبِي الْأَخْضَرِ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُسْلًا فَاغْتَسَلَ مِنْ جَمِيعِ نِسَائِهِ فِي لَيْلَةٍ

Aku menyiapkan air mandi untuk Rasulullah saw., lalu beliau mandi sekali untuk (bersuci dari menggauli) seluruh istri-istrinya dalam satu malam.”
Musnad Ahmad bin Hambal :Juz 3 hal99,11,161,166,185,189,225,239 da 252.


Abu Salafy:

Kami sengaja berpanjang-panjang dalam menyajikan contoh riwayat agar dimengerti betapa riwayat-riwayat palsu seperti itu telah menerobos ke jantung pemikiran umat Islam dan kitab-kitab yang disakralkan pun tidak selamat darinya. Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari pemikiran menyimpang tentang kesucian Baginda Rasulullah saw. yang hari-hari ini kita umat Islam –selain Salafy Wahhâbi- berbahagia memperingati hari kelahiran beliau… Semoga bulan Rabi’ul Awal; bulan kelahiran Nabi Muhammad saw. menjadi bulan yang melahirkan semangat membela kesucian beliau dari riwayat-riwayat palsu yang menghinakan keagungan maqam suci beliau saw. Amîn Ya Rabbal ‘Âlâmîn.

Sumber Utama dari Syiah Saudi: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=66


4. Astaghfirulâh, Sahabat Mengancam Nabi saw. Dengan Mau Menikahi Istri Tercintanya!

Tiada seorang nabi yang diganggu kaumnya seperti Nabi Muhammad saw. diganggu kaumnya!

Dan tiada nabi yang lebih sabar dari Nabi Muhammad saw. dalam menghadapi gangguan kaumnya, baik yang kafir maupun yang munafik atau yang lemah imannya!

Serta tiada dosa melebihi dosa mengganggu Allah dan Rasul-Nya! Allah melaknat dan mencampakkan ke dalam siksa pedih-Nya sesiapa yangberani-berani mengganggu rasul-Nya!

Allah SWT. berfirman:

إِنَّ الَّذينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيا وَ الْآخِرَةِ وَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذاباً مُهيناً.


“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. al Ahzâb[33] ;57)

Keterangan:

Tentang ayat di atas, Ibnu Katsir berkata, “Allah berfirman sembari mengancam dan manjanjikan siksaan atas sesiapa yang mengganggu-Nya dengan melanggar perintah-perintah-Nya dan menerjang larangan-larangan-Nya serta berterus-terus dalam melanggar. Allah juga mengancam sesiapa yang mengganggu Rasul-Nya dengan menisbatkan aib atau cacat –kami berlindung kepada Allah darinya-…. .” Dan setelah menyebutkan perselisihat pendapat para ahli tafsir tentang siapa atau kelompok mana yang dimaksud dengannya, di antaranya adalah pendapat Ibnu Abbas ra. bahwa yang dimaksud dengannya adalah para sahabat yang mengganggu Nabi saw. terkait dengan pernikahan beliau saw. dengan Shaifyah binti Huyai ibn Akhthab, ia melanjutkan, “Yang zahir bahwa ayat itu bersifat umum untuk siapapun yang mengganggu beliau dengan bentuk gangguan apapun. Maka barang siapa mengganggu beliau berarti ia benar-benar telah mengganggu Allah. Sebagaimana ta’at kepada beliau adalah ta’at kepada Allah.”[1]

Asy Syaukani menjelaskan makna mengganggu dengan: “Tindakan apapun yang tidak disukai Allah dan rasul-Nya berupa maksiat. Sebab mustahil Allah terganggu. Adapun makna la’nah (laknat) adalah diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah. Dan Allah menjadikan ganjaran itu di dunia dan di akhirat agar mereka diliputi laknat sehingga tidak tersisa waktu hidup dan mati mereka melainkan laknat/kutukan Allah mengena dan menyertai mereka.”[2]

Dalam ayat di atas Allah menegaskan bahwa siapapun yang mengganggu Rasulullah saw. berarti ia menganggu Allah, sebab seorang rasul selaku rasul tidak lain adalah utusan Allah, maka siapapun yang mengganggunya berarti sebenarnya ia sedang bermaksud mengganngu Allah. Dan Allah mencancam bagi yang mengganngu-Nya dan mengganggu Rasul-Nya dengan kutukan/ laknatan yang akan mengena dan menyertainya di sepanjang kehidupan dunia dan akhiratnya, selain Allah siapkan siksa yang menghinakan kelak di hari kiamat ketika mereka dicampakkan ke dalam api neraka!

Allah mengancamnya dengan laknat yang artinya –seperti telah disebutkan- adalah diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah SWT. Dan rahmat Allah yang khusus bagi kaum Mukmin adalah berbentuk bimbingan kepada keyakinan yang benar/haq dan hakikat keimanan yang akan diikuti dengan amal shaleh. Jadi dijauhkan dari rahmat di dunia berkonsekuensi terhalanginya orang tersebut dari mendapatkan rahmat tersebut di atas sebagai balasan atas kejahatannya. Dan ia akan menyebabkan terkuncinya hati dari menerima kebenaran, seperti ditegaskan dalam firman-Nya:

لَعَنَّاهُمْ وَ جَعَلْنَا قُلُوبَهُم قاسِيَةً.

“Kami laknati mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (QS. Al Mâidah [5];13)

Sebagaimana mata hati mereka menjadi buta dan telinga battin mereka menjadi tuli. Allah SWT berfiaman:

أُلئكَ الذين لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُم و أَعْمَى أَبْصارَهُمْ.

“Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka.” (QS. Muhammad [47];23)

Inilah ganjaran mereka yang menggangggu Rasulullah saw. di dunia. Adaapun ganjarang atas mereka di akhirat nanti adalah dijauhkan dari rahmat kedekatan Allah. Mereka dihalau dari mendapat anugrah-Nya. Dan setelah itu Allah menambahkan lagi dengan firman-Nya: “dan (Allah) menyediakan baginya siksa yang menghinakan.”

Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang menghinakan mereka, karena daahulu di dunia mereka mengganggu Rasulullah saw. sebagai bentuk kecongkakan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya, maka sekarang mereka dibalas dengan kehinaan abadi.


Salah Satu Bentuk Mengganggu Nabi saw.

Para ulama ahli tafsir Sunni menyebutkan bahwa di antara sikap yang mengganggu dan menyakitkan hati Nabbi saw. adalah ucapan sebagian sahabat bahwa ia akan menikahi seorang dari istri beliau saw. jika nanti beliau mati. Maka Allah merekam sikap tidak senonoh tersebut dalam firman-Nya:

وَ ما كانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَ لا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْواجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَداً إِنَّ ذلِكُمْ كانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظيماً.

“….Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (QS. al Ahzâb[33];53).

Keterangan:

Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah (dengan melanggar perintahnya baik yang terkait dengan sikap kalian terhadap istri-istri beliau atau dalam masalah-masalah lain) dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu ( menikahi istri-iastri beliau sepeninggal beliau) adalah (dosa yang) amat besar (dosanya) di sisi Allah.

Ayat ini mengesankan secara kuat bahwa sebagian sahabat telah menyebut-nyebut niatan/ucapan yang disebut di dalamnya bahwa ada di antara mereka yang berniat menikahi istri-istri Nabi saw. sepeninggal beliau saw.

Beberapa riwayat telah direkan para Ahli Hadis bahwa yang berbicara tidak sononoh itu adalah salah seorang sahabat Nabi saw. Sementara beberapa riwayat lainnya menegaskan bahwa sahabat yang dimaksud adalah Thalhal ibn Ubaidillah.

Jalaluddin as Suyuthi menyebutkan dalam kitab tafsir ad Durr al Mantsûr-nya delapan riwayat dalam masalah ini dari para muhaddis kenamaan Ahlusunnah, di antaranya adalah:

(1) Ibnu Jarir ath Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., ia berkata, “Ada seorang datang menemui salah seorang istri Nabi saw. lalu berbincang-bincang dengannya, ia adalah anak pamannya. Maka Nabi saw. bersabda, ‘Jangan kamu ulang lagi perbuatan ini setelah hari ini!’ Ia menjawab, ‘Wahai Rasulullah! Dia adalah anak pamanku dan aku tidak berbincang-bincang yang munkar kepadanya dan dia pun tidak berbicara yang munkar kepadaku.’ Nabi saw. bersabda, ‘Aku mengerti itu. Tiada yang lebih cemburu dibanding Allah dan tiada seorang yang lebih pecemburu dibanding aku.’ Lalu ia meninggalkan Nabi kemudian berkata, ‘Dia meralangku berbincang-bincang dengan anak pamanku, jika ia mati aku benar-benar akan menikahinya.’ Maka turunlah ayat itu. …. “

(2) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as Siddi ra., ia berkata, “Telah samapai kepada kami berita bahwa Thalhah berkata, ‘Apakah Muhammad menghalang-halangi kami dari menikahi wanita-wanita suku kami, sementara ia menihaki wanita-wanita kami setelah kematian kami? Jika terjadi sesuatu atasnya (mati_maksudnya) aku akan nikahi istri-istrinya.” Maka turunlah ayat ini.

(3) Abdurrazzâq, Abdu ibn Humaid dan Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Qatadah ra., ia baerkata, “Thahlah berkata, ‘Jika Nabi wafat aku akan nikahi ‘Aisyah ra.” maka turunlah ayat: Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri- istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat… “

(4) Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm tentang firman Allah: Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri- istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat….”, ia berkata, “Ayat ini turun untuk Thalhah ibn Ubaidillah, sebab dia berkata, ‘Jika Rasulullah saw. aku akan nikahi Aisyah ra.’”[3]

Wallahu A’lam.


Khulashah:
Dari keterangan di atas dimengerti bahwa karenan Allah SWT. tidak mungkin menimpa-Nya gangguan apapun baik secara fisik maupun non fisik karena Dzat Allah Maha suci dari mengalami itu semua. Maka Allah menetapkan manusia-manusia suci pilihan-Nya sebagai barometer gangguan kepada Allah. Nabi Muhammad saw. adalah barometer tersebut! Sesiapa yang mengganggu Nabi Muhammad saw. maka berarti ia benar-benar telah mengganggu Allah SWT. Sebab beliau adalah duta Allah dan hamba pilihan-Nya!


Referensi:
[1] Tafsir al Qur’an al Adzîm; Ibnu Katsir,4/517.
[2] Fathul Qadîr,4/302-303.
[3] Baca ad Durr al Mantsûr,5/403-404, Tafsir Fathul Qadîr,4/298-300, tafsir Ibnu Katsir,3/506, Tafsir Ma’âlim at Tanzîl,5/273, dll.

5.Sikap Syiah terhadap Sahabat, Istri-Istri Nabi, dan Ahlus Sunnah

Para Khulafaur Rasyidin adalah fakta sejarah yang tidak bisa ditolak kebenarannya dan mereka juga adalah sahabat Nabi Muhammad Saw yang mulia dan, faktanya, mereka pun memiliki banyak prestasi.

Begitu juga, terkait dengan kemaslahatan umum Islam Imam Ali telah mengirim putra-putranya untuk turut serta dalam jihad dan berperang membela Islam dengan mereka dan para tentara Islam.

Memang Syiah berpendapat bahwa Imam Ali lebih berhak atas khilafah sebagai penerus Rasulullah Saw. Meski demikian, hal ini tidak menghalangi para pengikut Syiah untuk memberikan apresiasi terhadap prestasi para khilafah ini dan memberikan penghormatan yang layak kepada mereka.

Bahkan, dalam sebuah konferensi di London pada tahun 1985, Majma’ Taqrib Bayn Al-Madzahib—yang dipimpin oleh Ayatullah Mahdi Al-Hakim, menyatakan bahwa Syiah mengakui kekhalifahan tiga khalifah sebelum Imam Ali (secara de facto ).


Sikap Syiah terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah

Pertama , beliau adalah istri Nabi Muhammad Saw sehingga beliau sangat layak untuk dihargai dan dihormati. Untuk membuktikan hal ini cukuplah kita merujuk kepada pemahaman Syiah terkait ayat Ifk yang ada di dalam Al-Quran Al-Karim.

Dalam hal ini para mufassir Syiah sangat menjaga kemuliaan kedudukan ‘Aisyah sebagai salah seorang istri Nabi Saw dan Ummul Mukminin.

Untuk keperluan ini, silakan rujuk buku-buku penulis biografi atau pendapat dari orang-orang yang mengatakan adanya fitnah Ifk ini, maka tidak akan ditemukan satu sumber pun yang sahih di kalangan Syiah yang membenarkan terjadinya peristiwa ini. Karena kedudukannya sebagai istri Nabi ini, kehormatan dan kemuliaan beliau harus kita jaga.

Begitu juga, Syiah sepenuhnya mengikuti Imam Ali a.s. yang mengatakan: “Beliau telah menyucikan sandalnya, bagaimana mungkin beliau tidak menyucikan kehormatan istrinya.”

Selanjutnya, meski menolak sikap Ummul Mukminin yang memerangi Imam Ali a.s. sebagai khalifah yang sah, Syiah sangat memuliakan dan menghormati beliau. Syiah berpendapat, siapa saja yang menghina istri Nabi Saw maka dia telah berlepas diri dari Allah dan Rasul-Nya.

Mereka belajar dari kenyataan bahwa, dalam Perang Jamal pun, Imam Ali a.s. telah mengingatkan secara khusus kewajiban memastikan keselamatan Ummul Mukminin ‘Aisyah dan bahkan mengirimkan sebanyak dua puluh orang pembantu kepada beliau untuk mengurusi segala kebutuhannya.

Belakangan ini, sebuah fatwa yang tegas telah dikeluarkan oleh Ayatullah Ali Khamene’i, pemimpin spiritual (rahbar ) Syiah di Iran berkenaan dengan masalah ini:

“Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, Ahlus Sunnah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi Saw dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri-istri para Nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia Saw.”

Demikian pula, Marja Besar Syiah Iran, Ayatullah Naser Makarim Shirazi, seraya menuduh orang-orang yang mengaku Syiah yang mengutuk sahabat yang dihormati Ahlus Sunnah dan juga istri-istri Nabi Saw sebagai agen asing, menegaskan:

“Kami mengutuk segala bentuk penghinaan terhadap istri-istri Nabi Saw. Dan ulama perlu waspada dan berupaya menggagalkan konspirasi-konspirasi musuh Islam.”

Perlu pula diingat bahwa “Salah satu alasan utama Imam Khomeini menyebut Salman Rushdie sebagai orang murtad karena pada satu bagian penting buku Ayat-Ayat Setan (The Satanic Verses ) yang dia tulis, menyandangkan hal-hal yang sangat buruk kepada istri-istri Nabi Saw.” Demikian ditegaskan Ayatullah Makarim Shirazi.


Sikap Syiah terhadap Ahlus Sunnah

Menurut nash-nash Syiah, keislaman Ahlus Sunnah adalah sah, dan bahwa kedudukan mereka sama seperti kaum Syiah, dalam segala konsekuensi yang timbul akibat keislamannya itu.

Memang, pandangan mazhab Syiah mengenai hal ini sungguh amat jelas. Tak seorang pun dari Syiah—yang berpandangan adil dan moderat—meragukannya.

Al-Imam Abu Abdillah, Ja’far Ash-Shadiq a.s., berkata, sebagaimana dirawikan oleh Sufyan ibn As-Samath mengatakan: “Agama Islam itu ialah seperti yang tampak pada diri manusia (yakni, kaum Muslim secara umum), yaitu mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah haji, dan berpuasa di bulan Ramadhan.”

Berkata pula beliau sebagaimana dirawikan oleh Sama’ah: “Agama Islam itu adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan pembenaran kepada Rasulullah Saw. Atas dasar itulah, nyawa manusia dijamin keselamatannya. Dan atas dasar itulah berlangsung pernikahan dan pewarisan dan atas dasar itu pula terbina kesatuan jamaah (kaum Muslim).”

Ada dua macam klasifikasi Muslim menurut Syiah: Pertama, mukhalif adalah sekelompok kaum Muslim yang berbeda pandangan dengan Syiah. Kedua, nashibi adalah sekelompok kaum Muslim yang mengibarkan bendera permusuhan terhadap para Imam Suci Ahlul Bait dengan cara melaknat dan mencaci-maki mereka.

Sikap Syiah terhadap yang pertama adalah tetap menganggap mereka Muslim dan mukmin dan tetap memiliki hak-hak sebagai seorang Muslim yang harus dihormati jiwa, harta, dan kehormatannya. Adapun untuk kelompok yang kedua, Syiah menganggapnya sebagai kafir. Saat ini, kaum Syiah menganggap bahwa kelompok seperti ini tidak akan ditemui. Kalaupun disebut oleh para ulama, khususnya para fuqaha dalam buku-buku fatwa mereka, itu tidak lebih dari sekadar informasi dan kepastian hukum yang tidak melazimkan keberadaan mereka saat ini.


Hubungan Baik di Antara Syiah dan Ahlus Sunnah dalam Hal Pernikahan, Waris, dan Lain-Lain

Al-Imam Abu Ja’far, Muhammad Al-Baqir a.s. berkata, seperti tercantum dalam Sahih Hamran ibn A’yan: “Agama Islam dinilai dari segala yang tampak dari perbuatan dan ucapan. Yakni yang dianut oleh kelompok-kelompok kaum Muslim dari semua firqah (aliran). Atas dasar itu terjamin nyawa mereka, dan atas dasar itu berlangsung pengalihan harta warisan. Dengan itu pula dilangsungkan hubungan pernikahan. Demikian pula pelaksanaan shalat, zakat, puasa, dan haji. Dengan semua itu, mereka keluar dari kekufuran dan dimasukkan ke dalam keimanan.”

Masih banyak lagi riwayat dari para Imam itu yang mengandung makna-makna seperti tersebut di atas, yang tak mungkin dinukilkan semuanya.

Karena itu pulalah, para ulama Syiah memfatwakan kebolehan pernikahan antara Sunni dan Syiah, saling mewarisi di antara mereka, dan halalnya sembelihan mereka. Imam Khomeini menyebutkan hal itu secara tegas dalam kumpulan fatwanya, yakni Kitab Tahrir Al-Wasilah sebagai berikut:

Pertama, dalam Bab Warisan, di saat menjelaskan kafir (non-Muslim) tidak berhak mendapatkan warisan dari seorang Muslim, pada masalah ke-8, beliau menyebutkan: “Kaum Muslim saling mewarisi di antara mereka, walaupun mereka berbeda dalam mazhab….”

Kedua, dalam Bab Nikah, di saat menjelaskan tentang kafir (non-Muslim) pada masalah ke-8, beliau menyebutkan: “Tidak bermasalah seorang mukmin mengawini seorang perempuan yang berbeda (non-Syiah) yang bukan Nashibi, (yakni, yang tidak melaknat dan memusuhi para imam suci Ahlul Bait).”

Ketiga, dalam Bab Penyembelihan, masalah pertama, dinyatakan pula: “Disyaratkan kepada pelaku penyembelihan keharusan bahwa yang bersangkutan adalah seorang Muslim. Maka halal sembelihan (penganut) seluruh kelompok Islam.”

Begitu juga Imam Ali Khamene’i memfatwakan secara tegas keabsahan bermakmum kepada Ahlus Sunnah (Fatwa-Fatwa , terbitan Al Huda, Jakarta).
_______________________________________

Ayatullah Makarim Syirazi: Yasser Al Habib itu Tidak Tahu Apa-apa, dan Wahabi Lebih Bodoh Lagi

Pribadi ini memang tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras, namun lebih bodoh dari itu adalah ulama-ulama Wahabi yang bersandar dengan ucapan-ucapan Yasser dengan mengatakan, "Syiah telah menampakkan hakekat aslinya." Ini menunjukkan mereka berdalil dengan sesuatu yang tidak logis sebab hanya menyandarkan pendapatnya pada satu orang yang tidak dikenal, dan tidak bersandar pada pendapat ulama-ulama Syiah lainnya. Saya menulis sekitar 140 kitab mengenai aqidah, tafsir, dan ilmu-ilmu lainnya dan tidak satupun dalam kitab saya, saya menulis penghinaan terhadap istri Nabi, sementara Yasser tidak menghasilkan karya apapun dan berbicara tanpa sanad.
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al-Uzhma Makarim Syirazi dalam perkuliahannya ahad kemarin (3/10) menyikapi munculnya fitnah terbaru yang dihadapi umat Syiah dengan keberadaan Yasser al Habib yang mengatasnamakan Syiah telah melakukan penghinaan terhadap istri Nabi Ummul Mukminin Aisyah ra berkata, "Apakah kamu mendengar ada seseorang yang tidak tahu apa-apa namun menyebut diri sebagai ulama Syiah yang sekarang menetap di London yang telah mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak sepantasnya disematkan kepada istri Nabi saww?"

Beliau menegaskan bahwa individu tersebut tidak layak mengatasnamakan diri sebagai ulama Syiah sebab tidak memiliki kapasitas apa-apa, " Pribadi ini memang tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras, namun lebih bodoh dari itu adalah ulama-ulama Wahabi yang bersandar dengan ucapan-ucapan Yasser dengan mengatakan, "Syiah telah menampakkan hakekat aslinya." Ini menunjukkan mereka berdalil dengan sesuatu yang tidak logis sebab hanya menyandarkan pendapatnya pada satu orang yang tidak dikenal, dan tidak bersandar pada pendapat ulama-ulama Syiah lainnya. Saya menulis sekitar 140 kitab mengenai aqidah, tafsir, dan ilmu-ilmu lainnya dan tidak satupun dalam kitab saya, saya menulis penghinaan terhadap istri Nabi, sementara Yasser tidak menghasilkan karya apapun dan berbicara tanpa sanad."

Ulama besar yang merupakan marja taklid dalam dunia Syiah ini melanjutkan, "Kami mengatakan bahwa ucapan orang tersebut adalah perkataan buruk dan bohong besar, dan ia tidak tahu apa-apa namun ulama-ulama Wahabi justru bersandar pada ucapannya. Ada kemungkinan ceramah-ceramah tidak senonoh dari orang yang bermukim di London ini adalah sebuah konspirasi, dan Wahabi yang berada di Hijaz memanfaatkan ceramah-ceramah itu untuk merusak citra Syiah dan menimbulkan kebingungan di kalangan umat Islam sampai mereka mendapatkan keuntungan pribadi dari tipu muslihat ini."

Tenaga pengajar Hauzah Ilmiyah Qom ini melanjutkan, "Di antara syubhat lainnya, yang ulama-ulama Wahabi lontarkan, mereka berkata, kalau memang perbuatan Yasser tersebut sesuatu yang terlaknat lantas mengapa Ayatullah-ayatullah kalian tidak mengatakan apa-apa?. Mereka melontarkan syubhat tersebut dengan terus bertanya sementara kita telah mengutuk perbuatan tersebut dan mengatakan bahwa kita tidak mengenal bentuk penghinaan apapun terhadap istri-istri Nabi, yang kita tahu, penghinaan terhadap istri-istri Nabi sama halnya menghina Nabi sendiri."

"Apakah Wahabi lupa mengenai fatwa mati Imam Khomaeni terhadap Salman Rusdi yang telah menghina Islam dan menyatakan bahwa ia telah murtad dari Islam? Apa mereka ulama-ulama Wahabi itu tidak mengetahui bahwa Salman Rusdi dalam buku Ayat-ayat Syaitannya itu bukan hanya menghina Nabi namun juga melakukan penghinaan terhadap istri-istri Nabi tetapi mengapa mereka berdiam saja dan tidak mengeluarkan kutukan apapun terhadap Salman Rusdi sementara Imam Khomeini melakukannya?. Ini menunjukkan bahwa mereka bukan ahli logika dan tidak lagi mampu berpikir sehat. Berseberangan dengan mereka, di antara ulama-ulama Sunni mengetahui fatwa-fatwa dan pengecaman kita (ulama-ulama Syiah) dan mereka menyatakan kegembiraannya dengan itu." Tegasnya.

Ayatullah Makarim Syirasi di akhir pembicaraannya mengatakan, "Kita harus lebih waspada dan berhati-hati dalam setiap diskusi dan dialog, jawablah setiap pertanyaan dengan dalil dan hujjah yang tegas, dengan argumen-argumen yang sehat dan kuat dan jangan melakukan hal-hal yang dapat memicu perselisihan dan semakin memperlebar jurang perpecahan. Saya yakin umat Islam pada akhirnya akan bergandengan tangan satu sama lain dan tidak terjebak dalam fitnah perpecahan yang gencar dihembuskan musuh-musuh Islam."

Diberitakan, pribadi yang bernama Yasser al Habib tidak layak menggunakan pakaian yang merupakan ciri khas pakaian ulama Syiah, karena ia bukan lulusan dan alumni dari Hauzah Ilmiyah manapun.

Yasser al Habib selama bulan Ramadhan kemarin dalam berbagai acara khususnya acara peringatan kematian Aisyah istri Nabi mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu pertikaian dengan menyematkan hal-hal yang tidak pantas kepada Ummul Mukminin Aisyah. Ulama-ulama Syiah dari Arab Saudi dan Kuwait diantaranya, Syaikh Amri, Syaikh Husain Mu'tawaq, Syaikh Hasan Safaar, Saikh Al al-Muhsin, Syaikh Hasyim as salman dan lain-lain telah mengecam keras pernyataan-pernyataan Yasser al Habib yang dianggap telah melukai hati umat Islam.

Sesuatu yang mengherankan, ditengah kecaman kaum muslimin, Yasser al Habib justru mendapat perlindungan dan pembelaan dari pemerintah Inggris.

Ayatullah al-Uzhma Makarim Syirazi

Mesir:
Ucapan Terimakasih Syaikhul Azhar atas Fatwa Ayatullah Al-Uzhma Ali Khamanei


Rektor Universitas Al-Azhar Mesir menyambut baik fatwa Ayatullah al-Uzhma Sayyid Ali Khamenei yang mengharamkan kepada para pengikut Syiah untuk melakukan penghinaan dan pelecehan terhadap sahabat-sahabat Nabi dan simbol-simbol khusus milik umat Sunni.

Menurut Kantor Berita ABNA, menyambut baik fatwa Pemimpin Besar Revolusi Republik Islam Iran Sayyid Ali Khamanei mengenai pelarangan umat Syiah untuk menyerang dan menghina ummul mukminin Aisyah dan sahabat-sahabat Nabi saww lainnya, Rektor Universitas al-Azhar Syaikh Ahmad Tayyib berkata, "Dikeluarkannya fatwa ini berada pada waktu yang tepat, khususnya untuk mencegah adanya perpecahan dan timbulnya fitnah yang lebih besar."

Ahmad Tayyib dalam lanjutan penjelasannya mengatakan, "Saya berbahagia dan menyambut baik dikeluarkannya fatwa yang penuh berkah ini oleh Hadhrat Imam Ali Khamanei khususnya mengenai pengharaman penghinaan terhadap sahabat-sahabat Nabi saw radiAllahu 'alaihim atau pelecehan terhadap istri Nabi saw Ummul Mukminin Aisyah ra. Fatwa ini berdasarkan pengetahuan yang benar dan pemahaman yang mendalam akan adanya bahaya dari musuh-musuh Islam yang selalu berupaya memecah belah umat, dan juga menunjukkan adanya keinginan yang besar untuk mewujudkan persatuan umat Islam.

Beliau melanjutkan, "Keistimewaan fatwa ini adalah karena dikeluarkan oleh ulama besar kaum muslimin dan marja taklid dari umat Syiah dan juga adalah sebagai Rahbar, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran."

At-Tayyib dalam penjelasannya menyatakan, "Saya yang berada dalam lingkungan pendidikan dan memperhatikan mengenai urusan syar'i, saya katakan berupaya keras dan sungguh-sungguh demi terwujudnya persatuan umat Islam adalah sesuatu yang wajib, dan berupaya semaksimal mungkin untuk meminimalisir adanya perselisihan antar pengikut mazhab yang berbeda. Persatuan umat Islam lebih utama dan penting dari segalanya, Allah SWT berfirman, "Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Qs. Al-Anfaal: 46).

"Saya juga menyatakan, barang siapa yang diantara kaum muslimin menyebarkan fitnah, sesungguhnya ia adalah pendosa, yang akan mendapatkan azab Allah dan merupakan orang-orang yang ingkar di tengah-tengah umat." Tegasnya.

Rektor al Azhar bersyukur dan mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam kepada Ayatullah Sayyid Ali Khamanei atas fatwa beliau yang keluar pada saat yang tepat, dan dengan izin Allah akan menjadi fatwa yang dapat mempererat persatuan kaum muslimin dan dapat menutup pintu-pintu fitnah dan perpecahan.

Rektor al-Azhar juga berharap semoga Allah SWT menjadikan fatwa tersebut sebagai permulaan yang baik dan merupakan bukti adanya i'tikad baik dan kesungguhan untuk menyatukan kaum muslimin sehingga tidak ada lagi tempat bagi mereka yang bersikap ghuluw, yang kesibukannya hanya menyebarkan fitnah dan memecah belah kaum muslimin. Beliaupun juga berharap kepada seluruh umat Islam se dunia untuk berpegang teguh kepada tali Allah sehingga tidak menjadi umat yang berpecah belah. Di akhir penjelasannya beliau menegaskan, "Mesir akan turut serta untuk menjadi Negara yang akan mendekatkan umat Islam satu sama lain sampai terwujud persatuan umat Islam sedunia."

Sumber : abna.ir

Yasir Habib Sang Penista Sahabat Nabi dan Ummul Mukminin Aisyah ( eramuslim.com telah melakukan jurnalisme yg tak bertanggung jawab tendensius, menghasut, adu domba, tak berimbang, dan secara tak langsung menjadi agen gratis zionis dan kelompok takfir lintas mahzab....WASPADALAH !!!! )


Jumat, 01/10/2010 12:47 WIB |http://eramuslim.com/
Dalam beberapa waktu terakhir ini, umat Islam harus mengalami berbagai tragedi dan goncangan hebat akibat serangkaian aksi berupa sikap atau pernyataan yang melecehkan Islam dan umat Islam. Setidaknya dalam bulan September lalu, goncangan itu datang dari dua orang yaitu pastor Terry Jones yang menyerukan hari pembakaran Al-Quran pada peringatan kesembilan peristiwa 9/11 dan dari Yasir Habib seorang da'i dan ulama Syi'ah kondang yang sekarang bermukim di London.
Kita tidak akan mencoba membongkar siapa itu Terry Jones, karena sosoknya telah terkenal di mana-mana setelah aksi dan ide gilanya yang menyerang Islam secara terang-terangan.


Mengenal sosok Yasir Habib

Pria kelahiran Kuwait tahun 1979 ini, menjadi semakin terkenal setelah ceramah-ceramahnya di London secara terang-terangan menghina Ummul mukminin Aisyah. Sosok Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah, RA ia tuduh dengan tuduhan yang "tidak-tidak". Dalam tuduhannya itu, Habib bahkan telah melanggar batas-batas etika.

Yasir Habib adalah seorang da'i dan ulama muda Syi'ah yang berasal dari Kuwait. Pada bulan Desember tahun 2004, dirinya bermigrasi ke London Inggris. Sebelumnya pada bulan November tahun 2003, ia pernah ditangkap dan dipenjara selama satu tahun oleh pemerintah Kuwait atas tuduhan 'mengutuk' sahabat terkemuka dan istri Rasulullah, Abu Bakar, Umar dan Aisyah Radiallahuanhum, sehubungan dengan rekaman ceramah tertutup pribadinya.

Pada bulan Februari 2004 dia dibebaskan di bawah pengampunan tahunan yang diumumkan oleh Amir Kuwait pada kesempatan Hari Nasional negara, tetapi kemudian ditangkap kembali beberapa hari kemudian. Yasir al-Habib kemudian 'melarikan diri' dari Kuwait sebelum ia dijatuhi hukuman in absentia untuk hukuman 25 tahun penjara.

Menjelang akhir September, pemerintah Kuwait mencabut hak kewarganegaraan Yasir Habib selain alasan penghinaan terhadap para sahabat dan istri Rasulullah, ia juga memiliki kewarganegaraan ganda Kuwait-Inggris yang menurut aturan pemerintah Kuwait hal tersebut terlarang. Masih menjelang akhir September, pemerintah Kuwait telah meminta pihak interpol untuk menangkap Yasir Habib dan menyerahkannya ke Kuwait untuk diadili. "Kami terpaksa meminta interpol bertindak berdasarkan permintaan dari jaksa penuntut umum Kuwait untuk membawa Habib ke pengadilan di Kuwait," kata menteri dalam negeri Kuwait Syaikh Jabir Al-Khalid pada waktu itu.

Namun ada yang menarik dari kasus Yasir Habib ini, para ibu di Maroko banyak memberikan nama anak perempuan mereka yang baru lahir dan akan lahir dengan nama Aisyah, merujuk kepada nama istri Rasulullah yang telah dinistakan oleh Yasir Habib. Para ibu tersebut menyatakan bahwa tindakan mereka ini sebagai jawaban sederhana atas penghinaan Habib terhadap ummul mukminin Aisyah, Ra.
Bahkan situs Mafkarah Islam, memuat sebuah tulisan yang berjudul Yasir Habib: Salman Rushdi Baru. Penulis artikel tersebut terang-terangan menyamakan Yasir Habib dengan Salman Rushdi sang penghina Islam tersebut. Menurut penulis, tujuan utama dari penyerangan Habib terhadap citra dan sosok Sayyidah Aisyah, Ra itu sendiri salah satunya adalah untuk menjungkirkan kredibilitas Alqur'an yang diimani umat Muslim sebagai kitab suci dan petunjuk mereka. Tentu saja, perlakuan semacam ini hanya akan dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengimani dengan apa yang telah Allah turunkan dalam kitab suci tersebut, juga oleh orang-orang non-Muslim.

Namun ada fenomena yang menarik dari tragedi penghinaan Yasir Habib terhadap ummul mukminin Aisyah, Ra. Jika pada kasus pastor Terry Jones yang berencana hendak membakar kitab suci umat Islam Al-Quran mendapat banyak kecaman dari seluruh kalangan umat di dunia bahkan dari Vatikan dan dewan gereja Amerika, namun kasus penyerangan terhadap sosok Sayyidah Aisyah yang dilakukan oleh Habib justru tidak mendapat reaksi apa-apa dari para petinggi Syi'ah.

Hal tersebut menunjukkan jika para petinggi Syiah sebenarnya merasa rido dan setuju atas apa yang dikatakan oleh Habib. Jika tidak, maka dengan apa lantas kita bisa menafsirkan sikap diam mereka? Dan dengan demikian pula, lalu apa bedanya antara Yasir Habib dengan Salman Rushdi? Mereka berdua sama-sama telah melecehkan Islam.

Banyak fakta yang menyebutkan bahwa kalangan Syi'ah sangat membenci sahabat-sahabat utama Rasulullah seperti Abu Bakar, Umar dan yang lainnya berikut penghinaan mereka terhadap ummul mukminin Aisyah, Ra. Namun herannya masih banyak orang di kalangan umat ini yang masih 'berbaik sangka' dengan Syi'ah setelah apa yang telah mereka lakukan terhadap tokoh-tokoh yang terhormat di mata umat Islam ini. Bahkan mereka bisa sangat tersinggung dan murka bila 'tokoh-tokoh' Syi'ah dilecehkan namun di sisi lain mereka tenang-tenang saja mendengar dan membaca serta mengetahui jika kalangan Syi'ah dengan tanpa perasaan menyebut ummul mukminin Aisyah sebagai pelacur, atau menyebut Abu Bakar dan Umar sebagai penjahat dan sebagainya.
____________________________________

Fatwa Sayid Khamene’i Larangan Mencaci Sahabat dan Simbol-Simbol Ahlussunnah

Ayatullah Ali Khamenei Haramkan Hujatan terhadap Istri Nabi dan Simbol-Simbol Ahlusunah


Fatwa penting ini sangat layak untuk dibaca dan dijadikan sebagai bahan renungan (khususnya muqallid Sayid Ali Khamenei dan pengikut mazhab Syiah umumnya) sekaligus alasan untuk mengevaluasi diri kita masing dalam melaksanakan taklif terutama dalam bidang dakwah dan interaksi antar sesama.

Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Spiritual dari Iran, menerbitkan sebuah fatwa yang mengharamkan perlakuan buruk terhadap istri Nabi, Ummul mukminin Aisyah dan melecehkan simbol-simbol (tokoh-tokoh yang diagungkan) ahlusunah waljamaah.

Hal itu tertera dalam jawaban atas istifta’ (permohonan fatwa) yang diajukan oleh sejumlah ulama dan cendekiawan Ahsa, Arab Saudi, menyusul penghinaan yang akhir-akhir ini dilontarkan seorang pribadi tak terpuji bernama Yasir al-Habib yang berdomisili di London terhadap istri Nabi, Aisyah. Para pemohon fatwa menghimbau kepada Sayid Khamenei menyampaikan pandangannya terhadap “penghujatan jelas dan penghinaan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan terhadap istri Rasul saw., Aisyah.”

Menjawab hal itu, Khamenei mengatakan, “…diharamkan melakukan penghinaan terhadap (tokoh-tokoh yang diagungkan) ahlusunah waljemaah apalagi melontarkan tuduhan terhadap istri Nabi saw. dengan perkataan-perkataan yang menodai kehormatannya, bahkan tindakan demikian haram dilakukan terhadap istri-istri para nabi terutama penghulu mereka Rasul termulia.”

Fatwa Khamenei ini dapat dapat dianggap sebagai fatwa paling mutakhir dan menempati posisi terpenting dalam rangkain reaksi-reaksi luas kalangan Syiah sebagai kecaman terhadap pelecehan yang dilontarkan oleh (seseorang bernama) Yasir al-Habib terhadap Siti Aisyah ra.

Sebelumnya puluhan pemuka agama di kalangan Syiah di Arab Saudi, negara-negara Teluk dan Iran telah mengecam dengan keras pernyataan-pernyataan dan setiap keterangan yang menghina Siti Aisyah atau salah satu istri Nabi termulia saw.

Berikut teks fatwa dalam bahasa Arab tersebut:

نص الاستفتاء: بسم الله الرحمن الرحيم سماحة آية الله العظمى السيد علي الخامنئي الحسيني دام ظله الوارف السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

تمر الامة الاسلامية بأزمة منهج يؤدي الى اثارت الفتن بين ابناء المذاهب الاسلامية ، وعدم رعا ية الأولويات لوحدة صف المسلمين ، مما يكون منشا لفتن داخلية وتشتيت الجهد الاسلامي في المسائل الحساسة والمصيرية ، ويؤدي الى صرف النظر عن الانجازات التي تحققت على يد ابناء الامة الاسلامية في فلسطين ولبنان والعراق وتركيا وايران والدول الاسلامية ، ومن افرازات هذا المنهج المتطرف طرح ما يوجب الاساءة الى رموز ومقدسات اتباع الطائفة السنية الكريمة بصورة متعمدة ومكررة .

فما هو رأي سماحتكم في ما يطرح في بعض وسائل الاعلام من فضائيات وانترنت من قبل بعض المنتسبين الى العلم من اهانة صريحة وتحقير بكلمات بذيئة ومسيئة لزوج الرسول صلى الله عليه واله ام المؤمنين السيدة عائشة واتهامها بما يخل بالشرف والكرامة لأزواج النبي امهات المؤمنين رضوان الله تعالى عليهن.

لذا نرجو من سماحتكم التكرم ببيان الموقف الشرعي بوضوح لما سببته الاثارات المسيئة من اضطراب وسط المجتمع الاسلامي وخلق حالة من التوتر النفسي بين المسلمين من اتباع مدرسة أهل البيت عليهم السلام وسائر المسلمين من المذاهب الاسلامية ، علما ان هذه الاساءات استغلت وبصورة منهجية من بعض المغرضين ومثيري الفتن في بعض الفضائيات والانترنت لتشويش وارباك الساحة الاسلامية واثارة الفتنة بين المسلمين .

ختاما دمتم عزا وذخرا للاسلام والمسلمين .

التوقيع

جمع من علماء ومثقفي الاحساء4 / شوال / 1431هـــــ

:جواب الإمام الخامنئي

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

يحرم النيل من رموز إخواننا السنة فضلاً عن اتهام زوج النبي (صلى الله عليه وآله) بما يخل بشرفها بل هذا الأمر ممتنع على نساء الأنبياء وخصوصاً سيدهم الرسول الأعظم (صلّى الله عليه وآله).

موفقين لكل خير

Teks Permohonan Fatwa:

Bismillahirrahmanirrahim Yang Mulia Ayatullah Al-Uzma Sayid Ali Al-Khamenei Al-Husaini Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Umat Islam mengalami krisis metode yang mengakibatkan penyebaran fitnah (cekcok) antar para penganut mazhab-mazhab Islam dan mengakibatkan diabaikannya prioritas-prioritas bagi persatuan barisan muslimin. Hal ini menjadi sumber bagi kekacauan internal dan terhamburkannya kontribusi Islam dalam penyelesaian isu-isu penting dan menentukan. Salah satu akibatnya adalah teralihkannya perhatian terhadap capaian-capaian putra-putra umat Islam di Palestina, Lebanon, Irak, Turki, Iran dan negara-negara Islam lainnya. Salah satu hasil dari metode ekstrim ini adalah tindakan-tindakan yang menjurus kepada pelecehan secara sengaja dan konstan terhadap ikon-ikon dan keyakinan-keyakinan yang diagungkan oleh para penganut mazhab suni yang kami muliakan.

Maka, bagaimanakah pendapat Yang Mulia tentang hal-hal yang dilontarkan dalam sebagian media televisi satelit dan internet oleh sebagian orang yang menyandang predikat ilmu berupa penginaan terang-terangan dan pelecehan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan istri Rasul saw., Ummulmukminin Aisyah serta menuduhkan dengan hal-hal yang menodai kehormatan dan harkat istri-istri nabi, semoga Allah Taala meridai mereka?

Karenanya, kami memohon Yang Mulia berkenan memberikan pernyataan tentang sikap syar’i secara jelas terhadap akibat-akibat yang timbul dari sensasi negatif berupa ketegangan di tengah masyarakat Islam dan menciptakan suasana yang diliputi ketegangan psikologis antar sesama muslim baik di kalangan para penganut mazhab ahlulbait maupun kaum muslimin dari mazhab-mazhab Islam lainnya, mengingat penghujatan-penghujatan demikian telah dieksploitasi secara sistematis oleh para provokator dan penebar fitnah dalam sejumlah televisi satelit dan internet demi mengacaukan dan mengotori dunia Islam dan menyebarkan perpecahan antar muslimin.

Sebagai penutup, kami berdoa semoga Yang Mulia senantiasa menjadi pusaka bagi Islam dan muslimin.

Tertanda, Sejumlah ulama dan cendekiawan Ahsa, 4 Syawal 1431 H


Jawaban Imam Khamenei:

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi saw. dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw.

Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap kebaikan.
______________________________________


LALU SIAPAKAH YASIR HABIB SANG PENCERCA ITU ?

Sumber: ejajufri.wordpress.com

Yasir Habib Orang Syi’ah Gadungan Kaki Tangan Zionis



Pernah, seorang pengunjung blog berkomentar mengenai tidak mungkinnya persatuan Syiah dan suni karena masih adanya caci-maki terhadap sahabat dan istri Nabi. Dalam komentarnya, dia juga memberi link sebuah video di YouTube untuk “membuktikan” klaim tersebut. Saya buka video tersebut dan tulisan di awal video adalah “YASIR AL-HABIB, di antara ulama Syiah yang terkemuka di abad 20.”

Saya membalas komentarnya begini, “Yasir Al-Habib? Ulama terkemuka abad 20? Terlalu berlebihan. Saya kasih contoh yang terkemuka: Ayatullah Khamenei, Ayatullah Sistani, Syekh Subhani, Husein Fadhlullah, dll.” Jadi, siapa Yasir Al-Habib?

Yasser al-Habib, begitu transliterasi dalam bahasa Inggrisnya, dilahirkan di Kuwait pada tahun 1979—masih muda untuk jadi ukuran ulama “terkemuka”. Dia adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Kuwait, artinya tidak ada latar belakang keilmuan hauzah ilmiah. Pandangannya dalam agama sangat ekstrim, termasuk mengenai sejarah wafatnya Fatimah putri Nabi saw. yang kerap kali kecaman dialamatkan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar serta Ummulmukminin Aisyah ra. Makiannya yang dilakukan dalam sebuah ceramah tertutup ternyata tersebar dan membuatnya dipenjarakan oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003.

Belum setahun, ia dibebaskan di bawah pengampunan Amir Kuwait (menurut pengakuannya dia bertawasul kepada Abul Fadhl Abbas), namun beberapa hari kemudian ditangkap lagi. Sebelum dijatuhi hukuman selama 25 tahun, ia pergi meninggalkan Kuwait. Karena tidak mendapat izin dari pemerintah untuk tinggal di Irak dan Iran, ia mendapat suaka dari pemerintah Inggris.

Sejak berada di Kuwait, ia sudah memimpin Organisasi Khaddam Al-Mahdi. Setelah mendapat suaka dari pemerintah Inggris, entah bagaimana organisasinya semakin “makmur”. Punya kantor, koran, hauzah (semacam pesantren), majelis, yayasan dan juga website sendiri. Karena perkembangannya yang cepat inilah muncul kecurigaan bantuan dana dari pemerintah Inggris. Kita semakin curiga, karena pemerintah Kuwait berulang kali meminta agar Yasser Al-Habib ditangkap namun ditolak oleh Interpol. Hubungannya dengan Mesir, Iran, dan sebagian besar ulama Syiah nampaknya tidak harmonis. Dalam situsnya, ia kerap kali mengecam ulama rujukan sekelas, Imam Khomeini dan Ayatullah Ali Khamenei, bahkan tidak menganggapnya sebagai mujtahid dan marja’. Jadi bisa dikatakan bahwa Yasser Al-Habib sangat tidak merepresentasikan mayoritas ulama Syiah yang menghendaki persatuan dan perbaikan umat muslim. Tidak adil jika Anda mengutip pendapatnya dan menuliskan bahwa itu adalah pandangan (mayoritas) pengikut Syiah, padahal hanyalah pandangan pribadinya. Dan karena itu kita perlu waspada dan mengetahui mengenai rancangan CIA dalam menciptakan “ulama-ulama” palsu.




Ayatullah Makarim Syirazi: Yasser Al Habib itu Tidak Tahu Apa-apa, dan Wahabi Lebih Bodoh Lagi

Pribadi ini memang tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras, namun lebih bodoh dari itu adalah ulama-ulama Wahabi yang bersandar dengan ucapan-ucapan Yasser dengan mengatakan, “Syiah telah menampakkan hakekat aslinya.” Ini menunjukkan mereka berdalil dengan sesuatu yang tidak logis sebab hanya menyandarkan pendapatnya pada satu orang yang tidak dikenal, dan tidak bersandar pada pendapat ulama-ulama Syiah lainnya. Saya menulis sekitar 140 kitab mengenai aqidah, tafsir, dan ilmu-ilmu lainnya dan tidak satupun dalam kitab saya, saya menulis penghinaan terhadap istri Nabi, sementara Yasser tidak menghasilkan karya apapun dan berbicara tanpa sanad.

Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al-Uzhma Makarim Syirazi dalam perkuliahannya ahad kemarin (3/10) menyikapi munculnya fitnah terbaru yang dihadapi umat Syiah dengan keberadaan Yasser al Habib yang mengatasnamakan Syiah telah melakukan penghinaan terhadap istri Nabi Ummul Mukminin Aisyah ra berkata, “Apakah kamu mendengar ada seseorang yang tidak tahu apa-apa namun menyebut diri sebagai ulama Syiah yang sekarang menetap di London yang telah mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak sepantasnya disematkan kepada istri Nabi saww?”

Beliau menegaskan bahwa individu tersebut tidak layak mengatasnamakan diri sebagai ulama Syiah sebab tidak memiliki kapasitas apa-apa, ” Pribadi ini memang tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras, namun lebih bodoh dari itu adalah ulama-ulama Wahabi yang bersandar dengan ucapan-ucapan Yasser dengan mengatakan, “Syiah telah menampakkan hakekat aslinya.” Ini menunjukkan mereka berdalil dengan sesuatu yang tidak logis sebab hanya menyandarkan pendapatnya pada satu orang yang tidak dikenal, dan tidak bersandar pada pendapat ulama-ulama Syiah lainnya. Saya menulis sekitar 140 kitab mengenai aqidah, tafsir, dan ilmu-ilmu lainnya dan tidak satupun dalam kitab saya, saya menulis penghinaan terhadap istri Nabi, sementara Yasser tidak menghasilkan karya apapun dan berbicara tanpa sanad.”

Ulama besar yang merupakan marja taklid dalam dunia Syiah ini melanjutkan, “Kami mengatakan bahwa ucapan orang tersebut adalah perkataan buruk dan bohong besar, dan ia tidak tahu apa-apa namun ulama-ulama Wahabi justru bersandar pada ucapannya. Ada kemungkinan ceramah-ceramah tidak senonoh dari orang yang bermukim di London ini adalah sebuah konspirasi, dan Wahabi yang berada di Hijaz memanfaatkan ceramah-ceramah itu untuk merusak citra Syiah dan menimbulkan kebingungan di kalangan umat Islam sampai mereka mendapatkan keuntungan pribadi dari tipu muslihat ini.”

Tenaga pengajar Hauzah Ilmiyah Qom ini melanjutkan, “Di antara syubhat lainnya, yang ulama-ulama Wahabi lontarkan, mereka berkata, kalau memang perbuatan Yasser tersebut sesuatu yang terlaknat lantas mengapa Ayatullah-ayatullah kalian tidak mengatakan apa-apa?. Mereka melontarkan syubhat tersebut dengan terus bertanya sementara kita telah mengutuk perbuatan tersebut dan mengatakan bahwa kita tidak mengenal bentuk penghinaan apapun terhadap istri-istri Nabi, yang kita tahu, penghinaan terhadap istri-istri Nabi sama halnya menghina Nabi sendiri.”

“Apakah Wahabi lupa mengenai fatwa mati Imam Khomaeni terhadap Salman Rusdi yang telah menghina Islam dan menyatakan bahwa ia telah murtad dari Islam? Apa mereka ulama-ulama Wahabi itu tidak mengetahui bahwa Salman Rusdi dalam buku Ayat-ayat Syaitannya itu bukan hanya menghina Nabi namun juga melakukan penghinaan terhadap istri-istri Nabi tetapi mengapa mereka berdiam saja dan tidak mengeluarkan kutukan apapun terhadap Salman Rusdi sementara Imam Khomeini melakukannya?. Ini menunjukkan bahwa mereka bukan ahli logika dan tidak lagi mampu berpikir sehat. Berseberangan dengan mereka, di antara ulama-ulama Sunni mengetahui fatwa-fatwa dan pengecaman kita (ulama-ulama Syiah) dan mereka menyatakan kegembiraannya dengan itu.” Tegasnya.

Ayatullah Makarim Syirasi di akhir pembicaraannya mengatakan, “Kita harus lebih waspada dan berhati-hati dalam setiap diskusi dan dialog, jawablah setiap pertanyaan dengan dalil dan hujjah yang tegas, dengan argumen-argumen yang sehat dan kuat dan jangan melakukan hal-hal yang dapat memicu perselisihan dan semakin memperlebar jurang perpecahan. Saya yakin umat Islam pada akhirnya akan bergandengan tangan satu sama lain dan tidak terjebak dalam fitnah perpecahan yang gencar dihembuskan musuh-musuh Islam.”

Diberitakan, pribadi yang bernama Yasser al Habib tidak layak menggunakan pakaian yang merupakan ciri khas pakaian ulama Syiah, karena ia bukan lulusan dan alumni dari Hauzah Ilmiyah manapun.

Yasser al Habib selama bulan Ramadhan kemarin dalam berbagai acara khususnya acara peringatan kematian Aisyah istri Nabi mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu pertikaian dengan menyematkan hal-hal yang tidak pantas kepada Ummul Mukminin Aisyah. Ulama-ulama Syiah dari Arab Saudi dan Kuwait diantaranya, Syaikh Amri, Syaikh Husain Mu’tawaq, Syaikh Hasan Safaar, Saikh Al al-Muhsin, Syaikh Hasyim as salman dan lain-lain telah mengecam keras pernyataan-pernyataan Yasser al Habib yang dianggap telah melukai hati umat Islam.

Sesuatu yang mengherankan, ditengah kecaman kaum muslimin, Yasser al Habib justru mendapat perlindungan dan pembelaan dari pemerintah Inggris.


Ayatullah al-Uzhma Makarim Syirazi (abna.id)

Larangan Mencerca Sahabat Nabi

Tanya:

Madzhab Ahlul Bait punya keyakinan bahwa kepemimpinan (imamah/khilafah) atas ummat sepeninggal Rasulullah merupakan hak para imam dari Ahlul Bait. Sementara itu, fakta sejarah menunjukkan bahwa yang menjadi khalifah adalah para Sahabat. Dengan demikian, dalam pandangan madzhab Ahlul Bait, telah terjadi pengambilan hak kepemimpinan atas ummat oleh Sahabat. Tapi, saya mendengar bahwa para marji, ternasuk Imam Ali Khamenei, melarang pengecaman kepada para Sahabat. Bagaimana penjelasannya?


Jawab:

Pada Itrah edisi 7, sebagian dari masalah ini sudah sebenarnya pernah dibahas, yaitu yang berkenaan dengan hukumnya melaknat sahabat. Tapi, mengingat beberapa peristiwa terakhir yang terkait dengan isu-isu ikhtilaf, ada baiknya kita ulas lagi masalah ini dengan beberapa penambahan keterangan.

Mencerca sahabat memang menjadi salah satu isu sensitif di antara kelompok Sunni dan Syiah. Sejarahnya juga lumayan panjang. Dulunya, selama sekitar 80 tahun, ada kebiasaan buruk di kalangan Bani Umayyah untuk mencerca Imam Ali di mimbar-mimbar Jumat, sampai akhirnya dihentikan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Atas kebiasaan tersebut, ada di kalangan Syiah yang bereaksi keras, di antaranya dengan balik mencerca para Sahabat yang dimuliakan oleh Sunni.

Setelah berlalu berabad-abad, kebiasaan mencerca Ali dan Ahlul Bait Nabi lainnya sudah tidak lagi didapati di kalangan Ahlu Sunnah manapun. Yang ada adalah cercaan terhadap ajaran Syiah secara umum. Akan tetapi, di kalangan Syiah, terkadang memang masih ditemukan orang-orang yang mencerca Sahabat. Perilaku tersebut biasanya dihubung-hubungkan dengan keyakinan bahwa telah terjadi kezhaliman yang dilakukan para Sahabat terhadap Ahlul Bait Nabi, dalam bentuk perampasan hak kepemimpinan.

Akan tetapi, logika bahwa para pengikut madzhab Ahlul Bait berhak mencerca sahabat karena para Sahabat itu telah mengambil hak imamah/khilafah dari para imam, tidak dibenarkan oleh para ulama madzhab Ahlul Bait sendiri. Sayid Kazhim Thabathabai, Imam Jumat Kota Zabol, Iran (Zabol adalah salah satu kota kawasan utara Iran, berdekatan dengan Laut Kaspia. Salah satu keunikan kota itu adalah keberadaan orang-orang Sunni yang jumlahnya cukup banyak), dalam salah satu wawancaranya mengatakan:
“Para ulama, khatib, cendekiawan, akademisi, dan kalangan pesantren harus tampil memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa demi persatuan ummat yang memang diwajibkan oleh agama, maka segala macam penghinaan terhadap hal-hal yang sangat dihormati oleh masing-masing kelompok, baik itu kalangan Sunni ataupun Syiah, hukumnya adalah haram. Agama, akal kita, dan juga budaya yang berkembang di masyarakat manapun sangat menentang perilaku seperti itu.” (http://www.taghribnews.ir.)

Sementara itu, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, sebagaimana yang bisa dibaca pada http://nahadsbmu.ir. mengatakan:
“Menyinggung dan melukai perasaan sesama Mukmin adalah tindakan terlarang dalam agama. Apalagi jika kita meletakkan masalah ini dalam konteks persatuan ummat Islam. Saling mencaci dan saling menuduh antara kelompok Sunni dan Syiah adalah salah satu hal yang sangat diinginkan musuh Islam. Jika kalian mencerca para Sahabat Nabi atau melakukan tindakan apapun yang bisa diartikan sebagai pelecahan terhadap kepercayaan orang-orang Sunni, pihak yang paling senang adalah setan dan musuh Islam.”

Teramat jelas pandangan kedua ulama Syiah itu. Tidak mungkin ada celah untuk menyelewengkan maksud dari ucapan keduanya. Intinya adalah satu: bagi orang Syiah, mencerca para Sahabat adalah tindakan terlarang secara agama.

Dari pemaparan pendapat dan fatwa dari tiga ulama Syiah yang sangat representatif di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa kebiasaan mencerca Sahabat yang dilakukan oleh sebagian orang Syiah itu sama sekali tidak legitimated (ghayru masyru’). Pelarangan yang disampaikan juga tidak asal-asalan, melainkan didasari oleh alasan-alasan yang sangat logis.

Pertama, pada dasarnya, mencerca adalah sikap yang buruk. Kepada siapapun, bahkan kepada orang kafir sekalipun, seorang Muslim memang dilarang untuk mencerca. Apalagi jika yang dicerca adalah sesama Muslim.

Alasan kedua, Sahabat adalah orang-orang yang sangat dihormati dan dimuliakan oleh Ahlu Sunnah. Kata-kata dan perilaku mereka menjadi teladan. Ahlu Sunnah bahkan punya keyakinan tentang keadilan para Sahabat (bahkan ada keyakinan tentang pasti masuk surganya sebagian Sahabat). Pendeknya, Sahabat sudah menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dari keyakinan agama. Bisa dibayangkan, betapa terusiknya perasaan orang-orang Sunni manakala ada yang mempermasalahkan (apalagi sampai mencerca) para Sahabat. Menurut Ayatullah Khamenei, bagi orang-orang Sunni, cercaan terhadap Sahabat sama menyakitkannya dengan cercaan kepada para Imam dan ulama bagi orang-orang Syiah. Tepo seliro, kurang lebih itulah pesan Ayatullah Khamenei kepada orang-orang Syiah terkait masalah Sahabat ini. Kalau Anda merasa tidak nyaman oleh perbuatan orang lain, Anda tentunya tidak akan melakukan perbuatan yang sama buat orang lain.

Alasan ketiga terkait dengan persatuan. Sebagaimana yang kita ketahui, salah satu tembok psikologis yang menghalangi upaya persatuan adalah adanya kebiasaan sebagian orang Syiah yang mencerca Sahabat. Isu yang tersebar bahkan menyatakan bahwa mencerca Sahabat bukan ulah oknum, melainkan memang merupakan salah satu pilar ajaran Syiah. Dengan landasan pemikiran bahwa mempererat persatuan antara sesama Muslim adalah salah satu perintah agama, dan mencerca Sahabat dipastikan akan menghambat perwujudan persatuan itu, maka mencerca Sahabat adalah perbuatan yang melanggar perintah agama.
___________________________________

Mari Kita lihat disini: http://ahlulbaitnabisaw.blogspot.com/2016/05/al-quran-menjawab-ayat-ayat-laknat.html

Al-Qur'an Menjawab: Ayat-ayat Laknat 



Pendahuluan

Perkataan la‘nat (laknat) dan pecahannya disebut sekurang-kurangnya 32 kali di dalam al-Qur’an di dalam berbagai perkara yang melanggari perintah Allah dan Rasul-Nya. Mengikut Muhammad Abu Bakr ‘Abd al- Qadir al-Razi perkataan la‘nat (laknat) memberi erti “ pengusiran dan berjauhan dari kebaikan” ( al-Tard wa al-Ib’ad mina l-khair) (Mukhtaral- Sihhah, hlm. 108, Cairo, 1950). J. MiltonCowan menyatakan la‘nat adalah “curse”. La‘natullahi ‘Alaihi bererti” God’s curse upon him (A Dictionary of Written Arabic, London 1971., hlm.870).

Sementara Kamus Dewan pula menyatakan laknat adalah “ kemurkaan Allah dan jauh dari petunjuk-Nya; setiap perbuatan jahat akan menerima kutukan (laknat) daripada Allah. (Kamus Dewan, hlm. 694, Kuala Lumpur,1971)


Mereka yang dilaknati di dalam al-Qur’an

Berikut sebahagian dari mereka-mereka yang dilaknati di dalam al- Qur’an seperti;

1. Laknat Allah kepada mereka yang mengingkari perintah-Nya.

Firman-Nya “Sesungguhnya Allah melaknat (mengutuk) orang- orang yang kafir(ingkar) dan menyediakan untuk mereka api yang menyala-nyala” (Al- Ahzab(33):64).

“Sesungguhnya di atas engkau laknat sampai hari pembalasan” (Al-Hijr(15):35).

“Sesungguhnya di atasmu laknatku sampai hari pembalasan” (Sad(38):78).

Ini menunjukkan barang siapa yang mengingkari walaupun satu hukum daripada hukum-hukum-Nya adalah termasuk orang yang ingkar terhadap hukum-Nya. Apatah lagi jika seorang itu menukarkan hukum Allah dengan hukumnya sendiri. Kerana setiap individu Muslim sama ada Nabi (Saw.) atau bukan Nabi tidak boleh menyalahi al- Qur’an.Firman-Nya:
“ katakanlah: Sesungguhnya aku takut jika aku mendurhakai Tuhan-ku,akan azab hari yang besar” (Al-An’am (96):15).

Jika Nabi (Saw.) merasa takut kepada Allah jika dia menderhaka-Nya, maka orang lain sama ada yang bergelar khalifah atau sahabat atau mana-mana individu sepatutnya lebih takut lagi untuk menderhaka perintah-Nya.

2. Laknat Allah kepada mereka yang menyakiti-Nya dan Rasul-Nya.

Firman-Nya “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, nescaya mereka dilaknati Allah di Dunia dan di Akhirat dan Dia menyediakan mereka seksa yang menghinakan(mereka) (Al- Ahzab(33):57).

Ini bererti barang siapa yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya walau dengan apa cara sekalipun dilaknati Allah, Rasul-Nya,para Malaikat- Nya dan Mukminun.Sama ada dengan menentang hukum Allah dan Sunnah Nabi-nya atau menghina Allah dan Rasul-Nya dengan membatalkan hukum-Nya dan Sunnah Nabi-Nya di atas alasan maslahah umum atau sebagainya.

Justeru itu, orang yang menghina Nabi (Saw.)dan mempersendakan Nabi (Saw.) dengan mengatakan bahawa Nabi (Saw.) “Sedang meracau” di hadapan Nabi (Saw.) “ Kitab Allah adalah cukup dan kami tidak perlu kepada Sunnah Nabi (Saw.)” .( al-Bukhari, Sahih, I, hlm. 36; Muslim, Sahih, III, hlm. 69) “Sunnah nabi (Saw.) mendatangkan perselisihan dan pertengkaran kepada Umat [Al-Dhahabi, Tadhkirah al- Huffaz, I , hlm.3]”

“ Orang yang telah mengepung dan membakar rumah anak perempuan Nabi (Saw.) Fatimah (a.s) dan berkata: “Aku akan membakar kalian sehingga kalian keluar untuk memberi bai’ah kepada Abu Bakar.”[Al-Tabari, Tarikh, III, hlm. 198; Abu-l-Fida” ,Tarikh, I, hlm. 156].

Merampas Fadak daripada Fatimah (a.s) yang telah diberikan kepadanya oleh Nabi (Saw.) semasa hidupnya (Lihat Ahmad bin Tahir al- Baghdadi, Balaghah al-Nisa’, II ,hlm.14;Umar Ridha Kahalah, A’lam al- Nisa’, III, hlm.208; Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, IV, hlm.79,92),

Menyakiti hati Fatimah, Ali, al-Hasan dan al-Husain,kerana Rasulullah (Saw.) bersabda “Siapa menyakiti Fatimah, dia menyakitiku, dan siapa menyakitiku ,dia menyakiti Allah” “Siapa menyakiti Ali, sesungguhnya dia menyakitiku,dan siapa yang menyakitiku, dia menyakiti Allah” “al-Hasan dan al-Husain kedua-dua mereka adalah pemuda Syurga” (al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi’ al-Mawaddah, hlm.129- 131 dan lain-lain). Mereka yang membakar Sunnah Nabi (Saw.) (Ibn Sa’d, Tabaqat, V , hlm. 140),

“ Menghalang orang ramai dari meriwayatkan Sunnah Nabi (Saw.) ” [al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz, I, hlm. 7], mengesyaki Nabi (Saw.) sama ada berada di atas kebenaran atau kebatilan [Muslim, Sahih, IV, hlm.12,14; al-Bukhari, Sahih, II, hlm. 111] ,

Mengubah sebahagian hukum Allah dan sunnah Nabi (Saw.) (al-Suyuti, Tarikh al- Khulafa’’ hlm.136) adalah termasuk orang yang dilaknati Allah, Rasul- Nya, para Malaikat-Nya dan Mukminun. Dan jika seorang itu tidak melakukan laknat kepada mereka di atas perbuatan mereka yang dilaknati Allah dan Rasul-Nya, maka dia bukanlah Mukmin yang sebenar. Apatah lagi jika dia mempertahankan perbuatan mereka tersebut sebagai sunnah atau agama bagi bertaqarrub kepada Allah (swt).

3. Laknat Allah kepada mereka yang menyembunyikan hukum-Nya di dalam kitab-Nya.

Firman-Nya“Sesungguhnya mereka yang menyembunyikan apa yang Kami turunkan dari keterangan dan petunjuk setelah Kami menerangkannya kepada orang ramai, nescaya mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati oleh orang-orang yang mengutuknya” (Al-Baqarah (2):159).

Ini bererti barang siapa yang menyembunyikan hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya yang sepatutnya didedahkan kepada masyarakat, tetapi dia tidak menerangkannya kepada mereka kerana kepentingan tertentu , maka dia dilaknati Allah dan orang-orang yang melaknatinya .

Apatah lagi jika dia seorang yang mempunyai autoritatif di dalam agama.Kerana kosep hukum Allah tidak boleh disembunyikannya, kerana ia harus dilaksanakannya.

Di samping itu, dia tidak boleh cenderung kepada orang-orang yang zalim, kerana Firman-Nya “ Janganlah kamu cenderung kepada orang yang melakukan kezaliman, lantas kamu akan disambar oleh api neraka.Dan tidak ada bagimu wali selain daripada Allah,kemudian kamu tiada mendapat pertolongan” (Hud(11):113).

4. Laknat Allah kepada mereka yang membohongi-Nya dan Rasul- Nya.

Firman-Nya “Barang siapa yang membantah engkau tentang kebenaran itu, setelah datang kepada engkau ilmu pengetahuan,maka katakanlah: Marilah kamu,kami panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu,perempuan kami dan perempuan kamu dan diri kami dan diri kamu,kemudian kita bermubahalah (bersungguh-sungguh berdoa),lalu kita jadikan laknat Allah atas orang yang berbohong”(Ali ‘Imran (3):61).

Ini bererti mereka yang membohongi Allah dan Rasul-nya selepas dikemukakan hukum al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya, tetapi mereka masih membantahnya, maka mereka itulah dilaknati Allah dan Rasul- Nya. Ayat ini dikenali dengan ayat al-Mubahalah. Ia berlaku di antara Nabi (Saw.) dan Ahlu l-Baitnya (a.s) di satu pihak dan Nasrani Najran di pihak yang lain. Nabi (Saw.) telah mempertaruhkan kepada Nasrani Najran abna’a-na anak-anak kami (al-Hasan dan al-Husain a.s), nisa’-ana perempuan kami (Fatimah a.s) dan anfusa-na diri kami( Ali a.s).Imam Ali al-Ridha berkata: “Sesungguhnya ianya dimaksudkan dengan Ali bin Abi Talib (a.s).

Buktinya sebuah hadis telah menerangkan maksud yang sama, seperti berikut:
” …aku akan mengutuskan kepada mereka seorang lelaki seperti diriku [ka-nafsi].” Iaitu Ali bin Abi Talib. Ini adalah suatu keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain, kelebihan yang tidak boleh dikaitkan dengan orang lain dan kemuliaan yang tidak dapat didahului oleh sesiapa pun kerana diri Ali seperti dirinya sendiri.” (Muhammad Babwaih al-Qummi, Amali al-Saduq Najaf, 1970, hlm.468).

Akhirnya mereka enggan bermubahalah dengan Nabi )Saw.) dan Ahlu l-Baitnya, lalu mereka membayar jizyah kepada Nabi (Saw.). Jika Nasrani Najran tidak berani menyahuti mubahalah Nabi (Saw.) dengan pertaruhan Ahlu l-Baitnya, kerana kebenarannya, apakah gerangan mereka yang mengakui al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya sebagai asas agama mereka pula berani menentang Ahlu l-Bait(a.s),kemudian menyembunyikan kebenaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi- Nya,khususnys mengenai mereka? Jika mereka melakukan sedemikian,nescaya mereka dilaknati oleh Allah dan Rasul-Nya, para Malaikat-Nya dan Mukminun.

5. Laknat Allah kepada mereka yang menderhakai-Nya dan Rasul- Nya.

Firman-Nya “Telah dilaknati orang-orang yang kafir dikalangan Bani Isra’il di atas lidah Daud dan Isa anak lelaki Maryam. Demikian itu disebabkan mereka telah mendurhaka dan melampaui batas. Mereka tidak melarang sesuatu yang mungkar yang mereka perbuat. Sungguh amat jahat apa yang mereka perbuat” (Al-Ma’idah(5):78-79).

Firman-Nya “Tidak ada bagi lelaki mukmin dan perempuan mukminah (hak) memilih di dalam urusan mereka apabila Allah dan Rasul-Nya memutuskan urusan itu.Barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya,maka ianya telah sesat dengan kesesatan yang nyata” (Al-Ahzab(33):35).

Ini bererti barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya; sama ada melakukan perkara-perkara yang menyalahi hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya serta tidak melakukan konsep “Amru Ma’ruf Nahyu Munkar”, maka mereka dilaknati Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang dilaknati Allah dan Rasul-Nya, maka para Malaikat dan Mukminun akan melaknati mereka.

6. Laknat Allah kepada mereka yang zalim.

Firman-Nya “Ahli syurga menyeru ahli neraka: Kami telah memperolehi apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kami dengan sebenarnya.Adakah kamu memperolehi apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kami dengan sebenarnya? Mereka itu menjawab: Ya. Lalu menyeru orang yang menyeru (Malaikat) di kalanggan mereka: Sesungguhnya laknat Allah ke atas orang yang zalim.(iaitu) orang-orang yang menghalangi jalan Allah dan mereka mencari jalan bengkok, sedang mereka itu kafir terhadap Akhirat” (Al-A’raf (7):44-45) dan,

“Barang siapa yang tidak menghukum dengan hukum Allah,maka merekalah orang yang zalim”) Al-Ma’dah (5):45).

Ini bererti sebarang kecenderungan terhadap orang-orang yang zalim akan di sambar oleh api neraka.Apatah lagi jika seorang itu meredai atau menyokong mereka atau bekerja sama dengan mereka.Saidina Ali (a.s) berkata: “Mereka yang bersekutu di dalam kezaliman adalah tiga: Pelaku kezaliman, pembantunya dan orang yang menridhai kezaliman itu” (Tuhafu l ‘uqul ‘n Ali r-Rasul, hlm.23 dan lain- lain. Jueteru itu mereka dilaknati Allah dan Rasul-Nya serta Mukminun.

7. Laknat Allah kepada mereka yang mengingkari perjanjian Allah, melakukan kerosakan di Bumi dan memutuskan silaturahim.

Firman-Nya “ Mereka yang mengingkari janji Allah sesudah eratnya dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah supaya diperhubungkan dan mereka membuat kerosakan di muka bumi,untuk mereka laknat dan untuk mereka tempat yang jahat ”(Al-Ra’d(13):25) dan,

 “Apakah kiranya jika kamu menjadi wali (berkuasa) kamu melakukan kerosakan di muka bumi dan memutuskan silatu r-Rahim? Mereka itulah yang dilaknati Allah,lalu Dia memekakkan mere ka dan membutakan pemandangan mereka ” (Muhammad(47)22-23).

Ini bererti mereka yang mengingkari janji Allah dengan mendurhakai-Nya, kemudian melakukan kerosakkan di muka bumi dengan mengubah hukum-Nya dan Sunnah Nabi-Nya serta memutuskan silaturahim, maka bagi mereka laknat Allah dan Rasul- Nya. Justeru itu tidak hairanlah jika Saidina Ali (a.s) telah melaknati mereka yang telah mengubah agama Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Beliau berdoa: Wahai Tuhanku! Laknatilah mereka yang telah mengubah agama-Mu, menukar ni‘kmat-Mu (khilafah), menuduh perkara-perkara yang bukan-bukan terhadap Rasul-Mu (Saw.), menentang jalan-Mu, menyalahi agamaMu, mengingkari nikmatMu, menentang kalam-Mu, mempersenda-sendakan Rasul-Mu…(al-Majlisi, Biharu l-Anwar, Bairut 1991, xxx, hlm. 393).

Sementara Imam Ja‘far al-Sadiq pula berdoa: Wahai Tuhanku! Pertingkatlah laknat-Mu dan azab-Mu ke atas mereka yang telah mengingkari ni‘mat-Mu, mengkhianati Rasul-Mu,menuduh Nabi-Mu perkara yang bukan-bukan dan menentangnya…(Ibid, hlm. 395).


Kesimpulan:

Berdasarkan kepada ayat-ayat tersebut, maka Laknat boleh atau harus dilakukan kepada mereka yang mempersendakan Allah dan Rasulullah (Saw.), menghina, mengingkari, membatal, mengubah, menangguh dan menggantikan sebahagian daripada hukum Allah (swt) dan Sunnah Rasul-Nya dengan pendapat atau sunnah mereka sendiri sama ada orang itu bergelar khalifah atau sahabat atau tabi‘in dan sebagainya. Justeru itu, ungkapan “melaknat khalifah atau sahabat tertentu atau polan dan polan” tidak menjadi perkara sensitif lagi jika kita meletakkan mereka sama ada khalifah, sahabat, individu , kita sendiri di bawah martabat Rasulullah (Saw.), dan Rasulullah (Saw.) pula di bawah martabat Allah (swt). Tetapi jika mereka meletakkan seorang khalifah, sahabat atau mana mana individu lebih tinggi daripada martabat Allah dan Rasul-Nya dari segi pengamalan hukum dan sebagainya, maka mereka tidak akan meredai Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuhnya di dalam perkara tersebut. Kerana penilaian kebenaran bagi mereka bukanlah al-Qur’an dan Sunnah Nabi (Saw.) secara keseluruhannya, malah seorang khalifah atau sahabat menjadi penilaian kebenaran mereka. Lalu mereka menjadikan pendapat atau sunnah “mereka” yang menyalahi Nas sebagai agama bagi mendekatkan diri mereka kepada- Nya.

___________________________________________

Jadi Kami Ambil pertanyaan buat Syiah yasir sebagai berikut:
1. Ucapan Laknat dari Siapa? Bukankah Al-Qur'an yang mencantumkan dari Ucapan Allah?
2. Urusan Melaknat Itu urusan siapa? Manusia Tak berhak Melampaui Ucapan Allah,Bukankah demikian. Kalau sampai Melampaui Ucapan Allah Berarti Menganggap dirinya Tuhan/Allah.
3. Apakah Ayat-Ayat Laknat Di dalam Al-Qur'an Ucapan Syiah Yasir???
4. Apakah Ayat-Ayat Laknat didalam Al-Qur'an Tulisan dari Ucapan Syiah Yasir?

Syiah Yasir Sok Sunnati!!!!!!!!!!!

(Eja-Jufri/ABNA/Abu-Salafy/Hana-Zaka/Jakfari/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: