Ali al-Ahmed, seorang pakar kebijakan Saudi, dan direktur dari Institut for the Gulf Affairs (IGA), Washington, menyatakan bahwa gencatan senjata yang akan diberlakukan mulai 14 Desember 2015 antara pihak Saudi dan Houthi adalah upaya putus asa Riyadh agar bisa keluar dari perang Yaman yang telah diciptakan kerajaan itu sendiri.
“Track record Saudi dalam hal menghormati gencatan senjata sangatlah buruk. Sejauh ini, mereka telah melanggar setiap gencatan senjata, tapi saya yakin kali ini berbeda. Saya telah melihat tanda-tanda itu dan juga menerima laporan yang menyatakan bahwa saat ini Saudi pada dasarnya sedang mencari jalan keluar dari Yaman,” ungkap al-Ahmed pada Press TV, Minggu (13/12).
“Itulah mengapa mereka pada dasarnya enggan untuk menghentikan negosiasi ini. Sudah sangat jelas bahwa mereka telah menghabiskan lebih dari 80 miliar dolar pada perang ini, mereka telah kehilangan semua itu. Dan sekarang mereka harus mau menelan racun kekalahan,” tambah al-Ahmed menyatakan bahwa kekalahan di Yaman telah membuat Saudi rugi besar.
Ketika ditanya mengenai syarat yang diajukan kedua belah pihak dalam negoisasi di Jenewa, Ahmed mengatakan bahwa hal terpenting dalam gencatan senjata nanti adalah mengangkat blokade yang telah dilakukan Saudi atas Yaman dan membiarkan Yaman kembali ke keadaan normalnya. Negoisasi nanti memang harus dilaksanakan antara pihak –pihak di Yaman (Houthi dan Hadi), di negara yang tidak terlibat konflik seperti Jerman atau Switzerland, agar berimbang.
Mski begitu, menurut Ahmed, tak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan rakyat Yaman menentang Arab Saudi. Mereka mendukung Houthi dan bukan mantan presiden Hadi.
“Jadi, kenyataan di lapangan adalah bahwa sebagian besar dari warga Yaman menentang Arab Saudi. Dan kampanye sembilan bulan telah membuktikan bahwa ada dukungan besar bagi pemerintah di Sana’a, bukan untuk mantan presiden Hadi dan sekutu-sekutunya. Ketika ditanya mengenai peran negara-negara asing yang telah membantu menolong kedua belah pihak untuk menuju meja perundingan, Ahmed memberi jawaban menarik, menurutnya, ada konsensus yang berkembang di New York dan DK PBB. Negara-negara yang sama, yang sebelumnya memberi dukungan kepada Saudi untuk membombardir Yaman kini mulai menyadari kesalahannya bahwa dukungan mereka tidak menghasilkan apa apa. Mereka kini mencoba berlepas diri dengan berbalik menyalahkan Saudi atas situasi yang terjadi. Itulah sebab mengapa Saudi akhirnya menerima perundingan Jenewa ini.
(Voa-Islam-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email