Pesan Rahbar

Home » » Doa Penolak Takdir

Doa Penolak Takdir

Written By Unknown on Friday 10 June 2016 | 17:08:00


Banyak hadis yang bersumber dari Ahlussunnah menyatakan bahwa do’a adalah bagian dari takdir. Hadis-hadis tersebut menjadi jawaban terhadap orang-orang yahudi dan lainnya yang mempertanyakan pengaruh do’a: Bagaimana kebutuhan harus dimohon, sementara ia telah ditentukan sebelumnya? Bagaimana mungkin doa bisa berpengaruh?

Jawabannya: Setiap keradaan sesuatu butuh pada sebab-sebab keberadaanya, sedangkan doa itu sendiri bagian dari sebab-sebab keberadaannya. Dengan doa sesuatu itu bisa terwujud karena doa menjadi salah satu bagian dari sebab-sebab yang dapat mewujudkannya. Inilah yang dimaksudkan oleh suatu hadis bahwa doa adalah bagian dari takdir. Makna ini dikuatkan oleh hadis-hadis yang lain.

Dalam kitab Al-Bihar, Nabi saw bersabda:

لايرد القضاء الا الدعاء

“Tidak ada yang dapat menolak qadha’ (takdir) kecuali doa.”

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:

الدعاء يرد القضاء بعد ماأبرم ابراما

“Doa dapat menolak qadha’ yang telah ditentukan dengan suatu ketentuan.”

Imam Musa Al-Kazhim (sa) berkata:

عليكم بالدعاء فإن الدعاء والطلب إلى الله عز وجل يرد البلاء، وقد قدر وقضى فلم يبق الا امضائه فإذا دعي الله وسئل صرف البلاء صرفا

“Hendaknya kamu berdoa, sesungguhnya doa dan permohonan kepada Allah Azza wa Jalla dapat menolak bala. Allah telah menentukan takdir dan menetapkan qadha’, tinggallah imdha’ (pengesahan)Nya. Jika Allah dipanjatkan doa dan dimohon, Dia akan menyingkirkan bala’ darimu.”

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:

ان الدعاء يرد القضاء المبرم وقد أبرم ابراما – فأكثر من الدعاء فإنه مفتاح كل رحمة ونجاح كل حاجة ولا ينال ما عند الله الا بالدعاء فإنه ليس من باب يكثر قرعه الا أوشك أن يفتح لصاحبه

“Sesungguhnya doa dapat menolak qadha’ mubram yang telah ditentukan dengan suatu ketentuan. Maka hendaknya memperbanyak doa, sesungguhnya doa adalah kunci setiap rahmat, dan kesuksesan setiap kebutuhan. Tidak akan dapat memperoleh apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan doa, karena tidak ada satu pun pintu yang banyak diketok kecuali akan dibuka oleh pemiliknya.”

Allamah Thabathaba’i mengatakan: Makna hadis tersebut menunjukkan bahwa berdoa itu harus dilakukan secara istiqamah dan terus-menerus, sebagai salah satu syarat terwujudnya hakikat do’a. Dan dengan seringnya berdoa diharapkan dapat membersihkan hati dan membuahkan keikhlasan dalam berdoa.

(Disarikan dari Tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathaba’i, jilid 2: 41).

(Tafsir-Tematis/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: