Pesan Rahbar

Home » , » Mengenali Siapa Abu Bakar, Umar, Usman dan Aisyah? Sebenarnya Siapa Yang Ikut Campur Dalam Urusan Ketiganya? Benarkah Allah Melaknatnya? Benarkah Rasulullah Melaknatnya?

Mengenali Siapa Abu Bakar, Umar, Usman dan Aisyah? Sebenarnya Siapa Yang Ikut Campur Dalam Urusan Ketiganya? Benarkah Allah Melaknatnya? Benarkah Rasulullah Melaknatnya?

Written By Unknown on Thursday, 2 June 2016 | 23:15:00


Kedudukan Hadis Allah Melaknat Orang Yang Mencela Sahabat Nabi. Benarkah Abu Bakar, Umar Bin Khattab Dilaknat Oleh Allah? Naudzubillah Bila Mereka Langsung Memvonisnya Dilaknat Oleh Allah dan Bahkan Mereka Menuduh Kafir. Abdullah berkata, “Aku sedang berada di masjid ketika Marwan berkhutbah. Ia berkata, ‘Sesungguhnya Allah Swt telah memberi kepada Amirul Mukminin, Muawiyah, pandangan yang baik tentang Yazid. Ia ingin mengangkatnya sebagai khalifah sebagaimana Abu Bakar dan Umar pernah melakukannya (istikhlâf).’ Abdurrahman bin Abu Bakar berkata, ‘Tradisi Heraklitus? Sungguh, Abu Bakar, demi Allah, tidak menyerahkannya kepada anaknya atau salah seorang di antara keluarganya. Sedangkan Muawiyah melakukannya karena sayang dan ingin memberikan anugerah kepada anaknya.’ Marwan berkata, ‘Bukankah kamu yang dimaksud Alquran sebagai orang yang berkata kepada orang tuanya ‘cis bagi kalian’ (QS. Al-Ahqâf [46]: 17). Abdurrahman berkata, ‘Bukankah kamu anak orang terkutuk. Rasulullah Saw melaknat bapakmu. ’Aisyah berkata, ‘Hai Marwan. Demi Allah, ayat itu tidak turun kepada Abdurrahman, tapi ayat ini turun untuk ayahmu Janganlah kamu menaati setiap tukang sumpah (palsu) yang hina, yang banyak mencela, yang ke sana ke mari menyebar fitnah, yang melarang perbuatan baik, melampaui batas dan banyak berbuat dosa. (QS. Al-Qalam [68]: 10-12).’”. Ayat Tersebut Ditunjuk Untuk Muawiyyah dan Keluarganya Serta Pembantu-pembantu Muawiyah, Ayat Tersebut Bukan Untuk Abu Bakar, Umar dan Ustman Bin Affan. Maksud Sunni Disini Adalah Wahabi/Sunni yang Mengikuti Wahabi, Karena Wahabi Juga Bagian dari Sunni, Bukan Sunni Ahlus Sunnah


Terdapat sebagian orang yang sangat berlebihan dalam mengagungkan sahabat Nabi. Tidak puas dengan hadis shahih mereka berhujjah dengan hadis dhaif untuk memuliakan Sahabat Nabi. Mereka mengecam orang yang berani membicarakan sahabat. Mereka menuduh orang yang mengungkapkan kesalahan sahabat sebagai orang yang telah Mencela Sahabat Nabi. Dan menurut mereka Mencela Sahabat Nabi akan mendapat laknat Allah SWT. Berikut hadis yang dijadikan hujjah oleh mereka,

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من سب أصحابي فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين

Rasulullah SAW bersabda “Siapa yang mencaci SahabatKu maka dia akan dilaknat oleh Allah SWT, Malaikat-malaikatNya dan manusia seluruhnya”.

Hadis dengan matan di atas adalah riwayat Ibnu Abbas dalam Mu’jam Al Kabir Ath Thabrani 12/142 no 12709. Diriwayatkan juga oleh Anas bin Malik dalam Fadhail As Shahabah Ahmad bin Hanbal no 8 dengan tambahan lafaz “Allah tidak akan menerima amalannya baik wajib maupun sunnah”. Hadis riwayat Jabir dalam Musnad Abu Ya’la 4/133 no 2184. Hadis riwayat Ibnu Umar dalam Mu’jam Al Kabir Ath Thabrani 12/434 no 13588 dan Mu’jam Al Awsath 7/114 no 7015 dengan lafaz yang hanya menyebutkan laknat Allah SWT saja tanpa tambahan “Malaikat dan manusia seluruhnya”. Juga diriwayatkan Uwaim bin Sa’adah Al Anshari dalam Mustadrak Al Hakim 3/7732 no 6656 dan Mu’jam Al Awsath 1/144 no 456. Selain itu hadis ini juga diriwayatkan secara mursal oleh Atha’ bin Abi Rabah dalam Fadhail As Shahabah Ahmad bin Hanbal no 10 dan 11 dan dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 1001.


Kedudukan Hadis

Hadis ini adalah hadis dhaif. Dalam setiap sanad hadisnya terdapat perawi dhaif atau matruk kecuali hadis Atha’ yang berstatus mursal dan hadis mursal sangat jelas kedhaifannya.

Hadis riwayat Ibnu Abbas dalam Mu’jam Al Kabir Ath Thabrani 12/142 no 12709 di dalam sanadnya terdapat Abdullah bin Khirasy. Ia adalah perawi yang sangat dhaif . Biografinya disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 5 no 341. Disebutkan bahwa ia telah dinyatakan dhaif oleh Abu Zar’ah, Abu Hatim, An Nasa’i dan Daruquthni. Al Bukhari berkata “munkar al hadis”. As Saji mengatakan bahwa ia dhaif dan memalsu hadis. Muhammad bin Ammar berkata bahwa ia pendusta. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/489 memberikan ia predikat dhaif. Jadi hadis Ibnu Abbas berstatus sangat dhaif karena dalam sanadnya terdapat perawi yang dhaif, pendusta dan pemalsu hadis.

Hadis Anas bin Malik dalam Fadhail As Shahabah Ahmad bin Hanbal no 8 terdapat dua orang perawi dhaif yaitu Ali bin Yazid Ash Shuda’i dan Abu Syaibah Al Jauhari. Ibnu Hajar menyebutkan biografi Ali bin Yazid dalam At Tahdzib juz 7 no 641, disebutkan bahwa ia dilemahkan oleh Abu Hatim yang berkata “tidak kuat dan munkar al hadis”. Ibnu Ady berkata “riwayat-riwayatnya tidak diikuti”. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/705 berkata “ada kelemahan padanya”. Pernyataan ini dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib no 4816 dimana Syaikh Syu’ain Al Arnauth dan Bashar Awad Ma’ruf menyatakan Ali bin Yazid dhaif. Abu Syaibah Al Jauhari adalah Yusuf bin Ibrahim At Tamimi, biografinya disebutkan Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 11 no 692 dan ia telah dinyatakan dhaif oleh Abu Hatim, Bukhari, Al Uqaili, Ibnu Hibban dan Ibnu Ady. Ibnu Hibban dalam Al Majruhin no 1233 mengatakan bahwa hadisnya dari Anas tidak halal diriwayatkan dan tidak bisa dijadikan hujjah. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/343 menyatakan ia dhaif. Jadi dalam hadis Anas terdapat dua orang perawi dhaif yang menunjukkan bahwa status hadisnya sangat dhaif.

Hadis Jabir dalam Musnad Abu Ya’la 4/133 no 2184 adalah hadis yang dhaif jiddan karena dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Fadhl bin Athiyah. Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 9 no 658 menyebutkan bahwa ia telah dinyatakan dhaif oleh banyak ulama diantaranya Ibnu Main, Ahmad bin Hanbal, Abu Hatim, Abu Zahrah, Ali bin Madini, Abu Dawud, Ibnu Ady dan lain-lain. An Nasa’i, Muslim, dan Daruquthni menyatakan ia matruk, ia dinyatakan sebagai pendusta oleh Ibnu Ma’in, Ahmad, Amru bin Ali, dan An Nasa’i. Shalih bin Muhammad menyebutnya “pemalsu hadis”. Ibnu Hibban mengatakan bahwa ia meriwayatkan hadis-hadis palsu. Al Bukhari memasukkannya dalam Ad Dhu’afa no 337. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/124 menyebutnya sebagai pendusta.

Hadis Ibnu Umar dalam Mu’jam Al Kabir Ath Thabrani 12/434 no 13588 dan Mu’jam Al Awsath 7/114 no 7015 adalah hadis yang dhaif. Dalam sanadnya terdapat Abdullah bin Saif. Al Uqaili memasukkannya sebagai perawi dhaif dalam kitabnya Adh Dhu’afa 2/264 no 818 seraya berkata “hadisnya tidak terjaga dan dia majhul”. Adz Dzahabi memasukkannya dalam Mughni Ad Dhu’afa 1/341 no 3211 dan berkata “Abdullah bin Saif tidak dikenal”.

Hadis Uwaim bin Sa’adah Al Anshari dalam Mustadrak Al Hakim 3/7732 no 6656 dan Mu’jam Al Awsath 1/144 no 456 adalah hadis yang sangat dhaif karena di dalam sanadnya terdapat dua orang perawi majhul yaitu Abdurrahman bin Salim dan ayahnya yaitu Salim bin Utbah. Kedua perawi tersebut hanya dikenal melalui hadis ini saja. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/570 menyatakan bahwa Abdurrahman bin Salim majhul. Salim bin Utbah disebutkan dalam At Taqrib 1/336 dengan predikat “maqbul (diterima)”. Disini Ibnu Hajar telah keliru karena Salim bin Utbah hadisnya hanya diriwayatkan oleh satu orang yaitu anaknya Abdurrahman bin Salim, padahal Abdurrahman sendiri majhul. Selain itu Tidak ada satupun ulama yang memberikan predikat ta’dil pada Salim bin Utbah. Oleh karena itu Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Bashar Awad Ma’ruf dalam Tahrir At Taqrib no 2182 menyatakan Salim bin Utbah majhul. Tentu saja hadis yang diriwayatkan oleh dua orang perawi majhul sudah pasti berstatus dhaif anehnya Al Hakim malah menshahihkan hadis ini dan disepakati juga oleh Adz Dzahabi dalam Talkhis Al Mustadrak. Pernyataan mereka jelas sekali keliru dan hanyalah sikap tasahul dalam menshahihkan hadis keutamaan sahabat padahal sanadnya sangat dhaif.

Hadis Atha’ bin Abi Rabah dalam Fadhail As Shahabah Ahmad bin Hanbal no 10 dan 11 dan dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 1001 adalah hadis mursal, para perawinya tsiqat dan hasan tetapi hadis mursal sudah jelas berstatus dhaif.


Kekeliruan Syaikh Al Albani

Syaikh Al Albani dalam Zilal Al Jannah Takhrij As Sunnah no 1001 menyatakan bahwa hadis Atha’ mursal shahih dan sanadnya hasan. Dalam Shahih Jami’ As Shaghir no 5111 Syaikh telah menghasankan hadis Ibnu Umar dan Shahih Jami’ As Shaghir no 6285 Syaikh telah menghasankan hadis Ibnu Abbas. Begitu pula dalam Silsilah Ahadis As Shahihah 5/446 no 2340 beliau menyatakan hadis ini hasan dengan mengumpulkan sanad-sanadnya. Pernyataan Beliau sungguh keliru, Dalam Silsilah Ahadits Ash Shahihah ketika mentakhrij hadis ini beliau membawakan hadis Ibnu Abbas, Hadis Anas dan Hadis Atha’ saja.

Hadis Ibnu Abbas berstatus dhaif jiddan karena diantara perawinya ada seorang yang dhaif, pendusta dan pemalsu hadis yaitu Abdullah bin Khirasy.

Hadis Anas berstatus dhaif jiddan karena terdapat dua orang perawi dhaif yaitu Ali bin Yazid dan Abu Syaibah Al Jauhari.

Hadis Atha’ walaupun para perawinya menurut Syaikh semuanya tsiqat tetap saja hadis tersebut mursal dan hadis mursal adalah hadis dhaif menurut kesepakatan para Ulama hadis.

Walaupun ketiga hadis ini dikumpulkan tetap tidak akan mungkin statusnya naik menjadi hasan karena cacat yang sangat parah pada setiap sanadnya. Oleh karena itu banyak ulama telah mencacatkan hadis ini diantaranya:
1. Al Uqaili memasukkan hadis ini riwayat Ibnu Umar dalam kitabnya Ad Dhu’afa 2/264 no 818.
2. Syaikh Washiullah bin Muhammad Abbas dalam tahqiqnya terhadap kitab Fadhail As Shahabah no 8 (hadis Anas), 10 dan 11(hadis Atha’) menyatakan bahwa hadis-hadis tersebut dhaif.
3. Syaikh Husain Salim Asad dalam tahqiqnya terhadap Musnad Abu Ya’la 4/133 no 2184 menyatakan bahwa hadis Jabir sanadnya rusak.
4. Bashar Awad Ma’ruf dalam tahqiqnya terhadap kitab Tarikh Baghdad 3/251 menyatakan hadis Ibnu Umar dhaif jiddan (sangat dhaif).
5. Ibnu Hajar dalam Al Ishabah 4/438 no 5414 biografi Utbah bin Uwaim bin Sa’adah Al Anshari mengutip Al Bukhari dan Abu Hatim yang menyatakan bahwa hadis Uwaim di atas tidak shahih.


Kesimpulan:

Hadis di atas adalah hadis yang dhaif dan dengan mengumpulkan sanad-sanadnya maka didapati bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh perawi-perawi yang dhaif, majhul, pendusta dan pemalsu hadis. Sanad terkuat hadis itu adalah hadis Atha’ bin Abi Rabah yang merupakan hadis mursal. Hadis mursal merupakan hadis yang dhaif dan kedudukannya tidak akan naik menjadi hasan oleh hadis-hadis yang sangat dhaif seperti hadis Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Jabir, Anas dan hadis Uwaim di atas.

Lantaran itu tidak heranlah jika Rasulullah SAWA sendiri menerangkan bahwa mayoritas sahabat akan berpaling ke belakang selepas kewafatannya. Rasulullah SAWA bersabda:”Ketika aku sedang berdiri, tiba-tiba datang sekumpulan orang yang aku kenali. Lalu seorang daripada kami keluar dan berkata : Marilah. Aku pun bertanya : Kemana? Maka dia menjawab: Ke neraka. Demi Allah! Apa kesalahan mereka. Dia menjawab: Mereka (sahabat) telah murtad selepas anda (meninggal) dan berpaling ke belakang. Dan aku melihat bahwa tidak terlepas daripada mereka melainkan sebilangan unta yang terpisah dari penggembalanya.”[al-Bukhari, Sahih, IV, hlm. 94-96; Muslim, Sahih, VII, hlm. 66 (Hadith al-Haudh).

Dan beliau bersabda lagi: “Aku mendahului kalian di Haudh. Siapa yang melalui di hadapanku akan meminumnya dan siapa yang telah meminumnya tidak akan dahaga selama-lamanya. Kelak segolongan orang yang aku kenali dan mereka pula mengenaliku akan dikemukakan di hadapanku. Kemudian mereka (sahabat) dipisahkan daripadaku. Di kala itu aku akan berkata: Mereka itu adalah para sahabatku (ashabi) Maka Allah swt berfirman : Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang telah mereka lakukan (ahdathu) selepas anda. Maka aku akan berkata lagi: Nyahlah mereka yang telah mengubah (Sunnahku) selepas ketiadaanku.”[al-Bukhari, Sahih, IV, hlm. 94-99].

” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur “. (QS. Ali Imran (3) : 144).

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkan dari keterangan – keterangan dan petunjuk, setelah Kami terangkan dianya kepada manusia di dalam Kitab, mereka itu akan dilaknat oleh Allah dan merekapun akan dilaknat oleh orang-orang yang melaknat”. (Suroh Al-Baqarah ayat 159).

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mau percaya , dan mati , padahal mereka masih di dalam kufur. Mereka itu , atas mereka adalah laknat Allah dan Malaikat dan manusia sekaliannya. (Suroh Al-Baqarah ayat 161).

*****
Al Qur’an memang ada memuji sahabat, tetapi tidak ditujukan untuk semua sahabat tanpa terkecuali.


Sunni (Sunni Mengikuti Wahabi) Runtuh !!

AL-QURAN YANG SUCI MEMUJI SAHABAT YANG BAIK DAN JUGA MENGUTUK SAHABAT YANG JAHAT

Banyak ayat Al Qur’anul Karim yang memuji para sahabat dan banyak pula hadis shahih yang menunjukkan keutamaan para sahabat Nabi. Tetapi saya selalu mengedepankan objektifitas dalam penilaian terhadap sahabat Nabi. Tidak ada dalam aqidah saya bahwa sahabat itu bebas dari kesalahan bahkan terbukti dalam riwayat shahih sebagian sahabat melakukan kesalahan. Hal ini sebenarnya diakui juga oleh para nashibi hanya saja mereka bersikap seperti orang munafik. Mereka mengakui kalau sahabat bisa saja salah tetapi malah mencela orang yang menyatakan kesalahan sahabat.

Mengenai doktrin keadilan sahabat, jika dikatakan bahwa semua sahabat adil tanpa terkecuali maka hal ini keliru. Dalam salah satu tulisan, saya pernah mengisyaratkan bahwa keadilan sahabat yang saya yakini adalah tidak semua sahabat adil, para sahabat adil kecuali jika ditunjukkan dalil yang menjatuhkan keadilannya. Terdapat bukti shahih yang menunjukkan jatuhnya kedudukan sahabat tertentu, contohnya banyak ditulis dalam blog ini diantaranya:
1. Mu’awiyah bin Abu Sufyan, sahabat Nabi yang dikatakan berdusta atas Allah SWT dan Rasul-Nya dan dikatakan bahwa ia mati tidak dalam keadaan islam.
2. Samurah bin Jundub, Abu Ghadiyah Al Juhaniy, Walid bin Uqbah dan Umarah bin Uqbah yang dinyatakan sebagai ahli neraka.
3. Mughirah bin Syu’bah yang mencaci Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] padahal jelas dalam hadis shahih tidak membenci Aliy kecuali orang munafik.

Selagi tidak ada bukti kuat yang menjatuhkan kedudukan sahabat tertentu maka tidak ada halangan bagi saya untuk menerima hadis dari para sahabat Nabi. Tentu saja para nashibi tidak akan menerima pandangan ini. Saya tidak peduli dengan perkataan mereka, karena pandangan saya memiliki landasan yang shahih.

Dalam Al Qur’an, Ayat-ayat yang memuji sahabat tidak ditujukan untuk semua sahabat tanpa terkecuali karena diantara para sahabat di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] terdapat orang munafik sebagaimana Al Qur’an telah menyatakan bahwa diantara penduduk Madinah yang bersama Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] terdapat orang-orang munafik yang hanya Allah SWT yang mengetahui siapa mereka.

Hadis Al Haudh juga menjadi bukti bahwa ayat Al Qur’an yang memuji sahabat tidak ditujukan untuk semua sahabat tanpa terkecuali. Hadis Al Haudh menunjukkan bahwa terdapat sebagian sahabat yang murtad sepeninggal Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan tentu saja di zaman Nabi [shallallahu ‘alaihi wassalam] mereka tidak diragukan adalah sahabat Nabi bahkan dalam sebagian riwayat, Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “mereka bagian dariku”. Para sahabat yang akhirnya murtad tersebut jelas tidak layak dimasukkan dalam ayat Al Qur’an yang memuji sahabat. Maka kesimpulannya ayat Al Qur’an yang memuji para sahabat tidak ditujukan untuk semua sahabat pada saat itu tanpa terkecuali.

Walaupun demikian saya tidak pernah menyatakan bahwa semua sahabat itu tidak adil, munafik, murtad atau tercela. Jelas jika ada yang menganggap demikian berarti ia telah mengalami kesesatan dalam berpikir dan mengambil kesimpulan. Saya hanya membantah klaim dari sebagian orang bahwa semua sahabat tanpa terkecuali adalah adil dan terpuji karena bukti shahih menunjukkan tidak semua sahabat seperti itu.

Ada sebagian orang yang sebenarnya memahami pandangan saya tetapi pikiran busuk mereka menganggap bahwa jika ada satu sahabat saja dicela maka itu akan merambat ke para sahabat lainnya. Dan sebagian orang lain yang kerdil akalnya menganggap bahwa mencela siapapun dari sahabat Nabi sama halnya dengan mendustakan Al Qur’anul Kariim. Orang-orang seperti ini tidak berhujjah dengan landasan shahih melainkan dibutakan oleh waham khayal mereka sendiri. Merekalah yang lebih pantas dikatakan mendustakan Al Qur’an dan Hadis shahih. Apakah pandangan saya tentang sahabat ini berasal dari Syi’ah?. Saya jawab tidak, karena landasan yang menjadi dasar saya adalah Al Qur’an dan Hadis shahih Ahlus Sunnah yang menjadi pegangan saya.


Tanya Jawab Dengan Wahabi

Salafi: Adakah wajar bagi orang yang berkaliber seperti kamu, mengutuk sahabat nabi yang terhormat? Tidakkah terdapat fakta bahawa Allah telah mewahyukan beberapa ayat pada memuji sahabat nabi dan berikan berita gembira dengan penyampaiannya. Dan khalu’I-Mukminin Muawiya, yang pastinya sahabat yang terhormat, berhak pada pujian yang dikandongi oleh ayat tersebut. Tidakkah menghina para sahabat bersamaan dengan menghina Allah dan nabi?

Ustad Husain Ardilla: Mungkin kamu telah terlupa pada apa yang saya telah katakan dimalam yang lalu. Tiada siapa menafikan terdapat ayat yang diwahyukan pada memuji para sahabat. Tetapi jika kamu faham pengertian sahabat atau kawan, kamu akan mengakui bahawa ayat yang diwahyukan pada memuji sahabat bukanlah ditujukan secara umum. Kita tidak boleh menganggap bahawa kesemuanya adalah suci.


Tuan yang dihormati! Kamu tentu faham bahawa ‘sahabat’ secara lisan bererti ikatan dua insan. Maka ia boleh bererti tinggal bersama atau sebagaimana yang difahami secara umum, menolong atau memberikan bantuan kepada yang lain. Menurut bahasa Arab, al-Quran dan hadith, sahabat nabi merujuk kepada yang menghabiskan masa hidupnya bersama dengan nabi, sama ada dia muslim ataupun kafir. Maka interpretasi kamu bahawa semua para sahabat berhak syurga adalah salah. Itu bertentangan dengan minda yang sihat dan juga hadith.

Saya akan berikan lagi ayat al-Quran sebagai tambahan dan hadith sahih dari ulama sunni supaya kamu jangan tersalah faham mengenai perkataan ‘sahabat’. Perkataan ini telah digunakan untuk semua sahabat, sama ada mereka muslim ataupun kafir.
[1] Di dalam surah Najm [bintang], Allah berkata kepada yang kafir, ‘Sahabat kamu tidak membuat salah, dan tidak juga sesat.’ [53:2].
[2] Di dalam surah Saba [Sheba] Allah berkata, ‘Katakan, aku menyuruh kamu pada satu perkara, bahawa kamu bangun untuk Allah secara berpasangan atau sendirian, kemudian fikirkan; sahabat kamu tidak dirasuk.’ [34:46].
[3] Di dalam surah Kahf [Gua] Allah berkata, ‘dan berkata ia kepada sahabatnya sedang ia berselisih dengan dia: Saya punyai harta yang lebih dari kamu dan lebih ramai pengikut.. ‘ [18:34].
[4] di dalam surah yang sama, Allah berkata, ‘Sahabatnya berkata kepada dia sedang ia berselisih dengan dia: Adakah kamu percaya kepada Dia, yang menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setitik mani, kemudian Dia menjadikan kamu manusia yang sempurna.’ [18:37].
[5] Di dalam surah al-A’raf [tempat yang ditinggikan], Allah berkata, ‘Tidakkah mereka bayangkan bahawa sahabat mereka bukannya gila? Dia hanya sekadar memberi peringatan.’ [7:184].
[6] Di dalam surah An’am [ternakkan], Allah berkata, ‘Katakan: haruskan kita memanggil selain dari Allah, yang tidak memberi faedah kepada kami amhupun menganiaya kami, dan haruskan kami berpatah kebelakang setelah Allah membimbing kami, seperti mereka yang syaitan telah membuat mereka jatuh kebinggongan didunia. Dia mempunyai sahabat yang mengajak kepada jalan yang benar [berkata], ‘Marilah kepada kami’ Katakan sesungguhnya petunjuk Allah, adalah petunjuk yang benar, dan kita diarah supaya menyerah kepada tuhan alam ini.’ [6:71].
[7] Di dalam surah Yusuf, dia berkata, ‘[Yusuf berkata kepad dua orang sahabatnya yang kafir] Wahai sahabat aku di penjara berdua! Adakah banyak tuhan lebih baik dari Allah, yang satu, yang berkuasa?’ [12:39].

Ini adalah beberapa ayat yang saya telah sampaikan sebagai contoh. Adalah jelas bahawa perkataan ‘sahaba’, ‘sahib’ ‘musahib’ dan ‘ashab’ tidak mempunyai kaitan khusus kepada muslim. Ianya digunakan kepada muslim dan bukan muslim sama sahaja. Sebagaimana saya telah katakan, sesaorang yang mempunyai hubungan sosial dengan seorang yang lain dipanggil musahib atau ashab. Sahabat nabi dirujuk kepada mereka yang mempunyai hubungan sosial dengan diri baginda.

Sudah pasti diantara para sahabat nabi dan diantara mereka yang duduk-duduk dalam kumpulannya, terdapat segala jenis manusia, baik dan jahat, yang beriman dan juga hipokrit. Ayat yang diwahyukan pada memuji para sahabat tidak boleh dikatakan untuk mereka semua. Ianya hanya merujuk kepada sahabat yang baik. Adalah benar bahawa tidak ada nabi yang terdahulu mampunyai sahabat yang terkenal seperti yang ada kepada nabi kita. Sebagai contoh sahabat pada Badr, Uhud dan Hunain yang telah berdiri teguh dengan berlalunya dugaan masa. Mereka telah menolong nabi dan teguh dengan keputusan.

Tetapi diantara sahabatnya terdapat beberapa orang yang berperangai buruk, musuh kepada nabi dan ahli baytnya, manusia seperti Abdullah bin Ubayy, Abu Sifyan, Hakam bin As, Abu Huraira, Thalabi, Yazid bin Sufyan, Walid Bin Aqaba, Habib Bin Musailima, Samra Bin Jundab, Amr Bin As, Busr Bin Artat (seorang zalim yang hauskan darah manusia), Mughira Bin Sha’ba, Mu’awiya Bin Abi Sufyan, and Dhu’s-Sadiyya. Manusia ini, semasa hidup nabi dan juga setelah nabi wafat, telah memyebabkan bencana yang besar kepada manusia. Seorang yang seperti itu adalah Muawiya, yang nabi telah kutuk masa hidup baginda. Setelah wafatnya nabi, apabila Muawiya mempunyai peluang, dia bangun memberontak dengan nama mencari pembalasan terhadap pembunuhan Uthman dan telah menyebabkan pertumpahan darah yang banyak diantara muslim. Di dalam pembunuhan ini ramai dari sahabat nabi yang terhormat, seperti Ammar Yasir telah terbunuh syahid. Nabi sendiri telah meramalkan akan syahidnya. Saya telah sampaikan hadith mengenai kejadian itu.


AL-QURAN YANG SUCI MEMUJI SAHABAT YANG BAIK DAN JUGA MENGUTUK SAHABAT YANG JAHAT

Terdapat banyak ayat dari al-Quran dan hadith yang memuji sahabat yang terkenal dan wara serta beriman. Dan terdapat juga banyak ayat dan hadith yang mengutuk para sahabat yang keji.

Salafi: Bagaimana kamu boleh mengatakan bahawa sahabat nabi menyebabkan kekacauan umum?

Ustad Husain Ardilla: Ini bukan sahaja kata-kata saya. Allah di dalam sura ahli Imran berkata: ‘Jika dia [Muhammad] mati atau terbunuh, adakah kamu akan berpaling semula?’ [3:144].

Selain dari itu dan ayat yang lain dari al-Quran, Ulama kamu, termasuk Bukhari, Muslim, Ibn Asakir, Yaqub Bin Sufyan, Ahmad Bin Hanbal, Abdu’l-Bar, dan lainnya telah merakamkan laporan dan hadith mengenai kutukan terhadap sebahagian sahabat. Saya akan merujuk hanya dua hadith. Bukhari menyatakan dari Sahl Ibn Sa’d dan Abdullah Ibn Mas’ud bahawa nabi Allah berkata, ‘Saya akan menunggu kamu dipancutan Kauthar. Apabila sekumpulan dari kamu telah sesat dari jalan saya. Saya akan berkata, ‘Wahai Allah! Mereka semua adalah sahabat saya!’ Kemudian jawapan dariNya akan sampai kepada saya, ‘Kamu tidak tahu apakah perubahan yang mereka telah adakan selepas kamu.’.

Dan lagi Imam Ahmad Bin Hanbal di dalam Musnad, Tabrani di dalam Kabir, dan Abu Nasr Sakhri di dalam Ibana menyampaikan dari Ibn Abbas bahawa nabi berkata, ‘Saya hendak menyelamatkan kamu dari siksaan neraka. Saya meminta kamu takutlah kepada neraka dan janganlah membuat perubahan pada agama Allah. Apabila saya mati dan berpisah dengan kamu, saya akan berada dipancutan Kauthar. Sesiapa yang sampai kepada saya disana selamat. Dan pada penghujung masa apabila saya dapati ramai dari manusia di dalam siksaan tuhan, saya akan berkata, ‘Wahai Allah! Ini adalah manusia dari ummah saya,’ Jawapannya akan sampai, ‘Sesungguhnya, mereka ini kebali kebelakang sesudah kamu.’ Menurut dari kenyataan Tabrani di dalam Kabir, jawapannya adalah, ’Kamu tidak tahu apakah perubahan yang mereka adakan selepas kamu. Mereka menerima agama mereka yang terdahulu.’.


ABU TALIB SEORANG YANG KUAT BERIMAN

Kamu menekankan bahawa Muawiya dan Yazid adalah muslim walaupun banyak kesalahan mereka telah dirakamkan di dalam buku kamu. Sebahagian dari ulama sunni menulis sebuah buku mengenai kutukan terhadap mereka, tetapi kamu masih berkeras mengatakan bahawa mereka berhak dipuji dan bahawa Abu Talib yang beriman tulus kamu katakan kafir.

Memang dapat dilihat kata-kata begini adalah hasil dari kebencian terhadap Amirul-Mukminin Ali. Kamu cuba membantah hujah yang membuktikan kekafiran dan hipokritnya Muawiya dan Yazid. Dan bahkan kamu menolak kenyataan Abu Talib secara terbuka mengenai imannya kepada Allah dan nabi.


BUKTI TAMBAHAN TERHADAP IMAN ABU TALIB

Bukankah ianya satu fakta bahawa ahli bayt nabi telah mengatakan bahawa Abu Talib adalah seorang yang beriman dan dia mati sebagai yang beriman? Tidakkah Asbagh Bin Nabuta, seorang yang dipercayai, telah menyampaikan dari Amirul-Mukminin bahawa dia berkata, ‘Saya bersumpah dengan Allah bahawa bapa saya, Abu Talib, datuk saya Abdul-Muttalib Hashim dan Abdul-Munaf tidak pernah menyembah berhala.’

Adakah wajar bahawa kamu menolak kenyataan Ali dan ahli bayt yang suci dan memberikan kepujian kepada kenyataan yang terkutuk Mughira, Amawis, Khariji, Nasibi dan musuh-musuh lain Amirul-mukminin.


JAFAR TAYYAR MEMELUK ISLAM ATAS ARAHAN BAPANYA

Lebih-lebih lagi ramai ulama kamu, termasuk Ibn Abi’l-Hadid di dalam Sharh-e-Nahju’l-Balagha telah menulis bahawa satu hari Abu Talib datang ke masjid dan melihat nabi sedang sembahyang. Ali sedang sembahyang pada sebelah kanan baginda. Abu Talib mengarahkan anaknya Jafar, yang bersama dengannya dan belum lagi memeluk islam, ‘berdirilah disebelah sepupu kamu dan lakukan sembahyang bersamanya’ Jafar pergi berdiri kesebelah kiri nabi dan mula bersembahyang. Pada ketika itu Abu Talib mengubah syair ini, ‘Sesungguhnya Ali dan Jafar adalah kekuatan saya dan penghibur di dalam kesusahan dan kekeciwaan.

Wahai Ali dan Jafar! Janganlah tinggalkan berdampingan dengan sepupu kamu dan anak saudara ku, tetapi bantulah dia. Saya bersumpah, saya tidak akan meninggalkan nabi. Bolehkah sesiapa meninggalkan kumpulan nabi yang begitu mulia?’

Maka itu adalah pandangan semua ulama kamu bahawa Jafar memeluk islam dan melakukan sembahyang dengan nabi adalah arahan dari Abu Talib.


NABI MENANGIS DENGAN KEMATIAN ABU TALIB DAN MENDOAKAN RAHMAT ALLAH PADANYA

Ibn Abi’l-Hadid di dalam Sharh-e-Nahju’l-Balagha dan Ibn Jauzi di dalam Tadhkirat-e-Khawasu’l-Umma mengatakan dari Tabaqat-e-Muhammad Ibn Sa’d, yang menyampaikan dari Waqidi dan Allama Seyyed Muhammad Bin Seyyed Rasul Barzanji di dalam Kitabu’l-Islam Fi’l-‘am-o-Aba’-e-Seyyedu’l-An’am, kenyataan dari Ibn Sa’d dan Ibn Asakir, yang menyampaikan dari punca yang sahih dari Muhammad Bin Ishaq bahawa Ali berkata, ‘Apabila Abu Talib meninggal dan saya memberitahu nabi Allah mengenainya, baginda menangis. Kemudian dia berkata kepada saya, ‘Pergi dan mandikan jasadnya di dalam persediaan untuk pengkebumian, balut dirinya dengan kafan dan kebumikan dia. Semoga Allah merahmatinya dan keampunan keatasnya!’

Adakah dibolehkan oleh islam untuk melakukan upacara pengkebumian kepada kafir? Adakah dibenarkan kepada kita untuk mengatakan bahawa nabi mendoakan kerahmatan Allah keatas orang kafir dan musyirik? Nabi tidak meninggalkan rumahnya untuk beberapa hari dan berterusan mendoakan untuk keamanan abadi Abu Talib.


KETERANGAN DARI SURAH AL-QURAN DAN HADITH, MUAWIYA DAN YAZID ADALAH TERKUTUK

[1] Sila rujuk kepada ayat 60 Surah 17 Bani Israel. Pengulas dari ulama kamu, seperti Tha’labi, Imam Fakhru’d-din Razi, dan yang lainnya berkata bahawa nabi melihat di dalam mimpinya bahawa Bani Umayya, seperti monyet, naik dan turun dari mimbarnya. Kemudiannya Jibril membawa ayat yang suci ini, ‘Dan apabila Kami katakan kepada kamu: Sesungguhnya Tuhanmu meliputi manusia. Dan Kami tidak menjadikan penglihatan yang Kami tunjukkan kepada kamu melainkan sebagai percubaan untuk manusia dan pokok yang terkutuk di dalam al-Quran juga. Dan Kami menjadikan mereka ketakutan, tetapi ianya hanya menambahkan kepada kedurhakaan mereka.’’[17:60]
Allah maha besar telah memanggil Bani Umayya, yang pemimpinnya adalah Abu Sufyan dan Muawiya, ‘pokok terkutuk’ di dalam al-Quran. Muawiya, yang menjadi dahan yang kuat pada pokok ini, pastinya terkutuk.
[2] Lagi Allah maha besar berkata, ‘Tetapi jika kamu berkuasa, kamu pastinya membuat kerosakkan dibumi dan memutuskan perhubungan persaudaraan. Mereka itulah yang Allah telah kutuk maka Dia telah menjadikan dia pekak dan buta matanya.’ [47:22-23].
Di dalam ayat ini mereka yang melakukan kerosakkan dibumi dan memutuskan tali persaudaraan telah dikutuk oleh Allah. Siapakah yang lebih merosakan dari Muawiya, yang mana khalifanya adalah terkenal dengan amalan kezaliman. Selain itu dia telah memutuskan ikatan persaudaraan.
[3] Juga Allah berkata di dalam al-Quran, ‘Sesungguhnya mereka yang mengatakan perkara yang jahat mengenai Allah dan rasulNya, Allah telah mengutuk mereka di dalam dunia ini dan juga diakhirat, dan dia telah menyediakan untuknya siksaan yang menghinakan.’ [33:57].
Pastinya menyakitkan Amirul-Mukminin dan kedua cucu nabi Hasan dan Husain begitu juga Ammar-e-Yasir dan sahabat terkenal yang lain adalah umpama menyakitkan nabi sendiri juga. Oleh kerana Muawiya telah menyakiti manusia yang wara’ ini, dia, menurut dari ayat al-Quran yang jelas, pastinya terkutuk didunia ini dan juga diakhirat.
[4] Di dalam surah Mukminun Allah berkata, ‘Pada hari dimana alasan mereka tidak memberikan faedah kepada mereka yang keji dan untuk mereka adalah kutukan dan untuk mereka tempat tinggal yang jahat.’ [40:52].
[5] Di dalam surah Hud, Dia berkata, ‘Sekarang sesungguhnya kutukan Allah kepada mereka yang zalim.’ [11:18].
[6] Di dalam surah al-Araf [Tempat yang ditinggikan] Allah berkata, ‘Kemudian yang memanggil akan panggil kepada mereka bahawa kutukan Allah keatas mereka yang zalim.’ [7:44].
Begitu juga banyak ayat lain yang diwahyukan mengenai mereka yang zalim. Telah jelas, bagi setiap mereka yang zalim dikutuk. Saya tidak fikir ada diantara kamu yang akan menafikan kezaliman yang dilakukan oleh Muawiya. Maka jelaslah pada fakta bahawa dia adalah zalim, cukuplah pada menerima kutukkan dari Allah, dari segala bukti yang nyata kita juga boleh mengutuk mereka yang menerima kutukkan dari Allah.
[7] Di dalam surah an-Nisa Allah berkata, ‘Dan sesiapa yang membunuh orang beriman dengan sengaja, hukuman baginya adalah neraka; dia akan tinggal di dalamnya, dan Allah akan hantar siksaan kepadanya dan mengutuknya dan menyediakan untuknya siksaan yang amat pedih.’ [4:93].


PEMBUNUHAN TERHADAP ORANG BERIMAN YANG TERKENAL SEPERTI IMAM HASAN, AMMAR HAJAR BIN ADI MALIK ASHTAR DAN MUHAMMAD BIN ABI BAKR ATAS ARAHAN MUAWIYA..

Ayat al-Quran dengan jelas mengatakan bahawa jika sesaorang membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, dia berhak menerima kutukkan dan tempat tinggalnya adalah neraka. Tidakkah Muawiya bersekutu di dalam pembunuhan orang yang beriman? Tidakkah dia yang mengarahkan terhadap pembunuhan Hajar Ibn Adi dan tujuh orang sahabatnya? Tidakkah dia yang mengarahkan supaya Abdur-Rahman bin Hasan Al-Ghanzi ditanam hidup-hidup?

Ibn Asakir dan Yaqub Bin Sufyan di dalam buku sejarah mereka; Baihaqi di dalam Dala’il; Ibn Abdu’l-Bar di dalam Isti’ab; dan Ibn Athir di dalam Kamil telah mengatakan bahawa Hajar Bin Adi, salah seorang sahabat yang terkenal, dan bersama tujuh orang sahabatnya telah dibunuh dengan kejam oleh Muawiya. Kesalahan mereka, kerana enggan mengutuk Ali.

Imam Hasan adalah cucu nabi yang pertama. Tidakkah dia terjumlah di dalam Ashab-e-Kisa [mereka yang dibawah selimut]? Bukankah dia salah seorang dari ketua remaja disyurga dan yang beriman, yang mempunyai kedudukan tertinggi? Menurut dari kenyataan Mas’udi, Ibn Abdu’l-Bar, Abu’l-Faraj Ispahani, Tabaqa oleh Muhammad Bin Sa’d, Tadhkira oleh Sibt Ibn Jauzi, dan ulama sunni yang lain, Muawiya menghantar racun kepada Asma’ Ju’da dan menjanjkan kepada dia bahawa jika dia membunuh Hasan Ibn Ali, Muawiya akan memberi kepadanya 100 000 dirham dan akan mengahwinkannya dengan anaknya Yazid. Adakah kamu teragak-agak untuk memanggil Muawiya terkutuk? Tidakkah fakta yang sebenar, bahawa di dalam peperangan Siffin sahabat nabi yang agung Ammar Yasir, telah syahid atas arahan Muawiya? Kesemua ulama kamu mengatakan dengan satu kenyataan bahawa nabi telah berkata kepada Ammar Yasir, ‘Tidak beberapa lama lagi kamu akan dibunuh oleh sekumpulan penentang yang sesat.’

Adakah kamu masih ragu bahawa ribuan muslim beriman telah dibunuh oleh pegawai Muawiya? Tidakkah perwira yang gagah dan ikhlas telah diracun oleh arahan Muawiya? Bolehkan kamu nafikan bahawa pegawai tertinggi Muawiya, Amr bin As dan Muawiya bin Khadij, secara kejam mensyahidkan gabenor Imam Amirul-Mukminin, yang wara’ Muhammad bin Abi Bakr? Tidak puas dengan itu mereka masukkan badannya kedalam kulit keldai dan membakarnya. Jika saya hendak berikan kepada kamu secara khusus mereka yang beriman yang telah dibunuh oleh Muawiya dan pegawainya, ianya memerlukan bukan satu malam malah beberapa malam.


PEMBUNUHAN 30.000 ORANG YANG BERIMAN OLEH BUSR BIN ARTAT DENGAN ARAHAN MUAWIYAH

Kekejaman yang paling besar adalah Busr bin Artat telah membunuh ribuan orang yang beriman atas perintah Muawiya. Abu’l-Faraj Ispahani dan Allama Samhudi di dalam Ta’rikhu’l-Medina, Ibn Khallikan, Ibn Asakir dan Tabari di dalam sejarah mereka; Ibn Abi’l-Hadid di dalam Sharh-e-Nahju’l-Balagha, jilid I, dan ramai lain dari ulama kamu telah menulis bahawa Muawiya mengarahkan Busr menyerang San’a dan Yaman dari Madina dan Makah. Dia berikan arahan yang sama kepada Zuhak bin Qais Al-Fahri dan yang lain. Abu’l-Faraj mengatakannya dengan perkataan ini, ‘Sesiapa sahaja dari sahabat dan shia Ali yang dijumpai hendaklah dibunuh, walaupun wanita dan kanak-kanak, jangan dibiarkan hidup.’ Dengan arahan yang tegas ini, mereka keluat dengan tenaga askar 3 000 orang dan menyerang Madina, San’a, Yaman, Ta’if dan Najran. Apabila mereka sampai ke Yaman, gabenornya, Ubaidullah Ibn Abbas telah keluar dari kota. Mereka memasukki rumahnya dan membunuh kedua-dua anaknya, Sulayman dan Dawud diatas pangkuan ibunya.

Ibn Abi’l-Hadid menulis di dalamSharh-e-Nahju’l-Balagha, jilid I, ms 121, bahawa di dalam serangan ini 30 000 telah terbunuh, tidak termasuk yang mati terbakar.

Adakah tuan-tuan masih ragu yang Muawiya berhak pada kutukan?


MUAWIYA MENGARAHKAN SUPAYA ALI DIKUTUK

Diantara bukti yang jelas bahawa Muawiya adalah kafir dan berhak kutukkan adalah secara umum penolakkannya terhadap Amirul-Mukminin dan arahannya kepada manusia untuk membaca kutukkan terhadap Imam di dalam qunut [doa di dalam solat] mereka. Fakta ini telah disahkan oleh kita berdua shia dan sunni. Bahkan ahli sejarah bangsa lain telah merakamkan bahawa amalan yang hina itu telah diarahkan secara terbuka, dan ramai yang telah terbunuh kerana tidak menyebutkan kutukan tersebut. Amalan ini telah diberhentikan oleh khalifa Umayya, Umar bin Abdil-Aziz.

Mereka yang mengutuk adik nabi, suami Fatima, Amirul-Mukminin Ali Ibn Abi Talib, dan yang mengarahkan orang lain melakukan pastinya dikutuk. Fakta ini telah dirakamkan oleh semua ulama terkenal di dalam buku sahih mereka, Sebagai contoh Imam Ahmad Bin Hanbal di dalam Musnad, Imam Abu Abdu’r-Rahman Nisa’i di dalam Khasa’isu’l-Alawi, Imam Tha’labi dan Imam Fakhru’d-in Razi di dalam Tafsir (ulasan), Ibn Abi’l-Hadid di dalam Sharh-e-Nahju’l-Balagha, Muhammad Bin Yusuf Ganji Shafi’i di dalam Kifayatu’t-Talib, Sibt Ibn Jauzi di dalam Tadhkira, Sulayman Balkhi Hanafi di dalam Yanabiu’l-Mawadda, Mir Seyyed Ali Hamadani di dalam Mawaddatu’l-Qurba, Dailami di dalam Firdaus, Muslim Bin Hajjaj di dalam Sahih, Muhammad Bin Talha Shafi’i di dalam Matalibu’s-Su’ul, Ibn Sabbagh Maliki di dalam Fusulu’l-Muhimma, Hakim di dalam Mustadrak, Khatib Khawarizmi di dalam Manaqib, Abraham Hamwaini di dalam Fara’id, Ibn Maghazili Shafi’i di dalam Manaqib, Imamu’l-haram di dalam Dhakha’iru’l-Uquba, Ibn Hajar di dalam Sawa’iq, dan ulama yang lainnya telah menyampaikan dengan sedikit perbezaan perkataan, mengatakan bahawa nabi telah berkata, ‘Sesiapa yang menghina Ali, sebenarnya menghina saya; yang menghina saya sebenarnya telah menghina Allah.’.

Dailami di dalam Firdaus, Sulayman Hanafi di dalam Yanabiu’l-Mawadda telah menyampaikan bahawa nabi telah berkata, ‘Sesiapa yang menyakiti Ali, sebenarnya telah menyakiti saya, dan kutukan Allah keatas mereka yang telah menyakiti saya.’ Ibn Hajar Makki di dalam Sawa’iq menyebut satu hadith mengenai akibat terhadap sesaorang yang mengutuk terhadap mana-mana dari keturunan nabi. Dia mengatakan bahawa nabi berkata, ‘Jika sesiapa mengutuk ahli bayt saya, semoga kutukkan Allah diatasnya.’

Dari itu Muawiya pastinya terkutuk. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibn Athir di dalam Kamil, Muawiya biasa mengutuk Ali, cucu-cucu nabi, Hasan dan Husain dan juga Abbas dan Malik Ashtar di dalam qunut solat harian.

Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan di dalam Musnad dan beberapa punca bahawa nabi Allah berkata, ‘Jika sesiapa melukakan Ali dia akan dilayani sebagai yahudi atau kristian pada hari pengadilan.’ Pastinya kamu semua telah tahu bahawa adalah satu dari hukum islam bahawa memanggil Allah dan nabi dengan nama yang hina membawa kepada kafir.

Muhammad Bin Ganji Shafi’i di dalam Kifayatu’t-Talib, bahagian X, mengatakan bahawa satu ketika Abdullah Ibn Abbas and Sa’id Ibn Jabir melihat pada pinggir telaga zamzam sekumpulan orang Syria menghina Ali. Mereka pergi mendapatkannya dan berkata, ‘Siapa diantara kamu yang menghina nabi Allah?’ Orang Syria menjawa, ‘Tiada siapa diantara kami yang menghina nabi Allah.’ Kemudian mereka berkata, ‘Baik, siapa diantara kamu yang menghina Ali?’ Orang Syria berkata, ‘Ya, kami telah menghina Ali,’

Kemudian Abdullah dan Sa’id berkata, ‘Kamu harus menjadi saksi bahawa kami mendengat nabi berkata kepada Ali, ‘Sesiapa yang menghina kamu, sesungguhnya telah menghina saya; sesiapa yang menghina saya telah menghina Allah. Jika sesiapa yang menghina Allah, Dia akan menlontarkan mereka kedalam neraka.’


PARA SAHABAT NABI DITAHAP YANG BERBEZA PADA PEMAHAMAN

Salafi: Adakah wajar bagi orang yang berkaliber seperti kamu, mengutuk sahabat nabi yang terhormat? Tidakkah terdapat fakta bahawa Allah telah mewahyukan beberapa ayat pada memuji sahabat nabi dan berikan berita gembira dengan penyampaiannya. Dan khalu’I-Mukminin Muawiya, yang pastinya sahabat yang terhormat, berhak pada pujian yang dikandongi oleh ayat tersebut. Tidakkah menghina para sahabat bersamaan dengan menghina Allah dan nabi?

Ustad Husain Ardilla: Mungkin kamu telah terlupa pada apa yang saya telah katakan dimalam yang lalu. Tiada siapa menafikan terdapat ayat yang diwahyukan pada memuji para sahabat. Tetapi jika kamu faham pengertian sahabat atau kawan, kamu akan mengakui bahawa ayat yang diwahyukan pada memuji sahabat bukanlah ditujukan secara umum. Kita tidak boleh menganggap bahawa kesemuanya adalah suci.

Tuan yang dihormati! Kamu tentu faham bahawa ‘sahabat’ secara lisan bererti ikatan dua insan. Maka ia boleh bererti tinggal bersama atau sebagaimana yang difahami secara umum, menolong atau memberikan bantuan kepada yang lain. Menurut bahasa Arab, al-Quran dan hadith, sahabat nabi merujuk kepada yang menghabiskan masa hidupnya bersama dengan nabi, sama ada dia muslim ataupun kafir. Maka interpretasi kamu bahawa semua para sahabat berhak syurga adalah salah. Itu bertentangan dengan minda yang sihat dan juga hadith.

AL QURAN menyatakan keutamaan sahabat secara umum tetapi bukan berarti itu berlaku untuk seluruh sahabat, melainkan untuk sahabat yang tidak berbalik arah setelah wafat Nabi SAW. Itulah makna Qs. Ali Imran Ayat 144.


Sunni mencintai dan menghormati musuh musuh ahlulbait dengan alasan semuanya mengambil ajaran dari Rasul SAW. Bahkan sunni menganggap para sahabat seperti malaikat yang tidak pernah salah, tidak punya rasa dengki dan permusuhan kepada sesamanya.


Nabi SAW menyebut Mu’awiyah cs sebagai kelompok pemberontak sesat !

Sabda Rasulullah SAW kepada Ammar: “Betapa kasihan Ammar, golongan pembangkang telah membunuhnya, padahal dia menyeru mereka kepada kebenaran (surga) sementara mereka menyeru kepada kesesatan (neraka)” (Hr. Bukhari, Muslim, At Tirmidzi dan Ahmad).

Padahal Allah SWT menyatakan : “Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya adalah neraka jahannam, ia kekal didalamnya dan Allah murka kepada, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya” (Qs. An Nisa ayat 93).

Juga sabda nya : “Anakku Hasan akan mendamaikan dua kelompok besar yang berselisih”. Dan sabdanya pada Abu Dzar bahwa ia akan mati sendirian dan terasing. Demikian pula dengan sabda nya : “Imam imam setelahku ada 12, semuanya dari Quraisy”.

Bukhari dalam shahih nya meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata : “Saya menjaga dari Rasul SAW dua kantong, satu kantong saya sebarkan dan satu kantong lagi saya simpan. Kalau kantong yang saya tutupi ini saya buka juga, niscaya saya akan dihabisi oleh orang kejam ini (Mu’awiyah)” (Hr.Bukhari juz 1 halaman 38).

Kalau memang dunia hadis sunni jujur dan tidak ada intimidasi dalam periwayatan hadis, niscaya Abu Hurairah tidak akan menyembunyikan hadis !

Sunni menutupi kesalahan kesalahan para Sahabat dengan menyalahkan tokoh fiksi Abdullah bin Saba’, menyembunyikan hadis dan membuat buat hadis palsu jaminan Surga kepada musuh musuh ahlulbait

Pasca wafat Nabi SAW, para sahabat banyak mengembangkan ijtihad dari hasil pemikirannya sendiri, walaupun itu harus merubah hukum yang telah ditetapkan Allah dan Rasul sebelumnya !


UMAT KHiANATi Ali PASCA NABi SAW WAFAT

Qs. Al An’am ayat 65-67;
Qs. 6:65. Katakanlah (Muhammad), “Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan berulang ulang tanda tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami (nya).
Qs. 6:66. Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal (azab) itu benar adanya. Katakanlah (Muhammad), “Aku ini bukanlah penanggung jawab kamu”.
Qs. 6:67. Setiap berita (yang dibawa oleh Rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui

Dikutip dari “AL HiDAYAH ALQURAN TAFSiR PERKATA TAJWID KODE ANGKA PENERBIT KALiM” yang disahkan DEPAG, halaman 136 :

Asbabun Nuzul Qs.6 : 65-67 : Zaid bin Aslam mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat, “Setelah kepergianku, janganlah kalian kembali menjadi kafir dengan saling membunuh diantara kalian”. Mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasul Nya. “Sebagian yang lain berkata, “ini tidak akan pernah terjadi untuk selamanya, yaitu saling membunuh diantara kita, sementara kita semua adalah muslim.” Maka turunlah ketiga ayat ini (HR. Ibnu Abi Hatim).


Wahai para pembaca…

Qs. Asy Syu’ara; ayat 205-207;
Qs.26 : 205 : Maka bagaimana pendapatmu jika kepada mereka kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun,
Qs.26 : 206 : Kemudian datang kepada mereka azab yang diancamkan kepada mereka,
Qs.26 : 207 : Niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan

Dikutip dari “AL HiDAYAH ALQURAN TAFSiR PERKATA TAJWID KODE ANGKA PENERBIT KALiM” yang disahkan DEPAG, halaman 376 :

Asbabun Nuzul Qs.26 : 205-207 : Menurut Abu Jahdham, ketiga ayat ini diturunkan berkenaan dengan Rasulullah yang suatu ketika terlihat bingung dan gelisah. Para sahabat menanyakan hal itu. “Aku bermimpi, setelah aku wafat kelak, aku melihat musuhku yang ternyata adalah berasal dari umatku sendiri,” jawab Rasulullah (HR.ibnu Abi Hatim)


Wahai para pembaca…

Hadis dari sahabat Jarir bin ‘Abdillah Al Bajali dari Nabi SAW : “janganlah kalian kembali kafir sepeninggalku, sebagian kalian menebas leher yang lain” (HR. Bukhari no. 7080 dan HR. Muslim no.65)

Hadis Nabi SAW : “Mencaci seorang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran” (Hr.Bukhari Muslim).


PERSAMAAN SAHABAT NABI SAW DAN SAHABAT MUSA AS

Jika sesetengah (bukannya semua) sahabat Nabi Muhammad Saw diterangkan oleh al-Quran sebagai orang yang lari dari medan perang (Uhud dan Hunain), munafik, meninggalkan Nabi ketika khutbah Jumaat dan sebagainya, maka bagaimanakah pula sikap sahabat/kaum Nabi Musa as.? Al-Quran dalam Surah al-Maidah ayat 20-26 menjelaskan sikap mereka seperti berikut:

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka (setelah kamu diperhamba oleh Firaun dan orang-orangnya), dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain”.QS. al-Mai’dah (5) : 20.

Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina- Baitul Muqaddis) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. QS. al-Mai’dah (5) : 21.

Mereka berkata: “Wahai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.” QS. al-Mai’dah (5) : 22.

Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. QS. al-Mai’dah (5) : 23.

Mereka berkata: “Wahai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu (berperang) bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”.QS. al-Mai’dah (5) : 24.

Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku (Nabi Harun). Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”. QS. al-Mai’dah (5) : 25.

Allah berfirman: ” (Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” QS. al-Mai’dah (5) : 26.

Kesimpulannya:
1. Sahabat Nabi Musa (Bani Israil) telah ingkar dengan arahan Nabi Musa supaya memasuki tanah suci Palestin kerana takut berperang.
2. Mereka yang ingkar itu mengarahkan Nabi Musa agar berperang bersama Tuhan manakala mereka hanya menunggu sahaja.
3. Mereka disifatkan sebagai sahabat/kaum yang fasiq oleh al-Quran.
4. Akibat ingkar dengan arahan Nabi Musa mereka disesatkan oleh Allah swt selama 40 tahun di tengah padang pasir Tiih (sekarang terletak di wilayah Mesir).

Justeru itu, sahabat Nabi Musa yang ingkar dengan arahannya bukanlah sahabat yang layak dijadikan contoh dan mereka bukalanlah sahabat yang adil.


Al-Qur’an adalah seluruh kumpulan wahyu dari Tuhan, yang diturunkan secara bertahap selama 22 tahun lebih pada berbagai situasi dan peristiwa.AL QURAN menyatakan keutamaan sahabat secara umum tetapi bukan berarti itu berlaku untuk seluruh sahabat, melainkan untuk sahabat yang tidak berbalik arah setelah wafat Nabi SAW. Itulah makna Qs. Ali Imran Ayat 144.


Pada situasi penting atau kapan pun Allah ingin memberikan wahyu kepada Muhammad, maka turunlah wahyu itu disampaikan oleh malaikat Jibril / Roh Qudus. Nabi Muhammad lalu menyampaikan kepada sahabatnya, bahwa ada wahyu dari Allah.
Memang ada ayat AL QURAN yang menyatakan keutamaan sahabat secara umum tetapi bukan berarti itu berlaku untuk seluruh sahabat, melainkan untuk sahabat yang tidak berbalik arah setelah wafat Nabi SAW. Itulah makna Qs. Ali Imran Ayat 144.
Qs. Ali Imran ayat 152 : “Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu[x] dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai.
[xx]. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka[xxx] untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman””
x]. Yakni: urusan pelaksanaan perintah Nabi Muhammad s.a.w. karena beliau telah memerintahkan agar regu pemanah tetap bertahan pada tempat yang telah ditunjukkan oleh beliau dalam keadaan bagaimanapun.
xx]. Yakni: kemenangan dan harta rampasan.
xxx]. Maksudnya: kaum muslimin tidak berhasil mengalahkan mereka.


Ayat tersebut menceritakan Sebab-sebab kekalahan umat Islam dalam perang Uhud.

Tidak ada jaminan alumni perang badar dan alumni perang uhud di ampuni hingga mereka wafat.. Mereka memang diampuni pada Perang Badar dan Perang uhud TETAPi JiKA KEMUDiAN MEREKA MENENTANG LAGi NABi DAN MURTAD TERHADAP WASiAT NABi MAKA TiDAK ADA JAMiNAN MEREKA TETAP DiAMPUNi.

Perhatikan dengan detil ayat yang menyatakan ahlul uhud diampuni (qs. 3 :152) kata AMPUNAN dalam ayat tersebut “”Wa Laqad ‘Afaa ‘Ankum”” itu berbentuk fi’il madhi.

Ini bermakna pengampunan hanya berlaku untuk kesalahan mereka di PERANG UHUD saja, tidak berlaku untuk kesalahan sesudah itu.

Seandainya ampunan berlaku untuk selamanya maka ayat itu pasti menggunakan fi’il mudhari’ dengan kalimat WA Yu’FAA ‘ANKUM.

Satu kata atau satu huruf saja berbeda baik fi’il madhi maupun fi’il mudhari’ maka akan merubah maksud tafsir.


Bandingkan dengan :

Qs. Al Ahzab ayat 33 : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sesuci sucinya ”.

Innama yuridullahu li yudzhiba ‘ankum adalah fi’il mudhari’ ( kata kerja yang berlaku dari masa pengucapan, masa kini dan masa yang akan datang )… Artinya ayat tathir menyatakan Ahlul Bait disucikan sejak SAAT iTU SAMPAi MEREKA WAFAT (jaminan syurga).

Kalau kalimat itu di jadikan fi’il madhi akan berbentuk innama aradallahu lidzahaba ‘ankum… Ternyata ayat tathir bukan fi’il madhi… Artinya ahlul kisa diampuni untuk selama selamanya.


Potensi OKNUM SAHABAT berbalik arah pasca wafat Nabi SAW diakui Al Quran dan Hadis ( misal : hadis haudh riwayat Bukhari Muslim ) … Ada kemungkinan mereka berbalik arah bila Nabi SAW wafat

Qs. Ali ‘Imran ayat 144 : “” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[x]. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur””.

x]. Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang manusia yang diangkat Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. Ada yang wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. Karena itu Nabi Muhammad s.a.w. juga akan wafat seperti halnya rasul-rasul yang terdahulu itu. Di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mati terbunuh. Berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah dia tidak akan mati terbunuh.


Coba anda perhatikan ayat ayat pujian dan ridha Allah untuk PARA SAHABAT, tidak ada satupun ayat yang menyatakan pujian dan ridha Allah untuk semua sahabat… Tapi semua ayatnya menyatakan hanya sebahagian sahabat saja….

Itupun ada syarat nya yaitu mereka harus ihsan (baik) dan mereka harus ridha terhadap ketetapan Allah.. Bila ada sahabat yang tidak memenuhi syarat ini maka ia dikecualikan.

Jaminan SURGA hanya diberikan jika seseorang memenuhi syarat syarat seperti tidak mendurhakai Rasulullah setelah wafatnya.


Perhatikan Qs. 56. Qs. Al Waaqi’ah;
77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,
78. pada kitab yang terpelihara ( Lauhul Mahfuzh ),
79. tidak menyentuhnya kecuali orang – orang yang disucikan.

Jadi jelaslah yang disucikan adalah ahlul kisa dan para Imam Ahlul Bait.


Hanya syi’ah Imamiah lah yang menjadikan Imam Ali sebagai pemimpin dalam hal Imamah pasca wafat Nabi SAW !!!!!!!!!

Perhatikan Qs. 5. Qs. Al Maa’idah;

55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat ketika mereka berada dalam keadaan ruku’.

56. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.

Yang shalat sambil berzakat hanya khusus untuk Imam Ali, haram orang lain melakukan hal tersebut… Adapun lafaz jamak ( orang orang ) untuk menyebut pelaku tunggal merupakan hal biasa dalam Al Quran, contoh:

a. Qs. 63. Qs. Al Munaafiquun ayat 8.
Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

FAKTANYA : Yang mengucapkan kalimat tersebut hanya satu orang yakni Abdullah Bin Ubay Bin Salul.

b. Allah berfirman : “ Dan orang orang Yahudi berkata : ‘Tangan Allah terbelenggu’ “
FAKTANYA : Yang berkata Cuma 1 yahudi ( tunggal ) yang berkata bahwa Allah kikir / pelit
Jadi jelaslah Syi’ah Imamiah adalah ahlusunnah yang sesungguhnya !!!


Kalau mengacu kpd Surat Al Imran 144 :”……….

apakah kalau engkau (Nabi saw) meninggal atau terbunuh kamu berbalik ke belakang (murtad/balik kepd nilai2 jahiliyyah)….” ternyata Al-Quran jauh2 hari sdh mengingatkan Nabi saw dan umat Islam akan adanya konspirasi sebagian sahabat yg tdk menginginkan Islam tegak diatas nilai2 jahiliyyah yg telah disingkirkan oleh Nabi saw.


Bahwa Umar telah menggagalkan wasiat Nabi saw adalah fakta/bukti yg mendukung pernyataan QS Ali Imran 144 tsb. Begitu pula peristiwa Saqifah dst.nya adalah fakta2 sejarah yg mengungkapkan adanya komplotan yg menggagalkan naiknya kepemimpinan ilahiyah (Washi nabi) menaiki panggung sejarah.

Kalau kita membaca bukunya Max Idomont, Jew, God and History, maka terbukti bahwa setiap misi nabi/rasul, disamping ada yg mendukung pasti ada sekelompok sahabatnya yg menggagalkan tercapainya misi yg diembannya. Contohnya Nabi Isa as setelah wafatnya dikhianati oleh para sahabatnya dan memalsukan kitab suci-Nya, tapi diberi label “asli”. Begitu juga misi yg diemban Nabi Muhammad saw tidak terlepas dari konspirasi para “sahabatnya”. Hanya saja Al-Quran-Nya masih tetap otentik, tetapi Sunnah Rasul-Nya (hadis) sdh diacak-acak bercampur dg yg palsu. Itulah makna ucapan Umar :”…..cukuplah Kitabullah di sisi kita….Dan hadis2 palsu dicampur dg yg asli yg juga diberi label asli atau “SAHIH”.

Fakta adanya hadis palsu yg melarang penulisan sunnah Rasul dan pembakaran hadis asli oleh Abu Bakar, Umar dan Usman yg diikuti oleh penguasa Umayyah d an Abbasiyah adalah fakta yg mendukung statement Ali Imran 144.

Masalahnya kita sering mengabaikan statement Ali Imran 144 ini dan menganggapnya hanya konstatasi Allah yg tdk ada buktinya dlm sejarah.

Tidak hanya Yahudi yg pandai memalsukan Kitab Suci dan mengatakan :”hadza min indillah”, org Arabpun tdk kalah brilyannya. Supaya Islamnya terlihat masih “asli” tetapi juga nilai2 jahiliyyahnya terakomodir, maka harus dilakukan kompromi antara nilai2 Islam dan nilai2 jahiliyyah, karena engga mungkin mereka mengawinkan kedua nilai yg saling bertolak belakang itu. Kira2 “deal”-nya : biarlah Al-Quran tdk diotak-atik tapi penafsiran/penjelasannya/rinciannya (sunnah Rasul/hadis) harus menurut gua (perhatikan rangkaian peristiwa2 Hari Kamis kelabu, Saqifah, Perang Shiffin/Tahkim, Karbala dst.) semuanya tdk memberi kesempatan sedikitpun kpd Ahlul Bait untuk melaksanakan misinya.


AL-QUR’AN BICARA TENTANG “SAHABAT”.

(1) ADA YANG MENINGGALKAN NABI KETIKA SEDANG KHOTBAH JUM’AT, HANYA UNTUK MELIHAT PERNIAGAAN DAN PERMAINAN.
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. (Al Jumuah : 11).

(2) ADA YANG MENYAKITI NABIT DENGAN MEMBUAT GOSIP MURAHAN.
Di antara mereka ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (At Taubah : 61).

(3) ADA YANG BERSUMPAH PALSU.
Mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (At Taubah : 74).

(4) ADA YANG KIKIR DAN ENGGANG BERSEDEKAH.
Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).(At Taubah : 75-76).

(5) ADA YANG MENINGGIKAN SUARA DIHADAPAN NABI DAN BERKATA DENGAN SUARA KASAR (KERAS).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Al Hujuraat : 2).

(6) ADA YANG MENCAMPUR ADUKKAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN.
“Dan ada pula yang lain, yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. At-Taubah: 102).

(7) ADA YANG BERPRASANGKA SEPERTI PRASANGKA JAHILIYA KEPADA ALLAH – KETIKA RASULULLAH MENYERUKAN UNTUK BERPERANG.
Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.(Ali Imran : 154).

(8) ADA YANG MENGANGGAP JANJI ALLAH DAN RASULULLAH SEBAGAI TIPU DAYA.
“Dan (ingatlah) ketika orang- orang munafik DAN orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata:” Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzâb ;12).

(9) ADA YANG ENGGAN UNTUK IKUT DALAM BERPERANG.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu dan majulah (ke medan pertempuran) secara berkelompok atau majulah bersama-sama (serentak). Dan sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu jika kamu ditimpa musibah dia berkata, “Sungguh, Allah telah memberikan nikmat kepadaku, karena aku tidak ikut berperang bersama mereka.”(Qs. An-Nisa’: 71-72).

(10) JIKA MEREKA IKUT PERANG, MALAH MEMBUAT KEKACAUAN DAN MELEMAHKAN”.
Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu, malah hanya akan membuat kekacauan, dan mereka tentu bergegas maju kedepan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan (dibarisanmu); sedang diantara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka. Allah mengetahui orang-orang yang dzalim.”(Qs. At-Taubah: 47).

(11) LARI DARI MEDAN PERANG.
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(At Taubah : 25).

(12) TIDAK MEMATUHI PERINTAH NABI, HANYA DEMI BEREBUT RAMPASAN PERANG.
(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran : 153).


AKHIRNYA ALLAH TELAH MERUBAH HATI MEREKA DAN MENJADIKAN MEREKA SEBAGAI ORANG MUNAFIK KARENA KALAKUAN DAN PERBUATAN MEREKA YANG SEPERTI DIATAS

Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta. (At Taubah : 77).

SEHINGGA KARENANYA ALLAH MENGATAKAN BAHWA BANYAK ORANG MUNAFIK DISEKITAR RASULULLAH“Dan diantara orang-orang Arab yang (tinggal) di sekitarmu, ada orang-orang munafik. Dan di antara penduduk Madinah (ada juga orang-orang munafik), mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Engkau (Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kami mengetahuinya. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (Qs. At-Taubah: 101).

Maka kami berpandangan bahwa wasiat tersebut adalah hadis Tsaqalain yaitu perintah agar umat berpegang teguh pada Kitabullah dan Itrah Ahlul Bait Rasul SAW

يا أيها الناس ! إني قد تركت فيكم ما إن أخذتم به لن تضلوا , كتاب الله وعترتي أهل بيتي

Wahai manusia, sungguh aku tinggalkan bagi kalian apa yang jika kalian berpegang teguh dengannya maka kalian tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah dan Itrah-ku Ahlul Bait-ku [Silsilah Ahadits Ash Shahihah no 1761].

Begitu beratnya wasiat ini hingga sekarang kita melihat ada orang-orang yang mengaku umatnya Rasulullah SAW tetapi menolak Ahlul Bait sebagai pedoman bagi umat islam. Kami menyebut mereka ini sebagai orang-orang yang terpengaruh dengan virus nashibi. Kami melihat mereka mengaku-ngaku mencintai Ahlul Bait tetapi aneh bin ajaib mereka menolak keutamaan Ahlul Bait sebagai pedoman umat islam, mereka membela bahkan menyanjung orang-orang yang menyakiti Ahlul bait dan mereka menuduh dusta kepada pengikut Syiah yang sangat mencintai Ahlul Bait. Tidak hanya itu mereka bahkan dengan mudah menuduh orang yang mencintai Ahlul Bait sebagai Syiah Rafidhah. Anehnya dengan sikap-sikap seperti itu mereka mengklaim [dengan tidak tahu malu] kalau merekalah yang benar-benar mencintai Ahlul Bait. Sungguh cinta yang aneh kalau tidak mau dikatakan penuh kepalsuan.

Termasuk perkara di Hari Kiamat yang wajib diimani dan dipercayai oleh setiap muslim adalah haudh. Haudh yang berarti telaga adalah salah bentuk penghargaan dan penghormatan dari Allah kepada hamba dan rasulNya yang mulia Muhammad saw. Sifat haudh ini sebagaimana yang tercantum di dalam hadits-hadits shahih dari beliau, luasnya sejauh perjalanan satu bulan, airnya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, aromanya lebih harum daripada minyak wangi miski, cerek-cereknya sebanyak bintang-bintang di langit, airnya bersumber dari sungai Kautsar yang Allah berikan kepada Nabi saw di surga, siapa yang minum darinya seteguk, tidak akan haus selamanya.

Para ulama berbeda pendapat tentang tempatnya, sebagian dari mereka berpendapat bahwa ia di arashat Kiamat sebelum manusia melewati shirath, sebagian yang lain berpendapat bahwa ia setelah manusia melewati shirath.


Hadits-hadits tentang haudh

Hadits-hadits tentang haudh mencapai derajat mutawatir, para ulama hadits menyatakannya demikian, yang meriwayatkan dari Rasulullah saw dalam perkara ini lebih dari lima puluh orang sahabat, Hafizh Ibnu Hajar telah menyebutkan nama-nama sahabat yang meriwayatkannya di dalam Fath al-Bari 11/468.

Dalam Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyah 1/277-278 ditulis, “Hadits-hadits yang tercantum dalam perkara haudh mencapai batasan mutawatir, sahabat yang meriwayatkan mencapai tiga puluh lebih, syaikh kami Syaikh Imaduddin Ibnu Katsir, semoga Allah merahmatinya, telah menyebutkan jalan-jalan periwayatannya secara terperinci di akhir tarikhnya yang besar yang bernama al-Bidayah wa an-Nihayah.”.


Sebagian dari hadits-hadits tersebut

1- Dari Abdullah bin Amru berkata, Rasulullah saw bersabda, “Haudhku seluas perjalanan satu bulan, sudut-sudutnya sama –yakni panjang dan lebarnya sama-airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih harum dari minyak wangi miski, cerek-cereknya sebanyak bintang-bintang di langit, barangsiapa minum darinya maka dia tidak haus selamanya.” (Muttafaq alaihi).
2- Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya telagaku lebih jauh daripada jarak antara Ailah dengan Adn, airnya lebih putih dari salju, lebih manis dari madu, bejana-bejananya lebih banyak dari jumlah bintang di langit, sesungguhnya aku menghalangi manusia darinya seperti seorang laki-laki menghalangi unta orang-orang dari telaganya.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, engkau mengetahui kami pada saat itu?” Beliau menjawab, “Ya, kalian mempunyai tanda yang tidak dimiliki oleh umat mana pun, kalian datang kepadaku dengan tangan dan wajah berkilau bekas wudhu.”(HR. Muslim).


Orang-orang yang terhalang dari haudh.

Terdapat banyak hadits di dalamnya Rasulullah saw menjelaskan tentang orang-orang yang datang ke haudh tetapi mereka ditolak dan tidak dizinkan, hal itu karena semasa di dunia mereka melakukan sesuatu yang membuat mereka terhalangi untuk mencapai haudh.

Di antara hadits-hadits tersebut adalah sebagai berikut:
1- Dari Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah saw bersabda, “Aku mendahului kalian ke haudh, ada beberapa orang dari kalian diangkat kepadaku, sehingga ketika aku mengulurkan tangan kepada mereka untuk memberi mereka minum, mereka terhalang dariku, maka aku berkata, ‘Ya Rabbi, sahabat-sahabatku,’ maka dikatakan, ‘Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka perbuat setelahmu?” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
2- Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang-orang yang menyertaiku akan datang ke haudh, ketika aku melihat mereka dan mereka diangkat kepadaku, mereka terhalang dariku, maka aku berkata, ‘Ya rabbi, ushaihabi, ushaihabi’ maka dikatakan kepadaku, ‘Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka perbuat setelahmu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Hadits-hadits senada berjumlah banyak, al-Qurthubi di dalam at-Tadzkirah hal. 306 berkata setelah memaparkan hadits-hadits tentang terhalanginya sebagian orang dari haudh Nabi saw, “Para ulama kita -semoga Allah merahmati mereka semua- berkata, siapa pun yang murtad dari agama Allah atau membuat sesuatu di dalamnya yang tidak Allah ridhai dan tidak izinkan maka dia termasuk orang-orang yang terusir dari haudh beliau, yang dijauhkan darinya, dan yang paling keras diusir adalah orang-orang yang menyelisihi jamaah kaum muslimin dan menyimpang dari jalan mereka seperti Khawarij dengan berbagai macam alirannya, Rawafidh dengan beragam kesesatannya dan Mu’tazilah dengan beragam hawa nafsunya, mereka semua adalah orang-orang yang mengganti. Begitu pula orang-orang zhalim yang berlebih-lebihan di dalam kezhaliman, menghapus kebenaran, membunuh pengikutnya dan menghinakan mereka, yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan dan kemaksiatan secara sembunyi-sembunyi, jamaah pengikut kesesatan, hawa nafsu dan bid’ah, (mereka semua akan terusir dari haudh).”.

Qs. Ali ‘Imran 144 : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”

Rasulullah bersabda : “Ketika aku sedang berdiri, terlihat olehku sekelompok orang. Setelah aku kenali mereka, ada seorang di antara mereka keluar dan mengajak kawan-kawannya, ‘Ayo, mari’ Aku bertanya, ke mana? ia menjawab, ‘ke neraka,’ Lalu aku bertanya lagi, mengapa nasib mereka sampai demikian? Kemudian dijawab: ‘Sesungguhnya mereka telah murtad sejak kau tinggalkan dan berbalik ke belakang (kepada kekafiran). Kemudian terlihat sekelompok lain lagi. Ketika aku kenali mereka, ada seorang di antara mereka keluar dan menyeru kawan-kawannya: ‘Ayo, mari’ Aku bertanya, ke mana? Ia menjawab: ‘Ke neraka’ Lalu aku bertanya lagi, mengapa mereka? dijawab: ‘Sesungguhnya mereka telah murtad sepeninggalmu dan kembali ke belakang. Kulihat tidak ada yang selamat dan lolos kecuali beberapa orang saja yang jumlahnya cukup sedikit, seperti jumlah onta yang tersesat dari rombongannya.”[ Shahih Bukhari,8/150. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Musyaiyib dari banyak sahabat Nabi.].

Baca:http://ahlulbaitnabisaw.blogspot.com/2014/08/kedudukan-hadis-allah-melaknat-orang.html
_______________________________________

Melaknat dalam Alquran

Sebagaimana akhlak Nabi Saw adalah Alquran, maka setiap Muslim harus menginternalisasikan Alquran dalam dirinya. Ia harus memuliakan orang yang dimuliakan Alquran. Ia harus merendahkan orang yang direndahkan Alquran. Ia harus berdoa buat orang yang didoakan Alquran. Ia harus melaknat orang yang dilaknat Alquran. Kata “la’nat” dengan berbagai derivasinya disebut 41 kali dalam Alquran. Di antara orang yang harus dilaknat adalah:

Yang menyakiti Rasulullah Saw, Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya; Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. (QS. Al-Ahzâb [33]: 57)

Yang memfitnah mukminin dan mukminat, Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya; Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan bagi- nya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Al-Ahzâb [33]: 57-58)

Yang memfitnah (menuduh) berzina, Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berzina) perempuan-perempuan yang baik-baik, yang tidak pernah terpikir melakukan kekejian lagi beriman, mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. (QS. Al-Nûr [24]: 23)

Selain dilaknat, penuduh atau pembuat fitnah itu tidak boleh diterima kesaksiannya seumur hidupnya dan dicambuk delapan puluh (80) kali menurut syariat Islam.

Dan orang-orang yang menuduh (berbuat zina) perempuan-perempuan yang baik-baik dan tidak mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Nûr [24]: 4)

Orang-orang yang memutuskan silaturrahim, Bukankah apabila kamu berkuasa kamu berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah dan ditulikannya telinga mereka dan dibutakannya mereka. (QS. Muhammad [47]: 22-23; lihat juga QS. Al-Ra’d [13]: 25)

Para pembohong, …Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta. (QS. Âli ‘lmrân [3]: 61)

Orang-orang zalim, …Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya. (QS. Âli ‘Imrân [3]: 86-87; lihat juga QS. Al-A’râf [7]: 44)

Itulah sebagian dan ayat-ayat yang melaknat mereka yang mempunyai sifat yang patut dilaknat, apa pun agama atau mazhabnya.


Melaknat dalam Hadis

Di samping hadis-hadis yang menunjukkan sifat-sifat orang yang dilaknat, Rasulullah Saw memberikan contoh melaknat orang-orang tertentu. Ia secara tegas menyebut nama-nama mereka dalam laknatnya itu. Yang dilaknat Rasulullah Saw:

Rasulullah Saw bersabda, “Ada tiga orang yang dilaknat Allah swt: orang yang berpaling dari kedua orang tuanya; orang yang mengadu domba di antara suami isteri sehingga mereka bercerai kemudian ia menggantikannya, dan orang yang menyebarkan berita fitnah di antara kaum mukmin sehingga mereka saling membenci dan saling mendengki.”(1)

Rasulullah Saw bersabda, “Aku melaknat enam orang yang dilaknat Allah dan semua Nabi diperkenankan (doanya): yang menambah-nambah kitab Allah, yang mendustakan ketentuan Allah, yang menentang sunnahku, yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan keluargaku, yang berkuasa dengan sewenang-wenang, sehingga memuliakan orang yang direndahkan Allah dan me-rendahkan orang yang dimuliakan Allah, yang menyalahgunakan harta kaum muslimin, dan yang menghalalkannya.”(2)

Rasulullah Saw bersabda, “Allah melaknat seorang fakir yang merendahkan dirinya di hadapan orang kaya karena hartanya. Barang siapa melakukan hal itu hilanglah sepertiga agamanya.” (3)

Selain itu, Rasulullah Saw juga memberikan contoh (sunnah) dalam melaknat bahkan terhadap yang kita pandang sekarang sebagai sahabat Nabi. Ketika mereka memperoleh kekuasaan, ada sahabat yang cari muka dengan membuat hadis palsu bahwa laknat Nabi Saw tersebut jadi pembersih bagi dosa-dosa mereka. Bersumber dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Saw pernah bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku telah membuat perjanjian di sisi-Mu yang Engkau tidak akan membiarkan aku mengingkarinya. Aku hanyalah manusia biasa. Maka mukmin mana pun yang aku sakiti, aku caci maki, aku laknat atau aku pukul, maka jadikanlah ia sebagai salat, zakat, dan pendekatan yang dengan hal itu untuk mendekatkan diri kepada-Mu pada hari kiamat nanti.”(4)

Al Tirmidzi mencatat bahwa Rasulullah Saw pernah melaknat Abu Sufyan, Al-Harits bin Hisyam, dan Shafwan bin Umayyah.(5)

Abdullah berkata, “Aku sedang berada di masjid ketika Marwan berkhutbah. Ia berkata, ‘Sesungguhnya Allah Swt telah memberi kepada Amirul Mukminin, Muawiyah, pandangan yang baik tentang Yazid. Ia ingin mengangkatnya sebagai khalifah sebagaimana Abu Bakar dan Umar pernah melakukannya (istikhlâf).’ Abdurrahman bin Abu Bakar berkata, ‘Tradisi Heraklitus? Sungguh, Abu Bakar, demi Allah, tidak menyerahkannya kepada anaknya atau salah seorang di antara keluarganya. Sedangkan Muawiyah melakukannya karena sayang dan ingin memberikan anugerah kepada anaknya.’ Marwan berkata, ‘Bukankah kamu yang dimaksud Alquran sebagai orang yang berkata kepada orang tuanya ‘cis bagi kalian’ (QS. Al-Ahqâf [46]: 17). Abdurrahman berkata, ‘Bukankah kamu anak orang terkutuk. Rasulullah Saw melaknat bapakmu. ’Aisyah berkata, ‘Hai Marwan. Demi Allah, ayat itu tidak turun kepada Abdurrahman, tapi ayat ini turun untuk ayahmu Janganlah kamu menaati setiap tukang sumpah (palsu) yang hina, yang banyak mencela, yang ke sana ke mari menyebar fitnah, yang melarang perbuatan baik, melampaui batas dan banyak berbuat dosa. (QS. Al-Qalam [68]: 10-12).’”

Rasulullah Saw pernah melaknat Al-Hakam bin Abi Al-’Ash, ayah Marwan, ketika Marwan berada dalam sulbinya. Engkau adalah pecahan laknat Allah.(6)

Dalam riwayat lain, ‘Aisyah berkata kepada Marwan, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda kepada bapakmu dan kakekmu – Abu Al-’Ash bin Umayyah – kalian adalah al-syajarah al-mal’ûnah” (pohon terkutuk) dalam Alquran.”(7)

Siapakah Marwan? Marwan adalah anak Al-Hakam. Siapakah Al-Hakam? Ketika Rasulullah Saw masih berada di Mekkah, Al-Hakam adalah tetangga Nabi yang paling banyak mengganggu dan menyakiti hati Nabi Saw. Setelah kemenangan Mekkah, Ia masuk Islam dan hijrah ke Madinah. Dalam majlis, ia sering mencemooh Nabi dan belakang dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Nabi Saw memergokinya dan menyumpahinya, “Allahumma ij’al bihi wazaghan.” Ya Allah, jadikan dia terus bergoyang.

Sejak itu, ia bergelar si wazagh, tukang goyang, sampai mati. Ketika Rasulullah Saw berada di tengah-tengah keluarganya, si wazagh itu sering melanggar “privacy” keluarga Nabi Saw, mengintip dan menyebarkan berita keji tentang diri Nabi. Kata Abu ‘Umar, “Kana yufsyi ahaditsa Rasulillah Saw fa la’anahu.” Ia menyebarkan berita keji tentang Rasulullah Saw. Lalu Nabi melaknatnya. Beliau mengusir si wazagh dan anaknya ke luar kota Madinah.*(8)

Pada suatu hari Imam Ali memergoki Al-Hakam sedang mengintip Nabi Saw. Ia menjewer kedua telinganya dan menjatuhkannya di hadapan Nabi Saw. Nabi Saw melaknatnya tiga kali seraya bersabda, “Orang ini akan mengkhianati Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya. Dari sulbinya akan keluar fitnah yang asap kelabunya akan sampai ke langit.”(9)

Setelah Rasulullah Saw wafat, pada zaman pemerintahan Abu Bakar dan Umar, Utsman mendesak agar Marwan dan bapaknya dikembalikan lagi ke Madinah. Kedua khalifah itu berkata (berikut ini ucapan Umar), “Wayhak, ya Utsman!” (Celaka kamu, hai Utsman). Kamu bicara untuk orang yang dilaknat Rasulullah Saw dan diusir-nya, musuh Allah dan musuh Rasul-Nya.

Pernah Al-Hakam meminta izin untuk berjumpa dengan Rasulullah Saw. Ia bersabda, “Suruh dia masuk, laknat Allah baginya dan bagi keturunan yang keluar dari sulbinya, kecuali orang mukmininnya. Tetapi betapa sedikitnya mereka. Dia dan keturunannya adalah pelaku tipu daya, pengkhianat, akan diberi dunia tetapi di akhirat ia tidak memperoleh bagian.”

Dari sulbi Al-Hakam lahir Marwan dan keturunan Bani Umayyah, yang disebut dalam Alquran sebagai “al-syajarah al-mal’ûnah”. Marwan diangkat menjadi gubernur Madinah pada 42 H. Karena setiap gubernur waktu itu menjadi imam salat, Marwan memulai kebiasaan baru. Sebelum salat, ia memberikan kultum (kuliah tujuh menit) untuk melaknat Imam Ali dan keluarganya.

Karena itu, Imam Hasan hanya masuk ke mesjid setelah ikamah. Tetapi, saking senangnya memaki keluarga Nabi Saw, ia memaksa Imam Hasan untuk datang ke mesjid buat mendengarkan makiannya.

Kelak, menjelang Asyura, Marwan bermaksud untuk menangkap Imam Husain dan memaksanya berbaiat kepada Yazid. Dari cengkeraman Yazid-lah, Imam Husain berangkat ke Mekkah. Memang, dan perilaku dan sifat-sifatnya – tukang sumpah palsu, penyebar fitnah, pembuat tipu daya, pemaki, yang berjalan ke sana kemari menyebar namimah – Marwan dan Al-Hakam layak untuk dilaknat Nabi Saw. Kalau kita mengaku mengikuti sunnah Nabi Saw, maka sangat aneh kalau kita keberatan melaknat orang-orang yang perilakunya seperti Marwan. Kita takut, tampaknya hanya pelanjut tradisi Marwan yang akan keberatan menjalankan sunnah Nabi Saw dalam melaknat. Na’udzu billah min dzalik.


Teladan Para Imam Ahlul Bait

1. “Ya Allah, laknatlah orang-orang yang mengubah nikmat-Mu, yang menentang agama-Mu, yang membenci titah-Mu, yang menentang Rasul-Mu, dan yang menyimpangkan jalan-Mu,… ”
2. “Ya Allah laknatlah mereka dengan laknat setiap malaikat yang dekat, setiap Nabi yang diutus, setiap hamba beriman yang diuji hati mereka. Ya Allah laknatlah mereka dalam setiap yang terselubung dan nyata.”
3. “Ya Allah, laknatlah berhala dan tiran umat ini, yang berbuat sewenang-wenang atas umat ini. Ya Allah, laknatlah pembunuh Amirul Mukminin dan Al-Husein, dan siksalah mereka dengan siksa yang belum pernah ditimpakan atas seorang pun…” (Al-Kulaini, Al-Kâfî, juz 4, h. 571, bab Ziarah Qabr Abu Abdillah)


Catatan Kaki:
1. Al-Muttaqi Al-Hindi, Kanz Al-’Ummâl fi Sunan Al-Aqwâl wa Al-Af’âl, juz 16, h. 58, hadis 43930, cet. 5, Muassasah Al-Risalah, Beirut, Lebanon, 1985 M (1405 H).
2. Syaikh Al-Shaduq, Al-Khishâl, juz 1, bab 6, hadis 41, h. 338, Muassasah Al-Nasyr Al-Islami, Qom, Iran, 1402 H. Al-Majlisi, Bihâr Al-Anwâr, j. 35, juz 69, h. 132.
3. Al-Muttaqi Al-Hindi, Kanz Al-’Ummâl fi Sunan Al-Aqwâl wa Al-Af’âl, juz 3, h. 230, hadis 6288, cet. 5, Muassasah Al-Risalah, Beirut, Lebanon, 1985 M (1405 H).
4. Shahîh Muslim, h. 1283, hadis 6514, kitab Al-Birr wa Al-Shilah wa Al-Adab, bab Man La’anahu Al-Nabiyy. Bandingkan dengan hadis-hadis sebelumnya dalam bab tersebut.
5. Al-Tirmidzi, Jâmi’ Al-Tirmidzi, h. 479, hadis 3004, Bait Al-Afkar Al-Dawliyyah, Riyadh, Saudi Arabia, TT.
6. Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz 11, h. 71, hadis 6520, cet. 1, Muassasah Al-Risalah, Beirut, Lebanon, 1996 M (1416 H). Al-Nasa’i, Kitâb Al-Sunan Al-Kubrâ, juz 10, h. 257, cet. 1, Muassasah Al-Risalah, Beirut, Lebanon, 2001 M (1421 H). Al-Albani, Silsilah Al-Ahâdîts Al-Shahîhah, j. 7, h. 719, hadis 3240, cet. 1, Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh, Saudi Arabia, 2002 M (1422 H). Al-Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsûr fî Tafsîr bi Al-Ma’tsûr, juz 13, h. 328, cet. 1, Markaz li Al-Buhuts wa Al-Dirasat Al-’Arabiyyah wa Al-Islamiyyah, Kairo, Mesir, 2003 M (1424 H).
7. Al-Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsûr fî Tafsîr bi Al-Ma’tsûr, juz 9, h. 392, surah Al-Isra’ 60.
8. Ibnu Al-Atsir, Usud Al-Ghâbah fî Ma’rifah Al-Shahâbah, juz 2, 33-5.
9. Al-Muttaqi Al-Hindi, Kanz Al-Ummâl, juz 11, h. 165-6, hadis 31060.
________________________________________

Inilah Hadis Tetang Laknatan Rasulullah, RASUL TELAH BERDOA AGAR LAKNAT DAN CACIANNYA KEPADA ORANG LAIN MENJADI SEBAGAI RAHMAT, AMPUNAN, PAHALA DAN SARANA TAQARRUB KEPADA ALLAH

Berikut Hadis-Hadis Laknat Dari Rasulullah:

(1)Telah bercerita kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Al 'A'masy] dari [Abu Sufyan] dari [Jabir] berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: " Ya Allah, siapa saja dari seorang mukmin yang pernah aku cela, aku laknat atau aku cambuk, maka jadikanlah itu baginya sebagai pembersih dan pahala." (Musnad Ahmad, bab Musnad jabir bin abd. ra. no. 14666, bab.musnad abu hurairah no. 9943).

(2) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] dan ['Affan] mereka berkata; telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Sulaiman] dari [Dzakwan] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau berdoa: "Ya Allah, aku hanyalah seorang manusia, maka muslim manasaja yang pernah aku cambuk, -Ibnu Ja'far menyebutkan; - "aku cela atau aku laknat, maka jadikanlah hal itu sebagai penghapus doa, pahala kebaikan dan kurban yang dengannya ia bertaqarrub kepada-Mu pada hari kiamat." (Musnad Ahmad, bab.Musnad Abu hurairah ra. no. 10031, 8709, 9426; Sunan Darimi, kitab budak no. 2647, Sahih Muslim, bab. Barangsiapa yg dilaknat atau dicela oleh Nabi saw no. 4706).

(3) Telah menceritakan kepada kami [Abu Muawiyah] dan [Ibnu Numair] secara makna, keduanya berkata; "Telah menceritakan kepada kami [Al-A'masy] dari [Muslim] dari [Masruq] dari [Aisyah] berkata; "Ada dua orang laki-laki yang menemui Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, lalu beliau bersikap keras terhadap keduanya dan mencela mereka." (Aisyah) Berkata; Saya berkata; "Wahai Rasulullah! Sungguh kebaikan yang telah didapatkan seseorang darimu tidak diperoleh oleh dua laki-laki ini darimu." (Aisyah) Berkata; Kemudian Rasulullah bersabda: "Apakah kamu tahu perjanjian yang telah saya buat terhadap Rob-ku Azzawajalla?" Beliau bersabda: "Saya selalu mengucapkan: 'Ya Allah, setiap mukmin manapun yang saya cela, saya pukul, atau saya laknat maka jadikanlah yang demikian itu sebagai ampunan dan maaf baginya, dan demikian dan demikian.'" (Musnad Ahmad, bab.hadits aisyah ra. no. 23049).

(4) Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb]; Telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Al A'masy] dari [Abu Adh Dhuha] dari [Masruq] dari ['Aisyah] dia berkata; 'Pada suatu hari, ada dua orang yang bertamu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian kedua orang tersebut membicarakan sesuatu yang tidak saya ketahui kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hingga membuat beliau marah. Tak lama kemudian, saya mendengar Rasulullah melaknat dan mencaci mereka. Setelah kedua laki-laki itu keluar, saya pun bertanya kepada beliau; 'Ya Rasululah, sepertinya dua orang laki-Iaki tadi tidak memperoleh kebaikan, sebagaimana yang diperoleh oleh orang lain. RasuluIIah balik bertanya: 'Apa maksudnya ya Aisyah? ' Aisyah menjawab; 'Maksud saya, engkau telah melaknat dan mencaci-maki kedua orang tersebut.' Lalu Rasulullah bersabda: 'Hai Aisyah, tidak tahukah kamu apa yang pernah saya syaratkan kepada Tuhanku? Sesungguhnya aku telah memohon: 'Ya Allah, aku hanyalah seorang manusia. Jika ada seorang muslim yang aku laknat atau aku maki, maka jadikanlah hal tersebut sebagai pelebur dosa dan pahala baginya.'

Telah menceritakannya kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakannya kepada kami ['Ali bin Hujr As Sa'idi] dan [Ishaq bin Ibrahim] serta ['Ali bin Khasyram] -secara keseluruhan- dari ['Isa bin Yunus] keduanya dari [Al A'masy] melalui jalur ini yang serupa dengan Hadits Jarir dan dia berkata; di dalam Hadits 'Isa; keduanya lalu berpaling dari Rasulullah, hingga akhirnya beliau memakinya dan melaknatnya serta mengusir keduanya. (Shahih Muslim, bab. Barangsiapa yg dilaknat atau dicela oleh Nabi saw. no. 4705).

(5) Telah bercerita kepada kami [Mu'awiyah bin 'Amru] telah bercerita kepada kami [Za`idah] telah bercerita kepada kami ['Umar bin Qais Al Mashir] dari ['Amru bin Abu Qurrah] berkata: Hudzaifah berada di Mada`in, ia menyebut banyak hal yang disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian Hudzaifah mendatangi Salman lalu [Salman] berkata: Hai Hudzaifah! Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam itu kadang marah lalu bersabda, kadang senang lalu bersabda, aku tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah lalu bersabda: "Siapa saja dari ummatku yang aku cela saat aku marah atau aku laknat, sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa, aku marah seperti halnya kalian marah, sesungguhnya aku diutus sebagai rahmat untuk seluruh alam maka jadikanlah itu sebagai doa baginya pada hari kiamat." (Musnad Ahmad, bab.hadits salman al-farisi ra. no. 22593).

DAN… RASULULLAH saw PUN MELAKNAT ORANG2 DI BAWAH INI. APAKAH ORANG2 DI BAWAH INI MENDAPATKAN RAHMAT, AMPUNAN, PAHALA DAN SARANA TAQARRUB KEPADA ALLAH?

(6) Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Salamah] dari [Ibnu Wahb] dari [Mu'awiyah bin Shalih] dia berkata; telah menceritakan kepada kami [Rabi'ah bin Yazid] dari [Abu Idris Al Khaulani] dari [Abu Ad Darda'] dia berkata; "Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam berdiri untuk shalat, dan kami mendengar beliau mengucapkan, 'Aku berlindung kepada Allah darimu (syetan) '. Kemudian beliau juga mengucapkan, 'Aku melaknatmu dengan laknat Allah'. Beliau mengucapkannya tiga kali dengan menengadahkan tangannya seolah-olah beliau meminta sesuatu. Setelah selesai shalat kami berkata; 'Wahai Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, kami mendengar engkau dalam shalat mengucapkan sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya dari engkau dan kami juga melihatmu menengadahkan tangan? ' Beliau Shallallahu'alaihiwasallam menjawab: "Musuh Allah (syetan) datang dengan membawa bintang dari api untuk diletakkan di wajahku! Aku mengucapkan: "Aku berlindung kepada Allah darimu (syetan) " -tiga kali-. Aku juga mengucapkan; "Aku melaknatmu (syetan) dengan laknat Allah." - juga tiga kali-. Kemudian aku ingin menangkapnya! Demi Allah, andaikan bukan karena doa saudaraku Sulaiman, maka pasti ia diikat untuk dipermainkan oleh anak-anak Madinah'." (Shahih Muslim kitab Masjid dan tempat2 sholat no. 843; Sunan Nasa’I, bab.Lupa (sahwi) no. 1200).

(7) Dan telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] dan [Ibnu Hujr]. kata [Ibn Ayyub]; telah menceritakan kepada kami [Ismail], katanya; telah mengabarkan kepadaku [Muhammad yaitu Ibnu 'Amru] dari [Khalid bin Abdullah bin Harmalah] dari [Al Harits bin Khifaf], ia berkata; [Khufaf bin Ima'] mengatakan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan ruku', kemudian mengangkat kepalanya, lalu beliau mengucapkan; "Ghifar, semoga Allah mengampuninya, Aslam, semoga Allah menyelamatkannya, 'Ushayyah, mereka telah membangkang Allah dan Rasul-Nya. Ya Allah, laknatilah Bani Lihyan, dan laknatilah Ri'il, dan Dzakwan, " Kemudian beliau turun sujud."

[Khufaf] mengatakan; "Di jadikannya laknat terhadap orang-orang kafir karena hal itu." Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] telah menceritakan kepada kami [Ismail] katanya; dan telah mengabarkan kepadaku [Abdurrahman bin Harmalah] mengenai hadits tersebut dari [Hanzhalah bin Ali bin Al Asqa`] dari [Khufaf bin Ima'] seperti hadits di atas, hanya ia tidak mengatakan; "Kemudian dijadikan laknat untuk orang-orang kafir karena hal itu." (Shahih Muslim Kitab Mesjid dan tempat2 sholat no. 1096, musnad Ahmad,bab.musnad khaffaf bin ima’ ra. musnad no. 15976, Sunan Nasa’I bab.Doa Laknat ketika qunut no. 1067)

(8) Telah menceritakan kepada kami [Aswad], telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Anas], Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pernah melakukan qunut selama sebulan, mendoakan kaum Ri'il, Dzakwan dan 'Ushayyah agar tertimpa laknat, yang mereka telah bermaksiat terhadap Allah dan Rasul-Nya. (Musnad Ahmad, bab Musnad anas bin malik ra. no. 13228).

(9) Telah mengabarkan kepada kami [Qutaibah] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Malik] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan antara suami dan isterinya untuk saling laknat (sumpah), lalu memisahkan antara keduanya dan menisbatkan sang anak kepada ibunya." (Sunan Nasa’I bab.thalaq no. 3423).

(10) Telah menceritakan kepada kami [Hajjaj] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Dzi`b] dari [Al Harits bin Abdurrahman] dari [Abu Salamah] dari [Abdullah bin 'Amru] dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam, dia berkata; "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam melaknat pemberi suap dan penerima suap." Dan [Yazid] berkata: "Laknat Allah bagi pemberi dan panerima suap." (Musnad Ahmad, bab Musnad abd.bin amru al ash ra. no. 6489,6490).

(11) Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] telah mengabarkan kepadaku [Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah] bahwa ['Aisyah] dan ['Abdullah bin 'Abbas] keduanya berkata, "Ketika sakit Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam semakin parah, beliau memegang bajunya dan ditutupkan pada mukanya. Bila telah terasa sesak, beliau lepaskan dari mukanya. Ketika keadaannya seperti itu beliau bersabda: 'Semoga laknat Allah tertipa kepada orang-orang Yahudi dan Nashara, mereka menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid.' Beliau memberi peringatan (kaum Muslimin) atas apa yang mereka lakukan." (Shahih Bukhari bab.sholat di dalam gereja no. 417, bab.bani israil no. 3195; Musnad Ahmad, bab lanjutan Musnad shahabat yg lalu. no. 25149).

(12) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Yazid bin Khumair] berkata, aku mendengar [Abdurrahman bin Jubair bin Nufair] menceritakan dari [ayahnya] dari [Abu Darda'] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau melewati seorang wanita yang hamil berada di depan pintu tenda besar. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mungkin (seseorang) Telah menggaulinya." Mereka menjawab, "Benar." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Sungguh, aku ingin melaknat (seseorang) dengan laknat yang akan masuk bersamanya ke dalam kubur. Bagaimana mungkin dia menggaulinya padahal ia tidak halal baginya, bagaimana mungkin dia memanfaatkannya padahal ia tidak halal baginya." (Musnad Ahmad, bab sisa hadits abu darda’ ra. no. 25149; Sunan Abu Dawud kitab Nikah no. 1842;Sunan Darimi kitab sejarah no. 2367).

(13) Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar Muhammad bin Nafi'] telah menceritakan kepada kami [An Nadhr bin Hammad] telah menceritakan kepada kami [Saif bin Umar] dari ['Ubaidillah bin Umar] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Jika kalian melihat ada orang yang mencela para sahabatku, maka katakanlah (kepadanya); "Semoga laknat Allah menimpa atas orang yang paling jelek (perangainya) di antara kalian” (Sunan tirmidzi, bab. Siapa yg mencela shahabat Nabi no. 3801).

(14) Telah menceritakan kepada kami [Khalaf Bin Al Walid] Telah menceritakan kepada kami [Abu Ja'far yaitu Ar Razi] dari [Hushain Bin Abdurrahman] dari [Asy Sya'bi] dari [Al Harits] dari salah seorang lelaki sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, -dia berkata; "Tidak ragu lagi bahwa dia adalah [Ali], - dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat pemakan riba, pemberinya, kedua saksinya dan penulisnya, dan melaknat pembuat tato dan yang minta dibuatkan, melaknat pelaku nikah muhallil dan muhallal lah serta melaknat orang yang menolak berzakat, dan beliau melarang berbuat niyahah (meratapi mayit)." (Musnad Ahmad bab.Musnad Ali ra. no. 624).

(15) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] dan [Hajjaj] keduanya berkata; telah mengkabarkan kepadaku [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat. [Hajjaj] mengatakan; Allah melaknat, laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki. (Musnad Ahmad bab.awal musnad abdullah ibn abbas ra. no. 2984).

(16) Telah menceritakan kepada kami [Ayub bin An Najjar Abu Isma'il Al Yamamiy] dari [Thayyib bin Muhammad] dari ['Atho` bin Abi Rabbah] dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam melaknat para laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai laki-laki dan beliau juga melaknat orang yang berpergian ke suatu daerah sendirian." (Musnad Ahmad bab.awal musnad abu hurairah ra. no. 7517).

(17) Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Khalaf] -Ibnu Khalifah- dari ['Atha bin As Sa`ib] dari [Asy Sya'bi] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat para pemakan riba, yang membawakannya, yang menyaksikannya dan penulisnya. Wanita pentato dan wanita yang minta ditato. Dan beliau juga melarang dari An Nauh (meratapi mayit), namun tidak mengatakan, '(Semoga Allah) melaknat pelaku…' (sunan Nasa’I Kitab Perhiasaan no. 5016, Sahih Bukhari bab.Minta ditato no. 5492, Musnad Ahmad bab. Hadits abu hujaifah ra.No. 18007).

(18) Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad Ibnul Musanna] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Sulaiman Al A'masy] dari [Ibrahim] ia berkata, " [Abdullah] berkata, "Allah melaknat wanita yang minta untuk disambung rambutnya, wanita yang mencukur bulu alis dan wanita yang merenggangkan giginya. Ketahuilah, aku akan melaknat orang yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melaknatnya." (sunan Nasa’I Kitab Perhiasaan no. 5160, 5157; Sahih Bukhari bab.Menyambung Rambut no. 5481, bab.memangkur gigi untuk kecantikan no. 5476).

(19) Telah mengabarkan kepada kami [Ahmad bin Ali] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abu Bakr] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Umar bin Ali] ia berkata; telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin 'Uqbah] dari [Abu Az Zinad] dari [Al Qasim bin Muhammad] dari [Ibnu Abbas] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat memerintahkan seorang laki-laki dari Al 'Ajlan dan isterinya yang sedang keadaan hamil untuk saling melaknat (sumpah)." (sunan Nasa’I bab li’an ketika hamil no. 3413).

(20) Telah menceritakan kepada kami [Abu An Nu'man] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Abu Bisyr] dari [Sa'id bin Jubair] ia berkata, "Aku pernah bersama [Ibnu Umar] melewati sekelompok orang yang sedang menjadikan ayam sebagai sasaran tembak mereka, ketika mereka melihat Ibnu Umar mereka pun kabur. Ibnu Umar lalu berkata, "Siapa yang melakukan ini! Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaknat orang yang melakukan perbuatan seperti ini." Hadits ini dikuatkan oleh [Sulaiman] dari [Syu'bah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Al Minhal] dari [Sa'id] dari [Ibnu Umar] ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaknat orang yang memutilasi hewan." [Adi] menyebutkan dari [Sa'id] dari [Ibnu Abbas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." (Sahih Bukhari Larangan Memutilasi hewan yg masih hidup no. 5091).


BUKANKAH PERKATAAN DAN PERBUATAN RASULULLAH saw ITU WAHYU? APAKAH ITU ARTINYA BAHWA KETIKA ALLAH, MALAIKAT DAN SELURUH MANUSIA MELAKNAT SESUATU/SESEORANG BISA DIBATALKAN DENGAN LAKNATAN RASULULLAH SAW.?
____________________________________

Sang Pecinta:

Salam, ustad.
Di mana letak Makam siti Aisyah, bagaimana dan kapan ia meninggal. Apakah Setelah perang jamal imam Ali dengan ia berdamai. Trims, ustad.



Sinar Agama

Salam dan trims pertanyaannya.

(1). 'Aisyah dikuburkan di pekuburan Baqii' di Madinah, umur waktu meninggalkan dunianya, 57 atau 58.

(2). Apa maksud anda dengan berdamai? Apakah imam Ali as harus meridhai matinya 110.000 shahabat dan tabi'iin di perang Jamal? Apakah maksud anda imam Ali as berdamai dengan orang senang mendengar bahwa beliau as terbunuh?? (lihat bahagianya 'Aisyah sewaktu mendengar terbunuhnya imam Ali as di Thabaqaatu al-Kubraa, jld. 3, hal. 40).


Sang Pecinta :
Jadi, Abu bakar, Umar, Usman dan Aisyah tergolong orang munafik atau sampai menjurus keluar dari Islam?

Endro Grantung :
Sudah bukan rahasia lagi, syiah itu sangat benci terhadap sahabat Umar, Abu bakar, terus anak-anak mereka yang notabene istri nabi, yakni Aisyah dan juga Hafshah.

Abu Zahra Al Manshur :

Orang bersalah kok dibela?
@Endro Grantung, apakah Abu bakar, Umar dan Aisyah adalah salah satu bagian dari pokok agama islam sehingga mencela mereka menjadikan seseorang menjadi keluar dari islam? Apakah mencintai mereka adalah bagian dari islam?

Endro Grantung :
Bukan pokok agama, tapi mereka adalah orang-orang yang berjihad bersama nabi, hijrah bersama nabi, pembawa hadist nabi yang amanah, yang menguatkan islam di masa awal-awal lahirnya islam, dll. Jadi kita harus hormat kepada mereka. Sedang presiden saja bilang kita disuruh menghargai pahlawan, apalagi yang seperti mereka. Setahu Saya para sahabat tidak maksum, jadi wajar kalau pernah berbuat dosa, tapi Saya yakin kesalahan mereka bukan seperti yang kalian tuduhkan, alias banyak yang dipelintir-pelintir oleh kaum syi'i. Demi dakwah syi'ah. Apakah anda pernah mendengar hadist shohih yang menyatakan bahwa Abu bakar, Umar, Usman, Ali dll masuk surga? Anda pasti akan bilang kalau hadistnya bukan dari nabi kan?
Kalau boleh Saya pesan, wahai Ahlusunnah Waljama'ah yang lain jangan kalian tertipu. Banyak-banyaklah mencari ilmu dari orang-orang yang amanah dalam menyampaikan agama. Jaga aqidah kalian diatas aqidah yang Haq. Semoga Allah memberikan Ahlusunnah keselamatan dan kebaikan didunia dan akhirat. Amiin.

Abu Zahra Al Manshur :
Jangan mengajari aku kalau soal sunni dengan aswajanya. Selama lebih dari 20 tahun aku adalah sunni tulen. Segala haroqah termasuk salafi telah ku lakoni kecuali hizbut tahrir.
To All Ahlusunnah wal Jama’ah:
Kalau mau melihat kebenaran maka pelajarilah segala hal, dari situ anda akan melihat puncak kesalahan. Gunakan akal anda. Untuk melihat bumi ini bulat jangan berada di bumi, harus keluar dari bumi dulu barulah bisa melihat bahwa bumi ini bagaikan bola.

Endro Grantung :
Ya, sunnah sama syiah memang laksana bumi dan langit, jadi sampai kapanpun jangan bermimpi mereka bisa bersatu dalam aqidah yang sama.
Wassalaamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Pb Nah gitu slesaikan..nt berdoa itu baguskan dan jangan meremehkan orang kayak iblis meremehkan nabi Adam as..

Abu Zahra Al Manshur :

Aku bersyukur kepada Allah yang telah menunjukkanku jalan kepada Wilayah Ahlul bayt (Syi'ah).

للَّهُمَّے صَلِّے عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِے مُحَمَّدٍ وعَجِّلْے فَرَجَهُمْ

Endro Grantung :
Saya pesan ke anda, kalau jadi penganut syiah yang konsisten, jangan dicampur-campur dengan amalan-amalan orang sunni, kalau pas lagi berkumpul sama mereka. Tunjukkan jati diri kalian, jangan ada lagi alasan bertaqiyyah.

Abu Zahra Al Manshur :
Seandainya kalian melihat diriku, betapa menderitanya diriku, seolah mau dicabut jiwa ini, mau pingsan, dan merasa cemas dan ketakutan yang luar biasa ketika aku mulai mengenal shiraatal mustaqim. Setelah membaca Nahjul Balaghah, seolah apa yang kupelajari selama lebih 20 tahun adalah sia - sia saja. Aku tidak kuat lagi berdiri shalat dhuhur, aku langsung limbung, keringat mengalir dan kepala pusing serta penglihatan seolah berputar. Kecemasan melanda diriku saat itu, aku merasa tidak punya pegangan lagi bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Ku telpon keluarga bahwa Saya mau ke UGD RS Sarjito dan setibanya di sana gejala itu hilang dan dokter mengatakan diriku sehat. Itulah awal mula aku mengenal mazhab ini. Imam 'Ali bin Abi Thalib a.s tercinta. Bukan hal mudah mencabut hal yang telah mengakar selama lebih 20 tahun.

@Endro Gandrung, Tidak ada Islam Sunni atau Syi'ah, yang ada adalah pemahaman Islam itu menurut versi siapa? Ya kalau mau sebut maka sebut saja Islam menurut pemahaman siapa?
Anda kurang baca sejarah sunni sih? Coba baca sejarah 4 mazhab dan perang antar mazhab dalam sunni. Sudah baca kah? Bagaimana Imam Syafi'i wafatnya? Dan ada berapa perbedaan fiqih dalam 4 mazhab besar sunni? Apakah anda sudah pernah menghitung ada berapa mazhab sunni semuanya termasuk 4 mazhab besar? Kalau belum, maka komenar anda di atas hanya menjadi bahan tertawaan saja. Jangan mempermalukan diri anda. Ustad Sinar Agama yang Saya hormati dan cintai itu jauh terpaut umurnya di bawah Saya, tetapi Saya di mazhab ini adalah masih baru, karena itu Saya sangat mencintai dan menghormati yang lebih senior meskipun masih muda. Saya tidak malu menuntut ilmu dari yang lebih muda. Mengenai alasan taqiyahku ini itu bukan urusan anda.

Sinar Agama

@Endro :
(1). Dalam masalah ini ketidak sukaan orang terhadap sebagian sahabat itu lantaran mereka sendiri saling mengafirkan dan saling bunuh. Ini semua sejarah dan riwayat-riwayat sunni. Kasihan Sekali kamu ini. Kalau syi'ah bicara sama sunni, tidak ada dalil syi'ah yang dibawakannya, semua dari sunni. Matinya 110.000 para shahabat dan tabi'iin di perang Jamal yang dipimpin 'Aisyah melawan imam Ali as itu ada di sejarah Muruuju al-Dzahabb. Seingat Saya, paling sedikir korban di perang itu yang ditulis sunni 70.000. Ini kan mengerikan Sekali? Bayangin saja, bedanya mereka sampai-sampai saling bunuh? Abu Bakar saja, ketika jadi khalifah dan mengutus bala tentara ke kaum sahabat yang lain, yaitu Bani Tamim, dimana ia menjadikan Khalid bin Walid Sebagai panglima perangnya, si khalid ini sampai-sampai berani membakar beberapa orang sahabat hidup-sahabat di depan umum. Ini semua sejarah sunni.

Nah, jadi secara insting, kalau ada orang syi'ah yang tidak suka pada sahabat seperti itu, apakah tidak wajar? Dan apakah justru yang tidak wajar itu adalah memaksa orang lain untuk menyukai pembunuhan-pembunuhan dan pembakaran-pembakaran itu. Apakah orang harus suka pada sahabat yang bernama mu'awiyyah yang mengingkari perjanjian damainya dengan imam Hasan as karena yang semestinya Setelah ia mati, kekhalifaan itu harus dikembalikan lagi ke Ahlulbait as, tapi bukan saja ia menyerahkannya kepada anaknya yazid, tapi malah mewasiatinya untuk membunuh imam Husain as? Apakah kita harus menyukai sahabat yazid itu dimana ia tidak hanya cukup membunuh imam Husain as dengan kejam di Karbala, tapi mengarakkan kepala imam Husain as di sepanjang jalan-jalan dari Iraq menuju Suriah dan Setelah sampai di hadapannya ia mengutak ngatik mulut suci imam Husain as dengan tongkatnya di depan ribuan orang dan keluarga imam Husain yang pada dirantai? Apakah orang harus suka kepada shahabat yang melakukan semua peperangan terhadap Ahlulbait Nabi saww dan antara sesama sahabat itu? Kamu yang bershalawat pada Alu Muhammad itulah yang lucu, karena juga menyintai pembunuh orang-orang yang kamu shalawati itu.


(2). Tentu saja, perasaan tidak suka ini, sekalipun wajar, tidak beda dengan perbedaan-perbedaan yang lain yang ada dalam Islam. Beda akidah, beda fikih, ....dst. Semua itu adalah perbedaan yang memang nyata. Akan tetapi, selama kita di dunia, maka, jangankan hanya beda di beberapa seginya saja dari akidah, fikih ...dst itu, beda agama dengan orang kafir saja, kita dilarang saling memaksakan dan diharuskan saling bersosial. Nah, karna itu, muslim dan kafir saja bisa dan harus bersatu kala mempertahankan nilai-nilai yang sama, seperti negara misalnya. Memangnya kalau Indonesia diserang kafirin atau musuh luar negara, lalu kita diharamkan bersatu dengan masehi untuk berperang melwan musuh? Ajaran Islam tidak seperti itu. Karena itu, apapaun beda sesama muslimin, maka disamping tidak boleh saling memaksakan (tapi boleh berpendapat dan diskusi), ia juga harus bersatu mempertahankan nilai-nilai yang sama, seperti Qur an, seperti Palestina, Iraq, Islam ...dst. Karena itu, maka persatuan itu penting dalam Islam dan diajarkan. Sementara musuh-musuh Tuhanlah yang menganjurkan perpecahan seperti belanda dulu.

Yang aneh, ketika orang memahami persatuan dengan persamaaa. Lucu Sekali. Karena kalau memang satu pandangan dalam semuanya, seperti akidah, fikih, sosial, politik ...dst. Maka apanya yang mau dipersatukan? Persatuan itu akan berarti mana kala ada perbedaan.


(3). Kita orang-orang syi'ah tidak ada yang mengingkari kerja-kerja sahabat di masa Nabi saww kecuali sakit jiwa. Yang kita bahas itu adalah Setelah Nabi saww. Misalnya kamu katakan bahwa shahabat penjaga hadits. Oh ... itu memang benar, tapi sebagiannya saja. Karena itu para shahabat sudah menulis hadits-hadits itu sejak jaman Nabi saww dan disuruh serta diijinkan Nabi saww. Bayangkan kalau kitab-kitab itu ada sampai sekarang, maka sudah tentu tidak perlu belajar rijal lagi, saking mudahnya memahami hadits shahih karena semua haditsnya shahih. Tapi sayang, kitab-kitab hadits itu di jaman Abu Bakar dibakar sampai habis, dan di jaman Abu Bakar dan Umar, sangat dilarang menukil hadits. Mereka selalu berkata "cukup Qur an". Karena itulah dikatakan oleh ahli sejarah bahwa pengingkar Sunnah pertama itu adalah Abu Bakar dan Umar. Alasan mereka lucu Sekali, yaitu supaya tidak bercampur dengan Qur an. Ini kan lucu. Sebab bahasa Qur an itu tidak bisa disaingi siapapun. Jadi, orang yang takut bercampur itu adalah orang yang bisa dikatakan tidak yakin pada mukjizat Qur an yang tidak bisa disaingi walau satu ayat pun dan walau semua jin dan manusia bergabung.

Begitu pula, berarti ia menentang Nabi saww. Karena Nabi saww bukan hanya mengijinkan, tapi menyuruh menulisnya walau dalam keadaan marah, karena tidak keluar dari lisan beliau saww kecuali kebenaran.

Begitu pula ia berarti tidak menggunakan akal. Karena bagaimana mungkin tulisan bisa dikalahkan dengan hafalan hingga kalau ditulis dikatakan takut campur dan kalau dihafal saja maka terjamin tidak campur. Kan lucu. Memangnya tulisan hadits dan Qur an itu dalam satu buku? Hadis ya.. hadits, dan Qur an adala kitab tersendiri.

Begitu pula, kalau ditulis itu tidak boleh, maka sampai sekarangpun harus tidak boleh ditulis. Bayangkan kalau tabi'iin waktu mendengarkan Abu Bakar dan Umar, maka sudah tentu sekarang ini tidak mungkin dapat menemukan satu haditspun. Dan bayangkan kalau tidak ada hadis, bagaimana kita bisa memaham Qur an.


(4). Bukhari itu, kalau mau menukil hadits dari salah seorang perawi hadits, ia sebelum mengenalkan diri, mengoreksi dulu perbuatannya sehari-hari dari kejauhan. Apakah ia masuk ke masjid dengan kaki kanan, apakah ia meludah ke kiri ....dst. Artinya, kalau orang tersebut menjaga sunnah-sunnah dan segala macam persyaratan yang rumit, dan kalau sudah dinyatakan lulus sensor akhlaknya, maka baru ia percaya dan meriwayatkan hadits darinya dan menuliskannya.

Akan tetapi, kalau sudah sampai ke tabi'iin dan, apalagi sudah sampai ke shahabat, maka semua timbangannya tadi, semua kreterianya tadi, dibuangnya jauh-jauh. Karena bagi dia apapun dosa shahabat dan tabi'iin ini, walau membunuh dan/atau harus bertanggung jawab pada terbunuhnya 110.000 shahabat dan tabi'iin, tetap saja ia adalah orang tsiqah dan haditsnya akan ternilai shahih.

Bayangkan, ini ajaran apa?? Kalau orang lain, meludah ke kanan saja, nilai haditsnya sudah menurun derajatnya, tapi kalau shahabat dan tabi'iin, biar membunuh puluhan ribu juga tidak ada masalah dan haditsnya tetap shahih??

Tahukan kamu endro, semua ini dijadikan budaya, karena mereka tidak ingin mengikuti Ahlulbait as. Karena yang membantai Ahlulbait as yang maksum itu adalah shahabat dan tabi'iin. Jadi, karena mereka tidak mau mengikuti yang maksum, maka mereka mengikuti siapa saja wlau pembunuh puluhan ribu orang. Lah ... kita saja tidak tega membunuh semut, lah ... ini membunuh sahabat karena perbedaan dan bahkan membunuh puluhan ribu shahabat? Kan mengerikan Sekali..

(5). Semua yang kutulis itu adalah riwayat sunnah, tidak ada yang dari syi'ah satu katapun. Tapi bukan pula maksud Saya, mengajakmu mengikuti pendapat kita. Karena itu urusan masing-masing kita dan tanggung jawabnya juga masing-masing kita di akhirat kelak. Kamu mau berbaris di belakang Ahlulbait, atau di belakan Abu bakar, Umar, Utsman, Bani umayyah, Bani abbas ...dst, itu terserah kamu. Karena di dunia ini resepnya dan ajaran Islamnya adalah laa iqraaha fiddin (tidak ada paksaan dalam agama), apalagi hanya dalam pandangan dan madzhab. Karena itu, maka sudah selayaknya para kaum muslimin, dalam segala keberbedaannyapun harus bersatu, dalam arti tidak saling memaksakan kehendak dan pandangannya dan bahkan saling tolong menolong dalam urusan-urusan sosial dan keagamaan yang sama atau musytarak.


Sinar Agama

@Sang Pencinta: Untuk urusan-urusan seperti Abu bakar, Umar, Utsman, dan para shahabat yang lain, maka kita hanya sampai pada batasan bahwa kita tidak bisa mengikuti mereka dan meninggalkan Ahlulbait yang maksum. Kemudian, kita menyerahkan urusan-urusan mereka kepada Allah, apapun yang akan mereka hadapi di akhirat, maka kita tidak bisa ikut campur. Derajat dan pangkat apa yang akan disandang mereka di akhirat kelak, itu urusan Allah dan NabiNya yang menjagi guru mereka. Kalau kita membahas dengan sengit tentang keadilan, ketakwaan dan tanggung jawab kepada Ahlulbait as, itu hanya karena kita tidak mau mengambil Islam ini bukan dari sumbernya yang benar. Karena bagi kita, tidak ada kelompok umat yang terkecuali. Kalau Bukhari mendhaifkan hadits yang pernah dusta, nah kita juga mendhaifkan siapapun yang pernah dusta dan apalagi membunuh sekalipun itu bernama sahabat. Semua diskusi sengit ini, tujuannya tidak lain tidak bukan, hanyalah supaya kita bisa menerima Islam ajaran Nabi saww ini dari jalan yang benar dan tanpa tambahan, pengurangan dan penyelewengan. Sedang untuk urusan-urusan lainnya, kita serahkan saja kepada Allah.

Karena itulah kita tahu ada Ahlulbait as yang maksum hingga dishalawati dalam setiap shalat kita (Aali sayyidinaa Muhammad) dimana tugas mereka adalah mempertahankan keberterusan jalan lurus karena tanpa maksum maka jalan lurus itu tidak mungkin ada, dan dimana juga kita harus meninggalkan yang ajaran dan riwayatnya bertentangan atau bersebrangan dengan ajaran-ajaran Ahlulbait as ini. Ini saja, tugas kita yang paling utama.

Ili Dahlan Subhanallah.....
Allahumma shalli ala sayyidinaa Muhammad wa aali sayyidinaa Muhammad
March 23, 2012 at 4:31pm via mobile · Like



Muhammad Nurahim Okki Subbhanallah..........
March 24, 2012 at 1:07pm · Like


Khommar Rudin allah humma shalli alla muhammad wa alli muhammad
March 24, 2012 at 3:09pm · Like


MukElho Jauh Allahumma Sholli 'Ala Muhammad Wa Ali Muhammad

'Ali Ma'a AlhaQ Wa lHaq Ma'a 'Ali
July 2, 2012 at 12:04pm · Like


Salman jika kegelapan meliputi hati, cahaya seterang mentari pun tak dapat mata melihatnya...
July 5, 2012 at 11:12pm · Like

(Berbagai Sumber Dari Ahlus Sunnah/Syiah/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI