Seseorang tidak disebut mukmin kecuali dengan sakitnya kita ikut merasakan sakit, dan seorang mukmin tidak bersedih kecuali dengan kesedihannya kita ikut merasakan sedih.
Ada sebagian hal yang jika salah satu dari itu ditemukan dalam diri seseorang maka hukum akal, syar’I dan fitrah manusia mengatakan bahwa wajib bagi kita untuk mendoakannya. Misalnya ketika seseorang mendoakan kita maka hak kita juga untuk mendoakannya.
Dan mengenai hal ini, dalam riwayat-riwayat banyak disebutkan bahwa Imam Zaman afs mendoakan Syi’ahnya dan orang-orang mukmin, di antaranya yaitu :
Sayid Ibnu Thawus mengatakan : suatu hari aku berada di Samara, dan saat menjelang subuh aku mendengar doa Imam Mahdi afs yang berhubungan dengan orang-orang yang masih hidup dan yang telah tiada, yang bunyinya ialah “dan kekalkanlah mereka atau hidupkanlah mereka dalam kemuliaan kami, kerajaan kami dan pemerintahan kami”.
Imam Ridha as mengatakan kepada Musa bin Sayar : “ya Musa bin Sayar! Apakah kamu tidak mengetahui bahwasanya amalan-amalan Syi’ah-syi’ah kami dihadapkan kepada kami pada saat malam dan subuh, dan setiap kesalahan dalam amalan-amalan mereka kami akan meminta kepada Allah swt ampunan untuknya, dan jika ada amalan-amalan baik kami akan memintakan pahala untuknya kepada Allah swt”.
Amirul Mukminin as juga pernah mengatakan kepada Zamilah : wahai Zamilah! Seseorang tidak disebut mukmin kecuali dengan sakitnya kita ikut merasakan sakit, dan seorang mukmin tidak bersedih kecuali dengan kesedihannya kita ikut merasakan sedih, dan seorang tidak berdoa kecuali kita juga akan mengaminkannya, dan ia tidak berdiam kecuali kita ikut mendoakannya”.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email