Modernisasi adalah salah satu perubahan penting dan berpengaruh besar pada hak-hak wanita di barat. Modernisasi memiliki tafsir dan posisi yang baru di benak para wanita barat, namun memiliki sisi negatif dalam pandangan kemanusiaan dan agama.
Wanita di Eropa hingga sebelum abad ke 20 mengalami kondisi yang sangat buruk. Meskipun pada sekitar abad ke 17 dan seterusnya telah dimulai gemuruh hak asasi hingga dikeluarkan putusan tersebut pada tahun 1688 di Inggris, 1776 di Amerika dan 1789 di Perancis. Akan tetapi dikarenakan anggapan sosok yang hina atau bahkan bukan manusia yang disematkan pada wanita maka yang dimaksud dari hak asasi manusia disini hanyalah pria. Perihal hak asasi wanita terhadap pria pertama kali dicetuskan pada abad ke 20 yang kemudian diterapkan oleh pemerintah Eropa dan Amerika. Walaupun pada dasarnya kemuliaan manusia dalam paham barat tidak bermakna baik bagi wanita maupun pria karena falsafah dan pemikiran barat mengingkari wujud ruh dan keabadiannya serta beranggapan bahwa manusia dan hewan tidaklah berbeda. Manusia adalah hewan yang memiliki akal, tidak lebih.
Dalam wawancara dengan Hujjatul Islam wal muslimin Sayyid Ibrahim Husaini terdapat beberapa kerancuan Feminisme yaitu:
Persamaan derajat wanita terhadap pria: keyakinan ini hampir terdapat di seluruh pergerakan Feminisme akan tetapi bagaimana caranya menghilangkan perbedaan antara pria dan wanita, apakah dengan mengingkari perbedaan jenis mereka atau dengan beranggapan bahwa mereka sama tetapi berbeda.
Ikut serta dalam kegiatan sosial dan ilmiah: dengan adanya sisi negatif dalam pergerakan feminisme bukanlah alasan untuk mengingkari adanya sisi positif didalamnya. Dengan adanya perlindungan hak ini para wanita dapat ikut serta dalam kegiatan ekonomi, politik dan budaya. Akan tetapi dengan ketiadaan norma akhlak dan agama serta kesalahan pada dasar pemikiran feminisme telah menjadikan kemuliaan dan tingginya derajat wanita ternodai.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email